• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dewi Arishayanti Purba ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dewi Arishayanti Purba ABSTRAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

KONSEP DIRI MAHASISWA INDEKOS DALAM KONTEKS

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI

(Studi Kasus Tentang Proses Pembentukan Konsep Diri

Mahasiswa Indekos Universitas Sumatera Utara)

Dewi Arishayanti Purba

090904063 ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Konsep Diri Mahasiswa Indekos Dalam Konteks Komunikasi Antarpribadi (Studi Kasus Tentang Proses Pembentukan Konsep Diri Mahasiswa Indekos Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini memfokuskan pada penelitian studi kasus dimana meneliti proses pembentukan konsep diri mahasiswa indekos Universitas Sumatera Utara setelah menjadi anak kos. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha meneliti bagaimana terbentuknya konsep diri mahasiswa indekos Sumatera Utara. Menurut Devito terbentuknya konsep diri dipengaruhi oleh empat faktor yaitu orangtua, orang lain, budaya, dan evaluasi terhadap perilaku yang dilakukan. Selain itu, peneliti meneliti karakteristik mahasiswa indekos Universitas Sumatera Utara. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode purposive sampling dan accidental sampling. Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik mahasiswa indekos Universitas Sumatera Utara, faktor-faktor pembentukan konsep diri. Penelitian ini menggunakan teori yang dianggap relevan yiatu komunikasi antarpribadi, konsep diri, interaksi simbolik dan teori disonansi kognitif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara mendalam dan kepustakaan. Hasil penelitian ialah mahasiswa indekos Universitas Sumatera Utara memiliki karakteristik yang merupakan profil masing-masing informan, proses terbentukknya konsep diri dipengaruhi oleh orang tua, orang lain, budaya dan evaluasi diri. Komunikasi yang terjalin tersebut bisa menentukan konsep diri positif dan konsep diri negatif.

Kata Kunci : Mahasiswa Indekos, Komunikasi Antarpribadi, Konsep Diri, Teori Disonansi Kognitif, Teori Interaksi Simbolik

PENDAHULUAN

Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukan dengan manusia lain, baik yang sudah dikenal maupun yang tidak dikenal sama sekali. Komunikasi memiliki peran yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu yang mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan (sumber, komunikator sendiri) ditujukan kepada penerima pesan (receiver,komunikan, audience).

(2)

2

Komunikasi berfungsi sebagai perekat atau lem dalam masyarakat. Manusia sebagai pribadi maupun makhluk sosial akan saling berkomunikasi dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam hubungan yang beraneka ragam, dengan gaya dan cara yang berbeda pula. Komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi antar manusia. Interaksi manusia baik antara perorangan, kelompok maupun organisasi tidak mungkin terjadi tanpa komunikasi. Begitupun dalam interaksi keluarga, baik antar pribadi anggota keluarga, orang tua dengan anak maupun dengan keluarga yang lain sebagai perorangan, kelompok maupun sebagai keluarga itu sendiri.

Komunikasi antarpribadi merupakan salah satu faktor yang menentukan konsep diri seseorang, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Suksesnya komunikasi antarpribadi banyak bergantung pada kualitas konsep diri seseorang (Rakhmat,2008:105). Seseorang berkomunikasi harus memiliki konsep yang positif, maka komunikasi akan semakin efektif. Contohnya, bila seorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur dan mempelajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.

Konsep diri merupakan faktor yang menentukan dalam komunikasi antarpribadi, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus-menerus dan terdiferensiasi. Dasar dari konsep diri individu ditanamkan pada saat dini kehidupan anak yang menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya di kemudian hari (Agustiani,2009:138).

Konsep diri terbentuk dan berkembang karena adanya empat faktor (Devito,2009:53-55). Pertama, konsep diri seseorang dibentuk karena adanya orang-orang yang paling penting dalam hidup seseorang seperti orang tua. Kedua, perbandingan yang dibuat antara diri sendiri dan orang lain. Ketiga, adanya budaya yang dianut. Keempat, mengevaluasi pikiran dan perilaku diri sendiri.

Menurut D.H. Demo menekankan pada maksud bahwa konsep diri dibentuk, dipelihara, diperkuat, dan/atau diubah oleh komunikasi para anggota keluarga. Mereka itulah yang disebut sebagai significant others. (Budyatna,2011:169). significant others yang dimaksud merupakan orangtua. Orangtua adalah faktor utama yang membentuk dan mengembangkan konsep diri seorang anak. Ketika si anak tumbuh dewasa menjadi seorang mahasiswa dan mengharuskan si anak berpisah dengan orangtuanya karena menempuh pendidikan di daerah yang berbeda, mahasiswa tersebut merasa harus mengembangkan potensi dirinya dengan mengikuti kegiatan-kegiatan kampus, organisasi-organisasi, lingkungan tempat tinggal, interaksi dengan orang sekitar. Melalui ini membuat konsep diri mahasiswa ini berkembang karena disebabkan oleh orang lain atau lingkungan.. Pandangan ini disebut generalized others dimana orang lain yang memandanganya.

(3)

3

Komunikasi berkontribusi bagi pembentukan konsep diri dan pengembangan konsep diri. Selain orangtua dan orang lain yang menjadi faktor pembentukkan konsep diri, ada budaya yang menjadi latar belakang pembentukkan konsep diri. Ketika seorang mahasiswa indekos berada di lingkungan yang berbeda dengan lingkungan ketika bersama dengan orangtuanya. Mahasiswa tersebut akan berperilaku dari apa yang diajarkan dan didikan orangtuanya. Ketika seorang mahasiswa di didik dengan etika yang baik dan dengan dasar didikan agama yang kuat maka mahasiswa tersebut tidak akan berpengaruh pada lingkungan sekitar. Tetapi ketika, mahasiswa tersebut dilandasi sikap yang tidak mempunyai etika dan tidak di didik dengan baik, maka mahasiswa indekos tersebut akan mudah terpengaruh dengan hal-hal yang tidak baik. Mengevaluasi pikiran dan perilaku diri sendiri ada salah satu faktor yang membentuk konsep diri seorang mahasiswa. Ketika mahasiswa tersebut berperilaku melalui tindakan, seorang mahasiswa indekos akan mengevaluasi dirinya sendiri.

Komunikasi yang terjalin akan bergantung pada kualitas konsep diri yang dibentuk. Apakah konsep diri tersebut positif atau negatif (Morissan,2009:70-71). Semakin efektif komunikasi yang terjalin, maka akan semakin positif konsep diri yang terbentuk dan sebaliknya.

Teori disonansi kognitif akan membantu untuk mengetahui perasaan yang dimiliki orang ketika mereka menemukan diri mereka sendiri melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan pendapat yang dipegang. Melalui teori ini, akan mengetahui bagaiman konsep diri yang dibentuk oleh mahasiswa indekos untuk mengetahu siapa dirinya sebelum dan setelah menjadi anak kos.

Kualitas konsep diri tersebut dibentuk salah satunya karena adanya teori interaksi simbolik (Morissan,2009:74). Interaksi simbolik merupakan makna suatu objek sosial serta sikap dan rencana tindakan tidak merupakan sesuatu yang terisolir satu sama lain. Seluruh ide paham interaksi simbolik menyatakan bahwa makna muncul melalui interaksi. Orang-orang terdekat seperti orangtua memberikan pengaruh besar.

Subjek penelitian adalah mahasiswa-mahasiswi yang berstatus aktif dan tidak tinggal dengan orangtua (anak kos) di Universitas Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian di daerah sekitar Universitas Sumatera Utara yang merupakan mahasiswa indekos di USU ada yang berasal dari luar Medan yang tidak tinggal dengan orangtuanya Dan sudah menjadi anak kos minimal satu tahun. Peneliti ingin mengetahui konsep diri mahasiswa ketika tinggal dengan orangtuanya dan konsep diri mahasiswa tersebut berkembang ketika menjadi mahasiswa indekos dimana konsep diri berkembang karena adanya faktor-faktor lain ketika tidak tinggal bersama dengan orangtuanya. Berdasarkan konteks masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti proses pembentukan konsep diri mahasiswa indekos setelah menjadi anak kos.

FOKUS MASALAH

Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti merumuskan fokus masalah adalah “ Bagaimana Proses Pembentukan Konsep Diri Mahasiswa Indekos Universitas Sumatera Utara Setelah Menjadi Anak Kos”

(4)

4

KAJIAN PUSTAKA Komunikasi Antarpribadi

Menurut Joseph A.Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book (Devito, 1989:4), komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang- orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika (the process of sending and receiving messages between two persons, or

among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback).

Konsep Diri

Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman – pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus-menerus dan terdiferensiasi.

Teori Disonansi Kognitif

Menurut Leon Festinger (West,2011:137), disonansi kognitif merupakan perasaan yang dimiliki orang ketika mereka menemukan diri mereka sendiri melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang mereka ketahui, atau mempunyai pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat lain yang mereka pegang. Festinger berpedapat bahwa disonansi adalah sebuah perasaan tidak nyaman yang memotivasi orang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan itu.

Teori Interaksi Simbolik

Interaksi simbolik adalah suatu cara berpikir mengenai pikiran (mind), diri dan masyarakat yang telah memberikan banyak kontribusi kepada tradisi sosiokultural dalam membangun teori komunikasi (Morissan dan Wardhany,2009:74).

Mahasiswa Indekos

Mahasiswa indekos adalah mahasiswa yang tinggal pada sebuah kamar atau tempat untuk ditinggali dengan sejumlah pembayaran tertentu untuk setiap periode tertentu.

Metode Penelitian

Penelitian mengenai pembentukkan konsep diri mahasiswa dalam interaksi komunikasi antarpribadi antara orangtua dan mahasiswa yang berbeda tempat tinggal merupakan studi yang menggunakan metodologi kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan data dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alami (Ghony dan Almanshur,2012:26).

(5)

5

Studi Kasus

Studi kasus merupakan penelitian tentang suatu “kesatuan sistem”. Kesantuan ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok individu yang terkait oleh tempat, waktu, atau ikatan tertentu (Ghony dan Almanshur,2012:61).

Objek Penelitian

Objek penelitian pada penelitian kualitatif yaitu apa yang menjadi sasaran. Sasaran penelitian tidak tergantung pada judul dan topik penelitian, tetapi secara konkret tergambar dari fokus masalah (Bungin,2010:76). Yang menjadi objek penelitian pada penelitian ini adalah proses pembentukan konsep diri dalam konteks komunikasi antarpribadi.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian atau informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian. Untuk studi kasus, jumlah informan dan individu yang menjadi informan dipilih sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Orang-orang yang dapat dijadikan informan adalah orang memiliki kasus yang sama dengan penelitian peneliti. Yang menjadi infoman adalah mahasiswa-mahasiswi indekos Universitas Sumatera Utara.

Penentuan Informan

Pada penelitian ini, cara memperoleh informan dengan menggunakan

accidental sampling dimana informan yang diperoleh tanpa direncanakan terlebih

dahulu. Proses ini baru berakhir bila periset merasa data telah jenuh, artinya periset merasa tidak lagi menemukan sesuatu yang baru dari wawancara (Kriyantono, 2009:158-159).

Keabsahan Data

Uji keabsahan data dapat dilakukan dengan triangulasi pendekatan dengan kemungkinan melakukan terobosan metodologis terhadap masalah-masalah tertentu. Uji keabsahan melalui triangulasi dilakukan karena dalam penelitian kualitatif, untuk menguji keabsahan informasi tidak dapat dilakukan dengan alat-alat uji statistik. Begitu pula materi kebenaran tidak diuji berdasarkan kebenaran alat sehingga substansi kebenaran apabila kebenaran itu mewakili kebenaran orang banyak. Kebenaran bukan hanya muncul wacana etnik dari masyarakat yang diteliti (Bungin,2010:253).

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data dari informan yang memiliki kriteria sesuai dengan yang ditetapkan peneliti, kemudian peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan triangulasi data dan teori, dan proses pengumpulan data tersebut dilakukan terus-menerus hingga datanya jenuh. Kemudian dengan menggunakan teknik analisis data selama di lapangan model Miles and Huberman (Sugiyono, 2005: 92), peneliti menganalisis

(6)

6

data dengan melakukan reduksi data. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Melakukan penyajian data. Dalam melakukan penyajian data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matriks, network (jejaring kerja) dan chart.

Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan adalah kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2005: 99).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Peneliti memahami bahwa proses pembentukan konsep diri mahasiswa indekos Sumatera Utara setelah menjadi anak kos tidak serta merta dapat diterimanya pesan yang disampaikan dengan baik, namun terlebih dahulu akan melewati proses pengolahan pesan dalam diri individu tersebut.

Dari kelima informan tersebut, peneliti melakukan pembahasan yang dikaitkan dengan tujuan peneliti dalam penelitian ini yaitu untuk menggambarkan konsep diri mahasiswa-mahasiswi indekos Universitas Sumatera Utara dan untuk menggambarkan proses terbentuknya konsep diri mahasiswa indekos Universitas Sumatera Utara setelah menjadi anak kos. Berdasarkan hasil analisis, ada tiga orang informan yang memiliki konsep diri dominan positif. Ketiga informan tersebut adalah Yustira, Steven dan Septika. Ketiga informan tersebut dapat disimpulkan memiliki konsep diri yang dominan positif dilihat dari tanda-tanda konsep diri positif.

Ketiga informan tersebut memiliki konsep diri yang dominan positif dilihat dari hasil wawancara dimana bertanggung jawab dan optimis dalam menghadapi masalah. Yustira juga tidak berpengaruh dimana tidak ada sikap minder terhadap status sosial di lingkungannya yang jauh lebih tinggi darinya. Selain itu, ketika diberi pujian ataupun penghargaan ketiga informan tersebut tetap rendah hati dan tidak sombong. Sikap tersebut ditanamkan oleh orangtua ketiga informan tersebut. Selain itu, tanda-tanda dari konsep diri positif adalah ketika ketiga informan tersebut dikritik oleh teman-teman atau lingkungan sekitarnya, ketiga informan tersebut tetap menerima kritikan tersebut dan menjadikan motivasi bagi informan untuk meperbaiki kualitas diri mereka.Proses pengembangan konsep diri yang dialami oleh ketiga informan yaitu Yustira, Stiven dan Septika karena di dasari oleh pengalamannya yang diterima melalui anggota keluarganya seperti orang tua. Proses pengembangan konsep diri yang dialami ketiga informan tersebut karena adanya interaksi ketiga informan antara informan dengan orang tuanya atau lingkungan sekitar. Interaksi tersebut terjalin karena adanya komunikasi antara ketiga informan tersebut dengan orang tuanya.

(7)

7

Teori disonansi kognitif dan teori interaksi simbolik melihat bahwa dari ketiga informan yang menggambarkan konsep diri dominan positif ini memiliki keyakinan dan perilaku yang dapat mengubah diri mereka sendiri melalui interaksi-interaksi yang aktif yang dilakukan informan setelah menjadi anak kos. Perubahan konsep diri ini terjadi karena ada dorongan dalam diri mereka sendiri yang merupakan sikap optimis untuk berubah menjadi lebih baik lagi.

Komunikasi antarpribadi antara informan yang mempunyai konsep diri dominan positif dan orang tuanya memiliki sikap saling terbuka,empati,saling mendukung dan mempunyai sikap positif antara. Sehingga sikap ketiga informan tersebut memiliki kepercayaan diri terhadap lingkungannya.

Dari ketiga informan yang memiliki konsep diri positif tersebut berdasarkan tujuan penelliti yang kedua adalah untuk mengetahui tahapan hubungan komunikasi yang terjalin antara orang tua dengan anaknya (mahasiswa-mahasiswi) yang berbeda tempat tinggal, ketiga informan tersebut memiliki sikap terbuka terhadap orangtuanya masing-masing selain itu komunikasi yang terjadi adalah komunikasi timbal-balik dimana komunikasi tersebut terjadi dua arah sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Selain itu, Intensitas komunikasi yang sering terjadi menyebabkan adanya kedekatan anatara orangtua dengan anak ataupun anak dengan orangtua menyebabkan anak atau orangtua merasa dekat walaupun sebenarnya keadaan mereka jauh secara fisik. Orangtua dapat mengontrol anak lewat media komunikasi seperti telepon, SMS, BBM ataupun media yang lainnya. Dari keterlibatan orang tua dalam mengontrol anaknya melalui media komunikasi menyebabkan adanya keakraban antara orang tua dengan anak sehingga ada perasaan yang jujur dan terbuka pada saat orang tua ketiga informan tersebut saling berjauhuan karena anaknya menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

Dari kelima informan, ada dua informan yang tergolong memiliki konsep diri negatif. Ini terlihat dari tanda-tanda dari konsep diri negatif. Kedua informan ini memiliki sikap yang marah ketika dikritik oleh teman-teman atau keadaan lingkungan sekitarnya, selain itu salah satu informan yaitu Siti minder ketika keadaan lingkungannya atau keadaan status sosialnya jauh lebih tinggi dari status sosialnya. Salah satu informan yang lain yaitu Jubel tidak terlalu peduli terhadap lingkungan sekitarnya, status sosial yang ada tidak membuatnya minder ataupun menerima. Informan ini tergolong tidak terlalu peduli.

Dua informan yang memiliki konsep diri negatif ini kurang menjalin komunikasi yang baik dengan orang tuanya interaksi mereka terjadi hanya satu arah dimana ketika anak memiliki keperluan yang mendesak baru memhubungi orang tuanya dan sebaliknya selain itu jarak jauh antara orang tua dan anak membuat kedua informan ini kurang peduli terhadap orang tua dan sebaliknya orang tua kurang peduli dengan anak. Sehingga tidak keterbukaan dan kedekatan orang tua dan anak atau anak dan orang tua. Karena sikap yang tidak peduli menyebabkan sikap saling mendukung antara orang tua dan anak tidak ada sehingga kedua informan tersebut mempunyai konsep diri yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.

(8)

8

Dari kedua informan yang memiliki konsep diri negatif tersebut berdasarkan tujuan penelliti yang kedua adalah untuk mengetahui tahapan hubungan komunikasi yang terjalin antara orang tua dengan anaknya (mahasiswa-mahasiswi) yang berbeda tempat tinggal, kedua informan tersebut memiliki sikap tertutup terhadap orangtuanya masing-masing selain itu komunikasi yang terjadi sangat jarang dilakukan. Komunikasi tersebut, hanya terjadi satu arah saja.

Teori disonansi kognitif dan teori interaksi simbolik melihat bahwa dari kedua informan yang menggambarkan konsep diri dominan negatif ini tidak memiliki keyakinan dan perilaku yang dapat mengubah diri mereka sendiri karena interaksi-interaksi yang dilakukan informan setelah menjadi anak kos tidak efektif. Perubahan konsep diri ini terjadi karena tidak ada dorongan dalam diri mereka sendiri yang merupakan sikap pesimis untuk berubah menjadi lebih baik lagi.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap lima orang mahasiswa/i indekos Universitas Sumatera Utara dimana proses pembentukkan konsep diri maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Karakteristik informan berbeda-beda. Karena ada perbedaan latar belakang keluarga, kondisi keluarga, suku, budaya, cara orangtua mendidik anaknya yang membuat pribadi setiap informan berbeda-beda.

2. Proses pembentukkan konsep diri dipengaruhi oleh empat faktor yaitu orang tua, orang lain, budaya dan eveluasi diri. Orang tua sebagai orang yang pertama membentuk konsep diri seorang anak, orang lain ada faktor kedua yang membawa pengaruh untuk mengetahui siapa diri kita sebenarnya, budaya merupakan kebiasaan-kebiasaan yang sudah ada, dan evaluasi diri merupakan salah satu faktor yang membentuk konsep diri seseorang Pada penelitian ini, semakin efektif komunikasi yang maka semakin positif konsep diri yang terbentuk dan sebaliknya.

3. Dari kelima informan tersebut dapat disimpulkan bahwa Yustira Sinaga, Daud Steven Lingga, Septika Hutagaol memiliki konsep diri yang dominan positif. Sedangkan Bonar Jubel Silaban dan Siti Aisyah memiliki konsep diri dominan negatif.

Saran

Beberapa saran yang ingin diberikan penulis adalah :

1. Saran penelitian, studi kasus merupakan kajian yang membutuhkan wawasan yang luas untuk bisa mendapatkan kajian yang mendalam. Untuk itu, disarankan kepada peneliti-peneliti lain lain agar memperbanyak bahan bacaandan wacana yang berkaitan dengan objek analisisnya demi tercapainya kedalaman penelitian.

2. Saran dalam kaitan akademis, agar penelitian selanjutnya dengan kajian yang sama dapat menggunakan kerangka analisis yang berbeda, misalnya menggunakan analisis wacana kritis sehingga tercipta keragaman dalam penelitian. Serta tetap menggunakan daya kritisnya dalam membangun kesadaran

(9)

9

masyarakat bahwa ada upaya-upaya media untuk melanggengkan ideologinya di masyarakat.

3. Saran dalam kaitan praktis, agar orangtua dan anak yang tidak tinggal bersama karena anak menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara harus menjalin komunikasi sehingga tetap merasa dekat walaupun sebenarnya jauh dan adanya keterbukaan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Hendriati. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Refika Aditama.

Budyatna, Muhammad & Leila Mona Ganiem.Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta : Prenada Media Group.

Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Creswell, John W. 1998. Qualitative Inquiry And Research Design: Choosing

Among Five Traditions. London: SAGE Publications.

DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Profesional Books _______________. 2009. The Interpersonel Communication Book. London: Pearson Education

Effendy, Onong Uchjana. 2011. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Ghonny, Djunaidi & Fauzan Almanshur. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Ar-Ruzz Media

Gunarsa, Singgih D. & Yulia D. Singgih Gunarsa. 1993. Psikologi Praktis Anak Remaja dan Keluarga. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta: Citra Aditya Bakti. Liliwer, Alo, 1991. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Morissan & Andy Cory. 2009. Teori Komunikasi . Jakarta: Penerbit Ghali Indonesia.

Rakhmat, Djalaludin. 1998. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Djalaludin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Shochib, Moh. 1998. Pola Asuh OrangTua. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sobur, Alex. 2012. Psikologi Umum. Bandung: CV. Pustaka Setia.

West, Richard&Lynn H. Turner. 2011. Pengantar Teori Komunikasi Analisi dan

Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika

Sumber lain:

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:qYAltdCEdZsJ:http://file .upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/SUN ARSIH/KOMUNIKASI KELUARGA.pdf%2Bkomunikasi+keluarga&oe=utf-8&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&client=firefox-a&hl=en&ct=clnk diakses pada tanggal 04 April 2013

(10)

10

http://wajburni.wordpress.com/2012/01/17/paradigma-penelitian-kualitatif/ diakses pada tanggal 04 April 2013

http://www.lusa.web.id/unsur-unsur-komunikasi/ diakses pada tanggal 04 April 2013

http://catatan-anakfikom.blogspot.com/2012/04/definisi-hakikat-ciri-ciri-dan-tujuan.html diakses pada tanggal 04 April 2013

http://contohskripsi-makalah.blogspot.com/2012/09/macam-macam-teknik-pengambilan-sampel.html diakses pada tanggal 11 April 2013

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pembiusan dengan penyuntikkan obat yang dapat menyebabkan pasien mengantuk, tetapi masih memiliki respon normal terhadap rangsangan verbal dan tetap dapat mempertahankan

Kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Pasar dan juga keterbatasan sarana sosialisasi menyebabkan PKL Tlogosari tidak seluruhnya mengetahui program pengaturan dan

Berdasarkan hasil dari uji regresi berganda dan uji f variabel kualitas produk wisata, kualitas pelayanan dan promosi terhadap kepuasan pengunjung, menunjukkan bahwa

Nilai t statistic 6,353 > t tabel 1,960 dan p value 0,000 < 0,05 menunjukkan bahwa hipotesis 2 pada penelitian ini dapat diterima yang artinya semakin rendah persepsi

Kesehatan pegawai yang rendah atau buruk akan mengakibatkan kecenderungan tingkat absensi yang tinggi dan produktivitas yang rendah, sehingga hal tersebut dapat mengganggu

[r]

1.1 Menerima simbol sila- sila Pancasila dalam lambang negara “Garuda Pancasila” sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa di rumah 2.1Menerima sikap sesuai.. dengan sila-sila

bahwa ketiga variabel bebas yang terdiri dari kebutuhan, kelompok referensi dan promosi secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembiayaan