1 BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan suatu bangsa erat sekali hubungannya dengan masalah pendidikan. Untuk menjadi suatu bangsa yang maju harus memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Pendidikan merupakan wadah yang tepat untuk menciptakan manusia yang berkualitas, karena pada hakikatnya pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Pendidikan disetiap bangsa berbeda antara satu dan yang lainnya, sesuai dengan falsafah negara yang dianutnya masing-masing. Pendidikan bertujuan untuk meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.1
Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah diamanatkan, salah satunya adalah meningkatkan mutu pendidikan. Mutu dalam proses pendidikan melibatkan berbagai unsur seperti bahan ajar, metodologi guru dalam mengajar, sarana dan prasarana, dukungan administrasi, serta berbagai sumber daya dan upaya penciptaan suasana yang nyaman dan menyenangkan untuk belajar. Perbaikan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan, model, strategi, teknik, dan media pembelajaran yang dapat diterapkan pada setiap mata pelajaran disetiap jenjang pendidikan.
2
Pada setiap jenjang pendidikan terdapat berbagai mata pelajaran yang diajarkan. Salah satunya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di jenjang pendidikan menengah. IPS adalah suatu pembelajaran tentang konsep sosial yang berhubungan dengan geografi, sejarah, antropologi, sosiologi dan ekonomi. Mata pelajaran IPS dijenjang pendidikan menengah pun tidak dapat dianggap mudah dalam pengajarannya.
Melalui mata pelajaran IPS siswa dapat mempersiapkan diri menjadi warga negara yang baik, demokratis, bertanggung jawab, serta warga negara yang cinta damai dalam kehidupan dimasyarakat dimana peserta didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat yang dihadapkan pada berbagai permasalahan sosial yang terjadi di lingkungannya. Tujuan dari mata pelajaran IPS adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya dalam bermasyarakat.2 Tujuan tesebut dapat
tercapai apabila pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik dan diajarkan secara bermakna.
Berdasarkan hasil observasi peneliti, proses pembelajaran IPS di SMP Negeri 148 Jakarta masih lebih banyak didominasi oleh guru (teacher centered) yang hanya mengajarkan teori dari buku paket, sehingga tidak mampu memberikan pemahaman yang nyata pada siswa. Selain itu kurang bervariasinya guru dalam penggunaan metode pembelajaran dan sering menggunakan metode ceramah yang membuat siswa tidak aktif. Hal ini mengakibatkan siswa kurang
2 Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 14
3
memahami materi yang telah disampaikan sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa.
Penelusuran dokumen hasil belajar IPS siswa kelas VII diperoleh ketuntasan hasil belajar siswa rendah, hasil Penilaian Akhir Semester (PAS) semester ganjil siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.1 Rata-rata PAS IPS Semester Ganjil Kelas VII di SMP Negeri 148 Jakarta Tahun Pelajaran 2018/2019
Kelas KKM Jumlah Siswa Nilai Rata-Rata Kelas
VII-A 74 36 70,75 VII-B 74 36 65,94 VII-C 74 36 69,8 VII-D 74 35 59,54 VII-E 74 36 68,94 VII-F 74 36 68,83
(Sumber: Buku Nilai Guru Mata Pelajaran IPS Kelas VII tahun 2018/2019) Berdasarkan tabel hasil observasi diketahui hasil belajar IPS siswa kelas VII di SMPN 148 Jakarta tidak ada yang mencapai nilai KKM yaitu 74. Nilai rata-rata tertinggi hanya mencapai 70,75 dan nilai rata-rata terendah mencapai 59,54. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran banyak siswa yang asyik mengobrol dengan temannya dan hanya sebagian kecil siswa yang mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.
Kemudian, alasan peneliti memilih siswa kelas VII sebagai subjek penelitian ini karena ditemukan permasalahan yaitu hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS masih rendah dan dari segi aktivitas siswa kurang aktif dalam
4
pembelajaran. Maka dari itu diperlukan suatu solusi agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih hidup.
Dalam penelitian ini akan dicobakan model pembelajaran kooperatif tipe
CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending). Pada hakikatnya, model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling kerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.3
Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe CORE merupakan model pembelajaran menggunakan metode diskusi yang dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan dan berpikir reflektif dengan melibatkan siswa yang memiliki empat tahapan pengajaran yaitu connecting, organizing, reflecting, dan extending.
Pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif tipe CORE dimulai dengan dibentuknya kelompok untuk berdiskusi, kemudian diberikan masalah dimana siswa mampu menjelaskan materi yang akan dipelajari dengan mengaitkan materi yang sudah di berikan sebelumnya. Setelah siswa mampu menjelaskan materi maka siswa akan dapat mengklasifikasikan dan memberikan contoh ataupun bukan contoh. Setelah itu siswa akan menyimpulkan hasil dari diskusi dengan guru dimana jika terjadi kesalahan atau penjelasan yang kurang jelas, maka guru akan membahas kembali apa yang belum siswa pahami. Tahap terakhir dalam model pembelajaran kooperatif tipe CORE, siswa akan diberikan
5
soal dimana soal tersebut akan menjadi ukuran paham tidaknya siswa terhadap materi yang sudah dipelajari.
Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CORE terhadap hasil belajar IPS, karena model pembelajaran kooperatif tipe CORE ini bersifat student centered, sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Model pembelajaran kooperatif tipe CORE membantu siswa untuk aktif dan berpikir kritis dalam pembelajaran. Penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe CORE
di Prodi Pendidikan IPS belum ada banyak diteliti. Sementara itu, pembelajaran IPS di SMP Negeri 148 Jakarta masih menggunakan model pembelajaran yang belum bersifat kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tipe CORE belum pernah diterapkan oleh guru IPS di SMP Negeri 148 Jakarta. Jadi, peneliti ingin melakukan eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
CORE untuk meningkatkan hasil belajar IPS yang masih rendah.
Selain itu, telah banyak penelitian yang dilakukan tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CORE. Pada umumnya, hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
CORE menghasilkan peningkatan hasil belajar siswa dan sangat efektif untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar. Penelitian Muhammad Yusuf Hidayat (2014) menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CORE dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep ekosistem di kelas X SMA Negeri 1 Ciwaringin. Yuli Hidayah (2017) melalui penelitiannya juga menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CORE
6
sangat berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Nguntut Tulungagung.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini peneliti mengangkat judul: “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending)
Terhadap Hasil Belajar IPS (Penelitian di SMP Negeri 148 Jakarta)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh dari model pembelajaran kooperatif tipe CORE
terhadap ketertarikan siswa untuk belajar IPS?
2. Apakah terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
CORE terhadap penguasaan IPS secara mendalam pada siswa SMP Negeri 148 Jakarta?
3. Apakah terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
CORE terhadap hasil belajar IPS di SMP Negeri 148 Jakarta?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, maka masalah penelitian dibatasi pada ruang lingkup permasalahan mengenai pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CORE terhadap hasil belajar IPS di SMP Negeri 148 Jakarta.
7 D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CORE terhadap hasil belajar IPS di SMP Negeri 148 Jakarta?”
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam pembelajaran di SMP Negeri 148 Jakarta.
1. Kegunaan Teoretis
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penambahan informasi tentang pengembangan model pengajaran pendidikan yang telah ada agar lebih variatif dan inovatif dalam proses belajar mengajar, terutama model pembelajaran kooperatif tipe CORE ini untuk pembelajaran IPS.
2. Kegunaan Praktis a. Bagi Peneliti
Menambah wawasan pengetahuan tentang ruang lingkup pendidikan IPS, khususnya yang berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CORE dan sebagai aplikasi pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan.
b. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dalam rangka meningkatkan
8
hasil belajar siswa serta sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran di sekolah.
c. Bagi Siswa
Memberikan kegiatan kerjasama dan berkompetitif secara baik dengan memperhatikan asas-asas dan norma yang baik agar mampu saling memahami kekurangan dan kelebihan siswa yang lain dalam proses pembelajaran.
d. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam menerapkan inovasi model pembelajaran kooperatif guna meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.