• Tidak ada hasil yang ditemukan

ESENSI PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN DARING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ESENSI PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN DARING"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ESENSI PENGEMBANGAN

PEMBELAJARAN DARING

Panduan Berstandar Pengembangan Pembelajaran

Daring untuk Pendidikan dan Pelatihan

(3)

UU No 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Fungsi dan Sifat hak Cipta Pasal 2

1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hak Terkait Pasal 49

1. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/ atau gambar pertunjukannya.

Sanksi Pelanggaran Pasal 72

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/ atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

(4)

ESENSI PENGEMBANGAN

PEMBELAJARAN DARING

Panduan Berstandar Pengembangan

Pembelajaran Daring untuk Pendidikan dan

Pelatihan

Yusuf Bilfaqih

M. Nur Qomarudin

(5)

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

BILFAQIH, Yusuf

Esensi Pengembangan Pembelajaran Daring/oleh Yusuf Bilfaqih dan M. Nur Qomarudin.--Ed.1, Cet. 1--Yogyakarta: Deepublish, Agustus 2015.

xvi, 131 hlm.; Uk:17.5x25 cm ISBN 978-Nomor ISBN

1. Pembelajaran I. Judul 371.36

Desain cover : Herlambang Rahmadhani Penata letak : Dyah Wuri Handayani

Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581 Telp/ Faks: (0274) 4533427 Website: www.deepublish.co.id www.penerbitdeepublish.com E-mail: deepublish@ymail.com PENERBIT DEEPUBLISH (Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)

Anggota IKAPI (076/ DIY/ 2012) Copyright © 2015 by Deepublish Publisher

All Right Reserved

Isi diluar tanggung jawab percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau

(6)

PRAKATA

ada dekade terakhir ini, Massive Open Online Course (MOOC) atau kuliah online terbuka dan masif menjadi tren di berbagai kalangan di masyarakat, bahkan ibu/ bapak rumah tangga yang masih giat belajar sepanjang hayatnya. MOOC ini pada umumnya menyediakan kuliah dan kursus yang dapat diikuti secara gratis. Materinya beragam mulai dari ilmu komputer, sejarah, matematika, keuangan, hingga pengetahuan tentang musik, pengetahuan tentang agama, dan fantasi. Belajar menjadi mudah dan mengasyikkan, bisa kapan saja dan di mana saja.

Penyelenggara kuliah online (kuliah daring) tersebut umumnya adalah universitas terkenal. University of Michigan, Massachusetts Institute of Technology (MIT), University of Princeton, Harvard, Stanford, dan perguruan tinggi top lainnya.

Terdapat beberapa situs favorit yang menawarkan MOOC, antara lain Coursera (coursera.org) dan Udacity (udacity.com). Pada tahun 2012, MIT dan Harvard University meluncurkan edX. Kita patut bersyukur dan bangga, pada tahun 2014, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi di Indonesia cepat tanggap untuk mengikuti arus perkembangan ini dengan menjalankan program Pembelajaran Daring Indonesia Terbuka dan Terpadu (PDITT). Pada tahap awal, PDITT dijalankan oleh enam perguruan tinggi ternama di Indonesia dan diharapkan dapat melibatkan partisipasi perguruan tinggi lainnya pada tahap selanjutnya.

Buku ini memuat panduan pengembangan Pembelajaran Daring yang berbasis standar. Panduan ini sangat berguna bagi pengembang untuk membangun Pembelajaran Daring yang bermutu. Untuk itu diharapkan semakin banyak guru, dosen, perguruan tinggi, sekolah dan lembaga-lembaga pelatihan yang berpartisipasi mengembangkan dan menyelenggarakan Pembelajaran Daring. Pembelajaran Daring yang bermutu akan mudah diakses dan disebarluaskan menjangkau audiens yang luas sehingga dapat turut mengemban misi untuk mewujudkan visi Pendidikan Nasional.

Surabaya, 10 Agustus 2015

P

(7)
(8)

DAFTAR ISI

PRAKATA ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

1. Pendahuluan ... 1

1.1. Mengapa Pembelajaran Daring? ... 1

1.2. Alasan Dibutuhkannya Pembelajaran Daring ... 3

1.3. Apa Manfaat Pembelajaran Daring? ... 4

1.3.1. Tujuan ... 4

1.3.2. Manfaat ... 4

1.3.3. Karakteristik ... 4

1.4. Dasar Hukum ... 5

1.5. Apa Saja yang Perlu Diperhatikan? ... 6

1.5.1. Prinsip Desain Pembelajaran Daring ... 6

1.5.2. Pertanyaan yang Harus Dijawab bagi Pengembang Pembelajaran Daring ... 7

1.6. Bagaimana Pembelajaran Daring Dikembangkan? ... 9

1.6.1. Teknologi dan Standar yang Digunakan ... 9

1.6.2. Metodologi Pengembangan ... 10

2. Langkah-langkah Pengembangan ... 13

2.1. Analisis Kebutuhan ... 13

2.2. Analisis Rangka Kerja ... 14

2.3. Konsepsi/Desain ... 14

2.4. Pengembangan/Produksi ... 15

2.5. Implementasi ... 16

(9)

2.7. Evaluasi dan Optimasi ... 17

3. Analisis Kebutuhan ... 19

3.1. Deskripsi Umum Pembelajaran Daring ... 19

3.2. Kebutuhan dalam Penyelenggaraan Pembelajaran Daring ... 19

3.3. Rencana Pengembangan Pembelajaran Daring Indonesia Terbuka & Terpadu ... 21

4. Analisis Rangka Kerja ... 23

4.1. Sumber Daya ... 23

4.2. Organisasi Tim Pembelajaran Daring ... 23

4.3. Pemetaan Peran dalam Pengembangan Pembelajaran Daring ... 24

4.4. Kelompok Target Pembelajaran Daring ... 25

4.5. Jadwal Pengembangan Pembelajaran Daring ... 25

4.6. Anggaran Biaya Pembelajaran Daring ... 25

5. Konsepsi/Desain ... 27

5.1. Konsep Kompetensi/Capaian Pembelajaran ... 27

5.2. Konsep Materi ... 28

5.3. Konsep Agregasi ... 29

5.4. Konsep Sekuen dan Navigasi... 34

5.5. Konsep Didaktik ... 37

5.5.1. Model Instruksional Berdasar Bentuk Pengetahuan ... 38

5.5.1.1. Declarative Knowledge (knowing what) ... 38

5.5.1.2. Procedural Knowledge (knowing how) ... 38

5.5.1.3. Situated Knowledge (knowing when and how) ... 39

5.5.2. Model Instruksional Berdasar Arsitektur Pembelajaran ... 40

(10)

5.5.3. Model Pembelajaran Berpusat kepada Mahasiswa ... 41 5.6. Konsep Media ... 43 5.7. Konsep Komunikasi/Diskusi ... 46 5.8. Konsep Tugas ... 46 5.9. Konsep Evaluasi ... 47 5.10. Konsep Metadata ... 51 5.11. Konsep Aktivitas ... 52 5.12. Konsep Pemeliharaan ... 53 6. Pengembangan/Produksi ... 55 7. Implementasi ... 61

7.1. Partisipan Mata Kuliah ... 62

7.2. Sumber Belajar Mata Kuliah ... 62

7.3. Aktivitas Pembelajaran Daring ... 63

8. Proses Pembelajaran ... 65

8.1. Proses Pembelajaran Daring ... 65

8.1.1. Pendekatan Sistem ... 65

8.1.2. Arsitektur Sistem ... 67

8.2. Pengguna Pembelajaran Daring ... 68

8.3. Fungsional Pembelajaran Daring ... 69

8.3.1. Manajemen Pembelajaran ... 69

8.3.2. Manajemen Konten Berorientasi Objek Pembelajaran ... 70

8.3.3. Manajemen Sekuen dan Navigasi Objek Pembelajaran ... 73

8.3.4. Manajemen Ulangan dan Ujian ... 74

8.3.5. Manajemen Pengguna ... 76

8.3.6. Manajemen Deliveri ... 77

8.3.7. Manajemen Review dan Feedback ... 78

(11)

8.4.1. Fitur Layanan Umum... 80

8.4.2. Fitur Social Support ... 81

8.4.3. Fitur Layanan Khusus ... 82

8.4.3.1. Perencanaan Pembelajaran ... 82

8.4.3.2. Pelaksanaan Pembelajaran ... 83

8.4.3.3. Penilaian Hasil dan Proses Pembelajaran ... 84

8.4.3.4. Pengawasan Proses Pembelajaran ... 85

9. Evaluasi & Optimasi ... 89

10. Penutup ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Reference Framework for Description of

Quality (ISO 19796: Part 1) ... 11

Gambar 2 Proses Utama Pengembangan Pembelajaran Daring ... 13

Gambar 3-1 Mekanisme Pelaksanaan Pembelajaran Daring ... 19

Gambar 3-2 Kebutuhan dalam Penyelenggaraan Pembelajaran Daring ... 20

Gambar 3-3 Tahapan dalam Pengembangan Modul Pembelajaran Daring ... 21

Gambar 3-4 Rencana Jangka Panjang Pembelajaran Daring (sumber http:// kuliahdaring.dikti.go.id/ ) ... 21

Gambar 4 Pemetaan Peran Pengembangan Pembelajaran Daring ... 24

Gambar 5-1 Konsep Capaian Pembelajaran pada Sistem Pembelajaran Daring ... 27

Gambar 5-2 Peta Capaian Pembelajaran Mata Kuliah ... 28

Gambar 5-3 Contoh Organisasi Materi ... 29

Gambar 5-4 Struktur Objek Pembelajaran Mata Kuliah ... 31

Gambar 5-5 Anatomi Objek Pembelajaran ... 31

Gambar 5-6 Keterkaitan dengan Mata Kuliah Lain ... 33

Gambar 5-7 Merangkai Mata Kuliah Baru ... 33

Gambar 5-8 Struktur Objek Pembelajaran ... 34

Gambar 5-9 Model 1 Sekuen dan Navigasi OP Mata Kuliah Sistem Linear ... 35

(13)

Gambar 5-10 Model 2 Sekuen dan Navigasi OP Mata

Kuliah Sistem Linear ... 35 Gambar 5-11 Model 3 Sekuen dan Navigasi OP Mata

Kuliah Sistem Linear ... 36 Gambar 5-12 Struktur Objek Pembelajaran Berdasar

Arsitektur Pembelajaran ... 41 Gambar 5-13 Model Pembelajaran Project based Learning ... 42 Gambar 5-14 Contoh Konsep Tugas ... 47 Gambar 5-15 Siklus Pembelajaran yang Memadukan

Partisipan, Sumber Belajar dan Aktivitas

Pembelajaran ... 53 Gambar 6-1 Tahapan Pengembangan Mata Kuliah

Pembelajaran Daring... 55 Gambar 6-2 Produksi Ulang Modul Pembelajaran Daring ... 56 Gambar 7-1 Komponen Pembelajaran Daring ... 61 Gambar 7-2 Memadukan Partisipan, Sumber Belajar, dan

Aktivitas pada Mata Kuliah ... 62 Gambar 7-3 Mata Kuliah/ Pelajaran Daring berbasis

Rencana Pembelajaran Semester ... 63 Gambar 8-1 Model 3P Pembelajaran Daring ... 66 Gambar 8-2 Pembelajaran Daring untuk Mendukung

Standar Proses Pembelajaran ... 66 Gambar 8-3 Arsitektur Pembelajaran Daring ... 67 Gambar 8-4 Sistem Manajemen Konten Berorientasi

Objek Pembelajaran ... 72 Gambar 8-5 Repositori Objek Pembelajaran yang Sharable

& Reusable di Setiap Level ... 73 Gambar 8-6 Ilustrasi Share dan Reuse Pertanyaan ... 75 Gambar 8-7 Ilustrasi Penyusunan Ulangan dan Ujian ... 75

(14)

Gambar 8-8 Ilustrasi Penyusunan Latihan, Ulangan, dan

Ujian dari Bank Soal ... 76 Gambar 8-9 Konvergensi Media ... 77 Gambar 8-10 Ilustrasi Pemberian Komentar dan Rating

untuk Materi Pembelajaran ... 79 Gambar 8-11 Ilustrasi Informasi Rating Materi

Pembelajaran ... 80 Gambar 8-12 Contoh format pemantauan pembelajaran ... 88

(15)
(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Taksonomi Objek Pembelajaran ... 30

Tabel 2 Kategori Materi Pembelajaran ... 38

Tabel 3 Struktur Objek Pembelajaran untuk Declarative Knowledge ... 38

Tabel 4 Struktur Objek Pembelajaran untuk Procedural Knowledge ... 39

Tabel 5 Struktur Objek Pembelajaran untuk Situated Knowledge ... 39

Tabel 6 Arsitektur Pembelajaran ... 40

Tabel 7 Pemilihan Media Visual Berdasar Bentuk Pengetahuan ... 43

Tabel 8 Pemilihan Media Berdasar Muatan/Isi Pembelajaran ... 44

Tabel 9 Pemilihan Media Berdasarkan Sifat Tugas ... 45

Tabel 10 Pemilihan Media Berdasar Sifat Respons ... 46

Tabel 11 Contoh Rencana Evaluasi ... 48

Tabel 12 Konsep Penilaian Aktivitas Diskusi Menggunakan Rubrik ... 49

Tabel 13 Konsep Asesmen ... 50

Tabel 14 Pemetaan Peran Pengembangan Mata Kuliah Pembelajaran Daring ... 56

(17)
(18)

1.

Pendahuluan

embelajaran Daring merupakan program penyelenggaraan kelas pembelajaran dalam jaringan untuk menjangkau kelompok target yang masif dan luas. Melalui jaringan, pembelajaran dapat diselenggarakan secara masif dengan peserta yang tidak terbatas. Pembelajaran Daring dapat saja diselenggarakan dan diikuti secara gratis maupun berbayar. Pada bagian ini dibahas latar belakang, permasalahan, tujuan pengembangan Pembelajaran Daring, ruang lingkup dan dasar hukumnya.

1.1.

Mengapa Pembelajaran Daring?

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini membawa berbagai perubahan dalam kehidupan manusia. Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) semakin dirasakan di berbagai sektor, termasuk di bidang pendidikan.

Pada tahun 2009, seorang pemuda bernama Salman Khan meninggalkan pekerjaannya sebagai manajer keuangan. Hidupnya ia serahkan ke dunia pendidikan, yang dia sebut Khan Academy (http:// khanacademy.org/ ). Khan menghabiskan waktunya di sebuah bekas toilet mini yang ia sulap menjadi studio rekaman sekaligus perpustakaan. Ruangan tersebut berukuran 1,5 x 2 meter, di ruang sesak inilah Khan menghabiskan waktunya bersama dua komputer, software screen capture senilai $20, dan sebuah pen tablet senilai $80, Khan membuat video pembelajaran. Hebatnya, semua itu dikerjakannya sendiri, mulai dari menyusun materi, membuat video, hingga menjadi guru sekaligus. Dia bisa mengajar apa saja, dari kalkulus, trigonometri, kimia, fisika, biologi, sampai tentang perang Napoleon, dan pelajaran ekonomi.

Bill Gates dan anak laki-lakinya yang berumur 11 tahun, Rory, terpana oleh video-video pembelajaran Khan, dari video aljabar sampai biologi. Yang membuat kagum Gates adalah sosok Khan yang meninggalkan dunia gemerlap sebagai manajer investasi beralih menjadi guru yang mendidik jutaan orang lewat video Internet. Bill Gates pun

P

(19)

memujinya sebagai “Orang yang mengerjakan banyak hal dengan sumber daya yang amat terbatas.” Sejauh ini, di ruang sesak bekas toilet itu, Khan telah menciptakan 1.630 tutorial dan ditonton oleh 70 ribu orang per hari. Angka itu nyaris dua kali lipat jumlah mahasiswa Harvard plus Universitas Sanford.

Tidak jauh berbeda dengan Khan Academy, pada lima tahun terakhir ini, Massive Open Online Course (MOOC) atau kuliah online terbuka dan masif menjadi tren di berbagai kalangan yang masih giat belajar sepanjang hayatnya. MOOC ini pada umumnya menyediakan kuliah dan kursus yang dapat diikuti secara gratis. Penyelenggara kuliah online (kuliah daring) tersebut umumnya adalah universitas terkenal.

University of Michigan, Massachusetts Institute of Technology (MIT),

University of Princeston, Harvard, Stanford, dan perguruan tinggi top

lainnya.

Terdapat beberapa situs favorit yang menawarkan MOOC, antara lain Coursera (coursera.org) dan Udacity (udacity.com). Pada tahun 2012, MIT dan Harvard University meluncurkan edX (edX.org).

Suatu ketika, seorang anak laki-laki berusia 15 tahun bernama Battushig Myanganbayar, kelahiran Ulan Bator, Mongolia mengikuti kelas

Circuits and Electronics, kelas MOOC pertama yang dibuka oleh MIT. Ia

beserta 340 mahasiswa dari 150.000 mahasiswa yang mengambil mata kuliah tersebut mendapatkan nilai sempurna (www.nytimes.com). Bagaimana mungkin anak yang berasal dari daerah yang bisa dikatakan tertinggal dapat memperoleh prestasi tinggi seperti itu? Ternyata, dalam kesehariannya Battushig tidak mendengarkan musik. Battushig tidak mengenal Harry Potter (“apa yang dapat saya pelajari darinya? ujarnya”). Battushig menganggap belajar elektronik tidak ada batasnya, belajar elektronik seperti bermain dengan mainan yang sangat mengasyikkan.

Kisah Battushig ini menunjukkan bahwa Pembelajaran Daring mampu memberikan layanan pembelajaran yang menarik dan efektif. Di samping itu, melalui Pembelajaran Daring terbuka seperti itu dapat menjaring anak-anak muda berbakat dan jenius. Dalam kasus Battushig, ia langsung diterima sebagai mahasiswa MIT melalui program beasiswa. Bukan tidak mungkin kasus seperti ini terulang pada anak-anak muda di seluruh belahan dunia, termasuk di Indonesia. Praktik seperti ini

(20)

manusia yang potensial yang dimiliki, diambil oleh negara lain. Alangkah baiknya apabila negara kita dapat melakukan hal yang sama sehingga mampu menjaring bakat-bakat muda potensial untuk diasah menjadi pemegang peran penting dalam pembangunan bangsa Indonesia.

Kita patut bersyukur dan bangga, pada tahun 2014, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi di Indonesia cepat tanggap untuk mengikuti arus perkembangan ini dengan menjalankan program Pembelajaran Daring Indonesia Terbuka dan Terpadu (PDITT). Pada tahap awal, PDITT dijalankan oleh enam perguruan tinggi ternama di Indonesia dan diharapkan dapat melibatkan partisipasi perguruan tinggi lainnya pada tahap selanjutnya.

Buku ini memuat panduan pengembangan Pembelajaran Daring yang berbasis standar. Panduan ini sangat berguna bagi pengembang untuk membangun Pembelajaran Daring yang bermutu. Melalui panduan ini dapat diharapkan semakin banyak guru, dosen, sekolah, dan perguruan tinggi serta lembaga-lembaga workshop dan pelatihan yang mengembangkan dan menyelenggarakan Pembelajaran Daring. Pembelajaran Daring yang bermutu akan mudah diakses dan disebarluaskan menjangkau audiens yang luas sehingga dapat turut mengemban misi untuk mewujudkan visi Pendidikan Nasional dan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan bangsa Indonesia.

1.2.

Alasan Dibutuhkannya Pembelajaran Daring

Di dalam bukunya “The One World Schoolhouse”, Salman Khan mengatakan:

“Pendidikan tidak terjadi di dalam ruang antara mulut guru dan telinga murid. Pendidikan terjadi di ruang di dalam otak masing-masing.” Hal ini sejalan dengan teori pembelajaran konstruktivisme bahwa ilmu pengetahuan itu dibangun oleh murid melalui proses belajar, bukan dipindahkan dari guru ke murid. Mengingat hal tersebut tidak alasan untuk meragukan bahkan menolak Pembelajaran Daring. Mempertimbangkan tren yang berkembang di dunia dan kondisi pendidikan di Indonesia dapat dirumuskan alasan dibutuhkannya Pembelajaran Daring sebagai berikut:

(21)

 Kapasitas pendidikan di Indonesia, baik pendidikan dasar dan menengah, pendidikan tinggi, maupun lembaga-lembaga workshop & pelatihan masih sangat terbatas.

 Sebaran yang kurang merata sehingga meningkatkan biaya pendidikan/ pelatihan dan akomodasinya.

 Kebanyakan satuan pendidikan belum memiliki sumber daya pendidikan yang memadai dan berkualitas. Sekolah, perguruan tinggi dan lembaga pelatihan yang bermutu lebih terkonsentrasi di Pulau Jawa.

 Belum dapat mewujudkan layanan pendidikan dan pelatihan yang setara dan bermutu.

 Belum dapat menjamin pemenuhan kebutuhan dan permintaan pendidikan dan pelatihan yang bermutu. Masih banyak penduduk usia wajib belajar belum mendapatkan haknya untuk mendapatkan pendidikan.

1.3.

Apa Manfaat Pembelajaran Daring?

1.3.1. Tujuan

Secara umum, Pembelajaran Daring bertujuan memberikan layanan pembelajaran bermutu secara dalam jaringan (daring) yang bersifat masif dan terbuka untuk menjangkau audiens yang lebih banyak dan lebih luas.

1.3.2. Manfaat

o Meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan dengan memanfaatkan multimedia secara efektif dalam pembelajaran. o Meningkatkan keterjangkauan pendidikan dan pelatihan yang

bermutu melalui penyelenggaraan pembelajaran dalam jaringan. o Menekan biaya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang

bermutu melalui pemanfaatan sumber daya bersama. 1.3.3. Karakteristik

Berdasar tren yang berkembang, Pembelajaran Daring memiliki karakteristik yang utama sebagai berikut:

(22)

Daring

Pembelajaran Daring adalah pembelajaran yang diselenggarakan melalui jejaring web. Setiap mata kuliah/pelajaran menyediakan materi dalam bentuk rekaman video atau slideshow, dengan tugas-tugas mingguan yang harus dikerjakan dengan batas waktu pengerjaan yang telah ditentukan dan beragam sistem penilaian.

Masif

Pembelajaran Daring adalah pembelajaran dengan jumlah partisipan tanpa batas yang diselenggarakan melalui jejaring web. Kuliah perdana edX diikuti oleh 370.000 siswa. Coursera yang diluncurkan Januari 2012, pada November 2012 sudah memiliki murid lebih dari 1,7 juta—tumbuh lebih cepat dibanding Facebook.

Terbuka

Sistem Pembelajaran Daring bersifat terbuka dalam artian terbuka aksesnya bagi kalangan pendidikan, kalangan industri, kalangan usaha, dan khalayak masyarakat umum. Dengan sifat terbuka, tidak ada syarat pendaftaran khusus bagi pesertanya. Siapa saja, dengan latar belakang apa saja dan pada usia berapa saja, bisa mendaftar. Hak belajar tak mengenal latar belakang dan batas usia.

Kedua karakteristik terakhir ini sifatnya bergantung desain, pengembang dan penyelenggara Pembelajaran Daring dapat saja membatasi jumlah partisipannya dan memasang tarif bagi peserta kelas pembelajarannya.

1.4.

Dasar Hukum

Untuk menjamin pelaksanaan dan keberlanjutan program pembelajaran, pendidikan dan pelatihan secara daring, pengembangan-nya harus mempertimbangkan peraturan dan undang-undang yang berlaku. Beberapa di antaranya yang terkait adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

2. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;

(23)

3. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen: 4. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 129a/ U/ 2004

tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan;

5. Permendiknas Nomor 38 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional;

6. UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak atas Kekayaan Intelektual; 7. Peraturan Presiden Detiknas tentang Pemanfaatan TIK (KEPRES RI

NOMOR 20 TAHUN 2006)

8. Dokumen Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2010-2014; 9. Renstra Strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,

Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2010-2014;

10. Permendikbud Nomor 109 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh pada Pendidikan Tinggi.

11. Permendikbud Nomor 119 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.

1.5.

Apa Saja yang Perlu Diperhatikan?

1.5.1. Prinsip Desain Pembelajaran Daring

Untuk menghasilkan Pembelajaran Daring yang baik dan bermutu ada beberapa prinsip desain utama yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Identifikasi capaian pembelajaran bagi mahasiswa atau peserta pendidikan dan pelatihan, mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap.

2. Menjamin strategi asesmen selaras dengan capaian pembelajaran.

3. Menyusun aktivitas dan tugas pembelajaran secara progresif agar mahasiswa dapat mematok target pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibangun dalam proses belajarnya.

a. menyajikan materi yang mendukung belajar aktif;

b. dalam durasi pembelajaran, pengetahuan dibangun mulai dari yang mendasar lalu meningkat menuju keterampilan

(24)

pada tingkat yang lebih tinggi seperti aplikasi, integrasi dan analisis.

4. Menjamin keseimbangan antara kehadiran dosen memberi materi, interaksi sosial, tantangan atau beban kognitif.

1.5.2. Pertanyaan yang Harus Dijawab bagi Pengembang Pembelajaran Daring

Di samping itu, pengembangan Pembelajaran Daring harus dapat pertanyaan-pertanyaan berikut ini agar dapat menghasilkan Pembelajaran Daring yang baik dan bermutu.

1. Pembelajaran Daring sebaiknya dirancang dan diselenggarakan oleh orang yang memiliki kepakaran dan interes pribadi pada topik pembelajaran sehingga dapat menarik partisipan untuk belajar dan diskusi.

Topik apa yang Anda pertimbangkan untuk Pembelajaran Daring? Apakah Anda yakin topik tersebut cocok untuk diselenggarakan dalam bentuk Pembelajaran Daring? Apakah ada permintaan atau ada yang membutuhkan pembelajaran ini?

2. Pembelajaran Daring dapat saja bersifat masif. Namun interpretasi masif ini dapat berbeda. Tidak masalah seberapa besar partisipan pembelajaran, yang Anda butuhkan adalah topik yang banyak diminta dan memiliki kelompok target audiens. Apakah audiens akan cocok dengan topik yang akan Anda sediakan melalui Pembelajaran Daring?

3. Individu yang terlibat dalam merancang Kuliah Daring seharusnya pakar di bidangnya (pengajaran atau penelitian) dan seharusnya 'hadir' di dalam pembelajaran.

Siapa yang akan merancang dan mengajar Pembelajaran Daring? Bagaimana jadwal untuk merancang dan menyelenggarakan pembelajarannya? Bagaimana penyajiannya?

4. Capaian pembelajaran dari partisipan Pembelajaran Daring perlu ditentukan agar efektivitas Pembelajaran Daring dapat dievaluasi. Hal yang juga penting adalah performansi partisipan diukur dan diumpanbalikkan terkait dengan kekuatan dan kelemahannya dalam pembelajaran.

(25)

Apa yang akan dipelajari partisipan atau apa hasil yang diinginkan? Bukti apa atau dokumentasi apa yang perlu disiapkan partisipan, bila ada, untuk menyajikan bahwa mereka telah mencapai hasil atau yang diinginkan? Bagaimana partisipan akan menerima umpan balik atas pembelajarannya?

5. Pembelajaran Daring hendaklah memfasilitasi pengalaman belajar yang efektif yang membutuhkan interaktivitas, komunikasi, dan komunitas belajar.

Apa jenis interaksi yang akan digunakan bagi partisipan

(centralized atau distributed, synchronous atau asynchronous)?

Siapa yang akan memfasilitasi interaksi tersebut?

6. Konten atau materi Pembelajaran Daring hendaknya merupakan titik awal untuk perbincangan dalam pembelajaran, bukan hanya agar Pembelajaran Daring terkesan eksklusif.

Materi apa yang dibutuhkan oleh partisipan untuk menyelesaikan aktivitas belajar dan menghasilkan capaian pembelajaran? Apakah Anda memiliki keterampilan dan perangkat lunaknya untuk membuat materi tersebut atau di mana Anda dapat memperoleh sumber belajar yang dibutuhkan itu?

7. Mahasiswa kadang-kadang mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan teknologi pendidikan dan situs Pembelajaran Daring yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas daring.

Tantangan apa yang Anda antisipasi? Apa saja langkah langkah proaktif yang Anda lakukan untuk membantu partisipan agar familiar dengan teknologi dan sistem Pembelajaran Daring? 8. Ketika bekerja secara daring, mahasiswa sering kali bermasalah

dalam mengatur waktu dan tugas-tugasnya, sering kali mahasiswa juga kesulitan memahami implikasi dari Pembelajaran Daring dalam rangkaian studinya.

Apakah Anda memiliki rencana untuk membantu partisipan Anda agar pandai-pandai mengelola waktu belajarnya dan meng-organisasikan pengetahuan yang diperoleh dari Pembelajaran Daring terkait studinya?

9. Tidak seperti pembelajaran tradisional yang mana pesertanya sudah terdaftar dan harus mengambil kelas pembelajaran Anda

(26)

untuk menyelesaikan program studinya, untuk Pembelajaran Daring Anda perlu menawarkan dan mempromosikan kelas Anda. Bagaimana Anda menawarkan/mempromosikan Pembelajaran Daring Anda?

10. Pembelajaran seharusnya memiliki siklus evaluasi, sebelum, selama, dan setelah pembelajaran.

Metode apa yang akan Anda gunakan untuk mengevaluasi pembelajaran Anda sebelum dimulai? Bagaimana Anda menangkap umpan balik mahasiswa selama dan setelah pembelajaran?

1.6.

Bagaimana Pembelajaran Daring Dikembangkan?

Pengembangan Pembelajaran Daring sebaiknya dilaksanakan secara sistematis dan metodik sehingga memberikan manfaat sebagaimana yang diharapkan. Berikut ini dijelaskan teknologi dan standar yang digunakan dan bagaimana metodologi pengembangannya. 1.6.1. Teknologi dan Standar yang Digunakan

Buku ini merekomendasikan Teknologi dan Standar yang digunakan adalah sebagai berikut:

 Standar Isi dan Proses

Standar Nasional Pendidikan (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005)

 Metadata Materi Pembelajaran

Extensible Markup Language (XML), yaitu teknologi dan standar

untuk mendeskripsikan materi.

 Standar dan Spesifikasi Materi Pembelajaran Daring

o ISO/IEC TR 29163-1:2009, tentang Overview SCORM

(Sharable Content Object Reference Model)

o ISO/IEC TR 29163-2:2009, tentang Content Aggregation

Model SCORM

o ISO/IEC TR 29163-3:2009, tentang Run-time Environment SCORM

o ISO/IEC TR 29163-4:2009, tentang Sequence and Navigation SCORM

(27)

 Standar dan Spesifikasi Proses Pembelajaran Daring

o ISO/IEC TR 19796-1:2005, tentang Learning, Education and Training

o ISO/IEC TR 19796-3:2009, tentang Metrics dan Methods. 1.6.2. Metodologi Pengembangan

Pengejawantahan dari prinsip desain tersebut di atas serta bagaimana menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut diupayakan melalui proses pengembangan Pembelajaran Daring yang mengacu pada ISO 19796: Part 1 yang memuat proses pengembangan sistem learning,

education, & training. Tahapan atau langkah-langkah pengembangan

(28)

G amba r 1 Refer en ce Fr a m ew o rk f o r Descr ip ti o n o f Q u a lity ( IS O 1 9 7 9 6 : Pa rt 1)

(29)
(30)

2.

Langkah-langkah Pengembangan

ada bagian ini diuraikan proses adaptasi model mutu mengacu pada ISO 19796: Part 1 untuk digunakan sebagai model proses pengembangan Pembelajaran Daring (ISO/IEC, 2005). Adaptasi model proses ini mempertimbangkan program berbagi materi dan standar nasional pendidikan di Indonesia. Berikut ini disampaikan model proses pengembangan Pembelajaran Daring yang terdiri atas proses utama beserta subprosesnya. Model deskriptif dari setiap proses dapat dilihat pada Lampiran.

Selengkapnya, proses utama dalam pengembangan Pembelajaran Daring diperlihatkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Proses Utama Pengembangan Pembelajaran Daring

Ketujuh proses ini diuraikan pada bagian berikut.

2.1.

Analisis Kebutuhan

Proses utama yang pertama adalah analisis kebutuhan, yaitu proses identifikasi dan deskripsi kebutuhan, permintaan, dan kendala dalam pengembangan Pembelajaran Daring. Proses ini terdiri atas empat subproses sebagai berikut:

Inisiasi: inisiasi pengembangan Pembelajaran Daring; deskripsi dari kebutuhan atau permintaan untuk pengembangan Pembelajaran Daring.

Identifikasi Stakeholder: identifikasi, deskripsi dan evaluasi pemangku kepentingan.

Definisi Sasaran: definisi dan evaluasi sasaran dari pemangku kepentingan. Analisis Kebutuhan Analisis Rangka Kerja Konsepsi / Desain Pengem bangan/ Produksi Imple-mentasi Proses Pembelaj aran Evaluasi/ Optimasi

P

(31)

Analisis Permintaan: spesifikasi, deskripsi, dan validasi permintaan dan sasaran dalam pengembangan Pembelajaran Daring serta deskripsi operasionalnya.

2.2.

Analisis Rangka Kerja

Pada tahap kedua adalah proses analisis rangka kerja, yaitu proses identifikasi rangka kerja dan konteks dari pengembangan Pembelajaran Daring. Kajian terhadap proses ini menunjukkan bahwa poin-poin yang termuat dalam model referensi sesuai dengan kebutuhan di lingkungan pendidikan dan pelatihan, yaitu terdiri atas subproses berikut:

Analisis Konteks Eksternal: proses identifikasi, deskripsi, dan evaluasi framework/konteks eksternal pengembangan Pembelajaran Daring.

Analisis Sumber Daya Staf: proses identifikasi dan deskripsi aktor, kualifikasinya, kompentensinya, dan ketersediaannya.

Analisis Kelompok Target: proses identifikasi dan deskripsi kelompok target dan profil peserta pendidikan atau pelatihan.  Analisis Konteks Organisasional dan Institusional: proses

identifikasi & deskripsi relevansi konteks organisasional dan institusional untuk pengembangan Pembelajaran Daring.

Perencanaan Waktu dan Biaya: proses identifikasi dan deskripsi batasan keuangan, kontrak, dan tempo pelaksanaan pengembangan Pembelajaran Daring.

Analisis lingkungan: proses identifikasi dan deskripsi lingkungan dan sumber daya fisik untuk pengembangan Pembelajaran Daring.

2.3.

Konsepsi/Desain

Pada tahap ketiga adalah proses konsepsi atau desain, yaitu proses merencanakan dan mendesain konsep Pembelajaran Daring. Berikut ini subproses yang dilakukan:

Kompetensi/Capaian Belajar: menyesuaikan dengan istilah dalam standar kompetensi lulusan pendidikan atau pelatihan.

(32)

Merupakan proses mendefinisikan kompetensi yang ingin dicapai dalam suatu materi Pembelajaran Daring.

Konsep Materi: konsep dari materi pembelajaran yang

direpresentasikan berupa silabus dan rencana pembelajaran.  Konsep Agregasi: deskripsi model agregasi materi Pembelajaran

Daring yang mendukung mekanisme share dan reuse.

Konsep Sekuen dan Navigasi: deskripsi urutan penyampaian materi dan fitur interaktif bagi pengguna.

Konsep Didaktik: konsep dari model didaktik, konsep dan prinsip metode penyampaian materi pembelajaran.

Konsep Media: pemilihan dari penggunaan media.

Konsep Komunikasi: pemilihan dan deskripsi dari media komunikasi yang digunakan dalam pembelajaran.

Konsep Tugas: deskripsi bentuk penugasan yang diberikan melalui materi Pembelajaran Daring.

Konsep Evaluasi: deskripsi metode pelaksanaan evaluasi, cara penilaian, dan penentuan kriteria kelulusan.

Konsep Metadata: definisi model metadata yang digunakan pada materi Pembelajaran Daring.

Konsep Aktivitas: definisi model metadata aktivitas yang digunakan pada materi Pembelajaran Daring.

Konsep Pemeliharaan: deskripsi pedoman pemeliharaan secara rutin maupun insidentil materi Pembelajaran Daring.

2.4.

Pengembangan/Produksi

Selanjutnya, pada tahap keempat adalah pengembangan/ produksi, yaitu proses merealisasikan konsep atau desain Pembelajaran Daring.

Proses produksi terdiri atas enam subproses sebagai berikut:

Realisasi Materi: produksi atau realisasi materi Pembelajaran Daring.

Realisasi Media: produksi atau realisasi aset-aset digital yang membangun materi Pembelajaran Daring.

Realisasi Desain: realisasi desain tampilan, sekuen, dan navigasi Pembelajaran Daring.

(33)

Realisasi Teknis: pengemasan aset digital mengacu pada konsep agregasi dan konsep metadata dengan mengikuti standar internasional ISO 29163.

Pemeliharaan: pemeliharaan materi Pembelajaran Daring supaya terjaga relevansinya dan up to date.

Pengemasan Ulang: mengemas ulang sumber belajar yang belum

memenuhi standar.

2.5.

Implementasi

Pada tahap ini adalah mengimplementasikan Pembelajaran Daring.

Proses implementasi ini memiliki lima subproses sebagai berikut:

Pengujian Sumber Belajar: pengujian dan validasi paket materi Pembelajaran Daring.

Adaptasi Sumber Belajar: deskripsi dari manajemen konfigurasi, adaptasi dan pengaturan paket materi Pembelajaran Daring.  Aktivasi Sumber Belajar: proses ini mendeskripsikan pementasan

dan penyebaran materi Pembelajaran Daring.

Organisasi Pengoperasian & Pendistribusian: penyediaan kebutuhan organisasional untuk pendistribusian materi dan pengoperasian Pembelajaran Daring.

Infrastruktur Teknis: penyediaan kebutuhan teknis untuk pendistribusian materi dan pengoperasian Pembelajaran Daring.

2.6.

Proses Pembelajaran

Pada tahap yang keenam adalah proses pengoperasian Pembelajaran Daring yang mencakup proses administrasi dan proses pembelajaran, mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil dan proses pembelajaran, sampai dengan pengawasan pembelajaran.

Berikut kelima subproses dari proses pengoperasian:

Administrasi: pengoperasian Pembelajaran Daring untuk

keperluan administrasi: pendaftaran pembelajaran, pendaftaran partisipan, penjadwalan dan administrasi lainnya.

(34)

Perencanaan Pembelajaran: pengoperasian Pembelajaran Daring untuk keperluan perencanaan pembelajaran.

Pelaksanaan Pembelajaran: pengoperasian Pembelajaran Daring untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran.

Penilaian Hasil dan Proses Pembelajaran: pengoperasian Pembelajaran Daring untuk keperluan penilaian hasil dan proses pembelajaran.

Pengawasan Proses Pembelajaran: pengoperasian Pembelajaran Daring untuk keperluan pengawasan proses pembelajaran.

2.7.

Evaluasi dan Optimasi

Pada tahap yang terakhir adalah proses evaluasi dan optimasi, yaitu proses mendeskripsikan metode, prinsip-prinsip, dan prosedur evaluasi dalam proses pengembangan Pembelajaran Daring serta upaya perbaikan berdasar hasil evaluasi.

Proses ini terdiri atas empat subproses sebagai berikut:

Perencanaan: penyusunan rencana evaluasi yang mencakup tujuan, pendekatan yang digunakan, waktu, evaluator yang dilibatkan, parameter dan kriteria serta pemilihan metode dan instrumen evaluasi.

Realisasi: proses realisasi dari evaluasi.

Analisis: proses analisis data hasil evaluasi untuk mendapatkan pemahaman penggunaan metode, alat, dan sumber belajar dengan memperhatikan biaya, hasil, dan manfaat.

Optimasi/Perbaikan: mendeskripsikan proses adaptasi dan optimasi sistem dan materi Pembelajaran Daring untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya..

(35)
(36)

DAFTAR PUSTAKA

Atwi S, M. (2005). Desain Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka.

Bloom, B. S. (1956). Taxonomy of educational objectives: The classification

of educational goals (Handbook I: Cognitive domain). New York.

Cisco Systems. (2001). Model of an E-learning Solution Architecture for

the Enterprise.

Clark, R. C. (2002). “Designing instruction that supports cognitive learning processes”. Journal of Athletic Training, 152-159.

David McKay Company, I. C. (2003). Reusable learning object authoring

guidelines: How to build modules, lessons, and topics.

Dick, W. L. (2005). The systematic design of instruction. Boston.

Ertmer, P., & Newby, T. (1993). “Behaviorism, Cognitivism, Constructivism: Comparing Critical Features From an Instructional Design Perspective”. Performance Improvement Quarterly, 50–72. European Training Foundation. (2009). E-learning for Teacher Training:

from Design to Implementation. Luxembourg: Official Publications

of the European.

Fattah, A. H., Saleh, M., & Davidsen, P. (n.d.). Modeling E-Material Supply Chain.

Fee, K. (2009). Delivering E-learning: A complete strategy for design,

application and assessment. London & Philadelphia: Kogan Page

Limited.

Gutiérrez, E., Ramos, J., Romero, S., & Trenas, M. A. (2007). “A Learning Management System Designed for A Basic Laboratory Course on Computer Architecture”. IADIS International Conference

E-learning, (pp. 68-74).

ISO/IEC. (2005). ISO/IEC 19796-1:2005. Information Technology - Learning, Education, and Training - Quality Management,

(37)

Assurance, and Metrics, Part 1: General Approach. Switzerland: ISO/ IEC.

ISO/IEC. (2009). ISO/IEC 19796-3:2009. Information Technology - Learning, Education, and Training - Quality Management,

Assurance, and Metrics, Part 3: Reference methods and metrics.

Switzerland.

Khan, B. H. (2004). “The People-Process-Product Continuum in E-learning:

The E-learning P3 Model”. Educational Technology, 33-40.

Khan, S. (2012). The One World Schoolhouse. New York: Twelve, Hachette Book Group.

Lockyer, L., Bennet, S., Agostinho, S., & Harper, B. (2009). Handbook of Research on Learning Design and Learning Objects: Issues,

Applications, and Technologies. New York: IGI Global.

Naidu, S. (2006). E-learning: A Guidebook of Principles, Procedures and

Practices. New Delhi: Aishi Creative Workshop.

Tim Kuliah Daring ITS. (2014). Laporan Pengembangan Kuliah Daring

Terbuka ITS. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Tim PDITT Dikti. (2014). Buku Panduan Pengembangan Pembelajaran

Daring Indonesia Terbuka dan Terpadu. Jakarta: Direktorat

(38)

LAMPIRAN

Model Deskriptif Proses Pengembangan

Model deskriptif ini menunjukkan skema klasifikasi dan dokumentasi untuk menjalankan proses mutu dalam pengembangan Pembelajaran Daring. Setiap proses dan sub-proses dideskripsikan dengan skema berikut:

Tabel 1. Model Deskriptif untuk Pendekatan Mutu

Atribut Deskripsi Contoh

ID Penanda yang unik ID1234

Kategori Proses Utama Pengembangan Mata kuliah

Nama Proses Nama proses Pemilihan metode

Deskripsi Deskripsi dari proses Pemilihan dan evaluasi metode

dan konsep dalam proses ini

Relasi Keterkaitan dengan proses

lain

Sebelum memilih metode harus melakukan analisis kelompok target; AK.3

Sub-proses/ sub-aspek

Dekomposisi atau proses yang merupakan bagian dari proses utama

Identifikasi metode, alternatif metode, prioritisasi metode

Objektif Tujuan/ sasaran dari proses Pemilihan satu atau lebih

konsep didaktik yang sesuai

Metode Metode yang digunakan

dalam proses ini

Pemilihan metode seharusnya berdasar hasil analisis kelompok target.

Metode yang dipilih berdasar pengalaman guru/ dosen.

Hasil Hasil yang diharapkan dari

proses ini

Spesifikasi metode Dokumen

Aktor Aktor yang bertanggung

jawab atau berpartisipasi dalam proses ini

Tim Desain Didaktik

Metrik/ Kriteria Ukuran atau kriteria untuk

evaluasi proses ini

Katalog kriteria

Standar Standar yang digunakan ISO 9241, IEEE 1484

Learning Object Metadata

Catatan/ Contoh

Informasi lebih lengkap, contoh penggunaannya

(39)

Model proses dibagi ke dalam tujuh bagian dengan penandaan/ ID sebagai berikut:

Tabel 2. Rangka kerja Acuan untuk Deskripsi Mutu

ID Kategori Sub-Proses

AK Analisis Kebutuhan AK.1 Inisiasi

AK.2 Identifikasi Stakeholder

AK.3 Definisi Sasaran AK.4 Analisis Permintaan

AR Analisis Rangka Kerja AR.1 Analisis Konteks Eksternal

AR.2 Analisis Sumber Daya Staf AR.3 Analisis Kelompok Traget

AR.4 Analisis Konteks Organisasi & Institusi AR.5 Analisis Perencanaan Waktu & Biaya AR.6 Analisis Lingkungan

KD Konsepsi/ Desain KD.1 Kurikulum

KD.2 Metode/ Konsep Didaktik KD.3 Proses Pembelajaran KD.4 Peran dan Aktivitas KD.5 Konsep Organisasional KD.6 Fungsi Sistem

KD.7 Konsep Organisasi Materi KD.8 Konsep Komunikasi

KD.9 Desain Antarmuka dan Interaksi KD.10 Konsep Teknis

KD.11 Konsep Pemeliharaan KD.12 Desain Materi Pembelajaran

PP Pengembangan/ Produksi PP.1 Realisasi Desain

PP.2 Realisasi Teknis PP.3 Pemeliharaan

IM Implementasi IM.1 Pengujian Sistem

IM.2 Adaptasi Sistem

IM.3 Organisasi Pengoperasian IM.4 Infrastruktur Teknis IM.5 Bimbingan Pengoperasian

OP Proses Pembelajaran OP.1 Administrasi

OP.2 Perencanaan Pembelajaran OP.3 Pelaksanaan Pembelajaran

OP.4 Penilaian Hasil dan Proses Pembelajaran OP.5 Pengawasan Proses Pembelajaran

EO Evaluasi dan Optimasi EO.1 Perencanaan Evaluasi

EO.2 Realisasi Evaluasi EO.3 Analisis

(40)

1 Analisis Kebutuhan

ID Kategori Nama Proses Deskripsi Relasi

AK Analisis Kebutuhan

Identifikasi dan deskripsi kebutuhan, permintaan, dan kendala dari proyek pengembangan sistem Pembelajaran Daring Sub-proses/ Sub-aspek AK 1.Inisiasi AK 2.Identifikasi stakeholder AK 3.Definisi sasaran AK 4.Analisis permintaan

Sasaran Untuk mendeskripsikan kebutuhan dan permintaan dalam

proyek pengembangan Pembelajaran Daring

Metode Quality Function Deployment

Hasil Dokumentasi tujuan, sasaran, kebutuhan dan keperluan dari

proyek pengembangan Pembelajaran Daring

Aktor Manajer proyek, spesialis, peserta didik, sponsor

Metrik/

Kriteria Beberapa indikator

Standar ISO 9000:2000

Catatan/ Contoh

1.1 Inisiasi

ID Kategori Nama Proses Deskripsi Relasi

AK.1 Analisis

Kebutuhan Inisiasi

Inisiasi proyek pengembangan Pembelajaran Daring; deskripsi kebutuhan atau permintaan untuk pembelajaran/ pelatihan

AR.4

proses/ Sub-aspek

 Identifikasi permintaan dan keperluan

 Identifikasi kebutuhan

Sasaran

 Deskripsi dan indikasi dari maksud dan tujuan proyek

 Kebutuhan untuk pembelajaran

(41)

ID Kategori Nama Proses Deskripsi Relasi

Metode

 Metode riset pemasaran dan analisis pasar, analisis tren, analisis kebutuhan, analisis SWOT, wawancara, analisis kesenjangan keterampilan (skill)

 Asesmen, analisis tempat kerja, audit

Hasil Definisi dan dokumentasi kebutuhan, keperluan, dan

permintaan (untuk pembelajaran/ pelatihan)

Aktor

 Pengguna akhir (peserta didik, pengajar, kontributor materi, tutor)

 Manajer edukasi dan pelatihan

 Pakar edukasi dan pelatihan

Metrik/ Kriteria

 Tinjauan validitas deskripsi

 Kesesuaian kebutuhan/permintaan dengan standar pendidikan/ pelatihan

Standar  ISO 900x:2000, ANSI/ PMI 99-001-2000 5.1 Initiation

Catatan/ Contoh

1.2 Identifikasi Stakeholder

ID Kategori Nama Proses Deskripsi Relasi

AK.2 Analisis Kebutuhan

Identifikasi

Stakeholder

Identifikasi, deskripsi, dan evaluasi kelompok stakeholder

proses/ Sub-aspek

 Identifikasi aktor

 Identifikasi pihak-pihak yang tertarik

 Identifikasi pengguna

Sasaran

 Untuk mendapatkan deskripsi dari semua stakeholder

yang berpotensi

 Untuk mengetahui pengaruh dan kerja sama

stakeholder dalam proyek

 Untuk mengetahui seberapa penting stakeholder

untuk proyek

 Untuk mengetahui kepentingan stakeholder pada proyek

 Untuk mengetahui penerimaan dan daya guna produk akhir proyek oleh pengguna

Metode

 Analisis literatur, workshop

 Regulasi pemeriksaan, rencana bisnis

(42)

ID Kategori Nama Proses Deskripsi Relasi

rekomendasi, dari EO.3)

Sasaran

Meningkatkan dan mempertahankan efisiensi dan efektifitas proses dan produk berdasarkan pengalaman dan rekomendasi

Metode

Hasil

Dokumentasi dan justifikasi dari metrik untuk tindakan perbaikan yang akan dijalankan, meliputi:

 Pemeliharaan/ peningkatan efisiensi dan efektivitas produk dan proses (tindakan yang rutin dilakukan, lihat PP.3)

 Adaptasi terhadap perubahan kondisi/ keadaan/ lingkungan (berdasarkan justifikasi metrik preventif)

 Implementasi dari rekomendasi berdasarkan evaluasi (berdasarkan justifikasi metrik korektif)

Aktor  Manajer Proyek  Tim evaluator  Pendidik  Desainer  Programmer Metrik/ Kriteria Standar Catatan/ Contoh

 Kelompok kerja mendiskusikan tentang perbedaan dari dua proses: metrik preventif dan korektif; keduanya akan berbeda dalam hal input dan metode

 Mempertimbangkan kedaan/ lingkungan, seperti organisasi, staf, sumber daya (teknis), dll.

 Hasil dari aktivitas evaluasi berguna sebagai input untuk perbaikan dalam perencanaan dan implementasi pada projek selanjutnya

(43)

Gambar

Gambar 5-10   Model 2 Sekuen dan Navigasi OP Mata
Tabel 1. Model Deskriptif untuk Pendekatan Mutu
Tabel 2. Rangka kerja Acuan untuk Deskripsi Mutu

Referensi

Dokumen terkait

kebutuhan mengenai media yang digunakan dalam proses pembelajaran Daring khususnya dalam mata pelajaran IPA (biologi) yaitu sebagai menimbang permasalahan yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembelajaran daring, serta faktor pendukung dan penghambat proses pembelajaran daring masa pandemi Covid-19 pada

Dari hasil analisis distribusi pertanyaan berdasarkan subjek pelaku dapat diketahui bahwa jumlah rata-rata pertanyaan yang diajukan oleh guru di dalam proses pembelajaran adalah

Dalam upaya mewujudkan rencana tersebut terlebih dahulu dimulai dengan mengidentifikasi peran, kepentingan, dan kebutuhan informasi stakeholder dalam skala industri, sehingga

Subkelas ini meliputi hubungan antara keterlibatan periodontal dependen (kelas I, kelas II, kelas V subkelas 1 dan 3) dan penyakit periodontal independen. Contoh subkelas

Penguasaan kompetensi siswa dalam mengelola pembelajaran daring di lakukan dengan strategi (a) penyamaan persepsi kebutuhan pembelajaran daring,(b) pemilihan LMS yang

Proses pengembangan media pembelajaran berbasis robot arm mengacu pada model ADDIE, meliputi: (1) Tahap analisis yaitu: analisis kebutuhan untuk menentukan masalah

dengan adanya bantuan dari media pembelajaran tersebut, biasanya media pembelajaran daring yang digunakan saat proses pembelajaran daring berlangsung disekolah adalah