• Tidak ada hasil yang ditemukan

Banyu Biru. Bidadari Jatuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Banyu Biru. Bidadari Jatuh"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Banyu Biru

(2)

SATU

Manusia

Berhati Malaikat…

BRAAAKKK!! Braakkk!!! Braaakkk!!!

“Buka pintu! Cepat, buka! Buka!! Buka!!!” Caesar menggedor-gedor pintu busway dengan keras. Penumpang yang tengah berdesakan spontan melihat kearahnya. Busway yang baru saja berhenti di Sarina, Jakarta Pusat, terpaksa berhenti lagi dan membukakan pintu untuknya.

“Ada apa, Mas? Kalau mau turun bisa di koridor depan!” Larang petugas pengaja pintu busway kesal melihat penumpang yang tidak tahu aturan itu. Namun, Caesar tidak memperdulikannya.

“Tahan!!” Caesar ke luar dengan cepat dan menarik kerah baju penumpang yang baru saja turun. Tanpa basa-basi ia menjotos wajah

penumpang itu, buk! Buk! Buk!

“Aawww…!!!!” cewek-cewek histeris! Sebagian orang ke luar melihat yang terjadi.

“HEII!!! Apa-apaan ini?!” pria bertampang innocent dan berseragam kantor itu tidak kuasa melawan Caesar hingga wajahnya menjadi korban pemukulan.

“Kembalikan!” teriak Caesar marah. “Kembalikan apa?”

(3)

“Dompet!!” tandas Caesar cepat. “Dompet apa?”

“Jangan lu kira gua ga tau lu ambil apa di dalam!!” “Dompet apa?! Saya bukan copet…!!!!”

Caesar menggeledah saku celana samping pria itu dan mengambil dompet pink dari dalam,“ini bukan punya lu ‘kan?!”

“I-i-itu….” pria itu gelagapan.

“Gua tahu dompet siapa yang lu ambil ini!” Caesar menyeret kasar kerah baju lelaki yang dianggapnya copet. Mereka masuk kembali ke dalam busway sementara penonton mengikutinya.

“Dia yang lu curi tadi!” Caesar menghadapkan pria itu pada seorang gadis. Kesya terkejut bukan main, ia merasa tidak kehilangan sesuatu. Sejak tadi Kesya berusaha tidak peduli pada kegaduhan itu. Ia menggunakan earphone mendengarkan musik di BlackBerrynya guna menghindari jenuh berdesakan dengan penumpang lain di dalam bus. Tidak menyangka keributan itu ternyata berhubungan dengannya.

“Apa kamu kehilangan sesuatu, tidakkan?!” pria yang dicengkram kerah bajunya berdalih.

Kesya mencopot earphone, “hah, apa?”

“Kamu merasa kehilangan sesuatu? Ngga ‘kan!” tanya pemuda berpakaian kantor itu lagi menegaskan.

“Sesuatu? Saya aman-aman saja…” jawab Kesya polos. Masyarakat gaduh, “salah kali…?!”

“Makanya jangan asal pukul orang…” “Iya salah kali tuh…”

“Jangan main hakim sendiri dong…!” “Selidiki dulu baru bertindak…!” “Wuuuuu….!!”

Pemuda berseragam kantor terbela, ia berada di atas angin, “siap-siap, Mas. Saya akan menuntut anda!”

(4)

“Kamu yakin tidak kehilangan sesuatu…?” Caesar bertanya lagi, sayang tak ada keraguan di wajah polos gadis itu.

“Ngga, saya baik-baik aja?! Apanya yang hilang…?” Kesya menggeleng. Melihat Caesar begitu yakin, ia terpaksa mengecek barang-barangnya di tas. Bahkan ia menunjukkan isi tasnya pada Caesar, “liat aja semua barang saya ada…”

“Huuuuuu…!” Massa makin gaduh.

“Anda telah menjatuhkan nama baik saya di depan umum! Saya tidak terima ini! Saya akan menuntut anda di pengadilan!” lelaki itu berusaha melepaskan cengkraman Caesar di kerah bajunya. Tapi Caesar tidak mau melepaskannya. Malah semakin orang itu berontak semakin kuat Caesar mencengkramnya. Caesar tidak mau orang itu melarikan diri…..

“Lepaskan saya!” lelaki itu terus berontak.

“DIAM!!!” bentak Caesar lebih keras. Semua diam. Sunyi. Lalu ia bertanya lagi pada Kesya dengan lembut, “periksa yang benar, apa kamu kehilangan sesuatu…?”

“Kan udah dibilang, saya ngga kehilangan apa-apa. Dari tadi saya aman-aman aja! Iiihhh, gimana sih nih orang…” Kesya mengecek isi tasnya sekali lagi, “semua barang-barang saya ada…utuh!”

“Cek yang benar, Sya. Siapa tau aja dia benar,” celetuk Raka teman kuliah Kesya yang berdiri di sebelahnya.

“Iiiihhhh, Raka. Gimana sih, orang ngga ada yang ilang kok. Nih hape gua. Nih tas gua. Ada semua…” Kesya menghentakkan kakinya di lantai bus. Merengek manja ke sahabatnya. Ia malu dilihat orang.

“Dengar’kan?! Dia tidak kehilangan apa-apa?!” pemuda tertuduh marah dan menatap geram Caesar.

“Mas, salah orang kali…” Kesya yakin barangnya lengkap. Caesar mengeluarkan dompet yang dari tadi disimpannya. Dompet warna pink dengan gambar panda memakan rumput, “ini dompet siapa? Punya kamu’kan?”

(5)

Kesya terbelalak melihatnya. Benda itu amat dikenalnya. Refleks ia mencari-cari dompet di dalam tasnya. Namun dompetnya tidak ada. Hilang. Kesya meraih dompet itu, “ya ampuuunnnn….!!! Ini kan dompet aku…kok bisa siiih?!!”

“Saya liat dari tadi copet ini mepet kamu terus. Tampangnya memang terlihat baik-baik tapi itu tidak menjamin dia orang baik. Dari gelagat mencurigakan dengan mendesak-desak seharusnya kamu sudah mulai curiga. Tapi kamu malah asik dengerin musik jadi tidak terasa dompet diambil. Untung sempat saya lihat…!”

“Aduuuhhh. Makasih ya, Mas…” Kesya jadi malu pada semua. Malu sekali tapi untung dompetnya kembali. Massa yang tadi menyalahkan Caesar berbalik sudut pandang menyalahkan pencuri.

“Sial!” saat semua lengah atas perubahan situasi yang terjadi si copet memanfaatkan kesempatan berontak dan berhasil lari secepat kilat. Ia melompat dari koridor terus ke jalan raya. Laju lalu-lintas pun terganggu. Kacau. Ia terus berlari. Diseberang jalan rupanya telah ada satu rekannya menanti menggunakan motor. Mereka pun melesat dan menyalip menghilangkan jejak serta masuk gang demi gang dan tak diketahui lagi ke mana perginya.

“Makasih ya, Mas.” Raka ikut bersyukur.

“Sama-sama,” Caesar senyum, “lain kali hati-hati dikeramaian seperti ini. Jangan autis dengan gadgets. Jadi lupa semuanya…”

“Iya…” Kesya digurui.

Busway jurusan Harmoni - Blok M melaju lambat. Masyarakat kembali tenang. Diam-diam mereka salut pada Caesar. Zaman sekarang jarang ada pemuda seberani dia yang mau berkorban membela orang yang belum dikenalnya.

“Oh ya, kita belum kenalan. Saya Caesar Adytia. Nama kamu siapa?” Caesar mengulurkan tangan pada Kesya.

“Kesya…” Kesya membalas jabatan tangan itu.

“Nama yang cantik seperti orangnya…” goda Caesar membuat pipi Kesya memerah malu.

(6)

“Saya Raka. Sahabat Kesya.” Raka juga mengulurkan tangan yang kemudian disambut Caesar. Sejujurnya Caesar tidak tahu kalau Kesya membawa teman. Sejak tadi diperhatikan Kesya autis dengan musiknya seperti sedang pergi sendiri.

“Kalian lama bersahabat…?” lanjut Caesar. “Kami sahabat dekat sejak SMP…” jawab Raka. “Sahabat dekat? Seberapa dekat?” selidik Caesar. “Ya, sedekat sekarang, hehehehe…” canda Raka. Kesya tersenyum simpul.

“By the way, saya turun di koridor Karet. Kalian mau ke mana?”

“Kami mau ke Blok M.” jawab Raka lagi.

“Ke Blok M ngapain, Kesya?” Caesar agak kesal juga semua pertanyaan dijawab Raka. Ia ingin bicara dengan Kesya.

“Kami ada acara seminar dari kampus,” Raka lagi yang menjawab. Kali ini Caesar mengacuhkan Raka. Ia hanya peduli pada Kesya. Kalau bisa Raka diam saja.

“Saya harus turun di depan. Ini kartu namaku. Jika butuh apa-apa hubungi aku…” sekali lagi cuma Kesya!

Kesya mengambilnya.

“Aku turun, bye!” Caesar turun bersama yang lain namun sepanjang perjalanan koridor matanya terus memandang gadis cantik itu sampai busway lenyap. Begitu juga Kesya hanya saja ia malu-malu membalas tatapannya.

Setelah semua orang dalam bus tenang dan tidak ada yang memperhatikannya lagi Kesya membaca kartu namanya, “Caesar

Adytia…personal manager, bekerja disebuah majalah Up To Date

Criminal! Up to date criminal?! Itu kan majalah kriminal ternama di

Jakarta…? Oh my God, semuda itu sudah jadi manager? Udah

ganteng, wibawa, pemberani, penolong lagi….!”

“Cieeee…yang dapat perhatian khusus…” ledek Raka. “Iiiihhh…Raka, apaan sih…” Kesya malu.

(7)

“Cieee…cieeee…mukanya merah tuh. Kayaknya bakalan ada

puisi baru nih. Judulnya ‘cintaku terpaut di halte busway’ jadi

kepingin nyanyi. Lagu siapa yang tepat ya. Oh iya, ‘Sang Dewi’-nya

Titi Dj…

“Walau pun dirimu tak bersayap Ku akan percaya kau mampu terbang

Bawa diriku tanpa takut dan ragu…

Walau pun kau bukan titisan dewa Ku takkan kecewa karena kau jadikanku

Sang dewi dalam taman surgawi…

“Aaaahhh Raka. Malu nih…” wajah Kesya kian memerah. Dalam hatinya membenarkan meski bukan titisan Dewa tapi Caesar mampu menjadikan Kesya seperti sang Dewi yang dilindunginya dengan

Referensi

Dokumen terkait

Karena harus ketemu beberapa client.“ jawab Danish yang aku yakin saat itu dia sama sekali tidak nyaman dengan pertemuan ini.. Begitu

penelitian diIndonesia untuk mengukur kesuksesan sistem informasi diantaranya adalah penelitian yang dilakukan dan dikemukakan oleh Zahirul et all [3] menunjukkan

umum terhadap atribut TB Diskon Togamas berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja atribut yang diteliti dan mencari atribut yang paling dominan membentuk persepsi konsumen

Kesimpulan dari penelitian terhadap Implementasi konsep etika bisnis islam menurut imam Al-Ghazali pada pelaksanaan program Advertising oleh PT takaful Indonesia

 Jika proses pencarian tidak menemukan solusi pada satu lintasan maka akan dilakukan backtracking (pencarian mundur) ke node sebelumnya untuk kemudian baru berpindah ke

Penulis berharap sistem pakar ini dapat membantu siswa siswi yang sering bermasalah di sekolah dan sistem pakar ini membantu memberikan solusi dan juga sebagai

Fungsi pengangkutan ialah memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai. Di sini

Dari hasil analisis perhitungan manual menggunakan metode Fellenius terhadap tanah natural yang mengalami proses pengeringan dan pembasahan didapatkan nilai safety