• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI DAKWAH ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI DESA PENTADIO BARAT KECAMATAN TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI DAKWAH ORGANISASI MUHAMMADIYAH DI DESA PENTADIO BARAT KECAMATAN TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ii

KABUPATEN GORONTALO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh ASRI

NIM : 105270017915

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/ 2020 M

(2)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung Iqra Lt. IV Telp. (0411) 851914 Makassar 90223

ميحرلا نمحرلا الله مسب

iii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi Saudara Fadilah Rahman, NIM 105 27 0016015 yang berjudul “Penerapan Manajemen Dakwah Dalam Meningkatkan Pemahaman Dan Pengamalan Ajaran Agama Islam Di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara” telah

diujikan pada hari Senin, 16 Rabi’ul Awwal 1442 H, bertepatan dengan 02 November 2020 M di hadapan tim penguji dan dinyatakan telah dapat diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 16 Rabi’ul Awwal 1442 H 02 November 2020 M

Dewan Penguji :

Ketua : Dr. Abbas, Lc., M.A. (……….…..)

Sekretaris : Dr. Abdul Fattah, S.Th.I., M.Th.I. (……….…..) Penguji :

1. Dr. Abbas, Lc., M.A. (……….…..)

2. Dr. Abdul Fattah, S.Th.I., M.Th.I. (………….……..) 3. Dr. Sudir Koadhi, S.S., M.Pd.I. (………….……..) 4. Dr. Muhammad Ali Bakri, S.Sos., M.Pd. (………….……..)

Disahkan Oleh:

Dekan FAI Unismuh Makassar

Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I NBM : 554 612

(3)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung Iqra Lt. IV Telp. (0411) 851914 Makassar 90223

ميحرلا نمحرلا الله مسب

iv

BERITA ACARA MUNAQASYAH

Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar telah mengadakan sidang Munaqasyah pada Hari/Tanggal : Senin, 16 Rabi’ul Awwal 1442 H /02 November 2020 M Tempat : Gedung Ma’had Al-Birr Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar Jl. Sultan Alauddin No. 259 Makassar.

MEMUTUSKAN

Bahwa Saudara

Nama : FADILAH RAHMAN

NIM : 105 27 0016015

Judul Skripsi : Penerapan Manajemen Dakwah Dalam

Meningkatkan Pemahaman Dan Pengamalan

Ajaran Agama Islam Di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara

Dinyatakan: LULUS

Ketua,

Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I NIDN : 0931126249

NID

Sekretaris,

Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si NIDN : 0906077301

Dewan Penguji:

1. Dr. Abbas, Lc., M.A (………..)

2. Dr. Abdul Fattah, S.Th.I., M.Th.I (………..) 3. Dr. Sudir Koadhi, S.S., M.Pd.I (………..) 4. Dr. Muhammad Ali Bakri, S.Sos., M.Pd. (………..)

Disahkan Oleh:

Dekan FAI Unismuh Makassar

Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I NBM : 554 612

(4)

v

Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Fadilah Rahman

NIM : 105270016015

Fakultas/Prodi : Agama Islam/Komunikasi dan Penyiaran Islam Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut :

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun). 2. Saya tidak melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi. 3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya

bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku. Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 02 Rabi’ul Awwal 1442 H 20 Oktober 2020 M Yang Membuat Pernyataan,

FADILAH RAHMAN NIM : 105270016015 Materai

(5)

vi ABSTRAK

FADILAH RAHMAN. 105270016015 2020. Penerapan Manajemen Dakwah Dalam Meningkatkan Pemahaman Dan Pengamalan Ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara (dibimbingoleh Ali Bakri Dan Abdul Fattah)

Skripsi ini membahas tentang penerapan manajemen dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara. Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mendeskripsikan dan menganalisis penerapan manajemen dakwah dalam upaya meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan; (2) untuk mendeskripsikan dan menganalisis penerapan metode dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, tempat penelitian ini adalah di Desa Linawan, waktu penelitian yaitu Nopember 2017, objek penelitian Objek penelitian ini adalah masyarakat yang beragama Islam Desa Linawan, deskripsi fokus penelitian yaitu pertama penerapan manajemen dakwah dalam upaya meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan meliputi: (1) Penerapan perencanaan dakwah; dan (2) Penerapan pelaksanaan dakwah; kedua penerapan metode dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan meliputi: (1) metode ceramah; (2) metode tanya jawab; dan (3) metode praktek, teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi, teknik analisis data melalui analisis reduksi data, induktif, dan analisis komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama penerapan manajemen dakwah dalam upaya meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan dilaksanakan melalui (1) penerapan perencanaan dakwah untuk melihat dan menganalisis program yang akan dilakukan sebagai acuan dalam berdakwah; dan (2) penerapan pelaksanaan dakwah meliputi (a) kegiatan pendahuluan; (b) kegiatan inti; dan (c) kegiatan penutup; kedua penerapan metode dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan meliputi (1) metode ceramah yang memberikan pemahaman yang komprehensif tentang ajaran agama kepada para jama’ah melalui dengan lisan, metode ceramah ini yang paling sering diterapkan oleh ustadz di Desa Linawan; (2) metode tanya jawab untuk memantapkan pemahaman ajaran Islam, metode ini sering dilakukan saat akhir pelaksanaan dakwah (kegiatan penutup); dan (3) metode praktek untuk mengamalkan dan mengaktualisasikan ajaran agama Islam dalam hidup sehari-hari seperti materi fiqih dan tajwid.

(6)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tetap tercurah kepada Rasulullah SAW, Keluarga, sahabat dan orang-orang yang senantiasa mengikuti beliau

Skripsi ini berjudul “Penerapan Manajemen Dakwah Dalam

Meningkatkan Pemahaman Dan Pengamalan Ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara”. Skipsi ini merupakan tugas akhir akademik perkuliahan pada Universitas Muhammadiyah untuk memenuhi syarat guna mendapatkan gelar sarjana strata satu komunikasi penyiaran islam (KPI)

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaiikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, olehnya penulis menyampaikan ucapan syukur kepada:

1. Rektor Unismuh Makassar yang telah banyak membantu, mengarahkan sampai skripsi ini terwujud.

2. Pimpinan Unismuh Makassar, Wakil Rektor I, Wakil Rektor II, dan Wakil Rektor III serta seluruh pegawai dan jajaran Unismuh Makassar yang telah membantu kelancaran akademik.

3. Direktur Al-Biir Makassar telah banyak membantu, mengarahkan dan member motivasi sampai skripsi ini terwujud.

(7)

viii

4. Pembimbing yang telah banyak membantu, mengarahkan dan mengoreksi sampai skripsi ini selesai.

5. Seluruh informan yang telah membantu kelancaran selama penelitian

6. Teman-teman mahasiswa AlBiir dan berbagai pihak yang tidak dapat disebut satu persatu, yang telah memberikan dukungan moril sehingga penulis selesai studi.

Teriring doa semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah swt., dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Amin

Makassar, 02 Novembe 2020 Penulis

FADILAH RAHMAN

(8)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH ... iv

SURAT PERNYATAAN SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Manajemen Dakwah ... 8

B. Pengertian Da’i ... 11

C. Kepribadian Da’i ... 12

D. Kiat Da’i dan Metode Dakwah ... 16

E. Pemahaman dan Pengamalan Agama ... 27

(9)

x

A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian ... 31

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

C. Objek Penelitian ... 33

D. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian ... 33

E. Instrumen Penelitian ... 35

F. Teknik Pengumpulan Data ... 36

G. Jenis dan Sumber Data ... 37

H. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 39

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 39

B. Penerapan Manajemen Dakwah dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman dan Pengamalan Ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara. ... 44

C. Metode Dakwah Dalam Meningkatkan Pemahaman dan Pengamalan Ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara ... 55

BAB V PENUTUP...62 A. Kesimpulan... 62 B. Saran- Saran...63 DAFTAR PUSTAKA...65 RIWAYAT HIDUP...68 LAMPIRAN...69

(10)
(11)

1 A. Latar Belakang Masalah

Islam masuk ke Indonesia melalui jalan dakwah yang panjang yang dilakukan oleh para da‘i melalui dakwah Islam yang di lakukan para da‘i di masa awal-awal Islam masuk ke Indonesia berhasil menaklukkan hati masyarakat Indonesia yang waktu itu menganut agama kepercayaan, Hindu dan Budha. Keberhasilan para da‘i di abad ke-16-17 itu lebih banyak di sebabkan oleh cara dakwah mereka yang menunjukkkan hubungan yang di analogis dan adaptif terhadap masyarakat setempat, sehingga menyebabkan Islam mudah diterima oleh masyarakat Indonesia.1

Para da‘i ketika itu memainkan peran penting sebagai penyebar agama hingga pengayom masyarakat, sehingga hubungan antara da‘i dengan masyarakatnya sangat dekat, tanpa sekat yang menjauhkan antara keduanya. Hal inilah di lakukan dengan memasukkan unsur-unsur Islam ke dalam kehidupan social masyarakat. Hal itu bertujuan untuk memberikan spirit pemahaman dan pengamalan keagamaan bagi lingkungan masyarakat, sehingga Islam teintegrasi dalam segala dimensi kehidupan masyarakat.

Peran da’i sebagai tokoh masyarakat dalam pembangunan sangat penting, karena posisinya sebaga seorang “opinion leader” (pemimpin opini)

(12)

yaitu orang yang berpengaruh besar dalam mengambil keputusan dalam bidanvg keagamaan. Setiap program pembangunan dalam bentuk dan jenis apapun yang tujuannya untuk pemberdayaan pemahaman dan pengamalan ajaran agama Islam dalam masyarakat diperlukan peranan da’i.2

Peran da‘i sebagai intermediary forces (kekuatan perantara), sekaligus sebagai agen dan mediator dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama Islam di masyarakat. Para da‘i memiliki basis yang kuat sebagai ahli agama dan pendamping masyarakat sesungguhnya merupakan wujud dari pemahaman Islam yang sempurna (Islam Kaffah). Sebab, selama ini para da‘i lebih banyak difokuskan pada peran penyebaran Islam ke masyarakat. Hal ini disebabkan oleh pemahaman Islam yang seringkali dipahami hanya sebagai persoalan ibadah saja, yang pemaknaannya masih terbatas pada pola hubungan hamba dengan Tuhan (vertikal). Sehingga penyebaran dakwah yang terjadi di masyarakat lebih banyak menyoroti persoalan ibadah kepada Allah swt secara ekslusif (terpisah dari yang lain), tanpa memaknainya secara luas.

Ajaran Islam memiliki spirit pembebasan, yang meniscayakan pola hubungan yang tidak saja vertikal kepada Tuhan, tetapi juga pola hubungan yang horisontal terhadap sesama manusia. Sehingga Islam sebagai agama memiliki tanggung jawab sosial agar masyarakat memiliki perilaku sosial.

2Elly Irawan, Pengembangan Masyarakat, (Cet. V; Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), h.

(13)

Agama Islam mengatur hubungan manusia, hubungan manusia dengan keselarasan, keseimbangan dan keserasian dalam hidup manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dalam mancapai kemajuan lahiriyah, dan kebahagiaan rohaniyah.

Oleh karena itu agama Islam juga sebagai dasar tata nilai dan merupakan penentu dalam perkembangan dan pembinaan rasa kemanusiaan maka pemahaman dan pengamalan dengan tepat dan benar diperlukan untuk menciptakan kesatuan bangsa.

Pemahaman dan pengamalan agama sangat besar peranannya dalam membentuk sikap dan pribadi keagamaan individu dengan melaksanakan ajaran agama Islam karena ajaran agama Islam memiliki jangkauan yang menyeluruh terhadap pembentukan seluruh aspek kehidupan manusia baik pembentuk fisik maupun psikis, juga mangacu pada terpenuhinya kebutuhan duniawi dan ukhrawi.3

Pemahaman dan pengamalan ajaran agama Islam yang dilaksanakan oleh masyarakat, pada prinsipnya bertujuan untuk membentuk pribadi yang memiliki keimanan dan ketaqwaan yang tinggi, atas dasar keimanan yang dimiliki itu masyarakat bersikap dan bertingkah laku yang mencerminkan pelaksanaan ajaran agama Islam.

Setelah memiliki pemahaman agama Islam masyarakat mandapatkan

(14)

pengetahuan yang dapat merubah setiap tingkah lakunya ke arah yang lebih baik. Hal ini tidak terlepas dari peran para da’i di tengah masyarakat, khususnya di di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara. Eksistensi peran da’I dalam masyarakat Desa Linawan sangat besar artinya. Kedudukan da’i tidak hanya dipandang sebagai orang yang memiliki ilmu keagamaan semata, melainkan juga dianggap orang yang mendapat penghormatan dalam kehidupan bermasyarakat dan menjadi ujung tombak dalam melakukan pembinaan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di dalam masyarakat Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara.

Dari asumsi tersebut, mendorong peneliti untuk mengelaborasi dan mengangkat sebagai penelitian skripsi tentang penerapan manajemen dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi pokok masalah penelitian dalam skripsi ini adalah bagaimana penerapan manajemen dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov.

(15)

Sulawesi Utara. Pokok masalah ini dianalisis secara logis ke dalam sub rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan manajemen dakwah dalam upaya meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara?

2. Bagaimana penerapan metode dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian skripsi ini sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis penerapan manajemen dakwah dalam upaya meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara.

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis penerapan metode dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara.

(16)

D. Manfaat Penelitian

Sebagai suatu karya ilmiah, skripsi ini dapat menambah khasanah intelektual, dan sebagai tambahan inspirasi dan tambahan wawasan bagi peneliti yang mengambil topik yang sama di masa yang akan datang, dan sebagai sumbangsi pengetahuan bagi para pembaca.

Penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan, renungan, dan masukan kepada para dak’I agar dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menerapkan manajemen dakwah untuk pengembangan kualitas masyarakat Islam khususnya yang berhubungan dengan manajemen dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara.

(17)

7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Manajemen Dakwah

1. Pengertian Manajemen

Menurut J. Panglaykim dan Hazil Tanzil, manajemen merupakan rangkaian proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan tenaga manusia dan sumber daya lainnya.1 Manajemen terdapat dalam setiap

kegiatan manusia, baik dalam masjid, sekolah, kantor, rumah sakit, maupun dalam kehidupan rumah tangga.

Menurut Sofyan Syafri Harahap, manajemen adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara mencapai suatu tujuan, apa fungsi yang harus dilakukan, dengan menggunakan alat, tenaga orang, ide dan sistem secara efisien.2

Menurut Muh. E. Ayub, manajemen adalah segenap perbuatan menggerakkan sekelompok orang dan menggerakkan fasilitas dalam suatu usaha kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan kalimat lain boleh kita sederhanakan menjadi manajemen adalah suatu proses kegiatan/ usaha pencapaian tujuan tertentu melalui kerjasama dengan orang lain.3

1J. Panglaykim dan Hazil Tanzil, Manajemen Suatu Pengantar, (Cet. XV; Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1991), h. 15.

2Sofyan Syafri Harahap, Manajemen Masjid; Suatu Pendekatan Teoritis dan Organisatoris,

(Cet. II; Yogyakarta: Danba Bhakti Prima Yasa, 1993), h. 16.

(18)

Berdasar dari pengertian manajemen tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan manajemen dakwah adalah upaya yang dilakukan dalam menjalankan tugas dakwah untuk mencapai tujuan dakwah, yaitu mewujudkan masyarakat, umat, yang diridhahi oleh Allah swt melalui penerapan manajemen dakwah dengan segala pendukungnya.

2. Pengertian Dakwah

Pengertian dakwah secara etimologi atau bahaasa adalah menyeru, memanggil, mengajak dan mengundang.4 Muhammad Abu Fath

al-Bayanuni mengemukana: Dakwah adalah Menyemapaikan dan mengajarkan agama Islam kepada seluruh manusia dan mempraktikkan dalam kehidupan nyata.5

Kemudian Asep Muhiddin mengemukakan:

Dakwah adalah upaya memperkenalkan Islam yang merupakan satu-satunya jalan hidup yang benar dengan cara yang menarik, bebas, demokratis, dan realitas menyentuh kebutuhan primer manusia.6

Sedangkan menurut Nur Syam mengemukakan:

Dakwah adalah proses merealisasikan ajaran Islam dalam dataran kehidupan manusia dengan strategi, metodologi, dan system dengan mempertimbengkan dimensi religio-sosio-psikologis individu atau masyarakat agar target maksimalnya tercapai.7

4Mauhmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah

al-Qur’an, 1973), h. 127.

5Muhammad Abu Fath Bayanuni, Madkhal ila ‘Ilm Dakwah (Beirut, Muassasah

al-Risalah, 1993), h. 17.

6Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 35.

7Nur Syam Filsafat Dakwah Pemahaman Filosofis tentang Ilmu Dakwah (Surabaya: Jenggala

(19)

Begitu pula Muhammad Sulthon mengemukakan:

Dakwa adalah panggilan dari Tuhan dan Nabi Muhammad SAW., untuk umat manuisa agar percaya kepada ajaran Islam dan mewujudkan ajaran yang dipercayainya itu dalam segala segi kehidupan.8

Selanjutnya dikemukakan pengertian dakwah secara etimologis, kata dakwah berasal dari bahasa Arab (عد-وعدي-ةوعد) yang berarti menyeru, memanggil, mengajak, mengundang.9 Perkataan dakwah berarti mengajak

kepada kebaikan dapat pula diartikan mengajak kepada keburukan.10

Dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu; اعد, وعدي, ةوعد yang berarti memanggil, menyeru atau berdoa dan mengajak seseorang untuk memeluk agama.11 Selain itu pengertian dakwah secara etimologis merupakan bentuk

masdar kata da’a. Kata da’a berasal dari akar kata al-dal (لادلا), al-a’in (نيعلا) dan salah satu huruf mu’tal yang berarti condongnya sesuatu kepadamu dengan suara atau ucapan.12

Secara terminologi dakwah mempunyai beragam makna dan pendapat tentang hal itu di antaranya adalah makna dakwah menurut Departemen Agama RI dalam buku “Metodologi Dakwah kepada Suku Terasing”, yaitu

8Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 13.

9H. Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Yayasan Penyelenggara

Penterjemah/Penafsir Alquran, 1973), h. 127.

10Mengajak kepada kebaikan pelakunya adalah Allah sesuai dengan QS. al-Baqarah (2) : 221.

Sedang mengajak kepada keburukan pelakunya adalah syaitan sesuai dengan QS. al-Fathir (35) : 6.

11Mochtar Husain, Dakwah Masa Kini, (Ujung Pandang: Nuhiyah, 1986), h. 8

12Abu Husain Ahmad bin Faris bin Zakariya, Mu’jam al-Maqayis al-Lughah (Cet. I; Beirut :

(20)

dakwah adalah setiap usaha yang mengarah untuk memperbaiki suasana kehidupan yang lebih baik dan layak, sesuai dengan kehendak dan tuntunan kebenaran.13 Pendapat ini dapat dikatakan bahwa dakwah bukan hanya milik

suatu komunitas yang ada untuk menciptakan kehidupan yang damai.

Dalam kaitan ini, Syekh Ali Mahfudz dalam kitabnya Hidayah al-Mursyidin mendefenisikan dakwah sebagai berikut:

Mendorong manusia agar berbuat kebajikan sesuai dengan petunjuk dan menyeru kepada mereka (manusia) berbuat kebajikan dan melarang mereka (manusia) dari perbuatan yang mungkar, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat.14

Secara khusus Muhammad Abduh memberikan definisi dakwah

sebagai berikut: Memperbaiki keadaan kaum muslimin dan mengajak kepada orang kafir untuk memeluk agama Islam.15

Sementara itu, Bahyul Khuly memberikan definisi dakwah sebagai suatu upaya memindahkan manusia dari suatu situasi ke situasi lain. Dalam hal ini memindahkan manusia dari situasi yang buruk kepada situasi yang lebih baik.16 Dengan demikian, pada prinsipnya dakwah adalah upaya untuk

mengajak umat manusia ke jalan Allah sebagai ikhtiar, baik yang bersifat

13 Asumsi Syakir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Cet. I; Surabaya: al-Ikhlas, 1993), h.

20

14Syekh Ali Mahfudz, Hidayah al-Mursyidin, diterjemahkan oleh Khadijah Nasution

(Yogyakarta : Usaha Penerbit Tiga A,), h. 18

15Mochtar Husain, Dakwah Masa Kini, h. 8

(21)

kolektif maupun yang bersifat individualistik untuk menjadikan Islam sebagai way of life.

Lebih jauh berbicara tentang defenisi dakwah, Muhammad Natsir dalam tulisannya yang berjudul “Fungsi Dakwah Islam dalam Rangka Perjuangan” mendefenisikan dakwah sebagai usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat. 17

Dipahami bahwa dakwah merupakan upaya mengsosialisasikan konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini yang meliputi Amar ma’ruf nahi mungkar dan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengamalannya dalam perikehidupan perseorangan, perikehidupan berumah tangga (usrah), perikehidupan bermasyarakat dan bernegara.

B. Pengertian Da’i

Kata da’i secara etimologi berasal dari bahasa arab yang berarti orang yang mengajak. Dalam Ilmu Komunikasi da’I mempunyai arti yang sama dengan komunikator.18 Sedangkan secara terminologi da’i adalah orang yang

mengajak kepada orang lain baik secara langsung atau tidak langsung dengan kata-kata, perbuatan atau tingkah laku ke arah kondisi yang baik atau lebih baik menurut syariat Al-Qur’an dan sunnah.19

17A. Rosyid Shaleh, Management Dakwah Islam (Cet, I; Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h. 21.

18Muhammad Natsir, Da’i Di Era Modernisasi, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 13.

(22)

Menurut Samsul Munir Amin dalam buku Ilmu Dakwah memberikan pengertian bahwa secara garis besar juru dakwah atau da’i mengandung dua pengertian yaitu:

1. Secara umum adalah setiap muslim atau muslimat yang berdakwah sebagai kewajiban yang melekat dan tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut ajaran Islam.

2. Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus dalam bidang dakwah Islam. 20

Da’i adalah orang yang melakukan seruan atau ajakan atau orang yang berdakwah. Secara umum semua orang muslim yang mukallaf mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ajaran Islam kepada seluruh umat manusia. Namun secara khusus orang yang berperan lebih intensif sebagai komunikator atau da’i adalah orang-orang yang memang mempunyai profesi ataupun memang sengaja mengkonsentrasikan dirinya dalam tugas menggali ilmu agama Islam untuk untuk disampaikan kepada orang lain, sehingga ilmu dan ajarannya tersebut mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain.

C. Kepribadian Da’i

Hakikat kepribadian itu terbentuk dari sejumlah sifat-sifat yang berbeda-beda yang satu sama lain berkaitan erat berupa

(23)

kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, kondisi, emosi, sentimen, dan motif-motif. Menurut Hamka yang dikutip oleh Muchsin Effendi mengatakan bahwa “Jayanya atau suksesnya suatu dakwah memang sangat bergantung pada pribadi dari pembawa dakwah itu sendiri”.21 Kepribadian da’i mencakup

kepribadian jasmani dan rokhani. Muchsin Effendi memberikan penjelasan bahwa klasifikasi kepribadian seorang da’i yang bersifat rohaniah yaitu sebagai berikut:

1. Iman dan takwa kepada Allah

Seorang da’i sebelum berdakwah dan menerangi mad’u terlebih dahulu dirinya sendiri harus memerangi hawa nafsunya sehingga diri pribadi lebih taat kepada Allah dan rosul-Nya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: 44:

قَل اَذِإَو

نَۡنَ اََّنَِّإ ۡم كَعَم َّنَِّإ ْآو لاَق ۡمِهِنيِطَٰيَش َٰلَِإ ْاۡوَلَخ اَذِإَو اَّنَماَء ْآو لاَق ْاو نَماَء َنيِذَّلٱ ْاو

َنو ءِز ۡهَ تۡس م

٤١

Terjemahnya:

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan)kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir”.

2. Tulus Ikhlas Dan Tidak Mementingkan Kepentingan Diri Pribadi

Keikhlasan seorang da’i akan melaksanakan tugas dengan ringan hati meskipun tugas yang dilaksanakan berat. Perintah keikhlasan ini sesuai

(24)

dengan perintah Allah dalam QS. Al-Bayyinah: 5

َّزلٱ ْاو تۡؤ يَو َةٰوَلَّصلٱ ْاو ميِق يَو َءٓاَفَ ن ح َنيِ دلٱ هَل َينِصِل

ۡ

مُ ََّللَّٱ ْاو د بۡعَ يِل َّلَِّإ ْآو رِم أ ٓاَمَو

َةٰوَكَ

ِةَمِ يَق

ۡلٱ

نيِد َكِلَٰذَو

٥

Terjemahnya:

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”. 3. Ramah Dan Penuh Pengertian

Kegiatan dakwah akan dikatakan berhasil apabila seorang da’i mempunyai kepribadian yang menarik, karena keramahan dan kesopanan dan keringan-tanganannya untuk membantu sesama. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Imran: 159

ةَۡحَۡر اَمِبَف

ٖ

َنِ م

َِّللَّٱ

َتنِل

ۡم َلَ

ۡوَلَو

َتن كَ

اًّظَف

َظيِلَغ

ِبۡلَق

ۡلٱ

ْاوُّضَفنٱَل

ۡنِم

َكِلۡوَح

فۡعٱَف

ۡم هۡ نَع

ۡرِفۡغَ ت ۡسٱَو

ۡم َلَ

ۡم هۡرِواَشَو

ِف

ِر ۡمَ ۡلۡٱ

اَذِإَف

َتۡمَزَع

ۡلَّكََوَ تَ ف

ىَلَع

َِّللَّٱ

َّنِإ

ََّللَّٱ

ُّبِ يُ

ِ كََوَ ت م

ۡلٱ

َينِل

٤٥١

Terjemahnya:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang bertawakkal kepada-Nya”.

4. Sifat Antusiasme (Semangat)

(25)

antusias ini khlayak atau mad’u akan terhindar dari rasa putus asa dan kecewa. Ahmad Yani yang dikutip oleh Toto Tasmara menuturkan bahwa Seorang da’i juga dituntut untuk berbicara dengan perkataan yang baik, baik menyangkut isi pembicaraan, pilihan kata yang tepat, maupun gaya bicara yang sesuai dengan misi dakwahnya.22

5. Memiliki Sifat Rasulullah SAW

Untuk mendukuung visi dan misi dakwah Islamiyah maka seorang juru dakwah harus dibekali sifat-sifat seperti Rasulullah saw, sifat-sifat tersebut yaitu sebagai berikut:

a. Shiddiq, sifat ini memantulkan sifat-sifat seperti di bawah ini: 1) Jujur pada diri sendiri

2) Jujur terhadap orang lain 3) Jujur terhadap Allah

b. Tabligh, sifat ini memantulkan kemampuan dan kekuatan seperti: 1) Ketrampilan berkomunikasi

2) Kuat mengahadapi tekanan 3) Kerja sama dan harmoni

c. Amanah, ada beberapa nilai yang melekat yaitu :

1) Rasa tanggung jawab dan ingn menunjukkan hasil yang optimal, 2) Ingin menyelesaikan amanah-Nya dengan sebaik-baiknya,

(26)

3) Ingin dipercaya dann memercayai, 4) Hormat dan dihormati.

d. Fathanah, sifat ini mencerminkan:

1) Seseorang yang diberi hikmah dan ilmu 2) Berdisiplin dan proaktif

3) Mampu memilih yang terbaik

e. Istiqamah, sifat ini mengandung makna: 1) Da’i mempunyai tujuan

2) Da’i adalah orang yang kreatif 3) Da’i sangat menghargai waktu 4) Da’i bersikap sabar.

D. Kiat Da’i dan Metode Dakwah 1. Kiat Da’i

Dalam Islam banyak metode yang diterapkan dan digunakan dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan agama Islam. Menurut An-nahlawy metode untuk meningkatkan pemahaman dan pengamalan agama Islam antara lain metode keteladanan, pembiasaan, pemberian nasihat, dan penerapan kedisiplinan.23

a. Dakwah dengan Keteladanan

Metode keteladanan merupakan suatu metode atau cara yang

(27)

dilakukan dengan melalui pemberian contoh yang baik kepada orang lain, baik dalam bentuk ucapan maupun dalam bentuk perbuatan dalam upaya meningkatkan pemahaman dan pengamalan agama Islam.

Keteladanan dalam upaya meningkatkan pemahaman dan pengamalan agama Islam merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spritual dan etos sosial masyarakat. Mengingat da’i adalah seorang figur terbaik dalam pandangan masyarakat, yang tindak-tanduk dan sopan-santunnya, disadari atau tidak, akan ditiru oleh mereka. Bahkan bentuk perkataan, perbuatan dan tindak-tanduknya akan senantiasa tertanam dalam kepribadian masyarakat.24

Da’i tentu saja banyak bergaul dengan masyarakat yang diasuhnya, tidak mustahil kepribadian seperti apapun yang melekat pada pendidik pasti akan ditiru masyarakat. Oleh karena itu, masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam menentukan baik buruknya akhlak masyarakat. Jika da’i jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama maka masyarakat akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia, dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu pula sebaliknya jika da’i pembohong, pengkhianat maka masyarakat akan tumbuh

24Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Cet. III; Jakarta: Pustaka Amani,

(28)

dalam keburukan.

Pendidikan merupakan proses mengubah tingkah laku masyarakat agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, akan tetapi lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian masyarakat secara menyeluruh sehingga anak menjadi lebih dewasa.25 Mencermati

uraian di atas maka dapat dipahami bahwa dengan menekankan pada pembinaan kepribadian maka masyarakat diharapkan meneladani apa yang dilakukan oleh da’i selama tidak bertentangan dengan etika kepribadian da’i. Da’i merupakan panutan atau teladan bagi masyarakat. Segala tingkah lakunya, tutur kata, sifat maupun cara berpakaian semuanya dapat diteladani. Da’i yang memiliki kepribadian yang baik akan menumbuhkan hasrat bagi orang lain untuk meniru atau mengikutinya. Dengan adanya contoh ucapan, perbuatan dan tingkah laku yang baik dalam hal apapun maka hal itu merupakan suatu amaliah yang paling penting dan paling berkesan, baik bagi pendidik anak maupun dalam kehidupan dan pergaulan manusia sehari-hari.

Mengacu pada beberapa uraian di atas maka penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa mendidik dengan teladan berarti mendidik dengan memberi contoh baik berupa ucapan maupun berupa perbuatan. Dengan

25Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, untuk Membantu Memecahkan

(29)

demikian keteladanan tidak hanya dipakai dalam kegiatan pembelajaran di kelas saja akan tetapi juga di luar kelas. Seorang da’i hendaknya memiliki kesadaran yang tinggi, bahwa sesungguhnya masyarakat akan mengamati sosok atau figur da’inya, dengan sendirinya masyarakat akan menirunya dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari. Keteladanan mempunyai landasan teori yang kuat dalam ajaran Islam, sebagaimana dijelaskan dalam QS. al-Ahzab (33): 21.

ََّللَّٱ َرَكََذَو َرِخٓ

ۡلۡٱ َمۡوَ يۡلٱَو ََّللَّٱ ْاو جۡرَ ي َناَكَ نَمِ ل ةَنَسَح ٌةَوۡس أ َِّللَّٱ ِلو سَر ِف ۡم كَل َناَكَ ۡدَقَّل

ااِيَكَ

١٤

Terjemahnya:

Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.26

Mengacu pada ayat tersebut maka dapat dipahami bahwa konsep keteladanan sudah diberikan oleh Allah swt. dengan cara mengutus para Rasul, terutama Nabi Muhammad saw. untuk menjadi panutan bagi umat Islam. Demikian halnya seorang da’i harus menjadi panutan bagi masyarakat, baik dari segi perkataan, perilaku maupun dari segi penampilan dan lain sebagainya. Apabila dicermati secara historis pendidikan di zaman Rasulullah saw. maka dapat dipahami bahwa salah satu faktor terpenting yang membawa beliau kepada keberhasilan adalah keteladanan. Rasulullah

26Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surakarta: Media Insani Publishing,

(30)

saw. mendidik tidak hanya melalui kata-kata saja, tetapi lebih banyak memberikan keteladanan dalam mendidik umatnya. Karena itulah, keteladanan dikatakan sebagai metode yang sangat efektif dalam dalam pembinaan akhlak.

b. Dakwah dengan Pembiasaan

Pembiasaan merupakan upaya praktis dalam pembinaaan akhlak. Upaya pembiasaan dilakukan mengingat manusia mempunyai sifat lupa dan lemah. Pembiasaan pada dasarnya mengandung nilai-nilai kebaikan. Oleh karena itu, uraian tentang pembiasaan selalu sejalan dengan uraian tentang perlunya mengamalkan kebaikan yang telah diketahui.27

Inti dari pembiasaan adalah pengulangan. Misalnya da’i senantiasa mengi-ngatkan kepada masyarakat bahwa dalam hal berpakaian, seorang muslim sebaiknya sesuai dengan tuntunan agama dan bagi yang mengikutinya mendapat pahala serta mendapat ganjaran bagi yang mangabaikannya. Penyampaian semacam ini apabila senantiasa diulang-ulang dan didengar serta dipahami maka dengan sendirinya masyarakat dapat membiasakan diri berpakaian yang sesuai dengan tuntunan agama.

Kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Jika manusia membiasakan berbuat jahat maka ia akan menjadi orang yang jahat. Akhlak diajarkan dengan cara

27Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, (Cet. VII; Bandung: Remaja

(31)

melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia. Jika seseorang menghendaki agar ia menjadi pemurah maka ia harus membiasakan dirinya melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah, hingga murah hati dan murah tangan itu menjadi tabiatnya yang mendarahdaging.

Pembiasaan adalah suatu metode atau cara yang dilakukan dengan melalui pengulang-ulangan. Dalam kaitannya dengan pembinaan akhlak, metode pembiasaan merupakan salah satu metode yang efektif untuk digunakan. Apalagi mengingat bahwa manusia memiliki sifat pelupa sehingga harus selalu diingatkan dengan cara melalui pembiasaan. Terkait dengan hal tersebut, Allah swt. menjelaskan dalam QS. al-Nisa (4): 43.

َنو لو قَ ت اَم ْاو مَلۡعَ ت َّٰتََّح ٰىَرَٰك س ۡم تنَأَو َةٰوَلَّصلٱ ْاو بَر

ۡقَ ت َلَّ ْاو نَماَء َنيِذَّلٱ اَهُّ يََٰٓيَ

...

Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan....

Mencermati ayat di atas maka dapat dipahami bahwa di dalam menyam-paikan ajaran agama dapat dilakukan dengan metode pembiasaan. Allah swt. dalam melarang hambanya minum minuman keras tidak secara langsung memerintahkan untuk meninggalkan secara total, tetapi melalui langkah-langkah pembiasaan secara bertahap, sehingga tidak dirasakan

(32)

larangan itu sebagai suatu beban yang sulit untuk ditinggalkan. Mengacu pada kedua pendapat di atas maka dapat dipahami bahwa metode pembiasaan merupakan salah satu metode pembinaan akhlak yang tepat untuk diterapkan dalam membina akhlak anak atau masyarakat.

c. Penerapan Kedisiplinan

Hasibuan menjelaskan bahwa kedisiplinan sebagai kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung-jawab, sedangkan kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan organisasi, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Disiplin mencerminkan besarnya tanggung-jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya.28

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalahsuatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan ketepatan, ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.

Dari pengertian itu dapat dikatakan bahwa kedisiplinan seorang dapat dilihat dari :1. Ketepatan waktu, 2.Kehadiran 3.Ketaatan. Menegakkan kedisiplinan penting bagi da’i, sebab dengan adanya kedisiplinan dapat

28Hasibuan, Bagaimana Menjadi Eksekutif yang Efektif (Cet. I; Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,

(33)

diharapkan kegiatan dakwah yang dilakukan seefektif dan seefisien mungkin. Dengan demikian, bila kedisiplinan tidak dapat ditegakkan, kemungkinan tujuan yang telah ditetapkan tidak dapat efektif dan kurang efisien.

2. Metode Dakwah

a. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab dalam berdakwah, adalah dengan cara berdialog atau berwawancara. Metode seperti ini, sering dipakai oleh para nabi dan rasul Allah swt dalam mengajarkan agama yang dibawanya kepada umatnya..

Firman Allah swt yang menyatakan bahwa hendaknyalah seseorang bertanya kepada orang yang ahli bila memang tidak mengetahui, adalah QS. al-Nahl (16): 43,

َنو مَلْعَ ت َلَّ ْم تْ ن كَ ْنِإ ِرْكَِ ذلا َلْهَأ او لَأْساَف

Terjemahnya :

maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.29

Dengan metode tanya jawab, pengertian, dan pengetahuan masyarkat dapat lebih dimantapkan, sehingga segala bentuk kesalahpahaman, kelemahan daya tangkap terhadap materi dakwah dapat dihindari agar pengetahuannya semakin bertambah.

b. Metode Diskusi

(34)

Metode diskusi adalah bertukar pikiran dalam kegiatan dakwah, dan hal ini sangat ditekankan oleh Al-Qur’an dalam berdakwah dengan tujuan lebih memantapkan pengertian, dan sikap pengetahuan mereka terhadap sesuatu masalah.

Perintah Allah dalam mengajak manusia ke jalan yang benar harus dengan hikmah dan mau’izhah yang baik,30 dan membantah mereka dengan

berdiskusi secara benar. Dalam QS. al-Ankabut (29): 46, Allah swt berfirman:

نَسْحَأ َيِه ِتَِّلِبِ َّلَِّإ ِباَتِكْلا َلْهَأ او لِداَ تُ َلََّو

Terjemahnya :

….Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik.31

Dengan berdikusi, diharapkan dan diarahkan untuk sampai pada perumusan suatu kesimpulan. Dengan demikian, suatu diskusi memiliki arti dalam kegiatan berdakwah bilamana dilakukan dengan persiapan yang matang, terutama bahan-bahan yang akan didiskusikan.

c. Metode Bimbingan dan Penyuluhan

Dalam Islam terdapat ajaran yang mengandung metode bimbingan dan penyuluhan, justeru karena Al-Qur’an sendiri diturunkan untuk membimbing manusia, dan Nabi saw diutus dengan perannya sebagai pemberi penyuluhan dan menasehati umat manusia. Sehingga, mereka

30Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 125

(35)

dapat memperoleh kehidupan batin yang tenang, sehat serta bebas dari segala konflik kejiwaan. Dengan metode ini, manusia akan mampu mengatasi segala bentuk kesulitan hidup yang dihadapinya. Dalam QS. Yūnus (10): 57 Allah swt berfirman:

ِل ٌءاَفِشَو ْم كِ بَر ْنِم ٌةَظِعْوَم ْم كْتَءاَج ْدَق ساَّنلا اَهُّ يَأَيَ

َينِنِمْؤ مْلِل ٌةَْحَۡرَو ىًد هَو ِرو دُّصلا ِف اَم

Terjemahnya :

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.32

Sebagai seorang nabi dan rasul, Muhammad saw telah memberikan contoh bagaimana metode beliau membimbing umat kepada ajaran agama yang dibawanya.

d. Metode Pemberian Nasihat

Metode yang dapat diterapkan dalam pembinaan akhlak adalah metode pemberian nasihat. Metode pemberian nasehat merupakan salah satu metode yang pernah diterapkan oleh Luqman al-Hakim dalam mendidik anaknya. Hal ini dapat dilihat secara jelas dalam QS. Luqman (31): 13.

ميِظَع ٌم

ۡل ظَل َكۡرِ شلٱ َّنِإ َِّللَّٱِب ۡكِرۡش ت َلَّ ََّنَ بَٰي ۥ ه ظِعَي َو هَو ۦِهِنۡبٱِل نَٰمۡق ل َلاَق ۡذِإَو

Terjemahnya:

Dan Ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

(36)

mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar".33

Mencermati ayat di atas maka dapat dipahami bahwa membina akhlak anak dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, termasuk dalam hal ini adalah membina dengan cara pemberian nasihat.

d. Metode Praktik

Metode praktik (fuction), mendorong manusia untuk mengamalkan ilmu pengetahuan dan mengaktualisasikan keimanan dan ketaqwaannya dalam hidup sehari-hari seperti yang terkandung dalam perintah shalat, dan puasa, serta selainnya. Mengenai shalat misalnya, disebutkan dalam QS. al-Ankabut (29): 45, Allah swt berfirman:

ِذَلَو ِرَكْن مْلاَو ِءاَشْحَفْلا ِنَع ىَهْ نَ ت َة َلََّصلا َّنِإ َة َلََّصلا ِمِقَأَو ِباَتِكْلا َنِم َكْيَلِإ َيِحو أ اَم لْتا

رْكَ

َّللَّاَو رَ بْكََأ َِّللَّا

َنو عَ نْصَت اَم مَلْعَ ي

Terjemahnya :

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.34

e. Metode Targhib dan Tarhib

Metode targhib dan tarhib identik dengan metode motivasi, yaitu cara memberikan ceramah dengan memberikan dorongan untuk memperoleh

33Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 128.

(37)

kegembiraan bila mendapatkan sukses dalam kebaikan, sedang bila tidak sukses karena tidak mau mengikuti petunjuk yang benar akan mendapatkan kesusahan. Dengan demikian metode ceramah dengan pola seperti ini, terkait dengan adanya pemberian motivasi disertai pemberian “ancaman” yakni suatu metode ceramah dengan cara menyampaikan hukuman atas kesalahan yang dilakukan seorang hamba. Dalam QS. Fushshilat (41): 46 Allah swt berfirman:

َمَو اَهْ يَلَعَ ف َءاَسَأ ْنَمَو ِهِسْفَ نِلَف اًِلِاَص َلِمَع ْنَم

ِديِبَعْلِل ٍم َّلََظِب َكُّبَر ا

Terjemahnya :

Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba (Nya).35

Dalam berbagai ayat juga disebutkan bahwa balasan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, adalah berupa kegembiraan hidup di surga dan sebaliknya orang yang sesat dan yang tidak mentaati perintah Allah mendapatkan penderitaan di neraka kelak.

E. Pemahaman dan Pengamalan Agama 1. Pengertian Pemahaman Agama

Pemahaman merupakan proses berpikir dan belajar. Dikatakan

(38)

demikian karena untuk menuju ke arah pemahaman perlu diikuti dengan belajar dan berpikir. Pemahaman merupakan proses, perbuatan dan cara memahami.36 Pemahaman merupakan tingkatan kemampuan yang

mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini ia tidak hanya hapal secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan, maka operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan, mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan, mendemonstrasi-kan, memberi contoh, memperkiramendemonstrasi-kan, dan mengambil keputusan.

Di dalam ranah kognitif menunjukkan tingkatan-tingkatan kemamp[uan yang dicapai dari yang terendah sampai yang tertinggi. Dapat dikatakan bahwa pemahaman tingkatannya lebih tinggi dari sekedar pengetahuan. Definisi pemahaman menurut Anas Sudijono adalah "kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi”.37

Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan

36W.J.S. Porwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1991), h.

636.

37Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Cet.IV; Jakarta: PT. Raja Grafindo

(39)

dalam bentuk tertentu ke bentuk lain, seperti rumus matematika ke dalam bentuk katakata, membuat perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam data tertentu, seperti dalam grafik.

Dari berbagai pendapat di atas, indikator pemahaman pada dasarnya sama, yaitu dengan memahami sesuatu berarti seseorang dapat mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan, memperluas, menyimpulkan, menganalisis, memberi contoh, menuliskan kembali, mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan. Indikator tersebut menunjukkan bahwa pemahaman mengandung makna lebih luas atau lebih dalam dari pengetahuan. Dengan pengetahuan, seseorang belum tentu memahami sesuatu yang dimaksud secara mendalam, hanya sekedar mengetahui tanpa bisa menangkap makna dan arti dari sesuatu yang dipelajari.

Sedangkan dengan pemahaman, seseorang tidak hanya bisa menghapal sesuatu yang dipelajari, tetapi juga mempunyai kemampuan untuk menangkap makna dari sesuatu yang dipelajari juga mampu memahami konsep dari pelajaran tersebut. Memahami berarti sanggup menjelaskan, mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, meramalkan, dan membedakan.

2. Pengertian Pengamalan Agama

(40)

melaksanakan, pelaksanaan dan penerapan.1 Sedangkan pengamalan dalam dimensi keberagamaan adalah sejauh mana implikasi ajaran agama mempengaruhi seseorang dalam kehidupan sosial.38 Sedangkan Menurut

Djamaludin Ancok dimensi pengamalan menunjukkan pada seberapa tingkatan muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yakni bagaimana individu berelasi dengan dunianya terutama dengan manusia lain.39 Pengamalan ajaran Islam artinya menjalankan seluruh perintah Allah

dan Rasulnya yang terdapat dalam ajaran agama Islam.

38Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Cet.

I; Jakarta: 2008), h. 743.

(41)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yakni prosedur penelitian yang bergantung pada pengamatan kualitatif terhadap objek yang diteliti dan menghasilkan data-data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau informasi lisan dari orang dan prilaku yang diamati.

Menurut Margono penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang, fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi dan pemikiran orang baik secara individual maupun kelompok.1

Menurut Lexy J. Moleong Penelitian kualitatif untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik (utuh), dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah.2

Penelitian kualitatif, bertujuan untuk memperoleh data yang lebih

1Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Cet. II; Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 36.

2Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. XXVII; Bandung: Remaja

(42)

lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna, sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Nurul Zuriah berpendapat bahwa penelitian kualitatif bertujuan untuk: Pertama, mendeskripsikan suatu proses kegiatan berdasarkan apa yang terjadi di lapangan. Kedua, menganalisis dan menafsirkan suatu fakta, gejala dan peristiwa yang terjadi di lapangan sebagaimana adanya dalam konteks ruang, waktu serta situasi lingkungan secara alamiah dan mendapatkan makna dari permasalahan yang hendak dicapai.3

Menurut Iskandar Indranata bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur yang tidak menggunakan analisis kuantifikasi. Penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami peneliti, misalnya perilaku, persepsi, dan tindakan dengan cara deskriptif.4 Penelitian ini mengkaji

tentang penerapan manajemen dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomonologis yang akan menganilisis fenomena yang

3Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi (Cet. I; Jakarta:

PT. Bumi Aksara, 2006) h. 102.

4Iskandar Indranata, Pendekatan Kualitatif Untuk Pengendalian Kualitas, (Cet. III; Bandung:

(43)

terjadi di lokasi penelitian, terutama yang berkaitan dengan penerapan manajemen dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara. Adapun waktu penelitian yaitu Nopember 2017.

C. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah masyarakat yang beragama Islam Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara.

D. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian

1. Fokus Penelitian

a. Penerapan manajemen dakwah dalam upaya meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara

b. Penerapan metode dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara

(44)

2. Deskripsi Fokus Penelitian

a. Penerapan manajemen dakwah dalam upaya meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara meliputi: (1) Penerapan perencanaan dakwah; dan (2) Penerapan pelaksanaan dakwah.

b. Penerapan metode dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara meliputi: (1) Metode Ceramah; (2) Metode Tanya Jawab; dan (3) Metode Praktek

Deskripsi fokus penelitian divisualisasikan dalam matriks berikut:

Tabel 1

Deskripsi Fokus Penelitian

No Fokus Penelitian Deskripsi Fokus Penelitian

1 Penerapan manajemen dakwah dalam upaya meningkatkan

pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec.

Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara

a. Penerapan perencanaan dakwah b. \Penerapan pelaksanaan dakwah

2 Penerapan metode dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan

a. Metode Ceramah b. Metode Tanya Jawab c. Metode Praktek

(45)

pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec.

Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang diartikan sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data yang dipilih dan digunakan oleh peneliti agar kegiatan pengumpulan data menjadi sistematis. Setelah jelas data yang diteliti, digunakan panduan observasi (observation sheet atau observation schedule), dan pedoman wawancara, (interview guide).5 Adapau instrumen penelitian yang dimaksud

dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Panduan Observasi

Panduan observasi berupa kolom check-list yang telah dipersiapkan sebelum turun ke lokasi penelitian.

b. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara yang berisi sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan penerapan manajemen dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara.

c. Acuan Dokumentasi

Acuan dokumentasi berupa catatan data tambahan yang diperlukan

5Ridwan, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2005), h.

(46)

dalam penelitian ini khususnya dokumentasi yang berkaitan dengan penerapan manajemen dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Sugiyono berpendapat, wawancara sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin menemukan permasalahan yang harus diteliti.6

Wawancara merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan cara mengungkapkan daftar pertanyaan pada informan secara lisan.

Teknik wawancara dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan pihak-pihak terkait atau subjek penelitian, antara lain pemerintah setempat dan tokoh masyarakat.

2. Observasi

Observasi ini digunakan untuk mengamati secara langsung dan tidak langsung tentang penerapan manajemen dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara,

3. Dokumentasi

6Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

(47)

Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang ada di masjid dan dokumen yang dimiliki oleh para da’i dalam upaya meningkatkan penerapan manajemen dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

G. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian ini ada dua macam yaitu: 1. Data primer adalah biasa disebut data mentah karena diperoleh dari

hasil penelitian lapangan secara langsung, yang masih memerlukan pengolahan lebih lanjut barulah data tersebut memiliki arti.7 Sumber

primer penelitian ini adalah data yang berasal dari para da’i, imam desa, kepala desa, tokoh masyarakat, dan jama’ah yang dibina da’i di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara.

2. Data sekunder adalah jenis data yang diperoleh dan digali melalui hasil pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian lapangan, misalnya informan yang tidak berkaitan langsung dengan objek penelitian, tetapi mengetahui dan memiliki wawasan tentang penerapan manajemen dakwah dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran

7Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi (Jakarta: PT Raja

(48)

Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara dan didukung referensi, baik berupa majalah, jurnal, maupun berbagai hasil penelitian yang relevan.

H. Teknik Analisis Data

1. Teknik analisis reduksi data, dalam tahap ini penulis memilah dan memilih data yang dianggap relevan dan penting yang berkaitan dengan penelitian.

2. Teknik analisis dengan menggunakan pola pikir induktif, yaitu cara berpikir dengan menganalisis fakta-fakta yang bersifat khusus terlebih dahulu kemudian dipakai untuk bahan penarikan kesimpulan.

3. Teknik analisis dengan menggunakan pola pikir deduktif, yaitu menganalisis data dengan berawal dari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum menuju kesimpulan yang bersifat khusus.

4. Teknik analisis komparatif, yaitu menganalisis data yang didasarkan atas perbandingan-perbandingan dari beberapa pendapat, konsep dan teori lalu ditarik kesimpulan.

(49)

39 A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografis

Sebelum penulis menjelaskan lebih rinci tentang Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, maka terlebih dahulu penulis menguraiakan sekilas lintas Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara. Kecamatan Pinolosian adalah salah satu diantara delapan kecamatan dalam wilayah daerah tingkat dua Kabupaten Boloang Mongondow yangletaknya kuranng lebih dua puluh kilo meter dari ibu kota Kabupaten Boloang Mongondow. Kecamatan Pinolosian meliputi sebelas desa.1

Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara adalah salah satu dari sebelas desa yang terdapat dalam wilayah daerah Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara. Untuk lebih jelasnya tentang selayang pandang Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, maka dapat dilihat sebagai berikkut:

1Alimin (41 Tahun ), Pegawai Camat Kecamatan Pinolosian, Wawancara, Desa Linawan

(50)

1) Letaknya

Letak desa Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara ditetapkan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Timur berbatasan dengan desa Lembangkolo Sebelah Barat berbatasan dengan desa Samaterre Sebelah Selatan berbatasan dengan Kalokkoa. Sebelah Utara berbatasan dengan Massaliri.2

Sebagaimana halnya dengan keadaan geografis di suatu daerah adalah merupakan faktor yang sangat penting, yang dapat mempengaruhi hidup dan kehidupan manusia. Seperti halnya juga di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara.

Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara meliputi lima lingkungan, yaitu: Tommoa, Mattoanging, Ajuberre, Mandao, dan Borongkakae. Setiap lingkungan meliputi beberapa RT. Sehingga seluruhnya lima belas RT.3

2) Luasnya

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor statistic Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, luas desa

2 Alimin (41 Tahun ), Pegawai Camat Kecamatan Pinolosian, Wawancara, Desa Linawan

Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 10 Nopember 2017

3Mardoyok (40 tahun), Kepala Desa Linawan, Wawancara, Desa Linawan Kec. Pinolosian

(51)

Linawan secara keseluruhan 7,25 km2.4

2. Keadaan Demografis

Keadaan penduduk menurut jumlahnya dan keadaan penduduk menurut jenisnya. Dalam hal ini pengelompokan penduduk menurut jumlahnya yaitu keadaan penduduk secara keseluruhan menurut hasil penelitian dari kantor Desa Linawan, bahwa jumlah penduduk pada tahun 2017 adalah 3629 jiwa.5

Sementara mengenai mata pencahariannya, maka penduduk tidak jauh beda dengan mata pencaharian dengan daerah lain. Karena banyak dipengaruhi oleh keadaan iklim dan keadaan tanah. Namun tidak kalah pentingnya dari inisiatif dan kreatif dari daerah penduduk pada umumnya, sehingga dari hasil prosentase penduduk Desa Linawan menurut mata pencaharian masyarakat terdiri dari petani, pedagang, beternak, buruh disamping sebahagian adalah pegawai dan ABRI.

3. Keadaan Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas manusia dalam menghadapi era informasi secara globalisasi. Dalam berbagai aspek kehidupan, pendidikan dipandang sebagai salah satu faktor yang dominant dan berperan penting

4Buku Statistic Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara, 2017, h. 16,

(52)

dalam menentukan dan menggerakkan prilaku manusia, meskipun ada faktor lain yang turut mendukung seperti pengalaman, situasi lingkungan, cita-cita hidup dan sebagainya, pendidikan salah satu pilar utama dalam pelaksanaan dan pengembangan kebudayaan setiap masyarakat. Dalam konteks penyelenggaraan pendidikan, mempunyai andil yang cukup besar peranannya, bagaimanapun kemajuan dan keberadaan suatu lembaga pendidikan, sangat didukung oleh peran masyarakat yang di lingkungannya, seperti dalam masyarakat Desa Linawan beberapa embaga pendidikan yang di bangun oleh pemerintah.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 1

Jumlah sekolah, tingkat pendidikan dan jenis sekolah di Desa Linawan 2017

No Tingkat Pendidikan Jenis Sekolah Negeri Jenis Sekolah Swasta Jumlah

(53)

1 2 3 4 5 6 TK SD SD I SLTP SLTA Madrasah Ibtidaiyah/Pesantren Tsanawiyah/Pesantren Aliyah/Pesantren 1 2 - 1 - - - - 4 - - - - - - - 5 2 - 1 - - - - Jumlah 4 4 7

Sumber Data: Papan Potensi Desa Linawan 2017 4. Fasilitas Kesehatan

Upaya untuk memenuhi pelayanan kesehatan kepada masyarakat ditentukan oleh jumlah dan kualitas pelayanan fasilitas kesehatan. Jumlah dan kualitas yang dimaksud berkaitan dengan jumlah fasilitas, jangkauan, pelayanan, tenaga dan peralatan medis.

Tabel 4.2 Jumlah dan Jenis Fasilitas Kesehatan di Desa Linawan 2017

No Jenis Fasilitas Kesehatan Jumlah(Unit)

1 Rumah Sakit Umum/Khusus 0

2 Puskesmas 0

(54)

4 Posyandu 3

5 Balai Pengobatan 0

Jumlah 3

Sumber Data: Papan Potensi Desa Linawan 2017 5. Fasilitas Ibadah

Tabel 4.3 Jumlah dan Jenis Fasilitas Ibadah di Desa Linawan 2017

No Jenis Fasilitas Ibadah Jumlah(Unit)

1 Masjid 1

3 Gereja 4

Jumlah 5

Sumber Data: Papan Potensi Desa Linawan 2017

B. Penerapan Manajemen Dakwah dalam Upaya Meningkatkan

Pemahaman dan Pengamalan Ajaran Agama Islam di Desa Linawan Kec. Pinolosian Kab. Boloang Mongondow Prov. Sulawesi Utara 1. Penerapan Perencanaan Dakwah

Fungsi perencanaan dakwah sebagai jalan yang akan ditempuh untuk menyusun langkah kegiatan dakwah yang akan laksanakan atau perencanaan merupakan kegiatan yang mendahului pelaksanaan dakwah untuk menentukan apa dan bagaimana mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Merencanakan pada dasarnya adalah upaya menentukan kegiatan yang hendak dilakukan pada kegiatan dakwah.

Gambar

Tabel 4.2 Jumlah dan Jenis Fasilitas Kesehatan  di Desa Linawan 2017
Tabel 4.3 Jumlah dan Jenis Fasilitas Ibadah  di Desa Linawan 2017

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan efek potensial media pembelajaran sejarah ini tampak dari tes hasil belajar dalam tahap uji coba lapangan (field test) yang diperoleh rerata nilai

Pertukaran anion dalam ruang antarlapis berdasarkan pada kekuatan elektrostatik antara lapisan pada hidrotalsit yang bermuatan positif dengan anion bermuatan

Berdasarkan analisa karakterisasi fasa dengan instrumen X-Ray Diffractometer (XRD), ukuran partikel dengan Particle Size Analyzer (PSA), mikrostruktur menggunakan

Permasalahan perikanan yang menjadi isu utama di PAAP Popareng adalah pertama adanya perubahan ekosistem pesisir akibat proses penangkapan masa lalu yang merusak, sehingga saat

Dikarenakan belum adanya penelitian yang meneliti preferensi gaya manajemen konflik di Indonesia maka dalam penelitian ini akan diteliti pengaruh nilai budaya

Berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa pekerja yang berstatus buruh/karyawan pada Agustus 2014, memiliki jumlah tertinggi di Provinsi Sulawesi Selatan dibandingkan dengan status

Penyelesaian Perselisihan hubungan industrial melalui mediasi dan konsiliasi,terdapat pula penyelesaian melalui arbitrase. Apabila arbitrase dipilih sebagai lembaga penyelesaian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan, dan hasil penelitian yang dilaksanakan melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode