• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MOL REBUNG BAMBU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI PRE NURSERY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MOL REBUNG BAMBU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI PRE NURSERY"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MOL REBUNG BAMBU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT(Elaeis guineensisJacq)DI PRE NURSERY

(The Effect of Local Microorganisms from Fermented Bamboos Shoots (Bambosoideae) on Oil Palm Seedlings Growth at Pre Nursery)

Abdullah Samosir1)dan Gusniwati1)

1)

Fakultas Pertanian, Universitas Jambi Mendalo Darat, Jambi

email :gusniwatipertanian@yahoo.com

ABSTRACT

This study aimed to determine the effect of local microorganisms from fermented bamboo shoots (LM) on the growth of oil palm seedlings in pre nursery. This research used completely randomized design consisting of 6 levels of treatment: Urea 2.0 g / L of water, 50.0 ml , 100.0, 150.0, 200.0 and 250.0 ml of LM from fermented bamboo shoots. The growth parameter plant height, leaf area, root dry weight, and shoot dry weight was measured every week. The results showed LM from bamboo shoots fermented significantly affected oil palm seedling growth at 50 ml /L of water. The highest in seedling height, diameter of seedling, number of leaves, leaf area, dry weight, root dry weight was achieved at 50.0 ml/L water of LM.

Key words: Bamboos, local microorganism, fermented, pre-nursery

PENDAHULUAN

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan komoditas perrkebunan yang bernilai ekonomi tnggi. Produksi buah segar kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan termasuk bahan baku industri diantaranya, minyak goreng, produk makanan, bioetanol, biodisel, dan bahkan untuk pakan ternak. Dalam pengembangan kelapa sawit, bibit sangat menentukan karena dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi. Bibit kelapa sawit yang baik memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal dan kemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan (Asmono, et al.,2003).

Menurut Lubis (1992), untuk menunjang pertumbuhan bibit kelapa sawit yang optimal diperlukan pemupukan, karena bibit kelapa sawit memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dan secara kuantitas lebih banyak. Dengan harga pupuk kimia yang tinggi dan ketersediaan yang terbatas maka perlu dicari alternatif untuk mengurangi ketergantungan kepada pupuk kimia. Beberapa hasil penelitian menunjukkan keunggulan

(2)

penggunaan MOL terutama dari ekstrak tanaman. Rebung adalah salah satu jenis tanaman yang potensial untuk di ekstrak menjadi MOL karena tingginya kandungan zat pengatur tumbuh. Mikro organisme lokal mengandung zat yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan zat yang mampu mendorong perkembangan tanaman seperti giberilin, sitokinin, auksin dan inhibitor (Mauludin, 2009). Rebung bambu mengandung hormon Giberilin sehingga ekstraknya dapat digunakan memacu pertumbuhan bibit (Maspary, 2010). MOL Rebung bambu mengandung Fosfor 59 mg, Kalsium 13 mg, Besi 0,50 mg, Kalium 20,15 mg (Nugroho, 2013). Pemberian ekstrak rebung bambu 20 ml/bibit berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter batang bibit sengon sedangkan pada dosis 50 ml/bibit mol rebung bambu berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi dan berat basah pucuk bibit sengon (Maretza,2009). Sedangkan pada pemberian mol rebung bambu 10ml/liter air paling efektif untuk pertumbuhan tanaman kailan (Zulfita, et al., 2013). Berdasarkan penjelasan diatas perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan suatu dosis terbaik dari MOL berbahan dasar rebung terhadap pertumbuhan kelapa sawit di pembibitan.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Teaching and Research Farm Fakultas Pertanian Universitas Jambi yang terletak di desa Mendalo Indah, Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi dengan ketinggian tempat ± 35 m dpl. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dosis MOL rebung bambu sebagai perlakuan yang terdiri dari 6 taraf yaitu:

RO = Urea 2 g/ L air

R1 = 50 ml MOL rebung bambu/ L air R2 = 100 ml MOL rebung bambu/ L air R3 = 150 ml MOL rebung bambu/ L air R4 = 200 ml MOL rebung bambu/ L air R5 = 250 ml MOL rebung bambu/ L air

Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali, sehingga diperoleh 30 satuan percobaan. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali, sehingga diperoleh 30 satuan percobaan. Untuk tiap satuan percobaan terdiri dari 6 tanaman, sehingga jumlah keseluruhan tanaman terdiri dari 180 tanaman.

Pembuatan mol rebung bambu sebagai berikut: Rebung bambu kurang lebih 1 kg, Air kelapa 2,5 liter, Gula merah 1,5 ons. Rebung bambu di tumbuk halus atau diiris-iris dan dimasukkan pada ember/tong plastik, Campurkan dengan gula merah yang sudah dihaluskan dan aduk sampai rata, Rendam dengan air kelapa sebanyak 2,5 liter, Tutup rapat ember/tong dengan plastik, dan berikan slang plastik yang disambungkan dengan air yang berada pada botol. Biarkan selama 15 hari.

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Bibit

Berdasarkan hasil analisis ragam tinggi bibit kelapa sawit pada pemberian konsentrasi MOL rebung bambu dengan perbedaan konsentrasi pada umur 4 mst menunjukkan pengaruh yang tidak nyata sedangkan pada umur 6-12 mst menunjukkan pengaruh yang nyata dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik tinggi bibit kelapa sawit umur 4-12 mst pada beberapa konsentrasi MOL rebung bambu.

Gambar 1 menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi bibit mulai dari minggu ke-4 sampai minggu ke-12 setelah tanam memiliki pola pertumbuhan yang hampir sama. Terlihat bahwa pertumbuhan tinggi bibit pada umur 4 mst, 6 mst, 10 mst, 12 mst pada perlakuan MOL rebung bambu 200 ml memiliki pertumbuhan yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya sedangkan pertumbuhan tinggi bibit pada umur 8 mst pada perlakuan MOL rebung bambu 50 ml memiliki pertumbuhan yang tertinggi dan pertumbuhan bibit 4 mst yang terendah terdapat pada perlakuan MOL rebung bambu 150 ml sedangkan pertumbuhan bibit terendah pada umur 6 mst, 8 mst, 10 mst dan 12 mst pada perlakuan kontrol dengan dosis urea 2 g. Pemberian MOL rebung bambu 50 ml cenderung menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan urea 2 g.

Jumlah Daun

Jumlah daun bibit kelapa sawit dihitung pada umur 12 mst. Hasil analisis ragam jumlah daun bibit kelapa sawit pada pemberian konsentrasi MOL rebung bambu menunjukkan pengaruh yang nyata dapat dilihat pada Gambar 2.

(4)

Gambar 2 menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi bibit mulai dari minggu ke-4 sampai minggu ke-12 setelah tanam memiliki pola pertumbuhan yang hampir sama. Terlihat bahwa pertambahan jumlah daun pada umur 4 mst pada perlakuan MOL rebung bambu 100 ml, 150 ml, 200 ml dan kontrol semua bibit memiliki pertumbuhan bibit yang sama tinggi dan tertinggi. Sedangkan pertambahan jumlah daun yang terendah terdapat pada perlakuan MOL rebung bambu 50 ml. pertumbuhan bibit pada umur 6 mst dan 8 mst pada perlakuan MOL rebung bambu 50 ml memiliki pertambahan jumlah daun yang tertinggi. Pertumbuhan bibit pada umur 10 mst, 12 mst pada perlakuan MOL rebung bambu 200 ml memiliki pertambahan jumlah daun yang tertinggi. Sedangkan pertambahan jumlah daun terendah pada umur 6 mst, 8 mst, 10 mst dan 12 mst pada perlakuan kontrol dengan dosis urea 2 g.

Gambar 2. Grafik jumlah daun bibit kelapa sawit umur 4-12 mst pada beberapa konsentrasi MOL rebung bambu.

Diameter Batang

Berdasarkan hasil analisis ragam diameter batang bibit kelapa sawit pada pemberian konsentrasi MOL rebung bambu dengan perbedaan konsentrasi pada umur 4-6 mst tidak berpengaruh nyata, namun pada umur selanjutnya menunjukkan pengaruh yang nyata (Gambar 3). Dari Gambar tersebut tampak pertumbuhan tinggi bibit pada umur 4 mst pada perlakuan MOL rebung bambu 100 ml, 150 ml, 200 ml memiliki pertumbuhan yang sama dan tertinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Sedangkan pertumbuhan tinggi bibit yang terendah terdapat pada perlakuan MOL rebung bambu 250 ml. Pertumbuhan bibit pada umur 6 mst pada perlakuan MOL rebung bambu 50 ml, 200 ml memiliki pertumbuhan yang tertingi. Pertumbuhan bibit pada umur 8 mst pada perlakuan MOL rebung bambu 50 ml memiliki pertumbuhan yang tertinggi

(5)

dibandingkan yang lainnya. Pertumbuhan bibit pada umur 10 mst pada perlakuan MOL rebung bambu 50 ml, 150 ml memilki pertumbuhan yang tertinggi

Gambar 3. Grafik diameter batang bibit kelapa sawit umur 4-12 mst pada beberapa konsentrasi MOL rebung bambu.

Pertumbuhan bibit pada umur 12 mst pada perlakuan MOL rebung bambu 200 ml memiliki pertumbuhan yang tertinggi dibandingkan yang lainnya. Sedangkan pertumbuhan bibit terendah pada umur 6 mst, 8 mst, 10 mst dan 12 mst pada perlakuan kontrol dengan dosis urea 2 g, selanjutnya pemberian MOL rebung bambu pada umur 4-6 mst tidak menunjukkan perbedaan diameter batang, pada umur 8 mst menunjukkan adanya perbedaan diameter batang sedangkan pada umur 10 mst tidak tampak adanya perbedaan diameter batang dan pada umur 12 mst tampak adanya perbedaan diameter batang. Pemberian MOL rebung bambu berbeda nyata dengan tanpa pemberian MOL rebung bambu.

Luas Daun

Hasil analisis ragam luas daun bibit kelapa sawit pada setiap umur pengamatan menunujukkan pengaruh yang nyata ( Gambar 4). Berdasarkan Gambar 4, menunjukkan bahwa perlakuan MOL rebung bambu 200 ml menunjukkan luas daun total tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan MOL rebung bambu 250 ml, MOL rebung bambu 50ml, MOL rebung bambu 100 ml, tetapi berbeda nyata dengan MOL rebung bambu 150 ml, urea 2 g dan MOL rebung bambu 250 ml tidak berbeda nyata dengan MOL rebung bambu 50 ml, MOL rebung bambu 100 ml, MOL rebung bambu 150 ml tetapi berbeda nyata dengan urea 2 g.

(6)

Gambar 4. Grafik luas daun bibit kelapa sawit umur 12 mst pada beberapa konsentrasi MOL rebung bambu.

Bobot Kering Akar

Hasil analisis ragam bobot kering akar bibit kelapa sawit pada perbedaan konsentrasi MOL rebung bambu menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering akar (Gambar 5).

Gambar 5. Grafik bobot kering akar bibit kelapa sawit umur 12 mst pada beberapa konsentrasi MOL rebung bambu.

Berdasarkan Gambar 5, menunjukkan bahwa perlakuan MOL rebung bambu memberikan bobot kering akar tertinggi tetapi berbeda nyata dengan perlakuan urea 2 g.

(7)

Bobot Kering Pupus

Hasil analisis ragam bobot kering pupus bibit kelapa sawit pada perbedaan konsentrasi MOL rebung bambu menunjukkan perbedaan yang nyata (Gambar 6).

Gambar 5. Grafik bobot kering pupus kelapa sawit umur 12 mst pada beberapa konsentrasi MOL rebung bambu

Berdasarkan Gambar 6, tampak perlakuan MOL rebung bambu memberikan rata-rata bobot kering pupus tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan urea 2 g. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian MOL rebung bambu berpengeruh sangat nyata terhadap tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, luas daun, bobot kering akar dan bobot kering pupus. Berdasarkan hasil analisis Sidik Ragam tinggi bibit kelapa sawit pada umur 4 mst tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi. Hal ini terjadi karena kandungan unsur hara yang terdapat pada tanaman masih belum tersedia bagi tanaman. Sedangkan bibit kelapa sawit pada umur 6-12 mst berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman

Hasil analisis jumlah dan luas daun pada pemberian MOL rebung bambu dengan konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh nyata pada umur 4 mst sedangkan pada umur 6 mst tidak adanya perbedaan jumlah daun yang nyata dan pada umur 8 – 12 mst tampak adanya perbedaan jumlah daun. Pada perlakuan MOL rebung bambu dengan konsentrasi 50 ml memberikan jumlah daun dan luas daun terbaik pada bibit kelapa sawit.

Hasil analisis statitik diameter batang dengan konsentrasi yang berbeda dapat memberikan pengaruh yang nyata pada 8 mst dan 12 mst pada pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit. Konsentrasi terbaik terdapat pada pemberian MOL rebung bambu 50 ml. perbedaan diameter kelapa sawit diduga erat kaitanya dengan proses pembelahan dan difrensiasi sel. Pembelahan dan difrensiasi sel membutuhkan

(8)

karbohidrat dalam jumlah yang sangat besar. Menurut Khaswarina (2001) pada waktu terjadi pembelahan, karbohidrat yang dihasilkan akan ditransfer ke titik tumbuh batang yang menyebabkan terjadinya pembesaran diameter batang.

Hasil analisis statistik bobot kering pupus tampak pemberian MOL rebung bambu berpengaruh nyata. Pada semua variabel yang diamati menunjukkan bahwa perlakuan MOL rebung bambu 50 ml dapat memberikan pertumbuhan yang terbaik terhadap tinggi tanaman, luas daun, jumlah daun, diameter batang, bobot kering akar,dan bobot kering pupus. Dengan pemberian MOL rebung bambu dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit di Pre Nursery.

KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Pemberian MOL rebung bambu pada pembibitan kelapa sawit (Elais guineensisJacq) berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit, diameter bibit, jumlah daun, luas daun, bobot kering pupus dan bobot kering akar.

2. Pemberian MOL rebung bambu 50 ml memberikan pertumbuhan bibit kelapa sawit yang terbaik yaitu tinggi tanaman, luas daun, bobot kering akar,dan bobot kering pupus di Pre Nursery.

SARAN

Penelitian lanjutan tentang penggunaan MOL rebung bambu 50 ml/l air dapat diberikan pada bibit kelapa sawit (Elaeis guineensisJacq)diMain Nursery

DAFTAR PUSTAKA

Asmono, D., A.R. Purba., E. Suprianto., Y. Yenni dan Akiyat. 2003. Budidaya kelapa sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Direktorat Jendral Perkebunan. 2013. Luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit menurut Provinsi di Indonesia2011-2012 http://deptan.go.id, diakses 16 mei 2013. Khaswarina.W. 2001. Keragaman bibit kelapa sawit terhadap pemberian berbagai

kombinasi pupuk di pembibitan utama. Jurnal Natur Indonesia. Vol.3(2): 138-150.

Lakitan. B.1996.Fisiologi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. PT.Raja Grafindo Persada.

Lubis. A.V. 1992. Kelapa sawit (Elais guineensis Jaqc). Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

(9)

Maretza. 2009. Pengaruh dosis ekstrak rebung bambu betung ( Dendrocalamus asper Backerex Heyne) terhadap pertumbuhan semai sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen). Skripsi Fakultas kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Maspary. 2010. Cara sederhana membuat hormon/ zpt organik sendiri. :http://www,gerbangpertanian.com/2010/09/cara-sederhana-membuat-hormon-zpt.html. Diakses Pada Tanggal 12 Juli 2011.

Mauludin. 2009.Pengembangan bahan organik melalui mikro organisme lokal, kompos dan pestisida nabati. http://gofreedomindonesia.com.(Diakses pada tanggal 16 Mei 2010).

Nugroho. A. 2013. Meraup untung budidaya rebung. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. 178 hal.

Purwasasmita. M. 2009. Pemanfaatan larutan MOL. http://riefarm.blogspot.com/. Tanggal aksess 2 Juli 2012.

Sarief. S. 1986. Kesuburan dan pemupukan tanah pertanian. Pustaka Buana. Bandung. Zulfita. F.S. 2013.Pengaruh konsentrasi mikroorganisme lokal (MOL) rebung bambu

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kailan pada tanah gambut. Jurnal Lembaga Penelitian Universitas Tanjung Pura Pontianak.

Gambar

Gambar 1. Grafik tinggi bibit kelapa sawit umur 4-12 mst pada beberapa konsentrasi MOL rebung bambu.
Gambar 2 menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi bibit mulai dari minggu ke-4 sampai minggu ke-12 setelah tanam memiliki pola pertumbuhan yang hampir sama
Gambar 3. Grafik diameter batang bibit kelapa sawit umur 4-12 mst pada beberapa konsentrasi MOL rebung bambu.
Gambar 5. Grafik bobot kering akar bibit kelapa sawit umur 12 mst pada beberapa konsentrasi MOL rebung bambu.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dalam bentuk hasil kuisioner diperoleh persepsi responden tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Dinas Pendapatan,

Kemudian pada Mei 2019 permintaan dari pasar melebihi kapasitas produksi dari perusahaan PT Indopherin Jaya dalam menyediakan produk resin dengan jumlah

PERNYATAAN Ketika saya dikuasai oleh amarah, saya menentang banyak nasehat dari orang lain Ketika marah, saya ingin berkelahi dengan orang lain Orang terdekat menjadi sasaran

Sedangkan jumlah jarak terkecil antara data persediaan dan permintaan mengakibatkan biaya yang dikeluarkan akibat persediaan serta hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan

Penggunaan pahat bubut yang sering digunakan adalah HSS dan pahat Karbida (widia). Proses penyambungan mata pahat terhadap holder , biasanya digunakan proses las

Hasil pada penelitian ini menjelaskan bahwa kebijakan dividen menunjukan nilai yang dapat dibagikan untuk memberikan kontribusi terhadap saham bagi perusahaan

クラリベイト・アナリティクス社の抄録・引用文献デー タベース Web of Science Core Collection は, 1900 年にま で遡る,

Tesis Pondok pesantren dan perubahan ..... ADLN -