Stimulus Fiskal di tengah Badai Pandemi
Hingga hari ini, di seluruh dunia tercatat lebih dari 2 juta orang terkonfirmasi positif terkena Covid-19, sementara jumlah korban meninggal dunia telah mencapai lebih dari 134 ribu orang,
dan sebanyak lebih dari 509 ribu orang dinyatakan sembuh1. Di Indonesia sendiri, sesuai data
dari pemerintah, tercatat 5.516 orang terkonfirmasi positif mengidap Covid-19, 496 orang
meninggal dunia, dan 548 orang dinyatakan telah sembuh2. Wabah yang bermula dari Kota
Wuhan di China yang kemudian menjadi pandemi global ini menimbulkan (potensi) krisis ekonomi yang mungkin berbeda dengan krisis ekonomi yang pernah terjadi. Jika krisis-krisis sebelumnya sebagian besar terjadi karena adanya gejolak di sektor keuangan, kali ini tidak.
Bagaimana pandemi Covid-19 saat ini
mempengaruhi perekonomian, setidaknya
melalui 2 sisi. Dari sisi suplai, penutupan pabrik,
pengurangan dalam banyak kegiatan sektor jasa akan menyebabkan gangguan signifikan dalam rantai pasokan global. China sendiri memiliki
share yang cukup besar dalam perekonomian dunia. Sedangkan dari sisi permintaan, adanya
kebijakan stay at home/lockdown/physical
distancing, menyebabkan penurunan perjalanan bisnis dan pariwisata, serta penurunan atau penundaan konsumsi barang dan jasa.
Pandemi Covid-19 mengakibatkan perekonomian global dibayangi situasi ketidakpastian, tak terkecuali Indonesia. Sebagai contoh, hanya dalam waktu 3 bulan, proyeksi pertumbuhan ekonomi berubah drastis. IMF memprediksi ekonomi global pada tahun ini akan mengalami
resesi hingga sebesar minus 3 persen3, turun 6,3
basis poin dari prediksi sebelumnya pada awal tahun yaitu sebesar 3,3 persen. Ekonomi Indonesia sendiri diprediksi IMF hanya akan
1
https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/16/071317765/update-virus-corona-di-dunia-16-april-lebih-dari-2-juta-orang-terinfeksi, diakses pada 16 April 2020
2https://www.covid19.go.id/situasi-virus-corona/, diakses pada 16 April 2020
3
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/04/15/imf-prediksi-pertumbuhan-ekonomi-global-anjlok-karena-covid-19#, diakses pada 16 April 2020
-10 -5 0 5 10 Vietnam India Tiongkok Filipina Indonesia Korea Selatan Malaysia Dunia Singapura Jepang Brasil Amerika Serikat Kanada Inggris Thailand Jerman Prancis Spanyol Italia %
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi versi IMF 14 April 2020
2020 2019
Kebijakan > > > > >
> Insentif untuk Joint Promotion Rp103 M; >
> >
> Insentif transportasi:
a. Seat yang diberikan diskon = 25% jumlah seat/pesawat b. Diskon yang diberikan 30% dari harga Rill
> Rp147,7 M > Rp3,3 T > >
> Percepatan pencairan belanja modal:
a.
b. Percepatan Pelaksanaan Tender
c. Percepatan Revisi dan Pencairan anggaran strategis
> Percepatan pencairan belanja bantuan sosial
> Percepatan Penyaluran Dana Desa
a.
b. Penggunaan Dana Desa utk Desa Wisata
Rp10,2 T
Sumber: Kemenkeu, di ol a h
Diharapkan Program Kartu Pra Kerja dimulai pada bulan Maret 2020
Untuk pelatihan (skilling/re-skilling) bagi 2 juta orang (Rp9,3 T)
Program Hibah Pariwisata untuk 43 Kab/Kota yg belum memanfaatkan DAK Fisik Pariwisata Penurunan tarif Pajak Hotel dan Pajak Restoran pada 10 daerah destinasi pariwisata menjadi 0% selama 6 bulan
Dukungan TKDD terhadap Bidang Pariwisata
Percepatan (front loading) dan optimalisasi belanja negara
Percepatan penetapan pejabat perbendaharaan negara (KPA, PPK dan Bendahara)
PBI JKN → percepatan pencairan (Feb, Mar, dan April dicairkan pada Bulan Februari sebesar Rp12 triliun)
Percepatan penyaluran Dana Desa 2020 dgn tahapan menjadi 40-40-20 % (2019: 20-40-40 %)
Untuk 10 Destinasi (Danau Toba, Yogyakarta, Malang, Manado, Bali, Mandalika, Labuan Bajo, Bangka Belitung, Batam, dan Bintan)
Total
Rp4,56 T
Rp1,50 T Bantuan tambahan untuk subsidi
bunga perumahan
Insentif untuk Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) yang berada pada 17 negara Rp25 M;
Rp298,5 M
Rp443,3 M Insentif untuk wisatawan domestik
Tambahan penyaluran KPR unit baru sebanyak ± 175.000 unit (termasuk KPR ASN, TNI, dan POLRI sebanyak 20.000 unit)
Dilaksanakan oleh Bank Umum yang telah bekerjasama dengan KemenPUPR mulai April 2020
Insentif untuk mendatangkan wisatawan mancanegara
Insentif untuk Airlines dan Travel Agents Rp98,5 M;
Insentif untuk Familiarization Trip and Influencer Rp72 M
Percepatan program kartu pra kerja
Stimulus Fiskal Jilid I
Keterangan
Penambahan manfaat kartu sembako
Tambahan manfaat sebesar Rp50.000/KPM (Keluarga Penerima Manfaat) dari Rp150.000/KPM menjadi Rp200.000/KPM kepada 15,2 juta KPM
Mulai Maret 2020, selama 6 bulan
tumbuh 0,5%, turun 4,5 basis poin dari prediksi awal tahun sebesar 5 persen. Sebagai catatan. dalam APBN 2020 sendiri, pertumbuhan ekonomi ditargetkan mencapai 5,3
persen. Kondisi itu membuat
Indonesia harus siap menghadapi krisis ekonomi ke depan.
Respon Kebijakan
Sebelum kasus pertama virus
corona muncul di Indonesia,
Pemerintah pada 25 Februari 2020 telah mengeluarkan stimulus jilid I
untuk mencegah perlambatan
ekonomi nasional. Paket kebijakan pada stimulus jilid I antara lain difokuskan untuk membantu sektor pariwisata, akomodasi pariwisata dan transportasi. Total dana yang dialokasikan melalui stimulus ini Rp10,2 triliun.
Selanjutnya ketika wabah virus
corona akhirnya muncul di
Indonesia pertama kali pada 2 Maret 2020, Pemerintah berpikir
dan merumuskan kebijakan
stimulus lanjutan. Stimulus kedua kemudian diumumkan pada 13 Maret 2020. Dalam stimulus kedua ini terdapat empat kebijakan terkait fiskal atau perpajakan, empat kebijakan lain terkait non fiskal. Dana yang dialokasikan untuk stimulus kedua ini mencapai Rp22,9 triliun.
Stimulus terbaru diumumkan oleh Pemerintah pada Selasa 24 Maret 2020 di Istana Negara, Jakarta. Stimulus fiskal jilid III pada intinya memiliki tiga fokus, pertama, terkait kesehatan, kedua jaring pengaman
sosial (social safety net) untuk
masyarakat, dan ketiga dukungan Pemerintah untuk industri usaha Kebijakan > Rp8,60 T > > Restitusi PPN dipercepat (pengembalian pendahuluan) Rp1,97 T Rp22,9 T Sumber: Kemenkeu, di ol a h Rp4,20 T Rp8,15 T Pada 19 sektor tertentu, Wajib Pajak (WP)
Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), dan WP KITE Industri Kecil Menengah (IKM) Selama 6 bulan (April - September 2020) >
> Pengurangan PPh Pasal 25 sebesar 30%
Total
Selama 6 bulan (April - September 2020) Ditanggung Pemerintah (DTP) 100% atas penghasilan dari pekerja dengan besaran s.d. Rp200 juta
Pada sektor industri industri pengolahan
Relaksasi PPh Pasal 22 Impor
Stimulus Fiskal Jilid II
Keterangan
terdampak. Untuk kesehatan,
Pemerintah antara lain akan
meningkatkan ketersedian alat-alat medis, alat alat pelindung diri, masker, hingga pembersih tangan (hand sanitizer) dan meningkatkan
kapasitas rumah sakit untuk
menangani virus korona. Terkait jaring pengaman sosial, Pemerintah antara lain memberikan stimulus dengan penambahan nilai manfaat PKH, diskon tarif listrik 450VA dan 900 VA Subsidi, dan penambahan kartu prakerja. Sementara terkait
dunia usaha dan industri,
Pemerintah menyiapkan stimulus
untuk memastikan
perusahaan-perusahaan dapat terus berjalan baik, meski di tengah tekanan perekonomian.
Stimulus fiskal efektif?
Secara teori, ada dua kebijakan yang bisa diambil dalam melakukan intervensi terhadap perekonomian, yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Salah satu atau kedua kebijakan tersebut ditempuh untuk mengantisipasi memburuknya kondisi perekonomian. Bank sentral dengan kebijakan moneternya, mengintervensi perekonomian dengan mengatur jumlah uang beredar, baik menambah jumlah uang beredar (kebijakan moneter ekspansif) maupun sebaliknya, melalui instrumen antara lain tingkat bunga dan rasio jumlah cadangan wajib perbankan. Sedangkan Pemerintah dengan kebijakan fiskalnya, mengintervensi perekonomian dengan stimulus fiskal (kebijakan fiskal ekspansif) maupun sebaliknya, melalui instrumen fiskal seperti pajak dan pengeluaran pemerintah.
Setidaknya ada 3 kondisi yang harus diperhatikan agar stimulus fiskal dapat berjalan efektif memberikan dampak positif terhadap perekonomian. Pertama, momentum. Stimulus fiskal yang diberikan pada saat yang tepat akan memberikan insentif yang positif terhadap perekonomian. Pemberian stimulus yang terlalu lambat atau bahkan baru terlaksana ketika perekonomian mulai membaik, berdampak pada peningkatan inflasi. Kedua, sasaran stimulus. Stimulus fiskal berupa pemotongan pajak dan tambahan pengeluaran pemerintah harus ditujukan untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kelompok masyarakat yang paling menderita akibat melemahnya perekonomian. Ketiga, jangka waktu. Pemberian stimulus fiskal yang terlalu lama, dapat berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.
Kebijakan > Rp3,0 T > Rp5,9 T > Rp0,3 T > Rp65,8 T > Rp65,0 T
a. Penambahan penyaluran PKH untuk 10 jt KPM Rp8,3 T b. Tambahan sembako untuk 4,8 juta KPM (dari 15,2 juta
menjadi 20 juta KPM) Rp10,9 T
c. Tambahan Kartu Pra Kerja Rp10,0 T d. Diskon tarif listrik untuk pelanggan 450 dan 900 V Rp3,5 T e. Tambahan Insentif Perumahan bagi MBR Rp1,5 T f. Program Jaringan Pengaman Sosial Lainnya Rp30,8 T
>
Rp25,0 T >
Rp20,0 T
> Rp64,0 T
a. Pajak ditanggung Pemerintah untuk PPH Ps. 21 dan PPN Rp52,0 T b. Bea Masuk DTP (Perluasan Pembebasan Bea Masuk) Rp12,0 T
> Rp6,1 T
DUKUNGAN UNTUK DUNIA USAHA (Rp150,0 T) > Rp150,0 T Rp405,1 T Sumber: Kemenkeu, di ol a h Keterangan
Pembiayaan dalam rangka mendukung Program Pemulihan Ekonomi Nasional
Total
Stimulus Fiskal Jilid III
Santunan Kematian untuk tenaga kesehatan Belanja Penanganan Kesehatan untuk Covid-19 Tambahan Jaringan Pengaman Sosial
Cadangan untuk penemuhan kebutuhan pokok dan operasi pasar/logistik
Penyesuaian anggaran Pendidikan untuk penanganan Covid
Cadangan Perpajakan/DTP Lainnya DUKUNGAN INDUSTRI (Rp70,1 T)
Stimulus KUR KESEHATAN (Rp75,0 T)
SOCIAL SAFETY NET (Rp110,0 T)
Bantuan Iuran untuk penyesuaian tarif Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja sesuai Perpres 75 Tahun 2019
Sumber: https://voxeu.org/article/supply-side-matters-guns-versus-butter-covid-style, diakses pada 20 April 2020
Resesi, yang diperburuk oleh kebijakan seperti PSBB, bisa diminimalkan dengan kebijakan ekonomi
Dalam kondisi
pandemi seperti saat
ini, kebijakan
ekonomi/stimulus fiskal yang diarahkan
untuk mendukung
tujuan kesehatan
masyarakat adalah
prioritas pertama dan
yang paling utama.
Ketika kapasitas
healthcare menjadi
overloaded, sangat mungkin akan memicu kepanikan, dan pada akhirnya akan berujung
pada krisis. Sebisa mungkin menghindari terjadinya lumpuhnya sistem kesehatan, karena mungkin untuk fasilitas kesehatan bisa dengan mudah ditingkatkan seperti mengalihfungsikan hotel sebagai rumah sakit darurat ataupun tempat untuk karantina diri, namun kehilangan tenaga
kesehatan (dokter, perawat, dll) berarti kehilangan human capital yang membutuhkan waktu
yang lama untuk mendapatkannya kembali. Untuk itu fokus pertama adalah mendukung semua pengeluaran yang diperlukan untuk pencegahan, penahanan dan mitigasi virus.
Setelah sektor kesehatan, prioritas harus pada orang. Pemerintah perlu mendukung semua pengeluaran yang diperlukan untuk pencegahan, penahanan dan mitigasi virus, namun di sisi lain, beberapa pekerja dan sektor ekonomi mendapat pukulan lebih keras dan tidak mampu
mengadopsi kebijakan public health seperti lockdown/penerapan pembatasan sosial berskala
besar (PSBB) tanpa jaring pengaman, misalnya: pekerja informal, pekerja berupah harian, sektor hiburan, dan sektor kuliner. Dalam jangka pendek, perlu menyediakan transfer langsung sementara ke rumah tangga yang rentan untuk mengatasi kehilangan pendapatan dari penghentian kerja dan PHK. Bantuan sosial bisa menggunakan mekanisme yang ada antara lain BLT, JKN, dan PKH. Kemudian untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang, setelah pandemi
berakhir, pembuat kebijakan dapat menerapkan kebijakan moneter counter cyclical untuk
meningkatkan permintaan agregat dan menemukan peluang baru dalam rantai pasokan global yang situasinya sangat mungkin betul-betul berubah.
Apakah paket stimulus fiskal jilid I, II, dan III yang kini sedang digulirkan pemerintah untuk menanggulangi/mengantisipasi dampak pandemi Covid-19 akan berjalan efektif? mari berdoa yang terbaik untuk Indonesia.