• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJUAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori agensi dimulai ketika pemilik perusahaan tidak mampu mengelola perusahaan sendiri, sehingga pemilik harus melakukan kontrak dengan para eksekutif untuk menjalankan perusahaan. Sebagai agen, secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan menerima kompensasi sesuai dengan kontak.

Teori ini dikemukakan oleh Micheal C. Jenson dan William H. Meckling pada tahun 1976 (Horne dan Wachowicz, 1998; 482), manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perushaan, para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik, manajemen juga harus diberikan intensif pada pengawasan yang memadai. Pengawasan dapat dilakukan dengan cara seperti pengikat agen, permerikasaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap keputusan yang dapat diambil manajemen untuk menyatakan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan pemengan saham dan kreditur.

Teori keagenan (agency theory) menjelaskan bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan pemegang saham yang seringkali bertentangan,

(2)

sehingga dapat terjadi konflik (Tarjo dan Hartono, 2003). Hal ini sering terjadi karena pihak manajemen yang cenderung berusaha mengutamakan kepentingan pribadinya, sedangkan pemegang saham tidak menyukainya kepentingan pribadi manajernya karena hal tersebut akan menambah biaya bagi perusahaan dan akan menurunkan keuntungan yang akan diterima oleh pemegang saham. Akibatnya perbedaan ini maka akan terjadi konflik yang biasa disebut agency conflicy. Untuk mengawasi dan menghalangi perilaku oportunis manajer, maka pemegang saham harus bersedia mengeluarkan biaya pengawasan yang disebut biaya keagenan (cost agency).

Tujuan dari perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran para pemegang saham (principal) yang tercermin pada meningkatkan harga saham. Namun tujuan tersebut sering bertentangan dengan pihak manajer (agent) sebagai pengelola perusahaan. Dalam konsep teori akuntansi, manajemen sebagai agen seharusnya melakukan tindakan yang selaras dengan kepentingan principal, namun manajemen dapat melakukan tindakan-tindakan yang hanaya memaksimalkan kepentingan sendiri. Agen bisa melakukan tindakan yang tidak menguntungkan prinsipal secara keseluruhan yang dalam jangka panjang bisa merugikan kepentingan dari perusahaan tersebut.

Perbedaan kepentingan antara agen dan principal inilah yang disebut dengan masalah keagenan yang salah satunya disebabkan oleh asimetri informasi. Hal ini tersebut dapat menimbulkan permasalahan yang disebabkan adanya kesulitan principal untuk melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh agen.

(3)

Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa permasalahan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Moral Hazard

Merupakan permasalahan yang timbul jika agen tidak melaksanakan hal-hal yang disepakati bersama dalam kontrak kerja, atau melanggar dari kepakatan yang telah ditetapkan.

2. Adverse Selection

Merupakan suatu tindakan dimana principal tidak dapat mengetahui atas informasi-informasi yang telah diperolehnya atau terjadi sebagai sebuah kesalahan tugas.

Teori keagenan ini intinya membahas hubungan manajemen sebagai agen dan pemegang saham sebagai principal. Pemegang saham sebagai penyedia fasilitas dan untuk menjalankan perusahaan. Di lain pihak, manajemen mempunyai kewajiban untuk mengelola apa yang diamanahkan oleh pemegang saham kepadanya. Manajemen diwajibkan untuk memberi laporan periodik pada pemegang saham tentang usahanya. Pemegang saham akan menilai suatu kinerja manajemen melalui laporan keuangan yang disampaikan kepadanya (Harinato dan Sudomo, 1998: 240). Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk melakukan pengungkapan laporan keuangan dan informasi yang relevan lainnya dalam melakukan pengungkapan laporan keuangan tahunan karena pengungkapan merupakan aspek penting akuntansi keuangan. Informasi tersebut dapat berguna bagi para pemakai terutama para investor untuk pengambilan keputusan (Harjanto, 2001)

(4)

2. Signaling Theory

Menurut Brigham dan Houston (2001; 36) adalah tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek menguntungkan untuk menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru dengan cara lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan yang prospek kurang menguntungkan akan menjual sahamnya. Jika perusahaan lebih sering menawarkan saham baru maka harga saham akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti mengisyaratkan negatif yang kemudian dapat menekan saham sekalipun prospek perusahaan cerah.

Teori sinyal menjelaskan manajemen perusahaan sebagai agen, memiliki dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak-pihak eksternal. Dorongan tersebut disebabkan adanya asimetri informasi atau ketidakseimbangan penguasaan informasi antara agen dengan principal (konflik keagenan). Hal ini yang disebabkan oleh agen yang memiliki lebih banyak informasi mengenai perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara mengurangi informasi asimetri dengan memberi sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang positif dan dapat dipercaya yang akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan di masa mendatang sehingga dapat meningkatkan kredibilitasnya dan kesuksesan perusahaan (Wolk et al., 2000).

(5)

3. Laporan keuangan

Laporan keuangan merupakan bagian proses pelaporan keuangan. Menurut Standart Akuntansi Keuangan laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikandalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. Kelompok besar tersebut merupakan unsur dari laporan keuangan.

Pengertian laporan keuangan yang lengkap merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan modal, catatan laporan yang lain selain materi yang dijelaskan serta penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan (Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), (2009: 1)). Pada dasarnya laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atas aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan dengan data atau aktivitas perusahaan (Munawir, 2002 dalam Mahmudah (2011)).

Tujuan umum laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan kinerja, perubahan ekuitas dan arus kas pada suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan juga menunjukan pertanggungjawabanya (stewardship) yang telah dilakukan oleh manajemen atas dasar sumber daya yang dipercayakan kepadanya (Supriyatin, 2015).

(6)

Laporan keuangan akan bermanfaat bagi banyak penguna apabila suatu informasi laporan keuangan yang disajikan dalam laporan tersebut dapat dipahami, relevan, dan juga dapat dibandingkan. Diantaranya laporan yang diterbitkan perusahaan kepada pemegang saham, laporan tahunan (annual report) adalah laporan yang penting (Supriyatin, 2015).

4. Pengungkapan Laporan Keuangan

Pengungkapan secara sederhana dapat didefinisikan sebagai penyampaian informasi (the reles of information). Pengungkapan laporan keuangan merupakan suatu media pertanggungjawaban perusahaan kepada para investor yang berguna untuk memudahkan pengambilan keputusan alokasi sumber daya ke usaha-usaha yang paling produktif. Menurut Hendrikson dan Brenda (2002) penungkapan laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai penyajian informasi yang diperlukan untuk mencapai operasi yang optimum daam pasar modal yang efisien.

Pengungkapan adalah mengkomunikasikan mengenai posisi dari keuangan dengan tidak menyembunyikan informasi apabila berkaitan dengan laporan keuangan, pengungkapan mengandung makna bahwa laporan keuangan harus memberikan penjelasan mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha kondisi keuangan perusahaan kepada para pemakai laporan keuangan (Rinny, 2010).

Pengungkapan laporan keuangan dikelompokan dikelompokan menjadi dua yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Ada tiga konsep mengenai

(7)

pengungkapan yang berhubungan dengan kualitas laporan keuangan (Evans, 2003) yaitu pengungkapan cukup (adequate Disclosure), pengungkapan wajar (Fair Disclosure) dan pengungkapan penuh (Full Disclosure). Konsep yang sering digunakan adalah pengungkapan cukup yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkanoleh peraturan yang berlaku, dimana angka-angka yang disajikan dapat diinterpretasikan dengan benar oleh investor.

Pengungkapan wajar secara tidak langsung merupakan tujuan etis agar memberikan perlakuan yang sama kepada semua pengguna laporan keuangan, menyediakan informasi yang layak terhadap pembaca potensial. Sedangkan pengungkapan penuh menyangkut luas penyajian informasi secara melimpah sehingga beberapa pihak menganggapnya tidak baik. Penyajian yang terlalu rinci dan terlalu banyak mengaburkan sehingga laporan keuangan sulit untuk dipahami oleh para pemakainya dalam pembuatan keputusan (Hendriksen, 2002 dalam Mustafa (2013).

5. Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan

Kelengkapan adalah salah satu bentukkualitas-kualitas pengungkapan. Menurut Imhoff (Na’im, 2000), kualitas tampaksebagai atribut-atribut yang penting dari suatu informasi akuntansi. Meskipun kualitas akuntansi memiliki makna ganda, banyak penelitian yang menggunakan index of disclosure methodology mengemukakan bahwa kualitas pengungkapan dapat diukur dan digunakan untuk menilai manfaat potensial dari isi suatu laporan tahunan. Imhoff menyatakan bahwa tingginya kualitas informasi akuntansi sangat berkaitan dengan tingkat kelengkapan pengungkapan.

(8)

Dalam membuat indeks kelengkapan dibutuhkan suatu instrument yang dapat mencerminkan informasi-informasi yang diinginkan secara detail pada masing-masing item laporan keuangan yang telah ditentukan. Untuk menghitung indeks, penulis menggunakan indeks Wallace yang menungkapkan perbandingan antara jumlah item yang diungkapkan dengan jumlah item yang seharusnya diungkapkan.

Peraturan mengenai dokumen perusahaan yang harus diserahkan kepada Bapepam diatur dalam keputusan ketua Bapepam No. Kep-40/PM/1997. Peraturan mengenai dokumen-dokumen yang terbuka untuk umum diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-39/PM/1997. Peraturan Bapepam No. SE-24/PM/1987 menyatakan bahwa penyusunan laporan keuangan utama harus sesuai dengan standart akuntansi Indonesia yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Peraturan yang mengenai otoritas kepada IAI untuk memberlakukan regulasi mengenai informasi perusahaan public di indonesia melalui Standart Akuntansi Keuangan (SAK). Peraturan yang mengenai item-item laporan keuangan minimum yang harus diungkapkan laporan keuangan diatur secara rinci dalam Standart Akuntansi Keuangan (Na’im : 2000).

6. Indeks Wallace

Dalam menghitung indeks, penulis menggunakan indeks Wallace (Wallace at al., 1994) yang mengungkapkan perbandingan antara jumlah item yang diungkapkan dengan jumlah item yang seharusnya diungkapkan dengan jumlah total (N) sebesar 39 item.

(9)

Indeks Wallace adalah instrument yang digunakan untuk mengukur berapa banyak informasi laporan keuangan yang material diungkapkan oelh perusahaan. Semakin banyak item yang diungkapkan oleh perusahaan maka semakin banyak pula angka indeks yang diperoleh perusahaan. Perusahaan yang memperoleh indeks angka yang lebih tinggi menunjukan bahwa perusahaan tersebut telah melakukan praktek pengungkapan laporan keuangan secara koperhensif dibandingkan perusahaan yang lain.

7. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan didefinisikan sebagai penentu besaran, dimensi, atau kapasitas dari suatu perusahaan, sebagai penentu sebuah perusahaan besar atau kecil dapat dilihat dari total aktiva. Banyak penelitian terdahulu yang menggunakan ukuran perusahaan untuk menguji pengaruh dengan tingkat pengungkapan perusahaan. Hasilnya menunjukan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan perusahaan. Fitriani (2001) dalam Fitri (2012), menunjukan bahwa variabel ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

8. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan kas, modal, dan sebagainya seperti yang diungkapkan oleh Gitman (2003) dalam Dewi Agustina (2006). Profitabilitas merupakan kemampuan dan keefisian pihak manajemen dalam menggunakan assetnya untuk menghasilkan laba (White, 2003 dalam Dewi Agustina, 2006).

(10)

Profitabilitas yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih rinci, hal ini disebabkan karena manajer ingin menyakinkan investor lebih menyukai perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi dengan harapan perusahaan mampu memberikan tingkat pengembalian tinggi (Singvi dan Desai, 1971 dalam Fitri (2012)). Profitabilitas mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dan untuk memperoleh keuntungan tersebut pengelola perusahaan harus mampu bekerja secara efisien serta kinerja perusahaan harus senantiasa ditingkatkan. Untuk mengukur profitabilitas dapat digunakan rasio Return On Asset.

9. Leverage

Leverage menunjukan seberapa besar ekuitas yang bersedia untuk memberikan jaminan terhadap hutang. Hutang disini meliputi hutang lancar dan hutang jangka panjang. Leverage sering juga disebut dengan solvabilitas. Untuk mengukur leverage dapat digunakan Debt To Equity Ratio.

Dalam rangka mengukur resiko fokus perhatian kreditor jangka panjang terutama ditujukan pada prospek laba dan perkiraan arus kas. Keseimbangan proporsi antara aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan dapat diukur dengan Debt To Equity Ratio. DER juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang

(11)

dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu hutang (Almilia dan Retnasari, 2010).

10. Kepemilikan Publik

Kepemilikan saham oleh publik menggambarkan tingkat kepemilikan perusahaan oleh masyarakat publik. Variabel yang ditunjukan dengen tingkat prosentase saham yang dimiliki oleh publik yang dihutang dengan cera membandingkan antara jumlah saham yang dimiliki oleh masyarakat dengan total saham perusahaan yang beredar.

Menurut Fahmi dan Hadi (2009) ada dua jenis saham yang paling umum dikenal yaitu saham biasa (Common Stock) dan saham preferen (Preferred Stock). Saham biasa memiliki kelebihan dibandingkan saham preferen terutama diberi hak untuk ikut dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) yang otomatis memberi wewenang kepada pemegangnya untuk ikut serta dalam menentukan beberapa kebijakan perusahaan.

11. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan intitusional dari sudut pandang perusahaan, mampu mengutangi kepemilikan kebijakan utang dan deviden. Namun dari sudut pandang investor, institusional akan lebih tertarik untuk berinvestasi saham pada perusahaan yang mekanisme control yang tinggi dengan deviden yang tinggi. Hal ini dapat dimengerti karena sebagai investor dengan kepemilikan yang relative tinggi mengharapkan investasinya disuatu perusahaan aman mempunyai terurn yang tinggi baik dalam bentuk deviden maupun capital gain (Crutchley, Jensen, Jahera dana Raymon, 1999 dalam Fitri dan Hanafi, 2003).

(12)

12. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan Manjerial adalah kepemilikan saham oleh direksi, manajemen, komisaris, maupun setiap pihak yang terlibat secara langsung dalam pembuatan keputusan perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Fitri dan Hanafi, 2003). Salah satu mekanisme yang digunakan untuk mengatasi konflik keagenan adalah dengan meningkatkan kepemilikan manajerial sehingga dapat mensejajarkan kepentingan pemilik dengan manajer.

Crutley & Hansen (1989) serta Bathala et al (1994) menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh manajer akan mendorong penyatuan kepentingan antara prinsipal dan agen sehingga manajer bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham dan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Kepemilikan saham manajerial akan mendorong manajer untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan karena mereka ikut merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah (Listyani, 2003).

13. Status Perusahaan

Status perusahaan didorong oleh suatu alasan sederhana yaitu bahwa perusahaan dengan status yang berbeda akan memiliki stakeholder yang berbeda, sehingga tingkat kelengkapan pengungkapan yang harus dilakukan berbeda (Fitriany, 2001 dalam Dewi Agustina, 2006).

(13)

Almilia (2007) telah membuktikan bahwa status perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan. Dikatakan perusahaan dengan status PMA akan memberikan pengungkapan yang lebih luas dibandingkan perusahaan domestik.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengaruh pengungkapan laporan keuangan atau laporan tahunan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia maupun Bursa Efek Jakarta telah dilakukan oleh beberapa penelitian terdahulu. Berikut adalah uraian mengenai beberapa penelitian sebelumnya yang membahas pengungkapan laporan keuangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Agustina (2006) menganalisis pengaruh profitabilitas, leverage, kepemilkan publik dan status terhadap pengungkapan laporan keuangan. Hasil penelitiannya diperoleh bahwa profitabilitas (ROA), leverage dan status perusahaan tidak berpenagruh terhadap pengungkapan laporan keuangan. Kepemilikan publik berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan.

Penelitian yang dilakukan Suripto (1999) dalam Fitriani (2001) menguji pengaruh karakteristik perusahaan terhadap luas pengungkapan sukarela dalam laporan keuangan tahunan, dengan menggunakan 68 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1995 sebagai sampel penelitian. Hasil pengujian menunjukan bahwa luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan masih rendah, namun variasinya bersifat sistematik. Variabel besar

(14)

perusahaan dan rencana penerbitan sekuritas pada tahun berikutnya atau tidak secara sistematik signifikan mempengaruhi luas ungkapan sukarela perusahaan dalam laporan tahunan.

Penelitian yang dilakukan Na’im dan Rakhman (2000) meneliti hubungan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan struktur modal dan tipe kepemilikan perusahaan, dan menggunakan sampel semua jenis perusahaan yang berjumlah 32 perusahaan. Variabel yang digunakan adalah struktur modal (leverage) dan tipe kepemilikan perusahaan sebagai variabel independen dan variabel dependennya adalah kelengkapan pengungkapan lapioran keuangan perusahaan. Hasil dari yang dilakukan oleh Na’im dan Rakhman menunjukan bahwa variabel struktur modal (leverage) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, sedangkan tipe kepemilikan perusahaan tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Fitriani (2001) melakukan penelitian tentang signifikasi perbedaan tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela pada laporan keuangan. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 102 peusahaan dengan periode penelitian pada laporan keuangan tahun 1999. Dari penelitian disimpulkan bahwa terdapat faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan wajib adalah ukuran perusahaan, status perusahaan, jenis perusahaan, net profit margin dan KAP. Faktor yang mempengaruhi indeks pengungkapan sukarela adalah variabel seperti pengungkapan wajib, kecuali jenis perusahaan, sedangkan tingkat leverage dan likuiditas tidak mempengaruhi indeks kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela.

(15)

Penelitian yang dilakukan Nugraheni, dkk (2002) menganalisis faktor-faktor fundamental perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Dengan sampel sebanyak 76 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Dengan menggunakan variabel independen seperti likuiditas, tingkat leverage, tingkat profitabilitas, dan common stock ratio. Penelitian ini ditemukan bukti empiris bahwa secara parsial dan secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang signifikan anatara faktor-faktor fundamental perusahaan terhadap tingkat pengungkapan perusahaan.

C. Kerangka pemikiran

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang mengkomunikasikan keadaan keuangan dari hasil operasi perusahaan dalam periode tertentu kepada pihak-pihak yang berkepentingan sehingga manajemen mendapatkan informasi yang bermanfaat. Pengungkapan laporan keuangan sebagai penyedia sejumlah informasi sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian optimal pasar modal secara efisien (Hendriksen, 2002). Pengungkapan laporan keuangan harus memadai agar para pemakai laporan keuangan dapat menghasilkan keputusan yang cermat dan tepat. Jika pengungkapan laporan keuangan tidak tepat maka para pemakai laporan keuangan dapat merugikan para investornya dan dapat menyebabkan keputusan investasi yang salah, oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor yanag mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan perusahaan. Diantaranya faktor

(16)

yang mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, struktur kepemilikan dan status perusahaan.

Ukuran perusahaan merupakan penentu besaran, dimensi atau kapasitas dari suatu perusahaan. Secara umum perusahaan besaar akan mengungkapkan informasi lebih banyak dari pada perusahaan yang kecil (Fitri, 2012).

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Semakin tinggi perusahaan memperoleh keuntungan maka akan mengungkapkan lebih banyak informasi untuk menunjukan kompetensi perusahaan tersebut (Fitri, 2012).

Leverage merupakan seberapa besar ekuitas yang bersedia untuk memberikan jaminan hutang. Pengguna hutang yang berhasil akan meningkatkan pendapatan perusahaan atau maningkatkan ekuitas perusahaan.

Kepemilikan publik merupakan tanda bukti penyertaan kepemilikan modal atau dana suatu perusahaan. Semakin banyak saham perusahaan dimiliki oleh publik atau masyarakat berarti banyak pihak yang membutuhkan informasi maka akan mendorong manajemen untuk melakukan pengungkapan laporan keuangan (Fitri, 2012).

Kepemilikan intitusional berbeda dengan investor individual yang tidak begitu mencampuri urusan intern perusahaan yang mempunyai saham. Apabila institusi mempunyai presentase kepemilikan saham yang besar, mereka pasti akan lebih intensif dalam mempengaruhi manajemen intern perusahaan dikarenakan meraka mempunyai kepemilikan yang besar.

(17)

Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh direksi, manajemen komisaris maupun setiap pihak yang terlibat secara langsung dalam pembuatan keputusan. Salah satu mekanisme yang digunakan untuk mengatasi konflik keagenan adalah dengan diterapkan yang berguna untuk melindungi kepentingan pemegang saham (Jensen and Meckling, 1976).

Status perusahaan merupakan perusahaan dengan status dari penanaman modal asing cenderung memiliki tingkat kelengkapan pengungkapan yang lebih tepat dibandingkan perusahaan yang berstatus penanaman modal dalam negeri (Fitriany, 2001 dalam Dewi Agustina, 2006).

Kerangka pemikian dalam penelitian ini menggambarkan hubungan antar variabel, dapat dilihat pada gambarsebagai berikut :

(18)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis

1. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan.

Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak dari pada perusahaan kecil. Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memilikipermintaan publik terhadap informasi yang lebih tinggi UKURAN PERUSAHAAN PROFITABILITAS LEVERAGE KEPEMILIKAN PUBLIK KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL KEPEMILIKAN MANAJERIAL STATUS PERUSAHAAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN H1 (+) H2 (+) H3 (+) H4 (+) H5 (+) H6 (+) H7 (+) )

(19)

dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Alasan lainnya adalah perusahaan besar mempunyai biaya produksi informasi yang rendah berkaitan dengan pengungkapan mereka atau biaya competitive disadvantage yang lebih rendah pula. Penelitian yang dilakukan Ginting dan Arifin (2010) membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan laporan keuangan.

Maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

H1: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan laporan keuangan.

2. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan. Profitabilitas bertujuan untuk mengukut efesiensi aktivitas perusahaan perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Untuk mengukurnya pada penelitian dengan Return on Assets. Untuk menggambarkan bahwa laba bersih yang dapat dicapai setiap total asset perusahaan (Munawir, 2001). Dengan profitabilitas yang tinggi manajer perusahaan akan mengungkap lebih banyak laporan keuangan untuk menunjukan kinerja dari perusahaan. Penelitian yang dilakukan Simanjuntak (2004) bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan.

(20)

H2 : profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan laporan keuangan.

3. Pengaruh Leverage Terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan.

Leverage menunjukan seberapa besar ekuitas yang bersedia untuk memberikan jaminan terhadap hutang. Pengguna hutang yang berhasil akan meningkatkan pendapatan perusahaan atau meningkatkan ekuitas perusahaan (Munawir, 2001). Semakin besar leverage menunjukkan besarnya resiko dalam pembayaran hutang perusahaan, sehingga akan semakin sempit pengungkapan laporan keuangan. Sebaliknya semakin kecil leverage menunjukkan rendahnya resiko tingkat hutang perusahaan, maka akan semakin luas dalam pengungkapan laporan keuangan. Penelitian yang dilakukan Simanjuntak (2004) mengungkapkan bahwa tingkat leverage perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan.

Maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

H3 : leverage berpengaruh positif terhadap pengungkapan laporan keuangan.

4. Pengaruh Kepemilikan Publik Terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan.

Saham merupakan tanda bukti penyertaan kepemilikan modal atau dana pada suatu perusahaan. Menurut Fahmi dan Hadi (2009) ada dua jenis saham yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Jensen dan Meckling (1976) dalam Priguno (2013), menjelaskan bahwa biaya keagenan akan mengikat seiring dengan besarnya nilai saham

(21)

yang sangat erat kaitanya dengan proporsi kepemilikan terhadap perusahaan. Dikarenakan semakin banyak pemegang saham maka semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi yang mendorong manajemen untuk melakukan pengungkapan laporan keuangan. Penilitian Purwandari dan Purwanto (2012) membuktikan bahwa kepemilikan saham publik berpengaruh positif dengan pengungkapan laporan keuangan yang berarti semakin tinggi kepemilikan saham publik akan semakin memperluas pengungkapan laporan keuangan suatu perusahaan.

Maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut :

H4 : kepemilikan publik berpengaruh positif terhadap pengungkapan laporan keuangan.

5. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Pengungkapan Laporan Keungan.

Kepemilikan institusional berbeda dengan investor individual yang tidak mencampuri urusan intern perusahaan yang mempunyai saham. Kepemilikan institusional akan mencoba untuk mempengaruhi manajemen perusahaan tidak mampu mengelola kepemilikan yang agak besar dalam perusahaan. Apabila manajemen tidak mampu untuk mengelola suatu perusahaan tersebut maka akan berakibat buruk pada saham dimana terdapat investasi mereka yang besar. Penelitian yang dilakukan oleh Kumala Dewi (2008) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki hubungan positif yang signifikan dengan pengungkapan laporan keuangan. Hasil dari

(22)

mengidintifikasikan bahwa kepemilikan institusional meningkat menunjukan bahwa pengungkapan laporan keuangan semakin lengkap.

Maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut :

H5 : kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap pengungkapan laporan keuangan.

6. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan

kepemilikan manajerial merupakan saham yang dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun saham yang dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya (Susiana dan Herawaty, 2007). Salah satu mekanisme yang digunakan untuk mengatasi konflik keagenan adalah dengan meningkatkan kepemilikan manajerial sehingga dapat mensejajarkan kepentingan pemilik dengan manajer. Penelitiaan yang dilakukan oleh Kumala Dewi (2008) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memiliki hubungan positif yang signifikan dengan pengungkapan laporan keuangan. Hasil ini mengidentifikasi bahwa kepemilikan manajerial meningkat menunjukan bahwa pwngungkapan laporan keuangan semakin lengkap.

Maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut :

H6 : kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap pengungkapan laporan keuangan.

(23)

7. Pengaruh Status Perusahaan Terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan.

Status perusahaan didorong oleh suatu alasan sederhana yaitu bahwa perusahaan dengan status yang berbeda akan memiliki stakeholder yang berbeda, sehingga tingkat kelengkapan pegungkapan yang harus dilakukan berbeda (Fitriany, 2001 dalam Dewi Agustina (2006)). Suatu perusahaan yang berstatus penanaman modal asing cenderung akan melaporkan laporan keuangan yang luas dibandingkan perusahaan yang berstatus penanaman modal dalam negeri.

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Agustina (2006) memperoleh hasil bahwa status perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan laporaan keuangan, secara teori dengan status perusahaan yang baik akan semakin luas pula pengungkapan laporan keuangan perusahaan.

Maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut :

H7 : status perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan laporan keuangan.

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Asuhan Kebidanan Komprehensif mencakup empat kegiatan pemeriksan berkesinambugan diantaranya adalah Asuhan Kebidanan Kehamilan ( Ante Natal Care ) Asuhan Kebidanan Persalinan

Metode penelitian yang dilakukan adalah: 1). Ekstraksi minyak jarak pagar untuk mengetahui rendemen minyak jarak pagar asal Kebumen, NTB dan Lampung; 2). Penelitian

c) Jika kegagalan Produk tidak ditanggung oleh garansi terbatas ini, atau garansi terbatas ini tidak berlaku, batal, atau tidak sah karena persyaratan atau ketentuan apa pun

Ero torjunta-aineella käsiteltyjen ja käsittelemättömien taimien vakavan syönnin riskissä oli suurimmillaan kuitenkin vain 3 %, mikä osoittaa, että pelkkä laadukas

Iklan primer atau disebut juga dengan primary demand advertising dirancang untuk mendorong permintaan terhadap suatu jenis produk tertentu atau untuk keseluruhan

Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan (Size) Dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial.. Endang Susilowati

Uji bivariat menunjukkan ada enam faktor yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap kematian pasien ARDS yang dirawat di ICU, yaitu pneumonia, penyakit paru obstruktif

Laporan skripsi dengan judul “ Sistem Pakar dalam Menentukan Hukum Tindak Pidana pada Kepolisian Berbasis Web ” telah dilaksanakan dengan tujuan untuk membantu masyarakat