• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM APLIKASI UNTUK MENENTUKAN FORMULASI RANSUM AYAM MENGGUNAKAN METODE SIMPLEKS DUA FASE PADA PROGRAM LINIER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROGRAM APLIKASI UNTUK MENENTUKAN FORMULASI RANSUM AYAM MENGGUNAKAN METODE SIMPLEKS DUA FASE PADA PROGRAM LINIER"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Informatika

Disusun Oleh :

ANDIS PERMANA SARI

045314024

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

(2)

FINAL ASSIGNMENT

Presented as a Meaning

for Gaining Engineering Holder

in Informatics Engineering Study Program

By :

ANDIS PERMANA SARI

045314024

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM

INFORMATICS ENGINEERING DEPARTEMENT

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2008

(3)
(4)
(5)

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 29 Agustus 2008 Penulis

Andis Permana Sari

(6)

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Andis Permana Sari

Nomor Mahasiswa : 045314024

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PROGRAM APLIKASI UNTUK MENENTUKAN FORMULASI RANSUM AYAM MENGGUNAKAN METODE SIMPLEKS DUA FASE PADA PROGRAM LINIER

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 29 agustus 2008 Yang menyatakan

( Andis Permana Sari )

(7)

menentukan Formulasi Ransum Ayam dengan Menggunakan Metode Simpleks Dua Fase pada Program Linier yang Fungsi Tujuannya adalah minimisasi harga ransum. Hal ini karena Metode Simpleks Dua Fase dapat menghasilkan solusi yang optimal untuk menyelesaikan kasus tersebut.

Formulasi Ransum Ayam dengan Menggunakan Metode Simpleks Dua Fase tersebut dimaksudkan untuk membantu peternak dalam penyusunan ransum yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia dan dengan menggunakan biaya yang minimum. Sehingga untuk melakukan formulasi, perlu mengetahui beberapa informasi penting, antara lain umur dan tipe unggas serta kebutuhan zat makanannya yang didasarkan pada Standar Nasional Indonesia tahun 1995, dan kandungan zat makanan tiap bahan makanan. Hal tersebut dimaksudkan agar ransum yang dihasilkan tidak berdampak negatif terhadap ternak. Dampak negatif dari kesalahan formulasi antara lain dapat mempengaruhi pertumbuhan ternak dan menyebabkan penurunan daya tahan ternak terhadap penyakit.

Program Aplikasi untuk menentukan Formulasi Ransum Ayam dengan Menggunakan Metode Simpleks Dua Fase pada Program Linier telah berhasil diimplementasikan menggunakan bahasa pemrograman Java TM dan MySQL sebagai basisdatanya. Hasil dari formulasi tersebut berupa jumlah komposisi bahan pakan yang digunakan berserta informasi kandungan zat makanan yang berada di dalamnya.

(8)

the Chicken Ransum Formulation using Two Phase Simplex Method on Liner Programming whose objective function was minimizing the ration price. The Two Phase Simplex Method was applied because it generated the optimal solution for resolve the case.

The Chicken Ransum Formulation Using Two Phase Simplex Method aimed at facilitating the breeder in the ration distribution that complied with Indonesian Standard and at minimum cost. In order to establish the formulation, some substansial information was required, included chickens’ age and breed and their feed subtance complied with 1995 Indonesian Standard, and feed substances content in foodstuffs. This was intended to prevent the negative effect on the chicken. The effect could be drived from the miss-formulation, which effected the chicken development and decreasing their defensibility to diseases.

The aplication Program to Determaining the Chicken Ransum Formulation using Two Phase Simplex Method on Linear Programming was feasibly implemented using programming language of Java TM an MySQL as its database. Output of the formulation was composition of the feed substance along with information on substance content in the feed.

(9)

telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan lancar. Dalam proses penulisan tugas akhir ini ada begitu banyak pihak yang telah memberikan perhatian dan bantuan. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih antara lain kepada :

1. Romo Ir. Greg. Heliarko, S.J., S.S., B.S.T., M.A., M.Sc., selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi

2. Ibu Agnes Maria Polina, S.Kom., M.Sc., selaku ketua jurusan teknik informatika.

3. Bapak Albertus Agung Hadhiatma, S.T., M.T., selaku pembimbing, atas segala bimbingan, kesabaran dan dorongan selama proses pengerjaan tugas akhir.

4. Seluruh dosen teknik informatika atas ilmu yang telah diberikan selama penulis menimba ilmu di Universitas Sanata Dharma.

5. Bapak, Ibu (Alm) dan adikku tercinta yang telah memberikan inspirasi atas penulisan tugas akhir ini, serta doa yang tak pernah kunjung henti dan memberikan semuanya baik secara materiil maupun spiritual. Kalian adalah semangatku untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsiku ini dapat menjadi hadiah kecil yang membanggakan.

6. Petrus Dani Kurniawan, yang telah ada disaat senang maupun susah, yang telah memberikan semangat, perhatian, dorongan, dan senantiasa menghibur penulis.

(10)

kita selama kuliah dan selama menyelesaikan skripsi.

8. Untuk Sahabat kost lovely: Dewi Natalia P, Theodora Kinanti S, Yulita Nugraheni TS, Febrina Widya H, Yuniar Handayani, Melia Sari D, Pia Rika P, dan Yenita R. Terima kasih kalian selalu ada saat senang maupun susah, dan selalu memberikan keceriaan dan kedamaian.

9. Teman – teman mahasiswa Teknik Informatika USD angkatan 2004.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu – persatu , atas kebaikan dan bantuannya kepada penulis.

Penulis menyadari akan kekurangan dalam penulisan naskah tugas akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat. Terima kasih.

Yogyakarta, 29 Agustus 2008

Penulis

(11)

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL (BAHASA INGGRIS) ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 3

E. Manfaat Penelitian ... 4

F. Metodologi Penelitian ... 4

G. Sistematika Penulisan ... 5

(12)

1. Model Pemrograman Linier ... 6

B. Metode Simpleks... 7

1. Bentuk Standar Simpleks... 9

2. Tabel Simpleks... 12

3. Permasalahan Simpleks dan Penyelesaiannya... 13

4. Kasus Minimisasi dengan Metode Dua Fase... 17

C. Kasus Khusus Dalam Simpleks ... 20

1. Solusi Optimal Lebih dari satu... 20

2. Degenerasi... 21

3. Nilai Tujuan yang Tidak Terbatas... 22

4. Solusi Tidak Layak... 23

D. Istilah yang Sering Digunakan dalam Pengolahan Pakan... 26

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 27

A. Analisis Permasalahan ... 27

1. Standar Mutu Ransum Ayam Ras Petelur (Stater)... 27

2. Standar Mutu Ransum Ayam Ras Petelur (Grower)... 28

3. Standar Mutu Ransum Ayam Ras Petelur (Layer)... 28

4. Standar Mutu Ransum Ayam Ras Broiler (Stater)... 29

5. Standar Mutu Ransum Ayam Ras Broiler (Finisher)... 30

6. Kandungan Zat Makanan Tiap Bahan Makanan ... 30

B. Perumusan Model Matematis... 32

(13)

E. Gambaran Umum Sistem ... 39

F. Analisa Berorientasi Objek ... 41

1. Use Case Diagram... 41

2. Activity Diagram ... 42

G. Desain dan Pemodelan Berorientasi Objek... 58

1. Sequence Diagram... 58

2. Class Diagram... 70

H. Fisikal Data Model... 72

I. Perancangan Antarmuka ... 75

BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM... 86

A. Lingkungan Implementasi... 86

1. Lingkungan Perangkat Keras ... 86

2. Lingkungan Perangkat Lunak ... 86

B. Proses Perhitungan Simpleks ... 87

C. Implementasi Sistem Formulasi Pakan Ternak ... 104

D. Implementasi Antar Muka ... 113

BAB V PENUTUP ... 129

A. Kesimpulan ... 129

B. Saran ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 130

(14)

Gambar 2.1. Tabel Simpleks... 12

Gambar 2.2. Tabel Awal Simpleks ... 13

Gambar 2.3. Segi empat Imajiner ASB... 14

Gambar 2.4. Tabel Simpleks Iterasi I ... 15

Gambar 2.5. Tabel Simpleks Iterasi II ... 17

Gambar 2.6 Analisis Goemetri... 17

Gambar 2.7 Tabel simpleks kasus degenerasi iterasi 0... 22

Gambar 2.8 Tabel simpleks kasus degenerasi iterasi 1... 22

Gambar 2.9 Tabel simpleks kasus degenerasi iterasi 2... 22

Gambar 2.10 Kolom ketiga dipilih sebagai kolom kunci... 23

Gambar 2.11 Pengujian di titik sudut B(4, 0)... 23

Gambar 2.12 Tabel simpleks kasus solusi tidak layak iterasi 0... 24

Gambar 2.13 Tabel simpleks kasus solusi tidak layak iterasi 1... 24

Gambar 3.1. Use Case... 41

Gambar 3.2. Activity Diagram Login ... 42

Gambar 3.3. Activity Diagram Memasukan Data Bahan Pakan ... 43

Gambar 3.4. Activity Diagram Memasukan Data Ternak... 44

Gambar 3.5. Activity Diagram Mengubah Data Bahan Pakan………... 45

Gambar 3.6. Activity Diagram Mengubah Data Ternak ... 47

Gambar 3.7. Activity Diagram Hapus Data Bahan Pakan ... 48

Gambar 3.8. Activity Diagram Hapus Data Ternak ... 49

(15)

Gambar 3.11. Activity Diagram Lihat Data Bahan Pakan ... 53

Gambar 3.12. Activity Diagram Lihat Data Ternak... 54

Gambar 3.13. Activity Diagram Lihat Data Ransum ... 56

Gambar 3.14. Sequence Diagram Login... 58

Gambar 3.15. Sequence Diagram Memasukan Data Bahan Pakan ... 59

Gambar 3.16. Sequence Diagram Memasukan Data Ternak... 59

Gambar 3.17. Sequence Diagram Mengubah Data Bahan Pakan... 60

Gambar 3.18. Sequence Diagram Mengubah Data Ternak ... 60

Gambar 3.19. Sequence Diagram Hapus Data Bahan Pakan ... 61

Gambar 3.20. Sequence Diagram Hapus Data Ternak ... 61

Gambar 3.21. Sequence Diagram Mengubah Password... 62

Gambar 3.22. Sequence Diagram Ransum ... 68

Gambar 3.23. Sequence Diagram Lihat Data Bahan Pakan ... 69

Gambar 3.24. Sequence Diagram Lihat Data Ternak... 69

Gambar 3.25. Sequence Diagram Lihat Data Ransum ... 70

Gambar 3.26. Class Diagram ... 71

Gambar 3.27. Tampilan Form Utama ... 75

Gambar 3.28. Tampilan Input Login ... 76

Gambar 3.29. Tampilan Detail Bahan Pakan... 77

Gambar 3.30. Tampilan detail ternak & standar ransum ... 78

Gambar 3.31. Tampilan Input Form Ubah Password ... 78

(16)

Gambar 3.34. Tampilan Input Form Ternak & Standar Ransum... 81

Gambar 3.35. Tampilan Input Form Lihat Data Bahan Pakan... 82

Gambar 3.36. Tampilan Input Form Lihat Data Ternak & Standar Ransum... 83

Gambar 3.37. Tampilan Input Form Lihat Data Hasil Formulasi... 84

Gambar 3.38. Tampilan Output Hasil Formulasi... 85

Gambar 4.1. Elemen Kunci... 91

Gambar 4.2. Segi empat Imajiner ASB... 93

Gambar 4.3. Elemen untuk Segi empat Imajiner ASB ... 93

Gambar 4.4. Tampilan Login... 114

Gambar 4.5. Tampilan Pesan Kesalahan Login... 114

Gambar 4.6. Tampilan main_menu ... 115

Gambar 4.7. Tampilan tambah data bahan pakan... 116

Gambar 4.8. Tampilan pesan kesalahan tambah data bahan pakan ... 116

Gambar 4.9. Tampilan pesan berhasil tambah data bahan pakan ... 116

Gambar 4.10. Tampilan konfirmasi membatalkan tambah data bahan pakan . 117 Gambar 4.11. Tampilan tambah data ternak ... 117

Gambar 4.12. Tampilan pesan kesalahan tambah data ternak ... 118

Gambar 4.13. Tampilan pesan berhasil tambah data ternak ... 118

Gambar 4.14. Tampilan konfirmasi membatalkan tambah data ternak ... 118

Gambar 4.15. Tampilan Ubah Data Bahan Pakan ... 119

Gambar 4.16. Tampilan pesan kesalahan ubah data bahan pakan ... 119

(17)

Gambar 4.19. Tampilan Ubah Data Ternak... 121

Gambar 4.20. Tampilan pesan kesalahan ubah data ternak ... 121

Gambar 4.21. Tampilan pesan berhasil ubah data ternak ... 121

Gambar 4.22. Tampilan konfirmasi membatalkan ubah data ternak ... 122

Gambar 4.23. Tampilan Formulasi Pakan ... 122

Gambar 4.24. Tampilan Pesan Kesalahan Formulasi ... 123

Gambar 4.25. Tampilan Hasil Formulasi... 123

Gambar 4.26. Tampilan Pesan Peringatan ... 124

Gambar 4.27. Tampilan pesan berhasil simpan hasil formulasi ... 124

Gambar 4.28. Tampilan konfirmasi keluar dari hasil formulasi ... 124

Gambar 4.29. Tampilan Ubah Password ... 125

Gambar 4.30. Tampilan pesan kesalahan pada ubah password... 125

Gambar 4.31. Tampilan pesan kesalahan ubah password... 125

Gambar 4.32. Tampilan pesan berhasil ubah password... 126

Gambar 4.33. Tampilan Lihat Data Bahan Pakan ... 126

Gambar 4.34. Tampilan Lihat Data Ternak ... 127

Gambar 4.35. Tampilan Lihat Data Ransum/ Hasil Formulasi... 127

Gambar 4.36. Tampilan Detail Data Ransum/ Hasil Formulasi ... 128

(18)

Tabel 2.1 Tabel Simpleks Iterasi ke-0 fase I... 18

Tabel 2.2 Tabel Simpleks Iterasi ke-n ( Tabel Optimal ) fase I... 19

Tabel 2.3 Tabel Simpleks Iterasi ke-0 fase II... 19

Tabel 2.4 Tabel Simpleks Iterasi ke-1 fase II ( Tabel Optimal )... 20

Tabel 3.1 Standar Mutu Ransum Ayam Ras Petelur (Stater)... 29

Tabel 3.2 Standar Mutu Ransum Ayam Ras Petelur (Grower)... 29

Tabel 3.3 Standar Mutu Ransum Ayam Ras Petelur (Layer)……… 30

Tabel 3.4 Standar Mutu Ransum Ayam Ras Broiler (Stater)... 30

Tabel 3.5 Standar Mutu Ransum Ayam Ras Broiler (Finisher)... 31

Tabel 3.6 Kandungan zat makanan tiap bahan makanan ... 32

Tabel 3.7 Tabel Awal Simpleks ... 38

Tabel 3.8 Tabel Ternak ... 72

Tabel 3.9 Tabel Bahan Pakan... 73

Tabel 3.10 Tabel Ransum ... 74

Tabel 3.11 Tabel Komposisi ... 74

Tabel 3.12 Tabel Password... 75

Tabel 4.1 Tabel awal Simpleks Fase I... 89

Tabel 4.2 Tabel Simpleks Iterasi ke- 0 fase I... 91

Tabel 4.3 Tabel perubahan variabel basis X3 ... 92

Tabel 4.4 Tabel Simpleks Iterasi ke- 1 fase I... 95

Tabel 4.5 Tabel Simpleks Iterasi terakhir fase I... 96

(19)

xix

Tabel 4.8 Tabel Simpleks Iterasi ke- 0 fase II... 101 Tabel 4.9 Tabel Simpleks Iterasi ke- 1 fase II... 102

(20)

A. LATAR BELAKANG

Usaha peternakan ayam saat ini belum sepenuhnya pulih atau sebaik keadaan sebelum tahun 1998 (saat mengalami krisis moneter), indikasi ini terlihat dari jumlah kandang ayam yang dioperasikan. Sebagai contoh, Jabotabek yang merupakan daerah sentra produksi ayam dan telur di Indonesia mengalami penurunan produksi hingga 50 %, salah satu faktor penyebabnya adalah biaya pakan yang cukup mahal, yaitu sekitar 70% dari biaya produksi(Rizal Alamsyah,2005:12).

(21)

kandungan protein, lemak, serat kasar, kalsium, fosfor, kadar air, abu, lisin dan methionine.

Ransum ternak harus diatur dengan perbandingan atau komposisi yang seimbang dan aman. Bahan pakan tidak boleh mengandung zat atau bahan antinutrisi, karena akan berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan ternak, bahkan akan meracuni ternak. Oleh sebab itu formulasi merupakan salah satu tahap operasi yang sangat berpengaruh dalam penyusunan ransum ternak. Akurasi penyusunan formulasi sangat menentukan hasil produksi dan efisiensi biaya pengolahan. Sebaliknya kekeliruan di dalam formulasi tidak hanya berpengaruh terhadap efek pertumbuhan ternak, tetapi juga mengakibatkan pemborosan pemakaian bahan baku, defisiensi nutrisi, serta menimbulkan efek terhadap penurunan daya tahan ternak terhadap penyakit. Kekeliruan di dalam formulasi bahan pakan juga akan mempengaruhi kualitas telur untuk ayam petelur, sedangkan untuk ayam broiler mempengaruhi kualitas daging.

(22)

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana membuat sistem yang dapat membantu peternak ayam dalam menyusun formulasi pakan ternak berdasarkan SNI (Standar Nasional Indonesia) dengan biaya minimum.

C. BATASAN MASALAH

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka batasan yang diberlakukan dalam tugas akhir ini adalah :

1. Program penyusun ransum ini hanya menangani jenis ternak ayam broiler starter, broiler finisher, petelur starter , petelur grower dan petelur layer. 2. Kebutuhan nutrisi ransum berdasarkan pada Standar Nasional Indonesia,

yaitu mencakup ransum ayam petelur dan ransum ayam pedaging(broiler). 3. Diasumsikan fungsi tujuan dan kendala simpleks meminimumkan sudah

linier.

4. Program menggunakan Java TM dengan IDE NetBeans 5 dan MySQL 5 sebagai database.

D. TUJUAN PENELITIAN

(23)

dengan SNI , yang dapat digunakan peternak dalam membantu penyusunan ransum.

E. MANFAAT PENELITIAN

Sistem ini dapat dimanfaatkan oleh kelompok peternak untuk mengetahui berapa banyak komposisi bahan pakan agar standar nutrisi ransum ternak terpenuhi dengan biaya minimum.

F. METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah 1. Tinjauan pustaka

Mempelajari bahan-bahan tertulis seperti buku cetak, makalah, tutorial yang ada kaitannya dengan pengembangan sistem.

2. Wawancara

Melakukan studi dengan metode wawancara kepada dosen ataupun praktisi yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam tugas akhir ini. 3. Perancangan pemodelan matematika

(24)

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan tugas akhir ini tersusun dalam 5 (lima) bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penyusunan tugas akhir, metodologi, dan sistematika penyusunan tugas akhir.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang akan menjadi dasar dibuatnya Sistem Formulasi Ransum Ternak dengan Menggunakan Metode Simplex pada Program Linier.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini berisi tentang cara penerapan konsep dasar yang telah diuraikan pada bab sebelumnya untuk menganalisa dan merancang sebuah aplikasi.

BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM

Bab ini berisi implementasi program (coding) dari sistem yang akan dibuat.

BAB V PENUTUP

(25)

A. Pemrograman Linier

Pemrograman linier adalah sebuah metode matematis yang

berkarakteristik linier untuk menemukan suatu penyelesaian optimal dengan

cara memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan terhadap satu

susunan kendala(Siswanto,2006:26).

1. Model Pemrograman Linier

Model adalah sebuah tiruan terhadap realitas. Langkah untuk

membuat peralihan dari realita ke model kuantitatif, dinamakan

perumusan model(Siswanto,2006:25).

Menurut Siswanto(2006:25) model pemrograman linier mempunyai

tiga unsur utama yaitu:

1. Variabel Keputusan.

2. Fungsi Tujuan.

3. Fungsi Kendala.

Variabel keputusan adalah variabel persoalan yang akan

mempengaruhi nilai tujuan yang hendak dicapai. Di dalam proses

pemodelan, penemuan variabel keputusan tersebut harus dilakukan

terlebih dahulu sebelum merumuskan fungsi tujuan dan

kendala-kendalanya(Siswanto,2006:25).

n adalah variabel persoalan yang akan

mempengaruhi nilai tujuan yang hendak dicapai. Di dalam proses

pemodelan, penemuan variabel keputusan tersebut harus dilakukan

terlebih dahulu sebelum merumuskan fungsi tujuan dan

(26)

Cara untuk menemukan variabel-variabel ini adalah dengan

mengajukan pertanyaan:

Keputusan apa yang harus dibuat agar nilai fungsi tujuan menjadi maksimum atau minimum.

Fungsi Tujuan. Dalam model pemrograman linier, tujuan

yang hendak dicapai harus diwujudkan ke dalam sebuah fungsi

matematika linier. Selanjutnya, fungsi itu dimaksimumkan atau

diminimumkan terhadap kendala-kendala yang ada.

(Siswanto,2006:26).

Contoh:

1. Pemaksimuman laba perusahaan.

2. Peminimuman biaya distribusi.

Kendala Fungsional adalah berbagai kendala untuk

mewujudkan tujuan – tujuannya, kendala dapat diumpamakan sebagai

suatu pembatas terhadap kumpulan keputusan yang mungkin dibuat

dan harus dituangkan kedalam fungsi matematika linear.

(Siswanto,2006:26).

B. Metode Simpleks

Salah satu teknik penentuan solusi optimal yang digunakan dalam

pemrograman linier adalah metode simpleks. Metode simpleks adalah

sebuah prosedur matematis berulang untuk menemukan penyelesaian

(27)

Penentuan solusi optimal dilakukan dengan memeriksa titik ekstrim satu per

satu dengan cara perhitungan iteratif. Sehingga penentuan solusi optimal

dengan simpleks dilakukan tahap demi tahap yang disebut dengan iterasi.

Iterasi ke i hanya tergantung dari iterasi sebelumnya (i-1).

Menurut Hotniar(2005:56) ada beberapa istilah yang sangat sering

digunakan dalam metode simpleks, diantaranya adalah :

1. Iterasi adalah tahapan perhitungan dimana nilai dalam perhitungan

itu tergantung dari nilai tabel sebelumnya.

2. Variabel non basis adalah variabel yang nilainya diatur menjadi nol

pada sembarang iterasi.

3. Variabel basis adalah variabel yang nilainya bukan sembarang nol

pada sembarang iterasi. Pada solusi awal, variabel basis merupakan

variabel slack ( jika fungsi kendala menggunakan pertidaksamaan ≤ )

atau variabel buatan ( jika fungsi kendala menggunakan

pertidaksamaan ≥ dan =). Secara umum, jumlah variabel basis selalu

sama dengan jumlah fungsi pembatas ( tanpa fungsi non negatif).

4. Solusi atau nilai kanan adalah nilai sumber daya pembatas yang

masih tersedia.

5. Variabel slack adalah variabel yang ditambahkan ke model

matematika kendala untuk mengkonversikan pertidaksamaan ≤

menjadi persamaan (=). Penambahan variabel slack terjadi pada

tahap inisialisasi.

(28)

7. Variabel buatan adalah variabel yang ditambahkan ke model

matematik kendala dengan bentuk ≥ atau = untuk difungsikan

sebagai variabel basis awal.

8. Kolom pivot adalah kolom yang memuat variabel masuk. Koefisien

pada kolom ini akan menjadi pembagi nilai kanan untuk menentukan

baris pivot.

9. Baris pivot adalah salah satu baris dari antara variabel basis yang

memuat variabel keluar.

10.Elemen pivot adalah elemen yang terletak pada perpotongan kolom

dan baris pivot. Elemen pivot akan menjadi dasar perhitungan untuk

tabel simplek berikutnya.

11.Variabel masuk adalah variabel yang terpilih untuk menjadi

variabel basis pada iterasi berikutnya

12.Variabel keluar adalah variabel yang keluar dari variabel basis pada

iterasi berikutnya dan digantikan oleh variabel masik.

1. Bentuk Standar Simpleks

Bentuk standar dalam metode simpleks tidak hanya mengubah

persamaan kendala ke dalam bentuk sama dengan, tapi setiap fungsi

(29)

Menurut Hotniar(2005:58) ada beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam membuat bentuk standar, yaitu:

1. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan ≤ dalam bentuk umum,

dirubah menjadi persamaan (=) dengan menambahkan satu

variabel slack.

2. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan ≥ dalam bentuk umum,

dirubah menjadi persamaan (=) dengan mengurangkan satu

variabel surplus.

3. Fungsi kendala dengan persamaan dalam bentuk umum,

ditambahkan satu variabel buatan.

Contoh 1

Maksimumkan Z = x1 + x2 Kendala 2 x1 + x2 ≤ 4

x1 + 5 x2 ≤ 5

x1, x2 ≥ 0

Bentuk standar simpleks adalah sebagai berikut.

Maksimumkan Z = x1 + x2 + 0 x3 + 0 x4 Kendala 2 x1 + x2 + x3 = 4

x1 + 5 x2 + x4 = 5 x1, x2 , x3, x4 ≥ 0

Contoh 2

Minimumkan Z = 2 x1 - x2 + 4 x3

(30)

2 x1 - 2 x2 + x3 ≤ 8

x1, x2, x3 ≥ 0 Bentuk standar simpleks.

Ubah kendala dengan ruas kanan negatif. Kalikan kedua ruas dg -1

-5 x1 - 2 x2 + 3 x3 ≥ 7

Minimumkan Z = 2 x1 - x2 + 4 x3 + 0 x4 + 0 x5 Kendala -5 x1 - 2 x2 + 3 x3 – x4 = 7

2 x1 - 2 x2 + x3 + x5 = 8

x1, x2 , x3, x4, x5 ≥ 0

Contoh 3

Minimumkan Z = 12x1 + 5 x2

Kendala 4 x1 + 2 x2 ≥ 80

2 x1 + 3 x2 ≥ 90

x1, x2≥ 0

Bentuk diatas adalah bentuk umum pemrograman linier. Bentuk

standar simpleks tersebut akan menjadi:

Fungsi kendala mendapatkan variabel surplus (x3 dan x4 ) dan variabel buatan (x5 dan x6) karena bentuk umumnya menggunakan

pertidaksamaan ≥.

Minimumkan Z = 12x1 + 5 x2 + 0 x3 + 0 x4 + M x5 + M x6 Kendala 4 x1 + 2 x2 - x3 + x5 = 80

2 x1 + 3 x2 - x4 + x6 = 90

(31)

Penambahan variabel buatan pada fungsi kendala, menuntut

penambahan variabel buatan pada fungsi tujuan. Jika fungsi tujuan

adalah maksimasi, maka variabel buatan pada fungsi tujuan

mempunyai koefisien –M, jika fungsi tujuan adalah minimasi, maka

variabel buatan pada fungsi tujuan mempunyai koefisien +M.

2. Tabel Simpleks

Menurut Siswanto(2006:86) di dalam algoritma simpleks,

setiap pengujian titik sudut membutuhkan bantuan sebuah tabel untuk

menentukan apakah nilai ekstrem tujuan telah tercapai. Tabel tersebut

dinamakan Tabel Simpleks. Proses ini akan berulang hingga

ditemukan sebuah titik sudut yang menghasilkan nilai tujuan yang

ekstrem. Tabel di mana nilai tujuan ekstrem ini ditemukan disebut

Tabel Simpleks Optimal. Bentuk tabel simpleks dapat dilihat pada

gambar 2.1.

(32)

3. Permasalahan Simpleks dan Penyelesaiannya

Memaksimumkan Z = 3x1 + 2 x2

Kendala x1 + 2 x2 ≤ 20

3x1 + x2 ≤ 20

x1, x2≥ 0

Terlebih dahulu fungsi tujuan dan kendala awal dikonversikan ke

bentuk standar simpleks, sehingga fungsi tujuan dan kendala berubah

menjadi:

Memaksimumkan Z = 3x1 + 2 x2 + 0 x3 + 0 x4

Kendala x1 + 2 x2 + x3 ≤ 20

3x1 + x2 + x4≤ 20

x1, x2, x3 , x4 ≥ 0

Tabel awal simpleks dari permasalahan dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Tabel Awal Simpleks

Langkah pertama adalah menentukan kolom kunci yaitu kolom yang

akan menjadi dasar perhitungan untuk menuju ke iterasi berikutnya.

Pemilihan kolom kunci dipilih berdasarkan indikator Cj – Zj terbesar

(33)

E2 EX

berikutnya, yaitu Iterasi I, akan menjadi kandidat variabel basis.

Selanjutnya akan ditentukan baris kunci, yaitu perbandingan antara bi

dengan aij dimana kolom j adalah kolom kunci, dengan menggunakan

indikator rasio positif terkecil atau ,

Rasio =

aij bi

, j : kolom kunci dimana rasio > 0

Pada tabel awal simpleks variabel basis x4 ditetapkan sebagai baris

kunci. Karena x1 menjadi variabel basis, maka x1 harus mempunyai

koefisien “+1”, koefisien tersebut dapat ditemukan pada perpotongan

antara kolom kunci dan baris kunci, dan dinamakan Elemen Kunci,

pada tabel awal simpleks elemen kuncinya = 3. Karena fungsi

tujuannya memaksimalkan maka tabel akan optimal apabila Cj – Zj

tidak ada yang lebih besar dari 0. karena pada tabel awal simpleks

tersebut masih terdapat Cj – Zj > 0, maka akan dilakukan revisi tabel.

Selanjutnya Elemen di baris dimana basis keluar

masing-masing dibagi dengan elemen kunci. Perhitungan elemen baru dengan

menggunakan aturan sudut berlawanan yaitu:

i

(34)

Dengan demikian, dengan menggunakan rumus tersebut dapat

Langkah selanjutnya adalah menyelesaikan Zj dan Cj-Zj untuk j = 1,

2, ..., 4, dengan perhitungan sebagai berikut:

Z1 = (0)0 + (3)1 = 3

Z2 = (0)5/3 + (3)1/3 = 1

Z3 = (0)1 + (3)0 = 0

Z4 = (0)-1/3 + (3)1/3 = 1

Apabila Zj telah diketahui, maka Cj-Zj dapat ditentukan. Tabel

simpleks iterasi I dapat dilihat pada gambar 2.4.

(35)

Karena masih dijumpai Cj-Zj > 0, maka tabel belum optimal. Sehingga

perlu dilakukan revisi tabel iterasi II.

Pada tabel simpleks iterasi I hanya mempunyai satu pilihan yaitu C2-Z2

= 1 sebagai kolom kunci, x2 sebagai kandidat variabel basis, x3

sebagai baris kunci, dan elemen kuncinya = 5/3 seperti ditunjukkan

pada gambar 2.4. Selanjutnya akan dilakukan perhitungan

elemen-elemen yang baru sebagai berikut:

Elemen a11 =

Setelah perhitungan elemen-elemen yang baru selesai, maka sebagai

langkah selanjutnya adalah penyelesaian tabel dengan perhitungan Zj

dan Cj-Zj sebagai berikut:

Z1 = (2)0 + (3)1 = 3

Z2 = (2)1 + (3)0 = 2

Z3 = (2)3/5 + (3)-1/5 = 3/5

Z4 = (2)-1/5 + (3)2/5 = 4/5

(36)

simpleks iterasi II dapat dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Tabel Simpleks Iterasi II

Pada tabel simpleks iterasi II yang ditunjukkan pada gambar 2.5, nilai

Cj-Zj tidak ada lagi yang bernilai positif. Kondisi ini menunjukkan

bahwa tidak ada peluang untuk menaikkan nilai Z. Bila menggunakan

pendekatan geometri maka titik sudut C(4,8) adalah titik sudut ekstrem

yang akan dilewati garis Zmaks = 28, yang ditunjukkan pada gambar

2.6. Jadi, tabel simpleks iterasi II adalah tabel simpleks optimal. Oleh

karena itu, pengujian selanjutnya tidak perlu dilanjutkan.

Gambar 2.6 Analisis Goemetri

4. Kasus Minimisasi Dengan Metode Dua Fase

Metode dua fase digunakan jika variabel basis awal terdiri

dari variabel buatan. Disebut sebagai metode dua fase, karena proses

optimasi dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama merupakan proses

optimasi variabel buatan, sedangkan proses optimasi variabel

(37)

Contoh:

Minimumkan Z = 4 X1 + X2

Dengan kendala 3 X1 + X2 = 3

4 X1 + 3X2 ≥ 6

X1 + 2 X2 ≤ 4

X1, X2 ≥ 0

Pada Fase Pertama, dilakukan untuk meminimumkan total

artificial variable atau variabel buatan. Dengan demikian, formulasi permasalahan yang akan diselesaikan dalam fase ini adalah:

Minimumkan a = A1 + A2

Dengan kendala 3 X1 + X2 + A1 = 3

4 X1 + 3 X2 – S2 + A2 = 6

X1 + 2 X2 + S3 = 4

X1, X2, S2, S ,3 A1, A2 ≥ 0

Tabel 2.1 Tabel Simpleks Iterasi ke-0 fase I

0 0 0 0 1 1 j

C Basic

Variabel X1 X2 S2 S 3 A1 A2

bi

1 A1 3 1 0 0 1 0 3

1 A2 4 3 -1 0 0 1 6

0 S 3 1 2 0 1 0 0 4

j

Z 7 4 -1 0 1 1 9

j

C - Zj -7 -4 1 0 0 0

(38)

Tabel 2.2 Tabel Simpleks Iterasi ke-n ( Tabel Optimal ) fase I

Berikutnya, pada fase kedua dengan menghilangkan kolom

artificial variable pada Fase Pertama.

Minimumkan Z = 4 X1 + X2

Dengan kendala X1 + 1/5 S2 = 3/5

X2 – 3/5S2 = 6/5

S2+ S3 = 1

X1, X2, S2, S2 ≥ 0

Tabel 2.3 Tabel Simpleks Iterasi ke-0 fase II

(39)

Tabel 2.4 Tabel Simpleks Iterasi ke-1 fase II ( Tabel Optimal )

4 1 0 0 j

C Basic

Variabel X1 X2 S2 S 3 bi

4 X1 1 0 0 -1/5 2/5

1 X2 0 1 0 9/5 9/5

0 S2 0 0 1 1 1

j

Z 4 1 0 -1/5 17/5

j

C -Zj 0 0 0 1/5

C. Kasus Khusus Dalam Simpleks

Ada beberapa kasus khusus dalam simpleks. Kadang kala ditemukan

kasus simpleks yang iterasinya tidak berhenti, karena syarat optimalitas atau

syarat kelayakan tidak pernah dapat dipenuhi. Adakalanya juga solusi yang

dihasilkan antara satu iterasi dengan iterasi berikutnya tidak berbeda. Kasus

khusus ini terdiri dari solusi optimal lebih dari satu, degenerasi, nilai tujuan

yang tidak terbatas dan solusi tidak layak. Dua terakhir dapat terjadi karena

kesalahan baik dalam perhitungan iteratif ataupun dalam pembentukan

model atau formulasi permasalahan.

1. Solusi Optimal Lebih dari Satu

Solusi optimal lebih dari satu adalah sebuah kasus khusus

di dalam penyelesaian sebuah kasus pemrograman linier di mana

titik sudut ekstrem yang menghasilkan nilai fungsi tujuan ekstrem

lebih dari satu. Gejala ini terjadi karena angka arah fungsi tujuan

tepat sama dengan angka arah salah satu fungsi kendala yang

membentuk titik sudut ekstrem. Sebagai akibatnya, garis kendala

(40)

yang akan membuat nilai fungsi tujuan menjadi ekstrem (Siswanto,

2006:217).

2. Degenerasi

Slack, surplus dan artificial variable dalam model

pemrograman linier berfungsi untuk membentuk matriks identitas

yang akan menandai eksistensi variabel basis, yaitu variabel yang

bernilai positif pada model matematis pemrograman linier sebelum

diselesaikan. Karakteristik ini akan membuat jumlah variabel basis

sama dengan jumlah kendala di dalam penyelesaian kasus

pemrograman linier dengan algoritma simpleks. Karakteristik ini,

yaitu jumlah variabel basis yang bernilai positif sama dengan

jumlah kendalanya, akan dilanggar manakala sebuah titik sudut

dibentuk oleh lebih dari dua kendala. Gejala ini akan membuat

jumlah variabel positif atau variabel basis labih kecil dari jumlah

kendalanya sehingga disebut sebagai peristiwa degenerasi

(Siswanto, 2006:213).

Contoh algoritma simpleks, degenerasi:

Memaksimumkan 2X1 + X2

Dengan kendala-kendala

X1 + 2X2 ≤ 5

X1 + X2 ≤ 4

X1 ≤ 3

(41)

Iterasi 0

Gambar 2.7 Tabel simpleks kasus degenerasi iterasi 0

Iterasi 1

Gambar 2.8 Tabel simpleks kasus degenerasi iterasi 1

Iterasi 2/optimal

S2 berfungsi sebagai variabel basis tetapi

bernilai nol.

Gambar 2.9 Tabel simpleks kasus degenerasi iterasi 2

3. Nilai Tujuan yang Tidak Terbatas

Pada umumnya, daerah yang memenuhi kendala

(DMK) di dalam sebuah kasus pemrograman linier dibatasi atau

dibentuk oleh suatu susunan tertentu garis-garis kendala. Namun,

kasus pemrograman linier yang meminimumkan fungsi tujuan

sering mempunyai DMK yang tidak terbats luasnya

(42)

Cj

Tabel simpleks dibawah ini menggambarkan nilai

tujuan yang tidak terbatas.

Cj kunci tidak bisa dipilih

Gambar 2.10 Kolom ketiga dipilih sebagai kolom kunci

Gambar 2.11 Pengujian di titik sudut B(4, 0)

4. Solusi Tidak Layak

Menurut Siswanto(2006:219) solusi tidak layak terjadi

karena susunan kendala tidak berhasil membentuk sebuah daerah

yang memenuhi kendala. Kesalahan ini mungkin terjadi karena:

1. Penulisan atau pengetikan tanda kendala yang salah baik di

dalam proses penulisan model matematis atau pada saat

pemasukan data dalam proses penyelesaian dengan program

komputer. Misalnya, sebuah kendala seharusnya bertanda “≤“

ditulis ”≥”.

2. Kesalahan di dalam proses interpretasi pada saat merumuskan

model matematis sehingga misalnya kata”paling sedikit”

(43)

mempengaruhi perumusan model matematis kasus itu.

Contoh algoritma simpleks, solusi tidak layak

Memaksimumkan 3X1 + 2X2

Dengan kendala-kendala

2X1 + X2 ≤ 2

Gambar 2.12 Tabel simpleks kasus solusi tidak layak iterasi 0

Iterasi 1

Gambar 2.13 Tabel simpleks kasus solusi tidak layak iterasi 1

Pada itersi pertama seluruh Cj – Zj ≤ 0. karena fungsi

tujuan dimaksimumkan maka Cj – Zj ≤ 0 menjadi indikator bahwa

tidak mungkin lagi menaikan nilai Z. Dalam posisi seperti ini,

mestinya tabel telah optimal. Namun, tabel simpleks pada gambar

(44)

yaitu 4-4M. Hal ini tentunya tidak berarti sama sekali karena M

adalah bilangan yang sangat besar. Disamping itu, kemunculan

variabel basis juga telah melanggar dalil umum karena jenis

variabel ini akan bernilai nol pada penyelesaian optimal. Jadi,

meskipun syarat Cj – Zj ≤ 0 telah menandai optimalitas tabel,

namun informasi yang dihasilkan oleh penyelesaian akhir itu tidak

berguna sama sekali.

D. Istilah yang Sering Digunakan Dalam Pengolahan Pakan

Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ayam, para peternak harus

memberi pakan setiap harinya, pakan adalah segala sesuatu yang dapat

diberikan sebagai sumber energi dan zat-zat gizi, kecuali air. Untuk memenuhi

kebutuhan pakan, para peternak dapat membeli atau membuat ransum sendiri,

ransum itu sendiri adalah pakan jadi yang siap diberikan pada ternak yang

disusun dari berbagai jenis bahan pakan yang sudah dihitung (dikalkulasi)

sebelumnya berdasarkan kebutuhan nutrisi dan energi yang diperlukan.

Suatu tahap kegiatan dalam produksi pakan yang bisa dilakukan

dengan berbagai cara atau metode dinamakan formulasi. Formulasi merupakan

tahap yang paling penting dalam pembuatan ransum. Metode yang sangat

direkomendasikan adalah dengan melibatkan seluruh faktor yang terlibat

seperti kandungan nutrisi, restriksi, energi, serta harga pakan. Restriksi sendiri

merupakan batasan (nilai batas) maksimum atau minimum dari pemakaian

(45)

ransum. Pengetahuan restriksi dari bahan baku pakan ini penting untuk

diketahui karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi ternak

(46)

A. Analisis Permasalahan

Masalah utama dalam menyusun ransum adalah tahap formulasi.

Formulasi merupakan salah satu tahap operasi yang esensial dalam pengolahan

pakan, agar ransum yang dihasilkan tidak berdampak negatif terhadap ternak

tersebut. Dampak negatif dari kesalahan formulasi antara lain dapat

mempengaruhi pertumbuhan ternak dan dapat menyebabkan penurunan daya

tahan ternak terhadap penyakit. Sehingga untuk melakukan formulasi, perlu

mengetahui beberapa informasi penting, antara lain umur dan tipe unggas serta

kebutuhan zat makanannya yang didasarkan pada Standar Nasional Indonesia

tahun 1995, dan kandungan zat makanan tiap bahan makanan. Berikut ini

beberapa kebutuhan zat makanan berdasarkan umur dan tipe unggas yang

didasarkan pada SNI.

1. Standar Mutu Ransum Ayam Ras Petelur (Stater)

Berikut ini adalah tabel standar mutu ransum ayam ras petelur

(47)

Tabel 3.1 Standar Mutu Ransum Ayam Ras Petelur (Stater)

per 1 kg Ransum Standar Nutrisi Ayam

Petelur Stater

Methionine 0,004 -

Sumber: DSN nomor SNI 01-3927-1995

2. Standar Mutu Ransum Ayam Ras Petelur (Grower)

Berikut ini adalah tabel standar mutu ransum ayam ras petelur

grower, yaitu ayam petelur yang berumur 6-21 minggu.

Tabel 3.2 Standar Mutu Ransum Ayam Ras Petelur (Grower)

per 1 kg Ransum Standar Nutrisi Ayam

Petelur Grower

Methionine 0,003 -

Sumber: DSN nomor SNI 01-3928-1995

3. Standar Mutu Ransum Ayam Ras Petelur (Layer)

Berikut ini adalah tabel standar mutu ransum ayam ras petelur

(48)

Tabel 3.3 Standar Mutu Ransum Ayam Ras Petelur (Layer)

per 1 kg Ransum Standar Nutrisi Ayam

Petelur Layer

Methionine 0,0038 -

Sumber: DSN nomor SNI 01-3929-1995

4. Standar Mutu Ransum Ayam Ras Broiler (Stater)

Berikut ini adalah tabel standar mutu ransum ayam ras broiler

stater , yaitu ayam broiler yang berumur 1 – 4 minggu.

Tabel 3.4 Standar Mutu Ransum Ayam Ras Broiler (Stater)

per 1 kg Ransum Standar Nutrisi Ayam

Broiler Stater

Methionine 0,005 -

(49)

5. Standar Mutu Ransum Ayam Ras Broiler (Finisher)

Berikut ini adalah tabel standar mutu ransum ayam ras broiler

finisher, yaitu ayam broiler yang berumur 4 minggu sampai dengan

dipotong.

Tabel 3.5 Standar Mutu Ransum Ayam Ras Broiler (Finisher)

per 1 kg Ransum Standar Nutrisi Ayam

Broiler Stater

Batas kandungan Minimum

(Kg)

Batas kandungan Maksimum(Kg)

Kadar Air - 0,14

Protein kasar 0,18 0,22

Lemak kasar 0,025 0,07

Serat Kasar - 0,055

Abu 0,05 0,08

Kalsium 0,009 0,012

Phosphor 0,007 0,01

Lisin 0,009 -

Methionine 0,001 -

Sumber: DSN nomor SNI 01-3931-1995

6. Kandungan Zat Makanan Tiap Bahan Makanan

Berikut ini adalah tabel zat makanan tiap bahan makanan, yang

berisi kandungan nutrisi tiap bahan per Kg, batas maksimal penggunaan

(50)
(51)

B. Perumusan Model Matematis

Dalam pembuatan ransum ayam, pemilihan bahan pakan dapat bebas

dipilih sesuai dengan kondisi dan keinginan. Dalam perumusan model matematis

kali ini sebagai contoh, ayam petelur grower (standar nutrisi dapat dilihat pada

tabel 3.2) dengan total ransum 100 kg, dan bahan yang dipilih adalah jagung

kuning, tepung ikan, dedak gandum, bungkil kedelai dan garam beriodium dapat

dilihat pada tabel 3.6. Langkah pertama adalah mengidentifikasi tujuan, alternatif

keputusan dan sumber yang membatasi, sebagai berikut:

Alternatif keputusan adalah jumlah Jagung kuning, Tepung Ikan, Dedak

Gandum, Bungkil kedelai, dan Garam Beriodium yang akan digunakan,

sehingga alternatif keputusannya adalah:

X1: Jagung kuning X4: Bungkil kedelai

X2: Tepung Ikan X5: Garam Beriodium

X3: Dedak Gandum

Tujuan yang ingin dicapai adalah meminimumkan biaya pembelian bahan

pakan (dapat dilihat pada tabel 3.6), sehingga model matematiknya adalah:

Minimumkan: 1500X1 + 2000X2 + 800X3 + 1200X4 + 1300X5

Sumber Daya yang Membatasi adalah kandungan kadar air, protein kasar,

lemak kasar, serat kasar, abu, kalsium, phosphor, lisin, methionine, total

ransum serta batasan maksimum penggunaan bahan per ransum.

(52)

tidak menunjukkan adanya pemberian diskon, sehingga harga pembelian

bahan pakan per kg tidak berbeda meskipun pembelian dalam jumlah besar.

Hal ini mengisyaratkan bahwa total biaya yang harus dikeluarkan peternak

proposional terhadap jumlah bahan pakan yang digunakan. Penggunaan

sumber daya yang membatasi dalam hal ini komposisi bahan pakan akan

nutrisi proposional terhadap jumlah bahan pakan yang dipenuhi. Total

pengeluaran bahan pakan merupakan penjumlahan pengeluaran untuk bahan

pakan yang digunakan, jumlah masing-masing nutrisi yang ada dipakan

khusus merupakan penjumlahan dari nutrisi yang ada pada bahan pakan,

dengan asumsi tersebut dapat dikatakan soal linear.

• Karena total ransum yang akan dibuat kali ini adalah 100 kg, sehingga untuk

batasan standar nutrisi ayam petelur grower(lihat tabel 3.2) dan batasan

maksimum penggunaan bahan (lihat tabel 3.6 koom max), masing-masing

nilai dikalikan total ransum yang akan dibuat yaitu 100 kg, dan seluruh satuan

dalam Kg sehingga:

1. Banyaknya ransum yang akan dibuat:

X1 + X2 + X3+ X4+ X5 = 100

2. Kandungan maksimum kadar air:

0,1354 X1 + 0,1342 X2 + 0,02 X3+ 0,1237 X4≤ 14

3. Kandungan minimum protein kasar:

(53)

4. Kandungan maksimum protein kasar :

0,086 X1 + 0,6 X2 + 0,158 X3+ 0,48 X4 ≤ 16

5. Kandungan minimum lemak kasar:

0,038 X1 + 0,02 X2 + 0,048 X3+ 0,005 X4 ≥ 2,5

6. Kandungan maksimum lemak kasar :

0,038 X1 + 0,02 X2 + 0,048 X3+ 0,005 X4 ≤ 7

7. Kandungan maksimum serat kasar :

0,025 X1 + 0,01 X2 + 0,104 X3+ 0,03 X4≤ 7

8. Kandungan minimum abu :

0,049 X1 + 0,3 X2 + 0,049 X3+ 0,079 X4≥ 5

9. Kandungan maksimum abu :

0,049 X1 + 0,3 X2 + 0,049 X3+ 0,079 X4≤ 8

10.Kandungan minimum kalsium:

0,0019 X1 + 0,0099 X2 + 0,001 X3+ 0,0032 X4+ 0,4 X5≥ 0.9

11.Kandungan maksimum kalsium:

0,0019 X1 + 0,0099 X2 + 0,001 X3+ 0,0032 X4+ 0,4 X5 ≤ 1,2

12.Kandungan minimum phosphor:

0,004 X1 + 0,0345 X2 + 0,0063 X3+ 0,0064 X4+ 0,006 X5≥ 0,6

13.Kandungan maksimum phosphor:

0,004 X1 + 0,0345 X2 + 0,0063 X3+ 0,0064 X4+ 0,006 X5 ≤ 0,9

14.Kandungan minimum lisin:

(54)

15.Kandungan minimum methionine:

0,2 X1 + 1,8 X2 + 0,1 X3+ 0,7 X4≥ 0,3

16.Pemakaian jagung kuning maksimum :

X1 ≤ 70

17.Pemakaian tepung ikan maksimum :

X2 ≤ 30

18.Pemakaian dedak gandum maksimum:

X3 ≤ 20

19.Pemakaian bungkil kedelai maksimum :

X4 ≤ 30

20.Pemakaian garam beriodium maksimum :

X5 ≤ 5

X1, X2, X3 , X4 , X5 ≥ 0

C. Bentuk Standar Simpleks

Sebelum melakukan perhitungan iteratif untuk menentukan solusi optimal,

bentuk umum pemrograman linier harus dirubah kedalam bentuk baku terlebih

(55)

ini akan berbentuk:

Dengan demikian, formulasi permasalahan yang akan diselesaikan dalam

fase ini berdasarkan perumusan model matematis diatas adalah:

Tujuan Fase Pertama :

Meminimumkan: A1 + A2 + A3 + A4 + A5 + A6 + A7 + A8

Sumber Daya yang Membatasi:

(56)

15.0,2 X1 + 1,8 X2 + 0,1 X3+ 0,7 X4 - S14 + A8 =0,3

16.X1 + S15 = 70

17.X2 + S16 = 30

18.X3 + S17 = 20

19.X4 + S18 = 30

20.X5 + S19 = 5

X1,X2,X3,X4,X5,S1,S2,S3,S4,S5,S6,S7,S8,S9,S10,S11,S12,S13,S14,S15,S16,S17,S18,S19

,A1,A2,A3,A4,A5,A6,A7,A8≥ 0

D. Tabel Awal Simpleks

Tabel awal simpleks berdasarkan bentuk standar simpleks dapat dilihat pada tabel

(57)
(58)

E. Gambaran Umum Sistem

Sistem ini digunakan untuk membantu para peternak dalam menyusun

formulasi ransum ternak berdasarkan Standar Nasional Indonesia, dengan biaya

yang minimum.

Dalam sistem terdapat dua tipe pengaksesan, yaitu pengaksesan yang

dilakukan oleh user dan pengaksesan yang dilakukan oleh administrator.

Hak pengaksesan yang dilakukan oleh user antara lain:

a. Melihat data bahan pakan ternak

Proses ini berguna untuk melihat informasi bahan pakan ternak yang terdiri

dari harga bahan pakan, batasan pemakaian bahan pakan per ransum dan

komposisi bahan pakan tersebut seperti protein, lemak, serat kasar, kalsium,

fosfor, kadar air, abu, lisin dan methionine.

b. Melihat standar mutu ransum ternak

Proses ini berguna untuk melihat informasi standar mutu ransum ternak

berdasarkan SNI ( Standar Nasional Indonesia ) yang terdiri dari jenis ternak,

prosentase kadar air, protein, lemak, serat kasar, abu, kalsium, phospor, lisin

dan methionine.

c. Melakukan proses input data yang dibutuhkan dalam proses formulasi ransum

(59)

• Spesifikasi Jenis Ternak

Proses pemilihan jenis ternak yang akan dibuatkan ransumnya dengan

memilih jenis ternak yang diinginkan.

• Data Bahan Pakan yang Dipilih

Proses pemilihan bahan pakan dengan menginputkan nama bahan pakan

sebanyak yang diinginkan oleh user.

• Total Pakan yang Akan Dibuat

Proses penentuan banyaknya ransum yang akan dibuat dengan

menginputkan total pakan yang diinginkan dalam satuan kg.

Data dari ketiga proses tersebut akan digunakan pada proses formulasi

untuk mengetahui komposisi bahan pakan dalam ransum yang disusun.

Hak pengaksesan yang dilakukan oleh administrator yaitu:

Mengup_date ( mengedit, menghapus, menambah ) data bahan pakan dan data standar mutu ransum ternak, serta administrator dapat mengganti password,

ditambah hak yang dilakukan oleh user, antara lain melihat data bahan pakan

ternak, melihat standar mutu ransum ternak dan melakukan proses input data yang

(60)

F. Analisa Berorientasi Objek

1. Use Case Diagram

Use Case Diagram dari sistem yang dibuat dapat dilihat pada gambar 3.1

admin

Memasukkan data bahan pakan

Mengubah data bahan pakan

login<<Depend_on >>

Menghapus data bahan pakan

Melihat data ternak

user

Membuat ransum Mengubah

password Menghapus data

ternak Mengubah data ternak Memasukkan data ternak

Melihat data ransum Melihat data bahan pakan

(61)

2. Activity Diagram

Activity diagram memodelkan alur kerja sebuah proses bisnis dan urutan aktivitas dalam suatu proses. Berikut ini adalah activity diagram pada sistem yang mengacu pada use case diagram:

a. Activity Diagram Login

menampilkan tampilan login

menerima masukan username dan password memvalidasi masukan

menampilakn pesan kesalahan

menampilkan tampilan update data

User name dan password sudah benar? tidak

ya

Admin sistem

Gambar 3.2 Activity Diagram Login

Gambar 3.2 adalah activity diagram dari use case login. Proses ini diawali dengan menampilkan tampilan login, kemudian akan menunggu

pemakai memasukkan username dan password. Selanjutnya sistem akan

memeriksa apakah data masukan benar atau tidak. Jika data yang

dimasukkan benar, sistem akan menampilkan menu utama jika salah, sistem

akan menampilkan pesan kesalahan dan akan menampilkan kembali

(62)

b. Activity Diagram Memasukan Data Bahan Pakan

memilih menu untuk memasukkan data baru bahan pakan

menampilkan tampilan untuk memasukkan data bahan pakan memasukkan data bahan pakan

memilih untuk menyimpan data bahan pakan menampilkan pesan kesalahan

menyimpan data bahan pakan Data bahan pakan

sudah lengkap?

ya tidak

menampilkan tampilan untuk update data

menampilkan pesan berhasil

Admin sistem

Gambar 3.3 Activity Diagram Memasukan Data Bahan Pakan

Gambar 3.3 adalah activity diagram dari use case memasukkan data bahan pakan. Proses ini diawali dengan menampilkan tampilan untuk

update data dan menunggu pemakai untuk memilih menu data baru, kemudian sistem akan menampilkan tampilan untuk memasukkan data

bahan pakan. Pemakai dapat memasukkan data-data bahan pakan, setelah itu

pemakai dapat memilih menu untuk meyimpan data bahan pakan,

selanjutnya sistem akan memeriksa apakah data yang dimasukkan sudah

lengkap atau belum. Jika sudah lengkap sistem akan menyimpan data bahan

(63)

belum lengkap, sistem akan menampilkan pesan kesalahan dan akan

menampilkan kembali tampilan untuk memasukkan data bahan pakan .

c. Activity Diagram Memasukan Data Ternak

memilih menu untuk memasukkan data baru ternak

menampilkan tampilan untuk memasukkan data ternak memasukkan data ternak

memilih untuk menyimpan data ternak menampilkan pesan kesalahan

menyimpan data ternak Data ternak sudah lengkap?

ya tidak

menampilkan tampilan untuk update data

menampilkan esan berhasil p

Admin sistem

Gambar 3.4 Activity Diagram Memasukan Data Ternak

Gambar 3.4 adalah activity diagram dari use case memasukkan data ternak. Proses ini diawali dengan menampilkan tampilan untuk update data dan menunggu pemakai untuk memilih menu data baru, kemudian sistem

akan menampilkan tampilan untuk memasukkan data ternak. Pemakai dapat

memasukkan data-data ternak, setelah itu pemakai dapat memilih menu

untuk meyimpan data ternak, selanjutnya sistem akan memeriksa apakah

(64)

akan menyimpan data ternak dan menampilkan pesan berhasil. Jika data

yang dimasukkan pemakai belum lengkap, sistem akan menampilkan pesan

kesalahan dan akan menampilkan kembali tampilan untuk memasukkan data

ternak.

d. ActivityDiagram Mengubah Data Bahan Pakan

memilih salah satu data bahan pakan yang akan di ubah

memilih menu untuk mengubah data bahan pakan

menampilkan tampilan untuk mengubah data bahan pakan memasukkan data bahan pakan

memilih untuk menyimpan data bahan pakan menampilkan pesan kesalahan

menyimpan data bahan pakan Data bahan pakan sudah

lengkap?

ya tidak

menampilkan tampilan untuk update data

menampilkan pesan berhasil

Admin sistem

Gambar 3.5 Activity Diagram Mengubah Data Bahan Pakan

Gambar 3.5 adalah activity diagram dari use case mengubah data bahan pakan. Proses ini diawali dengan menampilkan tampilan update

(65)

diubah dan sistem akan menunggu pemakai untuk memilih menu ubah

data, selanjutnya sistem akan mengambil data bahan pakan yang akan

diubah dan menampilkan data tersebut pada tampilan untuk mengubah

data bahan pakan. Pemakai dapat mengubah data bahan pakan, setelah itu

pemakai dapat memilih menu untuk meyimpan data bahan pakan,

selanjutnya sistem akan memeriksa apakah data yang dimasukkan sudah

lengkap apa belum. Jika sudah lengkap sistem akan menyimpan data

bahan pakan dan menampilkan pesan berhasil. Jika data yang dimasukkan

pemakai belum lengkap, sistem akan menampilkan pesan kesalahan dan

akan menampilkan kembali tampilan untuk memasukkan data bahan

(66)

e. ActivityDiagram Mengubah Data Ternak

memilih salah satu data ternak yang akan di ubah

memilih menu untuk mengubah data ternak

menampilkan tampilan untuk mengubah data ternak

memasukkan data ternak

memilih untuk menyimpan data ternak menampilkan pesan kesalahan

menyimpan data ternak Data ternak sudah lengkap?

ya tidak

menampilkan tampilan untuk update data

menampilkan pesan berhasil

Admin sistem

Gambar 3.6 Activity Diagram Mengubah Data Ternak

Gambar 3.6 adalah activity diagram dari use case mengubah data ternak. Proses ini diawali dengan menampilkan tampilan update data. Pemakai dapat memilih salah satu data ternak yang akan diubah dan sistem

akan menunggu pemakai memilih menu untuk ubah data, selanjutnya sistem

akan mengambil data ternak yang akan diubah dan menampilkan data

tersebut pada tampilan untuk mengubah data ternak. Pemakai dapat

(67)

meyimpan data ternak, selanjutnya sistem akan memeriksa apakah data

masukan sudah lengkap apa belum. Jika sudah lengkap sistem akan

menyimpan data ternak dan menampilkan pesan berhasil. Jika data yang

dimasukkan pemakai belum lengkap, sistem akan menampilkan pesan

kesalahan dan akan menampilkan kembali tampilan untuk memasukkan data

ternak.

f. Activity Diagram Hapus Data Bahan Pakan

memilih salah satu data bahan pakan yang akan dihapus

memilih untuk menghapus data bahan pakan

menghapus data bahan pakan menampilkan tampilan untuk update data

menampilkan pesan berhasil

Admin sistem

Gambar 3.7 Activity DiagramHapus Data Bahan Pakan

Gambar 3.7 adalah Activity Diagram dari use case hapus data bahan pakan. Proses ini diawali dengan menampilkan tampilan update data. Pemakai dapat memilih salah satu data bahan pakan yang akan dihapus dan

sistem akan menunggu pemakai untuk memilih menu hapus data,

selanjutnya sistem akan menghapus data bahan pakan tersebut dan

(68)

g. Activity Diagram Hapus Data Ternak

memilih salah satu data ternak yang akan dihapus

memilih untuk menghapus data ternak

menghapus data ternak menampilkan tampilan untuk update data

menampilkan pesan berhasil

Admin sistem

Gambar 3.8 Activity DiagramHapus Data Ternak

Gambar 3.8 adalah Activity Diagram dari use case hapus data ternak. Proses ini diawali dengan menampilkan tampilan update data. Pemakai dapat memilih salah satu data ternak yang akan dihapus dan sistem akan

menunggu pemakai untuk memilih menu hapus data, selanjutnya sistem

(69)

h. Activity Diagram Mengubah Password

memasukkan data yang dibutuhkan untuk update password

memilih untuk menyimpan password yang baru

mengubah password menampilkan tampilan untuk update data

menampilkan pesan berhasil

Admin sistem

Gambar 3.9 Activity Diagram Mengubah Password

Gambar 3.9 adalah Activity Diagram dari use case mengubah

password. Proses ini diawali dengan menampilkan tampilan update data. Pemakai dapat memasukkan data yang dibutuhkan untuk mengubah

password dan sistem akan menunggu pemakai untuk memilih menu simpan

password, selanjutnya sistem akan mengubah password yang lama menjadi

(70)

i. Activity Diagram Membuat Ransum

menampilkan tampilan utama

memilih menu formulasi

menerima masukan data untuk formulasi

memilih pilihan untuk melakukan buat ransum

menampilkan pesan kesalahan

mengambil data ransum

Data untuk formulasi sudah lengkap?

sudah

belum

menampilkan tampilan untuk formulasi pakan

memilih pilihan untuk menyimpan hasil formulasi menampilkan tampilan hasil formulasi

menampilkan pesan berhasil

mengambil data bahan pakan dan jenis ternak

meletakkan data bahan pakan dan jenis ternak

Hasil sudah optimal ?

sudah belum

pemakai sistem

melakukan perhitungan

Gambar 3.10 Activity DiagramMembuat Ransum

Gambar 3.10 adalah Activity Diagram dari use case membuat ransum. Proses ini diawali dengan menampilkan menu utama, kemudian menunggu

pemakai memilih menu formulasi. Selanjutnya sistem mengambil data

(71)

tampilan formulasi pakan. Setelah itu sistem akan menampilkan tampilan

formulasi pakan, pemakai dapat memasukkan data-data yang dibutuhkan

untuk menyusun ransum pakan, dan sistem akan menunggu pemakai

memilih menu untuk membuat ransum. Sistem akan memeriksa apakah data

yang dimasukkan sudah lengkap apa belum, apabila data yang dimasukkan

sudah lengkap, sistem akan melakukan perhitungan dan melakukan

pengecekan apakah total kg hasil ransum sama dengan total kg yang

diinputkan pada tampilan formulasi pakan, apabila data sudah sama maka

sistem akan mengambil data ransum tersebut dan menampilkannya ke

tampilan hasil formulasi, dan sistem akan menunggu pemakai memilih

menu untuk menyimpan ransum tersebut dan menampilkan pesan berhasil.

Jika data yang dimasukkan pemakai belum lengkap atau jumlah total kg

tidak sama, sistem akan menampilkan pesan kesalahan dan akan

(72)

j. Activity Diagram Lihat Data Bahan Pakan

menampilkan tampilan utama

memilih menu lihat data

menampilkan tampilan untuk lihat data

pemakai sistem

mengambil data bahan pakan, ternak &ransum

meletakkan data ke tabel bahan pakan,ternak & ransum

pencarian data dg spesifikasi tertentu mencari data bahan pakan

menampilkan data bahan pakan Melakukan

pencarian

cari lagi Tdk melakukan

pencarian

Tidak cari lagi

Gambar 3.11 Activity DiagramLihat Data Bahan Pakan

Gambar 3.11 adalah Activity Diagram dari use case lihat data bahan pakan. Proses ini diawali dengan menampilkan menu utama, kemudian

menunggu pemakai memilih menu lihat data. Sistem akan mengambil data

bahan pakan, ternak dan ransum dari database, dan meletakkannya ke dalam

(73)

sistem akan menampilkan tampilan lihat data. Pemakai dapat melakukan

pencarian, bila pemakai ingin mencari data, pemakai dapat memasukkan

data dengan spesifikasi tertentu,selanjutnya sistem akan mencari data

tersebut dan menampilkan data tersebut pada tabel bahan pakan.

k. Activity Diagram Lihat Data Ternak

menampilkan tampilan utama

memilih menu lihat data

menampilkan tampilan untuk lihat data

pemakai sistem

mengambil data bahan pakan, ternak &ransum

meletakkan data ke tabel bahan pakan,ternak & ransum

pencarian data dg spesifikasi tertentu mencari data ternak

menampilkan data ternak

Melakukan pencarian

cari lagi Tdk melakukan

pencarian

Tidak cari lagi

(74)

Gambar 3.12 adalah Activity Diagram dari use case lihat data ternak.

Proses ini diawali dengan menampilkan menu utama, kemudian menunggu

pemakai memilih menu lihat data. Sistem akan mengambil data bahan

pakan, ternak dan ransum dari database, dan meletakkannya ke dalam tabel

bahan pakan, ternak dan ransum pada tampilan lihat data, selanjutnya sistem

akan menampilkan tampilan lihat data. Pemakai dapat melakukan pencarian,

bila pemakai ingin mencari data, pemakai dapat memasukkan data dengan

spesifikasi tertentu, selanjutnya sistem akan mencari data tersebut dan

(75)

l. Activity Diagram Lihat Data Ransum

menampilkan tampilan utama memilih menu lihat data

menampilkan tampilan untuk lihat data

pemakai sistem

mengambil data bahan pakan, ternak &ransum

meletakkan data ke tabel bahan pakan,ternak & ransum

pencarian data dg spesifikasi tertentu mencari data ransum

menampilkan data ransum

mencari detail komposisi Melakukan

pencarian

Detail komposisi dipilih

menampilkan detail komposisi Cari lagi

Tidak cari lagi

Tdk melakukan pencarian

Detail komposisi tdk dipilih

Gambar 3.13 Activity DiagramLihat Data Ransum

Gambar 3.13 adalah Activity Diagram dari use case lihat data ransum. Proses ini diawali dengan menampilkan menu utama, kemudian menunggu

pemakai memilih menu lihat data. Sistem akan mengambil data bahan

(76)

bahan pakan, ternak dan ransum pada tampilan lihat data, selanjutnya sistem

akan menampilkan tampilan lihat data. Pemakai dapat melakukan pencarian,

bila pemakai ingin mencari data, pemakai dapat memasukkan data dengan

spesifikasi tertentu, selanjutnya sistem akan mencari data tersebut dan

menampilkan data tersebut pada tabel ransum.Untuk melihat detail

komposisi, pemakai dapat memilih menu detail, selanjutnya sistem akan

(77)

G. Desain dan Pemodelan Berorientasi Objek

1. Sequence Diagram

Sequence diagram digunakan untuk menjelaskan interaksi objek

yang disusun dalam suatu urutan waktu. Diagram ini secara khusus

berasosiasi dengan use case. Sequence diagram memperlihatkan tahap demi tahap apa yang seharusnya terjadi untuk menghasilkan sesuatu

dalam use case.

Berikut ini adalah sequence diagram pada sistem yang mengacu pada use case diagram:

a. Sequence Diagram Login

:loginInterface :password

:admin

btnLogin()

return(userFalse)

return(userNotFound) dan Display(userNotFound) dijalankan jika userName atau password salah validasi data login

checkPassword(user,pass) return(passTrue)

DisplayPassFalse

:UpdateInterface

Menampilkan Tampilan untuk update

:Contr lPasswordo

username dan password

return(userFalse)

(78)

b. Sequence Diagram Memasukan Data Bahan Pakan

:admin :bahanPakanInterface :BahanPakan

input data bahan pakan

returnKonfirmasi() addBahanPakan() validasi data bahan pakan

DisplayKonfirmasi()

:ControlBahanPakan

data bahan pakan

returnKonfirmasi()

:updateInterfc

pilih tambah data bahan pakan

Gambar 3.15 Sequence Diagram Memasukan Data Bahan Pakan

c. Sequence Diagram Memasukan Data Ternak

:admin :ControlTernak :Ternak

pilih tambah data ternak

returnKonfirmasi() addTernak() validasi data ternak

DisplayKonfirmasi()

:TernakInterface

data ternak

returnKonfirmasi()

:UpdateIntrc

input data ternak

Gambar

Gambar 2.4 Tabel Simpleks Iterasi I
Gambar 3.3 Activity Diagram Memasukan Data Bahan Pakan
Gambar 3.4 adalah activity diagram dari use case memasukkan data
Gambar 3.5 Activity Diagram Mengubah Data Bahan Pakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian telah dibuat perancangan model tata kelola teknologi informasi di Bagian Pengelolaan Data berbasis Cobit 4.1 pada proses mengelola

Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa komisaris independen dan struktur kepemilikan ultimat berpengaruh positif terhadap daya informasi akuntansi, sedangkan komite audit

Untuk pelajaran 1 ini kita akan belajar menggunakan 2 kalimat ini , baca dengan suara keras dan bayangkan anda sedang bepergian ke negara yang menggunakan bahasa Inggris,

Berdasarkan hasil pengamatan Opegrapha atra memiliki tipe morfologi talus Crustose yang melekat erat pada subtrat sehingga sulit untuk dipisahkan, subtrat yang

Dibandingkan dengan target asumsi makro ekonomi, terutama pertumbuhan ekonomi (ditargetkan 6,4%) dan inflasi (ditargetkan 4,5%), yang dinilai kalangan ekonomi sangat

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan pada sang Pencipta Alam Semesta Allah SWT yang telah memberikan petunjuk, kekuatan, dan rahmat-Nya, serta yang telah

atra belum banyak dilakukan mengingat keberadaan teripang yang semakin sedikit di alam, sehingga perlu adanya penelitian kelimpahan teripang di ekosistem padang lamun