3.1
RTRW NASIONAL
3.1.1
Rencana Struktur Ruang Nasional
Sesuai dengan lingkup perencanaan RTRWN yang meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka arahan RTRWN yang akan dijadikan sebagai acuan adalah kebijakan dan rencana yang ditetapkan lokasinya di Provinsi Kalimantan Selatan dan Kabupaten Hulu Sungai Utara, sebagai berikut :
1. Sistem Perkotaan Nasional
a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) : Banjarmasin b. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) : 1). Amuntai
2). Martapura 3). Marabahan 4). Kotabaru 2. Jalan Bebas Hambatan
a. Banjarmasin – Liang Anggang b. Liang Anggang – Pelaihari c. Kuala Kapuas – Banjarmasin d. Marabahan – Banjarmasin e. Liang Anggang – Martapura f. Pelaihari – Pagatan
g. Pagatan – Batulicin
3. Pelabuhan Sebagai Simpul TransportasiLaut Nasional a. Pelabuhan Internasional : Pelabuhan Banjarmasin b. Pelabuhan Nasional : Pelabuhan Batulicin
4. Bandar Udara Sebagai Simpul Transportasi Udara Nasional a. Pusat Penyebaran Sekunder : Bandara Syamsuddin Noor b. Pusat Penyebaran Tersier : Bandara Stagen
5. Wilayah Sungai
Wilayah Sungai Barito - Kapuas 6. Kawasan Lindung Nasional
a. Suaka Margasatwa Pleihari - Martapura b. Suaka Margasatwa Kuala Lupak
c. Cagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut, Selat Sebuku d. Cagar Alam Teluk Pamukan
e. Cagar Alam Sungai Lulan Dan Sungai Bulan f. Cagar Alam Teluk Pamukan
g. Taman Hutan Raya Sultan Adam
h. Taman Wisata Alam Pleihari Tanah Laut
i. Taman Wisata Alam Laut Pulau Laut Barat – Selatan dan Pulau Sembilan 7. Kawasan Andalan Nasional
a. Kawasan Kandangan dan sekitarnya b. Kawasan Banjarmasin Raya dan sekitarnya c. Kawasan Batulicin
d. Kawasan Andalan Laut Pulau Laut 8. Kawasan Strategis Nasional
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Batulicin
Dari arahan RTRW Nasional tersebut diatas, maka kebijakan nasional yang terkait dan bersinggungan langsung dengan wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah sebagai: 1. Sistem Perkotaan Nasional sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Amuntai.
2. Kawasan Andalan Nasional sebagai pengembangan Kawasan Kandangan dan sekitarnya.
3.2
ARAHAN RTRW PULAU KALIMANTAN
1. Kelestarian kawasan konservasi keanekaragaman hayati dan kawasanberfungsi lindung yang bervegetasi hutan tropis basah paling sedikit 45% (empat puluh lima persen) dari luas Pulau Kalimantan sebagai Paru-paruDunia;
2. Kemandirian energi dan lumbung energi nasional untuk ketenagalistrikan;
3. Pusat pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi di Pulau Kalimantan; 4. Pusat perkebunan kelapa sawit, karet, dan hasil hutan secara berkelanjutan;
5. Kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara Malaysia dengan memperhatikankeharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup;
6. Pusat pengembangan kawasan perkotaan nasional yang berbasis pada air; 7. Kawasan ekowisata berbasis hutan tropis basah dan wisata budayaKalimantan;
8. Jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antar wilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah;
9. Swasembada pangan dan lumbung pangan nasional.
Arahan RTRW Pulau Kalimantan berupa rencana struktur ruang, rencana infrastruktur dan rencana pemanfaatan ruang di Provinsi Kalimantan Selatan sebagai berikut:
A. Rencana Struktur Ruang Pulau Kalimantan
1. Pusat industri hilir pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet di PKN Banjarmasin,
2. Pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet di PKW Amuntai, PKW Martapura, PKW Marabahan, dan PKW Kotabaru
3. Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan PKN Banjarmasin, PKW Amuntai, PKW Martapura, PKW Marabahan, dan PKW Kotabaru. 4. Pusat industri pengolahan danindustri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan di PKN
B. Rencana Pengembangan Infrastruktur
1. Pengembangan jaringan drainase di PKN dan PKW yang terintegrasi dengan sungai di PKN Banjarmasin yang terintegrasi dengan Sungai Barito.
2. Pengembangan jaringan jalan arteri primer pada Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan, yang merupakan bagian dari Jaringan Jalan Trans Kalimantan, yang menghubungkan:
a. Sei Pinyuh – Pontianak – Tayan – Nanga Tayap – Kudangan – Penopa – Nanga Bulik
– Pangkalan Bun – Sampit – Kotabesi – Kasongan – Palangkaraya – Pulang Pisau – Kuala Kapuas – Banjarmasin – LiangAnggang;
b. Liang Anggang – Pelaihari – Pagatan – Batulicin – Batuaji – TanahGrogot – Kuaro c. Muara Teweh – Ampah – Tamiang Layang-Kelua, Barabai – Mabuun; Simpang
Serapat – Benua Anyar.
3. Pengembangan jaringan jalan nasional yang menghubungkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pertumbuhan dengan pelabuhan danbandar udara untuk mendukung pemasaran dan distribusi produk unggulan meliputi jaringan jalan arteri primer yang menghubungkan:
a. PKN Banjarmasin dengan Pelabuhan Banjarmasin (Kota Banjarmasin) dan Bandar Udara Syamsuddin Noor (Kota Banjarmasin).
b. PKW Kotabaru dengan Pelabuhan Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu) dan Bandar Udara Stagen (Kabupaten Kotabaru).
4. Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan untuk melayani PKN sebagai pusat pertumbuhan utama meliputi jaringan jalan bebas hambatan antarkota yang menghubungkan:
a. Banjarmasin-Liang Anggang, Liang Anggang-Pelaihari, Kuala Kapuas-Banjarmasin. b. Marabahan-Banjarmasin; Liang Anggang-Martapura; Pelaihari-Pagatan;
Pagatan-Batulicin; dan Batulicin-Tanah Grogot (Kuaro).
5. Pengembangan jaringan jalan nasional yang terpadu dengan jaringan jalur kereta api, pelabuhan, bandar udara, serta transportasi sungai danpenyeberangan untuk membuka keterisolasian wilayah Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan yang terpadu dengan Pelabuhan Banjarmasin (Kota Banjarmasin), dan Pelabuhan Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu).
6. Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan yang terpadu dengan Bandar Udara Syamsuddin Noor (Kota Banjarmasin), dan Bandar Udara Stagen (Kabupaten Kotabaru) 7. Jaringan Jalan Lintas Tengah Pulau Kalimantan yang terpadu dengan jaringan
8. Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan yang terpadu dengan jaringan transportasi sungai di Sungai Barito.
9. Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Selatan Pulau Kalimantan Bagian Timur yang melalui Balikpapan-Tanah Grogot – Tanjung-Ampah, Batulicin - Pelaihari - Banjarmasin - Kuala Kapuas - Pulang Pisau- Palangkaraya.
10.Pengembangan jaringan transportasi sungai untuk melayani PKN, PKW, dan kawasan permukiman pada bagian hulu sungai dilakukan di:
a. jaringan transportasi Sungai Barito yang menghubungkan PKW Muara Teweh dan PKW Buntok dengan PKN Banjarmasin.
b. jaringan transportasi Sungai Nagara yang menghubungkan PKW Amuntai dengan PKN Banjarmasin.
11.Pengembangan jaringan transportasi sungai untuk melayani pengangkutan batubara, hasil hutan, dan komoditas unggulan lainnya dilakukan pada jaringan transportasi Sungai Barito.
12.Pengembangan jaringan transportasi penyeberangan untuk membuka keterisolasian wilayah pulau-pulau kecil terluar, meningkatkan keterkaitan antar provinsi di Pulau Kalimantan dengan provinsi di luar Pulau Kalimantan, dan antarnegara yaitu menghubungkan :
a. Batulicin - Garongkong (Pulau Sulawesi); b. Batulicin - Barru (Pulau Sulawesi) c. Banjarmasin - Semarang (Pulau Jawa) d. Banjarmasin - Lamongan (Pulau Jawa);
13.Pengembangan dan pemantapan pelabuhan yang melayani kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan menuju pasar nasional dan internasional:
a. Pelabuhan Banjarmasin (Kota Banjarmasin) sebagai pelabuhan utama untuk melayani
PKN Banjarmasin, PKW Marabahan, dan PKW Martapura sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Banjarmasin Raya dan Sekitarnya.
PKW Amuntai sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Kandangan dan Sekitarnya.
14.Pengembangan akses dan jasa kepelabuhanan di sepanjang Alur Laut Kepulauan Indonesia I dan Alur Laut Kepulauan Indonesia II dilakukan di Pelabuhan Banjarmasin (Kota Banjarmasin) dan Pelabuhan Batulicin (KabupatenTanah Bumbu).
15.Pemanfaatan bersama pelabuhan guna kepentingan pertahanan dan keamanan negara dilakukandi sekitar Pelabuhan Banjarmasin dan Pelabuhan Batulicin (KabupatenTanah Bumbu).
16.Pengembangan alur pelayaran yang menghubungkan antar pelabuhan meliputi alur pelayaran yang menghubungkan Pelabuhan Banjarmasin (Kota Banjarmasin), dan Pelabuhan Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu).
17.Pengembangan sarana bantu navigasi pelayaran pada kawasan konservasi perairan yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi Taman Wisata AlamLaut Pulau Laut Barat-Selatan dan Pulau Sembilan (Kabupaten Kotabaru).
18.Pengembangan dan pemantapan bandar udara yang terpadu dengan sistem jaringan transportasi darat untuk meningkatkan keterkaitan antarwilayah yaitu di :
a. Bandar Udara Syamsuddin Noor (Kota Banjarmasin) sebagai Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan sekunder yang terpadu dengan pengembangan Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan dan Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Selatan Pulau Kalimantan Bagian Timur.
b. Bandar Udara Stagen (Kabupaten Kotabaru) sebagai bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan tersier yang terpadu dengan pengembangan Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan.
19.Pengembangan bandar udara untuk melayani kawasan perkotaan nasional sebagai pintu gerbang internasional dalam rangka mendukung kegiatan ekowisata, wisata budaya, dan industri dilakukan Bandar Udara Syamsuddin Noor (Kota Banjarmasin).
20.Pemanfaatan bersama bandar udara guna kepentingan pertahanan dan keamanan negara dilakukan di Bandar Udara Syamsuddin Noor (Kota Banjarmasin) dan Bandar Udara Stagen (Kabupaten Kotabaru).
21.Jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Tanah Laut-Banjar Baru-Banjarmasin - Barito - Kuala Kapuas - Pulang Pisau - Katingan -Kotawaringin Timur - Seruyan - Kotawaringin Barat - Lamandau -Ketapang - Pontianak dan jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Natuna-Pontianak-Palangkaraya-Banjarmasin.
23.Jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Tanah Laut - Banjar Baru- Banjarmasin - Barito Kuala - Kapuas - Pulang Pisau - Katingan - Kotawaringin Timur - Seruyan - Kotawaringin Barat - Lamandau -Ketapang - Pontianak, jaringan pipa transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi Natuna – Pontianak – Palangkaraya-Banjarmasin.
24.Pengembangan pembangkit listrik berbasis energi baru berupa PLTU Asam-asam (KabupatenTanah Laut), PLTA Kusan (Kabupaten Kotabaru), PLTA Riam Kanan (Kabupaten Banjar) dan PLTA M Noor (Kabupaten Banjar),.
25.Pengembangan pembangkit listrik pada mulut tambang kawasan pertambangan batubara Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten Tapin. 26.Pengembangan dan rehabilitasi jaringan transmisi tenaga listrik untuk melayani kawasan
perkotaan nasional, kawasan andalan, kawasan terisolasi, dan kawasan perbatasan negara.
27.Pengembangan jaringan terestrial yang menghubungkan antar pusat perkotaan nasional dan melayani kawasan andalan Jaringan Pelayanan Pusat Pertumbuhan di Pantai Selatan Kalimantan yang menghubungkan PKN Banjarmasin, PKW Marabahan, PKW Martapura, PKW Amuntai, dan PKW Kotabaru serta melayani Kawasan Andalan Kandangan dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Banjarmasin Raya dan Sekitarnya, dan Kawasan Andalan Batulicin.
28.WS lintas provinsi WS Barito Kapuas yang melayani PKN Banjarmasin, PKW Kuala Kapuas, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Martapura, PKW Marabahan, dan Kawasan Andalan Buntok, Kawasan Andalan Muara Teweh, Kawasan Andalan Kuala Kapuas, Kawasan Andalan Kandangan dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Banjarmasin Raya dan Sekitarnya.
29.Rehabilitasi DAS kritis DAS Barito pada WS Barito-Kapuas.
30.Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan imbuhan air tanah dan pelepasan air tanah pada daerah cekungan air tanah (CAT) Palangkaraya-Banjarmasin.
31.Pemeliharaan dan pengembangan bendungan beserta waduknya untuk mempertahankan daya tampung air Waduk Riam Kanan (Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru) yang melayani PKN Banjarmasin, PKW Martapura dan Kawasan Andalan Banjarmasin Raya dan Sekitarnya;
Langsat (Kabupaten Hulu Sungai Selatan), DI Sungai Bungur (Kabupaten Kota Baru), dan DI Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu).
C. Kawasan Lindung Nasional
Tabel 3.1 Rencana Kawasan Lindung RTRW Pulau Kalimantan di Provinsi Kalimantan Selatan
Rencana Kawasan Lindung Kab.
Banjar
tumbuhan dan satwa endemik
kawasan di kawasan hutan
lindung
V V V V V V V V
Pemertahanan luasan kawasan
bervegetasi hutan tetap yang
memberikan
perlindungan terhadap kawasan
bawahannya
V V V V V V V V
Pengendalian kegiatan
pemanfaatan ruang di kawasan
hutan lindung
bagimasyarakat adat yang tidak
mengganggu kawasan
berfungsi lindung
V V V V V V V V
Pemertahanan & peningkatan
fungsi kawasan resapan air,
khususnyapada hulu sungai
Hulu Sungai Barito
Pengendalian kegiatan
pemanfaatan ruang di kawasan
resapan air
sempadan Sungai Kapuas, sempadan Sungai Barito, sempadan SungaiMurung,
sempadan Sungai Martapura, sempadan Sungai Riam Kanan,sempadan Sungai Riam
Rencana Kawasan Lindung Kab.
ruang pada kawasan sekitar
danau atau wadukyang
berpotensi mengganggu
dan/atau merusak fungsi
kawasan sekitardanau atau
waduk
Danau Bangkau (Kabupaten Hulu SungaiSelatan dan Kabupaten Hulu Sungai
Tengah), Danau Bitin (KabupatenHulu Sungai Utara), Waduk RiamKanan (Kabupaten
Banjar dan Kota Banjarbaru)
Suaka Margasatwa Pelaihari
Martapura V
Suaka MargasatwaKuala Lupak V
Cagar Alam Teluk Kelumpang –
Selat Laut – Selat Sebuku V
Cagar Alam Teluk Pamukan V
Cagar Alam Sungai Lulan dan
Sungai Bulan
Taman Hutan Raya Sultan
Adam V V
Taman Wisata AlamPelaihari V
CagarAlam Gunung Sebatung V
TamanWisata Alam Laut Pulau
Laut Barat-Selatan dan Pulau
Sembilan
V
Pelestarian kawasan cagar
budaya dan ilmu pengetahuan
Loksado
V
Pasar Terapung V
Pemertahanan kawasan pantai
berhutan bakau di wilayah
pesisir untukperlindungan
pantai dan kelestarian biota laut
V V V V V
Pengembangan jaringan
drainase yang terintegrasi
dengan sungai padakawasan
perkotaan yang rawan banjir
V V V
Pemertahanan fungsi kawasan
cagar alam geologi yang
memiliki keunikanbentang alam
berupa karst
V V
Rencana Kawasan Lindung Kab.
kegiatan budi daya terbangun
pada kawasanimbuhan air
Laut-Selat Sebuku, CA Sungai
Lulan dan SungaiBulan, CA
Teluk Pamukan, Tahura
SultanAdam dan TWA Pelaihari
V V V
Sumber: Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2012 tanggal 5 Januari 2012 tentang RTRW Pulau Kalimantan
D. Kawasan Budidaya
Tabel 3.2 Rencana Kawasan Budidaya RTRW Pulau Kalimantan di Provinsi Kalimantan Selatan
Rencana Kawasan Budidaya Kab.
Banjar
dan sawah non irigasi,
termasuk yang merupakan
lahanpertanian pangan
berkelanjutan
V V V V V V V V V V
Pengendalian alih fungsi lahan
kawasan pertanian sawah
menjadinon sawah
V V V V V V V V V V
Pengembangan kawasan
Rencana Kawasan Budidaya Kab.
pertambangan minyak dan gas
bumi
V V V V V V V V V V
Pengembangan kawasan
peruntukan industri pengolahan
hasilpertambangan mineral,
batubara, serta minyak dan gas
bumi yang didukungoleh
pengelolaan limbah industri
terpadu
V
pengembangan industri
pengolahan kelapa sawit dan
karet padakawasan peruntukan
industri
V V V V V
pengembangan industri
pengolahan hasil hutan pada
kawasanperuntukan industri
V
pengembangan industri
pengolahan dan industri jasa
Rencana Kawasan Budidaya Kab.
budaya, obyek wisata lainnya,
dankawasan perkotaan
V V V
Pengembangan kawasan
peruntukan permukiman di
kawasan perkotaanyang
didukung oleh Prasarana dan
sarana perkotaan yang adaptif
Rencana Kawasan Budidaya Kab.
jaringan prasarana dan sarana
V V V V V V
serta jaringan prasarana dan
Rencana Kawasan Budidaya Kab.
Sumber: Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2012 tanggal 5 Januari 2012 tentang RTRW Pulau Kalimantan
Berdasarkan paparan diatas, maka kedudukan Kabupaten Hulu Sungai Utara dalam RTRW Pulau Kalimantan direncanakan atau diarahkan memegang peranan dan fungsi sebagai berikut:
A. Rencana Struktur Ruang Pulau Kalimantan
1. Pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet.
2. Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan. 3. Pusat pengembangan wisata budaya.
B. Rencana Pengembangan Infrastruktur
1. Pengembangan jaringan transportasi sungai untuk melayani PKN, PKW, dan kawasan permukiman pada bagian hulu sungai.
2. Pengembangan dan pemantapan pelabuhan yang melayani kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan menuju pasar nasional dan internasional. 3. Pengembangan jaringan terestrial yang menghubungkan antar pusat perkotaan nasional dan melayani kawasan andalan Jaringan Pelayanan Pusat Pertumbuhan di Pantai Selatan Kalimantan.
4. Pengembangan dan rehabilitasi jaringan transmisi tenaga listrik untuk melayani kawasan perkotaan nasional, kawasan andalan, kawasan terisolasi, dan kawasan perbatasan negara jaringan transmisi pengumpan tenaga listrik SUTT Martapura – Amuntai.
C. Kawasan Lindung Nasional
1. Pemertahanan dan peningkatan fungsi kawasan resapan air, khususnya pada hulu sungai.
2. Pengendalian kegiatan pemanfaatan ruang di kawasan resapan air.
3. Pengendalian perkembangan kawasan terbangun yang mengganggu dan/atau merusak fungsi sempadan sungai.
4. Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan sekitar danau atau waduk yang berpotensi mengganggu dan/ atau merusak fungsi kawasan sekitar danau atau waduk. 5. Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun pada kawasan imbuhan air
D. Kawasan Budidaya
1. Pemertahanan luasan kawasan peruntukan pertanian beririgasi, rawa pasang surut dan sawah non irigasi, termasuk yang merupakan lahan pertanian pangan berkelanjutan. 2. Pengendalian alih fungsi lahan kawasan pertanian sawah menjadi non sawah.
3. Pengembangan kawasan peruntukan pertanian. 4. Pengembangan kawasan budi daya perkebunan karet. 5. Pengembangan kawasan minapolitan berbasis masyarakat. 6. Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan batubara.
7. Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi.
8. pengembangan industri pengolahan kelapa sawit dan karet pada kawasan peruntukan industry.
9. pengembangan industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan pada kawasan peruntukan industry.
10.Pengembangan kawasan peruntukan permukiman di kawasan perkotaan yang didukung oleh Prasarana dan sarana perkotaan yang adaptif terhadap ancaman bencana banjir. 11.Pengembangan kawasan untuk kegiatan sektor unggulan pariwisata, termasuk kegiatan
pendukung pariwisata, permukiman, serta jaringan prasarana dan sarana.
3.3
ARAHAN RTRW PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Kebijaksanaan RTRW Provinsi Kalimantan Selatan mengacu pada dokumen Revisi RTRW Provinsi Kalimantan Selatan 2006 - 2026, yang hingga saat ini masih dalam proses pembahasan/pengesahan di DPRD Provinsi Kalimantan Selatan.
3.3.1
Rencana Struktur Ruang
1. Strategi Dan Perwujudan Pengembangan Sistem Pusat Permukiman yang terkait dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara :
a. Peningkatan dan pengembangan sarana, prasarana dal layanan mutu pendidikan pondok pasantren terpadu, modern dan terkemuka;
b. Peningkatan dan pengembangan terminal Kota Amuntai dan Kotabaru dari tipe C menjadi tipe B;
c. Peningkatan dan pengembangan pembangunan sarana dan prasarana pelabuhan dermaga sungai di Amuntai untuk layanan angkutan sungai pada Sungai Negara; d. Peningkatan dan pengembangan Pasar Amuntai sebagai pusat perdagangan kerajinan
e. Pengembangan sentra kerajinan rakyat dan meubel dengan dukungan keberlangsungan bahan bakunya;
f. Peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana serta kapasitas dan kualitas pelayanan air bersih;
g. Peningkatan kapasitas distribusi sumberdaya energi listrik untuk kebutuhan industri dan masyarakat;
h. Peningkatan dan pengembangan sistem pengelolaan limbah terpadu melalui pipanisasi dan peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana TPA di Lampihong;
i. Peningkatan pelayanan rumah sakit dengan jangkauan regional menuju pelayanan spealisis dan peningkatan dari kelas C menjadi kelas B. yaitu ; Rumah Sakit Damanhuri Barabai untuk melayani Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Balangan dan Tabalong.
j. Peningkatan dan pengembangan bangunan pengendali banjir sehingga dapat menanggulangi banjir pada setiap musim penghujan.
k. Peningkatan dan pengembangan sarana, prasarana dan layanan mutu pendidikan pondok pasantren terpadu, modern dan terkemuka di Martapura dan Amuntai;
Tabel 3.3 Arahan Sistem Pusat-Pusat Permukiman
No. Pusat
Pelayanan
Sistem Pusat Permukiman (Sistem Kota-Kota)
PKN PKW PKL
1. Primer Banjarmasin Barabai Kotabaru 2. Sekunder Batulicin Amuntai,
Tanjung
Marabahan, Rantau, Kandangan, Paringin, Pelaihari
3. Tersier Banjarbaru, Martapura
- Seluruh ibukota kecamatan se Kalsel selain ibukota kecamatan dalam PKN dan PKW Sumber: Revisi RTRWP 2006-2026
2. Strategi Dan Perwujudan Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah yang terkait dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara :
a. Strategi Dan Perwujudan Pengembangan Sistem Jaringan Jalan
1) Pengembangan jaringan penyeberangan lintas antar kabupaten/ kota, antar provinsi dan antar pulau dalam dan luar provinsi;
2) Peningkatan jaringan sungai sekunder, pembangunan kanal dan peningkatan dermaga khusus untuk angkutan barang dan penumpang antar kota dalam provinsi untuk mendukung jaringan sungai primer;
1) Peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana terminal umum dan terminal barang, serta sistem angkutan umum masal melalui peningkatan kapasitas jumlah penumpang dengan menggunakan bis sedang/besar dan meningkatkan pelayanan terhadap keamanan dan kenyamanan di dalam kendaraan pada semua rute yang ada di Kalimantan Selatan;
2) Peningkatan pelabuhan/dermaga terutama pelabuhan/ dermaga yang merupakan pertemuan antar moda angkutan jalan raya dengan moda angkutan sungai seperti pelabuhan/dermaga di Banjarmasin, Marabahan, Margasari, Negara, Amuntai, Danau Panggang dan Alabio;
c. Strategi Pengembangan Sistem Jaringan Energi Dan Tenaga Listrik
Strategi Pengembangan sistem jaringan prasarana energi dan tenaga listrik
Provinsi Kalimantan Selatan berasal dari waduk Riam Kanan di Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar.
d. Strategi Pengembangan Sistem Prasarana Telekomunikasi
1) Pembangunan sistem jaringan telekomunikasi di seluruh ibukota kecamatan dan desa;
2) Pembangunan keanekaragaman model telekomunikasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
e. Strategi Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumberdaya Air
1) Pengembangan irigasi daerah rawa di rawa Siang Gantung di Kabupaten Hulu Sungai Utara;
2) Pemeliharaan jaringan irigasi strategis serta pemeliharaan jaringan irigasi yang menjadi kewenangan propinsi, baik irigasi non pasang surut maupun irigasi pasang surut;
3) Pembangunan dan pemeliharaan prasarana pengendalian banjir dan pengamanan abrasi pantai;
4) Pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau serta sumber air lainnya, antara lain embung/bendungan, waduk, dan bangunan penampung air lainnya untuk penyediaan air baku alternatif;
5) Pemanfaatan secara optimal air sungai dan air irigasi sebagai sumber air baku sesuai standarisasi untuk air bersih dan atau air minum.
f. Strategi Pengembangan Sistem Prasarana Perumahan dan Permukiman
2) Pengembangan prasarana dan sarana perumahan, berupa jalan poros, jalan lingkungan, jalan setapak, dan drainase;
3) Penyediaan prasarana dan sarana air minum terutama pada kawasan rawan air minum di perkotaan dan perdesaan;
4) Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada setiap rumah sakit; 5) Rehabilitasi dan peningkatan pelayanan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT).
3.3.2
Strategi Pengelolaan Pola Ruang
1. Strategi Pengelolaan Ruang Kawasan Lindung
Strategi pengelolaan pola ruang kawasan lindung yang terkait dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara, meliputi:
a. Pengelolaan ruang pada kawasan yang memberikan perlindungan setempat :
1) Menjaga sempadan sungai untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai;
2) Menjaga kawasan sekitar danau/waduk untuk melindungi danau/waduk dari berbagai usaha dan/atau kegiatan yang dapat mengganggu kelestarian fungsi waduk/danau;
3) Menjaga kawasan sekitar mata air untuk melindungi mata air dari dari berbagai usaha dan/atau kegiatan yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya;
4) Menjaga kawasan terbuka hijau kota termasuk di dalamnya hutan kota untuk melindungi kota dari polusi udara dan kegiatan manusia yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan kota, serta mengendalikan tata air, meningkatkan upaya pelestarian habitat flora dan fauna, meningkatkan nilai estetika lingkungan perkotaan dan kenyamanan kehidupan di kota;
b. Pengelolaan ruang pada kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya Melestarikan kawasan cagar budaya yang ditetapkan dalam rangka perlindungan kekayaan budaya daerah yang meliputi peninggalan sejarah, bangunan arkeologi dan monumen nasional, serta keanekaragaman bentukan geologi untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pencegahan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia
c. Pengelolaan ruang pada kawasan rawan bencana :
bencana banjir dan tanah longsor;
2) Pengaturan kegiatan manusia di kawasan rawan bencana alam untuk melindungi manusia dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia;
3) Pembuatan jalur-jalur evakuasi penyelamatan pada derah rawan bencana. 2. Strategi Pengelolaan Ruang Kawasan Budidaya
Arahan rencana pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah:
a. Kawasan budidaya pertanian tanaman pangan dan hortikultura :
1) Mendukung ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis nasional;
2) Meningkatkan produktivitas lahan untuk mengantisipasi menipisnya areal pertanian karena alih fungsi dan kerusakan lahan pertanian;
3) Mengembangkan pembukaan akses kawasan terhadap sentra-sentra pemasaran dan produksi dengan pengembangan sarana dan prasarana yang memadai. b. Kawasan budidaya hutan produksi:
1) Peningkatan mutu, produktifitas, sebaran dan luasan tanaman pertanian dan hortikultura pada kawasan pertanian tanaman pangan dan hortikultura (TPH) lahan basah dan lahan kering;
2) Meningkatkan sentra agribisnis komoditas hortikultura.
c. kawasan pertanian terdiri dari : kawasan pertanian tanaman pangan lahan basah, mempersiapkan kawasan pengembangan pertanian pangan berkelanjutan untuk melindungi alih fungsi kawasan pertanian, dan kawasan pertanian lahan sawah irigasi d. Kawasan budidaya perkebunan :
1) Mengembangkan perkebunan berdasarkan kesesuaian lahanya dan agroklimat; 2) Mengembangkan kawasan industri masyarakat perkebunan [KIMBUN] yang
Merupakan perpaduan antara agrobisnis dan agrolistrik;
3) Memanfaatkan kawasan hutan untuk pengembangan perkebunan dengan pola hak pengusahaan hutan tanaman campuran.
e. Kawasan perikanan dan kelautan :
1) Mengoptimalkan pemanfaatan potensi perikanan tangkap dan budidaya secara berkelanjutan melalui pengembangan pusat-pusat kegiatan perikanan yang terpadu dengan pusat-pusat koleksi dan distribusi;
3) Mengembangkan kerjasama perdagangan/ pemasaran dengan daerah-daerah produsen lainnya dan kerjasama perdagangan antar Negara.
f. Kawasan peruntukan peternakan yaitu mengembangkan ternak itik dan unggas dengan usaha tani yang tepat yang dapat diusahakan secara tradisional, intensif, semi intensif yang ditunjang dengan pengembangan infrastruktur, peningkatan efisiensi perluasan pasar dan pemantauan lingkungan.
g. Kawasan peruntukan pariwisata buatan/ atraksi kerbau rawa Danau Panggang : 1) Meningkatkan potensi obyek pariwisata menjadi unggulan perekonomian daerah; 2) Memperkuat jaringan pariwisata regional, nasional dan internasional.
h. Kawasan peruntukan permukiman yaitu : pusat-pusat permukiman perkotaan dan perdesaan termasuk permukiman transmigrasi dalam wilayah PKN, PKW dan PKL i. Kawasan peruntukan industri meliputi: memberikan prioritas penanganan
kawasan-kawasan industri yang meliputi kawasah industri perabot kayu dan rotan di HSU (Amuntai).
3.3.3
Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Selatan
Kawasan strategis Provinsi Kalimantan Selatan yang terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Utara terdiri dari Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomidi Kecamatan Danau Panggang, Babirik, Sungai Pandan, Amuntai Selatan, Amuntai Utara, Amuntai Tengah dan Banjang.
3.4
RTRW KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentinganpertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Sesuai dengan amanat dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), bahwa kawasan strategis nasional di Provinsi Kalimantan Selatan hanya ditetapkan 1 lokasi yaitu Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet) Batulicin (Lampiran X PP. No. 26 Tahun 2008) yang berlokasi di Kabupaten Tanah Bumbu.
3.5
Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI)
Berikut kebijakan MP3EI pada Koridor Ekonomi Kalimantan yang didalamnya meliputi wilayah Provinsi Kalimantan Selatan sebagai berikut:
Gambar 3.3 Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional
A. Minyak dan Gas
minyak dan gas di Koridor Ekonomi Kalimantan akan melibatkan pihak swasta, BUMN, maupun pemerintah.
B. Batubara
Kegiatan industri batubara Koridor Ekonomi Kalimantan terpusat di Provinsi Kalimantan Timur. Lebih dari 72 persen cadangan batubara Kalimantan terkonsentrasi di provinsi tersebut, kemudian diikuti oleh Kalimantan Selatan sebesar 23,7 persen, Kalimantan Tengah 3,1 persen, dan Kalimantan Barat 1 persen.
Gambar 3.4 Rantai Nilai Batubara
C. Kelapa Sawit
Gambar 3.5 Rantai Nilai Industri Kelapa Sawit
D. Besi Baja
Kegiatan ekonomi utama besi baja di Kalimantan, terdapat di Kalimantan Tengah (Kotawaringin Barat) dan Kalimantan Selatan (Batulicin, Tanah Bumbu, dan Tanah Laut). Pengembangan proyek di lokasi tersebut antara lain pengolahan dan pemurnian bijih besi serta pengembangan industri benefisiasi yang mengolah bijih besi dari tambang menjadi bahan baku (pellet dan sponge iron) untuk industri baja di Indonesia. Pelaku usaha industri besi dan baja di Kalimantan didominasi oleh investor swasta dengan nilai investasi yang teridentifikasi hingga tahun 2015 sebesar IDR 40 Triliun.
Gambar 3.6 Rantai Nilai Industri Baja
E. Bauksit
mengenai upaya optimalisasi nilai tambah bahan baku mineral, harga jual alumina yang bisa mencapai 10 kali harga jual bauksit, dan tingginya angka impor alumina merupakan salah satu alasan mengapa industri pengolahan bauksit menjadi alumina perlu dikembangkan di Kalimantan.
Gambar 3.7 Rantai Nilai Industri Bauksit
F. Perkayuan
Rencana investasi di industri perkayuan untuk jangka pendek dan menengah (rencana investasi fast track MP3EI) di Pulau Kalimantan telah tercatat berupa investasi HTI dan IPHHK. Rencana investasi HTI terluas tersebar di beberapa lokus di Kalimantan Barat (1.004.493 Ha, nilai investasi sekitar IDR 9,6 Triliun), diikuti oleh Kalimantan Timur (416.748 Ha, nilai investasi sekitar IDR 7,2 Triliun), Kalimantan Tengah (269.446 Ha, nilai investasi sekitar IDR 5,4 Triliun), dan Kalimantan Selatan (89.400 Ha, nilai investasi sekitar IDR 1,3 Triliun). Untuk rencana investasi di IPHHK tercatat masih terpusat di Kalimantan Timur (sekitar IDR 7, 8 Triliun), dan di Kalimantan Tengah yang mencatat rencana investasi sebesar IDR 893 Miliar.
Tabel 3.4 Aglomerasi Indikasi Ekonomi Koridor Kalimantan
Tabel 3.5 Daftar Investasi Indrastruktur Pemerintah yang Terindentifikasi di
Tabel 3.8 Arahan Strategis Nasional dan Pulau Kalimantan untuk Kabupaten Hulu Sungai Utara
No Kebijakan Arahan fungsi peran Kabupaten/Kota
1 RTRW Nasional A.Sistem Perkotaan Nasional
Amuntai sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) B. Kawasan Andalan Nasional
Kawasan Kandangan dan sekitarnya 2 RTRW Pulau Kalimantan A.Rencana Struktur Ruang
1. Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan.
2. Pusat pengembangan wisata budaya. B. Rencana Pengembangan Infrastruktur
1. Pengembangan jaringan transportasi sungai untuk melayani PKN, PKW, dan kawasan permukiman pada bagian hulu sungai. 2. Pengembangan jaringan terestrial yang menghubungkan antar
pusat perkotaan nasional dan melayani kawasan andalan Jaringan Pelayanan Pusat Pertumbuhan di Pantai Selatan Kalimantan.
3. Pengembangan dan pemantapan pelabuhan yang melayani kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan menuju pasar nasional dan internasional. 4. Pengembangan dan rehabilitasi jaringan transmisi tenaga listrik
untuk melayani kawasan perkotaan nasional, kawasan andalan, kawasan terisolasi, dan kawasan perbatasan negara jaringan transmisi pengumpan tenaga listrik SUTT Martapura – Amuntai. C.Kawasan Lindung Nasional
1. Pemertahanan dan peningkatan fungsi kawasan resapan air, khususnya pada hulu sungai.
2. Pengendalian kegiatan pemanfaatan ruang di kawasan resapan air.
3. Pengendalian perkembangan kawasan terbangun yang mengganggu dan/atau merusak fungsi sempadan sungai. 4. Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan sekitar danau
atau waduk yang berpotensi mengganggu dan/ atau merusak fungsi kawasan sekitar danau atau waduk.
5. Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun pada kawasan imbuhan air tanah (CAT) Palangkaraya-Banjarmasin. D.Kawasam Budidaya
No Kebijakan Arahan fungsi peran Kabupaten/Kota
2. Pengendalian alih fungsi lahan kawasan pertanian sawah menjadi non sawah.
3. Pengembangan kawasan peruntukan pertanian. 4. Pengembangan kawasan budi daya perkebunan karet. 5. Pengembangan kawasan minapolitan berbasis masyarakat. 6. Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan batubara. 7. Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan minyak dan
gas bumi.
8. Pengembangan industri pengolahan kelapa sawit dan karet pada kawasan peruntukan industri.
9. Pengembangan industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan pada kawasan peruntukan industri. 10.Pengembangan kawasan peruntukan permukiman di kawasan
perkotaan yang didukung oleh Prasarana dan sarana perkotaan yang adaptif terhadap ancaman bencana banjir.