Pada Bab ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidangCipta Karya yang mencakup empat sektor yaitu pengembanganpermukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan airminum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yangterdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaranperencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isustrategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagaibaseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yangharus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan danpengkajian terhadap program-program sektoral, denganmempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudiandilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yangdibutuhkan.
ASPEK TEKNIS
PER SEKTOR
BAB
6.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkunganhunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yangmempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyaipenunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembanganpermukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri daripengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitaspermukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasanperdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.
6.1.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan
a. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Berbagai isu strategis nasionalyang berpengaruh terhadappengembangan permukiman saat ini adalah:
• Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan sertamitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
• Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsirumahtangga kumuh perkotaan.
• Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program DirektifPresiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
• Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT,Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasikesenjangan.
• Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
• Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsipenduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinanpenduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.
• Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yangsudah dibangun.
• Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukungpembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnyakapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia sertaperangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standarpelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan danpermukiman.
Isu-isu strategis di atas merupakan isu terkait pengembanganpermukiman yang terangkum secara nasional. Namun, di masing-masingkabupaten/kota terdapat isu-isu yang bersifat lokal dan spesifikyang belum tentu dijumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran isu-isustrategis pengembangan permukiman yang bersifat lokal perludijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan.
Kondisi permukiman dan perumahan yang ada di Wilayah Kabupaten Buton saat in masih memerlukan penataan dan pengaturan yang lebih baik. Berikut ini gambaran isu-isu mengenai perumahan dan permukiman penduduk yang ada di Wilayah Kabupaten Buton.
Tabel 6.1
Isu-isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Kabupaten Buton
No. Isu Strategis Keterangan
1. Isu Back Log Perumahan di tahun-tahun sebelumnya dan tahun yang berjalan
Angka backlog rumah di Kabupaten Buton 7.648 unit rumah( RP4D 2008 )
2. 1. Isu kawasan kumuh yang perlu ditangani
2. Isu Permukiman yang berada di bantaransungai/kali
1. Kawasan kumuh di Kel. Bombonawulu Kec. Gu. 2. Kawasan kumuh DAS Kali
Banabungi di Kec. Pasarwajo. 3. Isu Kebutuhan pengembangan
Perumahan di masa akan datang
Asumsi proyeksi jumlah KK dan Ketersediaan lahan
Sumber : RP4D Kabupaten Buton 2008
b. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman di Wilayah Kabupaten Buton.
Adapun peraturan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 6.2
Perda/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman
No.
Perda/Peraturan Gubernur/Perwali/Peraturan lainnya
Ket No.
Peraturan Perihal Tahun
1. 15 Peraturan Daerah Kabupaten Buton tentang Garis Sempadan. 2008
2. 1 Peraturan Daerah Kabupaten buton tentang
Peraturan Bangunan Gedung. 2011
3. 4
Peraturan Daerah Kabupaten Buton tentang
Kebersihan, Ketertiban, dan Keindahan. 1996
Kawasan Perkotaan
Kondisi permukiman perkotaan di Wilayah Kabupaten Buton khususnya Pasarwajo sebagai Ibukota Kabupaten Buton, berkaitan erat dengan pesatnya pembangunan dan perkembangan kota yang mengarah pada kegiatan perdagangan, hotel/penginapan dan warung/rumah makan serta sektor jasa.Meningkatkan daya tarik bagi para penduduk di Kabupaten Buton sehingga kebutuhan perumahan juga akan semakin meningkat. Tingginya perkembangan kebutuhan perumahan dan permukiman di wilayah perkotaan (Ibukota Kecamatan) membawa dampak tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh demikian juga di Wilayah Kabupaten Buton.
Kec. Pasarwajo. Selengkapnya kondisi RSH di Kabupaten Buton tersaji pada Tabel dibawah ini :
Tabel 6.3
Data Kondisi RSH di Kabupaten Buton Tahun 2013
No. Lokasi RSH
Tahun Pemban
gunan
Pengelola
Jumlah
Unit Kondisi
Prasarana CK yang
ada
1 Perumahan Lapodi 2008 Developer 150 Baik ada
2
Perumahan
WalandoCity 2013 Developer 50
Baik ada
200 Sumber : Bappeda Buton 2013
Kawasan Perdesaan
Kondisi permukiman perdesaan di Kabupaten Buton,diprioritaskan pada:
Peningkatan aksesbilitas ke wilayah-wilayah belakang melalui pengembangan jaringan jalan.
Peningkatan ketersedian sarana dan prasarana produksi bagi kawasan pertanian, perkebunan dan perikanan.
Penetapan pusat-pusat pengumpul/akumulasi bagi hasil-hasil pertanian.
Peningkatan prasarana komunikasi antar sentra produksi.
Tabel 6.4
Data Program Perdesaan di Kabupaten Buton Tahun 2014
No. Program/Kegiatan Lokasi Volume/ Satuan
1
Penataan Lingkungan Permukiman Penduduk
Tersebar di Kabupaten
Buton 30 Desa
2
Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat
Tersebar di Kabupaten
Buton 6 Desa
3
Pembangunan Sarana & Prasarana SPAM
Tersebar di Kabupaten
Buton 15 Desa
c. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara lain Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya :
1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.
2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.
3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.
Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:
1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat
2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.
3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program-Program Pro Rakyat (Direktif Presiden)
4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah 5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan
infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.
6. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota.
Sebagaimana isu strategis, di masing-masing kabupaten/kota terdapat permasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan spesifik serta belum tentu djumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan.Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten/Kota yang bersangkutan serta merumuskan alternatif pemecahan dan rekomendasi dari permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang ada di wilayah Kabupaten/Kota bersangkutan.
meningkat, telah mengundang migrasi dan pertambahan penduduk. Dengan motif perbaikan ekonomi, migrasi penduduk terus meningkat sementara sarana dan prasarana wilayah tidak signifikan perkembangannya dengan pertambahan penduduk. Akibatnya tumbuh rumah-rumah yang sederhana yang terbatas ketersediaan sarana dan prasarana pemukimannya seperti air bersih, sanitasi, drainase dan pengelolaan sampah dan limbah.
Adapun permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang ada di Kabupaten Buton dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 6.5
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman di Kabupaten Buton
No Aspek Pengem-bangan
Permu-1. Aspek Teknis Permasalahan Lokasi Permukiman yang tidak sesuai RTRW;
Sarana dan prasarana lingkungan permukiman perkotaan yang menurun kualitasnya.
Adanya Perda No. 1 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Buton
Diarahkan untuk Pembangunan dengan kepadatan rendah disertai upaya untuk mempertahankan fungsi resapan air, di tetapkan di Kota Pasarwajo. 2. Aspek
Kelembagaan
Belum adanya Dinas / Badan/ Lembaga Teknis pada SOPD yang secara khusus
menangani pembangunan dan Pengembangan perumahan dan Permukiman;
Lemahnya pelaksanaan koordinasi antar instansi terkait;
Belum terbangunnya sistem informasi manajemen perumahan permukiman yang terpadu dan terintegrasi;
Pengembangan kualitas SDM yang masih terbatas terutama di bidang Perumahan dan Permukiman;
Terbatasnya lahan murah untuk pembangunan perumahan dan permukiman karena harga lahan yang tidak terkontrol
Pembentukan Dinas yang menangani perumahan dan permukiman
Peningkatan Kapasitas SDM dan Pelaku Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Peningkatan Kerjasama dengan pihak lain yang terkait
3. Aspek Pembiayaan
Dana alokasi untuk sektor perumahan yang masih sedikit.
Kecilnya minat investor
menanamkan modal di Kabupaten Buton karena terbatasnya wilayah administrasi.
Mencari sumber-sumber pembiayaan perumahan dari dunia usaha/swasta.
4. Aspek Peran Serta Masyarakat
Kurangnya Pemahaman Rumah SehatDi Masyarakat
Peningkatan jumlah penduduk baik secara alamiah maupun karena
urbanisasi akan semakin menuntut perluasan pelayanan
penyediaan perumahan dan permukiman khususnya perumahan swadaya
5. Aspek Lingkungan Permukiman
1. Permasalahan permukiman yg tinggal di bantaran sungai/kali; 2. Permasalahan permukiman
kumuh;
3. Permasalahan permukiman yg tinggal di kawasan lindung (lambusango);
4. Permasalahan permukiman yang berada di lahan yang mudah longsor dan curam. 5. Permasalahan permukiman yg
tinggal di pesisir pantai yang rawan abrasi;
6. Permasalahan permukiman yg tinggal di pesisir pantai mangrove;
Pertumbuhan penduduk di wilayah bagian kawasan di sekitar Lambusango yang pesisir yang akan mendesak kawasan lindung mangrove;
1. Kawasan Permukiman yang sudah terlanjur terbangun di sepanjang sungai/kali harus melaksankan perbaikan lingkungan dgn menjaga kebersihan bantaran sungai.
2. Dilakukan dengan konsep land
konsolidation dan urban renewal pada
permukiman padat dan kumuh;
3. Program Relokasi pada kawasan permukiman yang terdapat pada kawasan lindung agar dikembalikan fungsinya sebagai kawasan yang dapat mengatur siklus air dan memberi perlindungan setempat..
6.1.2 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Tabel 6.6
Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman Kabupaten ButonUntuk 5 Tahun
No. Uraian Unit
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
Tahun 2016
Tahun 2017 Ket. Proyeksi
1. Jumlah Penduduk Jiwa 263,176 313,746 319,990 326,358 332,852 2. Kepadatan Penduduk Jiwa/Km2 106 1060 1081 1103 1125 3. Proyeksi Persebaran Penduduk Jiwa/Km2 1040 1060 1081 1103 1125 4. Proyeksi Persebaran penduduk
miskin
Jiwa/Km2 79 81 82 84 85
5. Sasaran Penurunan Kawasan Kumuh
Ha 116,669 100,002 83,335 66,668 50,001
6. Kebutuhan Rusunawa TB 1 1 1 2 2 7. Kebutuhan RSH Unit 78,804 82,053 85,490 89,127 92,978 8. Kebutuhan Pengembangan
Permukiman Baru
Kawasan 51 52 53 54 55
Sumber : Hasil Analisis 2014
6.1.3 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari :
1) pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa, serta
2) peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:
1) pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil,
2) pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE),
3) desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan • Infrastruktur kawasan permukiman kumuh • Infrastruktur permukiman RSH
• Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya
Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
• Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan/Minapolitan)
• Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
• Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil • Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW) • Infrastruktur perdesaan PPIP
• Infrastruktur perdesaan RIS PNPM
Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut :
1. Umum
Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra. Kesiapan lahan (sudah tersedia).
Sudah tersedia DED.
Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga
sistem bisa berfungsi.
Ada unit pelaksana kegiatan.
Ada lembaga pengelola pasca konstruksi. 2. Khusus
Rusunawa
Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya
RIS PNPM
Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya. Tingkat kemiskinan desa >25%.
Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM.
PPIP
Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya
Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik Tingkat kemiskinan desa >25%
PISEW
Berbasis pengembangan wilayah
Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan
Mendukung komoditas unggulan kawasan
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dankepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.
Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:
1. Vitalitas Non Ekonomi
a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.
kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.
c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.
b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.
c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh.
3. Status Kepemilikan Tanah
a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman. b. Status sertifikat tanah yang ada.
4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air limbah.
5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.
b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya.
Kegiatan pengembangan permukiman Kabupaten Buton sesuai Renstra dari SKPD Terkait terdiri – dari :
1. Program Pengembangan Perumahan
a. Fasilitasi dan stimulasi Perumahan Masyarakat b. Pengembangan PSU Kawasan Perumahan c. Pengelolaan Rusunawa
d. Survey dan Pendataan Perumahan
g. Pembangunan Rusunawa h. Pembangunan Rusunami
i. Bantuan Stimulan Pembangunan Rumah
j. Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Perumahan k. Pengawasan Pembangunan Perumahan
l. Penanganan Lingkungan Perumahan Kumuh Berbasis Kawasan (PLP2K-BK)
m. Pembangunan Stimulan Prasarana, Sarana dan Utilitas Perumahan dan Permukiman
2. Program Lingkungan Sehat Perumahan
a. Pembangunan Sarana dan Prasarana Lingkungan
b. Pembangunan Sarana dan Prasarana Kawasan dan Lingkungan Siap Bangun (KASIBA – LISIBA)
c. Penyediaan Sarana Sanitasi Dasar di Kawasan Kumuh d. Pembangunan Sarana Air Bersih di Kawasan Kumuh
e. Penyusunan Pedoman Pengawasan Lingkungan Sehat Perumahan f. Penyusunan Raperda Tentang Kawasan Hunian Berimbang
g. Penataan Kawasan Kumuh
h. Peningkatan Peran Serta masyarakat dalam Pelestarian Lingkungan Permukiman
i. Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar Terutama Bagi Masyarakat Miskin
3. Program Penataan Lingkungan Permukiman a. Penyehatan Lingkungan Permukiman
Kriteria Kesiapan Daerah Kabupaten Buton
Dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Buton, kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:
1. Dokumen RTRW Kabupaten Buton Tahun 2011 – 2031; 2. Dokumen RP4D Kabupaten Buton Tahun 2008;
3. Dokumen SPPIP Kabupaten Buton Tahun 2013;
4. Dokumen RPJMD Kabupaten Buton Tahun 2013 – 2017
6.1.4 Usulan dan Program Kegiatan
a. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah Kabupaten Buton. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima. b. Usulan Pembiayaan Pembangunan Permukiman
Pembiayaan usulan program terdiri-dari pembiayaan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, Swadaya masyarakat, dan pihak swasta. Dana dari Pemerintah Kabupaten merupakan dana pendamping atau dana sharing yang diwajibkan oleh Pemerintah Pusat.
6.2 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
6.2.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan
dan Tantangan
a. Isu Strategis
Untuk dapat merumuskan isu strategis bidang PBL, maka dapat melihat dari agenda Nasional dan Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program – program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda Nasional lainnya adalah Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di Kab/Kota dan tersedianya pedoman harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di Kab/Kota.
Agenda Internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015,
khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target
MDG’s yang terkait bidang cipta karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.
Agenda habitat juga merupakan salah satu agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada pada 31 Mei – 11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di Istanbul, Turki pada 3 – 14
Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu “ Adequate Shelter for All” dan
Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World”, sebagai
kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat.
Dari agenda – agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional bidang PBL dapat dirumuskan sebagai berikut :
1) Penataan Lingkungan Permukiman
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan; c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau
(RTH) di perkotaan;
d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;
e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan standar pelayanan minimal;
f. Pelibatan Pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.
2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan);
b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota;
c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan berkelanjutan;
d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;
3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96 % dari total penduduk Indonesia;
b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in cash sesuai MOU PAKET;
c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.
Isu Strategis ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasarkan skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) Penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.
Seperti halnya kota-kota lain di Indonesia tentunya isu–isu strategis sektor enataan bangunan dan lingkungan pasti ada, begitu pula di Kabupaten Buton. Adapun gambaran isu strategis sektor PBL dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6.7
Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten Buton
No. Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten Buton
1. Penataan Lingkungan
Permukiman
1. Masih kurangnya penerapan dan pengawasan aturan garis SEMPADAN Jalan dan Sungai.
2. Kepadatan bangunan dan ketinggian bangunan pada kawasan pusat perdagangan tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten Buton
3. Pemanfaatan garis sempadan sungai dan pantai untuk kegiatan perumahan, niaga dan budidaya pertanian yang berkembang secara cepat dan tidak tertata
2. Penyelenggaraan
Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1. Masih kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung.
2. Masih banyak bangunan gedung yang
pengembangannya belum berdasarkan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
3. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan prasarana bagi penyandang cacat.
3. Pemberdayaan Komunitas
dalam Penanggulangan
Kemiskinan
1. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan, implementasi dan pengendalian pembangunan
2. Rendahnya daya organisir diri masyarakat dalam pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan spesifik lokal
3. Rendahnya kesadaran kritis masyarakat terhadap masalah dan kebutuhan lokal
b. Kondisi Eksisting
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 Penataan bangunan dan lingkungan adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki, mengembangkan atau melestarikan bangunan dan lingkungan/kawasan tertentu sesuai dengan prinsip pemanfaatan ruang dan pengendalian bangunan gedung dan lingkungan secara optimal, yang terdiri atas proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan gedung dan lingkungan. Hasil dari proses perencanaan penataan bangunan dan lingkungan yaitu dokumen RTBL yang memuat panduan-panduan dalam penataan bangunan dan lingkungan.
Kondisi penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Buton untuk saat ini belum mengacu pada RTBL yang ada. Kabupaten Buton terbagi menjadi beberapa zona kawasan seperti kawasan perumahan, kawasan pendidikan, kawasan Pusat Kota dan komersil.
c. Permasalahan dan Tantangan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain :
a. Penataan Lingkungan Permukiman
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;
Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan Pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;
Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.
b. Penyelenggaraan bangunan Gedung dan Rumah Negara
Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan dan Rumah Negara;
Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota Metropolitan, besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia;
Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kenyamanan dan kemudahan);
Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan gedung termasuk daerah-daerah rawan bencana;
Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian;
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;
Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien;
Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
c. Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau terbuka, sarana olahraga.
d. Kapasitas Kelembagaan Daerah
Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;
Adapun permasalahan dan tantangan sektor PBL yang ada di Kabupaten Buton antara lain :
Tabel 6.8
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan bangunan dan Lingkungan
No. Aspek
I. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1. Aspek Teknis Banyaknya drainase depan ruko yang tertutup
Jalan lingkungan permukiman yang rusak
Adanya Perda No. 1 Tahun 2014 tentang Peraturan Bangunan gedung di Kabupaten Buton
Drainase depan ruko jangan seluruhnya ditutup, di beri ruang agar sewaktu-waktu dapat dibersihkan. 2. Aspek
Kelembagaan
Masih Rendahnya SDM aparatur yang membidangi persoalan bangunan gedung
Amanat Undang-Undang No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG, bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada tahun 2010.
Mengikutsertakan staf aparatur untuk mengikuti pelatihan tentang Penataan Lingkungan
permukiman.
3. Aspek Pembiayaan
Masih rendahnya pengalokasian anggaran dari pemerintah untuk kegiatan penataan lingkungan permukiman.
Adanya Kebijakan dan Strategi nasional pembangunan perkim (KSNPP) yang salah satu sasaranya yaitu peningkatan kualitas lingkungan permukiman
Mengalokasikan anggaran APBN untuk kegiatan Penataan Lingkungan kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat dan swasta.
Adanya Pengetahuan dan sumber daya yang dimiliki masyarakat
Dilibatkannya
masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan peruntukan untuk permukiman
Komitmen terhadap kesepakatan internasional MDGs, bahwa pada tahun 2015, 200 Kabupaten/Kota bebas kumuh, dan pada tahun 2020 semua Kabupaten/Kota bebas kumuh.
II. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1. Aspek Teknis Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan.
Amanat Undang-Undang No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG, bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada tahun 2010.
Perlu didukung oleh sarana dan prasarana jalan yang memadai ke lokasi Bangunan teradministrasikan dengan baik.
Penyelenggaran Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien.
Amanat Undang-Undang No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG, bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada tahun 2010.
Pelatihan Manajemen Bangunan gedung dan Aset Negara untuk meningkatkan kinerja pengelolaan
administrasi negara.
3. Aspek Pembiayaan
Rendahnya pendapatan masyarakat sehingga sulit untuk mengurus Perijinan bangunan.
Pelayanan Pengurusan IMB bagi masyarakat berpenghasilan rendah di mudahkan.
4. Aspek Peran Serta Masy/Swasta
Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat.
Pelatihan bagi masyarakat tentang bagaimana sebaiknya membangun bangunan Gedung yang memenuhi persyaratan keamanan dan keselamatan.
5. Aspek Lingkungan Permukiman
Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana.
Penciptaan
keseimbangan tata guna lahan yang berorientasi pada pemakai bangunan dan ramah pejalan kaki;
setiap bangunan gedung yang didirikan tidak boleh melebihi ketentuan maksimal kepadatan dan ketinggian yang ditetapkan dalam RTRW
III. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
1. Aspek Teknis 2. Aspek
Kelembagaaan
Tidak dilibatkannya komunitas dalam pengambilan keputusan pada rapat-rapat.
Adanya Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang percepatan Penanggulangan Kemiskinan
Pembentukan
organisasi bagi masyarakat miskin sesuai jenis usahanya. Dilibatkan komunitas
masyarakat pada pertemuan-pertemuan yang membahas persoalan orang miskin.
3. Aspek Pembiayaan
Rendahnya pendapatan masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya
Adanya hak atas perlindungan dan pemenuhan kesempatan berusaha dan bekerja, dan SDA.
Memberikan bantuan modal usaha atau pembiayaan dalam skala mikro.
Menigkatkan
keterampilan dan manajemen usaha. 4. Aspek Peran
Serta Masy/Swasta
Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan
diwilayahnya.
Adanya hak bagi setiap warga negara untuk berkumpul, mengeluarkan pendapat yang membahas persoalan orang miskin.
Dilibatkan komunitas masyarakat pada pertemuan-pertemuan yang membahas persoalan orang miskin.
5. Aspek Lingkungan Permukiman
Kurangnya partisipasi masyarakat untuk turut serta bekerja membersihkan dan menjaga lingkungan permukimannya
Adanya kawasan – kawasan kumuh di Kabupaten Buton yang perlu dibenahi.
Pengalokasian program fisik berbasis pada komunitas masyarakat
6.2.2. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan
Lingkungan
a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
RTBL ( Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan )
RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi :
Program bangunan dan lingkungan; Rencana Umum dan Panduan Rancangan; Rencana Investasi;
Ketentuan pengendalian Rencana; Pedoman pengendalian pelaksanaan.
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
RISPK atau rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam permen PU No. 26 tahun 2008 tentang persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan lingkungan, bahwa sistem Proteksi Kebakaran pada bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun yang terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya.
Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/bersejarah
Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional adalah :
1. Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;
3. Azas “berkelanjutan” sebagai salah satu pertimbangan penting untuk menjamin kelangsungan kegiatan;
4. Rembug warga dalam upaya mengali sebanyak mungkin aspirasi masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen PU No. 14 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Khusus untuk sektor PBL, SPM juga terkait dengan SPM penataan Ruang dikarenakan kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman yang salah satunya melakukan pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perkotaan. Standar SPM terkait dengan sektor PBL yang dijadikan acuan bagi Kota Kendari untuk menyusun kebutuhan akan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 6. 9
SPM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
No Jenis Pelayanan Dasar Standar Pelayanan Minimal
Waktu Penca-paian
Keterangan
I. Penataan bangunan dan Lingku-ngan
Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
15. Terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di Kab/Kota.
100% 2014 Dinas yang membidangi Perijinan (IMB) Harga Standar
Bangunan Gedung Negara (HSBGN)
16. Tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara di Kabupaten/Kota.
100% 2014 Dinas Yang membidangi Pekerjaan Umum. II. Penataan
Ruang
Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik
23. Tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/Kawasan Perkotaan.
100% 2014 Dinas/SKPD yg membidangi Penataan Ruang
b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi : 1. Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi
2. Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
3. Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan.
Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan mempunyai Program yang mencakup pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan yaitu PNPM Mandiri, yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan PNPM-MP (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Mandiri Perdesaan). PNPM-MP merupakan program pemerintah yang secara subtansi berupaya menanggulagi kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat.
6.2.3 Program dan Kriteria Kesiapan Pembangunan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Untuk mendukung program dan kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Buton, kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:
1. Dokumen masterplan RTRW Kabupaten Buton 2011 – 2031; 2. Perda Bangunan Gedung Tahun 2014
3. Dokumen RDTR kawasan Kota Pasarwajo Tahun 2011;
Untuk usulan program dan kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Buton akan dirangkum dalam tabel di bawah ini :
Tabel 6.10
Tabel Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Buton
NO KEGIATAN TAHUN KET.
2014 2015
1 2 3 4 5
1 Pematangan Lahan Perkantoran Kawasan Takawa
2 Pembangunan Gerbang Kawasan Kota Pasarwajo
3 Pembangunan Landmark skala local kawasan pelayan
4 Penataaa Kawasan RTH Kota Pasarwajo
6.3 SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
6.3.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan
dan Tantangan
A. Isu Strategis Pengembangan SPAM
Isu-isu/permasalahan yang ada yang dihadapi dalam pemenuhan kebutuhan SPAM Kabupaten Buton disebabkan karena hal – hal sebagai berikut :
1. Wilayah Daratan Pulau Buton 2. Wilayah Daratan Pulau Muna 3. Wilayah Daratan Kepulauan
B. Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM
Sistem penyediaan air minum di Kabupaten Buton dibedakan atas 2 jenis sistem jaringan, yaitu : Sistem jaringan Non Perpipaan, dan Sistem jaringan Perpipaan (PDAM).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan kondisi Eksisting Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum non perpipaan di Wilyah Kabupaten Buton secara umum adalah :
i). Aspek Teknis
Kondisi system penyediaan air minum non perpipaan untuk parameter-parameter teknis yang meliputi antara lain :
1. Tingkat Pelayanan.
masih ada daerah yang belum terlayani air bersih hal ini disebabkan kurangnya sumber mata air sehingga masyarakat mengunakan air sumur. 2. Kualitas.
Untuk mengetahui kondisi eksisting pada kualitas air baku, perlu adanya pemeriksaan di laboratorium namun saat ini belum ada hasil penelitian mengenai kualitas air bersih dari sumber air non perpipaan (potensi air tanah) atau dari sumur gali dan sumur bor baik yang dikelola oleh masyarakat maupun perseorangan, maupun dari Bak PAH yang digunakan oleh masyarakat, hal ini akan berpengaruh pada kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi air tersebut.
3. Kuantitas.
Kuantitas sumber air yang di manfaatkan oleh masyarakat baik dari air sumur bor yang dikelola kelompok masyarakat, perseorangan maupun yang berasal dari sumur gali yang dikelola masyarakat atau dibangun sendiri, pada saat sekarang kuantitasnya masih cukup, adapun kuantitas sumber air yang di manfaatkan oleh masyarakat dari Bak PAH dikelola kelompok masyarakat, maupun perseorangan yang dibangun sendiri, pada saat sekarang kuantitasnya masih cukup.
4. Kontinuitas sumber air baku dan unit prasarana yang ada.
Kontinuitas sumber air baku untuk air minum non perpipaan di Kabupaten Buton pada saat sekarang sangat dipengaruhi oleh sumber air yang berasal dari sungai/kali, dan potensi air tanah (Aqualifer) serta pada kondisi musim pancaroba. Untuk daratan Pulau Buton, Hutan Lambusango banyak menghasilkan sumber air yang beberapa diantaranya mengalir ke sungai-sungai kecil sepanjang tahun sehingga pegunungan di wilayah Hutan Lambusango banyak memberi kontribusi bagi kebutuhan air bersih masyarakat setempat. Untuk daratan Pulau Muna (GULAMAS), potensi air tanah berdasarkan karakteristik morfologi dan vegetasi tanah diperlukan penanganan secara terpadu untuk pemeliharaan kawasan lindung yang merupakan daerah tangkapan air.
Kondisi system penyediaan air minum perpipaan yg dikelola PDAM untuk parameter-parameter teknis yang meliputi antara lain :
1. Sumber Air Baku
a. Sungai Wakaokili
Terletak di Desa Wakaokili Kecamatan Sorawolio berjarak 22 km dari pusat kota Pasarwajo, daerah yang dilayani adalah kota Baubau dan mempunyai debit aliran air sepanjang tahun tidak pernah mengalami kekeringan, sehingga kontinuitas aliran airnya dapat diandalkan.
b. Mata Air Wamembe
Terletak di Kecamatan Bungi yang pemanfaatannya dimulai pada tahun 1988 kemudian dilakukan pengembangan dari tahun ke tahun, dengan kapasitas sebesar 7,50 liter/detik
2. Jaringan Pipa
Jumlah panjang jaringan pipa PDAM yang sudah terpasang sampai dengan tahun 2011 adalah pipa transmisi 26.450 m’ dan pipa distribusi 312.886 m’. 3. Sistem Pengolahan Air PDAM
Peningkatan dan optimalisasi kinerja PDAM sangat dipengaruhi oleh salah satu faktor antara lain adalah kondisi sarana dan prasarana yang ada saat ini, baik kualitas maupun kuantitasnya
a. Bangunan Pengambilan (Intake)
b. Instalasi Pengolahan Air Baku (Raw Water Treatment Plant) c. Bak Penampung Air (Reservoir)
d. Pompa, Rumah Pompa dan Pompa Booster
Dalam memenuhi kebutuhan pelayanan pada pelanggan, PDAM. mengoperasikan beberapa pompa terutama untuk melayani pelanggan yang mempunyai jarak maupun ketinggian tidak mungkin lagi dijangkau dengan sistem gravitasi.
ii). Aspek Pendanaan
Kondisi Eksisting penyediaan air minum non perpipaan dari aspek pendanaan dapat dilihat dari kemampuan masyarakat dalam penyediaan dan pengelolaan air minum non perpipaan baik yang bersumber dari PAH, sumur bor dan sumur gali pendanaannya sudah cukup baik, bagi masyarakat yang kapasitas ekonominya cukup baik dapat mengusahakan sendiri, sedangkan bagi mereka yang berkategori masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) pendanaanya dari pusat dan daerah melalui DAK APBD dan program PNPM Mandiri Perdesaan.
iii). Aspek Kelembagaan
Kondisi Eksisting penyediaan air minum non perpipaan dari aspek Kelembagaan di Kabupaten Buton ada yang dikelola oleh individu atau perseorangan, ada juga yang dikelola oleh Lembaga swadaya masyarakat (LSM), LSM yang aktif membantu masyarakat dalam penyediaan air bersih yaitu LSM Sintesa, LSM ini bekerja sama dengan lembaga donor seperti ADB, JICA, AusAID dan lembaga donor lainnya untuk membantu masyarakat miskin dalam penyediaan air bersih dengan konsep partisipatif. Dalam pelaksanaannya usulan masyarakat yang diketahui oleh pemerintah setempat selanjutnya diadakan survey lokasi untuk mendapatkan data teknis, data sosial ekonomi, kesiapan swadaya masyarakat dan sosialisasi konsep program kepada pemerintah setempat dan tokoh masyarakat, kemudian proposal dikirim ke lembaga donor tersebut. Peraturan yang mengatur penggunaan air non perpipaan (air bawah tanah) saat ini belum ada, untuk di Kabupaten Buton pemanfaatan sumber Air Bawah Tanah (ABT) belum di pergunakan.
iv). Peran Serta Masyarakat
6.4 PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
6.4.1 Air Limbah
6.4.1.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Air Limbah Permukiman
A. Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman
Isu-isu strategis dalam pengelolaan Air Limbah Permukiman di Kabupaten Buton adalah belum optimalnya pengolahan air limbah dan persampahan.
B. Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah Permukiman
Kondisi eksisting sistem pengelolaan air limbah yang ada saat ini di Kabupaten Buton masing – masing baik secara teknis maupun pada aspek non teknis dapat ditampilkan sebagaimana pada tabel – tabel berikut ini :
a. Aspek Teknis
Tabel 6.11
Kapasitas Pelayanan Eksisting Skala Kabupubaten Buton
Prasarana dan
Sarana Jumlah Kapa-sitas
Sistem Pengolahan
Lembaga Pengelola
Keterangan Kondisi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Tong Sampah Tersebar di
kota Pasarwajo
- Pengumpulan dan
pengangkutan
Dinas Kebersihan Baik
Bak Sampah Open Dumping - Pengumpulan dan
pengangkutan
Dinas Kebersihan Baik
IPAL - - - - -
Sumber : Dinas Kebersihan Pemerintah kabupaten Buton, 2014
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tong sampah yang ada di Kabupaten Buton terdapat di semua lokasi perkotaan Pasarwajo dengan kapasitas masing-masing sebesar 200 M3, sedangkan bak sampah yang ada di Kabupaten Buton terdapat
Tabel 6.12
Pelayanan Air Limbah Komunitas Berbasis Masyarakat Kabupaten Buton
No. Lokasi Sistem Dibangun
Tahun
Jumlah
Unit Cakupan Kondisi MCK + IPAL
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Pembangunan Sanitasi Berbasis LingunganKel. Talaga I Kec. Talaga Raya
MCK + - 2010 12 66 KK
2. Pembangunan Sanitasi Berbasis LingunganDesa Lambusango Timur Kec. Kapontori
MCK + - 2010 10 61 KK
3 Pembangunan Sanitasi Berbasis LingunganDesa Kumbewaha Timur Kec. Siontapina
MCK + - 2011 5 38 KK
4 Pembangunan Sanitasi Berbasis LingunganDesa Lalole Kec. Siompu Barat
MCK + - 2011 4 35 KK
5 Pembangunan Sanitasi Berbasis LingunganDesa Siomanuru Kec. Lasalimu Selatan
MCK + - 2012 5 38 KK
6 Pembangunan Sanitasi Berbasis LingunganDesa Wawoangi Kec.
Sampolawa
MCK + - 2012 5 41 KK
7 Pembangunan Sanitasi Berbasis LingunganDesa Pogalampa Kec.
Sampolawa
MCK + - 2013 4 37 KK
8 Pembangunan Sanitasi Berbasis LingunganDesa Wabula I Kec. Wabula
MCK + - 2013 4 39 KK
9 Pembangunan Sanitasi Berbasis Lingungan Desa Kancinaa Kec. Pasarwajo
MCK + - 2014 4 29 KK
10 Pembangunan Sanitasi Berbasis Lingungan Desa Matanauwe Kec.
Siontapina
MCK + - 2014 4 34 KK
11 Pembangunan Sanitasi Berbasis Lingungan Desa
Ambuau Indah Kec. Lasalimu Selatan 12 Pembangunan Sanitasi
Berbasis Lingungan Desa Wasambaa Kec. Lasalimu
MCK + - 2014 4 45 KK
13 Pembangunan Sanitasi Berbasis Lingungan Desa Benteng Kec. Lasalimu
MCK + - 2014 4 44 KK
14 Pembangunan Sanitasi Berbasis Lingungan Desa Bola Kec. Batauga
MCK + - 2014 4 40 KK
Sumber : Dinas PU Pemerintah kabupaten Buton, 2014
Tabel 6.13
Cakupan Pelayanan Air Limbah Sistem Off Site
No. Nama IPAL Sistem Dibangun
Tahun Kondisi
Belum Ada data Belum Ada data Belum Ada data Belum Ada data
Tabel 6.14
Parameter Teknis Wilayah
No. Uraian Besaran Keterangan
(1) (2) (3) (4)
Karakteristik Fisik Kota
1. Jumlah Penduduk 263.176 Jiwa
Tingkat Kepadatan
- Rendah (<200 jiwa/hektar) 106 Jiwa/Ha
2. Tipe Bangunan Rumah Tangga
- Permanen ... % atau .... unit Belum ada data
- Semi Permanen ... % atau .... unit Belum ada data
- Tidak Permanen ... % atau .... unit Belum ada data
3. Badan Air
- Nama Sungai/danau/waduk
- Peruntukan ... Liter/detik
- Debt ... BOD mg/liter
- Kualitas ... COV Mg/liter
b. Aspek Non Teknis
1. Pendanaan
Kabupaten Buton untu pendapatan dan Belanja Sub sektor Pengelolaan Air limbah belum ada, dan sumber PAD yang bersumber dari pengelolaanair limbah belum dioptimalkan, tentunya masih perlu upaya-upaya yang signifikan.
2. Kelembagaan
Didalam struktur Pemerintahan Kabupaten Buton, urusan kewenangan pengelolaanair limbah belum diikutkan dalam setiap pengangaran SKPD. Namun yang menangani sector ini melekat pada Dinas Kebersihan Kabupaten Buton.
C. Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Air Limbah i. Identifikasi Permasalahan Air Limbah
Setiap Kab/Kota wajib menguraikan besaran masalah yang dihadapi di Kab./Kota masing-masing dengan membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran yang ingin dicapai, untuk memenuhi kebutuhan dasar
(basic need) dan kebutuhan pengembangan (development need) yang
ditinjau dari aspek teknis, keuangan dan kelembagaan. Selain itu, dilakukan inventarisasi persoalan setiap masalah yang sudah dirumuskan dengan mempertimbangkan tipologi serta parameter-parameter teknis yang ada di kawasan tersebut.
Tabel 6.15
Permasalahan Pengelolaan Air Limbah Yang Dihadapi Kabupaten Buton
Aspek Non Teknis
No. Aspek Pengelolaan Air Limbah Permasalahan Yang Dihadapi
Tindakan Yang Sudah
Dilakukan
Yang Sedang Dilakukan
(1) (2) (3) (4) (5)
A. Kelembagaan
- Bentuk institusi Masih bergabung dengan
instansi lain
Belum ada Belum ada
- Dasar Hukum Pembentukan
Institusi
Belum ada Belum ada Belum ada
- SDM Masih rendahnya kualitas
SDM
B. Pembiayaan :
- Sumber-Sumber Pembiayaan Masih kurangnya partisipasi - Tarif Retribusi
- Mekanisme penarikan retribusi Belum adanya mekanisme yang baik dalam hal penarikan retribusi
Belum ada Belum ada
- Realisasi Penerimaan Retribusi
Masih kurangnya pendapatan retribusi
Belum ada Belum ada
C. Peraturan/Perundangan
- Kelayakan Pakai Belum adannya peraturan
perundang-undangan
Belum ada Belum ada
- Penerapan Sanksi Belum adanya peraturan
dan perundang-undangan yang mengatur tentang penerapan sanksi
Belum ada Belum ada
D. Peran serta Masyarakat dan Swasta
- Kampanye Penyuluhan Belum adanya kampanye
penyuluhan
Belum ada Belum ada
- Keterlibatan Swasta Belum adanya keterlibatan swasta dalam hal
pengelolaan air limbah
Belum ada Belum ada
- Partisipasi Aktif Masyarakat Belum maksimalnya partisipasi masyarakat
Belum ada Belum ada
Aspek Teknis
No. Aspek Pengelolaan Air Limbah Permasalahan Yang Dihadapi
E. Teknis Operasional
1. Perencanaan
Ketersediaan dokumen
perencanaan (master plan, FS, DED)
Belum dilakukannya perencanaan yang telah disusun
Belum ada Belum ada
2. Sanitasi Sistem On-Site
Pembangunan Baru :
* MCK Masih kurangnya
fasilitas MCK
Perencanaan pemb. MCK
MCK +
* Jamban Keluarga dan Septik Tank/Cubluk
Masih kurangnya jamban keluarga yang belum memenuhi kriteria
Belum ada Perencanaan
kesehatan lingkungan yang sesuai dengan standar kesehatan * PS sanitasi berbasis
masyarakat
Masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan sistem SANIMAS air limbah
Belum ada Belum ada
* Truk Tinja Masih kurangnya sarana
truk tinja
Baru memiliki 2 unit truk tinja
Pengadaan truk tinja yang baru
* IPLT Tidak berfungsinya IPLT
secara maksimal
Belum ada Belum ada
Rehabilitasi dan Peningkatan Kapasitas
- Truk Tinja Kurangnya kapasitas
pengangkutan truk tinja
Belum ada Pengadaan truk
tinja yang berkapasitas besar
- IPLT Masih kurangnya
kapasitas IPLT
Belum ada Belum ada
Operasi dan Pemeliharaan
- Truk Tinja Daerah operasi dan
pelayanan truk masih kurang akibatnya masih banyak masyarakat belum terlayani
Belum ada Belum ada
- IPLT Dikarenakan tidak
berfungsinya IPLT secara maksimal diakibatkan
pemeliharaan di IPLT masih kurang
Belum ada Belum ada
3. Sanitasi Sistem Off-Site :
Pembangunan Baru
- Sambungan Rumah Masih kurangnya sistem
off-site didaerah ini
Sistem off-site baru mencakup kawasan tondonggeu, petoaha serta benu-benua
Pembangunan sistem Off-site pada perumahan di seputar Kasiba Baruga
ii. Tantangan dan Peluang Pengembangan Sektor Air Limbah
Beberapa tantangan dalam pengembangan Sektor Air Limbah di Kabupaten Buton dapat digambarkan seperti di bawah ini :
a. Tantangan dan Peluang Internal :
1. Pemangku Kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah Kabupaten Buton sejauh ini hanya melibatkan Pemerintah Kabupaten Buton baik dari perencanaan, pengadaan sarana pengaturan serta monitoring dan evaluasi, sedangkan dari pihak swasta dan masyarakat belum menunjukkan keterlibatan sama sekali.
2. Adanya tuntutan penjaminan pemenuhan standar pelayanan minimal berdasarkan Permen PU No. 14/PRT/M/2010;
3. Adanya peningkatan kesadaran masyarakat dalam penyelenggaraan air limbah permukiman.
4. Peningkatan PAD yang bersumber dari retribusi tinja setiap tahunnya cenderung mengalami kenaikan dengan rata – rata pertumbuhan 5,69%, namun jika dibandingkan dengan belanja pada subsektor ini membutuhkan pengalokasian dana yang cukup besar tiap tahunnya;
5. Tantangan dalam hal cakupan pelayanan air limbah yang belum memadai, serta prasarana dan sarana IPLT yang berlokasi di Pulonggida belum berfungsi baik serta keterbatasan mobil pengangkut tinja yang dikelola Dinas Kebersihan Kabupaten Buton.
b. Tantangan dan Peluang Eksternal :
1. Adanya target RPJMN Tahun 2014 dimana bebas pembuangan tinja secara terbuka serta target MDGs 7c yaitu terlayaninya 50% masyarakat yang belum mendapatkan akses air limbah sampai tahun 2015;
2. Adanya Penerapan Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal menekankan tentang target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam permen ini yaitu pasal 5 ayat 2;
3. Adanya Peraturan perundangan yang juga telah mengatur keterpaduan penanganan air limbah dengan pengembangan sistem penyediaan air minum;
Tabel 6.16
Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan Permen PU No.14/PRT/M/2010
Jenis Pelayanan Dasar
Standar Pelayanan Minimal Batas Waktu Pencapaian
Ket Indikator Nilai
Penyehatan Lingkungan Permukiman
Air Limbah Permukiman
Tersedianya sistem air limbah yang memadai
60% 2014 Dinas yang
membidangi PU Tersediaanya sistem
air limbah skala komunitas/ kawasan/kota
5% 2014 Dinas yang
membidangi PU
Peluang dalam pengelolaan air limbah adalah telah diaturnya kewajiban penanggulangan pencemaran terhadap lingkungan dan perlindungan sumber air baku dalam tataran undang-undang sampai dengan peraturan daerah. Peraturan perundangan juga telah mengatur keterpaduan penanganan air limbah dengan pengembangan sistem penyediaan air minum. Peluang yang lain adalah adanya peningkatan kesadaran masyarakat dalam penyelenggaraan air limbah permukiman.
6.4.1.2 Analisis Kebutuhan Air Limbah
Untuk mengetahui kebutuhan prasarana air limbah yang diperlukan maka dapat dilihat komponen pengelolaan air limbah secara teknis dan non teknis baik sistem setempat, komunal maupun terpusat skala kota yang dapat dijabarkan pada tabel berikut ini :
Aspek Non Teknis
No Uraian Kondisi eksisting
Kebutuhan
Ket Tahun
2014
Tahun 2015
Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018 (1) (2) (3) (4) (5) (7) (8) (9) (10)
1. Peraturan Terkait Sektor Air Limbah
a.
Ketersediaan Peraturan bidang Air Limbah (Perda,
Pergub,Perwali) Jamban yang sesuai standar teknis bagi masyarakat, pengembang, dan fasilitas umum
- - - - -
Kebijakan Mengenai Perencanaan, dan Pengelolaan Tangki Septik yang sesuai standar teknis bagi masyarakat, pengembang, dan fasilitas umum Kebijakan Mengenai Perencanaan, dan Pengelolaan grey water (air sisa mandi dan cuci) bagi masyarakat, pengembang, dan fasilitas umum Kebijakan Mengenai Perencanaan, dan Pengelolaan Air limbah bagi industri rumah tangga dan fasilitas kesehatan
Kebijakan Mengenai standar operasional kegiatan penyedotan dan pengangkutan Tinja bagi masyarakat dan swasta Kebijakan mengenai Pengelolaan dan Pemeliharaan IPLT Penyusunan Kebijakan Kerjasama Pengelolaan Air Limbah
2. Kelembagaan
a. Bentuk Organisasi Masih bergabung dengan
instansi lain - - - - -
b.
Ketersediaan tata laksana (Tupoksi, SOP, dll)
Belum Ada - - - - -
c. Kuantitas dan kualitas SDM
Kampanye/edukasi/Sosia lisasi Peningkatan Pengelolaan Air Limbah
Pelatihan Teknis
Pengelolaan Air Limbah 1 1 1 1 -
Bantek Pengelolaan Air
Limbah 1 1 1 1 -
3. Pembiayaan
a.
Sumber Pembiayaan (APBD Prov/Kota/ Swasta/masy)
APBN. APBD KAB.
b. Tarif Retribusi Peningkatan signifikan
c.
Realisasi penarikan retribusi (% terhadap target)
4. Peran Serta Masyarakat
(belum ada/bentuk kontribusi)
Penyuluhan dan kampanye mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Air Limbah Domestik (pada daerah yang berpotensi untuk dibangun Sistem Komunal)
1 1 1 1 -
Sosialisasi Rencana Pembangunan kepada masyarakat oleh Dinas Terkait
1 1 1 1 -
Penyediaan Fasilitator dalam perencanaan, Pembangunan dan Pengelolaan
6 6 6 6 6
Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
9 9 9 9 9
Pelatihan bagi pengurus KSM, berupa pelatihan di bidang teknis, keuangan, dan manajerial
- - - - -
Sosialisasi kepada masyarakat oleh pengurus KSM
Aspek Non Teknis
No Uraian Kondisi eksisting
Kebutuhan
Ket
Tahun 2014
Tahun 2015
Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
(1) (2) (3) (4) (5) (7) (8) (9) (10)
1. Sistem Setempat (Onsite)
a. Ketersediaan dan
kondisi IPLT - - - -
b. Kapasitas IPLT ....M³ - - - - -
c. Tingkat Cakupan Pelayanan IPLT
Data tidak
tersedia - - - - -
d. Ketersediaan dan
kondisi truk tinja 1 unit/baik - - - - -
e. Biaya O&P Paket - - - - -
f. Kualitas efluen IPLT
(BOD dan COD) Belum Ada data - - - - -
g.
Ketersediaan Sistem Pengolahan air limbah skala kawasan/komunitas
- - - -
2. Sistem Terpusat (Offsite)
a. Ketersediaan dan
kondisi IPAL Tidak ada data - - - - -
b. Kapasitas IPAL Tidak ada data - - - - -
c. Tingkat Cakupan
Pelayanan IPAL Tidak ada data - - - - -
d. Biaya O& P Tidak ada data - - - - -
e. Kualitas efluen IPAL
6.4.1.3 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Air Limbah
Kriteria Kesiapan:
Dokumen RTRW Kabupaten Buton 2010 – 2030
Dokumen RPIJM Kabupaten Buton 2013-2017 dilaksanakan Tahun 2012; Dokumen RPIJM Kabupaten Buton 2014-2018 dilaksanakan Tahun 2014; Dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS) Tahun 2012;
Dokumen Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Tahun 2013; Surat Minat PPSP Tahun 2012;
Tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah dibebaskan);
Pemerintah Kabupaten Buton bersedia menyediakan alokasi dana untuk pembangunan pipa lateral & sambungan rumah dan biaya operasi dan pemeliharaan.
6.4.2 Persampahan
6.4.2.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan TantanganPersampahan
Tabel 6.17 Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak Pengelolaan Persampahan
- Masih kurangnya pemilahan
sampah Organik & Anorganik (termasuk sampah B3) dari sumbernya
- Sudah ada rencana
pembangunan jangka menengah
pengelolaan sampah dari tingkat rumah tangga hingga TPA
Belum ada Pemilahan sampah pada pengumpulan dari rumah ke rumah
- Belum ada
Pemilahan sampah (sampah Organik & Anorganik) di Tempat Penampungan Sementara
- Pembangunan TPS
belum terintegrasi dengan rute pelayanan sampah yang ada
- Kurangnya
pembangunan TPS di kawasan permukiman (sampah Organik & Anorganik) di truk pengangkut
- kegiatan
pembinaan/pemantaua n sarana daur ulang misalnya Komposter, TPST masih kurang
- Pemilahan
No Produk Input
(A) User Interface (Fasilitas Pribadi)
(B) Pengumpulan
Awal
(C) Penampungan
Sementara
(D) Pengangkutan
(E) Semi Pengolahan
Akhir Terpusat
(F)
Pembuangan Akhir / Daur Ulang Aspek Teknis
1 Aspek Operasion al
- Masih ada warga yang belum
menyediakan tempat
sampah/penampung sampah di rumah
- Masih ada warga yang membakar,
menimbun/menumpuk sampah
- Sarana pengumpulan
sampah di tingkat masyarakat masih kurang (gerobak sampah, motor sampah dll)
- penetapan
waktu (Jam)
pembuangan sampah ke TPS belum berjalan
- penetapan waktu
(jam) pengangkutan sampah disesuaikan dengan ketetapan waktu pengumpulan sampah di TPS belum berjalan
- armada pengangkut
sampah masih kurang
- Biaya operasional
lebih besar daripada pemasukan
- metode retribusi
sampah disesuaikan dengan cakupan wilayah layanan persampahan belum dikaji dan dilaksanakan secara optimal
- studi AMDAL bagi
No Produk
penerapan sanksinya belum berjalan
- Belum aturan/sanksi mengenai
kewajiban menyediakan tempat sampah di rumah
- Belum ada Aturan mengenai
Pemilahan sampah (organik & anorganik) dari sumber
- Pengembangan Kawasan
percontohan prioritas belum optimal
- Belum ada
Aturan/perwali
mengenai pengumpulan sampah dari rumah ke rumah
- PERDA K3 pelaksanaan &
penerapan sanksinya belum berjalan
- Aturan mengenai
penetapan waktu (Jam) Pengangkutan Sampah
- Lembaga/kader lingkungan di
masyarakat masih minim dalam pengelolaan persampahan
- Sudah ada visi misi TPA tingkat
kota
- Optimalisasi fungsi
No Produk
- Peran perempuan khususnya
ibu rumah tangga sangat minim khususnya dalam pengelolaan sampah rumah tangga
- Kader lingkungan tingkat basis
masih minim
- Kader lingkungan tingkat
basis masih minim
- pembentukan &
penguatan KSM dalam pengangkutan sampah di tingkat masyarakat masih kurang
- legalitas bagi kelompok
pengelola Persampahan di tingkat basis belum ada
- Kontribusi
masyarakat dalam memelihara TPS masih rendah
- -
Aspek Komunika si & Media
- sosialisasi perubahan
perilaku, pembinaan kader lingkungan & pola hidup 3R di tingkat basis masih kurang
- Sosialisasi PERDA K3 - Pembuatan media yang kreatif
dan inovatif masih kurang
- Sosialisasi PERDA K3 - Pembuatan media yang
kreatif dan inovatif masih kurang
- Sosialisasi PERDA K3 - Pembuatan media
yang kreatif dan inovatif masih kurang
- Sosialisasi PERDA K3 - Pembuatan media yang
kreatif dan inovatif masih kurang