• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1479720045Bab 6 Kerangka Klembagaan CK RPIJM 16

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1479720045Bab 6 Kerangka Klembagaan CK RPIJM 16"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Peningkatan kapasitas kelembagaan daerah dalam mendukung Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) bidang Cipta Karya di Kabupaten Kotabaru sangat dibutuhkan sehingga program investasi ini dapat dilaksanakan secara optimal, efektif serta terjamin keberlanjutannya. Di dalam pelaksanaan/implementasi RPI2JM bidang Cipta Karya di Kabupaten Kotabaru melibatkan banyak komponen kelembagaan sehingga terjalin koordinasi dan sinkronisasi program/kegiatan di bidang keciptakaryaan sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing lembaga. Semangat desentralisasi penyelenggaraan pemerintah daerah, sebagaimana dituangkan dalam Undang-Undang Nomer 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah beserta aturan-aturan pelaksanaanya membutuhkan upaya-upaya terkoordinasi agar tujuan pelaksanaan kebijakan otonomi di daerah tercapai.

(2)

Adapun prinsip dari pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) adalah:

 Pengembangan kapasitas bersifat multi dimensional (mencakup beberapa

kerangka waktu, jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek)

 Pengembangan kapasitas menyangkut multiple stakeholder

 Pengembangan kapasitas harus bersifat demand driven, dimana kebutuhannya tidak ditentukan dari atas/luar tetapi datang dari stakeholder-nya sendiri

 Pengembangan kapasitas mengacu pada kebijakan nasional.

6.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPI2JM pada pemerintahan Kabupaten Kotabaru.

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur danmengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya,dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dandaya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah. Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalahadanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputisasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayahkerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerahbagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan

(3)

PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi:

(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusanpemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.

(2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.

Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPIJM sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi

Daerah

Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

(4)

dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, danmendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini,reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuanpemerintah daerah.Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3(tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri darisembilan program, yaitu:

a. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

b. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda

c. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugasdan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi,tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

d. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government

(5)

f. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

g. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU)

h. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan padaunit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

i. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan

Genderdalam Pembangunan Nasional

Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yangberperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, sertakewenangan masing-masing. Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulaimenerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Keciptakaryaan. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untukmemasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPI2JM bidang Cipta Karya.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang

StandarPelayanan Minimum

(6)

PU, sedangkanBupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasarbidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk

Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar

PelayananPerkotaan

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenispelayanan bidang keciptakaryaan, seperti perumahan, air minum, drainase,prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan

Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan

Formasi Pegawai Negeri Sipil

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan

(7)

dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang/subbidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

6.2. Kerangka Kelembagaan

Arahan kebijakan kelembagaan infrastruktur Kabupaten Kotabaru mengacu pada aspek legalitas yang ditetapkan oleh pemerintah. Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri.Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputisasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasaranapenunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

(8)

kinerja perangkat daerah. Dengan adanya kelembagaan ini, fungsi dan kapasitas kinerja aparat sesuai prosedur yang telah disesuaikan dengan tahapan pelaksanaan kegiatan, adapun kerangka kelembagaan setiap instansi adalah sebagai berikut:

Diagram. 6.1.

Organisasi Pemerintah Kabupaten Kotabaru

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan

AparaturNegara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuanpemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah. Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3(tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu:

1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi

BUPATI KOTA BARU

DINAS-DINAS BADAN/LEMBAGA

SEKRETARIS DAERAH

(9)

2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan olehK/L dan Pemda 3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepegawaian dan diklat;

4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugasdan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government.

5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan system rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standarkompetensi jabatan, asesmen individu berdasarkan kompetensi

6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)

7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi danpenyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU)

8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan padaunit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

6.3. Kondisi Kelembagaan Saat Ini

Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya di Kabupaten Kotabaru, sesuai dengan peraturan Pemerintah Daerah, terkait dengan struktur organisasi di setiap bidang, yaitu:

A. Peraturan Daerah Terkait Struktur Organisasi Pemerintah Daerah

(10)

B. Keorganisasian Pemerintah Daerah Kabupaten Kotabaru

1. Susunan Organisasi Sekretariat Daerah terdiri dari:

a. Sekretaris Daerah

b. Asisten Pemerintahan membawahi: 1) Bagian Tata Pemerintahan terdiri dari:

a) Sub Bagian Pemerintahan Umum b) Sub Bagian Otonomi Daerah c) Sub Bagian Kerjasama Daerah

2) Bagian Organisasi terdiri dari : a) Sub Bagian Kelembagaan

b) Sub Bagian Ketatalaksanaan; dan

c) Sub Bagian Analisa Formasi Jabatan dan Pendayagunaan Aparatur.

3) Bagian Hukum dan Hak Asasi Manusia terdiri dari: a) Sub Bagian Penyusunan Produk Hukum

b) Sub Bagian Dokumentasi dan Informasi Hukum c) Sub Bagian Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia.

c. Asisten Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat membawahi:

1) Bagian Perekonomian terdiri dari:

a) Sub Bagian Bina Produksi dan Distribusi

b) Sub Bagian Bina Potensi dan Prasarana Sarana c) Sub Bagian Pengembangan Usaha Daerah.

2) Bagian Kesejahteraan Rakyat terdiri dari: a) Sub Bagian Fasilitasi Keagamaan

b) Sub Bagian Fasilitasi Pendidikan, Pemuda, Olahraga dan Kebudayaan

c) Sub Bagian FasilitasiKesehatan dan Kesejahteraan Sosial.

3) Bagian Pertanahan terdiri dari:

a) Sub Bagian Fasilitasi Pengadaan dan Pengendalian Pertanahan b) Sub Bagian Fasilitasi Penanganan Permasalahan Pertahanan c) Sub Bagian Tata Batas Wilayah.

d. Asisten Administrasi Umum membawahi:

(11)

a) Sub Bagian Rumah Tangga b) Sub Bagian Pengadaan

c) Sub Bagian Pemeliharaan Aset. 2) Bagian Humas dan Protokol terdiri dari:

a) Sub Bagian Pengelolaan Informasi dan Pengolahan Data Elektronik

b) Sub Bagian Protokol dan Kehumasan c) Sub Bagian Peliputan dan Pemberitaan.

3) Bagian Keuangan terdiri dari:

a) Sub Bagian Perenanaan dan Pelaporan b) Sub Bagian Penatausahaan Keuangan c) Sub Bagian Akuntansi.

4) Bagian Tata Usaha, terdiri dari:

a) Sub Bagian Tata Usaha dan Kepegawaian b) Sub Bagian Tata Usaha Pimpinan; dan c) Sub Bagian Sandi dan Telekomunikasi

e. Kelompok Jabatan fungsional.

2. Susunan Organisasi Sekretariat DPRD terdiri dari:

a. Sekretaris DPRD

b. Bagian Tata Usaha terdiri dari:

1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

2) Sub Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan 3) Sub Bagian Penyusunan Program

c. Bagian Persidangan, Risalah dan Hukum terdiri dari: 1) Sub Bagian Persidangan dan Risalah

2) Sub Bagian Komisi dan Kepanitian

3) Sub Bagian Hukum dan Perundang-undangan.

d. Bagian Humas dan Protokol terdiri dari: 1) Sub Bagian Humas

2) Sub Bagian Layanan Aspirasi 3) Sub Bagian Protokol.

e. Bagian Keuangan terdiri dari:

(12)

2) Sub Bagian Perbendaharaan. 3) Sub Bagian Pelaporan Keuangan

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

3. Susunan Organisasi Dinas Cipta Karya, Permukiman dan Perumahan, terdiri dari:

a. Dinas Cipta Karya, Permukiman dan Perumahan b. Sekretariat, terdiri dari:

1) Sub Bagian Program

2) Sub Bagian Keuangan; dan

3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

c. Bidang Cipta Karya, terdiri dari:

1) Seksi Penataan Bangunan dan Lingkungan 2) Seksi Penataan Pengembangan Air Minum; dan 3) Seksi Jasa Konstruksi.

d. Bidang Permukiman, terdiri dari:

1) Seksi Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun 2) Seksi Permukiman Kumuh/Nelayan; dan

3) Seksi Pembangunan Kawasan Permukiman.

e. Bidang Perumahan, terdiri dari: 1) Seksi Perumahan Formal

2) Seksi Perumahan Swadaya; dan

3) Seksi Pengembangan Kawasan Perumahan.

f. Bidang Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, terdiri dari: 1) Seksi Pertamanan dan Pemakaman

2) Seksi Persampahan; dan

3) Seksi Air Limbah dan Drainase.

g. Unit Pelaksana Teknis Dinas.

h. Kelompok Jabatan Fungsional.

C. Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman

(13)

warga negara untuk menempati, menikmati, dan/atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur. Upaya pengembangan permukiman dalam RPI2JM pada dasarnya merupakan upaya untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang layak huni, nyaman, damai dan sejahtera dengan memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni. Upaya ini dilakukan melalui serangkaian strategi:

a. Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan, yang dilakukan melalui

program:

1) Pembangunan Perumahan, meliputi:

a) Pembangunan Rumah Dan Prasarana, Sarana, Dan Utilitas Umum; Dan/Atau

b) Peningkatan kualitas perumahan.

Pembangunan perumahan dilakukan dengan mengembangkan teknologi dan rancang bangun yang ramah lingkungan serta mengembangkan industri bahan bangunan yang mengutamakan pemanfaatan sumber daya dalam negeri dan kearifan lokal yang aman bagi kesehatan.

2) Penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum, meliputi:

a) Pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau setiap orang b) Pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum wajib dilakukan

sesuai dengan rencana, rancangan, dan perizinan.

c) Pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan harus

mengutamakan:

(1) Kesesuaian antara kapasitas pelayanan dan jumlah rumah

(2) Keterpaduan antara prasarana, sarana, dan utilitas umum dan

lingkungan hunian; dan

(3) Ketentuan teknis pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas

umum.

Setiap orang yang mengembangkan perumahan diwilayah daerah

menyediakan paling sedikit 40% (empat puluh persen) untuk lahan

(14)

sedikit 8 meter dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan 60% (enam puluh

persen) untuk bangunan perumahan dari 100% (seratus persen) luasan

areal perumahan.

3) Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, meliputi:

a) Ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi

b) Ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum

c) Penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta

prasarana, sarana dan utilitas umum; dan

d) Pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai

dengan RTRWK.

Peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh

didahului dengan penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman

kumuh dengan pola-pola penanganan:

a) Pemugaran

b) Peremajaan; atau

c) Pemukiman kembali.

Strategi, program, dan kegiatan pengembangan permukiman pada dasarnya

diarahkan untuk pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan,

pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat

berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan

(15)

Tabel. 6.1.

Penanganan Upaya Pengembangan Permukiman di Kabupaten Kotabaru

Lembaga Dasar Hukum

Tugas terkait Pengembangan

Permukiman

Fungsi

Unit Pelaksana

Kegiatan Ruang Lingkup Kegiatan

(Dalam Praktik)

 perumusan kebijakan teknis di bidang cipta karya, permukiman, perumahan, pertamanan dan kebersihan;

 penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

pelaksanaan tugas di bidang cipta karya;

 pembinaan dan

pelaksanaan tugas di bidang permukiman;

 pembinaan dan

pelaksanaan tugas di bidang perumahan;

 pembinaan dan

pelaksanaan tugas di bidang pengembangan penyehatan lingkungan permukiman;

 pembinaan Unit

Pelaksana Teknis Dinas; dan

 pengelolaan

kesekretariatan Dinas.

Bidang Permukiman

 Fasilitasi penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman meliputi sarana air bersih dan sanitasi

(pengelolaan air limbah domestic) dasar untuk wilayah rawan air dan masyarakat miskin, fasilitasi

penyediaan sarana drainase, sarana pengelolaan sampah permukiman, dan penyediaan jalan lingkungan.

 Fasilitasi penyediaan rumah layak huni.

Bappeda Peraturan

daerah

melaksanakan penyusunan dan

 perumusan kebijakan teknis perencanaan,

Sub Bidang Tata Ruang Wilayah

(16)

Lembaga Dasar Hukum

Kegiatan Ruang Lingkup Kegiatan

(Dalam Praktik)

statistik, penelitian dan pengembangan serta

pelaksanaan tugas di bidang penyusunan rencana pembangunan daerah;

 pembinaan dan

pelaksanaan tugas di bidang tata ruang pengembangan wilayah;

 pembinaan dan

pelaksanaan tugas di bidang pengendalian dan pembangunan daerah;

 pembinaan dan

(17)

1. Organisasi Penyelenggaraan Urusan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Upaya penataan bangunan dan lingkungan dalam RPI2JM pada dasarnya merupakan upaya untuk mengendalikan pemanfaatan ruang terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, khususnya mewujudkan fisik bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri. Upaya ini dilakukan secara umum dengan 4 (empat) strategi besar sebagai berikut:

 Penyelenggaraan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional,

andal, dan efisien

 Penyelenggaraan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan

berjati diri.

 Penyelenggaraan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar

dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial, dan ekonomi.

 Penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan

arsitektur perkotaan, dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal.

Keempat strategi tersebut di atas dijalankan dalam Program Bangunan Gedung, Program Bangunan Gedung dan Rumah Negara, Program Penataan Lingkungan Permukiman, dan Program Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan. Program-program tersebut dikemas dalam kelompok kegiatan sebagai berikut:

 Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung

 Kegiatan penataan lingkungan permukiman

 Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan.

Dalam beberapa Peraturan Bupati, upaya penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Kotabaru merupakan upaya yang menjadi tanggung jawab Dinas Cipta Karya, Permukiman dan Perumahan dan Bappeda.

2. Organisasi Penyelenggaraan Urusan Penyehatan Lingkungan Permukiman

(18)

a. Pengembangan sistem pengelolaan air limbah, yang dilakukan melalui

Strategi

1. Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana pengolahan air limbah sistem setempat di perkotaan maupun dipedesaan melalui sistem komunal

2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air limbah sistem terpusat di kawasan perkotaan.

3. Menyusun perangkat peraturan perundangan yang mendukung penyelenggaraan pengelolaan air limbah pemukiman

4. Mengoptimalkan media lokal untuk menyebarluaskan informasi peraturan perundangan yang terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah pemukiman

5. Mengoptimalkan media lokal untuk menyebarluaskan informasi peraturan perundangan yang terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah pemukiman

6. Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air limbah pemukiman.

b. Pengembangan sistem pengelolaan persampahan, yang dilakukan

melalui strategi

1. Meningkatkan cakupan pelayanan persampahan menjadi 40% di skala kabupaten melalui peningkatan kapasitas prasarana dan sarana persampahan

2. Mendorong peningkatan pengelolaan persampahan berbasis masyarakat melalui program 3R

3. Meningkatkan kinerja institusi pengelola persampahanzxd

4. Meningkatkan kelengkapan produk hukum tentang pengelolaan persampahan

5. Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan kepada masyarakat luas dengan memanfaatkan media lokal.

c. Pengembangan sistem pengelolaan drainase, yang dilakukan melalui

(19)

1. Mengoptimalkan sistem yang ada, rehabilitasi/normalisasi, pengembangan dan pembangunan saluran drainase baru

2. Penyiapan peraturan, produk hukum dalam penanganan drainase 3. Penyusunan dokumen perencanaan drainase skala kabupaten 4. Mengembangkan pendanaan melalui retribusi lingkungan

5. Pengembangan kampanye peningkatan peran serta masyarakat. 3. Organisasi Penyelenggaraan Pengelolaan Air Limbah Domestik

(20)

Diagram. 6.2.

Bagan Struktur Organisasi Dinas Cipta Karya, Permukiman Dan Perumahan

4. Organisasi Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan

Urusan pengelolaan persampahan di Kabupaten Kotabaru merupakan urusan yang dikelola oleh Dinas Cipta Karya, Permukiman dan Perumahan. Penyelenggaraan urusan ini didasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru No. 25 tahun 2013 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Kotabaru. Operasionalisasi penyelenggaraan urusan ini dijalankan oleh Bidang Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman.

SEKRETARIAT

(21)

Secara diagramatis, posisi Bidang Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman dalam struktur Dinas Cipta Karya, Permukiman dan Perumahan adalah sebagai berikut:

Diagram. 6.3.

Bagan Struktur Organisasi Dinas Cipta Karya, Permukiman Dan Perumahan

5. Organisasi Penyelenggaraan Pengelolaan Drainase

Urusan pengelolaan drainase di Kabupaten KotabaruMenurut Peraturan Daerah No.25 tahun 2013 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Kotabaru, urusan pengelolaan drainase di Kabupaten

SEKRETARIAT

(22)

Kotabaru menjadi tanggungjawab Bidang Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman. Operasionalisasi penyelenggaraan urusan ini dijalankan oleh Seksi Air Limbah dan Drainase (Dinas Cipta Karya, Permukiman dan Perumahan). Secara diagramatis, posisi Seksi Air Limbah dan Drainase dalam struktur Dinas Cipta Karya, Permukiman dan Perumahan adalah sebagai berikut:

Diagram. 6.4.

Bagan Struktur Organisasi Dinas Cipta Karya, Permukiman Dan Perumahan

6. Organisasi Penyelenggaraan Urusan Pengembangan Air Minum

Upaya pengembangan air minum dalam RPIJM pada dasarnya diarahkan pada:

SEKRETARIAT

(23)

VI-23 LAPORAN AKHIR

a. Program pembangunan prasarana air minum melalui pendekatan masyarakat di desa miskin dan rawan air

b. Program pengembangan air minum di Ibukota Kabupaten / Kota Pemekaran

c. Program pengembangan air minum di Ibukota Kecamatan (IKK) yang belum

mempunyai sistem dan rawan air

d. Program penyediaan air minum bagi kawasan RSH / Rusuna.

e. Program penyehatan PDAM

f. Program pembangunan prasarana dan sarana air minum di perkotaan. g. Program penyediaan air baku.

Secara operasional di Kabupaten Kotabaru upaya pengembangan air minum dilakukan oleh PDAM, Dinas Cipta Karya, Permukiman dan Perumahan Bidang Cipta Karya Seksi Penataan Pengembangan Air Minum. Masing-masing unit dan SKPD dalam upaya pengembangan air minum ini memiliki area tanggung yang berbeda.

Diagram. 6.5.

Bagan Struktur Organisasi Dinas Cipta Karya, Permukiman Dan Perumahan

(24)

Tabel. 6.2.

Bagan Struktur Organisasi Dinas Cipta Karya, Permukiman Dan Perumahan

Lembaga Dasar Hukum Tugas Terkait Penataan Bangunan Dan

Lingkungan Fungsi

Unit Pelaksana Kegiatan

Ruang Lingkup Kegiatan (Yang Sudah Dijalankan)

Dinas Cipta

Karya, Permukiman dan

Perumahan

Peraturan Bupati No. 25 tahun 2013

melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang Cipta Karya, Permukiman dan Perumahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

 Perencanaan

 Pengawasan dan pengendalian

 Fasilitasi

Seksi Penataan Pengembangan Air Minum (Bidang Cipta Karya)

Fasilitasi penyediaan sarana air bersih untuk wilayah rawan air dan masyarakat miskin

PDAM Mengusahakan penyediaan air minum yang

memenuhi syarat-syarat kesehatan bagi masyarakat (pasal 6)

Penyedia layanan PDAM  Penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman meliputi sarana air bersih dengan sistem perpipaan, dan

(25)

6.2.1. Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja. Secara internal, Cipta Karya keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah. Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkandi dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang Cipta Karya. Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tata laksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya.

Diagram. 6.6.

(26)

6.3. Analisis Kelembagaan

6.3.1. Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

(27)

layaknya suatu kelembagaan atau organisasi maka akan semakin tinggi tingkat efisensi yang dihasilkan dalam menyelenggarakan dan menyelesaikan tugas dan tanggungjawabnya. Perkembangan wilayah pada Kabupaten Kotabaru menuntut adanya perkembangan sosial yang berjalan secara sinergis dan bekelanjutan. Untuk itu, kemampuan organisasi pemerintahan selaku motor penggerak utama dalam pelaksanaan pembangunan daerah perlu mendapat perhatian lebih. Rendahnya kualitas sumber daya manusia berimplikasi pada ketidakmampuan dalam pelaksanaan dan penyelesaian pembangunan oleh organisasi yang berwenang dan bertanggung jawab. Hal ini mengakibatkan kurang optimalnya proses-proses pembangunan bagi wilayah. Untuk itu, stimulan bagi lembaga maupun masyarakat perlu mendapat perhatian lebih, agar peningkatan kemampuan dan kinerja kelembagaan dapat terwujud.

6.3.2. Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

(28)

keberlanjutan pola pengelolaan Kecipta Karyaan, masih belum mencapai tingkat yang diharapkan karena masih terbatasnya kesempatan dan kemampuan.

6.3.3. Analisis Sumber Daya Manusia (Sdm) Bidang Cipta Karya

Permasalahan yang sering dihadapi antara lain terbatasnya jumlah aparatur, tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan dari aparatur/sumber daya manusia (SDM) yang menangani/mengelola Bidang PU Cipta Karya di Kabupaten Kotabaru. Peningkatan pendidikan formal para aparatur, kursus singkat, pelatihan dan lain-lain masih sangat dibutuhkan dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas sehingga kualitas SDM Bidang Cipta Karya semakin tahun semakin meningkat. Selain masih terbatasnya SDM Bidang Cipta Karya, prasarana dan sarana kerja juga masih terbatas seperti: ruang kerja, perangkat komputer, perangkat survey, kendaraan operasional dan lain-lain sehingga belum optimal dalam pelaksanaan kerja.

(29)

mendapat perhatian, agar peningkatan kemampuan dan kinerja dapat berjalan optimal.

6.4. Rencana Pengembangan Kelembagaan

6.4.1. Rencana Pengembangan Keorganisasian

Rencana peningkatan/penguatan organisasi yaitu dengan optimalisasi pelaksanaan fungsi organisasi, yang meliputi optimalisasi kewenangan, tugas dan tanggung jawab instansi yang terkait dengan penyelenggaraan pembangunan prasarana kota.

6.4.2. Rencana Pengembangan Tata Laksana

Rencana untuk meningkatkan tata laksana penyelenggaraan RPIJM adalah dengan pengusulan adanya kebutuhan akan pembentukan Peraturan Daerah baru untuk mendukung penyelenggaraan program pembangunan prasarana kota di Kabupaten Kotabaru.

6.4.3. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (Sdm)

Rencana peningkatan SDM adalah dengan mengusulkan adanya penambahan tenaga atau mengusulkan kebutuhan akan training. Sedangkan dalam hal peningkatan sarana dan prasarana kerja yaitu dengan penambahan kebutuhan akan prasarana dan peralatan dan berbagai jenis bimbingan teknis dan pelatihan, seperti:

1. Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis

2. Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara 3. Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III

4. Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan

5. Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL

6. Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat 7. Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

8. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan 9. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan

(30)

10. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat Bencana

11. Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara 12. Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai

13. Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai 14. Diklat Jabatan Fungsional.

Tabel. 6.3.

Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan No

1. Optimaliasi Pelaksanaan Fungsi Organinasi dan Kelembagaan Daerah dan pembangunan sarana prasarana daerah untuk manajemen aset dan monitoring & evaluasi infrastruktur

6. Peningkatan kemampuan

lembaga formal daerah melalui pelatihan dan pemberdayaan skill

Gambar

Tabel. 6.1.
Tabel. 6.2.
Tabel. 6.3. Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan

Referensi

Dokumen terkait

Viskositas adalah fluida yang memiliki gesekan internal yang besarnya tertentu, atau dapat dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang merupakan gesekan antara

Bila dilihat dari sumber pertumbuhan ekonomi NTB triwulan I-2015, Komponen Ekspor Luar Negeri yang didominasi oleh ekspor konsentrat tembaga menjadi sumber pertumbuhan

Bila secara perhitungan astronomis, rencana penyatuan zona waktu Indonesia tidak mempunyai implikasi yang serius terhadap perhitungan awal waktu salat, maka akan ada

Mengingat luasnya permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa Prancis maka masalah yang dapat dibatasi dalam penelitian ini adalah mengenai efektifitas metode kelompok

Begitu pula dengan karya yang akan dibuat, penulis berusaha menggambarkan ciri khasnya dengan menciptakan kreativitas dalam membuat karya seni grafis cetak

Prestasi belajar yang dicapai seorang murid tergantung dari tingkat potensinya (kemampuan) baik yang berupa bakat amaupun kecerdsan. Anak yang mempunyai potensi tinggi

Berdasarkan penelitian tersebut, maka pada penelitian ini dilakukan pembuatan biodiesel dari biji alpukat melalui proses transesterifikasi langsung dimana isolasi

tanya jawab akan materi yang diberikan 3. Mencatat materi yang diberikan 1. Memberi komentar atau menyimpulkan dari materi yang diajarkan 2. Prosedur Penilaian : Tehnik