• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Peran Ibu Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah (Di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec. Tekung Kab. Lumajang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan Peran Ibu Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah (Di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec. Tekung Kab. Lumajang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

ANAK USIA PRASEKOLAH

(Studi di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec.Tekung Kab.Lumajang)

Oleh :

VIRDA RIZKI PRIANTO NIM : 13.321.0230

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(2)

ii

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi S1 Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan

Cendekia Medika Jombang

VIRDA RIZKI PRIANTO 13.321.0230

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(3)

iii

Nama : Virda Rizki Prianto

NIM : 13.321.0230

Tempat, Tanggal Lahir : Lumajang, 24 Desember 1993

Institusi : Prodi S1 Keperawatan STIKes “ICME” Jombang

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Hubungan Peran Ibu Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah (Studi di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec. Tekung Kab. Lumajang) adalah bukan skripsi orang lain sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipkan yang telah disebutkan sumbernya. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sangsi Akademis.

Jombang, Juli 2017 Mahasiswa,

(4)

iv

Judul : Hubungan Peran Ibu Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah (studi di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec. Tekung Kab. Lumajang)

Nama Mahasiswa : Virda Rizki Prianto

NIM : 13.321.0230

TELAH DISETUJUI KOMISI PEMBIMBING PADA TANGGAL...

Inayatur Rosyidah.,S.Kep.Ns.,M.Kep Pembimbing Utama

Iva Milia HR.,S.Kep.Ns.,M.kep Pembimbing Anggota

Ketua STIKES ICME Jombang

H.Bambang Tutuko, SH., S.Kep.,Ns., MH

Ketua Program Studi S1 Keperawatan

(5)

v

Nama Mahasiswa : Virda Rizki Prianto

NIM : 13.321.0230

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul : Hubungan Peran Ibu Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah (Studi di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec. Tekung Kab. Lumajang)

Telah berhasil dipertahankan dan diuji dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1

Ilmu Keperawatan

Komisi dewan penguji,

Ketua Dewan Penguji : H. Bambang Tutuko S.H.,S.Kep.Ns.,M.H ( )

Penguji 1 : Inayatur Rosyidah.,S.Kep.Ns.,M.Kep ( )

Penguji 2 : Iva Milia HR.,S.Kep.Ns.,M.Kep ( )

(6)

vi

“Do the best, be good, then you will be the best”

“Lakukan yang terbaik, bersikaplah yang baik maka kau akan

(7)

vii

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, ku persembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang yang kusayangi. Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuan hambaNya, karena Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (Q.S. Al-Baqarah : 280).

Skripsi ini akan aku persembahkan kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

2. Keempat Ayah Ibuku yang telah memberikan motivasi baik berupa dukungan maupun materiil, serta memberikan doa yang tiada batasnya. 3. Kedua Adikku tersayang Virman Nur Alip Prianto dan M. Muharrom Ainur Roziqin yang sudah memberikan tawa dan keceriaan baik suka maupun duka.

4. Pendamping hidupku Muhammad Rois Assidiq yang telah memberikan semangat dan selalu menemaniku untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Serta teman-teman kuliahku di STIKES ICME Jombang

(8)

viii

Peneliti dilahirkan di Lumajang, 24 Desember 1993, peneliti merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak TOTOK SUPRIANTO dan Ibu SETIYOWATI

Pada tahun 2006 peneliti lulus dari SD KLAKAH 01, pada tahun 2009 peneliti lulus dari SMPN 2 KLAKAH, pada tahun 2012 peneliti lulus dari SMAN KLAKAH, Dan pada tahun 2013 peneliti lulus seleksi masuk STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang melalui jalur REGULAR. Peneliti memilih program studi S1 Keperawatan dari tiga pilihan program studi yang ada di STIKes “ICMe” Jombang.

Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar - benarnya.

Jombang, 2017

(9)

ix

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Peran Ibu Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah”(studi di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec. Tekung Kab. Lumajang) ini dengan sebaik-baiknya.

Dalam penyusunan Skripsi penelitian ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat H.Bambang Tutuko S.H.,S.Kep.Ns.,M.H selaku ketua STIKes ICME Jombang, Ibu Inayatur Rosyidah, S.Kep.Ns.,M.Kep. selaku ketua Kaprodi S1 Keperawatan, Ibu Inayatur Rosyidah, S.Kep.Ns.,M.Kep. selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan serta motivasi kepada penulis sehingga terselesaikannya Skripsi ini, Ibu Iva Milia HR., S.Kep.Ns.,M.Kep. selaku pembimbing anggota yang telah rela meluangkan waktu, tenaga serta pikirannya demi terselesaikannya Skripsi ini, Kepala Sekolah TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec. Tekung Kab.Lumajang yang telah memberikan ijin penelitian. Ke dua orang tua yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil selama menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang hingga terselesaikannya Skripsi ini, serta semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dorongan dan bantuannya dalam penyususnan Skripsi ini, dan teman – teman yang ikut serta memberikan saran dan kritik sehingga penelitian ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan Skripsi ini dan semoga Skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, Amin.

Jombang, Juli 2017

(10)

x

Usia Prasekolah

(Di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec. Tekung Kab. Lumajang)

Oleh : Virda Rizki Prianto

Perkembangan pada anak usia prasekolah bisa dikatakan sebagai golden year. Erat kaitannya dengan peran ibu dalam menstimulus setiap tahap perkembangan anaknya. Perkembangan anak pada usia tersebut harus selalu dipantau secara serius dari orang tua terutama ibu. Bila ada keterlambatan perkembangan pada anak tidak segera dilakukan pemeriksaan maka keterlambatan pada anak tersebut bisa menjadi sesuatu hal yang serius hingga anak tumbuh dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan peran ibu dengan perkembangan anak usia prasekolah di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec. Tekung Kab. Lumajang.

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian survey analitk dengan menggunakan pendekatan cross sectional, populasinya adalah ibu dan anak usia prasekolah di TK Dharma Wanita Wonogriyo sejumlah 70 orang dengan jumlah sampel 60 orang dengan menggunakan proporsional random sampling. Variabel independen adalah peran ibu dan variabel dependen perkembangan anak usia prasekolah. Alat ukur kueisioner dan observasi DDST dengan pengolahan data editing, coding, scoring, tabulating. Adapuan analisa data dengan menggunakan uji rank spearmen.

Hasil penelitian didapatkan bahwa hampir setengahnya peran ibu cukup sejumlah 25 orang (41,7%) dan peran ibu yang baik sejumlah 12 orang (20,0%) sedangkan peran ibu yang kurang sejumlah 22 orang (36,7%) terdapat peran ibu yang buruk 1 orang (1,7%). hampir seluruhnya perkembangan anak normal sejumlah 54 anak (90,0%), dan terdapat anak yang susspect sejumlah 5 orang (8,3%) pada 1 orang anak untestable (1,7%) dengan uji rank spearmen diperoleh nilai 0,004 < 0,005 artinya H0 ditolak H1 diterima.

Kesimpulan ada hubungan peran ibu dengan perkembangan anak usia prasekolah di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec. Tekung Kab. Lumajang.

(11)

xi

AGE PRASEKOLAH

(Study at kindergarten Wonogriyo Kec. Tekung Kab. Lumajang)

By

Virda Rizki Prianto

Growth at child of age prasekolah can be told as golden year. Hand in glove its bearing with the mother role in stimulus each;every its child growth phase. Child growth at the age have to is always watched seriously from parent especially mother. If there are any growth delay of child not is immediately a inspection hence delay of the child can become something serious matter till child grew up. This research aim to to analyse the relation of role mother with the growth of child of age prasekolah at Kindergarten Wonogriyo Kec. Tekung Kab. Lumajang.

Desain Research used is research of survey analitk by using approach of cross sectional, the population is mother and child of age prasekolah in Kindergarten Wonogriyo a number of 70 people with the amount sampel 60 people by using proporsional random sampling. Independent variable is role mother and variable dependen is growth the child age prasekolah. measuring instrument of Kueisioner and observation DDST data-processingly is editing, coding, scoring, tabulating. The analyse data by using test of rank spearman.

Result of research got by that almost semi mother role enough a number of 25 people ( 41,7%) and good mother role a number of 12 people ( 20,0%) while mother role which less a number of 22 people ( 36,7%) there are ugly mother role 1 people ( 1,7%). almost entirely normal child growth a number of 54 child (90,0%), and there are child which susspect [of] a number of 5 people ( 8,3%)1 people of child untestable ( 1,7%) with the test of rank spearmen

(12)

xii

2.4 Konsep Hubungan Peran Ibu Dengan Perkembangan Anak ... 26

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAN DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual... 28

3.2 Hipotesis Penelitian ... 29

4.5 Identifikasi Variabel ... 33

4.6 Definisi Operasional ... 34

4.7 Instrumen Penelitian ... 37

4.8 Metode Pengumpulan Data... 38

4.9 Pengolahan Data dan Analisa Data... 39

4.10 Etika Penelitian ... 44

4.11 Keterbatasan penelitian ... 44

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil penelitian ... 46

(13)

xiii

(14)

xiv

2.1 Pengukuran peran ... 26

4.1 Definisi Operasional... 38

5.1 Distribusi frekuensi usia ibu ... 46

5.2 Distribusi frekuensi usia anak ... 46

5.3 Distribusi frekuensi pendidikan ibu ... 46

5.4 Distribusi frekuensi pekerjaan ibu ... 47

5.5 Distribusi frekuensi jenis kelamin anak ... 47

5.6 Distribusi frekuensi peran ibu ... 48

5.7 Distribusi frekuensi perkembangan anak ... 48

(15)

xv

(16)

xvi

2. Lembar persetujuan menjadi responden 3. Kuesioner

4. Lembar DDST

5. Lembar uji validitas dan reliabilitas 6. Tabulasi data umum dan data khusus 7. Output SPSS

8. Tabel-r Product Moment 9. Jadwal kegiatan

10.Lembar pernyataan dari perpustakaan 11.Lembar surat studi pendahuluan dari BAK

12.Lembar balasan surat studi pendahuluan dari tempat penelitian 13.Lembar Konsultasi

(17)

xvii

% : Prosentase

P : Nilai yang didapat dalam % N : Jumlah Populasi

n : jumlah sampel S : Total Sampel > : lebih besar < : lebih kecil

(18)

xviii

STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ICMe : Insan Cendekia Medika

IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia

UNICEF : United Nations International Children’s Emergency Fund SDIDTK : Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang TK : Taman Kanak-kanak

DDST : Denver Development Screening Test PKK : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama SMA : Sekolah Menengah Atas PT : Perguruan Tinggi PNS : Pegawai Negeri Sipil SS : Sangat setuju

S : Setuju

RR : Ragu-ragu

(19)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan anak pada usia prasekolah sangat penting karena anak akan mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Apabila perkembangan tersebut mengalami masalah maka anak akan mengalami kesulitan dalam tahap belajar selanjutnya (Maulina, 2013). Secara garis besar, ranah perkembangan anak terdiri atas motorik kasar, motorik halus,bahasa / bicara, dan personal sosial /kemandirian. IDAI (2010) menyebutkan untuk mencapai keberhasilan pada masa tersebut, dibutuhkan peran pengasuh anak yaitu ibu. Jika peran tersebut dapat dimainkan dengan baik oleh ibu, maka pertumbuhan dan perkembangan anak dapat mencapai titik optimal (Maulina, 2013). Kenyataan pada saat ini banyak anak usia dibawah lima tahun (balita) mengalami gangguan perkembangan, speech delay salah satu gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak balita. Biasanya anak yang mengalami speech delay ia juga bermasalah pada gangguan pendengaranya. Saat ini banyak balita mengalami gangguan perkembangan motorik dan banyak anak yang mengalami kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara. Sebagian besar ibu menganggap permasalahan keterlambatan bicara merupakan hal sepele, sehingga yang awalnya hanya gangguan kecil menjadi gangguan yang sulit disembuhkan.

(20)

khususnya gangguan perkembangan motorik didapatkan (27,5%) atau 3 juta anak mengalami gangguan (UNICEF 2005 dalam Fauzia, 2015). Data nasional menurut Kementrian Kesehatan Indonesia bahwa pada tahun 2010, 11,5% anak balita di Indonesia mengalami kelainan pertumbuhan dan perkembangan. Cakupan SDIDTK anak balita di Jawa Timur pada tahun 2013 sebesar 70,34% yang masih dibawah target 83% (Dinkes prof jatim, 2013). Sedangkan cakupan SDIDTK balita dinas kesehatan Lumajang pada tahun (2014) sebesar 84,58% masih dibawah target sebesar 85% (Dinkes Lumajang (2014). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ayuba (2015) yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas, Limboto Barat, Kab. Gorontalo diperoleh dari 5 Anak teridentifikasi 3 anak dengan perkembangan dalam kategori yang meragukan dan 2 lainnya mempunyai perkembangn yang sesuai (normal). Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman orang tua atau keluarga dalam menstimulus perkembangan anak. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 08 April 2017 di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec.Tekung Kab.Lumajang dengan wawancara terhadap 10 ibu didapatkan 6 ibu (60%) yang kooperatif terhadap perkembangan anaknya, dan terdapat 4 ibu (40%) yang kurang kooperatif terhadap perkembangan anaknya.

(21)

fisik, mental, dan sosial. Terdapat empat faktor risiko yang mempengaruhi perkembangan anak-anak di negara berkembang yaitu malnutrisi kronis berat, stimulasi dini yang tidak adekuat, defi siensi yodium dan anemia defisiensi besi. Salah satu faktor resiko yang penting dan berhubungan dengan interaksi ibu dan anak adalah pemberian stimulasi dini (Hati, 2016). Karena pada masa ini anak akan meningkatkan kemampuan dalam berbagai hal. Pencapaian kemampuan ini akan membuat dirinya bangga. Hambatan atau kegagalan untuk hal tersebut mengakibatkan anak merasa rendah diri, sehingga pada masa dewasa akan mengalami hambatan dalam bersosialisasi (Hasneli, 2015).

Berbagai upaya yang diberikan kepada anak berupa rangsangan untuk tumbuh kembangnya terutama untuk otak. Pengoptimalan otak manusia dilakukan dengan diberikannya rangsangan sebanyak mungkin melalui semua alat indera yang ada. Dalam hal ini peran ibu sangat penting karena pada masa ini anak usia prasekolah dapat melakukan berbagai hal termasuk interaksi dan prestasi belajar untuk menghasilkan suatu karya berdasarkan kemampuan diri sendiri (Hasneli, 2015)

1.2Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan peran ibu terhadap perkembangan anak usia prasekolah di TK Dharma Wanita Wonogriyo kec.Tekung Kab.Lumajang?

(22)

Menganalisis hubungan peran ibu terhadap perkembangan anak usia prasekolah di TK Dharma Wanita Wonogriyo kec.Tekung Kab.Lumajang 2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi peran ibu di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec. Tekung Kab.Lumajang

b. Mengidentifikasi perkembangan anak usia prasekolah di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec.Tekung Kab.Lumajang

c. Menganalisis hubungan peran ibu dengan perkembangan anak usia prasekolah di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec.Tekung Kab.Lumajang.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dalam bidang kesehatan dan pendidikan dengan mendapatkan metode untuk meningkatkan kualitas peningkatan perkembangan anak usia prasekolah.

1.4.2 Praktis

1. Bagi responden (Ibu)

Dengan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi orang tua khususnya ibu mengenai pentingnya peran ibu terhadap perkembangan anak. 2. Tempat Penelitian (Guru TK Dharma Wanita)

(23)

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

(24)

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep perkembangan 2.1.1 Definisi perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses dari pematangan, dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku anak sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Supariasa, 2013 : 27).

Perkembangan adalah perubahan progresif dan kontinyu dalam diri individu atau organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya yang berlangsung sistematis, progresif dan berkesinambungan baik menyangkut fisik maupun psikis (Kusbiantoro, 2015)

Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan yaitu merupakan perubahan dan perluasan secara bertahap, perkembangan tahap kompleksitas dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan.

2.1.2 Tahap-tahap perkembangan

(25)

1. Tahap oral

Dalam tahap yang pertama, terjadi selama 18 bulan pertama kehidupan, dimana kesenangan bayi terpusat disekitar mulut, mengunyah, mengisap, dan menggigit adalah sumber kesenangan anak. Tindakan ini menurunkan ketegangan pada bayi.

2. Tahap anal

Tahap perkembangan yang kedua, terjadi antar umur 11/2 tahun dan 3 tahun, di mana kesenangan terbesar anak melibatkan anus atau fungsi pembuangan yang dihubungkan dengannya.

3. Tahap phalic

Tahap perkembangan yang ketiga, tahap phalic terjadi antara umur 3 hingga 6 tahun; namanya diambil dari bahasa latin phallus,yang artinya “penis”. Selama tahap phalic, kesenangan berfokus pada alat kelamin saat anak laki-laki dan perempuan menyadari bahwa manipulasi diri itu menyenagkan.

4. Tahap latency

(26)

5. Tahap genital

Tahapan yang kelima dan yang terakhir, terjadi mulai dari masa puber dan seterusnya. Tahap genital adalah saat kebangkitan seksual ; sumber kesenangan seksual sekarang didapat dari seseorang di luar keluarga. Freud percaya bahwa konflik yang tidak terpecahkan dengan orang tua muncul selam masa remaja. Jika konflik tersebut dapat terpecahkan, seseorang mampu mengembangkan hubungan cinta yang matang dan mampu bertindak secara mandiri sebagai orang dewas.

Dengan ini menyimpulkan bahwa manusia mengalami lima tahap perkembangan, dan bahwa disetiap tahap kita mengalami kesenangan di salah satu bagian tubuh lebih daripada bagian tubuh yang lain. Kepribadian dewasa kita ditentukan oleh cara kita menyelesaikan konflikantara sumber kesenangan awal ini mulut, anus, kelamin, dan tuntutan kenyataan (Santrock, 2007:45)

2.1.3 Aspek perkembangan

1. Motorik kasar (gross motor)

Keterampilan motorik kasar melibatkan otot-otot besar tubuh dan mencakup fungsi-funsi lokomotor seperti duduk tegak, berjalan, menendang, dan melempar bola (Upton, 2012 : 61)

2. Motorik halus (fine motor Skills)

(27)

3. Bahasa anak (lenguage)

Sementara anak tumbuh dan berkembang, produk bahasa mereka meningkat dalam kuantitas, keluasan dan kerumitannya. Mempelajari perkembangan bahasa biasanya ditunjukkan dalam rangkaian dan percepatan perkembangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa sejak usia bayi dan dalam kehidupan selanjutnya.

Dalam pembicaraan perkembangan (Mustofa, 2016 : 16) bahasa terdapat 3 butir yang perlu dibicarakan, yaitu :

Pertama, ada perbedaan bahasa dan kemampuan berbicara. Bahasa biasanya dipahami sebagai sistem tata bahasa yang rumit dan bersifat semantik, sedangkan kemampuan bicara terdiri dari ungkapan dalam bentuk kata-kata. Walaupun bahasa dan kemampuan berbicara sangat dekat hubungannya, keduanya berbeda.

Kedua, terdapat dua daerah pertumbuhan bahasa yaitu bahasa yang bersifat pengertian/ reseptif (Understanding) dan pernyataan/ ekspresif (Producing). Bahasa pengertian (misalnya mendengarkan dan membaca)menunjukkan kemapuan anak untuk memahami dan berlaku terhadap komunikasi yang ditunjukkan kepada anak tersebut. Bahasa ekspresif (bicara dan tulisan) menunjukkan ciptaan bahasa yang dikomunikasikan kepada orang lain.

(28)

4. Perilaku sosial (personal social)

Tingkah laku sosialisasi adalah sesuatu yang dipelajari, bukan sekedar hasil dari kematangan. Perkembangan sosial seorang anak diperoleh selain dari proses kematangan juga melalui kesempatan belajar dari respons terhadap tingkah laku anak. Diharapkan melalui kegiatan dikelas, anak praskeolah dapat dikembangkan minat dan sikap terhadap orang lain. Tatanan sosial yang sehat akan mampu mengembangkan perkembangan konsep dan yang positif, keterampilan sosial dan kesiapan untuk belajar secara formal. Diantara berbagai ragam kegiatan dikelas ini, bermain merupakan kegiatan yang sangat mendukung perkembangan anak (Mustofa, 2016 : 20)

2.1.4 Faktor-faktor perkembangan

Menurut Hidayat (2009 : 49-50) Proses Percepatan dan Perlambatan Tumbuh kembang anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1. Faktor Herediter

(29)

2. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan pranatal, lingkungan postnatal, dan faktor hormonal. Faktor pranatal merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, posisi janin, pengunaan obat-obatan , alkohol atau kebiasaan merokok. Faktor lingkungan pasca lahir yang mempengaruhi tumbuh kembang anak meliputi budaya lingkungan, sosial ekonomi, keluarga. nutrisi, posisi anak dalam keluarga dan status kesehatan.

3. Faktor hormonal

Faktor yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain. somatotrofin (growth Hormon) yang berperan alam mempengaruhi

pertumbuhan tinggi badan, dengan menstimulasi terjadinya poliferasi sel kartigo dan system skeletal. Hormon tiroid menstimulasi metabolisme tubuh, glukokartikoid menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk memproduksi testosteron dan ovarium untuk memproduksi esterogen selanjutnya hormone tersebut menstimulasi perkembangan seks baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya (Hidayat, 2009 : 50). 2.1.5 DDST (Denver Development Screening Test )

(30)

menunjukkan validitas yang baik. Dari beberapa pelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat mengidentifikasikan 85 - 100% bayi dan anak prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada follow up selanjutnya ternyata 89% dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan disekolah 5 - 6 tahun kemudian (Werdiningsih,2012).

1. Aspek perkembangan yang dinilai dalam DDST menurut Rusana (2017) yaitu:

1) Personal sosial

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

2) Motorik halus

Aspek yang berhubungan dengankemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil,tetapi memerlukan koordinasi yang cermat

3) Bahasa

Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan

4) Motorik kasar

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh 2. Prosedur DDST terdiri dari dua tahap menurut Rofiq ( 2017 ) yaitu :

(31)

2) 9 – 12 bulan 3) 18 – 24 bulan 4) 3 tahun 5) 4 tahun 6) 5 tahun 7) 6 tahun

2) Dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap

3. Cara pemeriksaan DDST :

1) Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk 1 bulan dan 12 bulan untuk 1 tahun

2) Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan kebawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan keatas

3) Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST.

4) Setelah itu dihitung pada masing- masing sekor berapa yang P dan berapa yang F.

4. Klasifikasi dalam DDST terbagi menjadi 4 yaitu : 1) Abnormal

(32)

b. Bila dalam satu sektor atau lebih didapatkan dua atau lebih keterlambatan plus satu sektor atau lebih dengan satu keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia

c. Akibat pada gangguan ini autis, gangguan belajar, ganguan komunikasi, gangguan tingkah laku, kecemasan dan depresi. 2) Meragukan

a. Bila pada satu sektor didapatkan dua keterlambatan atau lebih b. Bila pada satu sektor atau lebih didaptkan satu keterlambatan

dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia

3) Tidak dapat dites

Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.

4) Normal

Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas. 2.1.6 Pengukuran perkembangan

Pada pengukuran perkembangan dari nilai DDST dapat diinterpretasikan : 1. Advanced

(33)

2. Ok

Melewati, gagal, atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia antara persentil ke-25 dan ke-75

3. Caution

Gagal atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia kronologis di atas atau diantara persentil ke-75 dan ke-90

4. Delay

Gagal pada suatu pokok secara menyeluruh ke arah kiri garis usia kronologis, penolakan ke kiri garis usia juga dapat dianggap sebagi kelambatan, karena alasan untuk menolak mungkin adalah ketidak mampuan untuk melakukan tugas tertentu.

2.1.7 Langkah mengambil kesimpulan 1. Normal

1) Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution. 2) Lakukan ulang pada kontrol berikutnya.

2. Suspect / di duga

1) Bila didapatkan ≥ 2 caution dan / atau ≥ 1 keterlambatan

2) Lakukan uji ulang dalam 1 – 2 minggu untuk menghilangkan faktor sesaat seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan.

3. Untestable / tidak dapat diuji

1) Bila ada skor menolak pada ≥ 1 uji coba terletak disebelah kiri garis umur atau menolak pada > 1 uji coba yang tembus garis umur pada daerah 75 – 90%.

(34)

2.2 Konsep Anak prasekolah

Yang dimaksud dengan anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun. Mereka biasanya mengikuti program prasekolah dan kinderganten. Sedangkan di Indonesia, umumnya mereka mengikuti program Tempat Penitipan Anak (3 tahun – 5 tahun) dan kelompok bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program Taman Kanak-Kanak. Menurut teori Erik Erikson yang membicarakan perkembangan kepribadian seseorang dengan titik berat pada perkembangan psikososial tahapan 0-1 tahun, berada tahapan oral sensorik dengan krisis ernosi antara trust versus mistrust, tahapan 3-6 tahun, mereka berada dalam tahapan dengan krisis autonomy

versus shame and doubt (2-3 tahun), initiative versus guilt (4-5 tahun) dan tahap usia 6-11 tahun mengalami krisis industry versus inferiority. Dari teori Piaget yang membicarakan perkembangan kognitif, perkembangan dari tahapan sensorimotor (0-2 tahun), dan operasional (27 tahun), operasional konkret (7-12 tahun), dan operasional formal (12-15 tahun), maka perkembangan kognitif anak masa prasekolah berada pada tahap praoperasional (Mustofa, 2016 : 1)

2.2.1 Ciri tahapan perkembangan anak prasekolah

Mustofa (2016), membagi empat ciri tahapan perkembangan anak prasekolah yaitu :

1. Perkembangan jasmani

(35)

anak prasekolah telah tampak otot-otot tubuh yang berkembang dan memungkinkan bagi mreka melakukan berbagai keterampilan.

2. Perkembangan kognitif

Kognitif seringkali diartikan sebagai kecerdasan atau berpikir. Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi merupakan tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Perkembangan kognitif menunjukkan perkembangan dari cara anak berpikir. Kemampuan anak untuk mengkoordinasi berbagai cara berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah dapat dipergunakan sebagai tolak ukur pertumbuhan kecerdasan.

3. Perkembangan bahasa

Dalam membicarakan perkembangan bahasa terdapat tiga butir yang perlu dibicarakan, yaitu :

1) Ada perbedaan antara bahasa dan kemampuan berbicara. Bahasa biasanya dipahami sebagai sistem tata bahasa yang rumit dan bersifat semantik. Sedangkan kemampuan bicara terdiri dari ungkapan dalam bentuk kata-kata.

(36)

Bahasa ekspresif (bicara dan tulisan) menunjukkan ciptaan bahasa yang dikomunikasikan kepada orang lain.

3) Komunikasi diri atu bicara dalam hati, juga harus dibahas. Anak akan berbicara dengan dirinya sendiri apabila berkhayal, pada saat merencanakan menyelesaikan masalah, dan menyerasikan gerakan mereka.

4. Perkembangan emosi dan sosial

Perkembangan emosi berhubungan dengan seluruh aspek perkembangan anak. Dalam periode prasekolah, anak ditunut untuk mampu menyesuaikan diri dengan berbagai orang dari berbagai tatanan, yaitu keluarga, sekolah dan teman sebaya. Perkembangan sosial biasanya dimaksudkan sbagai perkembangan tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku di dalam masyarakat di mana anak berada.

Masalah sosial dan emosional yang sering muncul pada anak usia prasekolah antara lain adalah :

1) Rasa cemas yang berkepanjangan atau takut yang tidak sesuai dengan kenyataan

2) Kecenderungan depresi, permulaan dari sikap apatis dan menghindar dari orang-orang di lingkungannya.

3) Sikap yang bermusuhan terhadap anak dan orang lain 4) Gangguan tidur, gelisah, mengigau, mimpi buruk.

(37)

2.2.2 Ciri anak prasekolah

Snowman (2013) dalam Mustofa (2016 : 22), mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah (3-6 tahun) yang biasanya ada di TK. Ciri-ciri-ciri yang dikemukakan meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak.

1. Ciri fisik

1) Anak prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki penguasaan terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri. Berikan kesempatan kepada anak untuk lari, memanjat, dan melompat. Usahakan kegiatan-kegiatan tersebut di atas sebanyak mungkin sesuai dengan kebutuhan anak dan selalu di bawah pengawasan.

2) Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup. Seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan anak.

3) Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit seperti, mengikat tali sepatu.

(38)

5) Walaupun tubuh anak ini lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak. Hendaknya berhati-hati bila anak berkelahi dengan temannya, sebaiknya dilerai. Sebaiknya dijelaskan kepada anak-anak mengenai bahayanya.

6) Walaupun anak lelaki lebih besar, dan anak perempuan terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik anak lelaki apabila ia tidak tampil. Jauhkan dari sikap membandingkan lelaki perempuan, juga dalam kompetisi keterampilan seperti apa yang tersebut di atas.

2.3 Konsep peran 2.3.1 Definisi peran

Peran merupakan aspek dinamis dari status (kedudukan). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan status yang dimilikinya, maka dapat dikatakan telah menjalankan peranannya. Maka peranan yang merupakan bentuk tingkah laku yang diharapkan dari orang yang memiliki kedudukan atau status (fahrizal, 2011)

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksudkan dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat sebagai suami, istri, anak, orangtua, dan sebagainya (Maulina, 2013).

(39)

perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Menurut Abu Ahmadi (1982) peran adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi sosialnya.

Menurut Komarrudin (1994), yang dimaksud peranan adalah sebagai berikut:

1. Bagian dari tugas utama yang yang harus dilaksanakan seseorang 2. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status. 3. Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok prenata.

4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada padanya.

5. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa peran adalah tugas yang diemban seseorang dalam menjalankan kewajiban dari tugasnya tersebut. Peranan erat kaitannya dengan hubungan sebab akibat, karena apabila tugas berjalan baik maka hasil yang akan didapatkan juga baik. 2.3.2 Definisi ibu dan perannya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional, 2003), “Ibu” berarti wanita yang telah melahirkan seorang anak.

(40)

(Sofyan, 2006). Ibu adalah pendidikan pertama dan yang paling utama bagi anak, karena ibu lah yang telah mengalirkan air susunya kedalam darah dan daging anak. Ibu merupakan sosok yang paling berpengaruh pada pendidikan, kesehatan, jiwa dan badan bagi seluruh anggota keluarga, khususnya anak-anak.

Ibu berperan sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga sehingga ibu harus menyadari untuk mengasuh anak secara baik dan sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Peran ibu sangat penting dalam kehidupan buah hatinya di saat anaknya masih bayi hingga dewasa, bahkan sampai anak yang sudah dilepas tanggung jawabnya atau menikah dengan orang lain seorang ibu tetap berperan dalam kehidupan anaknya.(Zulkifli, 2009)

Peraran ibu dalam keluarga adalah sebagai berikut: 1. Pemberi aman dan sumber kasih sayang. 2. Tempat mencurahkan isi hati.

3. Pengatur kehidupan rumah tangga. 4. Pembimbing kehidupan rumah tangga. 5. Pendidik segi emosional.

6. Penyimpan tradisi.

(41)

sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya

Menurut Effendy (2009) peran ibu meliputi :

1. Mengurus rumah tangga. Dalam hal ini di dalam keluarga ibu sebagai pengurus rumah tangga. Kegiatan yang biasa ibu lakukan seperti memasak, menyapu, mencuci, dll

2. Sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosial.

3. Karena secara khusus kebutuhan efektif dan sosial tidak dipenuhi oleh ayah. Maka berkembang suatu hubungan persahabatan antara ibu dan anak-anak. Ibu jauh lebih bersifat tradisional terhadap pengasuh anak (misalnya dengan suatu penekanan yang lebih besar pada kehormatan, kepatuhan, kebersihan dan disiplin).

4. Sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Di dalam masyarakat ibu bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya dalam rangka mewujudkan hubungan yang harmonis melalui acara kegitan-kegiatan seperti arisan, PKK dan pengajian.

5. Ibu Sebagai Pembimbing Anak

(42)

2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi peran ibu

Faktor-faktor yang mempengaruhi wanita dalam pencapaian peran adalah sebagai berikut (Mercer, 2010) :

1. Faktor Ibu

1) Ukur ibu pada saat melahirkan

2) Persepsi ibu pada saat melahirkan pertama kali 3) Dukungan sosial

4) Status kesehatan ibu 5) Sifat pribadi

6) Memisahkan ibu dari anak nya secepatnya 2. Faktor Bayi

1) Temperament 2) Kesehatan bayi 3. Faktor Lain

a. Status perkawinan b. Status ekonomi 2.3.4 Pengukuran peran ibu

Pada penelitian ini untuk pengukuran diukur dengan Skala Likert (Sugiyono, 2013).

Tabel 3.2 Penilaian peran

Macam Pertanyaan SS S RR TS STS

Favorabel 5 4 3 2 1

(43)

Keterangan:

SS : Sangat setuju. TS : Tidak setuju

S : Setuju. STS : Sangat tidak setuju. RR : Tidak dapat menentukan/

Ragu-ragu

Selanjutnya jawaban pertanyaan tersebut diolah sebagai berikut: Membuat tabel distribusi frekuensi kategori respons, memindahkan nilai koding sesuai jawaban responden diubah menjadi skor T. Skor T merupakan skor standart yang digunakan dalam skala model Likert. Rumus pengubahan skor total responden (dari keseluruhan pertanyaan) pada skala peran menjadi skor T digunakan rumus:

Hasil pengolahan data diatas diinterprestasikan dengan menggunakan kriteria T ≥ mean T responden diartikan positif (favorabel), sedangkan T < mean T responden diartikan negatif (tidak favorabel)

(44)

2.4Konsep Hubungan Peran Ibu dengan Perkembangan Anak

Pemberian stimulasi akan efektif apabila memperhatikan kebutuhan anak sesuai tahapan perkembangannya terutama apabila dilakukan pada periode kritis (golden period) yakni pada usia kehamilan Trimester III hingga dua tahun pertama kehidupan anak atau yang dikenal dengan 1000 hari pertama kehidupan. Salah satu perkembangan anak yang penting untuk dipantau pada periode ini adalah perkembangan motorik karena banyak kinerja kognitif yang berakar pada keberhasilan perkembangan motorik. Gabungan antara interaksi ibu dan anak yang positif, latihan fisik dan stimulasi dini akan meningkatkan perkembangan motorik anak (Lestari, 2016).

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses dari pematangan, dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku anak sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Supariasa, 2013 : 27).

(45)
(46)

28 BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan kerangka hubungan antara konsep-konsep yang akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan. Karena konsep tidak dapat langsung diamati maka konsep dapat diukur melalui variabel (Riyanto, 2011 : 65)

Keterangan :

: Yang diteliti

: Yang tidak diteliti

: Penghubung

Gambar 3.1 Kerangka konseptual hubungan peran ibu dengan perkembangan anak usia prasekolah Peran ibu :

1. Pemberi aman dan sumber kasih sayang.

2. Tempat mencurahkan isi hati. 3. Pengatur kehidupan rumah

(47)

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel (Notoatmodjo, 2012 : 84)

H1 : Ada hubungan peran ibu dengan perkembangan anak usia prasekolah di

(48)

30 BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain penelitian

Setiap penelitian pasti memiliki jenis penelitian. Begitu juga dengan penelitian ini, jenis penelitian ini menggunakan penelitian survey analitik dimana peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan peran ibu dengan perkembangan anak usia prasekolah di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec.Tekung Kab.Lumajang.

Survey analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor resiko dengan faktor efek (Notoatmodjo, 2012 : 37).

Adapun rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dimana data yang menyangkut variable bebas atau risiko dan variable terikat atau variable akibat, akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variable subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2012 : 38).

4.2 Waktu dan tempat penelitian 4.2.1 Waktu

(49)

31 4.2.2 Tempat penelitian

Tempat penelitian dilakukan di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec.Tekung Kab.Lumajang

4.3 Populasi, sampel, sampling 4.3.1 Populasi

Definisi populasi menurut Riyanto (2011) dalam bukunya Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan sebagai berikut :

Populasi merupakan subjek (manusia, binatang percobaan, data lanoratorium, dll) yang akan diteliti dan memenuhi karakteristik yang ditentukan.

Adapun dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh ibu dan anak usia prasekolah (3 – 6 tahun) di TK Wonogriyo kelas A dan Kelas B sejumlah 70 orang.

4.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili atau representatif populasi. Sampel sebaiknya memenuhi kriteria yang dikehendakai, sampel yang dikehendaki merupakan bagian dari populasi terget yang akan diteliti secara langsung (Riyanto, 2011 : 90). Besar sampel dalam penelitian ini di tentukan dengan rumus Slovin.

(50)

N = Jumlah Populasi

d = Tingkat Signifikan (p = 0,05) (Nursalam, 2013)

2

Tehnik sampling adalah tehnik pengambilan sampel dari populasi dalam penelitian. (Riyanto, 2011 : 92)

(51)

4.4 Jalannya penelitian (kerangka kerja)

Kerangka kerja adalah pentahapan atau langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah yang dilakukan dalam melakukan penelitian (kegiatan sejak awal- akhir penelitian) (Nursalam, 2013)

Gambar 4.1 Frame work penelitian hubungan peran ibu dengan perkembangan anak usia prasekolah di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec.Tekung Kab. Lumajang

4.5 Identifikasi variabel

Disini akan dijelaskan pengertian dari variabel, yaitu sebagai berikut : Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu Populasi: Seluruh ibu dan anak kelas A dan B usia prasekolah (3 – 6 tahun) di TK

Wonogriyo Kec. Tekung Kab. Lumajangsebanyak 70 orang

Sampel : Seluruh ibu dan anak kelas A dan B usia prasekolah (3 – 6 tahun) di TK Wonogriyo Kec. Klakah Kab. Lumajang sebanyak 60 orang

Analisa data: uji rank spearmen

Penarikan simpulan Sampling : proporsional random sampling

(52)

kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2012 : 103)

Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat) dimana variabel tersebut adalah :

1. Variabel Independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain, artinya apabila variabel independen berubah maka akan mengakibatkan perubahan variabel lain. Nama lain variabel ini adalah variabel bebas, risiko, predictor, kausa (Riyanto, 2011 : 71). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah peran ibu.

2. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain, artinya variabel dependen berubah akibat perubahan pada variabel bebas. Nama lain variabel dependen adalah variabel terikat, efek, hasil, outcame, respon, atau event (Riyanto, 2011 : 72). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah status perkembangan anak usia prasekolah.

4.6 Definisi operasional

Definisi operasional merupakan devinisi variabel-variabel yang akan diteliti secara operasional di lapangan. Definisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran dan pengamatan terhadap variabel yang diteliti serta untuk pengembangan instrumen. (Riyanto, 2011 : 82)

(53)

secara cermat terhadap hubungan peran ibu dengan perkembangan anak usia prasekolah di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec.Tekung Kab.Lumajang.

(54)

Tabel 4.1 Tabel definisi operasional variabel peran ibu dengan perkembangan anak usia prasekolah (3 – 6 tahun)

Variabel Devinisi

operasional Parameter Alat ukur

Skala

data Skor dan kategori

(55)

- Untestable /

Instrumen penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiono, 2011). Dalam penelitian ini, variabel independen menggunakan metode/instrumen alat pengumpulan data dengan kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti yang terdiri dari berbagai pernyataan dengan bentuk check list, yaitu sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda check () pada kolom yang tersedia.

Kuisioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden (dalam hal angket) tinggal memberikan jawaban dengan menberikan tanda-tanda tertentu. (Notoadmodjo, 2012 : 152).

Observasi merupakan suatu prosedur yang terencana meliputi melihat dan mencatat jumlah dan aktifitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang kita teliti (Riyanto, 2011 : 127).

(56)

1. Uji validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan korelasi pearson product moment, yaitu menggunakan analisa butir (item) yakni mengkorelasikan skor tiap butir pertanyaan dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir pertanyaan (Notoatmodjo, 2012). Rumusnya dengan bantuan program aplikasi SPSS 16.0

2. Uji reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejau mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2012)

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus alpha cronbach dengan bantuan SPSS 16.0.

4.8 Metode pengumpulan data

Dalam pengumpulan data terdapat tahap – tahap pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

4.8.1 Persiapan

1. Mengurus surat ijin untuk melakukan penelitian yang ditanda tangani oleh kepala prodi S1 Keperawatan

2.Memberikan surat dari kepala kaprodi S1 Keperawatan ke Kepala Sekolah TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec. Tekung Kabupaten Lumajang

(57)

4. Menentukan sasaran atau populasi 5. Menentukan jumlah sampel

6. Menyusun item-item dalam bentuk pertanyaan (kuesioner) 4.8.2 Pelaksanaan penelitian

1.Menjelaskan tujuan penelitian kepada responden 2.Melakukan informed consent kepada responden

3.Membagi kuesioner, setelah lembar kuesioner diisi oleh responden, kemudian dikumpulkan dan diteliti oleh peneliti. Apabila terdapat ketidaklengkapan data maka saat itu pula ditanyakan kembali pada responden

Pengolahan data atau analisis data Penyusunan laporan

4.9 Pengolahaan dan analisa data 4.9.1 Pengolahan data

1. Editing

Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau ternyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan (droup out) (Notoatmodjo, 2012 : 174)

2. coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng “kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk

(58)

1. Data umum Kode responden

Responden 1 : R1

Responden 2 : R2, dst

Kode umur ibu

< 20 tahun : 1

20-29 tahun : 2

30-39 tahun : 3

40-49 tahun : 4

> 50 tahun : 5

Kode Umur Anak

3 Tahun : 1

4 Tahun : 2

5 Tahun : 3

6 Tahun : 4

Kode tingkat pendidikan ibu

SD : 1

SMP/ Sederajat : 2

SMA/ Sederajat : 3

PT : 4

Kode pekerjaan ibu

Buruh tani : 1

Ibu rumah tangga : 2

(59)

PNS : 4

Lainnya : 5

Jenis Kelamin Anak

Laki-laki : 1

Perempuan : 2

2. Data khusus Peran ibu

Sangat Baik : 1

Baik : 2

Cukup : 3

Kurang : 4

Buruk : 5

Perkembangan anak

Normal : 1

Suspect / di duga : 2

Untestable / tidak dapat diuji : 3

3. Scoring

Scoring yaitu memberikan nilai berupa angka pada jawaban pertanyaan tiap kuesioner,

(60)

2) untuk variabel dependen diberikan skor Advanced : kurang dari 25%, Ok : 25% - 75%, Caution : 75% - 90%, Delay : gagal secara menyeluruh

4. Tabulating

Tabulasi yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2012 : 176). Kemudian dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi. Pada peran ibu, masing-masing jawaban responden dimasukkan dalam tabel tabulasi untuk mengetahui jumlah ibu yang berperan sangat baik, baik, cukup, kurang, buruk sedangkan perkembangan untuk mengetahui perkembangan abnormal, meragukan, tidak dapat dites, normal.

4.9.2 Analisa data

1. Analisa univariate

Univariate adalah analisa yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012 : 182)

1) Pengukuran peran ibu menggunakan kuesioner sejumlah 12 pernyataan dengan kategori peran ibu :

(61)

2) Kategori perkembangan menggunakan DDST : Advanced : < dari 25%

Ok : 25% - 75%

Caution : 75% - 90%

Delay : gagal secara menyeluruh

Hasil presentase dari pengolahan di atas kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan skala sebagai berikut :

100% : Seluruhnya

76% - 99% : Hampir seluruhnya 51% - 75% : Sebagian besar

50% : Setengahnya

26% - 49% : Hampir setengahnya 1% - 25% : Sebagian kecil

0% : Tidak satupun

2. Analisa bivariate

(62)

4.10Etika Penelitian

1. Lembar Perstujuan (Informed Consent)

Inform consent adalah suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapat informasi (Tohari, 2014). Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang bertujuan agar subjek mengetahui maksud dan tujuan penelitian, serta dampak yang di teliti selama pengumpulan data. Jika subjek bersedia di teliti, maka harus menandatangani lembar persetujuan, jika subjek menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap menghormati.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Anonimity merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan

dengan cara tidak memberikan nama responden pada lembar alat ukur, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data (Maku, 2014).

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan merupakan etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya (Maku, 2014)

4.11Ketrbatasan Penelitian 4.11.1 Responden

1. Keterbatasan waktu

(63)

ditempat penelitian akan diadakan acara perpisahan dihari esoknya, jika penelitian lebih lama 1 sampai 2 hari tentu akan memperoleh hasil yang lebih baik.

2. Responden kurang kooperatif

Waktu membagikan kuesioner ada beberapa responden yang kurang kooperatif, dikarenakan anaknya yang rewel pada saat penelitian cuaca begitu panas, dan anak-anak sudah lelah setelah melakukan gladi bersih perpisahan. Hal ini membuat hasil peneliti kurang maksimal. 4.11.2 Peneliti

1. Keterbatasan waktu dan biaya

2. Suasana tempat penelitian yang yang kurang kondusif mengakibatkan proses penelitian memerlukan waktu cukup lama dari jam 09.00 WIB hingga 13.30 WIB dan mengakibatkan anak-anak sudah banyak yang lelah dan rewel.

(64)

46 BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan tentang hasil penelitian yang dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu data umum dan data khusus. Data umum terdiri dari : usia ibu, usia anak, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jenis kelamin anak. Sedangkan data khusus terdiri dari : hubungan peran ibu dengan perkembangan anak usia prasekolah.

5.1 Hasil penelitian

5.1.1 Gambaran lokasi penelitian

(65)

5.1.2 Data umum

1. Karakteristik responden berdasarkan usia ibu

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia ibu di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec. Tekung Kab. Lumajang.

No Usia ibu (tahun) Frekuensi Prosentase (%)

1 < 20 8 13,3

2 20-29 32 53,3

3 30-39 18 30,0

4 40-49 2 3,3

Jumlah 60 100

Sumber : Data Primer tahun 2017

Pada tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar ibu berusia 20-29 tahun sejumlah 32 orang (53,3%).

2. Karakteristik responden berdasarkan usia anak

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia anak di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec. Tekung Kab. Lumajang.

No Usia anak Frekuensi Prosentase (%)

1 4 8 13,3

2 5 29 48,3

3 6 23 38,3

Jumlah 60 100

Sumber : Data Primer tahun 2017

Pada tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa hampir setengahnya anak berusia 5 tahun sejumlah 29 orang (48,3%).

3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan ibu

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan ibu di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec. Tekung Kab. Lumajang.

No Pendidikan ibu Frekuensi Prosentase (%)

1 SD 2 3,3

2 SMP 15 25,0

3 SMA 43 71,7

4 PT 0 0

Jumlah 60 100

(66)

Pada tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan ibu SMA sejumlah 43 orang (71,7%).

4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ibu

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan ibu di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec. Tekung Kab. Lumajang.

No Pekerjaan ibu Frekuensi Prosentase (%)

1 Buruh tani 21 35,0

Sumber : Data Primer tahun 2017

Pada tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga sejumlah 37 orang (61,7%). 5. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin anak

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin anak di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec. Tekung Kab. Lumajang.

No Jenis kelamin anak Frekuensi Prosentase (%)

1 Laki-laki 38 63,3

2 perempuan 22 36,7

Jumlah 60 100

Sumber : Data Primer tahun 2017

(67)

5.1.3 Data khusus 1. Peran ibu

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan peran ibu di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec. Tekung Kab. Lumajang.

No Peran ibu Frekuensi Prosentase (%)

Sumber : Data Primer tahun 2017

Pada tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa hampir setengahnya peran ibu cukup sejumlah 25 orang (41,7%).

2. Perkembangan anak usia prasekolah

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perkembangan anak di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec. Tekung Kab. Lumajang.

No Perkembangan

anak Frekuensi Prosentase (%)

1 Normal 54 90,0

2 Suspect 5 8,3

3 Untestable 1 1,7

Jumlah 60 100

Sumber : Data Primer tahun 2017

(68)

3. Tabulasi silang peran keterlibatan ayah dengan status gizi

Sumber : Data primer tahun 2017

Berdasarkan tabel 5.8 di atas dari 54 anak yang perkembangannya normal, ada 12 anak dengan ibu yang berperan baik, dan 25 anak dengan ibu berperan cukup, 16 anak dengan ibu berperan kurang dan 1 anak dengan ibu yang berperan buruk.

5.2 Pembahasan 5.2.1 Peran ibu

Peran ibu berdasarkan penelitian yang dilakukan di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec. Tekung Kab. Lumajang didapatkan bahwa hampir setengahnya peran ibu cukup baik sejumlah 25 orang (41,7%).

(69)

mungkin itu sangatlah penting bagi kehidupan anak-anaknya pada waktu dewasa nanti. Ibu juga berperan dalam hal pemberian aman dan sumber kasih sayang bagi anak-anaknya, terkadang ibu lebih memilih membiarkan anak mereka bermain didalam rumah saja itu karena alasan mereka takut anaknya akan bermain ketempat yang ramai kendaraan atau bermain agak jauh dari rumah mereka. Pada saat anak sakit terkadang ibu begitu panik, ada sebagian ibu yang langsung membawa anknya berobat di fasilitas kesehatan ada juga ibu yang membawa anknya berobat di alternatif saja seperti dukun bayi atau habib. Ibu adalah sebagai orang yang sangat penting dalam rumah tangga, Ibu yang merawat anak-anaknya, menyediakan makanan untuk anggota keluarganya dan terkadang bekerja untuk menambah pendapatan keluarga. Peran Ibu adalah tingkah laku yang dilakukan seorang ibu terhadap keluarganya untuk merawat suami dan anak-anaknya. Peran ibu adalah seorang yang mempunyai peran mendidik, mengasuh atau merawat dan memberikan kasih sayang, dan diharapkan dapat ditiru oleh anaknya (werdiningsih, 2012).

Pada tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar ibu berusia 29 tahun sejumlah 32 orang (53,3%). Responden dengan usia 20-29 tahun merupakan responden yang kurang berperan dalam menstimulus perkembangan anak sehingga menyebabkan perkembangan anak kurang optimal.

(70)

diucapkan peneliti. Sehingga, anak dapat menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh peneliti, mereka juga tidak merasa takut untuk menjawab.

Pada tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan ibu SMA sejumlah 43 orang (71,7%). Dimana pendidikan sangat menentukan pengetahuan seseorang tentang peran ibu, sehingga informasi yang disampaikan akan cepat dimengerti oleh responden. Akan tetapi bagi yang berpendidikan dasar akan sulit memahami materi yang diberikan.

Pada tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga sejumlah 37 orang (61,7%). Menurut peneliti ibu rumah tangga lebih banyak memiliki waktu dengan anaknya dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Oleh karena itu ibu rumah tangga berperan lebih baik dalam perkembangan anak.

Pada tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar anak berjenis kelamin laki-laki sejumlah 38 anak (63,3%). Menurut peneliti jenis kelamin tidak mempengaruhi perkembangan anak, akan tetapi terdapat anak laki-laki yang perkembangannya kurang optimal dibandingkan anak perempuan.

5.2.2 Perkembangan anak usia prasekolah

Pada tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa hampir seluruhnya perkembangan anak normal sejumlah 54 anak (90,0%)

(71)

mampu berdiri 1 kaki dalam 6 detik, melompat dengan satu kaki, melempar bola, menendang bola kedepan. Pada motorik halus anak juga mampu menggambar orang 6 bagian, memilih garis yang lebih panjang. Bahasa anak juga mampu mengartikan 7 kata, menyebutkan 4 warna. Pada personal sosial anak juga mampu mengambil makanan, menggosok gigi tanpa bantuan, bermain ular tangga/kartu, berpakaian tanpa bantuan, dan juga menyebutkan nama temannya. Dari serangkaian tugas DDST yang telah diberikan oleh peneliti anak sudah mampu melaksanakannya walaupun masih ada salah satu dari anak-anak tersebut yang masih belum bisa menyelesaikan tugasnya.

Perkembangan adalah perubahan progresif dan kontinyu dalam diri individu atau organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya yang berlangsung sistematis, progresif dan berkesinambungan baik menyangkut fisik maupun psikis (Kusbiantoro, 2015)

5.2.3 Hubungan peran ibu dengan perkembangan anak usia prasekolah

Hasil pengujian menunjukkan nilai spearman rho untuk mengetahui adanya hubungan peran ibu dengan perkembangan anak usia prasekolah yaitu dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0.004 yang lebih kecil dari alpha 0.05 maka H0 di tolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara peran ibu dengan perkembangan anak usia prasekolah.

(72)

Salah satu perkembangan anak yang penting untuk dipantau pada periode ini adalah perkembangan motorik karena banyak kinerja kognitif yang berakar pada keberhasilan perkembangan motorik. Gabungan antara interaksi ibu dan anak yang positif, latihan fisik dan stimulasi dini akan meningkatkan perkembangan motorik anak.

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses dari pematangan, dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku anak sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Supariasa, 2013 : 27).

Menurut peneliti, perkembangan pada anak sangat bergantung pada peran ibu. Ibu adalah pendidik awal bagi seorang anak sehingga peran ibu sangat dibutuhkan bagi tahap perkembangan anak. Seperti pada ibu yang sibuk dengan pekerjaan dirumah setiap harinya atau ibu yang sibuk bekerja menyebabkan anak kekurangan kasih sayang dan perhatian. Oleh karena itu peran ibu sangatlah penting dalam perkembangan anak.

(73)
(74)

56 BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan

Dari penelitian hubungan peran ibu dengan perkembangan anak usia prasekolah di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec. Tekung Kab. Lumajang dapat disimpulkan sebagai berikut :

6.1.1 Peran ibu di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec. Tekung Kab. Lumajang hampir setengahnya peran ibu cukup baik.

6.1.2 Perkembangan anak usia prasekolah di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec.Tekung Kab. Lumajang hampir seluruhnya perkembangan anak normal.

6.1.3 Ada hubungan peran ibu dengan perkembangan anak usia prasekolah di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec. Tekung Kab. Lumajang.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi responden (Ibu)

Bagi ibu diharapkan dapat lebih aktif lagi memantau setiap tahap perkembangan anak-anaknya, bahwasannya bila terjadi keterlambatan pada anak segera diketahui dan segera memeriksakan anak kepada petugas kesehatan.

6.2.2 Bagi Tempat Penelitian (Guru TK Dharma Wanita)

(75)

tambahan tentang perkembangan anak dan melakukan deteksi tumbuh kembang secara berkala atau rutin agar bila terdapat anak didiknya yang mengalami keterlambatan pada tahap perkembangannya dapat segera melaporkan kepada orangtuanya dan memberikan pengarahan kepada orangtua langkah apa yang akan diambil agar keterlambatan anak segera ditangani.

6.2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya

(76)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ayuba, V. (2015). Pendahuluan.www.eprints.ung.ac.id. diakses pada tanggal 1 april 2017 jam 13.00

Dinkes, Lumajang.(2014). Profil Kesehatan Kabupaten Lumajang. dinkes.lumajangkab.go.id. diakses pada tanggal 1 April 2017 Jam 13.00 WIB

Dinkes, Provinsi Jatim. (2013). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur. www.depkes.go.id. diakses pada tanggal 1 April 2017 Jam 13.10 WIB Fahrizal, S. (2011). Tinjauan pustaka. www.digilib.unila.ac.id. Diakses pada

tanggal 3 Mei 2017 jam 14.00 WIB

Effendy. (2009). Dasar-dasar Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC

Fauzia, N, O. (2015). Hubungan tari kupu-kupu denga perkembangan anak usia prasekolah (4-6) tahun: karya tulis Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Hasneli,Y., Herlina., Irmilia, E. (2015). Hubungan peran orangtua terhadap perkembangan psikososial anakusia sekolah: Jurnal keperwatan, Vol 2 no 1. Universitas Riau

Indraswari, L. (2012). Peningkatan perkembangan motorik halus anak usi dini : Jurnal PAUD Vol.1, no.1

Kusbiantoro, D. (2015). Pertumbuhan dan perkembangan anak usia prasekolah : Jurnal STIKES Muhammadiyah Lamongan Vol.1, no.1

Lestari, P., Hati, S. (2016). Pengaruh pemberian stimulasi pada perkembangan anak usia 12-36 bulan. Jurnal Ners dan kebidanan

Maku, A., R. (2014) . Metodologi penelitian. www.eprints.ung.ac.id. Diakses pada tanggal 3 Mei 2017 Jam 17.20 WIB

(77)

Mustofa, B. (2016). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Pra Sekolah : Yogyakarta. Penerbit Parama Ilmu

Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Puspitasari, E., Kurniawati, R, D., Sukesi, N. (2014). Manajemen Penatalaksanaan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak: Jurnal. Stikes Widya Husada Semarang

Riyanto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Rusana, 2017. http://www.google.co.id/amp/s/rofiqahmad Perkembangan menurut denver II diakses pada tanggal 14 April 2017 jam 16.00 WIB

Santrock, W, J. (2007). perkembangan anak : Jakarta. Penerbit Erlangga jilid 1 Supariasa, N, D, I., Bakri, B., Fajar, I. (2013). Penilaian Status Gizi : Penerbit

Buku Kedokteran EGC

Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta

Tohari, Hamim. (2014). Tinjauan Pustaka. www.eprints.undip.ac.id. Diakses pada tanggal 3 Mei 2017 Jam 16.30 WIB

Upton, P. (2012). psikologi perkembangan : Jakarta. Penerbit Erlangga

Werdiningsih, A., (2012). Peran ibu dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak terhadap perkambangan anak usia prasekolah: Jurnal Keperawatan. STIKES RS Baptis Kediri

Gambar

Tabel 3.2 Penilaian peran
Gambar 3.1 Kerangka konseptual hubungan peran ibu dengan perkembangan anak usia prasekolah
Gambar 4.1 Frame work penelitian hubungan peran ibu dengan perkembangan anak usia prasekolah di TK Dharma Wanita Wonogriyo Kec.Tekung Kab
Tabel 4.1 Tabel
+5

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini sedang mengadakan penelitian dengan Judul: “ Pengaruh Penyuluhan Metode Ceramah Dengan Kemampuan Ibu Dalam Mencegah Miliaria Pada Balita (di wilayah kerja BPM

Berdasarkan Tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 44 responden anak usia 36-42 bulan didapatkan nilai signifikansi (nilai p) sebesar 0,005 Nilai ᵖ = 0,005 &lt; 0,05

Manfaat Endorphin Massage antara lain, membantu dalam relaksasi dan menurunkan kesadaran nyeri dengan meningkatkan aliran darah ke area yang sakit, merangsang

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang faktor lain yang dapat mempengaruhi sikap ibu hamil