TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep perkembangan .1 Definisi perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses dari pematangan, dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku anak sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Supariasa, 2013 : 27).
Perkembangan adalah perubahan progresif dan kontinyu dalam diri individu atau organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya yang berlangsung sistematis, progresif dan berkesinambungan baik menyangkut fisik maupun psikis (Kusbiantoro, 2015)
Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan yaitu merupakan perubahan dan perluasan secara bertahap, perkembangan tahap kompleksitas dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan.
2.1.2 Tahap-tahap perkembangan
Santrock, 2007 dalam bukunya membagi tahapan perkembangan menjadi lima yaitu :
1. Tahap oral
Dalam tahap yang pertama, terjadi selama 18 bulan pertama kehidupan, dimana kesenangan bayi terpusat disekitar mulut, mengunyah, mengisap, dan menggigit adalah sumber kesenangan anak. Tindakan ini menurunkan ketegangan pada bayi.
2. Tahap anal
Tahap perkembangan yang kedua, terjadi antar umur 11/2 tahun dan 3 tahun, di mana kesenangan terbesar anak melibatkan anus atau fungsi pembuangan yang dihubungkan dengannya.
3. Tahap phalic
Tahap perkembangan yang ketiga, tahap phalic terjadi antara umur 3 hingga 6 tahun; namanya diambil dari bahasa latin phallus,yang artinya “penis”. Selama tahap phalic, kesenangan berfokus pada alat kelamin saat anak laki-laki dan perempuan menyadari bahwa manipulasi diri itu menyenagkan.
4. Tahap latency
Tahap perkembangan yang keempat, yang terjadi sekitar usia 6 tahun hingga masa puber. Selama periode ini anak menekan seluruh minat seksual dan mengembangkan keterampilan sosial dan intelektual, aktifitas ini mengarahkan banyak energi anak ke dalam bidang yang aman secara emosional dan membantu anak melupakan konflik tahap phalic yang sangat menekan.
5. Tahap genital
Tahapan yang kelima dan yang terakhir, terjadi mulai dari masa puber dan seterusnya. Tahap genital adalah saat kebangkitan seksual ; sumber kesenangan seksual sekarang didapat dari seseorang di luar keluarga. Freud percaya bahwa konflik yang tidak terpecahkan dengan orang tua muncul selam masa remaja. Jika konflik tersebut dapat terpecahkan, seseorang mampu mengembangkan hubungan cinta yang matang dan mampu bertindak secara mandiri sebagai orang dewas.
Dengan ini menyimpulkan bahwa manusia mengalami lima tahap perkembangan, dan bahwa disetiap tahap kita mengalami kesenangan di salah satu bagian tubuh lebih daripada bagian tubuh yang lain. Kepribadian dewasa kita ditentukan oleh cara kita menyelesaikan konflikantara sumber kesenangan awal ini mulut, anus, kelamin, dan tuntutan kenyataan (Santrock, 2007:45)
2.1.3 Aspek perkembangan
1. Motorik kasar (gross motor)
Keterampilan motorik kasar melibatkan otot-otot besar tubuh dan mencakup fungsi-funsi lokomotor seperti duduk tegak, berjalan, menendang, dan melempar bola (Upton, 2012 : 61)
2. Motorik halus (fine motor Skills)
Keterampilan-keterampilan motorik halus ((fine motor Skills) melibatkan otot kecil yang memungkinkan fungsi-fungsi seperti menggenggam, dan memanipulasi objek-objek kecil,seperti menulis, menggambar, dan mengenakan pakaian (Upton, 2012 : 63)
3. Bahasa anak (lenguage)
Sementara anak tumbuh dan berkembang, produk bahasa mereka meningkat dalam kuantitas, keluasan dan kerumitannya. Mempelajari perkembangan bahasa biasanya ditunjukkan dalam rangkaian dan percepatan perkembangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa sejak usia bayi dan dalam kehidupan selanjutnya.
Dalam pembicaraan perkembangan (Mustofa, 2016 : 16) bahasa terdapat 3 butir yang perlu dibicarakan, yaitu :
Pertama, ada perbedaan bahasa dan kemampuan berbicara. Bahasa biasanya dipahami sebagai sistem tata bahasa yang rumit dan bersifat semantik, sedangkan kemampuan bicara terdiri dari ungkapan dalam bentuk kata-kata. Walaupun bahasa dan kemampuan berbicara sangat dekat hubungannya, keduanya berbeda.
Kedua, terdapat dua daerah pertumbuhan bahasa yaitu bahasa yang bersifat pengertian/ reseptif (Understanding) dan pernyataan/ ekspresif (Producing). Bahasa pengertian (misalnya mendengarkan dan membaca)menunjukkan kemapuan anak untuk memahami dan berlaku terhadap komunikasi yang ditunjukkan kepada anak tersebut. Bahasa ekspresif (bicara dan tulisan) menunjukkan ciptaan bahasa yang dikomunikasikan kepada orang lain.
Ketiga, komunikasi diri atau bicara dalam hati, juga harus dibahas. Anak akan berbicara dengan dirinya sendiri apabila berkhayal, pada saat merencanakan menyelesaikan masalah, dan menyerasikan gerakan mereka.
4. Perilaku sosial (personal social)
Tingkah laku sosialisasi adalah sesuatu yang dipelajari, bukan sekedar hasil dari kematangan. Perkembangan sosial seorang anak diperoleh selain dari proses kematangan juga melalui kesempatan belajar dari respons terhadap tingkah laku anak. Diharapkan melalui kegiatan dikelas, anak praskeolah dapat dikembangkan minat dan sikap terhadap orang lain. Tatanan sosial yang sehat akan mampu mengembangkan perkembangan konsep dan yang positif, keterampilan sosial dan kesiapan untuk belajar secara formal. Diantara berbagai ragam kegiatan dikelas ini, bermain merupakan kegiatan yang sangat mendukung perkembangan anak (Mustofa, 2016 : 20)
2.1.4 Faktor-faktor perkembangan
Menurut Hidayat (2009 : 49-50) Proses Percepatan dan Perlambatan Tumbuh kembang anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1. Faktor Herediter
Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang. Yang termasuk faktor herediter adalah bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas dan kecepatan alam pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhaap rangsangan, umur puberitas, dan berhentinya pertumbuhan tulang.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan pranatal, lingkungan postnatal, dan faktor hormonal. Faktor pranatal merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, posisi janin, pengunaan obat-obatan , alkohol atau kebiasaan merokok. Faktor lingkungan pasca lahir yang mempengaruhi tumbuh kembang anak meliputi budaya lingkungan, sosial ekonomi, keluarga. nutrisi, posisi anak dalam keluarga dan status kesehatan.
3. Faktor hormonal
Faktor yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain. somatotrofin (growth Hormon) yang berperan alam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, dengan menstimulasi terjadinya poliferasi sel kartigo dan system skeletal. Hormon tiroid menstimulasi metabolisme tubuh, glukokartikoid menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk memproduksi testosteron dan ovarium untuk memproduksi esterogen selanjutnya hormone tersebut menstimulasi perkembangan seks baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya (Hidayat, 2009 : 50). 2.1.5 DDST (Denver Development Screening Test )
DDST adalah salah satu dari metode screening terhadap kelainan perkembangan anak, test ini bukanlah test diagnosa atau test IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode screening yang baik. Test ini mudah dan cepat (15 – 20 menit), dapat diandalkan dan
menunjukkan validitas yang baik. Dari beberapa pelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat mengidentifikasikan 85 - 100% bayi dan anak prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada follow up selanjutnya ternyata 89% dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan disekolah 5 - 6 tahun kemudian (Werdiningsih,2012).
1. Aspek perkembangan yang dinilai dalam DDST menurut Rusana (2017) yaitu:
1) Personal sosial
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
2) Motorik halus
Aspek yang berhubungan dengankemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil,tetapi memerlukan koordinasi yang cermat
3) Bahasa
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan
4) Motorik kasar
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh 2. Prosedur DDST terdiri dari dua tahap menurut Rofiq ( 2017 ) yaitu :
1) Secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia 1) 3 – 6 bulan
2) 9 – 12 bulan 3) 18 – 24 bulan 4) 3 tahun 5) 4 tahun 6) 5 tahun 7) 6 tahun
2) Dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap
3. Cara pemeriksaan DDST :
1) Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk 1 bulan dan 12 bulan untuk 1 tahun
2) Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan kebawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan keatas
3) Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST.
4) Setelah itu dihitung pada masing- masing sekor berapa yang P dan berapa yang F.
4. Klasifikasi dalam DDST terbagi menjadi 4 yaitu : 1) Abnormal
a. Bila didapatkan dua atau lebih keterlambatan, pada dua sektor atau lebih
b. Bila dalam satu sektor atau lebih didapatkan dua atau lebih keterlambatan plus satu sektor atau lebih dengan satu keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia
c. Akibat pada gangguan ini autis, gangguan belajar, ganguan komunikasi, gangguan tingkah laku, kecemasan dan depresi. 2) Meragukan
a. Bila pada satu sektor didapatkan dua keterlambatan atau lebih b. Bila pada satu sektor atau lebih didaptkan satu keterlambatan
dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia
3) Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.
4) Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas. 2.1.6 Pengukuran perkembangan
Pada pengukuran perkembangan dari nilai DDST dapat diinterpretasikan : 1. Advanced
Melewati pokok secara lengkap ke kanan garis usia kronologis (dilewati pada kurang dari 25% anak pada usia lebih besar dari anak tersebut).
2. Ok
Melewati, gagal, atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia antara persentil ke-25 dan ke-75
3. Caution
Gagal atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia kronologis di atas atau diantara persentil ke-75 dan ke-90
4. Delay
Gagal pada suatu pokok secara menyeluruh ke arah kiri garis usia kronologis, penolakan ke kiri garis usia juga dapat dianggap sebagi kelambatan, karena alasan untuk menolak mungkin adalah ketidak mampuan untuk melakukan tugas tertentu.
2.1.7 Langkah mengambil kesimpulan 1. Normal
1) Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution. 2) Lakukan ulang pada kontrol berikutnya.
2. Suspect / di duga
1) Bila didapatkan ≥ 2 caution dan / atau ≥ 1 keterlambatan
2) Lakukan uji ulang dalam 1 – 2 minggu untuk menghilangkan faktor sesaat seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan.
3. Untestable / tidak dapat diuji
1) Bila ada skor menolak pada ≥ 1 uji coba terletak disebelah kiri garis umur atau menolak pada > 1 uji coba yang tembus garis umur pada daerah 75 – 90%.