• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Semarang provinsi Jawa Tengah. Keempat rumah sakit. Kusuma. Di setiap rumah sakit secara bergantian peneliti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Semarang provinsi Jawa Tengah. Keempat rumah sakit. Kusuma. Di setiap rumah sakit secara bergantian peneliti"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

A. Orientasi Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di empat rumah sakit di Semarang provinsi Jawa Tengah. Keempat rumah sakit tersebut ialah Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto dan Citarum, Rumah Sakit Umum Pusat Kariadi, dan Rumah Sakit Bersalin Kusuma. Di setiap rumah sakit secara bergantian peneliti melakukan penelitian terhadap klien sesuai dengan kriteria klien yang peneliti harapkan. Kemudian, kuesioner diisi oleh responden sendiri dan ada yang dibantu oleh peneliti, tetapi hanya sebatas menuliskan jawabannya di lembar kuesioner.

Lokasi penelitian yang pertama dilakukan oleh peneliti pertama kali di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum di Jalan Citarum nomor 98 − Semarang. Penelitian ini dimulai pada tanggal 22 Februari − 7 Maret 2012. Penelitian dilakukan di ruangan Bougenville yaitu ruangan khusus ibu-ibu pasca melahirkan baik secara normal ataupun patologis, masalah reproduksi pada laki-laki atau wanita dewasa, serta ada pula ruangan VIP yang dapat digunakan untuk masa pemulihan klien dengan penyakit-penyakit tertentu. Di ruangan ini peneliti melihat perawat dan bidan bekerja sama untuk merawat klien.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV

(2)

Jadwal piket perawat dan bidan yang jaga pagi, siang dan malam tetap sama. Jaga pagi dimulai pukul 07.00-14.00 WIB, jaga siang dimulai pukul 14.00-21.00 WIB, jaga malam dimulai pukul 21.00-07.00 WIB. Setiap pergantian jadwal piket baik perawat atau bidan melakukan operan. Operan dilakukan pada pukul 07.00 WIB, 14.00 WIB, dan 21.00 WIB. Operan wajib diikuti oleh seluruh petugas yang jaga pada shift tersebut agar mengetahui perubahan yang terjadi pada klien dan melaksanakan setiap advis dokter dengan benar.

Di rumah sakit Panti Wilasa Citarum sudah memiliki Standart Operating Procedure (SOP) untuk ibu pasca operasi seksio sesarea. Tertuang dalam SOP No. dok 02 SPO 32 tertanggal 2 Jan 2008 yaitu membantu pasien dalam latihan aktif. Standart Operating Procedure (SOP) tersebut berisi intervensi-intervesi dalam melatih pasien untuk duduk, berdiri, berjalan dan kembali ke tempat tidur sesuai kemampuan. Dari intervensi-intervensi diatas para bidan dan perawat disana juga menggunakan intervensi di luar SOP, seperti mengelola nyeri pasca operasi dan mengajarkan teknik relaksasi.

Peneliti juga memiliki alasan tertentu dalam memilih RS.Panti Wilasa Citarum sebagai lokasi penelitian, yaitu sebagai berikut :

(3)

4. Jumlah populasi dan sampel dari RS. Citarum mampu memenuhi syarat penelitian bagi peneliti selama ± 1 bulan.

Penelitian kedua dilakukan di Rumah Sakit Pusat Kariadi di jalan Dr. Sutomo No.16-Semarang. Penelitian ini dimulai pada tanggal 28 Februari − 8 Maret 2012.Penelitian dilakukan di ruang kebidanan kelas III yaitu ruangan khusus ibu-ibu pasca melahirkan dengan seksio sesarea. Di rumah sakit umum pusat Kariadi menerima peraturan dari pemerintah yaitu memiliki JAMPERSAL (Jaminan Persalinan), ASKES, dan JAMSOSTEK. JAMPERSAL merupakan suatu bantuan yang diberikan bagi masyarakat yang kurang mampu, dimana seluruh biaya persalinan ditanggung oleh pemerintah. ASKES merupakan bantuan biaya pengobatan untuk pegawai negeri. Sedangkan JAMSOSTEK adalah bantuan biaya pengobatan yang ditanggung oleh instansi ataupun perusahan-perusahan swasta.

3. Peneliti merasa lokasi penelitian di RS.Citarum ini mudah di jangkau dari tempat tinggal sementara peneliti.

2. RS. Panti Wilasa Citarum bersedia menjadi tempat pelaksanaan penelitian.

1. Peneliti mengambil latar belakang penelitian dari Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum dan Dr.Cipto.

(4)

2. Realimentasi setelah timbul peristaltik usus

Selain itu, peneliti juga memiliki alasan tertentu dalam memilih RSUP. Kariadi sebagai lokasi penelitian, yaitu :

1. Mobilisasi dini setelah keadaan memungkinkan 3. Mobilisasi duduk dan berjalan setelah 24 jam.

Sedangkan untuk SOP perawatan pasca bedah dengan anastesi umum berisi tentang intervensi-intervensi sebagai berikut :

2. Bila 6 jam tidak mual dan muntah-muntah boleh minum sedikit demi sedikit

1. Mobilisasi setelah 24 jam

Di ruangan ini peneliti dapat berkolaborasi dengan bidan maka Standart Operating Procedure (SOP) yang digunakan pun dari profesi kebidanan. Akan tetapi, kelebihannya di Rumah Sakit Umum Kariadi sudah menetapkan suatu kebijakan Perawatan Pasca Seksio Sesarea. Tertanggal 6 Januari 2005 dengan No. Dok OT.00.01 14.09 No. Rev.ke-2 Hal VI. Isi dari kebijakan tersebut memasukkan tentang perawatan pasca bedah dengan anastesi spinal dan perawatan pasca bedah dengan anastesi umum. SOP perawatan pasca bedah dengan anastesi spinal ini pun berisi tentang intervensi-intervensi yaitu sebagai berikut :

(5)

4. Jumlah populasi dan sampel dari RSUP. Kariadi mampu memenuhi syarat penelitian bagi peneliti selama ± 1 bulan.

Rumah Sakit Bersalin Kusuma merupakan lokasi penelitian ketiga. Rumah Sakit Bersalin Kusuma beralamat di jalan Bugangan Raya No.5, Semarang. Peneliti mendapatkan izin untuk melakukan penelitian RSB. Kusuma tertanggal 2 Maret - 2 April 2012. Peneliti diberikan kewenangan untuk melakukan penelitian di RSB. Kusuma sebatas di ruang Lilin, Lita dan Cahya yang masing-masing merupakan ruang kelas II dan III. Di RS. Kusuma peneliti dapat bekerja sama dengan perawat dan bidan.

Selama peneliti melakukan penelitian di Rumah Sakit ini peneliti melihat bahwa RSB. Kusuma belum memuat tentang mobilisasi dini dalam Standart Operating Procedure (SOP) mereka. Namun, rumah sakit ini sudah memiliki Standart 3. Peneliti merasa lokasi penelitian RSUP. Kariadi mudah

dijangkau oleh peneliti. pelaksanaan penelitian.

2. Rumah Sakit Umum Pusat Kariadi bersedia menjadi tempat 1. Rumah Sakit Umum Pusat Kariadi menerima JAMPERSAL,

ASKES dan JAMSOSTEK bagi masyarakat yang membutuhkan bantuan biaya pengobatan selama di rumah sakit.

(6)

2. Rumah Sakit Bersalin Kusuma bersedia menjadi tempat pelaksanaan penelitian.

1. RSB. Kusuma merupakan rumah sakit bersalin sehingga ibu pasca seksio sesarea dapat dijadikan responden.

4. Memberikan sirkulasi sensorik dan motorik. Dari beberapa intervensi diatas ada juga yang menggunakan intervensi seperti latihan nafas panjang dan latihan miring kanan-kiri.

Selain untuk SOP, rumah sakit juga memiliki peraturan yang sama seperti ketiga rumah sakit lainnya yaitu memulangkan klien pada hari ketiga setelah pasca operasi. Selain itu, jam berkunjung bagi keluarga hanya pada pukul 09.30-11.00 WIB pada pagi hari dan 17.00-20.00 WIB pada sore hari. Adapun alasan peneliti memilih Rumah Sakit Bersalin Kusuma sebagai lokasi penelitian, yaitu :

3. Mempertahankan kenyamanan pasien 2. Mempertahankan posisi tubuh yang tepat 1. Mempertahankan kelancaran sirkulasi darah

Operating Procedure (SOP) pada ibu pasca operasi sesarea untuk melakukan tirah baring yang tertuang dalam YAN.KEP/MKG/089 yaitu melakukan tirah baring dan memiringkan pasien, intervensi-intervensinya yaitu sebagai berikut :

(7)

3. Peneliti merasa lokasi penelitian di RSB. Kusuma lokasinya berdekatan dengan rumah sakit sebelumnya (± 400 m dari RS. Dr.Cipto).

4. Jumlah populasi dan sampel dari RSB. Kusuma mampu memenuhi syarat penelitian bagi peneliti selama ± 1 bulan.

Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto merupakan lokasi penelitian terakhir yang dilakukan oleh peneliti. Rumah sakit ini berlokasi di Jalan Dr. Cipto nomor 50 – Semarang. menerima penelitian ini tertanggal 28 Februari 2012 dan peneliti baru bisa melengkapi persyaratan untuk administrasi pada tanggal 2 Maret 2012. Peneliti diberikan kewenangan untuk meneliti di ruang Helsa yaitu ruangan bagi masa nifas. Di ruang Helsa ini hanya terdapat 1 ruang VIP dan 2 ruang kelas II. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit yang pernah menjadi tempat praktik klinik peneliti, sehingga peneliti mendapatkan latarbelakang penelitian berdasarkan fenomena yang ada di rumah sakit ini dan RS. Panti Wilasa Citarum.

Diruangan ini peneliti dapat bekerjasama dengan perawat dan bidan. Peneliti melakukan pengecekan terhadap intervensi dan Standart Operating Procedure (SOP) tentang mobilisasi dini ibu pasca seksio sesarea ternyata belum ada. Namun yang ada hanya intervensi secara lisan yang disampaikan saat visit dokter atau menyibin, intervensi tersebut

(8)

4. Jumlah populasi dan sampel dari RS.Cipto mampu memenuhi syarat penelitian bagi peneliti selama ± 1 bulan. 3. Peneliti merasa lokasi penelitian di RS.Cipto ini mudah di

jangkau dari tempat tinggal sementara peneliti.

2. RS. Panti Wilasa Dr. Cipto bersedia menjadi tempat pelaksanaan penelitian.

1. Peneliti mengambil latar belakang penelitian dari Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum dan Dr.Cipto.

seperti lebih dari 6-8 jam boleh menekuk lutut, lalu miring kanan dan kiri. Lalu, setelah 24 jam ibu pasca operasi sesarea diperbolehkan duduk, berdiri dan berjalan pelan. Selain itu, mobilisasi dini hanya masih berupa PENKES. Di rumah sakit ini pun jam besuk tetap dibatasi yaitu jam pagi keluarga dapat menjenguk pukul 10.00 – 12.00 WIB, pukul 17.00 – 19.00 WIB untuk jam besuk sore, serta anak-anak kurang dari 12 tahun dilarang untuk masuk ke ruangan.

Adapun alasan peneliti memilih Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto sebagai lokasi penelitian adalah :

(9)

B. Persiapan Penelitian 1. Penyusunan Alat Ukur

a. Angket Dukungan Sosial Keluarga Besar (Extended family)

Alat ukur yang digunakan dalan penelitian ini adalah skala dukungan sosial keluarga besar (Extended family) ini disusun oleh penulis berdasarkan 4 aspek dukungan menurut House (Winnububst dkk.,1988; Sarafino, 1990) yang dikutip oleh Smet (1994), yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informatif.

Untuk skala dukungan sosial keluarga besar (Extended family) peneliti menggunakan skala Likert yang hanya terdiri dari pernyataan favorable yang berjumlah 26 item, dimana setiap item memiliki 4 alternatif jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Hal ini bertujuan agar subjek dapat dengan mudah memberikan jawaban yang sesuai dengan kondisinya. Bagi pernyataan yang bersifat favorable, subjek memperoleh nilai 4 untuk jawaban sangat setuju (SS), nilai 3 untuk jawaban setuju (S), nilai 2 untuk jawaban tidak setuju (TS), dan 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS).

(10)

Tabel 1.1

Sebaran Item Skala Dukungan Sosial Keluarga Besar (Extended family) di

Empat Rumah Sakit di Semarang  Jawa Tengah Pada Tahun 2012 Aspek Indikator Sebaran

Item

Jumlah

Favorable

Dukungan Emosional a. Empati 4,5 6 

b. Kepedulian 2,6 c. Perhatian 1,3

Dukungan Penghargaan a. Ungkapan hormat 7,9 8

b. Dorongan maju 8,10 c. Persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu 11,13 d. Perbandingan positif orang itu dengan orang lain.

12,14

Dukungan Instrumental a. Bantuan langsung 15,17 6

b. Pinjaman uang 16,19

c. Menolong dengan pekerjaan

18,20

Dukungan Informatif a. Nasehat 21,23 6

b. Petunjuk-petunjuk 22,25

c. Saran-saran 24,26

b. Angket Mobilisasi Dini Ibu Pasca Seksio Sesarea

Untuk skala mobilisasi dini ibu pasca seksio sesarea, peneliti menggunakan skala Likert yang hanya terdiri dari

(11)

Skala penilaian untuk mobilisasi dini ibu pasca seksio sesarea peneliti menggunakan skala Likert yang terdiri dari pernyataan favorable, dimana setiap item memiliki 4 alternatif jawaban yaitu sangat sering (SS), sering (S), kadang-kadang (KK), dan tidak pernah (TP). Hal ini bertujuan agar subjek dapat dengan mudah memberikan jawaban yang sesuai dengan kondisinya. Bagi pernyataan yang bersifat favorable, subjek memperoleh nilai 4 untuk jawaban sangat setuju (SS), nilai 3 untuk jawaban setuju (S), nilai 2 untuk jawaban kadang-kadang (KK), dan 1 untuk jawaban tidak pernah (TP).

pernyataan favorable dimana setiap item memiliki 4 alternatif jawaban yaitu sangat sering (SS), sering (S), kadang-kadang (KK), dan tidak pernah (TP). Hal ini bertujuan agar subjek dapat dengan mudah memberikan jawaban yang sesuai dengan kondisinya. Bagi pernyataan yang bersifat favorable, subjek memperoleh nilai 4 untuk jawaban sangat setuju (SS), nilai 3 untuk jawaban setuju (S), nilai 2 untuk jawaban kadang-kadang (KK), dan 1 untuk jawaban tidak pernah (TP).

(12)

Tabel 1.2

Sebaran Item Skala Mobilisasi Dini Ibu Pasca Operasi Seksio Sesarea di Empat Rumah Sakit di Semarang  Jawa Tengah Pada Tahun 2012

Aspek Indikator Sebaran

Item Total Item 1. Membentuk Lingkaran dan meregangkan telapak kaki. 2. Bernapas dalam-dalam 3. Duduk tegak 4. Bangkit dari tempat tidur 5. Berjalan 6. Berdiri dan meraih

a. Memutar ibu jari kaki dari arah satu ke arah sebaliknya.

b. Menarik jari-jari kaki ke atas (ke arah betis) dan ke bawah (ke arah telapak kaki).

a. Berbaring sambil menekukkan kaki, menempatkan kedua tangan di atas dada saat akan menarik dan menghembuskan nafas.

b. Menempatkan kedua tangan di atas tulang rusuk dan merasakan paru-paru mengembang saat bernafas, lalu menghembuskannya seperti sebelumnya.

c. Bernapas lebih dalam sehingga mencapai perut.

a. Menekukkan lutut dan menggulingkan tubuh termasuk juga lutut, dimiringkan ke samping. Kemudian, mulai

memutarkan kepala dan menggunakan kedua tangan untuk membantu ke posisi duduk.

b. Memulai untuk memindahkan berat tubuh ke tangan dan meletakkan pinggul ke tempat tidur. Lalu, meluruskan tulang punggung dan melemaskan bahu, sambil bernapas dalam posisi tersebut selama beberapa kali.

a. Menggerakkan kaki pelan-pelan untuk turun dari tempat tidur.

b. Mencoba mengangkat bagian atas tubuh saat duduk dan mencoba meluruskan kaki-kaki untuk mencapai posisi berdiri tegak.

a. Melakukan langkah-langkah kecil. a. Berdiri setegak mungkin

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2 3 2 2 1 2

(13)

7. Batuk 8. Menarik perut 9. Menarik perut saat menyusui 10. Menekuk pelvis 11. Meluncurkan kaki. 12. Sentakan pinggul 13. Menggulingkan lutut 14. Posisi jembatan 15. Posisi merangkak

b. Mengangkat tubuh mulai dari pinggang perlahan-lahan dan melawan dorongan alamiah untuk membungkuk.

a. Memposisikan diri untuk duduk untuk kemudian batuk dengan lembut dan diulang beberapa kali.

a. Posisi berbaring dengan lutut

tertekuk, sambil menekuk pelvis serta mengontraksikan abdomen.

a. Saat menyusui, mengontraksikan otot-otot perut.

a. Saat berbaring mengontraksikan abdomen dan menekan punggung bagian bawah ke tempat tidur. a. Meluncurkan salah satu kaki dan

mendorong tumit ke arah tempat tidur.

a. Sambil berbaring, kaki sebelah ditekuk, sedangkan kaki sebelah direntangkan lalu digerakkan menunjuk ke arah jari-jari kaki. b. Mengganti gerakan kaki dengan

mendorong kaki menjauhi tubuh dengan lurus.

a. Menekuk lutut dan menggerakkan

lutut ke satu arah.

a. Menekuk lutut dan merentang- kan kedua tangan ke samping, lalu mengangkat pinggul, sampai pinggul terangkat ke udara.

a. Mengangkat tubuh dengan bertopang pada kedua belah tangan dan kedua lutut diatas tempat tidur.

b. Saat masih dalam posisi merangkak, serupa dengan sentakan pinggul mengontraksikan samping perut, sehingga pinggul terdorong ke arah bahu (seolah-olah mengoyang-goyangkan ekor).

c. Saat masih dalam posisi merangkak, dapat meregangkan abdomen dengan melengkungkan badan ke

12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 1 1 1 1 2 1 1 3

(14)

bawah, kemudian saat meluruskan punggung berkonsentrasi untuk menarik abdomen. 

2. Perizinan

Namun, terjadi kekeliruan saat peneliti menerima informasi dari pihak Rumah Sakit Umum Hermina. Saat awal datang ke Rumah Sakit Hermina, peneliti langsung menuju ruang perinatal untuk bertanya kepada perawat disana

Dalam proses perijinan ini diawali dengan meminta tanda tangan dari kedua pembimbing lalu mengusulkan kepada Fakultas Ilmu Kesehatan, Program Studi Ilmu Keperawatan untuk mengeluarkan surat izin penelitian. Akhirnya, pada tanggal 3 Februari 2012 dikeluarkan surat izin penelitian ke lima rumah sakit. Pada tanggal 7 Februari 2012 peneliti langsung menuju ke lima rumah sakit, tepatnya ke bagian diklat di kelima rumah sakit yang mulanya ditargetkan oleh peneliti. Dari masing-masing rumah sakit tersebut, peneliti telah menyerahkan proposal penelitian dan surat izin penelitian ke pihak rumah sakit. Nama-nama dari ke lima rumah sakit tersebut yaitu antara lain Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum, Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto, Rumah Sakit Umum Pusat Kariadi, Rumah Sakit Bersalin Kusuma dan Rumah Sakit Umum Hermina.

(15)

Setelah semua proposal penelitian dimasukkan pada tanggal 7 Februari 2012 melalui keempat diklat di rumah sakit masing-masing, kurang lebih selama 2 minggu peneliti menunggu jawaban dari pihak rumah sakit. Namun, hanya di RS. Panti Wilasa Citarum yang pertama menerima surat permohonan peneliti. Penelitian dimulai pada tanggal 22 Februari 2012. Saat pertama peneliti menerima sutar izin dari RS. Citarum, peneliti langsung diantarkan ke ruangan Bougenville dan langsung turun penelitian. Penelitian di rumah sakit ini berakhir pada tanggal 8 Maret 2012.

Saat surat izin sudah dikeluarkan dan peneliti ingin memberikan surat izin dan proposal penelitian, ternyata peneliti ditolak oleh pihak rumah sakit. Alasan yang diberikan oleh staf di bagian informasi Rumah Sakit Umum Hermina ialah pihak rumah sakit hanya menerima mahasiswa dari universitas negeri saja tidak bisa bagi mahasiswa dari universitas swasta. Oleh sebab itu, peneliti melakukan pengurangan terhadap jumlah rumah sakit terkait dengan hal tersebut.

perawat-perawat mengatakan kepada peneliti silahkan untuk mengajukan permohonan penelitian jika ingin meneliti ibu pasca operasi seksio sesarea. Tidak di permasalahkan saat itu saya datang atas nama mahasiswa dari Universitas Kristen Satya Wacana.

(16)

Rumah sakit yang terakhir ialah Rumah Sakit Bersalin Kusuma. Rumah sakit ini menerima surat permohonan peneliti pada tanggal 2 Maret 2012. Masa penelitian di rumah sakit ini berakhir pada tanggal 2 April 2012. Peneliti diberikan

Selanjutnya, pada tanggal 28 Februari 2012 permohonan untuk penelitian diterima oleh pihak Rumah Sakit Panti Wilasa Dr.Cipto. Akan tetapi, peneliti memulai penelitian pada tanggal 2 Maret 2012. Dari pihak rumah sakit diberikan waktu selama 6 bulan untuk penelitian yaitu berakhir pada tanggal 2 September 2012. Penelitian kali ini dilakukan di ruang Helsa dimana ruangan tersebut khusus untuk ibu-ibu pada masa nifas. Peneliti diberikan kewenangan untuk meneliti di ruangan kelas I dan II.

Penelitian yang kedua dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Kariadi yang dimulai pada tanggal 28 Februari 2012. Oleh karena penelitian yang ditargetkan oleh peneliti selama 1 bulan maka lamanya penelitian dilakukan dari tanggal 28 Februari – 28 Maret 2012. Pada tanggal 28 Februari pula peneliti langsung memulai penelitian di ruang kebidanan di instalansi rawat inap B. Peneliti diberikan kewenangan untuk meneliti di ruang kelas III di ruang khusus ibu pasca melahirkan seksio sesarea.

(17)

3. Uji Coba Alat Ukur

Uji coba alat ukur yang dilakukan peneliti menggunakan metode try out terpakai. Try out terpakai merupakan pengambilan data hanya dilakukan satu kali namun digunakan untuk dua keperluan sekaligus, yaitu untuk uji coba alat ukur (perhitungan validitas dan reabilitas) dan uji hipotesis

(Maharani, 2011, http://papers.gunadarma.ac.id/index.php/psychology/article/vie

wFile/17324/16504 diunduh 24 April 2012). Pelaksanaan try out terpakai ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada tanggal 22 Februari 2012 sampai 8 Maret 2012.

1) Uji Validitas

Pengujian validitas menggunakan dan reabilitas alat ukur menggunakan bantuan komputer dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0. Uji validitas pada angket dukungan sosial keluarga besar dan angket mobilisasi dini ibu pasca seksio sesarea menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment. kewenangan untuk meneliti di ruang Lilin, Lita, dan Cahya. Masing-masing ruangan tersebut ialah ruang kelas II A dan IIB.

(18)

b) Uji Validitas Angket Mobilisasi Dini Ibu Pasca

Seksio Sesarea

a) Uji Validitas Angket Dukungan Sosial Keluarga Besar (Extended family)

Angket dukungan sosial keluarga besar (Exended family) terdiri dari 26 item yang terdiri dari item favorable. Dari hasil analisa validitas item ditemukan bahwa item yang gugur yaitu item nomor 11 dan 14. Item yang gugur ialah item yang bergerak dibawah 0,334 . Susunan item skala dukungan sosial yang valid dan gugur dapat dilihat di dalam tabel (table 1.3) di bawah ini.

Tabel 1.3

Sebaran Item Valid Skala Dukungan Sosial Keluarga Besar (Exended family) di Empat Rumah Sakit di Semarang Jawa Tengah Pada

Tahun 2012

Aspek Penyebaran Jumlah Item Favorable Dukungan Emosional 1,2,3,4,5,6 6 Dukungan Penghargaan 7,8,9,10,11*,12,13,14* 8 Dukungan Instrumental 15,16,17,18,19,20 6 Dukungan Informatif 21,22,23,24,25,26 6

Keterangan : yang diberi tanda (*) item gugur.

Angket dukungan sosial keluarga besar (Extended family) terdiri dari 24 item yang terdiri dari item favorable. Dari hasil analisa validitas item

(19)

ditemukan bahwa item yang gugur yaitu item nomor 22, 23, dan 24. Item yang gugur ialah item yang bergerak dibawah 0,334 . Susunan item skala dukungan sosial yang valid dan gugur dapat dilihat dalam table 1.4.

(20)

Tabel 1.4

Sebaran Item Valid Skala Mobilisasi Dini Ibu Pasca Seksio Sesarea di Empat Rumah Sakit di Semarang Jawa Tengah Pada Tahun 2012

Aspek Sebaran Item Favorable Jumlah 1. Membentuk lingkaran dan meregangkan telapak kaki. 1,2 2 2. Bernapas dalam- dalam. 3,4,5 2 4. Duduk tegak 6,7 2

5. Bangkit dari tempat tidur 8,9 2

6. Berjalan 10 1

7. Berdiri dan meraih 11,12 2

8. Batuk 13 1

8. Menarik perut 14 1 9. Menarik perut saat

menyusui 15 1 10. Menekuk pelvis 16 1 11. Meluncurkan kaki 17 1 12. Sentakan pinggul 18,19 2 13. Menggulingkan lutut 20 1 14. Posisi jembatan 21 1 15. Posisi merangkak 22*,23*,24* 3 Keterangan : yang diberi tanda (*) item gugur.

(21)

0,9 ≤α≤ 1,0 = Sangat reliabel 0,8 ≤α≤ 0,899 = Baik

0,7 ≤α≤ 0,799 = Cukup

α < 0,7 = Tidak reliabel

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas (keandalan) adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2008).

Menurut Azwar (2000) yang dikutip dari Tandy (2007) menuliskan bahwa uji reliabilitas ini menggunakan standart Alfa Cronbach, yaitu:

Dengan bantuan dari Statistical Product and Service Solution for Windows (SPSS) versi 16.0 dapat dihitung nilai koefisien Alpha Crobach dari variabel dukungan sosial keluarga besar (Extended family) dan variabel mobilisasi dini ibu pasca operasi seksio sesarea yang disajikan dalam tabel (tabel 1.5) sebagai berikut.

(22)

Tabel 1.5

Interpretasi Nilai Reliabilitas Dukungan Sosial Keluarga Besar (Extended family) di Empat Rumah Sakit di Semarang Jawa Tengah

Pada Tahun 2012

Variabel Koefisien Keterangan Alpha Cronbach

Dukungan Sosial Keluarga 0,955 Sangat Reliabel Besar (Extended family)

Mobilisasi Dini Ibu Pasca 0,857 Baik Operasi Seksio Sesarea

Dari Tabel 1.5 diatas dapat dilihat bahwa variabel dukungan sosial keluarga besar (Extended family) memiliki koefisien korelasi sebesar 0,955 dimana (0,9 ≤ α ≤ 1,0) maka dapat diinterpretasikan bahwa nilai reliabilitasnya sangat reliabel. Sedangkan variabel mobilisasi dini ibu pasca operasi seksio sesarea memiliki koefisien korelasi sebesar 0,857 dimana (0,8 ≤ α ≤ 0,899) maka dapat diinterpretasikan bahwa nilai reliabilitasnya baik.

C. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan dari tanggal 22 Februari – 8 Maret 2012. Dimana proses penelitian ini dilakukan di empat rumah sakit dilakukan secara bergilir. Dimulai dari Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum, Rumah Sakit Umum Pusat Kariadi, Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto dan Rumah Sakit

(23)

yang terakhir ialah Rumah Sakit Bersalin Kusuma. Jumlah responden yang didapatkan ialah 35 orang, yang jumlahnya sama dengan jumlah sampel yang ditargetkan oleh peneliti.

Proses penelitiannya ialah kuesioner yang disiapkan oleh peneliti diberikan langsung ke masing-masing klien yang memiliki karakter sesuai dengan karakter responden yang diharapkan oleh peneliti. Responden yang bersedia mengisi kuesioner akan menjawab sendiri dan mengisi kuesioner secara mandiri. Namun, bila klien masih merasa tidak mampu untuk menulis atau sulit memahami bila tidak dijelaskan secara langsung maka dapat dibantu oleh peneliti untuk dibacakan dan dituliskan jawabannya sesuai dengan keinginan klien.

Namun, pada kenyataannya masih ada 2 orang klien yang berhenti mengisi kuesioner. Klien yang pertama menolak mengisi kuesioner karena sementara mengisi kuesioner perawat datang untuk melepaskan kateter jantung klien tersebut, sehingga klien merasa kelelahan. Klien yang kedua juga menolak menyelesaikan pengisian kuesionernya karena harus pergi menyusui bayinya di ruang bayi, setelah ditunggu beberapa lama oleh peneliti menolak untuk mengisi kuesioner. Akhirnya, 2 buah kuesioner tersebut gagal digunakan dan tidak terhitung sebagai responden. Meskipun demikian, 35 orang

(24)

Sumber : Data Primer

responden yang lainnya menjawab dengan sungguh-sungguh dan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

D. Kriteria Responden Penelitian

Kriteria responden yang didapatkan sesuai dengan kriteria eksklusi dan inklusi responden yang peniliti harapkan. Setelah peneliti melakukan penelitian di keempat rumah sakit di Semarang tersebut didapatkan bahwa karakteristik responden tersebut ialah sebagai berikut.

Tabel 1.6

Karakteristik Responden Ibu Pasca Operasi Seksio Sesarea di Empat Rumah Sakit di Semarang – Jawa Tengah Pada Tahun 2012

Karakteristik Jumlah Persentase (%)

Usia < 20 tahun 2 6 % 20 - 35 tahun 28 80 % > 35 tahun 5 14 % Tingkat Pendidikan SD 2 6 % SMP 4 11 % SMA 21 60 % D2 1 3 % D3 3 9 % S1 4 11 %

(25)

2. Kriteria Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Peneliti mendapatkan data primer dari responden berdasarkan tingkat pendidikan mereka, dapat dilihat di tabel (Tabel 1.6) bahwa tingkat pendidikan ibu pasca operasi seksio sesarea di empat rumah sakit di Semarang –

1. Kriteria Responden Berdasarkan Tingkat Usia

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat usia ibu pasca operasi seksio sesarea memiliki rentan usia yang berbeda-beda. Peneliti mengelompokkan tingkat usia responden menjadi 3 kelompok usia yaitu < 20 tahun, 20-35 tahun, > 35 tahun. Peneliti menggolongkan ketiga kelompok usia ini berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Cuninggham (2006) bahwa < 20 tahun merupakan kehamilan pada remaja, 20-35 tahun merupakan usia reproduktif wanita dan > 35 tahun merupakan usia yang beresiko tinggi mengalami penyulit obstetris.

Dari tabel diatas (Tabel 1.6) dapat dilihat bahwa tingkat usia yang dominan 80 % jumlah responden pada usia reproduktif (20-35 tahun), 14 % responden pada usia dengan persalinan yang beresiko tinggi terhadapat penyulit reproduksi (> 35 tahun), sedangkan 6 % responden masih pada tahap usia kehamilan remaja (< 20 tahun).

(26)

E. Teknik Analisa Data

Analisa data digunakan untuk memperoleh makna atau arti dari hasil penelitian tersebut (Notoadmodjo, 2010). Perhitungan ini dibantu menggunakan program computer Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0. 1. Statistik Deskriptif

Hasil dari analisa deskriptif menunjukkan bahwa variabel dukungan sosial keluarga besar (Extended family) dan variabel mobilisasi dini ibu pasca operasi Seksio Sesarea memiliki nominal atau jumlah respondennya sebanyak 35 orang. Skor dukungan sosial keluarga besar Jawa Tengah pada tahun 2012 ini terdapat 5 kelompok jenjang pendidikan, yaitu antara lain SD, SMP, SMA, D2, D3, dan S1.

Tingkat pendidikan responden yang paling dominan ialah pada tingkat SMA dengan jumlah persentasenya 60 % responden, S1 dan SMP masing-masing memperoleh persentase sebesar 11 % responden, tingkat pendidikan D3 persentasenya sebesar 9 % responden, tingkat pendidikan SD persentasenya sebesar 6 % responden, dan yang terendah pada tingkat pendidikan D2 dengan persentase 3%.

(27)

(i) = = 14,4 Rumus :

memiliki skor minimum 66 dan skor maksimum 96. Nilai rata-rata untuk dukungan sosial keluarga besar yaitu 82,31, sedangkan standart deviasi ialah 9,591. Sedangkan, variabel mobilisasi dini ibu pasca operasi Seksio Sesarea memiliki skor minimum 37, skor maksimumnya 76, nilai rata-rata 51,57, sedangkan untuk standart deviasinya adalah 8,682.

Sedangkan untuk mengkategorikan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel dukungan sosial keluarga besar, menggunakan 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Oleh karena jumlah item valid sebanyak 24 item, 4 untuk skor maksimal, dan 1 untuk skor minimal. Jadi, perhitungannya adalah jumlah skor minimal 4 x 24 (item valid) = 96. Jumlah skor minimal 1 x 24 (item valid) = 24. Lebar interval tersebut diukur sebagai berikut.

Interval

Skor Tertinggi

Skor Terendah

(28)

Dengan demikian tinggi rendahnya hasil pengukuran varibel dukungan sosial keluarga besar dapat dikategorikan sebagai berikut. 81,6 ≤ x ≤ 96 = Sangat Tinggi 67,2 ≤ x ≤ 81,6 = Tinggi 52,8 ≤ x ≤ 67,2 = Sedang 38,4 ≤ x ≤ 52,8 = Rendah 24 ≤ x ≤ 38,4 = Sangat Rendah Tabel 1.7

Hasil Kategorisasi Pengukuran Variabel Dukungan Sosial Keluarga Besar (Extended family) di Empat Rumah Sakit di

Semarang – Jawa Tengah Pada Tahun 2012

Kategori Frekuensi N Persentase

(%) Mean Standart deviasi Sangat Tinggi 81,6 ≤ x ≤ 96 23 66 % 88,29 9,940 Tinggi 67,2 ≤ x ≤ 81,6 11 31 % Sedang 52,8 ≤ x ≤ 67,2 1 3 % Rendah 38,4 ≤ x ≤ 52,8 0 0 % Sangat Rendah 24 ≤ x ≤ 38,4 0 0 %

Dari tabel kategorisasi pengukuran Variabel Dukungan Sosial Keluarga Besar (Extended family) (Tabel 1.7), didapatkan bahwa 66 % responden memiliki skor dukungan sosial keluarga besar yang kategorinya sangat tinggi, 31 % responden memiliki

(29)

21 ≤ x ≤ 33,6 = Sangat Rendah 33,6 ≤ x ≤ 46.2 = Rendah

46,2 ≤ x ≤ 58,8 = Sedang 58,8 ≤ x ≤ 71,4 = Tinggi

71,4 ≤ x ≤ 84 = Sangat Tinggi

kategori tinggi, dan 3 % responden pada kategori sedang. Sedangkan pada kategori rendah dan sangat rendah masing-masing memiliki 0 % responden. Dengan demikian secara umum Dukungan Sosial Keluarga Besar (Extended family) berada pada kategori sangat tinggi.

Kategorisasi hasil pengukuran variabel dukungan sosial keluarga besar, menggunakan 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Oleh karena jumlah item valid sebanyak 21 item, 4 untuk skor maksimal, dan 1 untuk skor minimal. Jadi, perhitungannya adalah jumlah skor minimal 4 x 21 (item valid) = 84. Jumlah skor minimal 1 x 21 (item valid) = 21. Lebar interval tersebut diukur sebagai berikut.

Rumus :

(i)

=

= 12,6

Dengan demikian tinggi rendahnya hasil pengukuran varibel dukungan sosial keluarga besar dapat dikategorikan sebagai berikut.

Interval

Skor Tertinggi

Skor Terendah

(30)

Tabel 1.8

Hasil Kategorisasi Pengukuran Variabel Mobilisasi Dini Ibu Pasca Operasi Seksio Sesarea di Empat Rumah Sakit di

Semarang – Jawa Tengah Pada Tahun 2012

Kategori Frekuensi N Persentase

(%) Mean Standart Deviasi Sangat Tinggi 71,4 ≤ x ≤ 84 1 3 % 55,37 9,043 Tinggi 58,8 ≤ x ≤ 71,4 4 11 % Sedang 46,2 ≤ x ≤ 58,8 17 49 % Rendah 33,6 ≤ x ≤ 46.2 13 37 % Sangat Rendah 21 ≤ x ≤ 33,6 0 0 %

Dari tabel kategorisasi pengukuran variabel mobilisasi dini ibu pasca operasi seksio sesarea (Tabel 1.8), didapatkan bahwa 3 % responden memiliki skor mobilisasi dini yang kategorinya sangat tinggi, 11 % responden memiliki kategori tinggi, 49 % responden pada kategori sedang, 37 % responden kategori rendah dan 0 % responden pada kategori sangat rendah. Dengan demikian, secara umum Mobilisasi Dini Ibu Pasca Operasi Seksio Sesarea berada pada kategori sedang.

(31)

2. Uji Asumsi Data

b. Uji Linearitas

Uji linearitas merupakan uji yang mencari persamaan garis regresi variabel bebas X terhadap variabel terikat Y (Sulistyo, 2010). Uji linearitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan ANOVA tabel yang dilakukan menggunakan bantuan dari Statistical Product and Service a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan suatu uji yang digunakan untuk menguji data apakah data berdistribusi normal (Usman, 2008). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji Saphiro Wilk karena menggunakan sampel kurang dari atau sama dengan 50 orang (Dahlan, 2009). Uji ini menggunakan bantuan dari Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0.

Dari hasil uji One Saphiro Wilk dapat diketahui bahwa data dari variabel dukungan sosial keluarga besar (Extended family) memilikinilai signifikan (p) sebesar 0,010, dimana nilai (p > 0,05) maka diinterpretasikan data tidak berdistribusi normal. Uji normalitas variabel mobilisasi dini ibu pasca operasi seksio sesarea memiliki nilai signifikan (p) sebesar 0,162 maka data berdistribusi normal.

(32)

3. Hasil Analisis Data

Penggunaan metode analisa data korelasi Spearman Rank merupakan teknik yang digunakan untuk mendapatkan besarnya hubungan antara dua variabel atau derajat hubungan yang mengukur korelasi berpangkat (Usman, 2008). Dimana teknik analisa datanya menggunakan bantuan dari Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0.

Dari hasil analisas data dengan menggunakan uji korelasi Spearman Rank diperoleh hasil koefisien korelasi (r) yaitu sebesar – 0,038 dengan taraf signifikan (p) 0,827 dimana (p > 0,05) maka hipotesis ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan sosial keluarga besar (Extended family) dengan mobilisasi dini ibu pasca operasi Seksio Sesarea di Empat Rumah Sakit di Semarang−Jawa Tengah.

Solution (SPSS) versi 16.0. Dari uji Anova dapat dilihat bahwa dukungan sosial keluarga besar dan mobilisasi dini ibu pasca operasi seksio sesarea memiliki distribusi yang normal terbukti dengan adanya nilai signifikansi (p) 0,158 dimana (p > 0,05) maka dapat disimpulkan sampel yang diambil dari populasi tersebut berdistribusi normal.

(33)

F. Pembahasan

Dari hasil analisas data diperoleh hasil koefisien korelasi (r) yaitu sebesar – 0,038 dengan taraf signifikan 0,827 dimana (p > 0,05) maka hipotesis ditolak. Artinya tidak ada hubungan antara dukungan sosial keluarga besar (Extended family) dengan mobilisasi dini ibu pasca operasi seksio sesarea di empat rumah sakit di Semarang−Jawa Tengah. Setelah peneliti melakukan penelitian ini, peneliti melihat bahwa dukungan sosial dari keluarga besar dapat dikategorikan sangat tinggi dimana rata-rata dari klien sudah merasa sangat diperhatikan oleh keluarga besarnya dengan angka sebesar 87 %. Sedangkan untuk mobilisasi dini masih dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 67%. Sedangkan nilai rata-ratanya 55,37 dan standar deviasi 9,043.

Dalam penelitian ini, peneliti juga menggolongkan kriteria responden berdasarkan tingkat usia dan tingkat pendidikan. Responden dengan tingkat pendidikan yang paling dominan ialah pada tingkat SMA dengan jumlah persentasenya 60 % responden, S1 dan SMP masing-masing memperoleh persentase sebesar 11 % responden, tingkat pendidikan D3 persentasenya sebesar 9 % responden, tingkat pendidikan SD persentasenya sebesar 6 % responden, dan yang terendah pada tingkat pendidikan D2 dengan persentase 3 %. Selain itu,

(34)

usia ibu pasca operasi seksio sesarea yang dominan ialah pada usia reproduktif (20-35 tahun) dengan jumlah persentase 80 % responden, 14 % responden berusia > 35 tahun dengan persalinan yang beresiko tinggi terhadap penyulit reproduksi, sedangkan usia < 20 tahun memiliki persentase terendah dengan jumlah persentase 6 % masih pada tahap usia kehamilan remaja.

Dukungan sosial merupakan sebuah dukungan yang terdiri dari informasi atau nasihat verbal maupun nonverbal, bantuan nyata, atau bantuan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran orang yang mendukung serta hal ini mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku penerima sangat diharapkan oleh setiap orang (Gottlieb, 1983 yang dikutip oleh Smet, 1994).

Dukungan sosial mampu meningkatkan kesehatan sebagian dikemukakan oleh Wade & Tavris (2007), bahwa manusia memiliki locus of control internal dan perasaan optimisme. Hal tersebut dapat meningkatkan sistem kekebalan. Orang-orang yang merasa kesepian memiliki fungsi kekebalan yang lebih buruk dibandingkan orang yang tidak kesepian; pelajar atau mahasiswa yang memiliki jejaring pertemanan memiliki fungsi kekebalan yang lebih baik sebelum, selama dan setelah masa ujian dibandingkan dengan pelajar atau

(35)

mahasiswa yang penyendiri; dan pasangan dari pasien kanker walaupun juga mengalami stres tidak menunjukkan penurunan fungsi kekebalan jika mereka memiliki dukungan sosial (Hawkley dkk.,2003; Uchino, Cacioppo & Kiecolt-Glaser, 1996).

Dalam penelitian lain tentang seorang lansia yang pernah mengalami serangan jantung, mereka yang tidak memiliki orang terdekat memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk meninggal dunia dalam waktu dekat jika dibandingkan mereka yang memiliki dua atau lebih orang yang mereka andalkan (Berkman, Leo-Summers, & Horwitz, 1992). Selain itu, dalam sebuah jurnal yang dituliskan oleh Hung (2000) dituliskan bahwa kurangnya dukungan sosial merupakan satu dari tiga faktor yang mempengaruhi stress post partum, selain pencapaian menjadi seorang ibu dan perubahan tubuh.

Peneliti melihat hasil dari kategorisasi variabel dan pada kenyataan di lapangan ialah banyak sekali dukungan dari keluarga besar termasuk perhatian, dukungan langsung dan motivasi yang diberikan. Namun, klien sendiri merasa mobilisasi dini yang dilakukannya semata-mata karena dorongan untuk segera sembuh dan juga motivasi yang besar dari diri sendiri.

Bagi klien, mengetahui kemampuan diri sendiri adalah kunci untuk melakukan mobilisasi dini, walaupun keluarga besar memberikan dukungan sosial yang sangat tinggi tetapi apabila

(36)

Mobilisasi dini (early ambulation) juga diartikan sebagai suatu kebijaksanaan untuk membimbing ibu post partum agar bangun dari tempat tidurnya dan membimbing untuk secepat mungkin untuk kembali berjalan (Saleha, 2009). Menurut Smeltzer & Bare (2001) mobilisasi dini mampu menurunkan insiden komplikasi pasca operasi. Dengan melakukan mobilisasi mereka merasa tidak mau, tidak tahu dan tidak mampu melakukan mobilisasi dini maka klien tidak melakukannya. Selain itu, klien juga mengungkapkan bahwa kurang kepercayaan terhadap informasi yang diberikan oleh keluarga besar juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan mereka kurang mempercayai dukungan informatif yang diberikan oleh keluarga besar.

Kurangnya kepercayaan klien terhadap informasi dari keluarga besar ini, diungkapkan oleh beberapa responden bahwa saran yang diberikan keluarga besar kadang-kadang tidak masuk akal untuk dilakukan, seperti tidak boleh makan selain nasi selama 40 hari pasca melahirkan. Selain itu, menurut klien keluarga besar juga tidak memiliki pengetahuan yang lebih mengenai prosedur tindakan mobilisasi dini sehingga dukungan informatif yang diberikan keluarga besar masih belum dirasakan dapat mempengaruhi tindakan ibu dalam melakukan mobilisasi dini.

(37)

dini juga maka thrombosis vena dan emboli paru jarang terjadi, selain itu mampu memperlancar sirkulasi darah serta mengeluarkan cairan (lochea) (Cunningham.,dkk, 2006;

Purwanti & Kristanti, 2011, http://static.schoolrack.com/files/100398/295422/volume2_nomo

r_1.pdf#page=59 diunduh 27 September 2011).

Mobilisasi dini yang dilakukan oleh ibu pasca operasi seksio sesarea bukan hanya didominasi karena dorongan dan motivasi pribadi saja melainkan karena ada faktor dari intervensi-intervensi, saran ataupun informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan seperti perawat, bidan dan dokter. Ibu-ibu yang melahirkan dengan seksio sesarea umumnya sangat takut dengan kondisi mereka setelah operasi sesarea karena mereka menganggap bahwa rentan terhadap penyembuhan luka jahit mereka.

Sebuah penelitian menunjukan nyeri berkurang jika melakukan mobilisasi dini (Smeltzer & Bare, 2001). Mobilitas juga dapat meningkatkan fungsi paru-paru, semakin dalam napas yang dapat ditarik, semakin meningkat sirkulasi darah. Hal tersebut memperkecil resiko pembentukan gumpalan darah, meningkatkan fungsi pencernaan, dan menolong saluran pencernaan agar mulai bekerja lagi (Gallagher, 2005).

(38)

Dari observasi yang dilakukan oleh peneliti klien di keempat rumah sakit di Semarang-Jawa Tengah ini melakukan mobilisasi dini secara bertahap dan sesuai dengan kondisi fisik masing-masing. Klien mampu melakukan mobilisasi dini secara perlahan, menggunakan alat bantu dan juga dengan bantuan dari oranglain. Secara umum klien sudah melakukan latihan pergerakan dengan baik yaitu untuk latihan berdiri, duduk dan berjalan walaupun tidak seluruhnya sesuai dengan prosedur tindakan.

Saran-saran yang diberikan oleh petugas kesehatan pun langsung klien terapkan seperti hari ini harus bisa duduk, besok harus belajar berdiri dan berjalan, dan bila kondisinya sudah memungkinkan dapat ke kamar mandi untuk mandi sendiri, buang air besar dan buang air kecil walaupun semuanya disesuaikan dengan kemampuan ibu sendiri. Saran-saran yang segera dilakukan oleh ibu-ibu pasca operasi seksio sesarea ini membuktikan bahwa informasi-informasi dari petugas kesehatan memiliki peranan yang penting dalam memobilisasidinikan klien dibandingkan kepercayaan klien terhadap informasi dari keluarga besar.

Referensi

Dokumen terkait

Survei malaria yang dilakukan di Dusun Sayong dengan metode, Slide Positive Rate menun- jukkan bahwa dari 200 sediaan darah yang diperiksa terdapat empat sampel yang

Bhabinkamtibmas, Bripka Tuwuh Susongko melaksanakan giat kunjungan / sambang di rmh kediaman An.Ferdi di pekon Sumber Mulyo 3 Ogan kec.Sumberejo, memberikan himbauan agar selalu

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan bahwa kelas eksperimen belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan

beberapa daerah pemasaran belum adanya perencanaan pengiriman dan pendistribusian barang yang tepat yaitu dalam menentukan jalur distribusi ke customer yang mengakibatkan

Sehubungan dengan telah ditetapkan pemenang seleksi untuk pekerjaan Supervisi Penyelesaian Pembangunan Gedung Serba Guna Sekayu, kami bermaksud melakukan klarifikasi dan

KUD Daya Guna KUD Padi Utama KUD Tani  Sepakat KUD Tuntung  Pandang KUD Basunondo KUD Dwi Karya KSU Kencana  Makmur  KUD Hidup  Bersama KUD Jujur Usaha

Jika terdapat indikasi tersebut atau pada saat pengujian tahunan atas penurunan nilai aset tertentu (yaitu aset takberwujud dengan umur manfaat tidak terbatas,

Hasil penelitian yang diperoleh adalah Penerapan hukum pidana meteril terhadap kasus penyalahgunaan narkotika golongan 1 oleh pegawai negeri sipil, penerapan