• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Diploma III Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Tinjauan Pustaka II.1.1. Permen Jelly

Definisi permen secara umum adalah produk yang dibuat dengan mendidihkan campuran gula dan bahan tambahan yang dapat mempertahankan bentuk dalam waktu yang lama bersama bahan pewarna dan pemberi rasa yang kemudian dicetak menurut bentuk yang diinginkan. Seni dalam membuat permen terletak pada nilai daya tahan permen dengan kadar air minimal dan sedikit cenderung untuk mengkristal (Hidayat dan Ikarisztiana, 2004; Kurniawan, 2006).

Menurut tingkat kekerasan permen, dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok besar yaitu permen keras dan permen lunak. Permen keras tidak akan berubah bentuk bila ditekan bahkan akan patah bila dipaksakan. Permen lunak adalah permen yang mudah berubah dengan hanya memberi tekanan sedikit,

misalnya permen jelly dan permen karet (Kurniawan, 2006).

Permen jelly merupakan permen yang terbuat dari campuran bahan

pembentuk gel, sari buah-buahan atau dengan penambahan essens untuk

menghasilkan berbagai macam rasa, dengan bentuk fisik jernih transparan serta mempunyai tekstur kenyal (Atmaka, Nurhartadi, dan Karim, 2013). Kekenyalan gel merupakan sifat fisik penting yang harus dimiliki oleh suatu bahan yang dapat membentuk gel.

Komponen utama dalam pembuatan permen jelly yaitu bahan pembentuk

gel (gelling agent) akan mempengaruhi tingkat kekerasan dan tekstur permen

jelly. Jelly gelatin mempunyai konsistensi yang lunak dan bersifat seperti karet,

jelly aga-agar bersifat lunak tetapi mempunyai tekstur yang rapuh. Jelly pektin

menghasilkan tekstur yang sama dengan jelly agar-agar, tetapi gelnya lebih baik

pada pH yang rendah, sedangkan jelly karagenan menghasilkan gel yang kuat.

Bahan pembentuk gel (gelling agent) yang banyak dijual di pasaran yaitu

gelatin. Gelatin diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen yang berasal dari kulit, jaringan ikat dan tulang ikan. Tetapi, gelatin komersial yang beredar di pasaran

(2)

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Permen Jelly Dari Karagenan dan Konjak

Diploma III Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret

diragukan kehalalannya karena sebagian besar berasal dari kulit babi. Gelatin juga dapat diperoleh dari tulang sapi, tetapi sangat sedikit sekali hasilnya sehingga jarang diproduksi dan bahkan tidak dijual.

Sebagai alternatif pengganti gelatin, terdapat bahan-bahan lain yang bisa digunakan seperti agar-agar, pektin, karagenan dan konjak. Semua bahan tersebut berasal dari bahan dasar tumbuh-tumbuhan yang diproses sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu zat yang apabila ditambahkan dan dicampurkan dengan takaran yang sesuai akan membentuk sifat menyerupai gelatin. Salah satu perpaduan dari bahan-bahan tersebut adalah campuran karagenan dan konjak yang dengan takaran sesuai dapat membentuk struktur menyerupai gelatin sehingga dapat dipertanggungjawabkan kehalalannya.

II.1.2. Karagenan

Karagenan merupakan polisakarida yang diekstraksi dari rumput laut jenis

Eucheuma cottoni dari kelas alga merah (Rhodophyceae) dengan air atau larutan

alkali (Winarno, 1996).

Kedudukan taksonomi rumput laut jenis Eucheuma cottoni doty

sebagai berikut (Chapman, 1980):

Filum : Rodophyta

Sub kelas : Florida

Ordo : Gigartinales

Famili : Soliriaceae

Genus : Kappaphycus

Spesies : Kappaphycus alvarezii doty

Eucheuma cottoni doty

Karagenan merupakan senyawa polisakarida linier yang terdiri atas unit D-galaktosa dan L-D-galaktosa 3,6-anhidroD-galaktosa, baik yang mengandung sulfat maupun tanpa sulfat, yang berikatan melalui ikatan α (1,3) dan β (1,4) glikosidik (Anggadiredjo, 2006). Oleh karena itu, variasinya juga banyak sekali. Karagenan dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok utama, yaitu (Chapman, 1980):

(3)

Diploma III Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret II.1.2.1. Kappa Karagenan

Terdiri dari α (1->3) D galaktosa-4 sulfat dan β (1->4) 3,6 anhydro-D galaktosa. Di samping itu karagenan sering mengandung D-galaktosa-6-sulfat ester. Adanya gugusan 6-sulfat, dapat menurunkan daya gelasi dari karagenan, tetapi dengan pemberian alkali mampu menyebabkan transeliminasi gugusan 6-sulfat, yang menghasilkan 3,6 anhydro-D galaktosa. Dengan demikian, derajat keseragaman molekul meningkat dan daya gelasi juga bertambah. Struktur kimia Kappa Karagenan disajikan seperti di gambar II.1.

Gambar II.1. Struktur Kappa Karagenan

II.1.2.2. Iota Karagenan

Ditandai dengan adanya 4-sulfat ester pada setiap residu D-glukosa dan gugusan sulfat ester pada setiap gugusan 3,6 anhydro-D galaktosa. Gugusan 2-sulfat tidak dapat dihilangkan dengan pemberian alkali. Struktur kimia Iota Karagenan disajikan seperti di gambar II.2.

Gambar II.2. Struktur Iota Karagenan

II.1.2.3. Lambda Karagenan

Lambda karagenan ini berbeda dari Kappa Karagenan dan Iota Karagenan, karena memiliki gugus 4-phospat ester. Struktur kimia Lambda Karagenan disajikan seperti di gambar II.3.

(4)

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Permen Jelly Dari Karagenan dan Konjak

Diploma III Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret

Gambar II.3. Struktur Lambda Karagenan

Berdasarkan kandungan sulfat inilah karagenan dibedakan dengan agar-agar. Karagenan memiliki kandungan sulfat minimal 18%, sedangkan agar-agar memiliki kandungan sulfat 3-4% (Moraino, 1977). Kandungan sulfat dalam karagenan yang terlalu tinggi inilah menyebabkan lebih banyak gaya tolak menolak antara gugus sulfat yang bermuatan negatif sehingga rantai polimer kaku dan tertarik kencang mengakibatkan viskositas meningkat.

Karagenan sangat penting peranannya sebagai stabilisator (pengatur kesetimbangan), pengental, pembentuk gel, pengemulsi dan lain-lain. Sifat ini banyak dimanfaatkan dalam industri makanan, obat-obatan, kosmetik, tekstil, cat, pasta gigi, dan industri lain (Winarno, 1996).

II.1.3. Konjak

Konjak merupakan pembentuk gel yang berasal dari umbi konjak. Di Indonesia umbi konjak dikenal dengan nama umbi porang/iles-iles. Tepung konjak kasar berwarna krem hingga cokelat muda (Udin, 2013).

Tepung Konjak diperoleh dengan cara membersihkan umbi porang dengan air dan memotong kecil-kecil hingga berukuran seperti chips. Setelah itu, chips dikeringkan dengan bantuan sinar matahari selama dua hari. Jika chips sudah dalam keadaan kering langsung digiling agar terbentuk tepung iles-iles. Tepung

iles-iles ini masih mengandung pati dan pengotor lain, maka dilakukan screening

untuk pemisahan tepung konjak dan pati (Akbar, Supriyanto dan Haryani, 2013,

h.42). Cara screening menggunakan saringan dengan ukuran tertentu. Bagian

yang halus akan turun melalui ayakan, sedangkan tepung konjak manan yang mempunyai berat lebih besar akan tinggal di ayakan (Koswara, 2013).

(5)

Diploma III Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret II.1.3.1 Umbi Porang / Iles-iles

Iles-iles mempunyai batang semu yang sebenarnya merupakan tangkai daun yang tumbuh di tengah-tengah umbinya. Pada ujung batang terdapat tiga tangkai daun. Batang semu tersebut berwrna hijau dengan garis-garis putih. Panjang tangkai daun iles-iles kuning berkisar 0,5-1,5 meter. Pada percabangan daunnya terdapat bulbil (katak) yang berwarna cokelat. Benih diperoleh dari biji dan dari area bulbil (katak). Bulbil (katak) merupakan umbi kecil berbentuk bulat sebagai bibit umbi iles-iles (organ perbanyakan vegetatif) dikarenakan iles-iles tidak memiliki anakan dalam tanah, sedangkan biji akan muncul pada tanaman iles-iles yang mempunyai umur lebih dari 3 tahun (Santosa dan Wirnas, 2009). Tanaman porang setiap kurun waktu 4 tahun akan menghasilkan bunga yang kemudian menjadi buah atau biji. Satu tongkol buah bisa menghasilkan biji sampai 250 butir yang dapat digunakan sebagai bibit porang dengan cara disemaikan terlebih dahulu (Prb.ub.ac.id, 2013). Iles-iles mempunyai siklus pertumbuhan yaitu periode vegetasi dan istirahat. Periode vegetasi berlangsung pada musim hujan, sedangkan periode istirahat pada musim kemarau. Periode vegetasi berlangsung sekitar 5-6 bulan, yaitu pada saat ditanam sampai tumbuh daun. Pemanenan umbi iles dilakukan pada periode istirahat. Satu pohon iles-iles dapat menghasilkan umbi sekitar 0,5-3 kg. Suhu lingkungan yang baik untuk

pertumbuhan iles-iles adalah 25-35°C, sedangkan kondisi tanah yang mendukung

pertumbuhan iles-iles adalah tanah yang gembur, berpasir dan tidak bersifat alkalis.

Secara taksonomi, tanaman iles-iles mempunyai klasifikasi botani sebagai berikut (Koswara, 2013) :

Divisio : Anthophyta

Phylum : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Famili : Araceae

(6)

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Permen Jelly Dari Karagenan dan Konjak

Diploma III Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret

Species : Amorphophallus oncopphyllus Prain

Amorphophallus Blumei (Schott) engl.

Gambar tanaman iles-iles dan bagiannya disajikan seperti di gambar II.4 (Sumarwoto, 2005; prb.ub.ac.id., 2013). Keterangan : 1 : Tanaman iles-iles 2 : Biji 3 : Bulbil/katak 4 : Umbi iles-iles

Gambar II.4. Tanaman Iles-iles dan Bagiannya

Tabel Komposisi Kimia Umbi Iles-iles Segar dan Tepung Iles-iles ditujukan seperti di tabel II.1 (Arifin, 2011).

Tabel II.1 Komposisi Kimia Umbi Iles-iles Segar dan Tepung Iles-iles

Analisis Kandungan per 100 gram contoh (bobot basah)

Umbi segar (%) Tepung (%)

Air 83,3 6,8 Glukomanan 3,58 64,98 Pati 7,65 10,24 Protein 0.92 3,42 Lemak 0,02 - Serat berat 2,5 5,9 Kalsium oksalat 0,19 - Abu 1,22 7,88

Logam berat (Cu) 0,09 0,13

1

2

3

8

(7)

Diploma III Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret II.1.3.2. Glukomanan

Manan (glukomanan) merupakan polisakarida yang tersusun oleh satuan-satuan D-glukosa dan D-mannosa. Oleh karena itu dalam satu molekul mannan terdapat D-mannosa sejumlah 67% dan D-glukosa sejumlah 33%. Kadar mannan umbi iles-iles yang tumbuh di Indonesia berkisar 14-35%.

Sifat-sifat glukomannan antara lain (Koswara, 2013) :

1. Sifat larut dalam air

Glukomannan dalam air dapat membentuk larutan yang sangat kental.

2. Sifat membentuk gel

Penambahan zat glukomannan dengan air kapur dapat membentuk gel.

3. Sifat Merekat

Zat glukomannan dalam air mempunyai sifat merekat yang kuat.

4. Sifat mengembang

Daya mengembang glukomannan dalam air sebesar 138-200%.

Glukomannan dapat digunakan sebagai bahan pembuat lem, bahan untuk meningkatkan daya rekat cat, media pertumbuhan mikroba, zat pengental dan penguat tenunan.

Mutu glukomanan sangat dipengaruhi oleh warna tepung yang dihasilkan. Derajat putih tepung glukomanan dipengaruhi oleh kandungan pati, kalsium oksalat, dan suhu. Biasanya warna tepung glukomanan yang dihasilkan adalah kuning kecokelatan. Struktur molekul glukomannan disajikan seperti di gambar II.5.

(8)

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Permen Jelly Dari Karagenan dan Konjak

Diploma III Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret

II.4. BahanTambahan Pembuatan Permen Jelly

Bahan tambahan dalam pembuatan permen jelly yaitu (Ristekdikti.go.id):

II.4.1. Gula Pasir (Sukrosa)

Penambahan gula pasir berguna untuk memberikan rasa manis, mengawetkan, menigkatkan konsentrasi dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan cara menurunkan aktivitas air dalam bahan sehingga dapat meningkatkan daya simpan produk. Gula pasir juga berfungsi untuk proses kristalisasi balik adonan permen sehingga diperoleh produk akhir berupa padatan. Pada Sukrosa molekul glukosa dan fruktosa terikat satu sama lain (White, 2014). Rumus struktur sukrosa disajikan seperti di gambar II.6 (Mascarenhas, 2014) .

Gambar II.6. Rumus Struktur Sukrosa

II.4.2. High Fructose Syrup (HFS)

Fruktosa mempunyai tingkat kemanisan yang lebih tinggi 1,12 kali dibandingkan sukrosa. Dalam pembentukan gel, fruktosa bersama sukrosa

berfungsi membentuk tekstur yang liat dan menurunkan kekerasan permen jelly

yang terbentuk. High fructose syrup dalam pengolahan permen berfungsi sebagai

penguat cita rasa, mencegah pembentukan kristal gula dan mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Penambahan gula dalam konsentrasi tinggi dapat menyerap dan mengikat air sehingga mikroba tidak bebas menggunakan air untuk

tumbuh pada produk. Pada High Fructose Syrup molekul glukosa dan fruktosa

tidak terikat satu sama lain. Rumus struktur Fruktos dan glukosa disajikan seperti di gambar II.7 (White, 2014).

(9)

Diploma III Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret

Gambar II.7. Rumus Struktur Fruktosa dan Glukosa

II.4.3. Asam Sitrat (Citric Acid)

Asam sitrat berfungsi sebagai pemberi rasa asam, mencegah kristalisasi gula, sebagai katalisator hidrolisa sukrosa ke bentuk gula invert selama penyimpanan dan sebagai penjernih gel yang dihasilkan. Banyaknya asam sitrat

yang ditambahkan pada permen jelly berkisar 0,2%-0,3% . Rumus bangun asam

sitrat disajikan seperti digambar II.8 (Compound Interest, 2014).

Gambar II.8. Rumus Struktur Asam Sitrat

II.4.4. Pelapis (Coating)

Permen jelly memerlukan bahan pelapis berupa campuran tepung tapioka

dengan tepung gula. Pelapisan bertujuan membuat permen tidak melekat satu sama lain dan juga sebagai penambah rasa manis. Perbandingan komposisi bahan

pelapis permen jelly terbaik adalah tepung tapioka : tepung gula (1:1).

Pustaka pembuatan permen Jelly dari peneliti terdahulu disajikan seperti di

(10)

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Permen Jelly Dari Karagenan dan Konjak

Diploma III Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret

Tabel II.2 Pustaka Pembuatan Permen Jelly dari Peneliti Terdahulu

No Pustaka Bahan Metode

1 Subaryono dan Utomo,

BSB 2006, “Penggunaan Campuran Karaginan dan Konjak Dalam Pembuatan

Permen Jelly”, Jurnal

Pascapanen dan

Bioteknologi Kelautan

dan Perikanan, vol. 1, no.

1, 19-26. Air:20% Sukrosa:5% Fruktosa:25% Asam Sitrat:0,1% Flavor:0,2% Karagenan:2 Konjak:1 (1,5%) 2 Udin, F., 2013, Kajian Pengaruh Penggunaan Campuran Karaginan

dan Konjak, dan Ekstrak

Kunyit (Curcuma

domestica Val.) Terhadap

Karakteristik Permen

Jelly, Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Air:40 ml Sukrosa:10 gram HFS:50 gram Asam Sitrat:0,1% Ekstrak Kunyit:1% Karagenan:2 Konjak:1 (3%)

3 Yati, K., Hariyanti dan

Arisanti, D., 2013,

„Pengaruh Peningkatan

Konsentrasi Kombinasi

Karagenan dan Konjak

Sebagai Gelling Agent

Terhadap Stabilitas Fisik

Kembang Gula Jelly Sari

Umbi wortel (Daucus

carota. L)‟, Farmasains, vol. 2, no. 1, 20-25. Aquadest:100% Sukrosa:5% Fruktosa:25% Asam Sitrat:0,5% Sari Wortel:50% Karagenan:2 Konjak:1 (2,5%) 12

Gambar

Gambar II.4. Tanaman Iles-iles dan Bagiannya
Gambar II.5. Struktur Molekul Glukomanan
Gambar II.6. Rumus Struktur Sukrosa
Gambar II.8. Rumus Struktur Asam Sitrat
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui genesa bahan galian yang difokuskan dengan pengamatan secara megaskopis keterdapatan batuan mikrodiorit

Simulasi numerik yang dilakukan terhadap sebaran panas tungku sekam berbentuk kerucut dalam sistem koordinat konikal, diharapkan dapat mengetahui distribusi temperatur pada

Sebaliknya individu yang memiliki tingkat pe- ngetahuan tentang agama yang rendah akan melakukan perilaku seks bebas tanpa berpikir panjang terlebih dahulu sehingga

Periode Tahun 1969 - 1979  Tanggal 1 sampai dengan 3 Oktober 1970,   Tanggal 1 sampai dengan 3 Oktober 1970, diadakan rapat kerja sama Pos dan Telekomunikasi di

Berdasarkan hasil pengujian sistem maka dapat disimpulkan bahwa keakuratan sistem menggunakan metode K-Means clustering dalam proses segmentasi, GLCM dalam ekstraksi ciri

Perbedaannya hanya terletak pada proses interaksi antarpribadi yang lebih luas dalam dinamika kelompok pada bimbingan kelompok.” (Prayitno 1995:78).. Teknik dalam

Dalam studi manajemen, kehadiran konflik pendidikan tidak bisa terlepas dari permasalahan keseharian yang dirasakan oleh pengelola lembaga pendidikan. Konflik tersebut

Botol yang keluar dari  filler   filler   dan  dan crowner  crowner   selanjutnya akan dibasuh dengan  selanjutnya akan dibasuh dengan air yang bertujuan untuk membersihkan