Jurnal
POLITIK KEBIJAKAN KESEHATAN
(Studi Tentang Implementasi Kebijakan dalam Penanganan Kekurangan
Gizi di Provinsi Nusa Tenggara Timur)
Disusun oleh : FRANS BERTHO RICKY HUMAU
NIM : 071614453004
PROGRAM MAGISTER ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
ABSTRAK
Studi ini bertujuan untuk melihat bagaimana implementasi kebijakan kesehatan dalam penanganan masalah kekurangan gizi di Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui peraturan gubernur no 6 tahun 2012 tentang rencana aksi daerah percepatan pemenuhan pangan dan gizi serta faktor-faktor apa yang mendorong dan menghambat di dalam proses implementasi. fokus penelitian ini pada konten dan konteks kebijakan yang berpengaruh pada implementasi kebijakan. Permasalahan muncul ketika pemerintah provinsi mengeluarkan sebuah kebijakan untuk mengatasi masalah pangan dan gizi di Nusa Tenggara Timur, namun setelah diimplementasikannya kebijakan ini, tidak dapat mengatasi masalah kekurangan gizi di Nusa Tenggara Timur namun data menunjukkan adanya peningkatan angka kekurangan gizi di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori implementasi kebijakan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam implementasi kebijakan kesehatan dalam penanganan masalah kekurangan gizi di Provinsi Nusa Tenggara Timur dipengaruhi oleh konten dan konteks kebijakan. Konten kebijakan di pengaruhi oleh jangkauan perubahan yang diinginkan dalam isi kebijakan yang bertolak belakang dengan budaya masyarakat serta tersebarnya kedudukan pengambil keputusan dan faktor konteks kebijakan yang di pengaruhi oleh kepentingan politik aktor kebijakan untuk mempertahankan kekuasaannya. Adapun faktor pendorong dan penghambat implementasi kebijakan kesehatan yakni sebagai berikut faktor pendorong: kepentingan kelompok sasaran di dalam isi kebijakan, jenis manfaat yang dihasilkan, sumber daya yang di sediakan dan pelaksana program adapun faktor penghambat implementasi kebijakan yakni sebagai berikut: jangkauan perubahan yang diinginkan, kedudukan pengambil keputusan, kepentingan politik aktor kebijakan, karakteristik lembaga penguasa, konsistensi dan daya tanggap kebijakan.
Kata kunci: Implementasi kebijakan, Konten dan Konteks kebijakan, Aktor kebijakan, Politisasi program
I. Pendahuluan
Salah satu tahapan penting dalam siklus kebijakan publik adalah implementasi kebijakan. Implementasi sering dianggap hanya merupakan pelaksanaan dari hal-hal yang telah diputuskan oleh legislatif atau para pengambil keputusan, seolah-olah tahapan ini kurang berpengaruh. Akan tetapi, dalam kenyataannya, tahapan implementasi menjadi begitu penting karena suatu kebijakan tidak akan berarti jika tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan benar. Dengan kata lain, implementasi merupakan tahap suatu kebijakan dilaksanakan secara maksimal dan dapat mencapai tujuan kebijakan. (Dr. Sahya Anggara, M.Si. 2014:231).Implementasi kebijakan merupakan suatu proses melaksanakan keputusan kebijakan (biasanya dalam bentuk undang–undang, Peraturan Pemerintah, keputusan peradilan, perintah eksekutif atau Dekrit Presiden).
ketahanan pangan dan gizi, pembangunan di Provinsi NTT masih dihadapkan pada sejumlah persoalan seperti rendahnya ketahanan pangan keluarga, belum optimalnya pemanfaatan lahan kering dan lahan tidur, rendahnya pengetahuan keluarga tentang pola gizi berimbang dan masih banyaknya balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk (PERGUB no 6 tahun 2012).
Tabel 1.1 Presentase balita usia 0-59 bulan menurut status gizi dan indeks TB/U menurut Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2016
No Provinsi 2015 2016 Gizi
Buruk Gizi Kurang
Gizi baik
Gizi lebih
Gizi buruk
Gizi kurang
Gizi baik
Gizi lebih
32 Maluku Utara
4,6 13,6 80,3 1,6 1,8 15,2 82,5 0,5
33 Papua Barat 5,3 14,9 78,4 1,4 5,6 17,7 74,6 1,0 34 Papua 5,4 14,2 77,6 2,7 3,2 11,9 83,0 1,8 INDONESIA 3,9 14,9 79,7 1,6 3,4 14,4 80,7 1,5 Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015/2016
Tabel 1.2 Jumlah bayi lahir, bayi berat badan lahir rendah(BBLR), BBLR di
Berdasarkan data badan pusat statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2015 tercatat 2.659 kasus gizi buruk di provinsi NTT. Jumlah penderita gizi buruk tertinggi berada di Kabupaten Sumba Barat Daya dengan 356 kasus, Sumba Timur dengan 317 kasus, Alor 294 kasus Kabupaten Kupang 275 kasus, Kabupaten TTS dengan 271 kasus. Sedangkan pada tahun 2016 data Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur mencatat 3.072 kasus gizi buruk yang terjadi di Nusa Tenggara Timur. Kasus gizi buruk tertinggi berada di Kabupaten TTS dengan 442 kasus, Sumba Barat Daya 364 kasus, Kota Kupang 276 kasus, Kabupaten Alor 246 kasus, Kabupaten Kupang 236 kasus dan Sumba Timur dengan 220 kasus. Tujuan diimplementasikannya sebuah kebijakan adalah untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan mengatasi masalah yang ada di masyarakat. Dikeluarkannya Peraturan Gubernur no 6 tahun 2012 oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk mengatasi masalah kekurangan gizi. Namun fonema yang terjadi di daerah setelah diimplementasikannya kebijakan, tidak mengatasi masalah kekurangan gizi. Berdasarkan data diatas penderita kekurangan gizi di Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami peningkatan. Di dalam implementasi kebijakan kesehatan dalam penanganan kekurangan gizi di Provinsi Nusa Tenggara Timur tidak hanya dipengaruhi oleh faktor rendahnya sumber daya manusia, budaya masyarakat Nusa Tenggara Timur namun juga dipengaruhi oleh faktor politik dan kepentingan kelompok tertentu.
mendefinisikan ulang batas-batas antara politik dan birokrasi dan antara pembuatan keputusan dan pelaksanaan keputusan tersebut. Implementasi karenanya adalah bentuk lain dari politik yang berlangsung di dalam domain kekuasaan yang tak terpilih (unelected power).
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana implementasi kebijakan kesehatan melalui Peraturan Gubernur no 6 tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah Percepatan Pemenuhan Pangan dan Gizi Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2012-2015 dalam penanganan kekurangan gizi di Provinsi Nusa Tenggara Timur?
2. Faktor-faktor apa yang mendorong dan menghambat kebijakan kesehatan melalui peraturan Gubernur no 6 tahun 2012 dalam penanganan kekurangan gizi di Provinsi Nusa Tenggara Timur?
TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan melalui Peraturan Gubernur no 6 tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah Percepatan Pemenuhan Pangan dan Gizi Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2012-2015 dalam penanganan kekurangan gizi di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan faktor-faktor yang mendorong dan menghambat kebijakan kesehatan melalui Peraturan Gubernur no 6 tahun 2012.
II. TINJAUAN PUSTAKA
PENELITIAN TERDAHULU
yang diuntungkan dan kelompok mana yang dirugikan dengan adanya implementasi program ini, serta dampak program ini terhadap petani. Implementasi program sistim tunda jual di Kabupaten Ponorogo dapat dikatakan berhasil, karena: kelompok penerima program sistim tunda jual sudah menerapakan kaidah-kaidah bisnis, terjadi peningkatan produktivitas usaha, terjadi pemupukan modal dan penambahan anggota kelompok, serta terealisasinya pengembalian pinjaman lunas tepat waktu walaupun masih ada kendala-kendala yang terjadi antara lain: masih rendahnya permodalan awal yang dimiliki kelompok, rendahnya penguasaan teknologi pasca panen, belum menerapkan manajemen secara baik, dan tidak tepatnya waktu pencairan dana. Dengan adanya kebijakan program sistim tunda jual di Kabupaten Ponorogo, maka kelompok penerima program ini berkembang menjadi sistim tunda jual yang sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing, sehingga tercipta stabilitas harga pangan di tingkat petani pada tingkat yang wajar terutama pada saat panen raya, serta berkembangnya kemampuan kelompok dalam pengembangan dan pemupukan modal. Mengingat manfaat bantuan modal sistim tundal jual ini sangat besar bagi anggota kelompok, maka program ini dapat dilanjutkan dan dilestarikan.
masyarakat miskin yang sudah mendapatkan pelayanan kesehatan secara cuma-cuma sementara pihak yang merasa dirugikan adalah dari pihak rumah sakit.
3. Tesis Endro Probo Program Magister Kebijakan Publik Fakultas Ilmu Sosisal dan dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya Tahun 2015 tentang Implementasi Kebijakan Tanggung Jawab Sosial Pada Industri Hulu Minyak Dan Gas Bumi Dalam Perspektif Good Corporate Governanace (Studi Pada Saka Indonesia Pangkah Limited Di Kabupaten Gresik Jawa Timur). Studi ini dilaksanakan pada kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) saka indonesia pangkah limited yang beroperasi di blok pangkah kabupaten Gresik Jawa Timur yang bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi kebijakan program tanggung jawab sosial perusahan yang sesuai dengan visi misi korporasi dan amanat Undang-Undang migas No 22 tahun 2001 serta penerimaan masyarakat terhadap pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahan yang sudah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan program tanggung jawab sosial perusahan dalam kegiatan hulu migas belum memiliki standar pelaksana program (SOP) yang dapat dijadikan guidance oleh KKKS dalam menjalankan program tanggung jawab sosial di masing-masing wilayah operasionalnya, meskipun yang sudah memiliki dasar hukum yang cukup kuat berupa UU Migas no. 22 tahun 2001. SIPL telah menjalankan program tanggung jawab sosial perusahan berupa UU Migas no 22 tahun 2001 melalui berbagai model pendekatan program berdasarkan kebutuhan masyarakat yang mengacu pada konsep triple bottom line sekitar wilayah operasi berikut penerapan prinsip good corporate governance (GCG). Dengan demikian, penerimaan masyarakat lokal atas program relatif diterima sehingga, strategi utama dari program yang dijalankan oleh SIPL bertujuan mengamankan operasional perusahan.
yang lain ada kelompok-kelompok tertentu yang merasa dirugikan dengan adanya kebijakan ini sedangkan dalam penelitian ini peneliti berfokus pada implementasi kebijakan yang dipengaruhi oleh konten dan konteks kebijakan dimana dalam penelitian ini peneliti ingin melihat dan meneliti bagaimana kebijakan kesehatan dalam penanganan kekurangan gizi dan faktor-faktor apa yang menghambat dan mendorong implementasi kebijakan dalam penanganan kekurangan gizi di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
KERANGKA KONSEPTUAL
Politik Kebijakan
Konsep politik yang digunakan pada pola pendekatan ini adalah mengacu pada pola–pola kekuasaan dan pengaruh diantara dan yang terjadi dalam organisasi birokrasi. Asumsi dasar dari pendekatan ini adalah penjelasan implementasi tidak terlepas dari proses kekuasaan yang terjadi dalam keseluruhan proses kebijakan publik, seperti di contohkan adanya beberapa kelompok penentang kebijakan yang berusaha untuk memblokir usaha dari berbagai pendukung kebijakan yang ada yang serta merta dapat menjadi faktor penghambat dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan publik. (Rhodes, dalamAbdul Wahab, 2004) Dengan demikian, keberhasilan dan kegagalan suatu implementasi kebijakan publik pada akhirnya akan sangat bergantung pada kesediaan dan kemampuan berbagai kelompok yang dominan dan berpengaruh (atau terdiri dari berbagai koalisi kepentingan) untuk memaksakan kehendak mereka. Dalam kondisi tertentu distribusi kekuasaan mungkin dapat pula menimbulkan kemacetan pada saat implementasi kebijakan, walaupun sebenarnya kebijakan publik secara formal telah disahkan (Budi Prasetyo 2008:98).
Konsep Implementasi Kebijakan
(untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu). Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan tahap dari proses kebijakan segera setelah penetapan undang-undang. implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan undang-undang dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik, bekerja sama-sama untuk menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program-program. Implementasi pada sisi yang lain merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai suatu proses, suatu keluaran (output) maupun sebagai suatu dampak (outcome). Keberhasilan implementasi menurut Merille S. Grindle (1980) dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (context of implementation). Variabel isi kebijakan ini mencakup: 1) sejauh mana kepentingan kelompok sasaran termuat dalam isi kebijakan; 2) jenis manfaat yang diterima oleh target group, sebagai contoh, masyarakat di wilayah slumareas lebih suka menerima program air bersih atau perlistrikan daripada menerima program kredit sepeda motor; 3) sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan; 4) apakah letak sebuah program sudah tepat. 5) apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci dan 6) apakah sebuah program didukung oleh sumberdaya yang memadai. Sedangkan Variabel lingkungan kebijakan mencakup : 1) seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para actor yang terlibat dalam implementasi kebijakan; 2) karakteristik institusi dan rezim yang sedang berkuasa; 3) tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.( Drs, AG Subarsono Msi, MA 2005:93).
Faktor-Faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan
sepenuhnya menguasai permasalahan, atau permasalahan yang dibuat diluar jangkauan kekuasaannya, sehingga betapapun gigih usaha mereka, hambatan– hambatan yang ada tidak sanggup mereka tanggulangi. Akibatnya implementasi yang efektif sukar dipenuhi.
Implementasi kebijakan yang tidak berhasil, biasanya tidak mencapai hasil tertentumanakala suatu kebijakan tertentu telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, namun mengingat kondisi eksternal ternyata tidak menguntungkan (misalnya tiba–tiba terjadi peristiwa pergantian kekuasaan, bencana alam dan sebagainya) kebijakan tersebut tidak berhasil dalam mewujudkan dampak atau hasil akhir yang dikehendaki. Biasanya kebijakan yang memiliki resiko untuk gagal itu disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: pelaksanaannya jelek, kebijakannya sendiri jelek atau kebijakan itu memang bernasib jelek.
Kerangka Teori
Pendekatan Merille S. Grindle: content of policy and context of implementation (1980)
Grindle dalam bukunya yang berjudul politics and policy implementation in the third world (1980) mengatakan bahwa dalam mengimplementasikan sebuah kebijakan bergantung pada content (isi) dan contextnya, serta tingkat keberhasilannya bergantung pada kondisi tiga komponen variabel sumber daya implementasi yang diperlukan.
a. Konten Kebijakan (isi kebijakan)
1. Pihak yang kepentingannya dipengaruhi
Menurut Grindle di dalam implementasi kebijakan dipengaruhi oleh sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat dalam isi kebijakan. Dalam implementasi kebijakan kesehatan dalam penanganan kekurangan gizi di Nusa Tenggara Timur bertujuan untuk mengatasi sejumlah persoalan yang terjadi salah satunya adalah mengatasi masalah gizi buruk yang terjadi di NTT.
2. Jenis manfaat yang akan dihasilkan
Kebijakan yang memberikan manfaat kolektif atau pada banyak orang akan mudah diimplementasikan karena mendapatkan dukungan dari kelompok sasaran atau masyarakat. Dasar dan orientasi kebijakan kesehatan dalam penanganan kekurangan gizi di Provinsi Nusa Tenggara Timur mempunyai tujuan dan manfaat yang kolektif namun setelah diimplementasikan tidak membawa dampak perubahan yang signifikan terhadap masalah kekurangan gizi di Nusa Tenggara Timur.
3. Jangkauan perubahan yang diingankan
Semakin luas dan besar perubahan yang diinginkan melalui kebijakan tersebut, akan semakin sulit juga dilaksanakan. Misalnya, kebijakan anti korupsi dan KKN yang telah berkali-kali dibuat oleh beberapa Presiden RI dengan berbagai badan pemeriksa, tetapi menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat korupsi tertinggi di dunia karena kebijakan tersebut menuntut banyak perubahan perilaku yang tidak dilaksanakan dengan konsekuen. Kredibilitas pesan kebijakan tidak terpenuhi karena isi kebijakan yang mengatur tentang adanya sanksi tidak dilakukan dengan konsisten. Jangkauan perubahan yang diinginkan melalui kebijakan kesehatan di Provinsi Nusa Tenggara Timur menuntut adanya perubahan perilaku dari masyarakat namun disatu sisi perubahan perilaku yang menjadi tuntutan bertentangan dengan budaya masyarakat di Nusa Tenggara Timur.
4. Kedudukan pengambil keputusan
Kasus demikian banyak terjadi pada kebijakan yang implementasinya melibatkan banyak instansi. Dalam penanganan kekurangan gizi di Nusa Tenggara Timur melalui PERGUB no 6 tahun 2012 melibatkan beberapa instansi terkait seperti dinas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, dinas kesehatan Provinsi lembaga swadaya masyarakat (LSM) sehingga membuat kebijakan kesehatan ini sulit dalam proses pengambilan keputusan dalam proses implementasi.
5. Pelaksana program
Ketika pelaksana program memiliki kemampuan dan dukungan yang dibutuhkan oleh kebijakan, tingkat keberhasilnya juga akan tinggi.
6. Sumber daya yang disediakan
Tersedianya sumber daya yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan kebijakan akan mempermudah pelaksanaannya. Sumber daya ini berupa tenaga kerja, keahlian, dana, sarana, dan lain-lain. Dalam proses implementasi kebijakan kesehatan di Nusa Tenggara Timur salah satu yang menjadi kendala ialah terbatasnya sumber daya yang di butuhkan, seperti dokter, perawat dan lain-lain. Dalam hal sarana dan prasarana pun terbatas kurangnya rumah sakit, puskemas serta sulitnya akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan menjadi kendala di daerah.
b. Konteks Kebijakan
1) Kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat
Strategi, sumber, dan posisi kekuasaan implementor akan menentukan tingkat keberhasilan kebijakan yang diimplementasikannya. Apabila suatu kekuatan politik merasa berkepentingan atas suatu program, mereka akan menyusun strategi untuk memenangkan persaingan yang terjadi dalam implementasi sehingga mereka dapat menikmati output-nya. Dalam implementasi kebijakan kesehatan di Nusa Tenggara Timur tidak terlepas dari kekuasaan dan kepentingan kelompok tertentu. Sehinggga merujuk pada teori implementasi menurut Grindle peneliti ingin meneliti dan mempelajari faktor-faktor (context kebijakan) yang mempengaruhi kebijakan kesehatan dalam penanganan kekurangan gizi di Provisi Nusa Tenggara Timur.
2) Karakteristik lembaga dan penguasa
Implementasi suatu program dapat menimbulkan konflik bagi yang kepentingannya dipengaruhi. Strategi penyelesaian konflik mengenai “siapa mendapatkan apa” (misalnya, penggusuran pasar tradisional menjadi supermarket) dapat menjadi petunjuk tidak langsung mengenai ciri-ciri penguasa atau lembaga yang menjadi implementor.
3) Konsistensi dan daya tanggap
Konsistensi dan daya tanggap dari target groups atau kelompok sasaran di dalam mengimplementasikan sebuah kebijakan menjadi sangat penting hal ini di karenakan konsistensi dan daya tanggap dari kelompok sasaran akan sangat berpengaruh pada hasil sebuah kebijakan. Dalam implementasi kebijakan kesehatan di Nusa Tenggara Timur konsistensi dan daya tanggap dari masyarakat di dalam proses implementasi sangat mempengaruhi dampak dari kebijakan kesehatan (Dr. Sahya Anggara, M.Si 2014:254).
III. METODE PENELITIAN
terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Metode ini memungkinkan peneliti mendekati data sehingga mengembangkan komponen keterangan yang analitis, konseptual dan kategoris dari data itu sendiri, sesuai persoalan penelitian (Moeleong, 2009:4).
Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan maksud untuk menelusuri, mendeskripsikan, menemukan dan menganalisa bagaimana implementasi kebijakan kesehatan melalui Peraturan Gubernur no 6 tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah Percepatan Pemenuhan Pangan dan Gizi Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2012-2015 dalam mengurangi masalah kekurangan gizi di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Fokus Peneltian
Dalam penelitian ini peneliti berfokus ingin meneliti tentang konten dan konteks kebijakan, serta faktor apa yang mendorong dan menghambat di dalam implementasi kebijakan. Konten kebijakan yang dapat memengaruhi implementasi kebijakan kesehatan didalam penanganan kekurangan gizi di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dan juga dari sisi konteks implementasi kebijakan dalam penanganan kekurangan gizi di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang dipengaruhi oleh kekuasaan dan kepentinganm aktor kebijakan.
Lokasi Penelitian
Metode Penentuan Informan Penelitian
Untuk menentukan informan salah satu caranya melalui keterangan dari orang yang berwenang baik secara formal maupun informal. Informan dalam penelitian kualitatif memegang peran penting karena informan adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian, dalam sutudi ini penulis menentukan informan melalui key person, karena awalnya penulis sudah mengetahui informasi awal tentang objek maupun informan penelitian. Key person (orang-orang kunci) tersebut antara lain adalah tokoh-tokoh yang terlibat secara langsung atau yang mengamati ( bungin, 1997:77)
Key person ( orang –orang kunci) yang dimaksud dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Anggota DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur
2. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur 3. Kepala Dinas BAPPEDA Provinsi Nusa Tenggara Timur 4. Ketua UNICEF perwakilan NTT
5. Tokoh masyarakat
Metode Pengumpulan Data
Dari berbagai metode pengumpulan data yang ada, studi ini menggunakan metode yang bersandar pada wawancara mendalam dan dokumen tertulis.
Teknik Analisis Data
yang mudah dibaca dan dipahami, baik dalam bentuk kata, kalimat dan paragraf. Analsis data dilakukan melalui proses reduksi data, penyajian data dan sampai pada verivikasi data atau kesimpulan (Bagong, Suyanto 2006:280).
IV. PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Implementasi Kebijakan Kesehatan
Menurut Grindle (1980) menjelaskan bahwa proses implementasi kebijakan hanya dapat dimulai apabila tujuan–tujuan dan sasaran– sasaran yang semula bersifat umum telah dirinci, program aksi telah dirancang dan sejumlah dana /biaya telah dialokasikan untuk mewujudkan tujuan–tujuan dan sasaran– sasaran tersebut. Dengan memperhatikan beberapa pengertian implementasi yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dipahami bahwa kajian implementasi merupakan suatu proses mengubah gagasan atau program menjadi tindakan dan bagaimana kemungkinan cara menjalankan perubahan tersebut. Di dalam perumusan kebijakan keseahatan dalam penanganan masalah kekurangan gizi di Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui peraturan gubernur no 6 tahun 2012 telah dirumuskan tujuan-tujuan dan sasaran yang ingin dicapai oleh pemerintah melalui Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi provinsi NTT 2012–2015 bertujuan untuk mengintegrasikan penanganan pangan dan gizi oleh Pemerintah Pusat dan Daerah. Tujuan dan sasaran Program
komitmen Pemerintah Provinsi melalui RPJMD Provinsi NTT 2013-2018. Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah yang telah dimulai sejak tahun 2011 melalui alokasi dana segar (Fresh money) sebesar Rp. 250 juta terbukti dapat menciptakan masyarakat desa yang maju dan produktif (increased income and living standart).
1. Tujuan Program
Tujuan Pembangunan Terpadu Desa/Kelurahan Mandiri Anggu Merah di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014-2018adalah : Meningkatkan kapasitas perekonomian berbasis keunggulan desa/kelurahan untuk mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi rata-rata >6,5 %, Mendukung penurunan penduduk miskin, Mendukung penurunan angka gizi buruk, Memberdayakan kelembagaan ekonomi dan sosial pedesaan yang dapat mendukung pelaksanaan 6 tekad pembangunan dan 8 agenda pembangunan daerah; Menambah jumlah wirausahawan yang dapat membuka lapangan kerja baru yang dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja di desa/kelurahan.
2. Sasaran Program
Sasaran Pembangunan Terpadu Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014-2018 sebagai berikut: Meningkatnya kapasitas dan daya saing basis ekonomi unggulan desa/kelurahan; Meningkatnya akses sumberdaya ekonomi untuk mendukung pemberdayaan masyarakat; Meningkatnya desa/kelurahan yang mandiri secara ekonomi dan bebas dari kemiskinan.
Konten dan Konteks Kebijakan yang Berpengaruh pada
Implementasi Kebijakan Kesehatan
yang terlibat didalam pelaksanaannya tidak mau bekerja sama, atau mereka telah bekerja secara tidak efisien, bekerja setengah hati atau karena mereka tidak sepenuhnya menguasai permasalahan, atau permasalahan yang dibuat diluar jangkauan kekuasaannya, sehingga betapapun gigih usaha mereka, hambatan– hambatan yang ada tidak sanggup mereka tanggulangi. Akibatnya implementasi yang efektif sukar dipenuhi. Merillee S. Grindle (1980) mencatat bahwa keberhasilan implementasi kebijakan tergantung pada isi kebijakan dan konteks implementasinya, yang disebut dengan derajat kemampuan implementasi. Dalam hal isi, terkait dengan kepentingan publik yang berusaha dipengaruhi oleh kebijakan, jenis keuntungan yang dihasilkan, derajat perubahan yang dimaksud, posisi pembuat kebijakan dan pengimplementasi kebijakan, serta sumber daya yang dihasilkan.
Dalam hal konteks, ada tiga variabel utama yang harus di perhatikan, kekuatan, kepentingan aktor yang terlibat, karakter institusi dan tingkat kepatuhan. Di dalam implementasi kebijakan kesehatan melalui peraturan gubernur no 6 tahun 2012 dalam penanganan masalah kekurangan gizi di Provinsi Nusa Tenggara Timur di dalam penelitian yang telah dilakukan penulis mendapatkan informasi dan data bahwa di dalam implementasi peraturan gubernur dalam penanganan masalah kekurangan gizi di Provinsi Nusa Tenggara Timur tidak terlepas dari faktor konten dan konteks menurut Grindle berdasarkan temuan peneliti faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan kesehatan di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai berikut:
Konten kebijakan dalam Implementasi Kebijakan Kesehatan
- Pihak yang kepentingannya dipengaruhi
ketersediaan pangan dan gizi masyarakat yang selama ini menjadi permasalahan utama di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tujuan utama di keluarkannya peraturan gubernur no 6 tahun 2012 adalah:
a. Menyediakan panduan dan arahan bagi pemerintah provinsi dan 22 kabupaten/kota, DPRD provinsi dan kabupaten/kota, mitra pembagunan internasional, organisasi sosial kemasyarakatan, perguruan tinggi dan swasta dalam upaya peningkatan ketahanan pangan dan perbaikan gizi masyarakat;
b. Menetapkan prioritas penanganan masalah pangan dan gizi dan menentukan prioritas intervensi yang tepat sesuai dengan kondisi yang nyata di masing-masing kabupaten/kota
c. Menyediakan instrumen monitoring dan evaluasi yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja; dan
d. Meningkatkan koordinasi antar pemangku kepentingan yang terlibat dalam pembangunan ketahanan pangan dan gizi di Provinsi NTT.
Berdasarkan temuan hasil diatas menunjukkan bahwa tujuan diimplementasikannya peraturan gubernur no 6 tahun 2012 untuk mengatasi masalah kerawanan pangan dan masalah gizi buruk di Nusa Tenggara Timur. Hal ini dikarenakan bahwa Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan daerah dengan tingkat penderita gizi buruk tertinggi di Indonesia, oleh karena itu dengan diimplementasikannya kebijakan ini diharapkan dapat mengatasi masalah ini.
Jenis Manfaat yang akan dihasilkan
Kebijakan yang memberikan manfaat kolektif atau pada banyak orang akan mudah diimplementasikan karena mendapatkan dukungan dari kelompok sasaran atau masyarakat. Dalam implementasi kebijakan kesehatan penanganan kekurangan gizi di Nusa Tenggara Timur sangat di terima dengan antusias oleh seluruh lapisan masyarakat dengan salah satu program unggulannya DMAM ( Desa Mandiri Anggur Merah ).
kegiatan usaha ekonomi produktif. Pelaksanaan Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2013-2018. Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah sebagai program pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan kewilayahan terpadu dan menyeluruh memilki posisi sangat strategis karena perannya sebagai berikut; (1) Mendukung pelaksanaan enam tekad pembangunan yang ditetapkan sebagai salah satu solusi dalam meningkatkan pendapatan perkapita, menurunkan angka kemiskinan yang mencapai 20,03%, (2) Meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian; (3) menurunkan angka kekurangan gizi (4) Mendukung pelaksanaan 8 agenda pembangunan; dan (5) Mendukung penyiapan lapangan kerja di pedesaan terutama tenaga kerja yang bekerja pada sektor pertanian.
Di dalam implementasi kebijakan kesehatan di Provinsi Nusa Tenggara Timur sangat di dukung oleh seluruh lapisan masyarakat salah satu dengan program unggulan DMAM dari pemerintah daerah mendapat tanggapan posistif dari seluruh masyarakat bahkan ada beberapa kabupaten/kota yang membuat duplikat program serupa untuk mendukung rencana aksi pemerintah provinsi dalam mengatasi masalah ketahan pangan dan menekan angka penderita gizi buruk di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Jangkauan Perubahan yang diinginkan
pada ibu hamil dan bayi sehingga pada umumnya masyarakat mengkonsumsi makan tidak melihat nilai gizi yang terkandung di dalam makan namun masyarakat lebih mengkonsumsi makan dengan porsi yang lebih banyak tetapi asupan gizinya kurang, ini menjadi salah satu faktor yang menghabat penanganan masalah kekurangan gizi di Nusa Tenggara Timur.
Berdasarkan hasil temuan diatas menunjukkan bahwa tuntutan perubahan perilaku oleh masyarakat untuk hidup sehat dan bersih masih sangat sulit untuk dilakukan karena rendahnya pengetahuan masyarakat serta budaya masyarakat Nusa Tenggara Timur yang masih begitu kental membuat perempuan tidak berdaya, hal ini semakin diperkuat dengan data dari nusantara sehat yang menunjukkan hampir 70 persen ibu di Nusa Tenggara Timur tidak memberikan ASI kepada bayi hal inilah yang menjadi salah satu faktor penghambat implementasi kebijakan kesehatan di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kedudukan Pengambil Keputusan
Semakin tersebar kedudukan pengambil keputusan dalam kebijakan (baik secara geografis maupun organisator), akan semakin sulit pula implementasinya. Kasus demikian banyak terjadi pada kebijakan yang implementasinya melibatkan banyak instansi. Dalam penanganan kekurangan gizi di Nusa Tenggara Timur melalui Peraturan Gubernur no 6 tahun 2012 melibatkan beberapa instansi terkait seperti dinas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, dinas kesehatan Provinsi, dinas ketahan pangan provinsi, dinas pertanian, dinas peternakan dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) sehingga membuat kebijakan kesehatan ini sulit dalam proses pengambilan keputusan.
pelaksana berbeda dengan para pembuat keputusan, maka proses pelaksanaan suatu kebijakan menjadi semakin sulit.
Pelaksana Program
Ketika pelaksana program memiliki kemampuan dan dukungan yang dibutuhkan oleh kebijakan, tingkat keberhasilnya juga akan tinggi. Di dalam implementasi program DMAM di Nusa Tenggara Timur didukung oleh pelaksana program yang memiliki kemampuan yang dibutuhkan oleh kebijakan baik itu dari tingkat provinsi sampai ke tingkat desa.
Sumber daya yang disediakan
Tersedianya sumber daya yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan kebijakan akan mempermudah pelaksanaannya. Sumber daya ini berupa tenaga kerja , keahlian, dana, sarana, dan lain-lain. Dalam proses implementasi kebijakan kesehatan di Provinsi Nusa Tenggara Timur sangat di dukung oleh anggaran yang memadai oleh pemerintah provinsi berdasarkan data ditemukan besar anggaran yang dikucurkan pemerintah daerah Total anggaran yang sudah disalurkan ke desa/kelurahan sampai tahun 2016 adalah Rp. 664.500.000.000 (Enam ratus enam puluh empat miliar lima ratus juta rupiah), sedangkan tahun 2017 telah dicairkan ke rekening desa/kelurahan sebesar Rp.148.000.000.000 (Seratu sempat puluh delapan miliar rupiah) sehingga total anggaran yang telah disalurkan ke rekening Desa/kelurahan berjumlah Rp. 812.500.000.000 (Delapan ratus dua belas miliar lima ratus juta rupiah) per Bulan Oktober 2017. Jumlah Pengembalian sampai tahun Bulan Oktober Tahun 2017 sudah mencapai Rp.188.770.069.147 (28,41%) dan total perguliran Rp.62.682.481.429. Untuk memberikan informasi terkait perkembangan Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah, maka disusun Laporan Pelaksanaan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah Tahun 2017.
Berdasarakan data di atas besaran anggaran yang telah di keluarkan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2017 sebesar Rp. 812.500.000.000 ini menjadi salah satu faktor pendorong dalam implementasi kebijakan kesehatan dalam penanganan masalah kekurangan gizi di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Konteks Kebijakan dalam implementasi kebijakan kesehatan
Konteks implementasi juga akan berpengaruh pada tingkat keberhasilannya karena baik mudahnya kebijakan maupun dukungan kelompok sasaran, hasil implementasi tetap bergantung pada implementornya. Karakter dari pelaksana akan mempengaruhi tindakan pelaksana dalam mengimplementasikan kebijakan karena pelaksana adalah individu yang tidak mungkin bebas dari kepercayaan, aspirasi, dan kepentingan pribadi yang ingin dicapai. Dalam mengimplementasi suatu kebijakan, terdapat suatu kemungkinan dari pelaksana untuk membelokkan suatu yang sudah ditentukan demi kepentingan pribadinya sehingga dapat menjauhkan tujuan dari kebijakan sebenarnya. Konteks implementasi yang berpengaruh pada keberhasilan implementasi menurut Grindle adalah sebagai berikut:
Kepentingan Politik
Strategi, sumber, dan posisi kekuasaan implementor akan menentukan tingkat keberhasilan kebijakan yang diimplementasikannya. Apabila suatu kekuatan politik merasa berkepentingan atas suatu program, mereka akan menyusun strategi untuk memenangkan persaingan yang terjadi dalam implementasi sehingga mereka dapat menikmati output-nya. Dalam implementasi kebijakan kesehatan di Nusa Tenggara Timur tidak terlepas dari kekuasaan dan kepentingan kelompok tertentu. Berdasarkan data dan fakta di dalam implementasi kebijakan kesehatan di Provinsi Nusa Tenggara Timur, peneliti melihat adanya upaya dari aktor kebijakan membelokkan kebijakan untuk mencapai tujuannya sendiri. Hal ini diperkuat dengan data daerah penerima program DMAM yang tidak sesuai dengan tujuan utama kebijakan.
kepentingan politik oleh aktor kebijakan hal ini terlihat jelas di dalam implementasi program DMAM daerah yang menjadi prioritas utama ketahanan dan kerentanan pangan seperti kabupaten Tengah Selatan, Belu, Sabu Raijua, Kota Kupang, Timor Tengah Utara, daerah prioritas 2 meliputi daerah Sumba Timur, Sumba Tengah dan Sumba Barat Daya dan juga daerah prioritas dengan penderita kekurangan gizi tertinggi seperti Kabupaten Kupang, Belu, Sabu Raijua, Sumba barat daya mendapatkan porsi bantuan lebih sedikit dibandingkan kabupaten Ende, Flores Timur manggarai Timur dan manggarai Barat yang berdasarkan data kerentanan dan ketahanan pangan masuk dalam prioritas 6 dimana memiliki ketahanan pangan yang cukup dan berdasarkan data dinas kesehatan kabupaten Ende, Flores Timur, Manggarai dan Manggarai Barat berada dalam daerah dengan tingkat penderita kekurangan gizi terrendah. Berdasarkan temuan data inilah peneliti melihat adanya upaya aktor kebijakan membelokkan kebijakan untuk tujuannya sendiri.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, Sahya 2014, Kebijakan Publik, Bandung Pustaka Setia
Bungin, M. Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.
Creswell, John W. (1994). Qualitative Inqury and Research Design : Choosing Among Five Approaches, Sage Publication
Herabundin. 2016, Studi kebijakan pemerintah dari filosifi ke implementasi.
Bandung. CV Pustaka setia.
Grindle, Merilee s (1980). Politics and policy implementations in the third world. New jersey; princetown university press
Moha Anugrah Aditya. 2016 Ekonomi Politik Kesehatan Indonesia. Jakarta wahana semesta intermedia
Moleong J. Lexy, 2009 Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nugroho Riant 2015, Kebijakan Publik di Negara-negara Berkembang. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Prasetyo Budi 2008. Politik Kebijakan proses politik dalam arena kebijakan, Surabaya: Lutfansah Mediatama.
Winarno Budi. 2014. Kebijakan Publik teori, proses dan studi kasus, Yogyakarta : CAPS (Center Academic Publishing Service)
Parson Wayne 2011. Public Policy Pengantar Teori Dan Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Subarsono AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik, konsep Teori dan Aplikasi. Yogyakarta Pustaka pelajar
Jurnal dan Website
Budi Prasetyo Kajian Teoritik karakter kebijkan publik, Jurnal Politik Indonesia, Vol 1 No.1, Juli-4 September 2012
Tri Handayani Politik perberasan implementasi program sistim tunda jual di kabupaten Ponorogo 2010
Sry Rahayu Implementasi kebijakan jaminan kesehatan masyarakat (JAMKEMAS) di rumah sakit (studi kasus di RSUD Dr. Soetomo) 2010 Endro Probo Implementasi Kebijakan Tanggung Jawab Sosial Pada Industri Hulu
Minyak Dan Gas Bumi Dalam Perspektif Good Corporate Governanace (Studi Pada Saka Indonesia Pangkah Limited Di Kabuapaten Gresik Jawa Timur). 2017
Mohamad Arifin (Implementasi Kebijakan badan layanan umum daerah pada rumah sakit paru Pamekasan). 2015
www. Kemenkes_ Kekurangan Gizi di NTT Tertinggi _ Republika Online.html
www.ntt.bps.go.id
http://timorexpress.fajar.co.id/2017/07/20/demam-diklaim-dongkrak-jumlah-koperasi/
http://maxfmwaingapu.com/2015/08/panwas-pilkada-perintahkan-kpu-sumba-timur-masukkan-golkar-sebagai-partai-pengusung-gby-ulp/
http://kupang.tribunnews.com/2010/04/17/delapan-paket-bakal-rebut-kursi-bupati-sumbar-
https://pilkada2015.kpu.go.id/belukab
Undang-Undang Republik Indonesia no 36 tahun 2009 tentang kesehatan
Peraturan Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur No 6 Tahun 2012 tentang rencana aksi daerah percepatan pemenuhan pangan dan gizi Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2012-2015.