• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN KESABARAN DALAM ALQUR’AN SURAT AL-INSAN AYAT 24 DAN SURAT AS-SYUURA AYAT 43 SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENDIDIKAN KESABARAN DALAM ALQUR’AN SURAT AL-INSAN AYAT 24 DAN SURAT AS-SYUURA AYAT 43 SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN KESABARAN DALAM ALQUR’AN

SURAT AL-INSAN AYAT 24

DAN SURAT AS-SYUURA AYAT 43

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

LAILA AZIZAH

111-12-215

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)

PENDIDIKAN KESABARAN DALAM ALQUR’AN

SURAT AL-INSAN AYAT 24

DAN SURAT AS-SYUURA AYAT 43

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh

LAILA AZIZAH

111-12-215

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

Demi masa (1) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian (2) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi

kesabaran (3)

"Tidak sempurnalah keimanan seseorang itu sehingga ia mencintai kepada saudaranya - sesama musliminnya - perihal apa-apa yang ia

(8)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah dengan izin Allah skripsi ini selesai

Dengan ketlusan hati dan rasa Syukur skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Orang tuaku tercinta, Bapak Fahrur dan Ibu Malikhatun yang telah

memberikan semangat, selalu memberikan dukungan, selalu memberikan

arahan, dan mencurahkan segala daya dan upaya serta mendoakanku setiap

waktu dan berusaha mewujudkan mimpiku demi kesuksesanku. Terima

kasih atas kasih sayang yang telah diberikan selama ini.

2. Adikku tercinta Taufiqurrohman, yang selalu memberikan semangat dan

membantuku untuk menjadi contoh yang baik untuknya serta mendoakan

di setiap waktu. Semoga kamu dimudahkan dalam studimu.

3. Drs. H. Nasafi, M. Pd.I dan Ibu Asfiyah selaku pengasuh Pondok

Pesantren NURUL ASNA Pulutan Salatiga yang telah membekali ilmu

agama selama ini dan sabar dalam membimbingku.

4. Dosen-dosen Tarbiyah, terima kasih telah memberikan ilmu dunia dan

akhirat yang semoga menjadi ilmu yang bermanfaat di dunia serta di

akhirat kelak.

5. Teman-teman PAI F 2012 dan teman-teman KKN posko 50 yang telah

menemani dan memberikan semangat dalam penulisan skripsi ini.

6. Sahabat-sahabatku Lu‟luul Khasanah, Ika Tyas Andini, Umi Fatimah,

Latifah Listiyanti yang telah mewarnai hidupku dan selalu memberikan

semangat.

(9)

KATA PENGANTAR

Asslamu‟alaikumWr. Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas

segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga

tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Penyusunan skripsi ini merupakan syarat yang diajukan untuk memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (Spd ) di Institu Agama Islam Negeri Salatiga. Dengan

selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. BapakDr H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam.

4. Bapak Drs. Bahrudin, M.Ag., sebagai dosen pembimbing skripsi yang

telah mencurahkan pikiran dan tenaganya serta mengorbankan

waktunya untuk membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas

skripsi ini.

5. Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag., selaku pembimbing akademik.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah

(10)
(11)

ABSTRAK

Azizah, Laila. 2016. 111-12-215. Pendidikan Kesabaran dalam Al-Qur‟an Surat Al-Insan ayat 24 dan Surat As-Syuura ayat 43. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 2016. Pembimbing Drs. A Bahrudin, M.Ag.

Kata Kunci Pendidikan, Kesabaran, Al-Qur‟an.

Peneliti memilih judul pendidikan kesabaran dalam Al-Qur‟an surat Al-Insan ayat 24 dan As-Syuura ayat 43 yaitu untuk mendalami kesabaran yang diperintahkan oleh Allah untuk tidak mudah putus asa, menyerah dan dapat menerima segala ujian serta dapat memaafkan kesalahan dan tidak memiliki sifat dendam terhadap kesalahan orang lain yang diperbuat. Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka, dengan menjadikan literatur kitab-kitab seperti Al-Qur‟an, Al-Hadist, ataupun buku-buku yang dapat dijadikan sebagai objek kajian peneliatian yang berhubungan dengan pendidikan kesabaran, kemudian menyusun dan menganalisis isinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Bagaimana konsep pendidikan kesabaran, 2) Bagaimana konsep pendidikan kesabaran dalam Al-Qur‟an surat Al-Insan ayat 24 dan As-Syuura ayat 43, 3) Adakah relevansi antara pendidikan kesabaran dalam Al-Qur‟an surat Al-Insan ayat 24 dan As-Syuura ayat 43 dengan pendidikan.

(12)

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

JUDUL... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Metodologi Penelitian ... 8

F. Penegasan Istilah ... 11

G. Telaah Pustaka ... 12

H. Sistematika Penulisan Skripsi ... 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan ... 16

1. Pengertian Pendidikan ... 16

2. Landasan Pendidikan ... 18

3. Tujuan Pendidikan ... 21

(13)

1. Pengertian Pendidikan Islam ... 23

2. Dasar Pendidikan Islam ... 25

3. Tujuan Pendidikan Islam ... 28

C. Kesabaran dalam Al-Qur‟an dan dalam Pendidikan ... 29

1. Kesabaran dalam Al-Qur‟an ... 29

a. Pengertian Kesabaran ... 29

b. Macam-macam Sabar ... 31

c. Hikmah-hikmah Kesabaran ... 37

d. Hakekat Kesabaran ... 39

2. Kesabaran dalam Pendidikan ... 41

BAB III PENDIDIKAN KESABARAN DALAM AL-QUR’ANSURAT AL-INSAN AYAT 24 DAN AS-SYUURA AYAT 43 A. Surat Al-Insan ayat 24 dan Arti Mufrodat ... 45

B. Surat As-Syuura ayat 43 dan Arti Mufrodat... 46

C. Pendapat para Mufassir ... ... 47

D. Asbabun Nuzul surat Al-Insan ayat 24 ... ... ... 57

E. Asbabun Nuzul surat As-Syuura ayat 43 ... ... 58

BAB IV RELEVANSI KESABARAN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-INSAN AYAT 24 DAN SURAT AS-SYUURA AYAT 43 A. Konsep Pendidikan Kesabaran ... 60

B. Kesabaran dalam Al-Qur‟an Surat Al-Insan ayat 24 dan Surat As-Syuura ayat 43 ... 64

C. Relevansi Pendidikan Kesabaran dalam Al-Qur‟an Surat Al-Insan ayat 24 dan Surat As-Syuura ayat 43 dengan konsep kesabaran dalam pendidikan ... 65

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lembar Konsultasi

Nota Pembimbing

Daftar Nilai SKK

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan adalah proses yang terus maju ke depan dan esensinya

ialah penciptaan terus menerus dari gairah dan cita-cita. Tujuan kehidupan

ini adalah membentuk insan yang mulia (insan kamil) dan setiap pribadi

haruslah berusaha untuk mencapainya. Dalam kehidupan kita ini

memerlukan pendidikan. Pendidikan penting dalam perkembangan bangsa

dan negara. Pendidikan tidak hanya didapat melalui sekolah namun bisa

didapatkan dari pengalaman. Misal dari pengalaman yang ada atau dari

pengetahuan yang dimilikinya John Dewey (Dalam Daradjat 1982: 1)

menyatakan bahwa: pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup

manusia guna membentuk dan mempersiapkan pribadinya agar hidup

dengan disiplin (Yasin, 2008: 15).

Melalui pendidikan manusia dapat menghadapi alam semesta demi

mempertahankan kehiupannya. Agama Islam menetapkan pendidikan pada

kedudukan yang paling tinggi dan penting pada ajarannya. Hal ini bisa

dilihat dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadist yang banyak menjelaskan tentang

arti pendidikan bagi kehidupan umat manusia sebagai hamba Allah

(Asrahah, 1999: 2).

(16)

lainnya. Semua itu dapat dilihat dari sikap dan kepribadiannya. Namun, pendidikan tidaklah menentukan kebaikan dari pribadi seseorang. Pendidikan sangatlah diperlukan dalam membentuk kepribadian dan perkembangan manusia dan juga untuk memperbaiki masa depannya Dengan adanya pendidikan ini manusia dapat memperbaiki kehidupannya. Pendidikan adalah proses sosialisasi untuk mencapai kompetensi pribadi dan sosial sebagai dasar untuk mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya.

Islam telah mengajarkan kepada manusia untuk berhubungan secara vetikal dan horizontal. Hubungan manusia secara vertikal yaitu segala hal yang berhubungan dengan ibadah serta ketaatannya kepada Allah swt. Sedangkan horizontal yaitu hubungan manusia dengan manusia lainnya yang berhubunggan dengan sosial atau kemasyarakatan. Salah satu diantaranya yaitu sifat sabar. Baik sabar dalam menghadapi segala cobaan atau bahkan sabar ketika menjalankan ibadah kepada Allah swt. Dalam hal ibadah manusia dianjurkan untuk bersikap sabar. Segala amal dan perbuatan pasrahkan saja kepada Allah swt.

(17)

dimiliki oleh makhluk berakal yaitu manusia saja. Manusia diberikan akal yang membedakan dengan makhluk lainnya. Agar manusia selalu berfikir ketika hendak melakukan sesuatu. Berbeda dengan binatang yang tidak memiliki sifat sabar dalam dirinya. Yang dapat menghancurkan kehidupannya, yang dapat mencelakakan dirinya ketika dalam melakukan suatu hal.

Sabar merupakan keadaan mental yang sangat positif merupakan bagian dari ajaran Islam. Sabar berarti memiliki keatabahan dan daya yang sangat kuat untuk menerima beban, ujian, dan tantangan tanpa sedikitpun mengubah harapan untuk menemui hasil yang ditanamkan.

Sabar membentuk jiwa manusia menjadi kuat dan teguh. Disaat manusia menghadapi bencana walaupun jiwanya tergoncang tetapi tidak akan panik, tidak hilang sikap keseimbangannya. Hatinya tabah menghadapi bencana, tidak berubah pendiriannya. Dapat diibaratkan seperti batu karang di tengah lautan yang tidak akan sedikitpun tatkala dipukul ombak yang bergulung-gulung (Nasution, 2011: 7).

Dalam emosi pribadi seseorang telah demikian dipengaruhi hingga

individu pada umumnya kurang dapat atau tidak dapat menguasai diri lagi.

Tingkah laku perbuatannya tidak lagi memperlihatkan suatu norma yang

ada dalam hidup bersama, teruji telah memperlihatkan sesuatu norma yang

ada dalam hidup bersama, terbukti telah memperlihatkan adanya gangguan

ataupun hambatan dalam diri individu. Seseorang yang mengalami emosi

(18)

Tidak setiap hal yang positif membuat orang yang menerimanya berperilaku positif.Tidak setiap kekayaan mampu menjadikan seseorang bahagia. Musibah dan bencana memberi keyakinan bahwa kasih sayang Allah SWT

tercurah kepada kita (Effendy, 2012: 7). Rasulullah SAW bersabda yang artinya “

Besarnya pahala itu sesuai dengan besarnya cobaan dan kuatnya kesabaran” (HR.

Tirmidzi).

Menurut Yusuf Qardlawi yang dimaksud dengan cobaan yaitu cobaan umum yang menimpa hati dengan ketakutan, menimpa perut dengan kelaparan, menimpa harta dengan kekurangan, menimpa jiwa dengan kematian, menimpa buah dengan kegagalan panen dan seterusnya (Qardlawi, 1989: 23). Dengan kesabaran maka Allah akan mengangkat derajat orang yang mau bersifat sabar itu. dalam suatu ayat Al-Qur‟an orang yang beriman saling berpesan dan untuk berbuat kebenaran dan kesabaran.

Artinya: kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (Departemen Agama RI, 2012: 601).

(19)

menerima cobaan yang diberikan Allah SWT. Dengan kesabaran yang tinggi, seseorang dapat melewati perjalanan hidup yang tidak selamanya lurus. Adasaatnya menurun, licin atau bahkan terjal perjalanan hidupnya. Seperti roda yang berputar adakalanya roda kehidupan berada diatas dengan kebahagiaan yang dialami dan adakalnya berada dibawah dengan ujian dan cobaan yang menimpanya. Rintangan serta tantangan dapat dijadikan sebagai peluang dan kesempatan untuk memperbaiki kehidupannya.

Dalam menghadapi tiap-tiap keadaan dan situasi ini haruslah dengan

sikap jiwa yang telah digariskan oleh Al-Qur‟an dan Hadist. Sudah dijelaskan bahwa tatkala mendapatkan nikmat dan bahagia dan apabila

mendapat kesusahan atau ditimpa musibah harus bersikap sabar. Firman

Allah pada Surat Al-Baqarah 155:



155. dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar(Departemen Agama RI, 2012: 24).

Sabar bukan hanya sebagai pelengkap tetapi merupakan masalah

pokok yang dibutuhkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas mental

dan formalnya untuk mencapai kebahagiaan individu maupun sosial.

Agama tidak akan tegak dan dunia tidak akan bangkit kecuali dengan

sabar, sabar adalah kebutuhan manusiawi dan keagamaan, tidak akan

(20)

yang sabar akan mendapat tujuan, akan tetapi yang tidak sabar tidak akan

mendapat sesuatu (Qardlawi, 1992: 10-11).

Dalam Hadist juga disebutkan mengenai sabar, yaitu:

27

bersabda: “Amat mengherankan skali keadaan orang mukmin itu,

sesungguhnya semua keadaan keadaan itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak akan ada lagi seorangpun melainkan hanya untuk orang mukmin itu belaka, yaitu apabila ia mendapatkan kelapangan hidup, iapun bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, sedang apabila ditimpa oleh kesukaran, yakni berupa bencana, iapun bersabar dan hal inipun adalah merupakan kebaikan

baginya.” (Riwayat Muslim)(Al-Nawawi, 2009: 19)

Namun tidaklah mudah ketika menerima cobaan tetap bersikap sabar tanpa mengeluh dan berputus asa. Manusia sebagai makhluk yang

diciptakan berakal tidaklah jauh dari tempat salah dan lupa. Maka ketika

mendapatkan suatu musibah akan mengeluh, berputus asa dan bersedih

hati. Dari paparan di atas penulis merasa tertarik membahas masalah

tersebut. Untuk itu penulis mengajukan judul PENDIDIKAN

KESABARAN DALAM AL-QUR‟AN SURAT AL-INSAN AYAT 24

(21)

B. Rumusan Masalah

Dari judul penelitian diatas penulis berusaha untuk mengetahui

pendidikan kesabaran maka dalam penelitian ini ada beberapa

permasalahan diantaranya:

1. Bagaimanakah konsep pendidikan kesabaran?

2. Bagaimana konsep pendidikan kesabaran dalam Al-Qur‟an surat Al

-Insan ayat 24 dan As-Syuura ayat 43.

3. Adakah relevansi antara pendidikan kesabaran dalam Al-Qur‟an

surat Al-Insan ayat 24 dan As-Syuura ayat 43 dengan konsep

kesabaran dalam pendidikan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok masalah yang di rumuskan, berkembang

menjadi beberapa poin yang akan menjadi tujuan penelitian. Tujuan itu

adalah:

1. Untuk mengetahui konsep pendidikan kesabaran.

2. Untuk memgetahui pendidikan kesabaran dalam Al-Qur‟an surat

Al-Insan ayat 24 dan As-Syuura ayat 43.

3. Untuk mengetahui relevansi antara pendidikan kesabaran dalam

Al-Qur‟an surat Al-Insan ayat 24 dan As-Syuura ayat 43 dengan

konsep kesabaran dalam pendidikan.

(22)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Bagi IAIN Salatiga, untuk memperkaya daftar pustaka yang diberikan

kepada mahasiswa di perpustakaan IAIN Salatiga, selain itu dapat

dijadikan bukti dalam memberikan khazanah ilmu baru lewat generasi

terdidik yang bisa menunjukan hasil penelitiannya.

2. Untuk khalayak umum penelitian ini dibuat dapat mempermudah

memahami makna pendidikan kesabaran dalam surat Al-Insan ayat 24

dan As-Syuura ayat 43 dan maksud dari ayat-ayat tersebut menurut para

ulama‟ terkemuka.

3. Buah kinerja bagi peneliti sendiri, selain memberikan wawasan baru

dalam dunia pendidikan peneliti juga akan lebih memahami sejauhmana

interpretasi dan ekspektasi dari ayat-ayat tentang kesabaran yang telah

diteliti tersebut.

E. Metodologi Penelitian

Pengertian metode, berasal dari kata mothodos (Yunani) yang

dimaksud adalah cara atau suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah

yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu

objek atau subjek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban

yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk

(23)

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian

kepustakaan (library research) dengan mengumpulkan objek-objek

penelitian bahwa yang akan diteliti menggunakan (library research).

Dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan, baik data primer,

sekunder dengan mencari sumber-sumber kepustakaan (Kuswaya,

2011: 11).

2. Pendekatan

Untuk melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode

tematik. Tafsir tematik yaitu sebuah penelitian pada tema tertentu

untuk dikaji. Pada tafsir tematik ini hanya membahas mengenai sebuah

permasalahan yang dijadikan penelitian sesuai dengan temanya.

Langkah-langkah tafsir tematik atau tafsir maudhu‟i yaitu sebagai

berikut:

a. Memilih atau menetapkan masalah al-Qur‟an yang akan dikaji

secara tematik atau maudhu‟i.

b. Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut kronologi masa

turunnya, disertai pengetahuan mengenai latar belakang turunnya

ayat atau asbabun nuzul ayat.

c. Memahami munasabah ayat-ayat tersebut didalam masing-masing

(24)

d. Menyusun tema bahasan didalam kerangka yang pas, sistematis,

sempurna, dan utuh.

e. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh

dengan cara menghimpun ayat yang mengandung pengertian

serupa, menjelaskan ayat-ayat tersebut agar tidak ada

makna-makna yang kurang tepat. (Abd Al-Hayy Al Farmawi, 1996:

45-46)

3. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan peneliti adalah metode yang bersifat

library research dalam pengumpulan data yang akan digunakan untuk

penelitian, maka penulis membagi sumber data menjadi dua bagian:

a. Sumber data primer, yaitu Al-Qur‟an dan Hadist yang

berkaitan dengan kesabaran.

b. Sumber data sekunder, yaitu tafsir-tafsir Al-Qur‟an yang

berkaitan dengan kesabaran dan karya-karya para ahli serta

buku-buku yang membahas tentang segala hal yang berkaitan

dengan konsep kesabaran dalam pendidikan.

4. Metode Analisi Data

Analisis non-statistik sesuai untuk data deskriptif. Data

deskriptif sering hanya dianalisis menurut isinya, dan karena itu

(25)

(Suryabrata, 1995: 85). Disini peneliti menggunakan metode content

analysis dalam menguraikan makna yang terkandung dalam redaksi

Al-Qur‟an, setelah itu dari hasil interpretasi tersebut dilakukan analisa

secara mendalam guna menjawab rumusan masalah yang telah

dipaparkan oleh penulis.

F. Penegasan Istilah

Untuk memperjelas makna judul serta menghindari penafsiran dan

penjelasan juga sebagai batasan penulisan. Maka penulis akan

menjelaskan istilah yang penting di dalam judul.Adapun

istilah-istilah itu:

1. Pendidikan

Pendidikan adalah bimbingan atau pembinaan secara sadar oleh si

pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik

menuju terbentunya kepribadian yang utama (Marimba, 1989: 17).

Pengertian pendidikan adalah usaha yang di jalankan oleh seseorang

atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok

orang. Agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan

penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

2. Kesabaran

Sabar adalah keteguhan hati dalam menghadapi kesulitan dan

bahaya atau dalam memperoleh lapangan dan kecukupan. Juga

keteguhan hati dalam meneruskan pekerjaan dan melanjuatkan

(26)

kesulitan dan bahaya atau dalam memperoleh kelapangan dan

kecukupan (Fachruddin, 1992: 348).

3. Al-Qur‟an

Al-Qur‟an secara harfiah berarti bacaan. Secara terminologi Al-Qur‟an

adalah kitab suci yang diwahyukan Tuhan kepada Nabi Muhammad

SAW yang disampaikan lewat Malaikat Jibril yang dikomunikasikan

dengan menggunakan bahasa Arab yang harus dipercayai

kebenarannya tanpa syarat dan menjadi pedoman hidup bagi para

pengikutnya (Supadie, dkk. 2012: 169).

4. Pendidikan Kesabaran

Pendidikan kesabaran dapat mendidik manusia agar selalu

berusaha, tidak putus asa dan menerima begitu saja apa yang

terjadi dalam dirinya, mendidik manusia untuk selalau optimis

tidak menyerah serta pasif dan tidak tergesa-gesa dalam melakukan

suatu hal. Semua yang dilakukan penuh dengan rasa sabar.

G. Telaah pustaka

Kajian yang membahas tentang pendidikan kesabaran dalam

Al-Qur‟an ini membahas mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan

kesabaran. Manusia yang memiliki akal seharusnya lebih bersabar dalam

menghadapi setiap masalah yang ada. Karena manusia berbeda dengan

makhluk ciptaan Allah swt dibandingkan yang lainnya. Dalam Al-Qur‟an

(27)

dalam hal ibadah, sabar ketika menghadapi cobaan atau ketika

mendapatkan musibah.

Manusia adalah makhluk yang eksplorasif dan potensial. Dikatakan

makhluk eksploratif, karena manusia memiliki kemampuan untuk

mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia disebut

sebagai makhluk potensial, karena pada diri manusia tersimpan sejumlah

kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan (Jalaluddin, 1996: 79).

Sabar bukan hanya sebagai pelengkap tetapi merupakan masalah pokok

yang dibutuhkan manusia untuk meningkatkan kualitas mental dan

formalnya untuk mencapai kebahagiaan individual maupun sosial.

Dalam setiap ayat mengenai kesabaran ini mempunyai spesifikasi

yang berbeda. Meskipun sama halnya mengenai kesabaran namun

didalamnya berbeda mengenai kesabaran seperti apa yang akan

disampaikannya. Dalam hal ini kesabaran yang akan dilakukan yaitu

kesabaran dengan ketetapan yang telah Allah berikan dan kesabaran saat

terdzalimi dan memaafkan orang yang mendzaliminya.

H. Sistemika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi yang disusun terbagi dalam tiga

bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri

dari sampul, lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan

pembimbing, halamn pengesahan kelulusan, halaman pernyataan

orisinalitas, halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar,

(28)

Bagian inti atau isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke

dalam lima bab yang rinciannya adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Berisi mengenai latar belakang penelitian, rumusan dan

tujuan penelitian, dan juga manfaat penelitian, dan sistematika

pembahasan yang digunakan dalam membuat penelitian agar

lebih terstruktur dan sistematis.

BAB II : Landasan Teori

Dalam bab II ini landasan teori diuraikan sebagai

pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian,

meliputi teori-teori yang berhubungan dengan Pendidikan

Kesabaran dalam Al-Qur‟an surat Al-Insan ayat 24 dan

As-Syuura ayar 43 dengan pendidikan.

BAB III : Pendidikan Kesabaran dalam Al-Qur‟an surat Al-Insan ayat 24

dan surat As-Syuura ayat 43.

Dalam bab ini akan membahas mengenai asbabun nuzul

ayat, pandangan mufasir, dan tafsir ayat tentang kesabaran surat

Al-Insan ayat 24 dan As-Syuura ayat 43.

BAB IV : Relevansi Kesabaran dalam Al-Qur‟an surat Al-Insan ayat 24

dan As-Syuura ayat 43 dengan konsep kesabaran dalam

Pendidikan.

Dalam bab IV ini peneliti memfokuskan pada inti

(29)

dalam Al-Qur‟an surat Al-Insan ayat 24 dan As-Syuura ayat 43

dengan konsep kesabaran dalam Pendidikan.

BAB V : Penutup

Adalah bab yang memuat kesimpulan penulis dari

pembahasan skripsi ini, saran-saran dan kalimat penutup yang

(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Kata pendidikan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata didik,

yang mendapat awalan pe- dan akhiran –an, yang berarti sebagai

proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok

dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

pelatihan; proses perbuatan, cara mendidik. (KBBI, 1994: 232). Disini

pendidikan secara etimologi diartikan memelihara, memberi latihan

mengenai akhlak dan kecerdasan pemikiran.

Dalam bahasa Arab ada kata ta‟lim dan tarbiyah, berarti

pengajaran dan pendidikan, yang berasal dari kata „allama dan rabba.

Disamping itu ada kata ta‟dib yang ada hubungannya dengan kata adab

yaitu susunan. Mendidik berarti membentuk manusia menempati

tempat yang tepat dalam susunan masyarakat dalam posisi

proporsional sesuai ilmu dan tekhnologi yang dikuasainya (Yusuf,

1995: 94).

Dalam arti yang sederhana pendidikan sering diartikan sebagai

usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan

nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan menurut para

(31)

1) John Dewey

Pendidikan adalah proses pembentukan

kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke

arah alam dan sesama manusia. (Hasbullah, 2005: 2).

2) Driyarkara

Di kutip oleh Driyakarya dalam bukunya Hasbullah

(2005:2) Pendidikan ialah pemanusiaan manusia muda atau

pengangkatan manusia muda ke taraf insani.

3) Ki Hajar Dewantara

Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup, tumbuhnya

anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun

segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar

mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat

dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang

setinggi-tingginya dikutip oleh Suwarno dalam bukunya (Hasbullah,

2005: 4).

4) Menurut UU No. 20 th 2003

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

(32)

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

(Hasbullah, 2005: 4).

Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami

sekarang belum terdapat di zaman Nabi. Tetapi usaha dan

kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan

seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran,

memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi

motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung

pelaksanaan ide pembentukan pribadi msulim itu, telah

mencakup arti pendidikan dalam pengertian sekarang

(Daradjat, 1992: 27).

Dari pengertian pendidikan diatas dapat disimpulkan bahwa

pendidikan berarti suatu usaha yang dilakukan oleh manusia

dalam rangka untuk membentuk tingkah laku dan

mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sesuai dengan

norma yang sudah ada dalam masyarakat guna mencapai insan

kamil atau manusia yang seutuhnya.

2. Landasan Pendidikan

Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk

mencapai suatu tujuan harus mempunyai landaasan tempat berpijak

yang baik dan kuat. Oleh karena itu pendidikan islam sebagai suatu

(33)

kegiatan dan semua perumusan tujuan pendidikan islam itu

dihubungkan.Landasan itu terdiri dari:

a. Al-Qur‟an

Al-Qur‟an ialah firman Allah berupa wahyu yang

disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di

dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan

untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran

yang terkandung dalam Al-Qur‟an itu terdiri dari dua prinsip

besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang

disebut AQIDAH, dan yang berhubungan dengan amal yang

disebutu SYARI‟AH.

Pendidikan, karena termasuk ke dalam usaha atau tindakan

untuk membentuk manusia, termasuk kedalam ruang lingkup

mu‟amalah. Pendidikan sangat penting karena ikut menentukan

corak dan bentuk amal dan kehidupan manusia, baik pribadi

maupun masyarakat.

b. As-Sunnah

As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan

Rasul Allah SWT. Yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah

kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah

dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan.

Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur‟an.

(34)

Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup

manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi

manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa. Untuk itu Rasul

Allah menjadi guru dan pendidik utama.

Oleh karena itu Sunnah merupakan landasan kedua bagi

cara pembinaan pribadi manusia muslim. Sunnah selalu

membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah

sebabnya, mengapa ijtihad perlu ditingkatkan dalam

memahaminya termasuk sunnah yang berkaitan dengan

pendidikan.

c. Ijtihad

Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berfikir deng an

menggunakan selalu ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syari‟at

islam untuk menetapkan atau menentukan sesuatu hukum

Syari‟at Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan

hukumnya oleh Al-Qur‟an dan Sunnah.

Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek

kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman

pada Al-Qur‟an dan Sunnah. Namun demikian, ijtihad harus

mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh para mujtahid tidak

boleh bertentangan dengan isi Al-Qur‟an dan As-Sunnah

(35)

Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari

Al-Qur‟an dan Sunnah yang diolah oleh akal sehat dari para ahli

pendidikan Islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang

berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup di suatu tempat

pada kondisi dan situasi tertentu. Teori-teori pendidikan baru

hasil ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan

hidup.

Kegiatan pendidikan dan pengajaran yang merupakan tugas

setiap warga negara dan pemerintah, harus berlandaskan filsafat

dan pandangan hidup bangsa ini, dan harus dapat membina

warga negara yang berfilsafat dan berpandangan hidup sama.

(Daradjat. 1992: 19-22).

3. Tujuan Pendidikan

Tujuan dalam proses pendidikan, dalam hal ini pendidikan Islam

adalah cita-cita yang mengandung nilai-nilai Islam yang hendak

dicapai dalam proses pendidikan dalam proses pendidikan yang

berdasarkan ajaran Islam seacara bertahap (Arifin, 1991: 224).Tujuan

pendidikan yang lainnya meliputi, antara lain:

a. Tujuan umum

Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua

kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara

(36)

meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan

pandangan.

b. Tujuan akhir

Pendidikan islam itu berlangsung selam hidup. Maka tujuan

akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir

pula. Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola

takwa dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah dan

berkurang dalam perjalanan hidup seseorang.

c. Tujuan sementara

Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah

anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang

direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.

Pada tujuan sementara bentuk Insan Kamil dengan pola

takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana,

sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada

pribadi anak didik.

d. Tujuan operasional

Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai

dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit

kegiatan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan

diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu tujuan operasional.

Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari

(37)

operasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan

kepribadian(Daradjat, 1992: 30-33).

B. Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan Islam

Secara etimologi pendidikan berasal dari bahasa Yunani “

Paedagogie” yang terdiri dari dua kata pais yang berarti anak dan

again yang artinya bimbingan (Ahmadi dan Uhbiyati, 2001: 69).

Jadi artinya bimbingan yang diberikan kepada anak.

Sedangkan secara terminlogi, John Dewey sebagaimana

dikutip oleh Hasbulalh menyatakan bahwa yang dimaksud dengan

pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan

fundamental scara intelektual dan emosional ke arah alam dan

sesama manusia (Hasbullah, 2005: 2).

Islam ditenggarai sebagai bentukan dari kata istislam

(penyerahan diri sepenuhnya kepada ketentuan Allah), salam

(keselamatan), dan salima (kesejahteraan). Secara harfiah islam

juga dapat diartikan menyerahkan diri, selamat dan kesejahteraan.

Maksudnya orang yang mengikuti Islam akan memperoleh

keselamatan dan kesejahteraan dunia akhirat. Arti lainnya ialah

sullam yang berarti tangga. Dalam konteks pendidikan makna ini

setara dengan peningkatan kualitas sumber daya insani (layaknya

(38)

Menurut Achmadi, Pendidikan Islam dapat diartikan

sebagai segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan

fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada padanya

menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai

dengan moral Islam, yakni untuk membentuk manusia yang

beriman dan bertakwa serta memiliki berbagai kemampuan yang

teraktualisasi hubungannya dengan Allah, dengan sesama manusia

dan dengan alam sekitarnya (Achmadi, 1999: 28-29).

Menurut Syahminan Zaini, sebagaimana dikutip oleh Moh

Shofan, mengemukakan bahwa Pendidikan Islam ialah usaha

mengembangkan fitrah manusia dengan ajaran Islam agar terwujud

kehidupan manusia yang makmur dan sejahtera (Shofan, 2004: 50).

M. Arifin merumuskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan

Islam yaitu sistem kependidikan yang dapat memberikan

kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai

dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan

mewarnai corak kepribaiannya (Arifin, 1999: 10). Dengan kata

lain, manusia yang mendapatkan pendidikan Islam harus mampu

hidup dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagaimana diharapkan

(39)

2. Dasar Pendidikan Islam

Pendidikan merupakan suatu proses atau usaha suatu

kegiatan atau aktifitas haruslah mempunyai dasar berpijak yang

baik dna kuat. Dasar pendidikan Islam identik dengan dasar tujuan

Islam sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu

Al-Qur‟an dan Hadist. Jika pendidikan itu diibaratkan bangunan maka

isi Al-Qur‟an dan Hadistlah yang menjadi fundamennya (Marimba,

1989: 41).

Dasar-dasar pendidikan Islam telah dirumuskan oleh

beberapa ahli, diantaranya Said Ismail Ali sebagaimana dikutip

oleh Muhaimin dan Abdul Mujib bahwa dasar ideal pendidikan

Islam adalah mencakup:

a. Al-Qur‟an

Al-Qur‟an merupakan sumber nilai yang absolut yang

eksistensinya tidak mengalami perubahan walaupun

interpretasinya dimungkinkan mengalami perubahan yang

sesuai dengan konteks zaman, ruang dan waktu. Al-Qur‟an

dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan Islam karena

didalamnya memuat beberapa aspek yang dapat dijadikan

sebagai sejarah pendidikan Islam. Hal ini dapat dilihat

bagaimana Al-Qur‟an mengisahkan beberapa kisah Nabi,

(40)

pertama. Ia merintis budaya awal di bidang tarbiyah, ta‟lim dan

ta‟dib (Muhaimin dan Mujib, 1993: 145).

b. Hadist (Sunnah)

Sunnah berkedudukan sebagai penjelas dalam Al-Qur‟an.

Namun pengamalan kekuatan kepada Allah sesuai dengan

ajaran sering kali sulit terlaksana tanpa penjelasan dari Hadist.

Karena itu Allah memerintahkan manusia untuk mentaati

Rasuldalam kerangka ketaantan kepadaNya. Oleh karena itu

sunah merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah

Al-Qur‟an (Muhaimin dan Mujib, 1993: 145).

c. Teladan Sahabat Nabi

Upaya sahabat Nabi dalam pendidikan Islam sangat

menentukan perkembangan dewasa ini. upaya yang dilakukan

oleh Abu Bakar dalam pembukuan Al-Qur‟an yang digunakan

sebagai sumber pendidikan Islam, kemudian diteruskan oleh

Umar bin Khattab yang banyak melakukan reaktualisasi ajaran

Islam. Tindakan Umar seperti ini sebagi salah satu model

untuk membangun strategi kependidikan, terutama dalam

pembaharuan pendidikan Islam. Kemudian tindakan tersebut

diteruskan oleh Usman bin Affan misalnya dngan upaya

melakukan sistematisasi terhadap Al-Qur‟an berupa kodifikasi

Al-Qur‟an. Kemudian disusul oleh Ali bin Abi Thalib yang

(41)

merumuskan etika anak didik kepada pendidiknyan atau

sebaliknay (Muhaimin dan Mujib, 1993: 148-149).

d. Kemaslahatan Umat

Maksudnya ketentuan pendidikan yang brsifat operasional

dapat disusun dan dikelola menurut kondisi dan kebutuhan

masyarakat (Muhaimin dan Mujib, 1993: 149).

e. Nilai dan Adat Istiadat Masyarakat

Nilai-nilai tradisi setiap masyarakat merupakan realitas

yang kompleks dan dialektis. Nilai-nilai tersebut tercermin

kekhasan masyarakat, sekaligus sebagai pengejawantahan

tradisi masyarakat dapat dijadikan dasar ideal pendidikan

Islam (Muhaimin dan Mujib, 1993: 150).

f. Hasil Pemikiran (Ijtihad)

Hasil pemikiran atau ijtihad para mujtahid dapat dijadikan

dasar pendidikan Islam. Apalagi ijtihad tersebut sudah menjadi

ijma‟ sehingga eksistensinya semakin kuat (Muhaimin dan

Mujib, 1993: 151).

3. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan adalah suatu yang diaharapkan tercapai setelah

sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan Islam

secara umum adalah untuk mencapai tujuan hidup muslim, yakni

menumbuhkan kesadaran manusia sebagai makhluk Allah SWT,

(42)

mulia dan beribadah kepadaNya. Dengan demikian pendidikan

Islam mampu mengembangkan potendi-potensi baik jasmaniah

maupun rohaniah, emosional maupun intelektual, serta

keterampilan agar manusia mampu mengatasi problema hidup

secara mandiri serta sadar dapat hidup menjadi manusia-manusia

yang berfikir bebas. Sehingga dapat bertanggung jawab kepada

dirinya sendiri dan masyarakat serta dapat mempertanggung

jawabkan amal perbuatannya dihadapan Allah SWT (Thoha, 1996:

101).

Menurut M. Arifin bahwa tujuan pendidikan Islam adalah

menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam

rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur

menurut ajaran Islam (Arifin, 1987:41).

Tujuan umum dan pengajaran dalam Islam ialah

menjadikan manusia sebagai abdi atau hamba Allah SWT. Tujuan

ini mungkin membuahkan tujuan-tujuan khusus. Mengingat bahwa

Islam adalah risalah samawi yang diturunkan kepada manusia,

maka sudah seharusnya bahwa bila sasaran tujuan umum

(43)

C. Kesabaran dalam Al-Qur’an dan dalam Pendidikan

1. Kesabaran dalam Al-Qur‟an

a. Pengertian Kesabaran

Kesabaran berasal dari kata sabar yang dalam bahasa Arab

shabr berarti menahan atau mengekang. Bersabar artinya yaitu

menahan diri dari segala sesuatu yang disukai dan tidak disukai

dengan tujuan mengharap ridha Allah SWT (Effendy, 2012: 6).

Dari pengertian lain Sabar adalah suatu bagian dari akhlak

utama yang dibutuhkan seorang muslim dalam masalah dunia dan

agama. Ia harus mendasarkan amal dan cita-citanya kepadanya.

Sebagai muslim wajib meneguhkan hatinya dalam menanggung

segala ujian dan penderitaan dengan tenang (Al-Ghazali, 1985:

258).

Kata shabr maknanya habs, yakni menahan. Maka sabar

dimaknai “usaha menahan diri dari hal-hal yang tidak disukai

dengan sepenuh kerelaan dan kepasrahan” (Ahmadi, 2004: 86).

Adapun pengertian secara istilahi kesabaran adalah

menyerahkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak

Allah, tetapi tenang ketika mendapatkan cobaan, dan

menampakkan sikap cukup walaupun sebenarnya berada dalam

kefakiran dalam bidang ekonomi (Al Qusyairi, 2002: 184).

Secara etimologi, sabar berarti teguh hati tanpa mengeluh

(44)

Islam adalah tahan menderita sesuatu yang tidak disenangi dengan

rida dn ikhlas serta berserah diri kepada Allah. Dan dapat pula

dikatakan bahwa secara umum sabar itu ialah kemampuan atau

daya tahan manusia menguasai sifat yang destruktif yang terdapat

dalam tubuh setiap orang, yaitu hawa nafsu. Jadi, sabar itu

mengandung unsur perjuangan, pergulatan, pergumulan, tidak

menyerah, dan menerima begitu saja.

Sifat sabar itu hanya dikaruniakan Allah kepada manusia,

tidak kepada makhluk yang lain. Sebabnya ialah, karena manusia

mempunyai hawa nafsu, tapi disamping ia dianugerahi pula akal

untuk mengendalikan hawa nafsu itu supaya jangan sampai

merusak atau merugikan (Asmaran, 2002: 230).

Sabar ialah tahan menderita yang tidak disenangi dengan

ridha dan tmenyerahkan diri kepad Allah. Bukan disebut sabar,

orang yang menahan diri dengan terpaksa, tetapi sabar yang hakiki

ialah sabar yang berdiri atas menyerah kepada Allah dan menerima

ketetapan Allah dengan lapang dada (Moh Rifa‟i, 1993: 258).

Dari pengertian-pengertian diatas menurut penulis dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sabar yaitu menahan

dan mengendalikan diri dari cobaan dan ujian yang dihadapinya

dan tidak berkeluh kesah serta menerima dengan lapang dan yakin

(45)

b. Macam-macam Sabar

Jika dilihat dari perwujudannya, sifat sabar itu dibagi

menjadi lima bagian, yaitu:

1) Sabar dalam beribadah

Sabar mengerjakan ibadah adalah dengan tekun

mengendalikan diri melaksanakan syarat-syarat dan tata tertib

ibadah itu. menurut Imam Ghazali, dalam pelaksanaan ibadah

itu perlu diperhatikan tiga hal, yakni:

a. Sebelum melaksanakan ibadah, harus dibuhul niat yang

suci dan ikhlas, semata-mata beribadah karena taat kepada

Allah.

b. Sedang melakukan ibadah, janganlah lalai memenuhi

syarat-syaratnya, jangan lupa melakukan sesuai dengan tata

tertibnya.

c. Sesudah selesai beribadah, jangan bersikap ria,

menceritakan ke kiri ke kanan tentang ibadah atau amalan

yang dikerjakan, dengan maksud supaya mendapat

sanjungan dan pujian manusia.

2) Sabar ditimpa malapetaka

Sabar ditimpa malapetaka atau musibah ialah teguh hati

ketika mendapat cobaan, baik yang berbentuk kemiskinan

maupun berupa kematian, kejatuhan, kecelakaan, dan lain

(46)

kesabaran, maka akan terasa tekanannya terhadap jiwa dan

raga. Raga atau badan semakin lemah dan lemas, jiwa atau hati

semakin kecil. Timbullah kegelisahan, kecemasan, panik dan

akhirnya putus asa. Malah kadang-kadang ada pula yang nekat

dan gelap mata mengambil keputusan yang tragis, sperti bunuh

diri.

3) Sabar terhadap kehidupan dunia

Sabar terhadap kehidupan dunia ialah sabar terhadap

tipudaya dunia; jangan sampai terikat hati pada kenikmatan

hidup duniawi ini. dunia ini adalah jembatan untuk kehidupan

yang abadi, kehidupan akhirat. Kehidupan di dunia ini

janganlah dijadikan tujuan, tapi hanya sebagai alat untuk

mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang abadi.

Banyak orang yang terpesona terhadap kemewahan hidup

duniawi. Dilampiaskannya hawa nafsunya, hidup

berlebih-lebihan, rakus, tamak dan sebagainya sehingga tidak

memperdulikan mana yang halal dan mana yang haram, malah

kadang-kadang merusak dan merugikan orang lain. Memang,

tabiat manusia cenderung kepada kenikmatan hidup lahiriyah,

kehidupan yang semu, kehidupan sementara.

4) Sabar terhadap maksiat

Sabar terhadap maksiat ialah mengendalikan diri supaya

(47)

mengerjakan maksiat itu sangat kuat, sebab memang ada

kecenderungan manusia itu untuk berbuat maksiat di samping

ia senantiasa digoda dan didorong oleh syetan agar manusia

terjerumus kepada ke maksiatan. Syetan itu laksana kipas yang

terus-menerus mengipas-ngipas api yang kecil sehingga

akhirnya menjadi besar merembet dan menjilat-jilat ke tempat

lain. Kalau api telah semakin besar, maka sukar untuk

memadamkannya.

Sabar kepada maksiat ini bukan hanya smata untuk

keselamatan diri sendiri, tetapi untuk keselamatan orang lain,

yakni berusaha supaya orang lain juga jangan sampai

terperosok ke jurang kemaksiatan, dengan melakukan amar

ma‟ruf nahi munkar (menyuruh manusia melakukan kebaikan

dan mencegahnya dari perbuatan yang salah dan buruk).

5) Sabar dalam perjuangan

Sabar dalam perjuangan ialah dengan menyadari

sepenuhnya bahwa setiap perjuangan mengalami masa up and

down, masa naik dan masa turun, masa menang dan masa

kalah. Sabar dalam arti tidak putus asa, tidak putus harapan,

tidak putus semangat.

Apabila suatu perjuangan dikendalikan oleh sifat sabar,

maka dengan sendiinya akan timbul ketelitian, kewaspadaan,

(48)

manusiawi (Asmaran, 2002: 230-232). Sementara itu perlu

diyakini bahwa Allah SWT. Memberikan jaminan yang lebih

baik dalam segala hal kepada orang-orang yang bersikap sabar,

seperti yang dinyatakan secara umum oleh Allah SWT. Di

dalam surah al-Nahl ayat 96:



memberi Balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.(Departemen Agama RI, 2012: 278)

Sabar dibutuhkan dalam beberapa hal, antara lain:

1) Kesabaran dalam taat dan ibadah

Ibadah adalah perintah Allah kepada umat manusia.

Meskipun ibadah harus hanya ditunjukkan kepada Allah,

namun sesungguhnya Allah tidak mendapatkan manfaat apa

pun dari ibadah hamba-Nya. Yang mendapatkan manfaat

adalah manusia pelaku ibadah itu sendiri.

Ibadah pada umumnya bukan amalan yang disukai oleh

hawa nafsu manusia. Bahkan hawa nafsu sering

merintanginya. Karena itu, kesabaran mutlak diperlukan

agar ketaatan kepada Allah bisa istiqamah.

Amalan ketaatan yang paling menghajatkan kesabaran

(49)

Allah. Medan ibadah inilah yang paling keras dan berat.

Firman Allah SWT dalam Surat Ali Imran ayat 200:





200. Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.(Departemen Agama RI, 2012: 76)

2) Kesabaran menjauhi maksiat

Selain menjalankan ketaatan seorang Muslim

diharuskan menjauhi kemaksiatan. Perintah ini ditekankan

karena galibnya kemaksiatan sangat disukai oleh hawa

nafsu manusia. Ketika azan berkumandang mengajak

shalat, nafsu akan menghalangi manusia bersegera shalat.

Orang yang bersabar untuk senantiasa taat kepda

Allah itu berat, namun lebih berat lagi sabar untuk tidak

berbuat maksiat sementara seorang melakukannya dan

(50)

milik mereka yang mendapatkan taufik dan hidayah dari

Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 127:



127. bersabarlah (hai Muhammad) dan Tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.(Departemen Agama RI, 2012: 281) 3) Kesabaran menghadapi ujian

Kehidupan memang bisa direncanakan dan

bisadibangun sesuai dengan yang kita inginkan. Namun

manusia tidak bisa secara mutlak mengendalikan dan

menguasainya. Banyak hal yang berhasil dirancang

manusia, namun masih lebih banyak lagi yang misterius

yang hanya tunduk kepada kekuasaan dan kehendak Allah,

Dzat Yang Mahakuasa (Ahmadi, 2004: 86-90).

c. Hikmah-hikmah kesabaran

1) Kesabaran melimpahruahkan pahala

(51)

96.dan Sesungguhnya Kami akan memberi Balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.(Departemen Agama RI, 2012: 278).

2) Kesabaran selalu melahirkan kebajikan

Kesabaran memang mahal nilainya. Maka ia demikian

dijunjung tinggi dalam Islam.

Kesabaran bukanlah sikap menerima secara pasif tanpa

inisiatif. Jika ada seseorang yang hidupnya statis tanpa ada

kemajuan hanya karena ia tidak memiliki kemauan untuk

berusaha dan mengubah hidupnya, padahal peluang tersedia

dan kemampuan ada, maka kita tidak mengatakan bahwa orang

itu penyabar.

Kesabaran merupakan anugrah Allah yang sangat besar

nilainya. Kehidupan didunia ini, yang terkadang

menyenangkan dan saat lain menyedihkan, tidak mungkin

diatasi, kecuali dengan sikap sabar. Kenikmatan dalam bentuk

pangkat atau kekayaan hanya akan menjerumuskan, jika yang

menerima terlalu bergembira hingga lupa diri. Sebaliknya,

penderitaan juga hanya akan membuat orang lebih menderita

jika mendapatkan kurang tahan, lalu mencela Allah dan

(52)

membuat segala sesuatu menjadi bernilai kebaikan dan

maslahat.

Dari Abu Sa‟id Al-Khudriy, Rasulullah Saw. Juga bersabda,

ِْ ىلل ْنِم َ َ ْ َأَ ءً ْ يَخ ءًااَ َع ٌدَحَأ َ ِ ْعُأ اَمَ

Artinya: “tidak ada sesuatu pemberian yang diberikan kepada

seseorang lebih baik dan lebih luas dibanding kesabaran (HR. Muslim)(Al-Nawawi, 2009: 19)

3) Kesabaran menghadapi cobaan merupakan bukti kekuatan iman

Dalam logika pendidikan didapatkan bahwa seorang peserta

didik jika akan naik kelas maka ia harus menempuh ujian.

Logika ini sebenarnya bukan hanya berlaku di lingkup

pendidikan, namun juga berlaku di pentas kehidupan yang luas.

d. Hakekat Kesabaran

Jika kesabaran dibutuhkan oleh setiap orang mukmin dalam

mengarungi kehidupannya, maka kesabaran secara khusus lebih

dibutuhkan oleh mereka yang bergelut dengan medan dakwah dan

jihad. Demikian itu karena tantangan dalam medan kehidupan

secara umum adalah bagaimana memenuhi kebutuhan pribadi,

sedangkan tantangan di medan dakwah adalah bagaimana

mengatasi kebutuhan umat secara internal, sekaligus bagaimana

mengatasi tantangan dari pihak luar. Maka tantangan di medan

dakwah dan jihad jelas lebih kompleks dan lebih berat. Kesabaran

dengan demikian harus senantiasa menyertai seorang dai (Ahmadi,

(53)

Kesabaran menjadi salah satu kunci utama untuk meraih

kesuksesan di dunia dan di akhirat

Syekh Shalih bin Abdul „Aziz Alusy mengatakan dalam

penjelasannya bahwa sabar tergolong perkara yang menempati

kedudukan yang sangat agung dalam agama Islam. Sabar termasuk

salah satu bagian ibadah yang sangat mulia. Sabar menempati

relung-relung hati, gerak gerik lisan, dan tindakan anggota badan.

Sebagian ulama mengatakan bahwa sabar terbagi tiga, yaitu

sabar dalam berbuat taat, sabar dalam menahan diri dari maksiat,

dan sabar tatkala menerima takdir Allah Swt. Yang terasa

menyakitkan.Sabar memang berat. Oleh karena itu, Imam Ibnu

Qayyim al-Jauziyah menjadikan sabar dalam menuntut ilmu, sabar

dalam menghafalkan ilmu, dan sabar dalam menyampaikan ilmu

termasuk jihad fi sabilillah. Dari penjelasan tersebut, kita bisa

mengetahui bahwa sabar bukanlah kelemahan, tetapi kekuatan.

Sabar bukan kelesuan, tetapi gairah hidup. Sabar bukan

kecengengan, tetapi ketegaran. Sabar bukanlah pesimis, tetapi

optimis. Dan sabar bukanlah diam membisu, tetapi pantang

menyerah. Dan, orang yang sabar bukanlah sekadar yang tidak

menangis ketika mendapatkan musibah, bukan pula mengeluh

ketika tertimpa kesulitan, karena itu barulah tahapan awal

(54)

“dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama

mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka

tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di

jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada

musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.”

Meraih kemengan adalah janji Allah Swt. Kepada

hamba-hambaNya yang bersabar. Dan janji-Nya pastilah benar (Syukur,

2013: 18).

2. Kesabaran dalam Pendidikan

Sabar menurut Imam Al-Ghozali adalah tetapnya penggerak

agama, yang berhadapan dengan penggerak nafsu syahwat. Tetapnya

penggerak agama itu adalah suatu hal yang dihasilkan oleh ma‟rifat.

Dengan memusuhi nafsu syahwat dan melawannya. Karena

sebab-sebab kebahagiaan di dunia dan di akhirat (Al-Ghozali, 1985: 275).

Terlepas dari pandangan mengenai maqam shabar pada dasarnya

kesabaran adalah wujud dari konsistensi diri seseorang untuk

memegang prinsip yang telah dipegangi sebelumnya (Hasyim, 2002:

44).

Menurut pendapat Muhammad Ustman Najati bahwa sabar

merupakan indikator kesehatan mental karena dalam sabar tersirat

kemampuan individu memikul kesulitan hidup, tegar dalam

menghadapi berbagai bencana, dan cobaan hidup. Ia tidak menjadi

(55)

sanggup menghadapi berbagai cobaan dan situasi sulit dengan

kesabaran adalah orang yang memiliki kepribadian paripurna dan bisa

menikmati tingkat kesehatan mental yang baik (Najati, 2005: 312).

Sabar dalam kaitannya dengan psikologi dapat digambarkan

dengan teori psikoanalisis Sigmund Freud dan dianalogikan sebagai

“super ego”. Seperti yang telah diketahui teori dari Sigmund Freud

aspek pemunculan perilaku adalah id, ego dan super ego.

Sabar merupakan sebuah pembelajaran dari bagaimana kita

menyikapi sesuatu hal yang kita alami. Kesehatan mental adalah suatu

kondisi batin yang senantiasa berada dlaam keadaan tenang, aman dan

tenteram. Upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan

anatara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri

sepenuhnya kepada Tuhan) (Jalaluddin, 2000: 146).

Sebagai makhluk yang memiliki kesadaran, manusia menyadari

adanya problem ynag mengganggu kejiwaannya, oleh karena itu

sejarah manusia juga mencatat adanya upaya mengatasi suatu

problema. Upaya tersebut ada yang bersifat mistik irasional, ada juga

yang bersifat rasional, konsepsional dan ilmiah (Mubarok, 2000: 13).

Solusi yang ditawarkan dalam mengatasi hal tersebut adalah

pendekatan psikologi dalam hal ini adalah kesehatan mental.

Kesehatan mental (mental hygiene) adalah ilmu yang meliputi sistem

tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur

(56)

ialah orang yang dlaam rohani atau dalam hatinya selalu merasaiasa

tenang, aman, dan tenteram (Jalaluddin, 1996: 138).

Kesehatan mental adalah suatu kondisi batin yang senantiasa

berada dalam keadaan tenang, aman, dan tenteram. Upaya untuk

menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui

penyesuaian diri melalui resignasi, (penyerahan diri sepenuhnya

kepada Tuhan) (Jalaluddin, 1996: 146).

Terjadinya perubahan pemikiran pada manusia itu tergantung pada

kemampuan manusia dalam menanggapinya. Menurut Abd al-Qadir

dalam bukunya Jalaluddin terjadinya pergeseran kondisi perasaan itu

tergantung dari deajat keimanan yang tersimpan dalam diri manusia,

disamping faktor susunan tubuh serta dalam atau dangkalnya rasa dan

kesadaran manusia itu.(Jalaluddin, 1996: 142)

Kesehatan mental seseorang berhubungan dengan kemampuan

menyesuaikan diri dengan masalah yang dihadapi. Setiap manusia

memiliki keinginan tertentu dan diantara mereka ada yang berhasil

memperoleh tanpa bekerja keras, ada yang memperolehnya setelah

berjuang, dan ada yang tidak berhasil meski telah bekerja keras dan

bersabar untuk menggapainya.

Sifat sabar hanya dimiliki oleh makhluk yang berakal. Sifat sabar

ini dijelaskan dalam Al-Qur‟an pada beberapa surat, yang didalamnya

membahas mengenai kesabaran. Yang mengandung bahwa kesabaran

(57)

sesuai kemampuannya. Sabar dapat mendidik manusia untuk tidak

tergesa-gesa dalam menetapkan sesuatu hal agar tidak terjerumus

sebelum melakukannya. Sabar juga mendidik manusia agar selalu

bersikap optimis terhadap apa yang akan dilakukannya tidak pesimis

dan mudah menyerah terhadap ketetapan Allah.

Jadi pendidikan kesabaran merupakan serangkaian usaha yang

dilakukan manusia untuk membentuk dirinya atau orang lain agar

memiliki sifat sabar, melalui bimbingan dan pembinaan jasmani

maupun rohani yang dapat membawa manusia mengembangkan

potensinya sehingga memiliki sifat kesabaran yang sempurna dan

(58)

BAB III

PENDIDIKAN KESABARAN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL INSAN

AYAT 24 DAN AS-SYUURA AYAT 43

Al-Qur‟an adalah undang-undang Allah yang Maha Benar, menjadi

petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa kepada-Nya, karena ialah Al-Kitab

yang tidak ada sedikitpun keraguan di dalamnya (Q.S. 2/Al-Baqarah : 2).

Al-Qur‟an adalah sumber utama ajaran Islam, merupakan petunjuk tentang

akidah, hukum, ibadah, dan akhlak. Intinya al-Qur‟an memberi petunjuk jalan

hidup manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-Qur‟an merupakan

pedoman utama bagi manusi sebagai dasar kehidupan seseorang.

A. Surat Al-Insan ayat 24 dan Arti Mufrodat



Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka.

Arti Mufrodat Surat Al-Insan ayat 24

ْرِثْصاَف maka bersabarlah

ِىْكُحِهَكِّت َر terhadap keputusan Tuhanmu

ْ ِ ُ َلا َو dan jangan engkau taati

(59)

اًًِثا orang berdosa

ْوَأ atau

ا ًر ْىُفَك orang ingkar (Shohib, 2010: 579)

B. Surat As-Syuura ayat 43 dan Arti Mufrodat

tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, Sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diutamakan.

Arti mufrodat pada Qur‟an Surat As-Syuura ayat 43

َرَثَص ًٍََْن َو Dan siapa yang bersabar

َرَفَ َو dan (ia) memaafkan

َكِنَاذ هٌِا sesungguhnya itu

ِر ْىُيُلاْا ِو ْ َع

ًٍَِْن benar-benar termasuk perbuatan mulia (Shohib, 2010: 487).

Sabar menurut Surat Al-Insan ayat 24 berarti menerima segala

sesuatu tanpa berputus asa dan mengeluh dengan apa yang telah Allah

SWT berikan kepada kita dan yakin bahwa Allah SWT memberikan

cobaan sesuai dengan kemampuan dan tetap ada dalam ketertapan Allah

SWT serta tidak mengikuti ajakan atau mentaati makhluk lain selain Allah

SWT. Sabar dalam ayat ini merupakan sabar dalam mencari Ridha Allah

semata. Sabar yang dimaksud oleh ayat merupakan sabar dalam bentuk

ruhani tidak nampak nyata oleh pandangan dan fisik.

Sabar dalam Surat As-Syuura ayat 43 ini yang dimaksudkan ialah

(60)

yang telah menguji kesabaran karena hal itu termasuk perbuatan yang

mulia. Sabar yang dimaksudkan ialah sabar terhadap keingkaran dari

orang-orang kafir. Sabar dalam ayat ini merupakan sabar dalam jasmani

karena nampak dalam fisik dan dapat terlihat oleh mata secara langsung.

C. Pendapat para Mufasir

24. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka.

25. dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang.

26. dan pada sebagian dari malam, Maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari.

27. Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat).

28. Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian tubuh mereka, apabila Kami menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti (mereka) dengan orang-orang yang serupa dengan mereka.

(61)

30. dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

31. dan memasukkan siapa yang dikehendakiNya ke dalam rahmat-Nya (surga). dan bagi orang-orang zalim disediakan-Nya azab yang pedih.(Departemen Agama RI, 2012: 579-580)

Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah SWT memberikan

kenikmatan yang tak terhingga kepada Rasulullah SAW. Dengan

diturunkannya Al-Qur‟an yang agung. “Maka bersabarlah kamu kepada

ketetapan Tuhanmu, “yaitu bersabarlah terhadap ketentuan dan takdirNya.

Karena, Dia akan mendidik kamu dengan didikan-Nya yang sangat baik. “

Dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang kafir itu di antara

mereka.” Yaitu, janganlah kamu mengikuti orang yang hendak

menghalangi kamu dari apa yang telah diturunkan kepadamu. Namun,

sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu dan

bertawakkallah kepada Allah, sebab Dialah yang akan melindungi kamu

dari perbuatan dan kekafiran hati orang-orang durjan. “Dan sebutlah nama

Tuhanmu pagi dan petang, “ yaitu di awal dan akhir siang, “ Dan pada

sebagian dari malam, maka sujudlah kepadaNya dab bertasbihlah

kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari.” Penggalan ini seperti

firman-Nya, “ Dan di sebagian malam bertahajudlah kamu sebagai

tambahan bagimu. Semoga Tuhanmu akan membangkitkan kamu di

tempat yang terpuji.”

Kemudian Allah Ta‟ala berfirman, “Sesungguhnya mereka

menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak mempedulikan kesudahan

Referensi

Dokumen terkait

Data tes bakat diperoleh dari 7 item tes yang terdiri dari tes antropometri meliputi: tinggi badan dan berat badan dan tes fisik meliputi: kelentukan, kekuatan,

terhadap penilaian kinerja UPTD parkir sendiri dalam pelaksanaan pengawasan parkir di kota Pekanbaru khususnya di Kecamatan Sukajadi, dilihat dari adanya

Jadi, permasalahan dalam penelitian ini, bagaimana menghasilkan cat tembok dari getah karet, tepung tapioka dan air sehingga dapat membentuk cat tembok dengan komposisi yang tepat

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah telah melimpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akhir ini yang merupakan

Dalam mengembangkan produk Remote Presentasi dilakukan 10 tahap perancangan, yaitu perencanaan produk, identifikasi kebutuhan pelanggan, spesifikasi produk, penyusunan konsep,

PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SUBTEMA 4 KEBERSAMAAN DALAM KELUARGA MENGACU KURIKULUM SD 2013

Masyarakat yang akan membuat KTP, KK atau yang lainnya harus membawa belangko yang sudah ditandatangani oleh Kepala desa atau sekdes serta dari pihak kecamatan kalau tidak

Bantuan diberikan oleh keluarga batih (nuclear family) dalam bentuk perlindungan bagi calon pengantin laki-laki untuk melakukan “tindakan tersembunyi” dalam tradisi bajapuik, agar