PENDIDIKAN KESABARAN DALAM ALQUR’AN
SURAT AL-INSAN AYAT 24
DAN SURAT AS-SYUURA AYAT 43
SKRIPSI
Diajukan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
LAILA AZIZAH
111-12-215
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
PENDIDIKAN KESABARAN DALAM ALQUR’AN
SURAT AL-INSAN AYAT 24
DAN SURAT AS-SYUURA AYAT 43
SKRIPSI
Diajukan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh
LAILA AZIZAH
111-12-215
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
MOTTO
Demi masa (1) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian (2) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran (3)
"Tidak sempurnalah keimanan seseorang itu sehingga ia mencintai kepada saudaranya - sesama musliminnya - perihal apa-apa yang ia
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah dengan izin Allah skripsi ini selesai
Dengan ketlusan hati dan rasa Syukur skripsi ini saya persembahkan untuk :
1. Orang tuaku tercinta, Bapak Fahrur dan Ibu Malikhatun yang telah
memberikan semangat, selalu memberikan dukungan, selalu memberikan
arahan, dan mencurahkan segala daya dan upaya serta mendoakanku setiap
waktu dan berusaha mewujudkan mimpiku demi kesuksesanku. Terima
kasih atas kasih sayang yang telah diberikan selama ini.
2. Adikku tercinta Taufiqurrohman, yang selalu memberikan semangat dan
membantuku untuk menjadi contoh yang baik untuknya serta mendoakan
di setiap waktu. Semoga kamu dimudahkan dalam studimu.
3. Drs. H. Nasafi, M. Pd.I dan Ibu Asfiyah selaku pengasuh Pondok
Pesantren NURUL ASNA Pulutan Salatiga yang telah membekali ilmu
agama selama ini dan sabar dalam membimbingku.
4. Dosen-dosen Tarbiyah, terima kasih telah memberikan ilmu dunia dan
akhirat yang semoga menjadi ilmu yang bermanfaat di dunia serta di
akhirat kelak.
5. Teman-teman PAI F 2012 dan teman-teman KKN posko 50 yang telah
menemani dan memberikan semangat dalam penulisan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabatku Lu‟luul Khasanah, Ika Tyas Andini, Umi Fatimah,
Latifah Listiyanti yang telah mewarnai hidupku dan selalu memberikan
semangat.
KATA PENGANTAR
Asslamu‟alaikumWr. Wb
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan
kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.
Penyusunan skripsi ini merupakan syarat yang diajukan untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (Spd ) di Institu Agama Islam Negeri Salatiga. Dengan
selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. BapakDr H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam.
4. Bapak Drs. Bahrudin, M.Ag., sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah mencurahkan pikiran dan tenaganya serta mengorbankan
waktunya untuk membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas
skripsi ini.
5. Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag., selaku pembimbing akademik.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah
ABSTRAK
Azizah, Laila. 2016. 111-12-215. Pendidikan Kesabaran dalam Al-Qur‟an Surat Al-Insan ayat 24 dan Surat As-Syuura ayat 43. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 2016. Pembimbing Drs. A Bahrudin, M.Ag.
Kata Kunci Pendidikan, Kesabaran, Al-Qur‟an.
Peneliti memilih judul pendidikan kesabaran dalam Al-Qur‟an surat Al-Insan ayat 24 dan As-Syuura ayat 43 yaitu untuk mendalami kesabaran yang diperintahkan oleh Allah untuk tidak mudah putus asa, menyerah dan dapat menerima segala ujian serta dapat memaafkan kesalahan dan tidak memiliki sifat dendam terhadap kesalahan orang lain yang diperbuat. Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka, dengan menjadikan literatur kitab-kitab seperti Al-Qur‟an, Al-Hadist, ataupun buku-buku yang dapat dijadikan sebagai objek kajian peneliatian yang berhubungan dengan pendidikan kesabaran, kemudian menyusun dan menganalisis isinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Bagaimana konsep pendidikan kesabaran, 2) Bagaimana konsep pendidikan kesabaran dalam Al-Qur‟an surat Al-Insan ayat 24 dan As-Syuura ayat 43, 3) Adakah relevansi antara pendidikan kesabaran dalam Al-Qur‟an surat Al-Insan ayat 24 dan As-Syuura ayat 43 dengan pendidikan.
DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
JUDUL... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN ... vi
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Metodologi Penelitian ... 8
F. Penegasan Istilah ... 11
G. Telaah Pustaka ... 12
H. Sistematika Penulisan Skripsi ... 13
BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan ... 16
1. Pengertian Pendidikan ... 16
2. Landasan Pendidikan ... 18
3. Tujuan Pendidikan ... 21
1. Pengertian Pendidikan Islam ... 23
2. Dasar Pendidikan Islam ... 25
3. Tujuan Pendidikan Islam ... 28
C. Kesabaran dalam Al-Qur‟an dan dalam Pendidikan ... 29
1. Kesabaran dalam Al-Qur‟an ... 29
a. Pengertian Kesabaran ... 29
b. Macam-macam Sabar ... 31
c. Hikmah-hikmah Kesabaran ... 37
d. Hakekat Kesabaran ... 39
2. Kesabaran dalam Pendidikan ... 41
BAB III PENDIDIKAN KESABARAN DALAM AL-QUR’ANSURAT AL-INSAN AYAT 24 DAN AS-SYUURA AYAT 43 A. Surat Al-Insan ayat 24 dan Arti Mufrodat ... 45
B. Surat As-Syuura ayat 43 dan Arti Mufrodat... 46
C. Pendapat para Mufassir ... ... 47
D. Asbabun Nuzul surat Al-Insan ayat 24 ... ... ... 57
E. Asbabun Nuzul surat As-Syuura ayat 43 ... ... 58
BAB IV RELEVANSI KESABARAN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-INSAN AYAT 24 DAN SURAT AS-SYUURA AYAT 43 A. Konsep Pendidikan Kesabaran ... 60
B. Kesabaran dalam Al-Qur‟an Surat Al-Insan ayat 24 dan Surat As-Syuura ayat 43 ... 64
C. Relevansi Pendidikan Kesabaran dalam Al-Qur‟an Surat Al-Insan ayat 24 dan Surat As-Syuura ayat 43 dengan konsep kesabaran dalam pendidikan ... 65
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 72
B. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
Lembar Konsultasi
Nota Pembimbing
Daftar Nilai SKK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan adalah proses yang terus maju ke depan dan esensinya
ialah penciptaan terus menerus dari gairah dan cita-cita. Tujuan kehidupan
ini adalah membentuk insan yang mulia (insan kamil) dan setiap pribadi
haruslah berusaha untuk mencapainya. Dalam kehidupan kita ini
memerlukan pendidikan. Pendidikan penting dalam perkembangan bangsa
dan negara. Pendidikan tidak hanya didapat melalui sekolah namun bisa
didapatkan dari pengalaman. Misal dari pengalaman yang ada atau dari
pengetahuan yang dimilikinya John Dewey (Dalam Daradjat 1982: 1)
menyatakan bahwa: pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup
manusia guna membentuk dan mempersiapkan pribadinya agar hidup
dengan disiplin (Yasin, 2008: 15).
Melalui pendidikan manusia dapat menghadapi alam semesta demi
mempertahankan kehiupannya. Agama Islam menetapkan pendidikan pada
kedudukan yang paling tinggi dan penting pada ajarannya. Hal ini bisa
dilihat dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadist yang banyak menjelaskan tentang
arti pendidikan bagi kehidupan umat manusia sebagai hamba Allah
(Asrahah, 1999: 2).
lainnya. Semua itu dapat dilihat dari sikap dan kepribadiannya. Namun, pendidikan tidaklah menentukan kebaikan dari pribadi seseorang. Pendidikan sangatlah diperlukan dalam membentuk kepribadian dan perkembangan manusia dan juga untuk memperbaiki masa depannya Dengan adanya pendidikan ini manusia dapat memperbaiki kehidupannya. Pendidikan adalah proses sosialisasi untuk mencapai kompetensi pribadi dan sosial sebagai dasar untuk mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya.
Islam telah mengajarkan kepada manusia untuk berhubungan secara vetikal dan horizontal. Hubungan manusia secara vertikal yaitu segala hal yang berhubungan dengan ibadah serta ketaatannya kepada Allah swt. Sedangkan horizontal yaitu hubungan manusia dengan manusia lainnya yang berhubunggan dengan sosial atau kemasyarakatan. Salah satu diantaranya yaitu sifat sabar. Baik sabar dalam menghadapi segala cobaan atau bahkan sabar ketika menjalankan ibadah kepada Allah swt. Dalam hal ibadah manusia dianjurkan untuk bersikap sabar. Segala amal dan perbuatan pasrahkan saja kepada Allah swt.
dimiliki oleh makhluk berakal yaitu manusia saja. Manusia diberikan akal yang membedakan dengan makhluk lainnya. Agar manusia selalu berfikir ketika hendak melakukan sesuatu. Berbeda dengan binatang yang tidak memiliki sifat sabar dalam dirinya. Yang dapat menghancurkan kehidupannya, yang dapat mencelakakan dirinya ketika dalam melakukan suatu hal.
Sabar merupakan keadaan mental yang sangat positif merupakan bagian dari ajaran Islam. Sabar berarti memiliki keatabahan dan daya yang sangat kuat untuk menerima beban, ujian, dan tantangan tanpa sedikitpun mengubah harapan untuk menemui hasil yang ditanamkan.
Sabar membentuk jiwa manusia menjadi kuat dan teguh. Disaat manusia menghadapi bencana walaupun jiwanya tergoncang tetapi tidak akan panik, tidak hilang sikap keseimbangannya. Hatinya tabah menghadapi bencana, tidak berubah pendiriannya. Dapat diibaratkan seperti batu karang di tengah lautan yang tidak akan sedikitpun tatkala dipukul ombak yang bergulung-gulung (Nasution, 2011: 7).
Dalam emosi pribadi seseorang telah demikian dipengaruhi hingga
individu pada umumnya kurang dapat atau tidak dapat menguasai diri lagi.
Tingkah laku perbuatannya tidak lagi memperlihatkan suatu norma yang
ada dalam hidup bersama, teruji telah memperlihatkan sesuatu norma yang
ada dalam hidup bersama, terbukti telah memperlihatkan adanya gangguan
ataupun hambatan dalam diri individu. Seseorang yang mengalami emosi
Tidak setiap hal yang positif membuat orang yang menerimanya berperilaku positif.Tidak setiap kekayaan mampu menjadikan seseorang bahagia. Musibah dan bencana memberi keyakinan bahwa kasih sayang Allah SWT
tercurah kepada kita (Effendy, 2012: 7). Rasulullah SAW bersabda yang artinya “
Besarnya pahala itu sesuai dengan besarnya cobaan dan kuatnya kesabaran” (HR.
Tirmidzi).
Menurut Yusuf Qardlawi yang dimaksud dengan cobaan yaitu cobaan umum yang menimpa hati dengan ketakutan, menimpa perut dengan kelaparan, menimpa harta dengan kekurangan, menimpa jiwa dengan kematian, menimpa buah dengan kegagalan panen dan seterusnya (Qardlawi, 1989: 23). Dengan kesabaran maka Allah akan mengangkat derajat orang yang mau bersifat sabar itu. dalam suatu ayat Al-Qur‟an orang yang beriman saling berpesan dan untuk berbuat kebenaran dan kesabaran.
Artinya: kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (Departemen Agama RI, 2012: 601).
menerima cobaan yang diberikan Allah SWT. Dengan kesabaran yang tinggi, seseorang dapat melewati perjalanan hidup yang tidak selamanya lurus. Adasaatnya menurun, licin atau bahkan terjal perjalanan hidupnya. Seperti roda yang berputar adakalanya roda kehidupan berada diatas dengan kebahagiaan yang dialami dan adakalnya berada dibawah dengan ujian dan cobaan yang menimpanya. Rintangan serta tantangan dapat dijadikan sebagai peluang dan kesempatan untuk memperbaiki kehidupannya.
Dalam menghadapi tiap-tiap keadaan dan situasi ini haruslah dengan
sikap jiwa yang telah digariskan oleh Al-Qur‟an dan Hadist. Sudah dijelaskan bahwa tatkala mendapatkan nikmat dan bahagia dan apabila
mendapat kesusahan atau ditimpa musibah harus bersikap sabar. Firman
Allah pada Surat Al-Baqarah 155:
155. dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar(Departemen Agama RI, 2012: 24).
Sabar bukan hanya sebagai pelengkap tetapi merupakan masalah
pokok yang dibutuhkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas mental
dan formalnya untuk mencapai kebahagiaan individu maupun sosial.
Agama tidak akan tegak dan dunia tidak akan bangkit kecuali dengan
sabar, sabar adalah kebutuhan manusiawi dan keagamaan, tidak akan
yang sabar akan mendapat tujuan, akan tetapi yang tidak sabar tidak akan
mendapat sesuatu (Qardlawi, 1992: 10-11).
Dalam Hadist juga disebutkan mengenai sabar, yaitu:
27
bersabda: “Amat mengherankan skali keadaan orang mukmin itu,
sesungguhnya semua keadaan keadaan itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak akan ada lagi seorangpun melainkan hanya untuk orang mukmin itu belaka, yaitu apabila ia mendapatkan kelapangan hidup, iapun bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, sedang apabila ditimpa oleh kesukaran, yakni berupa bencana, iapun bersabar dan hal inipun adalah merupakan kebaikan
baginya.” (Riwayat Muslim)(Al-Nawawi, 2009: 19)
Namun tidaklah mudah ketika menerima cobaan tetap bersikap sabar tanpa mengeluh dan berputus asa. Manusia sebagai makhluk yang
diciptakan berakal tidaklah jauh dari tempat salah dan lupa. Maka ketika
mendapatkan suatu musibah akan mengeluh, berputus asa dan bersedih
hati. Dari paparan di atas penulis merasa tertarik membahas masalah
tersebut. Untuk itu penulis mengajukan judul PENDIDIKAN
KESABARAN DALAM AL-QUR‟AN SURAT AL-INSAN AYAT 24
B. Rumusan Masalah
Dari judul penelitian diatas penulis berusaha untuk mengetahui
pendidikan kesabaran maka dalam penelitian ini ada beberapa
permasalahan diantaranya:
1. Bagaimanakah konsep pendidikan kesabaran?
2. Bagaimana konsep pendidikan kesabaran dalam Al-Qur‟an surat Al
-Insan ayat 24 dan As-Syuura ayat 43.
3. Adakah relevansi antara pendidikan kesabaran dalam Al-Qur‟an
surat Al-Insan ayat 24 dan As-Syuura ayat 43 dengan konsep
kesabaran dalam pendidikan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok masalah yang di rumuskan, berkembang
menjadi beberapa poin yang akan menjadi tujuan penelitian. Tujuan itu
adalah:
1. Untuk mengetahui konsep pendidikan kesabaran.
2. Untuk memgetahui pendidikan kesabaran dalam Al-Qur‟an surat
Al-Insan ayat 24 dan As-Syuura ayat 43.
3. Untuk mengetahui relevansi antara pendidikan kesabaran dalam
Al-Qur‟an surat Al-Insan ayat 24 dan As-Syuura ayat 43 dengan
konsep kesabaran dalam pendidikan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Bagi IAIN Salatiga, untuk memperkaya daftar pustaka yang diberikan
kepada mahasiswa di perpustakaan IAIN Salatiga, selain itu dapat
dijadikan bukti dalam memberikan khazanah ilmu baru lewat generasi
terdidik yang bisa menunjukan hasil penelitiannya.
2. Untuk khalayak umum penelitian ini dibuat dapat mempermudah
memahami makna pendidikan kesabaran dalam surat Al-Insan ayat 24
dan As-Syuura ayat 43 dan maksud dari ayat-ayat tersebut menurut para
ulama‟ terkemuka.
3. Buah kinerja bagi peneliti sendiri, selain memberikan wawasan baru
dalam dunia pendidikan peneliti juga akan lebih memahami sejauhmana
interpretasi dan ekspektasi dari ayat-ayat tentang kesabaran yang telah
diteliti tersebut.
E. Metodologi Penelitian
Pengertian metode, berasal dari kata mothodos (Yunani) yang
dimaksud adalah cara atau suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah
yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu
objek atau subjek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban
yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian
kepustakaan (library research) dengan mengumpulkan objek-objek
penelitian bahwa yang akan diteliti menggunakan (library research).
Dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan, baik data primer,
sekunder dengan mencari sumber-sumber kepustakaan (Kuswaya,
2011: 11).
2. Pendekatan
Untuk melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode
tematik. Tafsir tematik yaitu sebuah penelitian pada tema tertentu
untuk dikaji. Pada tafsir tematik ini hanya membahas mengenai sebuah
permasalahan yang dijadikan penelitian sesuai dengan temanya.
Langkah-langkah tafsir tematik atau tafsir maudhu‟i yaitu sebagai
berikut:
a. Memilih atau menetapkan masalah al-Qur‟an yang akan dikaji
secara tematik atau maudhu‟i.
b. Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut kronologi masa
turunnya, disertai pengetahuan mengenai latar belakang turunnya
ayat atau asbabun nuzul ayat.
c. Memahami munasabah ayat-ayat tersebut didalam masing-masing
d. Menyusun tema bahasan didalam kerangka yang pas, sistematis,
sempurna, dan utuh.
e. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh
dengan cara menghimpun ayat yang mengandung pengertian
serupa, menjelaskan ayat-ayat tersebut agar tidak ada
makna-makna yang kurang tepat. (Abd Al-Hayy Al Farmawi, 1996:
45-46)
3. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan peneliti adalah metode yang bersifat
library research dalam pengumpulan data yang akan digunakan untuk
penelitian, maka penulis membagi sumber data menjadi dua bagian:
a. Sumber data primer, yaitu Al-Qur‟an dan Hadist yang
berkaitan dengan kesabaran.
b. Sumber data sekunder, yaitu tafsir-tafsir Al-Qur‟an yang
berkaitan dengan kesabaran dan karya-karya para ahli serta
buku-buku yang membahas tentang segala hal yang berkaitan
dengan konsep kesabaran dalam pendidikan.
4. Metode Analisi Data
Analisis non-statistik sesuai untuk data deskriptif. Data
deskriptif sering hanya dianalisis menurut isinya, dan karena itu
(Suryabrata, 1995: 85). Disini peneliti menggunakan metode content
analysis dalam menguraikan makna yang terkandung dalam redaksi
Al-Qur‟an, setelah itu dari hasil interpretasi tersebut dilakukan analisa
secara mendalam guna menjawab rumusan masalah yang telah
dipaparkan oleh penulis.
F. Penegasan Istilah
Untuk memperjelas makna judul serta menghindari penafsiran dan
penjelasan juga sebagai batasan penulisan. Maka penulis akan
menjelaskan istilah yang penting di dalam judul.Adapun
istilah-istilah itu:
1. Pendidikan
Pendidikan adalah bimbingan atau pembinaan secara sadar oleh si
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik
menuju terbentunya kepribadian yang utama (Marimba, 1989: 17).
Pengertian pendidikan adalah usaha yang di jalankan oleh seseorang
atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok
orang. Agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan
penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.
2. Kesabaran
Sabar adalah keteguhan hati dalam menghadapi kesulitan dan
bahaya atau dalam memperoleh lapangan dan kecukupan. Juga
keteguhan hati dalam meneruskan pekerjaan dan melanjuatkan
kesulitan dan bahaya atau dalam memperoleh kelapangan dan
kecukupan (Fachruddin, 1992: 348).
3. Al-Qur‟an
Al-Qur‟an secara harfiah berarti bacaan. Secara terminologi Al-Qur‟an
adalah kitab suci yang diwahyukan Tuhan kepada Nabi Muhammad
SAW yang disampaikan lewat Malaikat Jibril yang dikomunikasikan
dengan menggunakan bahasa Arab yang harus dipercayai
kebenarannya tanpa syarat dan menjadi pedoman hidup bagi para
pengikutnya (Supadie, dkk. 2012: 169).
4. Pendidikan Kesabaran
Pendidikan kesabaran dapat mendidik manusia agar selalu
berusaha, tidak putus asa dan menerima begitu saja apa yang
terjadi dalam dirinya, mendidik manusia untuk selalau optimis
tidak menyerah serta pasif dan tidak tergesa-gesa dalam melakukan
suatu hal. Semua yang dilakukan penuh dengan rasa sabar.
G. Telaah pustaka
Kajian yang membahas tentang pendidikan kesabaran dalam
Al-Qur‟an ini membahas mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan
kesabaran. Manusia yang memiliki akal seharusnya lebih bersabar dalam
menghadapi setiap masalah yang ada. Karena manusia berbeda dengan
makhluk ciptaan Allah swt dibandingkan yang lainnya. Dalam Al-Qur‟an
dalam hal ibadah, sabar ketika menghadapi cobaan atau ketika
mendapatkan musibah.
Manusia adalah makhluk yang eksplorasif dan potensial. Dikatakan
makhluk eksploratif, karena manusia memiliki kemampuan untuk
mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia disebut
sebagai makhluk potensial, karena pada diri manusia tersimpan sejumlah
kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan (Jalaluddin, 1996: 79).
Sabar bukan hanya sebagai pelengkap tetapi merupakan masalah pokok
yang dibutuhkan manusia untuk meningkatkan kualitas mental dan
formalnya untuk mencapai kebahagiaan individual maupun sosial.
Dalam setiap ayat mengenai kesabaran ini mempunyai spesifikasi
yang berbeda. Meskipun sama halnya mengenai kesabaran namun
didalamnya berbeda mengenai kesabaran seperti apa yang akan
disampaikannya. Dalam hal ini kesabaran yang akan dilakukan yaitu
kesabaran dengan ketetapan yang telah Allah berikan dan kesabaran saat
terdzalimi dan memaafkan orang yang mendzaliminya.
H. Sistemika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi yang disusun terbagi dalam tiga
bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri
dari sampul, lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan
pembimbing, halamn pengesahan kelulusan, halaman pernyataan
orisinalitas, halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar,
Bagian inti atau isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke
dalam lima bab yang rinciannya adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Berisi mengenai latar belakang penelitian, rumusan dan
tujuan penelitian, dan juga manfaat penelitian, dan sistematika
pembahasan yang digunakan dalam membuat penelitian agar
lebih terstruktur dan sistematis.
BAB II : Landasan Teori
Dalam bab II ini landasan teori diuraikan sebagai
pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian,
meliputi teori-teori yang berhubungan dengan Pendidikan
Kesabaran dalam Al-Qur‟an surat Al-Insan ayat 24 dan
As-Syuura ayar 43 dengan pendidikan.
BAB III : Pendidikan Kesabaran dalam Al-Qur‟an surat Al-Insan ayat 24
dan surat As-Syuura ayat 43.
Dalam bab ini akan membahas mengenai asbabun nuzul
ayat, pandangan mufasir, dan tafsir ayat tentang kesabaran surat
Al-Insan ayat 24 dan As-Syuura ayat 43.
BAB IV : Relevansi Kesabaran dalam Al-Qur‟an surat Al-Insan ayat 24
dan As-Syuura ayat 43 dengan konsep kesabaran dalam
Pendidikan.
Dalam bab IV ini peneliti memfokuskan pada inti
dalam Al-Qur‟an surat Al-Insan ayat 24 dan As-Syuura ayat 43
dengan konsep kesabaran dalam Pendidikan.
BAB V : Penutup
Adalah bab yang memuat kesimpulan penulis dari
pembahasan skripsi ini, saran-saran dan kalimat penutup yang
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Kata pendidikan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata didik,
yang mendapat awalan pe- dan akhiran –an, yang berarti sebagai
proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok
dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan; proses perbuatan, cara mendidik. (KBBI, 1994: 232). Disini
pendidikan secara etimologi diartikan memelihara, memberi latihan
mengenai akhlak dan kecerdasan pemikiran.
Dalam bahasa Arab ada kata ta‟lim dan tarbiyah, berarti
pengajaran dan pendidikan, yang berasal dari kata „allama dan rabba.
Disamping itu ada kata ta‟dib yang ada hubungannya dengan kata adab
yaitu susunan. Mendidik berarti membentuk manusia menempati
tempat yang tepat dalam susunan masyarakat dalam posisi
proporsional sesuai ilmu dan tekhnologi yang dikuasainya (Yusuf,
1995: 94).
Dalam arti yang sederhana pendidikan sering diartikan sebagai
usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan
nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan menurut para
1) John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke
arah alam dan sesama manusia. (Hasbullah, 2005: 2).
2) Driyarkara
Di kutip oleh Driyakarya dalam bukunya Hasbullah
(2005:2) Pendidikan ialah pemanusiaan manusia muda atau
pengangkatan manusia muda ke taraf insani.
3) Ki Hajar Dewantara
Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup, tumbuhnya
anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya dikutip oleh Suwarno dalam bukunya (Hasbullah,
2005: 4).
4) Menurut UU No. 20 th 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
(Hasbullah, 2005: 4).
Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami
sekarang belum terdapat di zaman Nabi. Tetapi usaha dan
kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan
seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran,
memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi
motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung
pelaksanaan ide pembentukan pribadi msulim itu, telah
mencakup arti pendidikan dalam pengertian sekarang
(Daradjat, 1992: 27).
Dari pengertian pendidikan diatas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan berarti suatu usaha yang dilakukan oleh manusia
dalam rangka untuk membentuk tingkah laku dan
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sesuai dengan
norma yang sudah ada dalam masyarakat guna mencapai insan
kamil atau manusia yang seutuhnya.
2. Landasan Pendidikan
Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk
mencapai suatu tujuan harus mempunyai landaasan tempat berpijak
yang baik dan kuat. Oleh karena itu pendidikan islam sebagai suatu
kegiatan dan semua perumusan tujuan pendidikan islam itu
dihubungkan.Landasan itu terdiri dari:
a. Al-Qur‟an
Al-Qur‟an ialah firman Allah berupa wahyu yang
disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di
dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan
untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran
yang terkandung dalam Al-Qur‟an itu terdiri dari dua prinsip
besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang
disebut AQIDAH, dan yang berhubungan dengan amal yang
disebutu SYARI‟AH.
Pendidikan, karena termasuk ke dalam usaha atau tindakan
untuk membentuk manusia, termasuk kedalam ruang lingkup
mu‟amalah. Pendidikan sangat penting karena ikut menentukan
corak dan bentuk amal dan kehidupan manusia, baik pribadi
maupun masyarakat.
b. As-Sunnah
As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan
Rasul Allah SWT. Yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah
kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah
dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan.
Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur‟an.
Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup
manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi
manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa. Untuk itu Rasul
Allah menjadi guru dan pendidik utama.
Oleh karena itu Sunnah merupakan landasan kedua bagi
cara pembinaan pribadi manusia muslim. Sunnah selalu
membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah
sebabnya, mengapa ijtihad perlu ditingkatkan dalam
memahaminya termasuk sunnah yang berkaitan dengan
pendidikan.
c. Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berfikir deng an
menggunakan selalu ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syari‟at
islam untuk menetapkan atau menentukan sesuatu hukum
Syari‟at Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan
hukumnya oleh Al-Qur‟an dan Sunnah.
Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek
kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman
pada Al-Qur‟an dan Sunnah. Namun demikian, ijtihad harus
mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh para mujtahid tidak
boleh bertentangan dengan isi Al-Qur‟an dan As-Sunnah
Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari
Al-Qur‟an dan Sunnah yang diolah oleh akal sehat dari para ahli
pendidikan Islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang
berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup di suatu tempat
pada kondisi dan situasi tertentu. Teori-teori pendidikan baru
hasil ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan
hidup.
Kegiatan pendidikan dan pengajaran yang merupakan tugas
setiap warga negara dan pemerintah, harus berlandaskan filsafat
dan pandangan hidup bangsa ini, dan harus dapat membina
warga negara yang berfilsafat dan berpandangan hidup sama.
(Daradjat. 1992: 19-22).
3. Tujuan Pendidikan
Tujuan dalam proses pendidikan, dalam hal ini pendidikan Islam
adalah cita-cita yang mengandung nilai-nilai Islam yang hendak
dicapai dalam proses pendidikan dalam proses pendidikan yang
berdasarkan ajaran Islam seacara bertahap (Arifin, 1991: 224).Tujuan
pendidikan yang lainnya meliputi, antara lain:
a. Tujuan umum
Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua
kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara
meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan
pandangan.
b. Tujuan akhir
Pendidikan islam itu berlangsung selam hidup. Maka tujuan
akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir
pula. Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola
takwa dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah dan
berkurang dalam perjalanan hidup seseorang.
c. Tujuan sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah
anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang
direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.
Pada tujuan sementara bentuk Insan Kamil dengan pola
takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana,
sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada
pribadi anak didik.
d. Tujuan operasional
Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai
dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit
kegiatan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan
diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu tujuan operasional.
Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari
operasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan
kepribadian(Daradjat, 1992: 30-33).
B. Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Secara etimologi pendidikan berasal dari bahasa Yunani “
Paedagogie” yang terdiri dari dua kata pais yang berarti anak dan
again yang artinya bimbingan (Ahmadi dan Uhbiyati, 2001: 69).
Jadi artinya bimbingan yang diberikan kepada anak.
Sedangkan secara terminlogi, John Dewey sebagaimana
dikutip oleh Hasbulalh menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan
fundamental scara intelektual dan emosional ke arah alam dan
sesama manusia (Hasbullah, 2005: 2).
Islam ditenggarai sebagai bentukan dari kata istislam
(penyerahan diri sepenuhnya kepada ketentuan Allah), salam
(keselamatan), dan salima (kesejahteraan). Secara harfiah islam
juga dapat diartikan menyerahkan diri, selamat dan kesejahteraan.
Maksudnya orang yang mengikuti Islam akan memperoleh
keselamatan dan kesejahteraan dunia akhirat. Arti lainnya ialah
sullam yang berarti tangga. Dalam konteks pendidikan makna ini
setara dengan peningkatan kualitas sumber daya insani (layaknya
Menurut Achmadi, Pendidikan Islam dapat diartikan
sebagai segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan
fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada padanya
menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai
dengan moral Islam, yakni untuk membentuk manusia yang
beriman dan bertakwa serta memiliki berbagai kemampuan yang
teraktualisasi hubungannya dengan Allah, dengan sesama manusia
dan dengan alam sekitarnya (Achmadi, 1999: 28-29).
Menurut Syahminan Zaini, sebagaimana dikutip oleh Moh
Shofan, mengemukakan bahwa Pendidikan Islam ialah usaha
mengembangkan fitrah manusia dengan ajaran Islam agar terwujud
kehidupan manusia yang makmur dan sejahtera (Shofan, 2004: 50).
M. Arifin merumuskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan
Islam yaitu sistem kependidikan yang dapat memberikan
kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai
dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan
mewarnai corak kepribaiannya (Arifin, 1999: 10). Dengan kata
lain, manusia yang mendapatkan pendidikan Islam harus mampu
hidup dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagaimana diharapkan
2. Dasar Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan suatu proses atau usaha suatu
kegiatan atau aktifitas haruslah mempunyai dasar berpijak yang
baik dna kuat. Dasar pendidikan Islam identik dengan dasar tujuan
Islam sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu
Al-Qur‟an dan Hadist. Jika pendidikan itu diibaratkan bangunan maka
isi Al-Qur‟an dan Hadistlah yang menjadi fundamennya (Marimba,
1989: 41).
Dasar-dasar pendidikan Islam telah dirumuskan oleh
beberapa ahli, diantaranya Said Ismail Ali sebagaimana dikutip
oleh Muhaimin dan Abdul Mujib bahwa dasar ideal pendidikan
Islam adalah mencakup:
a. Al-Qur‟an
Al-Qur‟an merupakan sumber nilai yang absolut yang
eksistensinya tidak mengalami perubahan walaupun
interpretasinya dimungkinkan mengalami perubahan yang
sesuai dengan konteks zaman, ruang dan waktu. Al-Qur‟an
dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan Islam karena
didalamnya memuat beberapa aspek yang dapat dijadikan
sebagai sejarah pendidikan Islam. Hal ini dapat dilihat
bagaimana Al-Qur‟an mengisahkan beberapa kisah Nabi,
pertama. Ia merintis budaya awal di bidang tarbiyah, ta‟lim dan
ta‟dib (Muhaimin dan Mujib, 1993: 145).
b. Hadist (Sunnah)
Sunnah berkedudukan sebagai penjelas dalam Al-Qur‟an.
Namun pengamalan kekuatan kepada Allah sesuai dengan
ajaran sering kali sulit terlaksana tanpa penjelasan dari Hadist.
Karena itu Allah memerintahkan manusia untuk mentaati
Rasuldalam kerangka ketaantan kepadaNya. Oleh karena itu
sunah merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah
Al-Qur‟an (Muhaimin dan Mujib, 1993: 145).
c. Teladan Sahabat Nabi
Upaya sahabat Nabi dalam pendidikan Islam sangat
menentukan perkembangan dewasa ini. upaya yang dilakukan
oleh Abu Bakar dalam pembukuan Al-Qur‟an yang digunakan
sebagai sumber pendidikan Islam, kemudian diteruskan oleh
Umar bin Khattab yang banyak melakukan reaktualisasi ajaran
Islam. Tindakan Umar seperti ini sebagi salah satu model
untuk membangun strategi kependidikan, terutama dalam
pembaharuan pendidikan Islam. Kemudian tindakan tersebut
diteruskan oleh Usman bin Affan misalnya dngan upaya
melakukan sistematisasi terhadap Al-Qur‟an berupa kodifikasi
Al-Qur‟an. Kemudian disusul oleh Ali bin Abi Thalib yang
merumuskan etika anak didik kepada pendidiknyan atau
sebaliknay (Muhaimin dan Mujib, 1993: 148-149).
d. Kemaslahatan Umat
Maksudnya ketentuan pendidikan yang brsifat operasional
dapat disusun dan dikelola menurut kondisi dan kebutuhan
masyarakat (Muhaimin dan Mujib, 1993: 149).
e. Nilai dan Adat Istiadat Masyarakat
Nilai-nilai tradisi setiap masyarakat merupakan realitas
yang kompleks dan dialektis. Nilai-nilai tersebut tercermin
kekhasan masyarakat, sekaligus sebagai pengejawantahan
tradisi masyarakat dapat dijadikan dasar ideal pendidikan
Islam (Muhaimin dan Mujib, 1993: 150).
f. Hasil Pemikiran (Ijtihad)
Hasil pemikiran atau ijtihad para mujtahid dapat dijadikan
dasar pendidikan Islam. Apalagi ijtihad tersebut sudah menjadi
ijma‟ sehingga eksistensinya semakin kuat (Muhaimin dan
Mujib, 1993: 151).
3. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan adalah suatu yang diaharapkan tercapai setelah
sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan Islam
secara umum adalah untuk mencapai tujuan hidup muslim, yakni
menumbuhkan kesadaran manusia sebagai makhluk Allah SWT,
mulia dan beribadah kepadaNya. Dengan demikian pendidikan
Islam mampu mengembangkan potendi-potensi baik jasmaniah
maupun rohaniah, emosional maupun intelektual, serta
keterampilan agar manusia mampu mengatasi problema hidup
secara mandiri serta sadar dapat hidup menjadi manusia-manusia
yang berfikir bebas. Sehingga dapat bertanggung jawab kepada
dirinya sendiri dan masyarakat serta dapat mempertanggung
jawabkan amal perbuatannya dihadapan Allah SWT (Thoha, 1996:
101).
Menurut M. Arifin bahwa tujuan pendidikan Islam adalah
menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam
rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur
menurut ajaran Islam (Arifin, 1987:41).
Tujuan umum dan pengajaran dalam Islam ialah
menjadikan manusia sebagai abdi atau hamba Allah SWT. Tujuan
ini mungkin membuahkan tujuan-tujuan khusus. Mengingat bahwa
Islam adalah risalah samawi yang diturunkan kepada manusia,
maka sudah seharusnya bahwa bila sasaran tujuan umum
C. Kesabaran dalam Al-Qur’an dan dalam Pendidikan
1. Kesabaran dalam Al-Qur‟an
a. Pengertian Kesabaran
Kesabaran berasal dari kata sabar yang dalam bahasa Arab
shabr berarti menahan atau mengekang. Bersabar artinya yaitu
menahan diri dari segala sesuatu yang disukai dan tidak disukai
dengan tujuan mengharap ridha Allah SWT (Effendy, 2012: 6).
Dari pengertian lain Sabar adalah suatu bagian dari akhlak
utama yang dibutuhkan seorang muslim dalam masalah dunia dan
agama. Ia harus mendasarkan amal dan cita-citanya kepadanya.
Sebagai muslim wajib meneguhkan hatinya dalam menanggung
segala ujian dan penderitaan dengan tenang (Al-Ghazali, 1985:
258).
Kata shabr maknanya habs, yakni menahan. Maka sabar
dimaknai “usaha menahan diri dari hal-hal yang tidak disukai
dengan sepenuh kerelaan dan kepasrahan” (Ahmadi, 2004: 86).
Adapun pengertian secara istilahi kesabaran adalah
menyerahkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak
Allah, tetapi tenang ketika mendapatkan cobaan, dan
menampakkan sikap cukup walaupun sebenarnya berada dalam
kefakiran dalam bidang ekonomi (Al Qusyairi, 2002: 184).
Secara etimologi, sabar berarti teguh hati tanpa mengeluh
Islam adalah tahan menderita sesuatu yang tidak disenangi dengan
rida dn ikhlas serta berserah diri kepada Allah. Dan dapat pula
dikatakan bahwa secara umum sabar itu ialah kemampuan atau
daya tahan manusia menguasai sifat yang destruktif yang terdapat
dalam tubuh setiap orang, yaitu hawa nafsu. Jadi, sabar itu
mengandung unsur perjuangan, pergulatan, pergumulan, tidak
menyerah, dan menerima begitu saja.
Sifat sabar itu hanya dikaruniakan Allah kepada manusia,
tidak kepada makhluk yang lain. Sebabnya ialah, karena manusia
mempunyai hawa nafsu, tapi disamping ia dianugerahi pula akal
untuk mengendalikan hawa nafsu itu supaya jangan sampai
merusak atau merugikan (Asmaran, 2002: 230).
Sabar ialah tahan menderita yang tidak disenangi dengan
ridha dan tmenyerahkan diri kepad Allah. Bukan disebut sabar,
orang yang menahan diri dengan terpaksa, tetapi sabar yang hakiki
ialah sabar yang berdiri atas menyerah kepada Allah dan menerima
ketetapan Allah dengan lapang dada (Moh Rifa‟i, 1993: 258).
Dari pengertian-pengertian diatas menurut penulis dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sabar yaitu menahan
dan mengendalikan diri dari cobaan dan ujian yang dihadapinya
dan tidak berkeluh kesah serta menerima dengan lapang dan yakin
b. Macam-macam Sabar
Jika dilihat dari perwujudannya, sifat sabar itu dibagi
menjadi lima bagian, yaitu:
1) Sabar dalam beribadah
Sabar mengerjakan ibadah adalah dengan tekun
mengendalikan diri melaksanakan syarat-syarat dan tata tertib
ibadah itu. menurut Imam Ghazali, dalam pelaksanaan ibadah
itu perlu diperhatikan tiga hal, yakni:
a. Sebelum melaksanakan ibadah, harus dibuhul niat yang
suci dan ikhlas, semata-mata beribadah karena taat kepada
Allah.
b. Sedang melakukan ibadah, janganlah lalai memenuhi
syarat-syaratnya, jangan lupa melakukan sesuai dengan tata
tertibnya.
c. Sesudah selesai beribadah, jangan bersikap ria,
menceritakan ke kiri ke kanan tentang ibadah atau amalan
yang dikerjakan, dengan maksud supaya mendapat
sanjungan dan pujian manusia.
2) Sabar ditimpa malapetaka
Sabar ditimpa malapetaka atau musibah ialah teguh hati
ketika mendapat cobaan, baik yang berbentuk kemiskinan
maupun berupa kematian, kejatuhan, kecelakaan, dan lain
kesabaran, maka akan terasa tekanannya terhadap jiwa dan
raga. Raga atau badan semakin lemah dan lemas, jiwa atau hati
semakin kecil. Timbullah kegelisahan, kecemasan, panik dan
akhirnya putus asa. Malah kadang-kadang ada pula yang nekat
dan gelap mata mengambil keputusan yang tragis, sperti bunuh
diri.
3) Sabar terhadap kehidupan dunia
Sabar terhadap kehidupan dunia ialah sabar terhadap
tipudaya dunia; jangan sampai terikat hati pada kenikmatan
hidup duniawi ini. dunia ini adalah jembatan untuk kehidupan
yang abadi, kehidupan akhirat. Kehidupan di dunia ini
janganlah dijadikan tujuan, tapi hanya sebagai alat untuk
mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang abadi.
Banyak orang yang terpesona terhadap kemewahan hidup
duniawi. Dilampiaskannya hawa nafsunya, hidup
berlebih-lebihan, rakus, tamak dan sebagainya sehingga tidak
memperdulikan mana yang halal dan mana yang haram, malah
kadang-kadang merusak dan merugikan orang lain. Memang,
tabiat manusia cenderung kepada kenikmatan hidup lahiriyah,
kehidupan yang semu, kehidupan sementara.
4) Sabar terhadap maksiat
Sabar terhadap maksiat ialah mengendalikan diri supaya
mengerjakan maksiat itu sangat kuat, sebab memang ada
kecenderungan manusia itu untuk berbuat maksiat di samping
ia senantiasa digoda dan didorong oleh syetan agar manusia
terjerumus kepada ke maksiatan. Syetan itu laksana kipas yang
terus-menerus mengipas-ngipas api yang kecil sehingga
akhirnya menjadi besar merembet dan menjilat-jilat ke tempat
lain. Kalau api telah semakin besar, maka sukar untuk
memadamkannya.
Sabar kepada maksiat ini bukan hanya smata untuk
keselamatan diri sendiri, tetapi untuk keselamatan orang lain,
yakni berusaha supaya orang lain juga jangan sampai
terperosok ke jurang kemaksiatan, dengan melakukan amar
ma‟ruf nahi munkar (menyuruh manusia melakukan kebaikan
dan mencegahnya dari perbuatan yang salah dan buruk).
5) Sabar dalam perjuangan
Sabar dalam perjuangan ialah dengan menyadari
sepenuhnya bahwa setiap perjuangan mengalami masa up and
down, masa naik dan masa turun, masa menang dan masa
kalah. Sabar dalam arti tidak putus asa, tidak putus harapan,
tidak putus semangat.
Apabila suatu perjuangan dikendalikan oleh sifat sabar,
maka dengan sendiinya akan timbul ketelitian, kewaspadaan,
manusiawi (Asmaran, 2002: 230-232). Sementara itu perlu
diyakini bahwa Allah SWT. Memberikan jaminan yang lebih
baik dalam segala hal kepada orang-orang yang bersikap sabar,
seperti yang dinyatakan secara umum oleh Allah SWT. Di
dalam surah al-Nahl ayat 96:
memberi Balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.(Departemen Agama RI, 2012: 278)Sabar dibutuhkan dalam beberapa hal, antara lain:
1) Kesabaran dalam taat dan ibadah
Ibadah adalah perintah Allah kepada umat manusia.
Meskipun ibadah harus hanya ditunjukkan kepada Allah,
namun sesungguhnya Allah tidak mendapatkan manfaat apa
pun dari ibadah hamba-Nya. Yang mendapatkan manfaat
adalah manusia pelaku ibadah itu sendiri.
Ibadah pada umumnya bukan amalan yang disukai oleh
hawa nafsu manusia. Bahkan hawa nafsu sering
merintanginya. Karena itu, kesabaran mutlak diperlukan
agar ketaatan kepada Allah bisa istiqamah.
Amalan ketaatan yang paling menghajatkan kesabaran
Allah. Medan ibadah inilah yang paling keras dan berat.
Firman Allah SWT dalam Surat Ali Imran ayat 200:
200. Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.(Departemen Agama RI, 2012: 76)
2) Kesabaran menjauhi maksiat
Selain menjalankan ketaatan seorang Muslim
diharuskan menjauhi kemaksiatan. Perintah ini ditekankan
karena galibnya kemaksiatan sangat disukai oleh hawa
nafsu manusia. Ketika azan berkumandang mengajak
shalat, nafsu akan menghalangi manusia bersegera shalat.
Orang yang bersabar untuk senantiasa taat kepda
Allah itu berat, namun lebih berat lagi sabar untuk tidak
berbuat maksiat sementara seorang melakukannya dan
milik mereka yang mendapatkan taufik dan hidayah dari
Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 127:
127. bersabarlah (hai Muhammad) dan Tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.(Departemen Agama RI, 2012: 281) 3) Kesabaran menghadapi ujian
Kehidupan memang bisa direncanakan dan
bisadibangun sesuai dengan yang kita inginkan. Namun
manusia tidak bisa secara mutlak mengendalikan dan
menguasainya. Banyak hal yang berhasil dirancang
manusia, namun masih lebih banyak lagi yang misterius
yang hanya tunduk kepada kekuasaan dan kehendak Allah,
Dzat Yang Mahakuasa (Ahmadi, 2004: 86-90).
c. Hikmah-hikmah kesabaran
1) Kesabaran melimpahruahkan pahala
96.dan Sesungguhnya Kami akan memberi Balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.(Departemen Agama RI, 2012: 278).
2) Kesabaran selalu melahirkan kebajikan
Kesabaran memang mahal nilainya. Maka ia demikian
dijunjung tinggi dalam Islam.
Kesabaran bukanlah sikap menerima secara pasif tanpa
inisiatif. Jika ada seseorang yang hidupnya statis tanpa ada
kemajuan hanya karena ia tidak memiliki kemauan untuk
berusaha dan mengubah hidupnya, padahal peluang tersedia
dan kemampuan ada, maka kita tidak mengatakan bahwa orang
itu penyabar.
Kesabaran merupakan anugrah Allah yang sangat besar
nilainya. Kehidupan didunia ini, yang terkadang
menyenangkan dan saat lain menyedihkan, tidak mungkin
diatasi, kecuali dengan sikap sabar. Kenikmatan dalam bentuk
pangkat atau kekayaan hanya akan menjerumuskan, jika yang
menerima terlalu bergembira hingga lupa diri. Sebaliknya,
penderitaan juga hanya akan membuat orang lebih menderita
jika mendapatkan kurang tahan, lalu mencela Allah dan
membuat segala sesuatu menjadi bernilai kebaikan dan
maslahat.
Dari Abu Sa‟id Al-Khudriy, Rasulullah Saw. Juga bersabda,
ِْ ىلل ْنِم َ َ ْ َأَ ءً ْ يَخ ءًااَ َع ٌدَحَأ َ ِ ْعُأ اَمَ
Artinya: “tidak ada sesuatu pemberian yang diberikan kepada
seseorang lebih baik dan lebih luas dibanding kesabaran (HR. Muslim)(Al-Nawawi, 2009: 19)
3) Kesabaran menghadapi cobaan merupakan bukti kekuatan iman
Dalam logika pendidikan didapatkan bahwa seorang peserta
didik jika akan naik kelas maka ia harus menempuh ujian.
Logika ini sebenarnya bukan hanya berlaku di lingkup
pendidikan, namun juga berlaku di pentas kehidupan yang luas.
d. Hakekat Kesabaran
Jika kesabaran dibutuhkan oleh setiap orang mukmin dalam
mengarungi kehidupannya, maka kesabaran secara khusus lebih
dibutuhkan oleh mereka yang bergelut dengan medan dakwah dan
jihad. Demikian itu karena tantangan dalam medan kehidupan
secara umum adalah bagaimana memenuhi kebutuhan pribadi,
sedangkan tantangan di medan dakwah adalah bagaimana
mengatasi kebutuhan umat secara internal, sekaligus bagaimana
mengatasi tantangan dari pihak luar. Maka tantangan di medan
dakwah dan jihad jelas lebih kompleks dan lebih berat. Kesabaran
dengan demikian harus senantiasa menyertai seorang dai (Ahmadi,
Kesabaran menjadi salah satu kunci utama untuk meraih
kesuksesan di dunia dan di akhirat
Syekh Shalih bin Abdul „Aziz Alusy mengatakan dalam
penjelasannya bahwa sabar tergolong perkara yang menempati
kedudukan yang sangat agung dalam agama Islam. Sabar termasuk
salah satu bagian ibadah yang sangat mulia. Sabar menempati
relung-relung hati, gerak gerik lisan, dan tindakan anggota badan.
Sebagian ulama mengatakan bahwa sabar terbagi tiga, yaitu
sabar dalam berbuat taat, sabar dalam menahan diri dari maksiat,
dan sabar tatkala menerima takdir Allah Swt. Yang terasa
menyakitkan.Sabar memang berat. Oleh karena itu, Imam Ibnu
Qayyim al-Jauziyah menjadikan sabar dalam menuntut ilmu, sabar
dalam menghafalkan ilmu, dan sabar dalam menyampaikan ilmu
termasuk jihad fi sabilillah. Dari penjelasan tersebut, kita bisa
mengetahui bahwa sabar bukanlah kelemahan, tetapi kekuatan.
Sabar bukan kelesuan, tetapi gairah hidup. Sabar bukan
kecengengan, tetapi ketegaran. Sabar bukanlah pesimis, tetapi
optimis. Dan sabar bukanlah diam membisu, tetapi pantang
menyerah. Dan, orang yang sabar bukanlah sekadar yang tidak
menangis ketika mendapatkan musibah, bukan pula mengeluh
ketika tertimpa kesulitan, karena itu barulah tahapan awal
“dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama
mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka
tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di
jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada
musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.”
Meraih kemengan adalah janji Allah Swt. Kepada
hamba-hambaNya yang bersabar. Dan janji-Nya pastilah benar (Syukur,
2013: 18).
2. Kesabaran dalam Pendidikan
Sabar menurut Imam Al-Ghozali adalah tetapnya penggerak
agama, yang berhadapan dengan penggerak nafsu syahwat. Tetapnya
penggerak agama itu adalah suatu hal yang dihasilkan oleh ma‟rifat.
Dengan memusuhi nafsu syahwat dan melawannya. Karena
sebab-sebab kebahagiaan di dunia dan di akhirat (Al-Ghozali, 1985: 275).
Terlepas dari pandangan mengenai maqam shabar pada dasarnya
kesabaran adalah wujud dari konsistensi diri seseorang untuk
memegang prinsip yang telah dipegangi sebelumnya (Hasyim, 2002:
44).
Menurut pendapat Muhammad Ustman Najati bahwa sabar
merupakan indikator kesehatan mental karena dalam sabar tersirat
kemampuan individu memikul kesulitan hidup, tegar dalam
menghadapi berbagai bencana, dan cobaan hidup. Ia tidak menjadi
sanggup menghadapi berbagai cobaan dan situasi sulit dengan
kesabaran adalah orang yang memiliki kepribadian paripurna dan bisa
menikmati tingkat kesehatan mental yang baik (Najati, 2005: 312).
Sabar dalam kaitannya dengan psikologi dapat digambarkan
dengan teori psikoanalisis Sigmund Freud dan dianalogikan sebagai
“super ego”. Seperti yang telah diketahui teori dari Sigmund Freud
aspek pemunculan perilaku adalah id, ego dan super ego.
Sabar merupakan sebuah pembelajaran dari bagaimana kita
menyikapi sesuatu hal yang kita alami. Kesehatan mental adalah suatu
kondisi batin yang senantiasa berada dlaam keadaan tenang, aman dan
tenteram. Upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan
anatara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri
sepenuhnya kepada Tuhan) (Jalaluddin, 2000: 146).
Sebagai makhluk yang memiliki kesadaran, manusia menyadari
adanya problem ynag mengganggu kejiwaannya, oleh karena itu
sejarah manusia juga mencatat adanya upaya mengatasi suatu
problema. Upaya tersebut ada yang bersifat mistik irasional, ada juga
yang bersifat rasional, konsepsional dan ilmiah (Mubarok, 2000: 13).
Solusi yang ditawarkan dalam mengatasi hal tersebut adalah
pendekatan psikologi dalam hal ini adalah kesehatan mental.
Kesehatan mental (mental hygiene) adalah ilmu yang meliputi sistem
tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur
ialah orang yang dlaam rohani atau dalam hatinya selalu merasaiasa
tenang, aman, dan tenteram (Jalaluddin, 1996: 138).
Kesehatan mental adalah suatu kondisi batin yang senantiasa
berada dalam keadaan tenang, aman, dan tenteram. Upaya untuk
menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui
penyesuaian diri melalui resignasi, (penyerahan diri sepenuhnya
kepada Tuhan) (Jalaluddin, 1996: 146).
Terjadinya perubahan pemikiran pada manusia itu tergantung pada
kemampuan manusia dalam menanggapinya. Menurut Abd al-Qadir
dalam bukunya Jalaluddin terjadinya pergeseran kondisi perasaan itu
tergantung dari deajat keimanan yang tersimpan dalam diri manusia,
disamping faktor susunan tubuh serta dalam atau dangkalnya rasa dan
kesadaran manusia itu.(Jalaluddin, 1996: 142)
Kesehatan mental seseorang berhubungan dengan kemampuan
menyesuaikan diri dengan masalah yang dihadapi. Setiap manusia
memiliki keinginan tertentu dan diantara mereka ada yang berhasil
memperoleh tanpa bekerja keras, ada yang memperolehnya setelah
berjuang, dan ada yang tidak berhasil meski telah bekerja keras dan
bersabar untuk menggapainya.
Sifat sabar hanya dimiliki oleh makhluk yang berakal. Sifat sabar
ini dijelaskan dalam Al-Qur‟an pada beberapa surat, yang didalamnya
membahas mengenai kesabaran. Yang mengandung bahwa kesabaran
sesuai kemampuannya. Sabar dapat mendidik manusia untuk tidak
tergesa-gesa dalam menetapkan sesuatu hal agar tidak terjerumus
sebelum melakukannya. Sabar juga mendidik manusia agar selalu
bersikap optimis terhadap apa yang akan dilakukannya tidak pesimis
dan mudah menyerah terhadap ketetapan Allah.
Jadi pendidikan kesabaran merupakan serangkaian usaha yang
dilakukan manusia untuk membentuk dirinya atau orang lain agar
memiliki sifat sabar, melalui bimbingan dan pembinaan jasmani
maupun rohani yang dapat membawa manusia mengembangkan
potensinya sehingga memiliki sifat kesabaran yang sempurna dan
BAB III
PENDIDIKAN KESABARAN DALAM AL-QUR’AN SURAT AL INSAN
AYAT 24 DAN AS-SYUURA AYAT 43
Al-Qur‟an adalah undang-undang Allah yang Maha Benar, menjadi
petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa kepada-Nya, karena ialah Al-Kitab
yang tidak ada sedikitpun keraguan di dalamnya (Q.S. 2/Al-Baqarah : 2).
Al-Qur‟an adalah sumber utama ajaran Islam, merupakan petunjuk tentang
akidah, hukum, ibadah, dan akhlak. Intinya al-Qur‟an memberi petunjuk jalan
hidup manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-Qur‟an merupakan
pedoman utama bagi manusi sebagai dasar kehidupan seseorang.
A. Surat Al-Insan ayat 24 dan Arti Mufrodat
Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka.
Arti Mufrodat Surat Al-Insan ayat 24
ْرِثْصاَف maka bersabarlah
ِىْكُحِهَكِّت َر terhadap keputusan Tuhanmu
ْ ِ ُ َلا َو dan jangan engkau taati
اًًِثا orang berdosa
ْوَأ atau
ا ًر ْىُفَك orang ingkar (Shohib, 2010: 579)
B. Surat As-Syuura ayat 43 dan Arti Mufrodat
tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, Sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diutamakan.
Arti mufrodat pada Qur‟an Surat As-Syuura ayat 43
َرَثَص ًٍََْن َو Dan siapa yang bersabar
َرَفَ َو dan (ia) memaafkan
َكِنَاذ هٌِا sesungguhnya itu
ِر ْىُيُلاْا ِو ْ َع
ًٍَِْن benar-benar termasuk perbuatan mulia (Shohib, 2010: 487).
Sabar menurut Surat Al-Insan ayat 24 berarti menerima segala
sesuatu tanpa berputus asa dan mengeluh dengan apa yang telah Allah
SWT berikan kepada kita dan yakin bahwa Allah SWT memberikan
cobaan sesuai dengan kemampuan dan tetap ada dalam ketertapan Allah
SWT serta tidak mengikuti ajakan atau mentaati makhluk lain selain Allah
SWT. Sabar dalam ayat ini merupakan sabar dalam mencari Ridha Allah
semata. Sabar yang dimaksud oleh ayat merupakan sabar dalam bentuk
ruhani tidak nampak nyata oleh pandangan dan fisik.
Sabar dalam Surat As-Syuura ayat 43 ini yang dimaksudkan ialah
yang telah menguji kesabaran karena hal itu termasuk perbuatan yang
mulia. Sabar yang dimaksudkan ialah sabar terhadap keingkaran dari
orang-orang kafir. Sabar dalam ayat ini merupakan sabar dalam jasmani
karena nampak dalam fisik dan dapat terlihat oleh mata secara langsung.
C. Pendapat para Mufasir
24. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka.
25. dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang.
26. dan pada sebagian dari malam, Maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari.
27. Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat).
28. Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian tubuh mereka, apabila Kami menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti (mereka) dengan orang-orang yang serupa dengan mereka.
30. dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
31. dan memasukkan siapa yang dikehendakiNya ke dalam rahmat-Nya (surga). dan bagi orang-orang zalim disediakan-Nya azab yang pedih.(Departemen Agama RI, 2012: 579-580)
Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah SWT memberikan
kenikmatan yang tak terhingga kepada Rasulullah SAW. Dengan
diturunkannya Al-Qur‟an yang agung. “Maka bersabarlah kamu kepada
ketetapan Tuhanmu, “yaitu bersabarlah terhadap ketentuan dan takdirNya.
Karena, Dia akan mendidik kamu dengan didikan-Nya yang sangat baik. “
Dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang kafir itu di antara
mereka.” Yaitu, janganlah kamu mengikuti orang yang hendak
menghalangi kamu dari apa yang telah diturunkan kepadamu. Namun,
sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu dan
bertawakkallah kepada Allah, sebab Dialah yang akan melindungi kamu
dari perbuatan dan kekafiran hati orang-orang durjan. “Dan sebutlah nama
Tuhanmu pagi dan petang, “ yaitu di awal dan akhir siang, “ Dan pada
sebagian dari malam, maka sujudlah kepadaNya dab bertasbihlah
kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari.” Penggalan ini seperti
firman-Nya, “ Dan di sebagian malam bertahajudlah kamu sebagai
tambahan bagimu. Semoga Tuhanmu akan membangkitkan kamu di
tempat yang terpuji.”
Kemudian Allah Ta‟ala berfirman, “Sesungguhnya mereka
menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak mempedulikan kesudahan