i
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh
FADHILATU DHAKHIRAH
NIM 21311032
JURUSAN S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
vi MOTTO
Bila Melakukan Apapun
― Berusaha Ingat
Membaca
―Terkadang Cita-Cita Yang Kita InginkanTidakSelaluTampakJelas di Depan Kita.
Lantas Hanya Karna Kita Tidak Bisa Melihatnya Kita BerhentiPercaya
JikaCita-Cita Itu Memang di Sana. Bukankah itu Bodoh? Jika Kau Memberanikan Dirimu
Melangkah Kedepan Maka Cita-Cita Itu Tetap di Sana Menunggu Untuk Kita
Genggam‖
(Kang Seok Ho)
Jangan Melakukan Hal Yang Merepotkan Diri Sendiri Dan Jangan
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah dengan ijin Allah skripsi ini selesai
Skripsi ini saya persembahakan untuk orang-orang yang telah mendorong untuk
terus memperjuangkan mimpiku:
1. Fadhilatu Dhakhirah a.k.a Fadhil de Renren a.k.a diriku sendiri, yang telah
bersedia berjuang sampai akhir walau banyak kendala baik dari luar maupun
dalam diri. Fighting!!!!
2. Bapak Sukimin dan Ibu Jumiati, yang senantiasa mencurahkan kasih
sayangnya, memberikan bimbingan, dan doa yang tak pernah henti-hentinya
untuk anaknya.
3. Kakak-kakak (Khoirunisa’ dan Keluarga, Thoyibatuz Zahroh dan Keluarga,
Fatichatu Ni’mah dan Keluarga) dan adiku (Muhammad Nasullah) yang tak
pernah putus menyayangiku.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang selalu sabar
membimbingku.
5.
Teman-teman Perbankan Syariah S1 kelas A, yang menemaniku danviii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya yang sangat melimpah kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan
kepada Rasul kita, Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah
membimbing umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka
memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah,
Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
terimakasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, perhatian, semangat, serta doa,
baik secara langsung maupun tidak langsung pada penyelesaian skripsi ini kepada:
1. Bapak Dr. Rahmad hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Anton Bawono,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Islam
IAIN Salatiga.
3. Ibu Fetria Eka Yudiana M.Si, selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah S1,
4. Bapak Mochlasin Sofyan, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
5. Bapak Farkhani, SH.,MH selaku pembimbing akademik yang selalu
ix
6. Seluruh dosen FEBI yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi dan menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Kedua orang tua yang sangat saya sayangi dan cintai, Bapak Sukimin dan Ibu
Jumiati yang dengan ikhlas dan penuh kasih saying selalu mencurahkan
perhatian kepada penulis.
8. Kepada teman-teman bermainku semasa kuliah Syifa Fauzia, Atina Rahmi
Arba’ati, Zuhrotul Qoniah, Septi Dwi Andika, Wiwit Ayu, dan Indah Choirul
Erni, serta teman-teman PS S1 A yang memberikan bantuan dan perhatiannya
kepada saya.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, tanpa mengurangi rasa
hormat, terimakasih atas dukungan dan bantuannya selama ini sehingga karya
sederhana ini dapat terwujud dan bermanfaat untuk kepentingan bersama.
Skripsi ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki peneliti. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikumWr. Wb
Salatiga, 13 Januari 2016
Peneliti
x ABSTRAK
Dhakhirah, Fadhilatu 2016. Analisis Pengaruh Pengetahuan Nasabah Tentang Perbankan Syariah terhadap Minat Bertransaksi Pembiayaan
Murabahah di BTPN Syariah KCP Salatiga. Skripsi. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam. Jurusan Perbankan Syariah S1. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Mochlasin, M. Ag.
Kata Kunci: Pengetahuan Konsumen/ Nasabah, Minat Nasabah, Murabahah
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengetahuan tentang perbankan berpengaruh untuk meningkatkan minat nasabah dalam bertransaksi pembiayaan murabahah, serta faktor pengetahuan mana yang paling berpengaruh di Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah KCP Salatiga. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Metode pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada nasabah Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah KCP Salatiga. Sampel yang diambil sebanyak 95 responden dengan teknik non probability
sampling dengan cara purposive sampling. Analisis data dalam penelitian ini
xi DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv
MOTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Masalah ... 5
D. Kegunaan Penelitian... 6
E. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka ... 9
B. Kajian Teori 1. Perilaku Konsumen ... 16
xii
3. Perilaku Konsumen dalam Islam ... 35
4. Pembiayaan Murabahah ... 37
5. Minat ... 44
C. Kerangka Pemikiran ... 46
D. Hipotesis ... 47
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan... 50
B. Lokasi Penelitian ... 50
C. Waktu Penelitian ... 50
D. Populasi dan Sampel ... 51
E. Jenis dan Sumber Data ... 52
F. Skala Pengkuran ... 54
G. Definisi Operasional Penelitian... 54
H. Instrument Penelitian 1. Uji Validitas ... 58
2. Uji Relibilitas ... 59
I. Uji Analisis Statistik (Regresi Berganda) ... 60
J. Uji Hipotesis 1. Uji T test ... 60
2. Uji F test ... 61
3. Uji Koefisien Determinasi ... 61
xiii
2. Uji Heteroskidastisitas ... 63
3. Uji Normalitas ... 63
L. Alat Analisis ... 64
BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya BTPN Syariah ... 65
2. Visi dan Misi ... 66
3. Identitas Tempat Penelitian ... 67
4. Struktur Organisasi ... 67
5. Tugas dan Wewenang ... 68
6. Produk BTPN Syariah KCP Salatiga... 69
B. Deskripsi Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin ... 73
2. Usia Responden ... 73
3. Tingkat Pendidikan ... 74
4. Jenis Pekerjaan ... 75
5. Penghasilan ... 75
C. Analisis Data 1. Uji Instrument ... 76
2. Uji Statistik (Regresi Berganda) ... 79
3. Uji Hipotesis ... 81
xiv
D. Pembahasan ... 88
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 92
B. Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 94
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 : Research Gap ... 13
Tabel 3.1 : Variabel dan Indikator Penelitian ... 57
Tebel 4.1 : Jenis Kelamin Responden ... 73
Tabel 4.2 : Usia Responden ... 73
Tabel 4.3 : Pendidikan Responden ... 74
Tabel 4.4 : Pekerjaan Responden ... 75
Tabel 4.5 : Penghasilan Responden ... 75
Tabel 4.6 : Uji Validitas ... 77
Tabel 4.7 : Uji Reliabilitas ... 78
Tabel 4.8 : Analisis Regresi Berganda ... 79
Tabel 4.9 : Uji t Test ... 81
Tabel 4.10 : Uji F Test ... 82
Tabel 4.11 : Uji Koefisien Determinan R2 ... 84
Tabel 4.12 : Uji Multikolineritas ... 85
Tabel 4.13 : Uji Heteroskedastisitas ... 86
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Konsep Perilaku Konsumen ... 31
Gambar 2.2 : Bagan Pengetahuan Konsumen ... 35
Gambar 2.3 : Kerangka Pemikiran ... 47
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank syariah adalah bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah, yang mana aturan perjanjiannya berdasarkan hukum Islam,
untuk penyimpanan dana, pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya
yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Veitzhal menjelaskan lebih lanjut,
bank syariah adalah lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan yang
bekerja berdasarkan etika dan sistem nilai Islam, khususnya yang bebas dari
bunga (riba), perjudian (maysir), hal-hal yang tidak jelas dan meragukan
(gharar), berprinsip keadilan, dan hanya membiayai kegiatan usaha yang halal
(Veitzhal, 2007:733-759).
Dalam wacana ―Guna Lindungi Konsumen, OJK Review Produk Perbankan Syariah‖ tertera bahwa, perumbuhan minat akan produk-produk
perbankan syariah semakin tinggi. Hal ini mengakibatkan banyak indusrti
perbankan yang berusaha meraih pasar tersebut, khususnya dalam produk
unggulan perbankan syariah yaitu pembiayaan murabahah. Minat akan produk
ini sangat besar, terbukti dari statistik yang menunjukkan bahwa porsi
pembiayaan dengan akad murabahah saat ini berkontribusi paling besar dari
total pembiayaan Perbankan Syariah Indonesia (Republika.co.id, di akses pada
Begitu juga yang dapat dilihat pada perkembangan Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah. Tampaknya minat yang tinggi dari masyarakat akan produk pembiayan murabahah di BTPN mendasari diunggulkannya pembiayaan tersebut. Sampai akhir tahun 2014 BTPN telah melayani lebih dari 1,5 juta nasabah. BTPN syariah yang secara resmi beroperasi pada tanggal 14 Juli 2014 pada tahun buku akhir 2014 berhasil membuka total aset sebesar Rp 3,8 triliun dimana Rp 2,5 triliun seluruhnya disalurkan dengan akad murabahah. Mekanisme unik pembiayaan murabahah yang mana BTPN Syariah menerapkan prinsip keuangan inklusif
melayani segmen keluarga pra sejahtera produktif menjadi daya tarik tersendiri (Annual Report BTPN Syariah, 2014 :18, di akses pad 7 Maret 2016).
Selain keuntungan teknis yang didapat dari pembiayaan murabahah
dalam teori prilaku konsumen, pengetahuan konsumen atau dalam hal ini
nasabah, juga berkontribusi mempengaruhi minat. Terlebih kebijakan yang
berlaku di BTPN yang berbeda dari pada umumnya. Jika nasabah mengetahui
baik itu dari segi produk, cara pembelian dan pemanfaatannya, kemungkinan
Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Direktur Perbankan
Syariah Otoritas Jasa Keuangan, Dhani Gunawan Idhat. Beliau
mengungkapkan bahwa terdapat tujuh isu strategis yang perlu jadi perhatian.
Salah satunya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang perbankan
syariah yang masih kurang. Karena itu edukasi harus terus dilakukan seiring
generasi baru terus muncul, sehingga masyarakat yang tadinya tidak memiliki
minat terhadap perbankan syariah mulai tertarik (Tempo.com, di akses pada 7
Maret 2016).
Menurut Sumarwan (2014: 147) pengetahuaan konsumen penting
karena karena apa, berapa banyak, dimana, dan kapan membeli tergantung
pada pengetahuan yang dimiliki konsumen mengenai hal-hal tersebut.
Kemudian pengetahuan tersebut akan mempengaruhi keputusan pembelian.
Dapat dikatakan bahwa, jika tingkat pengetahuan masyarakat lebih besar maka
minat akan penggunaan jasa perbankan juga akan lebih besar. Oleh karena itu,
perlu adanya upaya dalam menambah pengetahuan masyarakat tentang
perbankan syariah demi perkembangannya dimasa mendatang. Dengan
mengetahui pentingnya pengetahuan konsumen tentang perbankan Syariah,
BTPN Syariah KCP Salatiga diharapkan dapat mengetahui dengan cara apa
Alasan dipilihnya BTPN Syariah sebagai tempat untuk melakukan
penelitian karena peneliti tertarik dengan visi dan misi yang dicanangkan
BTPN Syariah, yaitu:
1. Visi : Menjadi bank syariah terbaik untuk keuangan inklusif,
mengubah hidup berjuta rakyat Indonesia.
2. Misi : Bersama kita ciptakan kesempatan tumbuh hidup
Dari dua hal tersebut menekankan bahwasanya BTPN Syariah tidak
hanya menjadi perusahaan yang profit oriented saja, tapi juga mempunyai
tujuan mulia untuk ikut serta secara nyata dalam pemberdayaan masyarakat
ekonomi mikro yang produktif.
Dari penjelasan yang dikemukakan diatas, menarik untuk diteliti
mengenai pengaruh pengetahuan masyarakat terhadap BTPN Syariah KCP
Salatiga. Berdasarkan teori perilaku konsumen menurut Sumarwan (2014),
pemasar perlu memahami bagaimana konsumen belajar dan mencari
informasi mengenai produk agar konsumen mengingat dan menyukai, yang
pada akhirnya setelah melakukan keputusan, nasabah akan berminat
melakukan pembelian dan pembelian ulang. Untuk meneliti masalah tersebut,
maka peneliti mengambil judul ―Analisis Pengaruh Pengetahuan Nasabah tentang Perbankan Syariah terhadap Minat Bertransaksi Pembiayaan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya maka
penulis merumuskan beberapa pertanyaan penelitian, sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh pengetahuan produk terhadap minat nasabah untuk
bertransaksi pembiayaan murabahah di BTPN Syariah KCP Salatiga?
2. Bagaimana pengaruh pengetahuan layanan beli terhadap minat nasabah
untuk bertransaksi pembiayaan murabahah di BTPN Syariah KCP
Salatiga?
3. Bagaimana pengaruh pengetahuan pemanfaatan terhadap minat nasabah
untuk bertransaksi pembiayaan murabahah di BTPN Syariah KCP
Salatiga?
4. Apa faktor pengetahuan paling signifikan yang mempengaruhi minat
nasabah untuk bertransaksi pembiayaan murabahah di BTPN Syariah
KCP Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang ada, maka penelitian ini mempunyai
tujuan yang diharapkan yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan produk, mempengaruhi minat
bertransaksi pembiayaan murabahah di BTPN Syariah KCP Salatiga.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan layanan beli mempengaruhi
minat bertransaksi pembiayaan murabahah di BTPN Syariah KCP
3. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan pemanfaatan mempengaruhi
minat bertransaksi pembiayaan murabahah di BTPN Syariah KCP
Salatiga.
4. Untuk mengetahui faktor pengetahuan yang paling signifikan dalam
mempengaruhi minat bertransksi pembiayaan murabahah di BTPN
Syaraiah KCP Salatiga.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis (Bagi Akademisi)
Penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumbang teori penelitian
lebih lanjut yang berkaitan dengan topik penelitian ini yaitu mengenai
teori perilaku konsumen muslim khususnya pada faktor pengetahuan
konsumen dan pengaruhnya terhadap ketertarikan dengan Bank Syariah.
2. Secara Praktisi (Perbankan Syariah khususnya BTPN Syariah KCP
Salatiga).
Hasil dari pembuktian ini dapat memberikan informasi mengenai
pengaruh pengetahuan nasabah mengenai Perbankan Syariah pada
umumnya dan Btpn Syariah KCP Salatiga pada khususnya serta
pengaruhnya akan minat bertransaksi dengan BTPN Syariah KCP
Salatiga. CAMELS. Penelitian ini juga digunakan untuk menambah
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini dibagi menjadi lima bab. Adapun
masing-masing bab secara singkat dijelaskan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini berisi mengenai penjelasan latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan
BAB II : Landasan Teori
Bab ini terdapat empat bagian yaitu pertama penelitian
terdahulu telah dilakukan berkaitan dengan masalah yang dibahas
dalam penelitian ini. Kedua, kajian teori yang berisi uraian telaah
pustaka, referensi, jurnal, artikel, media elektronik, dan lain-lain,
yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Referensi ini juga
digunakan sebagai dasar untuk melakukan analisis terhadap
masalah.Ketiga, kerangka penelitian berisi kesimpulan dari telaah
pustaka yang digunakan untuk menyusun asumsi atau hipotesis.
BABIII :Metode Penelitian
Bab ini menguraikan tentang metode pangkajian masalah,
data penelitian yang berisi antara lain; variabel penelitian,
karakteristik data, populasi dan sampel, disertai penjelasan tentang
prosedur pengumpulam data, serta teknik analisis data.
BAB IV :Analisis Data
Dalam bab ini dibahas secara lebih mendalam tentang
uraian penelitian yang berisi deskripsi objek penelitian dan anaslis
data serta pembahasan hasil dan interpretasi yang diperoleh dari
penulis.
BAB V :Penutup
Bab ini merupakan penutup dari penulisan penelitian
danberisi tentang kesimpulan dari pembahasan bab-bab yang telah
diuraikan sebelum dan saran-saran yang dapat diberikan.
9 BAB II
LANDASAN TEOR
A. Telaah Pustaka
Januar (2016) dalam penelitiannya yang berjudul ―Keputusan Nasabah Menabung di Perbankan Syariah (Studi pada Mahasiswa Universitas
Brawijaya Malang)‖ ini, menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui besarnya variabel-variabel dalam mempengaruhi
tingkat keputusan konsumen menabung dalam perilaku pemilihan sistem
perbankan. Variabel yang dianalisa meliputi karakteristik, pelayanan dan
kepercayaan, pengetahuan nasabah, serta obyek fisik bank. Hasil Analisis dari
model dapat diketahui bahwa karakterisitik sebesar 0,594, variabel pelayanan
dan kepercayaan (0,32), pengetahuan (0,56), dan obyek fisik (0,48). Dengan
demikian pelayanan dan kepercayaan, serta obyek fisik mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap perilaku keputusan konsumen. Sedangkan
pengetahuan dan karakteristik tidak berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil
regresi menjelaskan bahwa 86% keputusan dipengaruhi variebel X yang
diteliti dan 14% lainnya dipengaruhi variabel lain diluar model.
Abidin (2015) dalam penelitiannya yang berjudul ―Pengaruh
Pelayanan, Keyakinan Agama, dan Lokasi terhadap Minat Menabung Nasabah
pada PT. Bank Mega Syariah di Makassar.‖ Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 100 responden nasabah Bank Mega Syariah, dengan hasil
mempunyai nilai signifikan sebesar 0,000. Sedangkan hasil koefisien
regresinya X1 (0,471), X2 (0,628), dan X3 (0,425). Dengan demikian
pengaruh yang paling besar berasal dari X2 (keyakianan agama) karena
mempunyai nilai koefisien yang paling besar. Besarnya pengaruh variabel
bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat dapat dilihat dari
besarnya koefisien determinasi (R2) sebesar 0,626. Hasil tersebut berarti
62,6% minat menabung dipengaruhi oleh variabel yang diteliti dan 37,4%
lainnya dipengaruhi variabel diluar model penenlitian.
Rahmawaty (2014) dalam penelitiannya yang berjudul ―Pengaruh
Persepsi tentang Bank Syariah terhadap Minat Menggunakan Produk di BNI
Syariah Semarang‖. Persepsi dalam penelitian ini meliputi tiga variabel yaitu;
persepsi tentang bunga bank, persepsi tentang sistem bagi hasil, dan persepsi
tentang produk bank syariah. Penentuan sampel menggunakan teknik
accidental sampilng dengan responden sebanyak 200 nasabah bank BNI
Syariah Semarang. Sementara itu teknik analisis datanya menggunakan
metode analisis regresi berganda (Ordinary Last Square). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: pertama persepsi tentang bunga bank berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap minat menggunakan produk bank
syariah dengan nilai signifkansi sebesar 0,002. Kedua persepsi tentang sistem
bagi hasil juga berpengaruh positif signifikan terhadap minat menggunakan
produk dengan nilai signifikansi sebesar 0,006. Ketiga persepsi tentang produk
bank syariah tidak berpengaruh terhadap minat menggunakan produk bank
Kurniasih (2013) dengan jurnalnya yang berjudul ―Analisis F
aktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Masyarakat dalam Memilih Bank BCA
Sebagai Bank Favorit di Kota Kuningan‖. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Structure Equation Modelling (SEM) dengan alat analisis
Amos versi 16.0. Sedangkan metode pengumpulan data menggunakan
kuisoner pada 100 responden dan wawancara. Hasil uji menunjukkan
faktor-faktor yang mempengaruhi minat meliputi kemudahan, kelengkapan layanan,
letak, brand, dan langkah strategis, yang mana secara simultan
variabel-variabel ini mempengaruhi sebesar 95,2%.
Yuliawan (2011) dalam jurnalnya, melakukan penelitian dengan judul
―Pengaruh Pengetahuan Konsumen Mengenai Perbankan Syariah terhadap
Keputusan Menjadi Nasabah pada PT. Bank Syariah Cabang Bandung‖.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengetahuan
konsumen tentang bank syariah akan memberikan pengaruh terhadap
pengambilan keputusan. Metode yang digunakan adalah deskripstif analisis
dengan memberikan gambaran secara sisitematis, faktual, dan akurat. Variabel
yang diteliti adalah pengetahuan produk, yang dibagi lagi menjadi
pengetahuan atribut produk dan pengetahuan manfaat produk. Diuji
menggunakan metode regresi sederhana dengan sampel sebanyak 101 orang
dari nasabah Bank Jabar Syariah Bandung, dengan teknik simple random
sampling. Hasil penelitian, menunjukkan, pengetahuan konsumen berpengaruh
terhadap keputusan konsumen sebesar 44.8 %, sedangkan sisanya 55.2 %
Nurhipnudin (2015), dengan skripsisnya yang berjudul ―Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Bertransaksi Mahasiswa Non
Muslim pada Bank Syariah‖. Sampel yang digunakan sebanyak 47 responden
dengan teknik pengambilan sampel non probability sampling dengan cara
punposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner pada
mahasiswa non muslim. Faktor-faktor yang diteliti yaitu; pengetahuan tentang
perbankan syariah, produk perbankan syariah, dan promosi perbankan syariah.
Hasil uji parsial menunjukkan jika pengetahuan tidak berpengaruh dan tidak
signifikan terhadap minat bertransaksi dengan nilai signifikansi sebesar 0,504.
Sedangkan dua lainnya berpengaruh positif signifikan dengan masing-masing
nilai 0,039 dan 0,002.
Gaffar (2014) dalam skripsinya yang berjudul ―Pengaruh Pengetahuan
Konsumen terhadap Keputusan Nasabah dalam Memilih Bank Syariah (Studi
Kasus Nasabah pada Bank Muamalat Cabang Makassar)‖. Variabel yang
digunakan adalah pengetahuan produk, pengetahuan pembelian, dan
pengetahuan pemakaian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil
analisis regresi nampak bahwa pengetahuan konsumen mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap keputusan nasabah dalam memilih bank syariah
di Makassar. Hasil pengujian pengukuran pengetahuan konsumen
menunjukkan bahwa variabel yang paling domiman mempengaruhi keputusan
konsumen dalam memilih bank syariah di Makassar adalah pengetahuan
koefisien regresi terbesar serta memiliki nilai signifikan yang terkecil dari
variabel pengetahuan produk dan pengetahuan pemakaian.
Tabel 2.1
Research Gap Penelitian
PT. Bank Syariah Cabang Bandung
faktor yang tidak diteliti.
regresi terbesar serta
Beda penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu terletak pada
lokasi penelitian, yaitu di BTPN Syariah KCP Salatiga. Selain itu penelitian
ini menggunakan variabel pengetahuan untuk meneliti pengaruhnya terhadap
minat bertransaksi pada pembiayaan murabahah, bukan pengetahuan
perbankan secara umum, dimana mekanisme yang berjalan di BTPN berbeda
dengan mekanisme pada umumnya, yaitu harus berbasis kegiatan produktif.
B. Kajian Teori
1. Perilaku Konsumen
Penelitian ini menggunakan teori Perilaku Konsumen dari
Schiffman dan Kanuk (2008), Ristiyanti dan John Ihlalauw (2005), Ujang
Sumarwan (2014), Danang Sunyoto (2014), Peter dan Olson (2000),
Engel, Blackwell, dan Miniard (2008), Muhammad Muflih (2006) serta
menggunakan teori pemasaran dari Kotler dan Susanto (2000),
a. Pengertian Perilaku Konsumen
Menurut Schiffman dan Kanuk (2008: 535) perilaku konsumen
adalah perilaku yang ditujukan dalam mencari, membeli,
menggunakan, menilai, dan menentukan produk, jasa dan gagasan.
Sedangkan Engel dkk. (2008: 508) mengartikannya sebagai aksi yang
langsung terlibat dalam pemerolehan, pemakaian, dan pengaturan
produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan
mengikuti aksi ini. Pengertian lain menyatakan perilaku konsumen
units) baik individu, kelompok, ataupun organisasi, membuat
keputusan-keputusan beli atau melakukan transaksi pembelian suatu
produk dan mengkonsumsinya (Ristiyani dan Jhon, 2005: 9).
American Marketing Association mendefinisikan perilaku
konsumen sebagai interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi,
perilaku, dan kejadian disekitar kita dimana manusia melakukan aspek
pertukaran dalam hidup mereka (Peter dan Olson , 2000 : 6). Perilaku
konsumen adalah semua kegiatan, tindakan serta proses psikologis
yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika
membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah
hal-hal diatas atau kegiatan mengevaluasi (Sumarwan, 2014: 5). Dapat
juga didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara
langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang
atau jasa termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada
persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Sunyoto, 2014:
2).
Berikut beberapa alasan kenapa mempelajari perilaku
konsumen menjadi penting menurut Sumarwan (2014: 8):
1) Konsumen dengan perilakunya adalah wujud dari kekuatan tawar
menawar yang merupakan salah satu kekuatan kompetitif yang
menentukan intensitas persaingan dan profitability.
2) Analisis konsumen menjadi landasan manajemen pemasaran dan
a) Merancang bauran pemasaran
b) Melakukan segmentasi pasar
c) Melaksanakan positioning
d) Melakukan analisis lingkungan perusahaan
e) Mengembangkan tren penelitian pasar
f) Mengembangkan produk baru maupun inovasi produk lama.
3) Analisis konsumen memainkan peran penting dalam
pengembangan kebijakan publik.
4) Perilaku konsumen menarik, dinamis dan menggambarkan
perkembangan ekonomi, sosial, budaya, teknologi, dan informasi
yang terjadi disekeliling konsumen.
5) Memudahkan perusahaan yang ingin tetap berjalan dan terus
tumbuh, agar dapat menarik konsumen baru dan mempertahankan
konsumen yang telah menjadi pelanggannya.
6) Ekonomi dan perdagangan global memberi kesempatan kepada
para pelaku bisnis untuk mengembangkan bisnisnya ke berbagai
negara, maka syarat utama agar produk dapat diterima masyarakat
adalah produk sesuai dengan kebutuhan, selera, dan keinginan
konsumen. Pelaku bisnis dituntut untuk memahami perilaku
konsumen agar dapat merancang strategi pemasaran yang tepat.
7) Pemahaman yang baik akan menjadikan konsumen memiliki
informasi yang lebih baik mengenai dirinya, sehingga agar dapat
Kesimpulannya perilaku konsumen dipelajari agar lebih
memahami tentang apa yang dibeli, dimana, kapan dimana, mengapa,
bagaimana dan seberapa sering,kemudian digunakan untuk
menciptakan cara memuaskan atau memenuhi kebutuhan konsumen
dengan pendekatan yang baik.
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut Kotler (2000: 262) tingkah laku konsumen dalam
membeli suatu produk atau jasa dipengaruhi oleh empat faktor utama,
yaitu: budaya, sosial, pribadi, dan psikologi. Keempat faktor utama
ini, masih terbagi lagi dalam variabel-variabel yang lebih spesifik.
Dalam ekonomi Islam, agama menjadi faktor tersendiri yang paling
dominan membentuk perilaku konsumen, karena umat Islam dituntut
berperilaku sesuai ajaran agama. Maka agama menjadi faktor kelima
dalam teori ini.
1) Faktor Budaya
Faktor budaya menurut Kotler (2000: 224) memiliki
pengaruh yang dominan meluas dan mendalam terhadap perilaku
konsumen. Dalam budaya terdapat tiga variabel yaitu, kultur, sub
kultur, dan kelas sosial pembeli.
a) Kebudayaan (Kultur)
Karena konsumen merupakan makhluk sosial yang
berinteraksi dengan orang disekelilingnya, dan saling
dan kepercayaan, maka budaya adalah salah satu unsur yang
membentuk perilaku konsumen (Sumarwan, 2014: 227).
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengertian,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, serta
kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai
anggota masyarakat. Kebudayaan merupakan keseluruhan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka dijadikan milik manusia dengan belajar
(Koentjaraningrat, 1979: 193) dalam Sunyoto (2014: 7).
Produk dan jasa memainkan peranan yang sangat
penting dalam mempengaruhi budaya, karena produk mampu
membawa pesan makna budaya. Makna budaya
dikomunikasikan secara simbolik melalui produk dan jasa
yang kemudian dipindahkan kepada konsumen dalam bentuk
kepemilikan, pertukaran, pemakaian, dan pembuangan
(Sumarwan, 2014: 205).
b) Sub Kultur
Sub kultur adalah bagian-bagian kecil dari kebudayaan
yang memberikan identifikasi dan sosialisasi anggotanya yang
lebih spesifik. Sub kultur meliputi, kebangsaan, agama, ras,
dan daerah geografis. Para pemasar sering merancang produk
mengikuti sub kultur kebutuhan masyarakat, karena mampu
c) Kelas Sosial
Kelas sosial menurut Kotler (2000: 226) adalah
bagian-bagian yang relatif homogen dan tetap dalam suatu
masyarakat, yang tersusun secara hirarkis dan anggotanya
memiliki tata nilai, minat, dan perilaku yang mirip. Adanya
perbedaan substansial diantara kelas-kelas tersebut
mempengaruhi perilaku pembelian mereka. Sejauh mana
pasar mampu mempromosikan produknya sehingga dirasa
akan membantu keinginan konsumen untuk mencapai kelas
sosial yang lebih tinggi. Dengan memahami perilaku
konsumen antar masing-masing kelas sosial maka perusahaan
dapat menyelenggarakan dan melaksanakan program-program
pemasaran yang efektif dan efisien (Sunyoto, 2104: 8).
2) Faktor Sosial
a) Keluarga
Menurut Sumarwan (2014: 301) Keluarga memiliki
pengaruh yang besar kepada konsumen karena paling dekat
dan akan saling mempengaruhi dalam pengambilan keputusan
pembelian produk dan jasa, serta berapa besar jumlah
konsumsinya. Dalam siklus hidup keluarga terdapat
tahap-tahap yang dijalani, dan dalam tiap tahap-tahap tersebut
menggambarkan kebutuhan yang berbeda, sehingga produk
b) Kelompok Acuan
Kelompok acuan adalah seorang individu atau
sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku
seseorang. Kelompok acuan digunakan sebagai dasar untuk
sebuah perbandingan atau referensi dalam membentuk respon
afektif, kognitif dan perilaku. Dalam pemasaran, kelompok
acuan adalah kelompok yang berfungsi sebagai referensi bagi
sesorang dalam keputusan konsumsi (Sumarwan, 2014: 321).
Seorang konsumen seringkali meminta pendapat
mengenai produk dan jasa kepada teman, keluarga, atau
kelompok acuan lain. Ada tiga teori yang menjelaskan
bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain:
1. Teori Menetes : Mengemukakan bahwa konsumen
kelas bawah akan meniru perilaku dari konsumen kelas
atas melalui kelas sosial, terutama dalam cara berpakaian
dan gaya hidup.
2. Arus dua arah : Menyatakan, ide-ide baru biasanya
mengalir ke orang yang berpengaruh, kemudian
disampaikan lagi melalui lisan kepada orang-orang yang
lebih pasif dalam mencari informasi.
3. Interaksi multitahap: Interaksi ini mengemukakan bahwa
pemberi dan penerima pengaruh dipengaruhi oleh media
3) Faktor Pribadi
a) Kepribadian
Kepribadian menurut Schiffman dan Kanuk (2008:
107) adalah ciri-ciri kejiwaan dalam diri atau sifat-sifat dalam
diri yang menentukan dan mencerminkan bagaimana
seseorang berespon terhadap lingkungannya. Sifat-sifat
tersebut meliputi; kualitas, sifat pembawaan, kemampuan
mempengaruhi orang, dan perangai khusus yang membedakan
satu individu dengan lainnya.
Memahami kepribadian konsumen penting bagi
pemasar karena berkaitan dengan perilaku konsumen.
Perbedaan kepribadian dalam diri konsumen akan
mempengaruhi perilaku dalam memilih dan membeli produk
yang sesuai dengan kepribadiannya. Terdapat tiga teori utama
mengenai kepribadian, yaitu:
1. Teori Kepribadian Freud : Menyatakan bahwa
kebutuhan yang tidak disadari atau dorongan dari dalam
diri manusia adalah inti dari motivasi dan kepribadian.
Menurut Freud kepribadian terdiri dari tiga unsur yang
saling berkaitan, yaitu; id (naluri), superego (psikologis),
2. Teori Neo Freud : Menyatakan bahwa manusia
berusaha memenuhi apa yang dibutuhkan masyarakat dan
masyarakat membantu individu dalam memenuhi
kebutuhan dan tujuannya. Teori ini menyatakan bahwa
hubungan sosial adalah faktor yang paling dominan dalam
pembentukan dan pengembangan kepribadian.
3. Teori Ciri (Trait Theory) : Trait adalah sifat atau
karakteristik yang membedakan antara satu individu
dengan individu lain, yang bersifat konsisten atau
permanen. Para pemasar menggunakan konsep
kepribadian untuk mengkomunikasikan produknya
sehingga memiliki positioning yang sesuai dengan
kepribadian konsumen (Sumarwan, 2014: 58).
b) Konsep Diri
Konsep diri merupakan pendekatan yang dikenal luas
untuk menggambarkan hubungan antara konsep diri dalam
konsumen dengan image merek dan image penjual. Karena
mempunyai implikasi yang sangat luas dalam proses
pembelian, maka dapat digunakan dalam menentukan
segmentasi pasar, periklanan, pembungkusan, personal
selling, pengembangan produk dan distribusi (Sunyoto, 2014:
Menurut Solomon (2007) sebagaimana dikutip oleh
Sumarwan (2014: 94) menyatakan bahwa kegiatan konsumsi
berhubungan erat dengan konsep diri. Konsumen akan
menggunakan produk dengan karakteristik yang sesuai atau
dapat mendukung konsep dirinya. Proses keputusan
konsumen dilandasi oleh proses berfikir kognitif. Semakin
sesuai citra suatu produk/merek tersebut, akan semakin
disukai konsumen.
c) Faktor Pribadi lainnya.
Menurut Kotler (2000: 233) faktor-faktor pribadi lain
yang mempengaruhi perilaku, antara lain; usia dan tahap
siklus hidup, pekerjaan, keadaaan ekonomi, dan gaya hidup.
Konsumen membeli barang ataupun jasa yang berbeda
sepanjang hidupnya, sesuai dengan usia dan siklus hidup yang
dilalui. Pekerjaan juga mempengaruhi pola konsumsi. Para
pemasar akan mengidentifikasikan kelompok pekerjaan yang
mempunyai minat lebih dari rata-rata pada produk dan jasa
mereka.
Selanjutnya pilihan produk atau jasa dipengaruhi oleh
keadaan ekonomi, yang mana keadaan itu meliputi;
pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan, kekayaan, dan
hutang. Gaya hidup adalah pola hidup yang diungkapkan
menggambarkan interaksi seseorang dengan lingkungannya,
dan pemasar menggunakannya untuk mencari tahu hubungan
produk dengan gaya hidup kelompok (Kotler, 2000: 235).
4) Faktor Psikologis
a) Motivasi dan Kebutuhan
Motivasi menurut Schiffman dan Kanuk (2008: 72)
adalah sebagai tenaga pendorong dalam diri individu yang
memaksa mereka untuk bertindak. Tenaga tersebut dihasilkan
oleh keadaan tertekan, yang timbul akibat kebutuhan yang
tidak terpenuhi. Individu baik secara sadar maupun tidak,
berjuang untuk mengurangi ketegangan ini melalui perilaku
yang mereka harapkan akan memenuhi kebutuhan mereka.
Maslow mengemukakan lima kebutuhan manusia
berdasarkan tingkat kepentingannya, yaitu; kebutuhan
fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan
ego, dan kebutuhan aktualisasi. Jadi manusia berusaha
memenuhi kebutuhan yang lebih rendah terlebih dulu sebelum
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Sedangkan
McClelland mengembangkan teori motivasi yang menyatakan
bahwa ada tiga kebutuhan dasar yang memotivasi individu,
yaitu; kebutuhan untuk sukses, kebutuhan untuk afiliasi, dan
pemasar untuk menentukan segmentasi dan positioning
(Sumarwan, 2014: 35).
b) Pengolahan Informasi dan Persepsi
Pengolahan informasi pada diri konsumen terjadi
ketika salah satu panca indra menerima input dalam bentuk
stimulus. Baik itu berupa produk, nama merek, kemasan,
iklan, dan nama produsen. Ada lima tahap pengolahan
informasi, yaitu; pemaparan, perhatian, pemahaman,
penerimaan, dan retensi. Tahap pemaparan sampai
pemahaman disebut sebagai persepsi (Sumarwan, 2014: 115).
Menurut Kotler (1993: 240) persepsi didefinisikan
sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur,
dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk
menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Persepsi
dapat menafsirkan seseorang atas suatu kejadian berdasarkan
pengalaman masa lalunya. Pemasar perlu bekerja keras dalam
memikat perhatian konsumen agar pesan yang disampaikan
dapat mengenai sasaran (Sunyoto, 2014: 14).
c) Proses Belajar dan Pengetahuan
Menurut Sumarwan, (2014: 143). Pemasar perlu
mamahami bagaimana konsumen belajar, karena pemasar
berkepentingan untuk mengajarkan konsumen agar bisa
membeli produk yang dipasarkan. Belajar merupakan proses
untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang akan
mengakibatkan perubahan sikap dan perilaku yang relatif
permanen. Proses belajar bisa terjadi karena adanya empat
unsur yang mendorong, yaitu; motivasi, isyarat, respon, dan
penguatan.
Beberapa pakar mengklasifikasikan proses belajar
kedalam dua kategori, yaitu:
1. Proses belajar kognitif: Proses belajar yang dicirikan oleh
adanya perubahan pengetahuan, yang menekankan kepada
proses mental konsumen untuk belajar. Dalam proses ini
membahas bagaimana informasi disimpan dalam memori
jangka panjang.
2. Proses belajar perilaku: Proses belajar perilaku terjadi
ketika konsumen bereaksi terhadap lingkungan atau
stimulus luar. Dalam proses inilah dimana perilaku
berubah relatif secara permanen.
Pengetahuan yang didapat dari proses belajar adalah
semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai
berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan
lainnya yang terkait dengan produk, jasa, dan informasi
yang berhubungan dengan fungsinya. Pengetahuan terbagi
pengetahuan pembelian, dan pengetahuan pemakaian
(Sumarwan, 2014: 163).
d) Kepercayaan dan Sikap Pendirian
Kepercayaan konsumen terhadap suatu produk
menciptakan citra, merek dan tindakan orang atas citra ini.
Jika sebagaian kepercayaan adalah salah dan menghambat
pembelian, produsen akan meluncurkan suatu kampanye
untuk mengoreksi kepercayaan ini (Kotler, 2000: 243).
Kepercayaan sangat mempengaruhi sikap konsumen, karena
itu konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan
dan perilaku. Mowen dan Minor (1998) menyebutkan bahwa
istilah pembentukan sikap konsumen seringkali
menggambarkan hubungan antara kepercayaan, sikap, dan
perilaku (Sumarwan, 2014: 165).
Sikap pendirian mendorong orang untuk berperilaku
secara konsisten. Karena itu, sikap pendirian sangat sulit
untuk diubah. Jadi sebuah perusahaan sebaiknya
menyesuaikan produknya dengan pendirian yang sudah ada,
dari pada mengubah sikap pendirian konsumen. Akan tetapi,
terdapat beberapa pengecualian dimana biaya besar untuk
mengubah sikap pendirian konsumen mungkin memperoleh
5) Faktor Agama
Agama merupakan salah satu karakteristik demografi yang
sangat penting. Dalam perilaku konsumsi agama memberikan
ajaran yang sangat berpengaruh terhadap sikap, persepsi, dan
perilaku konsumen bagi para penganutnya. Sangat berpengaruhnya
ajaran atau aturan agama dalam pola konsumsi masyarakat sangat
disadari oleh konsumen. Maka dari itu tidak jarang pemasar
menggunakan iklan, baik elektronik maupun cetak yang
mengaitkan produk dengan kebutuhan agama (Sumarwan, 2014:
Gambar 2.1 Konsep Perilaku Konsumen Konsep Perilaku Konsumen
Kultur
Sub Kultur
Keluarga
Kelompok
Motivasi & Kebutuhan
Informasi & Persepsi
Belajar &Pengetahuan Kepribadian
Konsep Diri Budaya
Sosial
Pribadi
Psikologis
Agama
Perilaku
2. Pengetahuan Konsumen
a. Pengertian
Seperti yang telah dibahas secara singkat sebelumnya,
pengetahuan konsumen menurut Sumarwan (2014: 147) adalah semua
informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk
atau jasa, dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai
konsumen, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan
jasa tersebut. Pengetahuan menjelaskan perubahan dalam perilaku
suatu individu yang berasal dari pengalaman. Pengetahuan seseorang
dihasilkan melalui suatu proses yang saling mempengaruhi, yaitu;
dorongan, stimuli, petunjuk, tanggapan, dan penguatan. Pemasar dapat
menciptakan permintaan produk dengan memberikan dorongan yang
kuat, petunjuk yang memotivasi, dan penguatan yang positif (Kotler,
2000: 243).
Pengetahuan menurut Mowen dan Minor (1998: 106) dalam
Sumarwan (2014: 147) merupakan sejumlah pengalaman yang telah
dialami dan informasi tentang suatu produk atau jasa yang dimiliki
seseorang.Engel dkk. (2008: 506) mendefinisikan pengetahuan
konsumen sebagai informasi yang relevan dengan fungsi konsumen
b. Jenis Pengetahuan Konsumen
Menurut Sumarwan (2014: 163), pengetahuan konsumen
terbagi kedalam tiga macam, yaitu:
1) Pengetahuan produk : Adalah kumpulan berbagai macam
informasi mengenai produk baik itu produk, merek, terminologi
produk, atribut atau fitur produk, harga, dan kepercayaan
mengenai produk. Pengetahuan produk sendiri masih terbagi
dalam tiga jenis yaitu; pengetahuan tentang karakteristik atau
atribut,pengetahuan tentang manfaat, dan pengetahuan tentang
kepuasan yang diberikan produk.
2) Pengetahuan pembelian : Menurut (Engel dkk 1995) dalam
Sumarwan (2014: 157) pengetahuan pembelian terdiri atas
pengetahuan tentang toko, lokasi produk dalam toko, dan
penempatan produk yang sebenarnya dalam toko tersebut.
Perilaku membeli memiliki urutan sebagai berikut: store contact,
product contact, dan transaction. Store contact meliputi tindakan
mencari outlet, pergi ke outlet, dan memasuki outlet. Pada product
contact, konsumen akan mencari lokasi produk, mengambil
produk tersebut dan membawanya ke kasir. Sedangkan pada
transaction, konsumen akan membayar produk tersebut dengan
Sumarwan (2014: 163) menambahkan jika pengetahuan
khusunya dalam pembelian selain lokasi juga meliputi; kapan,
berapa banyak dan seberapa sering membeli. Dalam hal pembelian
murabahah dapat ditambahkan bagaimana pembelian dilakukan,
karena saat ini pembelian murabahah yang diakukan oleh BTPN
menggunakan akad wakalah. Jadi bank mewakilkan pembelian itu
kepada nasabah sendiri. Sehingga dalam hal ini bank bertugas
melayani apa-apa yang dibutuhkan nasabah dalam pembeliannya.
Seperti misalnya rekomendasi pembelian.
3) Pengetahuan Pemakaian
Suatu produk akan memberikan manfaat kepada konsumen
jika produk tersebut telah digunakan atau dikonsumsi oleh
konsumen. Agar produk tersebut bisa memberikan manfaat yang
maksimal dan kepuasan yang tinggi kepada konsumen, maka
konsumen harus bisa menggunakan atau mengkonsumsi produk
tersebut dengan benar. Kesalahan yang dilakukan oleh konsumen
dalam menggunakan suatu produk akan menyebabkan produk
tidak berfungsi dengan baik. Produsen berkewajiban untuk
memberikan informasi yang cukup agar konsumen mengetahui
cara pemakaian suatu produk. Pengetahuan pemakaian suatu
Gambar 2.2 Bagan Pengetahuan Konsumen
3. Perilaku Konsumen dalam Islam
Dalam Islam segala bentuk kegiatan manusia telah diatur sesuai
dengan tata cara syariat, termasuk didalamnya bagaimana berperilaku
sebagai konsumen muslim. Konsumen muslim dalam memenuhi
kebutuhannya tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan individual, tapi
juga kebutuhan sosial. Konsumen harus mencerminkan hubungan dirinya
dengan Allah. Inilah yang tidak kita dapati dari ilmu perilaku konsumen
konvesional. Selain itu dalam ilmu ekonomi Islam, kajian yang tidak
terdapat pada ilmu konvensional, ialah adanya saluran konsumsi sosial,
yang berupa zakat, infa dan sedekah. Dengan demikian konsumen muslim
dalam konsumsinya memiliki dua sisi yaitu, untuk dirinya dan orang lain.
Jika salah satu sisi tidak terpenuhi maka ia merasa jalannya tidak seimbang
(Muflih, 2006: 4-6).
Pengetahun Konsumen
Produk Pembelian Pemakaian
Karakteristik
Manfaat
Kepuasan
Pemanfaatan Lokasi toko
Lokasiproduk
Cara beli
Menurut Ibnu Kaldun, dalam membangun kesejahterahan
masyarakat, ekonomi tidak hanya bergantung pada variabel-variabel
politik, sosial, ekonomi, dan demografi, tetapi juga sangat tergantung pada
variabel syariah. Syariah membantu menanamkan kualitas kebaikan,
seperti; ketaatan, kejujuran, integritas, kesederhanaan, kebersamaan,
keadilan, saling mengerti, kerja sama, kedamaian, keharmonisan, dan
berperannya fungsi kontrol tingkah laku terhadap hal yang dapat
membahayakan masyarakat (Muflih, 2006:11).
Terdapat dua alasan kenapa pemasar perlu mengetahui perilaku
konsumen muslim. Pertama, pamasar dapat meramalkan reaksi konsumen
terhadap pesan promosi dan berguna untuk memahami bagaimana cara
mereka mengambil keputusan. Dengan demikian pemasar dapat
merancang strategi pemasaran, merumuskan konsep promosi, dan
meredam akibat persaingan buruk bisnis. Kedua, dengan meneliti perilaku
konsumen, akan diketahui kekuatan saluran konsumsi sosial. Bagaimana
tingkat konsumsi sosial mereka dan bagaimana strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan penghimpuannnya (Muflih, 2006: 23-24).
Sedang dalam kepribadiannya, konsumen diajarkan untuk bersikap
qana’ah. Qana’ah merupakan cerminan kepuasan seseorang baik secara
lahiriyah maupun batiniyah, serta mendorong konsumen bersikap adil dan
ihsan. Kepuasan ini bersifat fleksibel, hingga akhirnya konsumsinya akan
selalu terukur dan teranalisis dengan baik, untuk mashlahat saat ini
Dengan demikian pola konsumsi yang diajarkan oleh Islam adalah,
mengkonsumsi seperlunya sesuai kebutuhan, tidak memilih yang haram,
tidak kikir, israf (berlebihan), dan tidak tamak supaya selamat dunia
akhirat. Kesejahterahan pun dapat dirasakan oleh seluruh lapisan
masyarakat.
4. Pembiayaan Murabahah
a. Pengertian
Murabahah didefinisikan oleh para fuqahaa sebagai penjualan
barang seharga biaya/harga pokok (cost) barang tersebut ditambah
mark-up atau margin keuntungan yang disepakati. Karakterisitik
penjual adalah bahwa penjual harus memberitahu pembeli mengenai
harga pembelian produk dan menyatakan jumlah keuntungan yang
ditambahkan pada biaya tersebut (Wiroso, 2005: 13).
Dalam daftar istilah buku himpuanan fatwa DSN (Dewan
Syariah Nasional) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga
belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga
yang lebih sebagai laba. Sedangkan dalam PSAK 59 tentang
Akuntansi Perbankan Syariah paragrf 52 dijelaskan bahwa murabahah
adalah jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli (DSN,
b. Rukun Murabahah
Menurut mazhab Hanafi rukun jual beli adalah ijab dan qabul
yang menunjukan adanya pertukaran atau kegiatan saling memberi
yang menempati kedudukan ijab qabul tersebut. Dengan kata lain
dalam rukun ini akad merupakan kegiatan yang menunjukan
keridhaan dengan adanya pertukaran dua harta milik, baik berupa
perkataan maupun perbuatan. Menurut ulama jumhur ada empat rukun
dalam jual beli, yaitu; orang yang menjual, orang yang membeli,
sighat, dan barang atau sesuatu yang diakadkan. Keempat rukun ini
disepakati dalam setiap jenis jual beli (Wiroso, 2005: 16).
c. Syarat Murabahah
Menurut Wiroso (2005: 17) dalam murabahah terdapat
beberapa syarat yang harus dipenuhi. Antara lain:
1) Mengetahui harga awal (Harga pembelian)
Syarat ini meliputi semua transaksi yang terkait dengan
murabahah, seperti pelimpahan wewenang (tauliyah), kerja sama
(isyrak) dan kerugian (wadhi’ah), karena semua transaksi ini
berdasar pada harga pertama yang merupakan modal. Jika tidak
mengetahuinya, maka jual beli tersebut tidak sah hingga ditempat
2) Mengetahui besarnya keuntungan. Mengetahui jumlah keuntungan
adalah keharusan, karena itu merupakan bagian dari harga,
sedangkan mengetahui harga adalah syarat sahnya jual beli.
3) Modal hendaklah berupa komoditas yang memiliki kesamaan dan
sejenis, seperti benda-benda yang ditakar, ditimbang, dan dihitung.
4) Sistem murabahah dalam harta riba hendaknya tidak menisbatkan
riba tersebut terhadap harga pertama.
5) Transaksi pertama haruslah sah secara syara’, jika transaksi
pertama tidak sah, maka tidak boleh dilakukan jual beli secara
murabahah .
6) Orang yang berakad harus berakal dan dapat membedakan mana
yang benar dan mana yang salah.
7) Barangnya harus ada.
8) Barangnya berupa harta yang jelas harganya.
9) Barang yang diperjual belikan adalah milik sendiri. Akan tetapi
dalam pelaksananya dapat diwakilkan.
10) Jual beli dianggap sah jika akad terhindar dari enam aib yaitu;
ketidakjelasan adanya barang, adanya pemaksaan, pemberian batas
waktu, adanya penipuan, adanya bahaya, dan syarat-syarat yang
Menurut Wiroso (2005: 45-46) dalam melaksanakan transaksi,
yang perlu diperhatikan yaitu, Fatwa DSN, dan Ketentuan BI yang
tercantum dalam PAPSI. Fatwa DSN antara lain :
1) Nomor 4/DSN-MUI/VI/2000 tanggal 1 April 2000 tentang
Murabahah.
2) Nomor 13/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 Sepetember 2000
tentang Uang Muka Dalam Murabahah
3) Nomor 16/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000 tentang
Diskon Dalam Murabahah
4) Nomor 17/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September tentang
Sanksi Atas Nasabah Mampu yang Menunda-nunda Pembayaran
5) Nomor 23/DSN-MUI/III/2002 tanggal 28 Maret 2002 tentang
Potongan Pelunasan Dalam Murabahah
Kemudian berdasarkan fatwa-fatwa diatas, Bank Indonesia
mengatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 10/1998 tentang
perubahan Undang-Undang Nomor 7 tentang Perbankan, dalam
penjelasan pasal 6 huruf m dijelaskan bahwa yang mempunyai
kewenangan untuk mengatur kegiatan usaha bank syariah adalah Bank
Indonesia.
d. Jenis Murabahah
Menurut Wiroso (2005: 37-38) murabahah dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu;
1) Murabahah tanpa pesanan, yang mana ada tidaknya nasabah yang
akan membeli, bank syariah tetap menyediakan barang
dagangannya. Sehingga proses pengadaan barang dilakukan
sebelum transaksi jual beli dilakukan. Pengadaan barang yang
dilakukan oleh bank syariah ini dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain :
a) Membeli barang kepada produsen.
b) Memesan kepada pembuat barang dengan pembayaran
dilakukan secara keseluruhan setelah akad.
c) Memesan kepada pembuat dengan pembayaran dilakukan
didepan, selama dalam proses pembuatan, atau setelah
penyerahan barang.
d) Merupakan barang-barang dari persediaan mudharabah atau
musyarakah.
Sedangkan proses transaksinya, dilakukan dengan
tahap-tahap sebagai berikut :
a) Nasabah melakukan negosiasi keuntungan dan menentukan
syarat pembayaran dan barang sudah berada di pihak bank.
b) Apabila kedua belah pihak sepakat, dilakukan akad transaksi
c) Bank menyerahkan barang yang diperjual belikan. Dalam
penyerahan ini, hendaknya diperhatikan syarat penyerahan.
Misal, tempat transaksi, karena akan mempengaruhi biaya
yang dikeluarkan, hingga akhirnya mempengaruhi biaya
perolehan.
d) Setelah penyerahan nasabah melakukan pembayaran, baik itu
secara tunai maupun tangguh sesuai kesepakatan.
2) Murabahah berdasarkan pesanan, yaitu suatu penjualan dimana
kedua belah pihak atau lebih bernegosiasi, untuk membuat
kesepakatan bersama, dimana nasabah meminta bank membeli
aset yang kemudian dimiliki secara sah oleh pihak kedua. Alur
murabahah berdasarkan pesanan dijelaskan sebagai berikut:
a) Nasabah melakukan pemesanan barang yang akan dibeli,
kepada bank. Dilakukan negosiasi mengenai, harga,
keuntungan, syarat penyerahan, dan syarat pembayaran.
Dalam proses ini ada yang bersifat mengikat dan tidak
mengikat.
b) Setelah itu bank mencari barang yang dipesan kepada
pemasok, atau pembuat. Bank juga melakukan negosiasi
dengan pemsok/pembuat.
c) Setelah kesepakatan bank dan pemasok tercapai, dilakukan
d) Barang yang telah menjadi milik bank, selanjutnya dilakukan
akad murabahah dengan nasabah.
e) Tahap berikutnya dilakukan penyerahan barang, beserta
pembayaran baik tangguh maupun tunai.
Wiroso (2014: 43-44) dalam bukunya menyebutkan bahwa
Accounting and Auditing Organization For islamic Financial
Institution (AAOIFI) menjelaskan aturan murabahah berdasarkan
pesanan sebagai berikut:
a) Murabahah berdasarkan pesanan bersifat mengikat:
1. Jika bank menerima pesanan, bank harus membeli aset
yang diakhiri dengan akad yang sah antara bank dengan
penjual aset. Pembelian ini dianggap merupakan
pelaksanan janji yang mengikat secara hukum antara
nasabah dan bank.
2. Bank menawarkan aset sesuai dengan ketetapan yang
berlaku dalam akad penjualan.
3. Penjualan ini diperbolehkan untuk membayar urbun (uang
muka), ketika menandatangani akad aslinya, sebelum bank
membeli aset.
b) Murabahah berdasarkan pesanan tidak mengikat :
1. Nasabah meminta bank untuk membeli sebuah aset, dan
menjanjikan apabila nasabah membeli aset itu, maka
upnya. Permintaan ini dianggap sebagai kemauan
membeli, bukan penawaran.
2. Jika bank menerima permintaan ini, maka bank akan
membeli asetnya.
3. Bank harus menawarkan kembali kepada nasabah,
menurut syarat perjanjian pertama.
4. Ketika aset ditawarkan, nasabah mempunyai pilihan untuk
menerima penawaran tersebut atau tidak. Jika menerima,
kemudian harus dibuat akad penjualan yang sah antara
bank dan nasabah. Sebaliknya jika nasabah menolak,
maka aset menjadi milik bank yang berhak diperjual
belikan dengan cara-cara yang diperbolehkan.
5. Minat
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2006: 769) minat
adalah kesukaan (kecenderungan hati) kepada sesuatu, perhatian, dan
keinginan. Pengertian lain mengemukakan minat adalah rasa lebih suka
dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan
atau diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat
hubungan tersebut, semakin besar minatnya (Djaali, 2007:121) dalam
Menurut Slamento bahwa suatu minat dapat diekspresikan melalui
suatu pernyataan yang menunjukan bahwa seseorang lebih menyukai suatu
hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui pertisipasi
dalam suatu akivitas. Seseorang memiliki minat terhadap suatu objek
tertentu cenderung untuk memberikan perhatian lebih besar terhadap
subjek tertentu (Slamento, 2003: 180) dalam Mu’alimah (2014 : 14). Minat adalah sikap yang membuat seseorang senang akan objek,
situasi atau ide-ide tertentu dan hal ini kemudian diikuti oleh perasaan
senang dan kecenderungan untuk mencari obyek atau aktivitas yang
disenanginya itu (Hurlock, 1991: 12) dalam Mu’alimah (2014: 14).
Dalam masalah ini minat yang akan dibahas adalah mengenai
minat beli seseorang sebagai konsumen. Minat beli seorang konsumen
merupakan sebuah perilaku konsumen yang didasari pengalaman dalam
memilih menggunakan dan mengkonsumsi dimana konsumen memiliki
keinginan untuk membeli atau memilih suatu produk atau jasa (Mufti dan
Alif, 2014: 3).
Menurut Ferdinan (2002: 129) minat beli dapat diidentifikasikan
melalui indikator-indikator sebagai berikut:
a. Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli
produk.
b. Minat referensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk
c. Minat preferensial, adalah minat yang menggambarkan perilaku
seorang konsumen yang memiliki preferensi utama pada suatu produk.
Preferensi ini hanya dapat berganti jika terjadi sesuatu dengan produk
yang jadi preferensinya.
d. Minat eksploratif, yaitu minat yang menggambarkan perilaku
seseorang yang selalu mencari informasi berkenaan produk yang
diminatinya dan kemudian mencari info lain yang mampu mendukung
sifat-sifat positif dari produk tersebut.
C. Kerangka Pemikiran
Menurut Sumarwan (2014: 147) pengetahuan adalah semua informasi
yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk atau jasa, dan
informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen, serta
pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut.
Pengetahuan menjadi salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi
perilaku konsumen. Perilaku konsumen dalam penelitian ini yaitu minat untuk
bertransaksi yang kemudian akan menimbulkan suatu keputusan.
Sumarwan (2014: 163) membagi pengetahuan konsumen terbagi
kedalam tiga macam, yaitu: pengetahuan produk, pengetahuan pembelian, dan
pengetahuan pemakaian. Dalam produk pembiayan murabahah yang
merupakan suatu layanan jasa, pengetahuan pembelian dapat dianalogikan
sebagai layanan pembelian. Pengetahuan pemakaian dalam hal jasa dapat
Minat khususnya dalam hal ini minat beli merupakan sebuah perilaku
konsumen yang didasari pengalaman dalam memilih menggunakan dan
mengkonsumsi dimana konsumen memiliki keinginan untuk membeli atau
memilih suatu produk atau jasa (Mufti dan Alif, 2014: 3).
Secara sederhana kerangka pemikiran di tuangkan dalam bentuk
gambar sebagai berikut:
Gambar 2.3 Kerangaka Pemikiran
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban permasalahan sementara yang
bersifat dugaan dari suatu penelitian. Dugaan ini harus dibuktikan
kebenarannya melalui data empiris (fakta lapangan). Hipotesis dapat benar
atau terbukti dan tidak terbukti setelah didukung oleh fakta-fakta dari hasil
penelitian lapangan (Supardi, 2005:69). Pengetahuan (X)
Pengetahuan Produk
Pengetahuan Layanan Beli
(X2)
Pengetahuan Pemanfaatan
(X3)
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, teori, penelitian terdahulu, dan
kerangka pemikiran maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Aspek Pengetahuan Produk Berpengaruh terhadap Minat
Bertransaksi
Menurut Sumawrwan (2014: 163) aspek pengetahuan produk meliputi
atribut, manfaat, dan nilai kepuasan dari produk itu sendiri. Yuliawan
(2011) dalam penelitiannya, pengetahuan konsumen secara umum
mempengaruhi keputusan membeli.Dari ketiga variabel kecil tersebut
pengetahuan manfaat dan kepuasan sangat baik.
Dari uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa diduga aspek pengetahuan
produk berpengaruh terhadap minat bertransaksi dengan hipotesa:
H1 :Pengetahuan produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap
minat bertransaksi.
2. Aspek Pengetahuan Layanan Pembelian Berpengaruh terhadap
Minat Bertransaksi
Menurut Engel dkk. sebagaimana dikutip oleh Sumarwan (2014: 157)
perilaku membeli memiliki urutan sebagai berikut: store contact, product
contact, dan transaction. Gaffar (2014) dalam penelitiannya
mengemukakan pengetahuan yang paling dominan mempengaruhi minat
nasabah adalah pengetahuan pembelian. Hal ini karena variabel
pengetahuan pembelian mempunyai nilai koefisien regresi terbesar serta
memiliki nilai signifikan yang terkecil dari variabel pengetahuan produk
Dari uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa diduga aspek pengetahuan
produk berpengaruh terhadap minat bertransaksi dengan hipotesa:
H2 : Pengetahuan layanan pembelian berpengaruh positif dan
signifikan terhadap minat bertransaksi.
3. Aspek Pengetahuan Pemanfaatan Berpengaruh terhadap Minat
Bertransaksi
Menurut Sumarwan (2014: 158) agar konsumen dapat merasakan hasil
atau manfaat dari produk, maka konsumen harus menggunakannya dengan
benar. Produsen wajib memberikan informasi mengenai penggunaan
produk. Gaffar (2014) dalam penelitiannya pengetahuan pemakaian atau
dalam hal ini peneliti menggunakan istilah pemanfaatan, berpengaruh
positif signifikan sebesar 0,005 dan nilai koefisien sebesar 0,408.
Dari uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa diduga aspek pengetahuan
produk berpengaruh terhadap minat bertransaksi dengan hipotesa:
H3 :Pengetahuan pemanfaatan berpengaruh positif dan signifikan