• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - PENERAPAN TEKNIK KURSI KOSONG DALAM KONSELING INDIVIDU UNTUK MENGURANGI SIKAP BERKATA KASAR SISWA DI SMP NEGERI 5 KOTA JAMBI - Repository Unja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - PENERAPAN TEKNIK KURSI KOSONG DALAM KONSELING INDIVIDU UNTUK MENGURANGI SIKAP BERKATA KASAR SISWA DI SMP NEGERI 5 KOTA JAMBI - Repository Unja"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Penelitian Tindakan Layanan ini atau PTL dilakukan di SMP Negeri 5 Kota Jambi. Di tempat mana awalnya peneliti telah melakukan Praktik Lapangan Konseling dan pendidikan ( PLKPS ). Selama berada di sekolah peneliti menjadikan hal itu sebagai studi awal dan melakukan pengamaatan terhadap permasalahan – permasalahan yang sering terjadi yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling.

SMP Negeri 5 Kota Jambi adalah salah satu sekolah menengah pertama di kota jambi yang merupakan tempat berlangsungnya proses pendidikan. Pendirian SMP N 5 Kota Jambi berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tanggal 19 Januari 1965

(2)

SMP negeri 5 Kota Jambi saat ini memiliki empat orang Guru BK PNS dan satu orang guru honorer, masing masing guru BK membimbing siswa asuh lebih kurang 200 orang.

Adapun nama-nama guru Bimbingan Konseling (BK) di SMP Negeri 5 Kota Jambi adalah sebagai berikut:

No Nama Jabatan

1 Budi Suprianto, S.Pd Koordinator BK

2 Neny Azmarni, S.Pd Guru Bk

3 Nurhabibah,S.Pd Guru BK

4 Evilda Fuad, S.Pd Guru BK

5 Adam, S.Pd Guru BK

Dari sekian banyaknya permasalahan di sekolah tersebut yang sering masuk kedalam daftar buku kasus guru BK di sekolah tersebut adalah salah satunya pertengkaran sesama siswa yang di sebapkan oleh mereka yang saling mengejek, menyebut-nyebut nama orang Tua, menyoraki, menghina dan bergosip. Hal ini sering terjadi, dalam seminggu bisa empat sampe lima kali permasalahan tersebut terjadi. Guru BK menyelesaikan permasalahan tersebut dengan menggunakan layanan Konseling individu.

(3)

dapat merugikan siswa lain, setelah itu menyruh siswa berjabat tangan dan bermaaf-maafan. Namun masalah tersebut tidak selesai begitu saja, di luar ruang BK dan ke esokan nya siswa tersebut mungalangi kembali perbuatanya tersebut. Mengetahui hal tersebut Peneliti pada kesempatan Penelitian Tindakan Layanan ini ingin memperbaiki Layanan Konsling individu dengan Menerapkan Teknik di dalam nya.

Dengan demikian subjek dari penelitian ini adalah siswa yang dulu pernah peneliti berikan layanan konseling dan siswa-siswa yang datang karena permasalahan agresif berkata kasar. Penelitian tindakan layanan ini mengangkat Masalah ini direntaskan dengan mengunakan layanan konseling individu dengan menggunakan tekhnik kursi kosong, yang dilakukan sebanyak 3 siklus.

B. Hasil Siklus 1. SIKLUS I

a. Perencanaan

Untuk kepentingan Penelitian Tindakan Layanan ini maka di persiapkan sebagai berikut :

1. Membuat sekanario untuk siklus I

(4)

Tindakan siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan dengan dua subjek yang berbeda selama 2 hari pada Rabu , Kamis 4 dan 5 oktober 2017 . dengan sekenario sebagai berikut :

Tahap Awal

1. Konselor bersikap Attending dengan konseli

2. Penjelasan Azas dan tujuan dari konseling individu dan prosedur Kursi kosong.

3. Mengidentifikasi Sumber Masalah

4. Mendeskripsikan Point Penting Permasalahan Tahap Inti

1) Memberikan penjelasan tentang tahap-tahapan kursi kosong 2) Konselor mengkondisikan konseli yang akan berperan nenjadi diri

sendiri atau lawan main.

3) Konselor memperankan diri menjadi lawan bicara konseli dengan posisi duduk saling berhadapan dan begitu sebaliknya.

4) Konselor dan konseli melakukan dialog sampai pada tercapainya resolusi untuk masalah konseli .

Tahap Penutup 1) Kesimpulan 2) Evaluasi 3) Refleksi

b. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan Siklus I dapat dilihat pada table Anecdoktal Record atau catatan lapangan hasil diskusi Peneliti dan Observer.

(5)

Hari / tanggal : Rabu , Kamis 4 dan 5 oktober 2017

Waktu : 09.00 – 10.00

Konselor : Ridha Prafitria

Konseli : A.K dan AD.F

Observer : Nenny Amzarny Layanan : Konseling Individu

Siklus : I

N

O JAM NAMA AKTIVITAS

1 09.00 - 09.10 Konselor

Konseli

Memanggil konseli masuk , mempersilahkan duduk , memperkenalkan diri memnyampaikan maksud dan tujuan . Ekspresi wajah dari konseli yang kebingungan. Duduk diam mendengarkan konselor bebricara

2 09.10 – 09.20 Konselor

Konseli

Mulai mengidentifikasi masalah konseli dengan bertanya seputara aktifitas konseli tersebut di kelas, komunikasi dan

hubungan dengan teman – teman nya Konsli mendengar kan konselor dan mejawab pertanyaan dengan jawaban singkat saja

3 09.20 – 09.40 Konselor

Konseli

Mendeskripsikan masalah bersama konseli seperti kata-kata apa saja yang sering di ucapkan ketika bercanda bermain bersama teman.

Menyampaikan tahapan kursi kosong Konselor langsung mengkodisikan konseli mengarahkan agar membayangkan

menjadi diri sendiri agar tercpai makasud konseling.

Konseli menjawab singkat , menuruti perintah konseli

4 09.40 – 10.00 Konselor

Konseli

Memulai memainkan teknik kursi kosong , saling berdialog memerankan peran secara bergantian antara konseli dengan konselor .

(6)

menyadari kesalahan nya karna dia merasakan menjadi teman yang diperankannya.

5 Evaluasi Konselor

Konseli

Konselor

Konseli

Diawal sebelum melakukan konseling ketahap teknik kursi kosong konselor memberikan sebuah pertanyaan kepada konseli yaitu :

“ jika digambarkan dengan angka berapa presentasi kekesalan atau keinginan kamu untuk mengejek teman mu ini dari 10 – 100 ? “

Konsli menyatakan jawaban “Saya merasa berada di 100 % saja Bu “

Lalu sekarang konselor kembali bertanya setelah kamu melakukan konseling dengan menggunakan Teknik Kursi kosong “adakah ada kah penurunan presentasi yg kamu nyatakan di awal tadi ?”

“ iya saya merasa kesal saya jadi

berkurang menjadi sekitar (…) % “ karena saya takut nanti dia mengejek saya

kembali sewaktu di kelas

c. Evaluasi

Setelah melaksanakan layanan seperti yang dilaporkan di atas, maka berikut ini dapat di temukan Hasil Evaluasi terhadap pelakasanaan layanan tersebut dapat dilihat pada table berikut :

1. Table Evaluasi Proses Konseling Siklus I

N o

Tahapan Konseling individu Nilai Ketepatan

Prilaku Konselor Nilai rata-rata Ket 1 Tahap Awal ( Membina Hubungan )

a. Bersikap Attending 2 Sedikit tepat

(7)

Kursi Kosong

c. Mengidentifikasi Masalah 3 Tepat

d. Mendeskripsikan Masalah 2 Sedikit tepat

2

Tahap Inti

a. Penjelasan tahap-tahap kursi

Kosong 2

Sedikit tepat b. Mengkondisikan konseli untuk

memperankan diri sendiri atau Lawan Main

1

Tidak tepat

c. Konselor Memperankan menjadi

lawan dialog 1

Tidak tepat d. Mendialogkan masalah hingga

tercapainya resolisi 1

Tidak tepat

3

Tahap Penutup

a. Kesimpulan 2 Sedikit tepat

b. Evaluasi 2 Sedikit tepat

c. Refleksi 2 Sedikit tepat

Catatan : 1. Tidak Tepat 2. Sedikit Tepat 3. Sangat Tepat

Table Rekapitulasi Hasil Observasi Konselor

NO Uraian Hasil

1. 2. 3. 4.

Skor Maximal / ideal Sekor Perolehan

Presentasi observasi konselor Kategori Tingkat keberhasilan guru

33 19 57,57 %

Cukup

1. Tabel Evaluasi Konseling

Pertanyaan Sebelum di konseling dengan penerapan Teknik Kursi Kosong

NO NAMA(inisal) Pernyataan Awal Presentasi Keterangan 1 A.K Berapa presentasi kekesalan /

(8)

mu jika 10 - 100 %

2 AD.F 85 % Tinggi

2. Table Evalusi Hasil Konseling

Pertanyaan Setelah melakukan konseling dengan penerapan tekhnik kursi kosong

NO NAMA(inisal) Pernyataan Akhir Presentasi Keterangan 1 A.K Berapa presentasi kekesalan /

kejahilan anda kepada teman mu jika 10 - 100 %

50 % Sedang

2 AD.F 40 % Sedang

Dapat di simpulkan sementara pada evaluasi siklus I seperti dalam table di atas , bahwa tidak banyak terdapat perubahan sikap yang dirasakan oleh konseli setelah melakukan konseling dengan penerapan teknik kursi kosong terhadap temannya. Masing – masing konseli hanya dapat meresakan kekesalan atau kejahilan nya berkuarang 50% dan 40 % terhadap teman nya, hal ini dapat dikatakan layanan konseling tersebut belum berhasil dan masi banyak terdapat kekurangan dimana-mana.

d. Refleksi

Setelah mengkaji ulang dengan berfikir dan merenung ada beberapa kemungkinan yang menyebapkan hasil pencampaian dalam mengurangi sikap berkata kasar masi tinggi. Kekurangan tersebut seperti berikut :

(9)

maksimal membuat konseli untuk dapat memerankan diri sendiri maupun sosok temannya.

2. Konselor menjadi tidak sepenuhnya bisa mengarahkan dialog ke tujuan yang di harapkan

3. Hal itu berdampak ketahapan selanjutnya, sehingga dialog dalam bermain peran tidak mendapatkan hasil maksimal untuk permasalahan Konseli pada Siklus I ini.

Dari hasil perenungan dan berpikir tentang kekurangan pada tahapan proses pelaksanaan Teknik Kursi Kosong Dalam Layanan Konseling individu. Untuk pelaksanaan selanjutnya pada Siklus II Konselor Menambahkan 1 tahapan di Bagian Inti yaitu “ Meminta Klien Untuk Memainkan Permainan berandai-andai”. Itu akan mempermudah konselor untuk melanjutkan ketahapan berikutnya.

2. SIKLUS II

a. Perencanaan Siklus II

Berdasarkan hasil dari refleksi di Siklus I, ada sedikit yang di tambahkan pada tahap inti dan konselor berusaha untuk rileks atau santai dalam menghadapi siswa. Perubahan itu dapat di lihat pada sekenario Siklus II sebagai berikut :

(10)

1) Konselor bersikap Attending dengan konseli

2) Penjelasan Azas dan tujuan dari konseling individu dan prosedur Kursikosong.

3) Mengidentifikasi Sumber Masalah

4) Mendeskripsikan Point Penting Permasalahan Tahap Inti

1) Memberikan penjelasan tentang tahap-tahapan kursi kosong 2) Meminta kelien untuk memaikan permainan Berandai-andai * 3) Konselor mengkondisikan konseli yang akan berperan nenjadi diri sendiri atau lawan main.

4) Konselor memperankan diri menjadi lawan bicara konseli dengan posisi duduk saling berhadapan dan begitu sebaliknya.

5) Konselor dan konseli melakukan dialog sampai pada tercapainya resolusi untuk masalah konseli .

Tahap Penutup 1) Kesimpulan 2) Evaluasi 3) Refleksi

b. Pelaksanaan Siklus II

Pelaksanaan Siklus I dapat dilihat pada table Anecdoktal Record atau catatan lapangan hasil diskusi Peneliti dan Observer.

Hasil sekenario itu tergambarkan pada table observasi1 berikut : Hari / tanggal : Rabu ,Kamis 18 dan 19 Oktober 2017

Waktu : 09.00 – 10.00

(11)

Layanan : Konseling Individu

Siklus : II

N

O JAM NAMA AKTIVITAS

1 09.00 - 09.10 Konselor

Konseli

Memanggil konseli masuk ,

mempersilahkan duduk , memperkenalkan diri memnyampaikan maksud dan tujuan . Ekspresi wajah dari konseli yang

kebingungan. Duduk diam mendengarkan konselor bebricara

2 09.10 – 09.20 Konselor

Konseli

Mulai mengidentifikasi masalah konseli dengan bertanya seputara aktifitas konseli tersebut di kelas, komunikasi dan

hubungan dengan teman – teman nya Konsli mendengar kan konselor dan mejawab pertanyaan dengan jawaban singkat saja

3 09.20 – 09.40 Konselor

Konseli

Mendeskripsikan masalah bersama konseli seperti kata-kata apa saja yang sering di ucapkan ketika bercanda bermain bersama teman.

Menyampaikan tahapan kursi kosong Konselor langsung mengkodisikan konseli mengarahkan agar membayangkan

menjadi diri sendiri agar tercpai makasud konseling.

Konseli menjawab singkat , menuruti serta merespon perintah konselor dengan tepat 4 09.40 – 10.00 Konselor

Konseli

Memulai memainkan teknik kursi kosong , saling berdialog memerankan peran secara bergantian antara konseli dengan konselor .

Dan meminta konseli untuk bermain permainan berandai-andai agar konseli lebih mudah membayangkan apa yang harus dilaukukan nya.

(12)

5 Evaluasi Konselor

Konseli

Konselor

Konseli

Diawal sebelum melakukan konseling ketahap teknik kursi kosong konselor memberikan sebuah pertanyaan kepada konseli yaitu :

“ jika digambarkan dengan angka berapa presentasi kekesalan atau keinginan kamu untuk mengejek teman mu ini dari 10 – 100 ? “

Konsli menyatakan jawaban “Saya merasa berada di 100 % saja Bu “

Lalu sekarang konselor kembali bertanya setelah kamu melakukan konseling dengan menggunakan Teknik Kursi kosong “adakah ada kah penurunan presentasi yg kamu nyatakan di awal tadi ?”

“ iya saya merasa kesal saya jadi berkurang menjadi sekitar( … ) % “ karena saya takut nanti dia mengejek saya kembali sewaktu di kelas

c. Evaluasi

Setelah melaksanakan layanan untuk Siklus II seperti yang dilaporkan di atas, maka berikut ini dapat di temukan Hasil Evaluasi terhadap pelakasanaan layanan tersebut dapat dilihat pada table berikut :

1. Table Evaluasi Proses Konseling Siklus II

N

o Tahapan Konseling individu Prilaku KonselorNilai Ketepatan Nilai rata-rata Ket 1 Tahap Awal ( Membina Hubungan )

a. Bersikap Attending 3 Tepat

b. Uraian tujuan, Azas, dan prosedur

Kursi Kosong 3

Tepat

c. Mengdentifikasi Masalah 2 Sedikit

(13)

d. Mendeskripsikan Masalah 3 Tepat

2

Tahap Inti

a. Penjelasan tahap-tahap kursi

Kosong 3

Tepat b. Meminta kelien untuk memainkan

permainan Berandai-andai * 3

Tepat c. Mengkondisikan konseli untuk

memperankan diri sendiri atau Lawan Main

2

Sedikit tepat

d. Konselor Memperankan menjadi

lawan dialog 3

Tepat e. Mendialogkan masalah hingga

tercapainya resolisi 3

Sedikit tepat

3

Tahap Penutup

a. Kesimpulan 3 Tepat

b. Evaluasi 2 Sedikit tepat

c. Refleksi 3 Tepat

Catatan : 1. Tidak Tepat 2. Sedikit Tepat 3. Tepat

2. Table Rekapitulasi Hasil Observasi Konselor

NO Uraian Hasil

1. 2. 3. 4.

Skor Maximal / ideal Sekor Perolehan

Presentasi observasi konselor Kategori Tingkat keberhasilan guru

36 33 91,66 %

Tinggi

(14)

Pertanyaan Sebelum di konseling dengan penerapan Teknik Kursi Kosong

NO NAMA(inisal) Pernyataan Awal Presentasi Keterangan 1 SD Berapa presentasi kekesalan /

kejahilan anda kepada teman mu jika 10 - 100 %

100 % Tinggi

2 FR 100 % Tinggi

4. Table Evalusi Hasil Konseling

Pertanyaan Setelah melakukan konseling dengan penerapan tekhnik kursi kosong

N

O NAMA(inisal) Pernyataan Akhir Presentasi Keterangan

1 SD Berapa presentasi

kekesalan / kejahilan anda kepada teman mu jika 10

-100 %

35% Rendah

2 FR 40% Rendah

Dapat dilihat dan di simpulkan kembali pada evaluasi di siklus II ada terlihat perubahan yaitu penurunan sikap berkata kasar yang di tujnjukan pada presentasi sudah masuk kategori rendah yakni 20 % dan 10 % pada setiap anak terhadap teman nya. Namun, menurut peneliti ini belum sempurna karena masih terdapat hal-hal yang sedikit tepat pada evaluasi proses.

d. Refleksi

(15)

dan kesal nya konseli terhadap temannya. Yang disebabkan oleh beberapa kekeurangan sebagai berikiut :

1. Kurang rincian yang tepat pada say konselor mengidentifikasi masalah konseli.

2. Konselor kurang memfokuskan pikiran konseli pada saat bermain peran di Kursi kosong.

3. Evaluasi yang kurang akurat. Pada siklus III konselor akan menggunakan pengukuran dengan Skala.

SIKLUS III

a. Perencanaan Siklus III

Seperti telah dijelaskan di atas pada refleksi di Siklus II, kali ini di Siklus III peneliti ingin menyempurnakan kekurangan yang sebelumnya dengan menambahkan beberpa tahapan pada setiap tahapan pada proses Layanan Konseling individu dengan penerapan Tekhnik Kursi Kosong di dalam nya yang dapatdi lihat di Pelaksanaan Siklus pada sekenario sebagai berikut :

Tahap Awal

1) Konselor bersikap Attending dengan konseli

2) Penjelasan Azas dan tujuan dari konseling individu dan prosedur Kursikosong.

3) Mengidentifikasi Sumber Masalah *

(16)

b. Syntom ( menemukan emosi yang muncul pada saat menceritakan masalah )*

c. Gejala ( melihat dan memantau prilaku atau tindakan siswa pada saat bercerita )*

4) Mendeskripsikan Point Penting Permasalahan Tahap Inti

1) Memberikan penjelasan tentang tahap-tahapan kursi kosong 2) Meminta kelien untuk memaikan permainan Berandai-andai * 3) Meletakan simbol pada Kursi Kosong *

4) Konselor mengkondisikan konseli yang akan berperan nenjadi diri sendiri atau lawan main.

5) Konselor memperankan diri menjadi lawan bicara konseli dengan posisi duduk saling berhadapan dan begitu sebaliknya.

6) Konselor dan konseli melakukan dialog sampai pada tercapainya resolusi untuk masalah konseli .

Tahap Penutup 1) Kesimpulan

2) Evaluasi ( memberikan berkas pengukuran )* 3) Refleksi

b. Pelaksanaan Siklus III

Hasil sekenario itu tergambarkan pada table observasi1 berikut : Hari / tanggal : Rabu , Kamis 2 dan 3 November 2017

Waktu : 09.00 – 10.00

Konselor : Ridha Prafitria

Konseli : M. NV dan M.SBQ

(17)

Layanan : Konseling Individu

Siklus : III

N

O JAM NAMA AKTIVITAS

1 09.00 - 09.10 Konselor

Konseli

Memanggil konseli masuk , mempersilahkan duduk , memperkenalkan diri memnyampaikan maksud dan tujuan . Ekspresi wajah dari konseli yang kebingungan. Duduk diam mendengarkan konselor bebricara

2 09.10 – 09.20 Konselor

Konseli

Konselor

Konseli

Mulai mengidentifikasi masalah konseli dengan bertanya seputara aktifitas konseli tersebut di kelas, komunikasi dan

hubungan dengan teman – teman nya Konsli mendengar kan konselor dan mejawab pertanyaan dengan jawaban singkat saja

Pada identifikasi disiklus III ini konselor lebih rinci dan fokus kepada konseli, seperti yang tertera pada sekenario bahwa ada 3 hal yang mesti di identifikasi yakni, Kondisi Kognitif, syntom dan gejala yang ada pada konseli tersebut.

Berusaha menjawab dengan jujur sesuai dengan pertanyaan konselor dan bersifat natural saja. Atau apa adanya.

3 09.20 – 09.40 Konselor

Konseli

Konselor

Konseli

Mendeskripsikan masalah bersama konseli seperti kata-kata apa saja yang sering di ucapkan ketika bercanda bermain bersama teman.

Menyampaikan tahapan kursi kosong Konselor langsung mengkodisikan konseli mengarahkan agar membayangkan

menjadi diri sendiri agar tercpai makasud konseling.

Konseli menjawab singkat , menuruti perintah konseli

(18)

Mencoba fokus pada simbol yang dletakan oleh konselor.

4 09.40 – 10.00 Konselor

Konseli

Memulai memainkan teknik kursi kosong , saling berdialog memerankan peran secara bergantian antara konseli dengan konselor .

Menuruti perkataan koselor, merespon dialog tersebut hingga koseli itu menyadari kesalahan nya karna dia merasakan menjadi teman yang diperankannya.

5 Evaluasi Konselor

Konseli

Konselor

Konseli

Diawal sebelum melakukan konseling ketahap teknik kursi kosong konselor memberikan sebuah pertanyaan kepada konseli yaitu :

“ jika digambarkan dengan angka berapa presentasi kekesalan atau keinginan kamu untuk mengejek teman mu ini dari 10 – 100 ? “

Konsli menyatakan jawaban “Saya merasa berada di 100 % saja Bu “

Lalu sekarang konselor kembali bertanya setelah kamu melakukan konseling dengan menggunakan Teknik Kursi kosong “adakah ada kah penurunan presentasi yg kamu nyatakan di awal tadi ?”

“ iya saya merasa kesal saya jadi

berkurang menjadi sekitar (…) % “ karena saya takut nanti dia mengejek saya

kembali sewaktu di kelas

c. Evaluasi

1. Table Evaluasi Proses Konseling Siklus III

N o

Tahapan Konseling individu Nilai Ketepatan

(19)

a. Bersikap Attending 3 Tepat b. Uraian tujuan, Azas, dan prosedur

Kursi Kosong 3 Tepat

c. Mengdentifikasi Masalah 1. Kondisi kogntif 2. Syntom

3. Gejala

3

Tepat

d. Mendeskripsikan Masalah 3 Tepat

2

Tahap Inti

a. Penjelasan tahap-tahap kursi

Kosong 3

Tepat b. Meminta kelien untuk memainkan

permainan Berandai-andai * 3

Tepat c. Meletakan simbol pada kursi

kosong* 3

d. Mengkondisikan konseli untuk memperankan diri sendiri atau Lawan Main

3 Tepat

e. Konselor Memperankan menjadi

lawan dialog 3 Tepat

f. Mendialogkan masalah hingga

tercapainya resolisi 3 Tepat

3

Tahap Penutup

e. Kesimpulan 3 Tepat

f. Evaluasi ( memberikan

pengukuran ) 3

2. Table Rekapitulasi Hasil Observasi Konselor

NO Uraian Hasil

1. 2. 3. 4.

Skor Maximal / ideal Sekor Perolehan

Presentasi observasi konselor Kategori Tingkat keberhasilan guru

(20)

3. Tabel Evaluasi Konsling

Evaluasi pada siklus III ini di ukur atau di lihat dengan Intensitas Gangguan melalui Satuan Gangguan Subjektif ( SGS ) yang dalam bahasa inggris disebut Subjective unit Distrubance ( SUD ), yang penggunaan nya secara kuantitatif bisa dilakukan dengan pengukuran sekala 1-10 atau presentase 10-100 seperti berikut :

Nama : M.NV Kelas : VIII

Konselor : Ridha Prafitria

Tanggal : 2 November 2017 / Kamis Menerima

saja Ejekan itu

Bila saya di Ejek oleh Teman Sikap saya ?

Membalas Ejekan tersebut

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sabar Bila ada yang menyebut / mengolok nama orang tua saya

Sikap saya ?

Marah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pasrah Bila ada yang menyoraki dan menghina saya Sikap Saya ?

Konselor : Ridha Prafitria

Tanggal : 1 November 2017 / Rabu Menerima saja

Ejekan itu

Bila saya di Ejek oleh Teman Sikap saya ?

Membalas Ejekan tersebut

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sabar Bila ada yang menyebut / mengolok nama orang tua saya

Sikap saya ?

(21)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pasrah Bila ada yang menyoraki dan menghina saya Sikap Saya ?

Dan hasil setelah diberikan Konseling dengan Penerapan tekhnik Kursi Kososng adalah sebagai berikut :

Nama : M.NV Kelas : VIII

Konselor : Ridha Prafitria

Tanggal : 2 November 2017 / Kamis Menerima saja

Ejekan itu

Bila saya di Ejek oleh Teman Sikap saya ?

Membalas Ejekan tersebut

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sabar Bila ada yang menyebut / mengolok nama orang tua saya

Sikap saya ?

Marah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pasrah Bila ada yang menyoraki dan menghina saya Sikap Saya ?

Konselor : Ridha Prafitria

Tanggal : 1November 2017 / Rabu Menerima saja

Ejekan itu

Bila saya di Ejek oleh Teman Sikap saya ?

Membalas Ejekan tersebut

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sabar Bila ada yang menyebut / mengolok nama orang tua saya

(22)

Sikap saya ?

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pasrah Bila ada yang menyoraki dan menghina saya Sikap Saya ?

Kembali di simpulkan pada Siklus III yang mnggunakan bentuk evaluasi dengan skala sperti diatas dapat dilihat tingginya presentase proses dan rendahnya presentase hasil untuk mengurang Sikap Berkata Kasar pada siswa di SMP 5 Negeri Kota Jambi. Tercapainya hasil yang diharapkan konselor sebagai peneliti dalam Penelitian Tindakan Layanan.

e. Refleksi

Pada siklus I dan II tahapan yang dilakukan masi terbilang umum dan belum merincikan permasalahan yang ada sehingga refleksi di siklus k III ini konselor melihat adanya kseimbangan dari tahap awal, inti dan penutup , sehingga konselor dapat menyimpulkan bahwa siklus III sudah tepat untuk di gunakan kepada siswa bermasalah di SMP tersebut.

C. Pembahasan

(23)

didapat. Untuk lebih jelasnya dapat di gambar kan pada rekapitulasi Siklus Berikut :

Table Data Awal

NO DATA AWAL

K I K II

1 100% 85%

2 100% 100%

3 100% 100%

1 2 3

75% 80% 85% 90% 95% 100%

data awal K I data awal K II

Tabel Rekapitulasi Siklus Proses dan hasil

NO Kegiatan Data Proses Data Hasil K I K II

1 siklus I 60% 50% 40%

2 Siklus II 90% 35% 35%

3 Siklus III 100% 20% 10%

(24)

Seperti yang telah disajikan oleh bagan di atas, maka dapat disimpulkan hasi dari penelitian ini adalah Penerapan Tekhnik Kursi Kosong pada Konseling Individu untuk mengurangi sikap berkata kasar siswa itu sesuai dengan Hipotesis Tindakan yang telah di sebutkan oleh peneliti sebelumnya. Bahwa Pengefektifan Layanan konseling Individu dengan Penerapan Teknik Kursi Kosong dapat mengurangi sikap berkata kasar siswa.

Dan hasil dari kegiatan layanan konseling Individu dengan Penerapan teknik kursi Kosong yang dilakukan sebanyak tiga siklus, diperoleh beberapa temuan hasil tindakan sebagai berikut :

1. Penerapan Teknik Kursi Kosong dalam konseling Individu 0%

10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

(25)

Hasil yang diperoleh menunjukan Penerapan teknik kursi kosong pada konseling individu dapat mengurangi sikap berkata kasar siswa, memberikan dampak positif terhadap siswa tersebut. Melalui perbaikan – perbaikan pada setiap siklus yg telah di laksanakan sehingga tercapai tujuan dalam proses dan hasil layanan konseling individu tersebut. Setelah menemukan konseli yang dulu awal nya pernah di berikan layanan konseling individu tetapi belum sempurna dan pada kesempatan ini disempurnakan dengan menambahkan penerapan teknik kursi kosong di dalam nya.

Langkah –langkah yang dilakukan pada siklus ini adalah bagaimana agar konseli mau terbuka dan terlibat didalam proses konseling individu yang sedang berlangsung sehingga timbul kesadaran, pemikiran, dan perasaan pada diri konseli untuk menyadari apa yang telah di lakukannya. Menurut Gestalt Kesadaran yang penuh terhadap diri meliputi kesadaran akan semua aspek dirinya, dimulai dari kesadaran yang full dan akurat akan perasaan indrawi ( sensing ) seperti pengelihatan yang ceramat atau teliti, pendengaran halus, rasa yang peka penciuman yang tajam dan dan rabaan yang akurat A.sutja, ( Teori dan aplikasi Konseling.dari psikoanalisasampai Gestalt, 2016 : 226 ).

(26)

Pada siklus II ada tahapan yang di tambahkan pada Inti kegiatan yaitu bermain permainan berandai-andai. Sama seperti hal nya dalam role playing sebelumnya dan sekarang pada teknik kursi kosong juga menggunakan permainan anadai-andai agar membantu konseli menyampaikan masalah dan rasa sakit hatinya, keadaan peristiwa atau gambaran kejadian dan juga mengarahkan klien untuk mengemukan alasan-alasan nya.

Dan pada siklus ke III peneliti hendak menyempurnakan peneletian Siklus I dan II nya, sehingga peneliti benar-benar melihat dari tahap Awal, Inti,sampai Penutup. Pada tahap awal difokuskan memperbaiki cara mengidentifikasi masalah konseli. Dari hasil diskusi dan bimbingan peneliti menambahkan tiga konten didalam identifikasi masalah yang antara lain : a. Kondisi Kognitif , membuka kesadaran pemikiran dan pendapat konseli

terhadap masalahnya.

b. Syntom , menemukan emosi yang muncul pada saat konseli menceritakan masalahnya seperti kecewa, marah, malu dan sebagainya.

c. Gejala, melihat adanya grakan-gerakan prilaku yang dilakukan oleh konseli pada saat dia bercerita.

(27)

2. Berkurangnya Sikap Berkata kasar pada siswa melalui Penerapan Teknik Kursi Kosong.

Berdasarkan analisis data yang dilakukan pada penelitian Layanan ini dapat diketahui berkurangnya sikap berkata kasar pada siswa ketika menerapkan teknik kursi kosong. Adapun hasil dari analisis data tersebut adalah sebagai berikut :

a. Berkurangnya sikap berkata Kasar siswa

Sikap berkata kasar siswa berkurang setelah menerapkan Teknik kursi kosong dalam Konseling Individu. Dengan menurunya nilai kekesalan , kemarahan emosi siswa terhadap teman nya tersebut. Meski pun kembali di ejek, di olok-olok nama orang tuanya serta disoraki siswa menjadi lebih sabar, tenang dan tidak otomatis langsung membalas atau menyerang balik.

(28)

Maka dari itu pada Siklus II konselor lebih meningkatkan proses nya agar bisa maximal mengurangi sikap berkata kasar, pada siklus II dan III ini dapat di lihat hasil evaluasi dengan konseli yang berbeda dan masalah yang berbeda yang awalnya memiliki rasa marah , kesal sebanyak masing-masing 100% setelah dilakukannya dilakukan layanan konseling individu dengan menerapkan teknik kursi kosong mendapatkan hasil evaluasi 35% dan 40 % siklus II , 20% dan 10% siklus III yang berupa pernyataan dari konseli itu pada saat evaluasi. Menurut pengakuan dari konseli masing-masing siswa ini hanya bisa memberikan hasil sedemikian alasa nya kerena masi butuh proses untuk bisa bersabar, untuk tidak membalas atau menyerang balik serangan verbal yang dilakukan temannya.

b. Aktifitas Konselor dalam melakukan Konseling Individu .

Gambar

Table Rekapitulasi Hasil Observasi Konselor
Tabel Rekapitulasi Siklus Proses dan hasil

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar kalsium dalam darah sebelum menstruasi dan saat menstruasi pada mahasiswi dengan sindrom pramenstruasi di Jurusan

Adhi Karya (Persero), Tbk Divisi VI Makassar adalah salah satu perusahaan kontraktor yang berlokasi di Makassar, dimana dalam melaksanakan suatu proyek kemungkinan akan

Oleh karena itu, ketika seseorang merasa yakin dengan kemampuannya, maka akan menjadi percaya diri untuk mengatasi suatu masalah atau situasi dalam hal ini dapat

Skripsi Kurniati (2019) “Layanan Konseling Individu dalam Mengatasi Kenakalan Siswa MAN 1 Kota Pekalongan” penelitian ini membahas layanan konseling individu

Sistem antrian dapat dirancang pada smatphone Android dan jaringan internet untuk menjalankan aplikasi QueueNotification, maka pengguna bisa memanfaatkan waktu tunggu dengan

Lampiran 6 Perhitungan analisis peluang kelayakan ekonomi opsi/alternatif produksi bersih di Pabrik tahu B. x Potensi penerapan GMP Opsi /

Keberadaan ini sangat mempengaruhi efisiensi usaha pengrajin tempe, sehingga banyak pengrajin tempe yang tidak mampu berproduksi lagi (Sari, 2002). Kenaikan harga