• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepercayaan diri remaja anggota klub scooter [scooteris] - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Kepercayaan diri remaja anggota klub scooter [scooteris] - USD Repository"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

S k r i p s i

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Nama : Emanuel Merry Christiyanto NIM : 009114094

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri remaja anggota klub scooter (scooteris).

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah remaja anggota klub scooter atau scooteris berjumlah 60 orang. Metode pengumpulan data menggunakan skala kepercayaan diri. Metode analisis data adalah analisis deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepercayaan diri remaja anggota klub scooter berada pada kategori sedang. Hal ini dibuktikan bahwa 81,66% subjek penelitian dikategorikan memiliki kepercayaan diri berada dalam kategori sedang.

(7)

vii

Program, Department of Psychology, Sanata Dharma University of Yogyakarta, 2008

The aim of this research was to measure the level of self confidence of the scooter club’s teenage members (teenage “scooterists”).

The research used quantitative descriptive. The population of this research included 60 members of the scooter club. The method used to obtain the data for this research was the scale of self confidence. The researcher used descriptive analysis to process the data.

The result of this research showed that the self confidence of the teenager scooter club’s teenage members was in medium level. It was proved that 81,66% of the population of the research was categorized in the medium level.

(8)
(9)

viii

diberikan kepada penulis, sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan

skripsi dengan judul :

“KEPERCAYAAN DIRI REMAJA ANGGOTA KLUB

SCOOTER

(SCOOTERIS)

Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh

gelar sarjana psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan,

kelemahan, dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, demi kesempurnaan tulisan ini

dan juga wawasan penulis khususnya, maka penulis sangat mengharapkan segala nasehat

dan saran yang membangun.

Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan penulisan hukum ini,

khususnya kepada:

1.

Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2.

Ibu ML. Anantasari, S. Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan

masukan, motivasi, dan kritik yang membangun kepada penulis untuk dapat segera

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Matur nuwun...Berkah Dalem...Amen.

3.

Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si., selaku pembimbing akademik Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang senantiasa sabar membimbing,

(10)

ix

dan segala pencerahannya.

5.

Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang tak pernah berhenti

memberikan ilmu dan berbagi pengalamannya.

6.

Seluruh karyawan dan karyawati Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang

selalu sabar, mau meluangkan waktunya dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi

semua.

7.

Bapak dan Ibu tercinta, Bapak Fransiskus Xaverius Tiyarno dan Cecilia Sudjiarti atas

doanya, dorongan, semangat dan anugerah yang mungkin tak akan bisa terbalas

sepanjang masa, terima kasih atas semuanya, yang akhirnya penulisan skripsi ini bisa

terselesaikan.

8.

Kedua adikku, Agustina Putri Pramudyartanti dan Mario Lanang Dwi Pratolo (alm)

yang selalu memberikan doa dan semangat supaya selalu memberikan apa yang terbaik.

Thank’s yap!!

9.

Semua kerabat dan keluarga besarku, terima kasih untuk bantuan dan doanya yang

tiada henti-hentinya. Thank’s All !!

(11)

x

12.

Kakak-kakak kelasku angkatan ’98 kapan kita makrab lagee...asik banget tuh dan tak

akan terlupakan kenangan makrabnya di Puskat Sinduadi tahun 2000. Ok!!

13.

Teman-teman angkatan ’99 dan komunitas suketnya, selalu ceria di setiap suasana.

Karya-karyamu selalu berkesan dalam perjalanan hidupku selama di Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

14.

Seluruh angkatanku 2000 Fakultas Psikologi Sanata Dharma Yogyakarta, khususnya

kelas B: Widya “ ndut”, Antok, Dodo, Wiwin, Ucok, Yanu, Yosi, Dini, Ette, Yani,

Ricky, Kampret, Sinta, Heni, Yeni, Nana, Echy, Ridez, Ajeng, Andre, Etik, Fatma,

Sinta “cilik”, Anang, Krisna, Adri, Bagus, Bayu, dll maap ya gak bisa aku sebutkan

semuanya. Terima kasih atas canda tawanya, kekonyolan, cerita-cerita lucunya yang

bikin kangen, bantuan, dorongan dan kerjasamanya yang tak terhingga. Sorry, aku telat

nyusulee...hehehe.

Keep smile and brother!!! Thanks All...

15.

Terima kasih juga buat Rini, Ellen, Ucup, Adri, Andre, Doni “maradona”, Anggit,

Monic, Wiwid dll. Kapan kita jalan-jalan dan makan-makan lagee?

Hehehe...kenangan yang tak terlupakan dan selalu berkesan.

16.

Seluruh tempat wisata kuliner di yogya, terima kasih untuk makan dan minumnya

sehingga aku tidak kelaparan dan haus,

pokokke mak...nyusss...!!!

(12)

xi

‘scrambler’

, gery

“pace”

dll, semoga tetap kompak, eksis dan menjaga nama baik

Realino Scooter Yogyakarta.

Hidup...

Realino Scooter Yogyakarta

!!!

Thanks for all

bro...!!!

18.

Seluruh komunitas

scooter

kampus, penggemar dan simpatisan

scooter

khususnya di

Yogyakarta yang tidak dapat saya sebutkan semuanya, terima kasih atas dukungan,

saran, kritik dan kerjasamanya.

Thanks for all bro!!

keep smile and friends forever!!

”.

Let’s Scoot bro!!

Ayo hidupkan kembali suasana kota Yogyakarta dengan

scooter...

!!!

19.

Seluruh klub

scooter

di Indonesia yang pernah saya datangi, yang tidak dapat saya

sebutkan satu-persatu terima kasih atas tempatnya. Pokoknya asik bangettt...

thanks

broo...!!!

20.

Teman-teman

scooterist

baik di Pulau Jawa dan di Luar Jawa, terima kasih atas suka

dukanya di perjalanan, persahabatan yang tidak dapat digantikan dengan suatu apapun,

semoga tetap kompak selalu, terima kasih atas sambutannya dan mau mengantarku

kemanapun saya pergi.

Keep brother forever...!!!

Visit to Yogyakarta by scooter

...ok !!!

Saya tunggu kedatangannya di Yogyakarta....ok.

21.

Metro TV Biro Yogyakarta Bang Aswandi As’aan, Mas Tanto selaku Kepala Biro

Yogyakarta, Pak Cahyo, Mas Dedi, Pak Piet, Mas Anes, Mas Yudi

“Crew SNG”

, Um

Otoy, Mas Angga, Mas Wahyu

“Kameramen”

, Mbak Monic

“Editor”

, Mbak Yuni

“Media Indonesia”

, Lalita Gandaputri, Risa Karmida, Nancy, Gloria Anastasya

(13)

xii

kecilku hingga dapat bertahan sampai sekarang ini. Terima kasih atas semuanya...

i

love u so much...!!!

23.

Si Buluk vespaku super 74, yang selalu mengantarku kemanapun aku pergi untuk

selalu berpetualang. Thanks yap kuda besiku...!!!

24.

Seluruh saudara, sahabat, teman dan siapa saja yang belum disebut tapi yang

mengenal penulis, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Thanks all

bro...!!! I love u all...!!!

Yogyakarta, 7 Juli 2008

(14)

xiv

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ...

5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepercayaan Diri……..………. 8

1. Pengertian Kepercayaan Diri…..……… 8

2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri……….………. 9

3. Ciri-ciri orang yang Memiliki Kepercayaan Diri……… 10

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri…. 11

B. Remaja ... 15

(15)

xv

3. Ciri-ciri Masa Remaja ... 17

4. Tugas Perkembangan Remaja ……… 20

C. Klub

Scooter

... 22

1. Berdirinya

Scooter

……….. 22

2. Keanggotaan ……… 23

3. Kegiatan Klub

Scooter

………. 24

D. Kepercayaan Diri Remaja Anggota Klub

Scooter

... . 25

BAB III :

METODE PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian……….………. 29

B.

Variabel Penelitian …..………. 29

C.

Subjek Penelitian ……….. 29

D.

Definisi Operasional ……… 30

E.

Metode Pengumpulan Data ……….. 30

F.

Validitas dan Reliabilitas ………. 32

G.

Metode Analisis Data ……….. 33

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian ... 35

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 35

C. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ……….. . 38

D. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 41

E. Pembahasan ……… 42

BAB V : PENUTUP

A.

Kesimpulan ……….. 49

B.

Saran ……..……….. 49

C.

Keterbatasan Penelitian ……… 50

DAFTAR PUSTAKA ……… 51

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini merupakan taraf perkembangan dalam kehidupan manusia. Pada masa ini, seseorang tidak lagi disebut anak kecil, tetapi belum dapat disebut orang dewasa. Remaja atau adolescene berasal dari bahasa Latin adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2001).

Pada masa ini, remaja mempunyai tuntutan, tangung jawab dan harapan terhadap tugas-tugas perkembangannya. Masa remaja juga merupakan masa mencari suatu identitas. Dalam mencari suatu identitas, remaja berusaha untuk mengetahui siapa dirinya, mengetahui apa yang akan dan harus dilakukannya, mengetahui kapan dan bagaimana harus melakukan sehingga ia mengetahui peranannya dalam masyarakat. Oleh karena itu, remaja diharapkan mampu menyesuaikan diri terhadap tuntutan yang besar dalam sikap dan perilakunya, sehingga sesuai dengan harapan yang ada di masyarakat dimana mereka berada (Hurlock, 2001).

(17)

Salah satu dari klub scooter tersebut adalah klub Realino Scooter Jogjakarta yang berdiri pada tahun 2001. Realino Scooter Jogjakarta merupakan salah satu klub scooter yang berdiri secara independen, artinya tidak menginduk pada organisasi otomotif lainnya. Klub scooter tersebut sebagian besar anggotanya adalah remaja. Anggota klub scooter tersebut juga dikenal dengan nama scooteris. Hal ini dikarenakan mereka memang menyukai motor tua atau klasik, tertarik terhadap motor tua atau klasik, khususnya jenis scooter. Scooter merupakan salah satu jenis motor tua atau klasik yang masih menggunakan tehnologi lama, unik, antik dan memiliki nilai sejarah atau historis yang tinggi yang harus dijaga keberadaan dan kelestariannya (AD/ART Realino Scooter Jogjakarta, 2001).

Klub scooter merupakan suatu organisasi otomotif yang bertujuan untuk menggalang para penggemar otomotif, khususnya penggemar motor tua atau klasik, yaitu scooter. Klub scooter ini mempunyai misi sebagai ajang peningkatan kemampuan berorganisasi, minat, bakat dan wadah penyaluran kreatifitas anggotanya, yang sebagian besar adalah remaja. Klub scooter tersebut juga diharapkan menjadi salah satu organisasi yang bersifat sosial, menjalin persaudaraan tanpa membedakan unsur SARA (Suku, Ras, dan Agama), sehingga dapat meningkatkan sumber daya manusia. Oleh karena itu, keberadaan klub scooter ini dapat dijadikan sebagai alat pemersatu bangsa dan aset budaya bangsa ini (AD/ART Mataram Scooter Club, 1998).

(18)

touring wajib yang telah ditentukan oleh pengurus klub, dan bersedia mengikuti pelantikan sebagai anggota klub (AD/ART Mataram Scooter Club, 1998). Selain syarat utama yang telah tersebut di atas, seorang scooteris juga harus memiliki scooter, mempunyai hobi di bidang otomotif khususnya scooter, suka berpetualang dan suka berorganisasi (AD/ART Realino Scooter Jogjakarta, 2001). Anggota klub Realino Scooter Jogjakarta sebagian besar adalah remaja. Jumlah anggota klub scooter tersebut sekarang ini adalah 63 orang. Anggota klub scooter tersebut cenderung melakukan aktifitasnya lebih banyak berada diluar rumah bersama dengan teman-temannya yang juga merupakan anggota klub scooter daripada bersama dengan keluarganya. Kegiatan-kegiatan dalam klub scooter tersebut misalnya rapat bulanan klub, pertemuan atau kumpul rutin setiap malam minggu, menghadiri undangan atau acara dari klub scooter lain di luar kota, aktif dalam berbagai kegiatan sosial kemanusiaan, melakukan kerjasama dengan beberapa perusahaan sebagai media promosi salah satu produknya dengan menggunakan scooter, media promosi pariwisata untuk menarik para wisatawan baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri, dan sebagainya (AD/ART Mataram Scooter Club, 1998).

(19)

melepaskan diri dari tanggung jawab. Anggota klub scooter juga seringkali ragu-ragu ketika mengambil suatu keputusan penting, misalnya pada saat mereka melakukan touring, tiba-tiba ada anggota keluarganya yang mendapatkan musibah atau sakit, sehingga mereka harus berani mengambil suatu keputusan yang utama, penting dan bijaksana.

Scooteris juga terkadang merasa tidak berani ketika harus tampil bicara mewakili klubnya di depan umum, mereka seringkali merasa malu sehingga saling menunjuk antara scooteris satu dengan yang lain. Selain itu, seorang scooteris ada yang kurang toleran terhadap scooteris dari klub lain yang mendapatkan suatu musibah atau masalah, mereka cenderung cuek, kurang peduli dan tidak mau membantu karena kurang percaya diri dan belum mengenal lebih dekat scooteris dari klub lain tersebut. Scooteris juga seringkali merasa tidak mempunyai sikap optimis dan tidak yakin dalam melakukan atau mengerjakan sesuatu hal yang menjadi tanggung jawabnya sebagai anggota klub, terutama terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh klubnya.

(20)

Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang mendorong dirinya untuk mengembangkan penilaian positif bagi dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Rasa percaya diri ini akan merujuk pada aspek kehidupan individu tersebut dimana individu merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa (Bandura, dalam Baron dan Byrne, 1997).

Kepercayaan diri seseorang telah berkembang semenjak seseorang bergaul dengan lingkungannya. Timbulnya rasa percaya diri merupakan produk pengamatan dari pengalaman individu secara unik dengan lingkungan, orang tua, saudara-saudara, serta pergaulan yang lebih luas (Widyastuti. 2002).

Myers (1999) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang ada dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor yang pertama adalah faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri, misalnya kondisi fisik, konsep diri, harga diri, pengalaman, kemampuan dan jenis kelamin. Faktor yang kedua adalah faktor eksternal yaitu faktor yang bersumber dari luar individu, misalnya lingkungan sosial dan tingkat pendidikan.

(21)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dibentuk suatu rumusan permasalahan untuk diteliti lebih lanjut, yaitu bagaimana gambaran tingkat kepercayaan diri remaja anggota klub scooter (scooteris)?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tingkat kepercayaan diri remaja anggota klub scooter (scooteris).

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu psikologi sosial tentang kepercayaan diri, khususnya tentang kepercayaan diri remaja anggota klub scooter (scooteris).

2. Manfaat Praktis

a. Bagi remaja anggota klub scooter (scooteris):

(22)

b. Bagi Pengurus klub scooter:

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepercayaan Diri

1. Pengertian Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena rasa percaya diri dapat menjadikan seseorang menjadi lebih bahagia dan lebih mampu untuk sepenuhnya memanfaatkan potensi pribadi mereka (Liedenfield, 1997).

Bandura (dalam Kumara. 1998) mengemukakan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Kepercayaan diri ditunjukkan pada keyakinan bahwa seseorang dapat menyebabkan sesuatu terjadi sesuai dengan harapan-harapannya.

Lauster (1990) mengatakan bahwa kepercayaan diri merupakan sifat kepribadian yang sangat menentukan, karena kepercayaan diri dapat mempengaruhi sikap hati-hati, ketidak tergantungan, ketidak serakahan, toleransi dan cita-cita seseorang. Rosenberg (Kumara, 1998) mengatakan bahwa esensi rasa percaya diri terletak pada kepercayaan bahwa individu dapat menyebabkan terjadinya harapan-harapannya.

(24)

tekad tersebut didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.

Afiatin (1998) berpendapat bahwa kepercayaan diri adalah aspek dari kepribadian manusia yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Selain itu, kepercayaan diri juga dapat mendorong individu untuk meraih sukses.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas. dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri merupakan keyakinan seseorang terhadap apa yang dimilikinya dan mampu berperilaku sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai harapannya.

2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri

Ada beberapa aspek yang merupakan wujud dari kepercayaan diri. Lauster (1990) mengatakan bahwa kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting, terutama berkaitan dengan tingkah laku sosial. Lauster (1990) juga mengemukakan bahwa aspek-aspek kepercayaan diri pada individu antara lain:

a. Memiliki perasaan aman

Memiliki perasaan aman adalah terbebas dari perasaan takut dan ragu-ragu terhadap situasi atau orang-orang disekitarnya.

b. Memiliki ambisi normal

(25)

c. Yakin pada kemampuan diri sendiri

Yakin pada kemampuan diri sendiri adalah tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain secara berlebihan dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain yang mengakibatkan ketidak yakinan pada diri sendiri.

d. Mandiri

Mandiri adalah tidak takut pada orang lain dalam melakukan sesuatu dan tidak membutuhkan dukungan orang lain secara berlebihan.

e. Tidak mementingkan diri sendiri dan toleran

Tidak mementingkan diri sendiri dan toleran adalah mengerti kekurangan yang ada pada dirinya, mau menerima pendapat orang lain dan memberi kesempatan pada orang lain.

f. Optimis

Optimis adalah memiliki pandangan dan harapan yang baik tentang dirinya.

Berdasarkan aspek-aspek di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri terdiri dari enam aspek, yaitu memiliki perasaan aman, memiliki ambisi yang normal, yakin pada kemampuan sendiri, mandiri, tidak mementingkan diri sendiri dan toleran, dan optimis.

3. Ciri-ciri orang yang Memiliki Kepercayaan Diri

(26)

bertindak dan menguasai pikiran dalam setiap situasi yang dapat meningkatkan rasa percaya diri seseorang.

Walgito (1993) mengatakan bahwa orang yang memiliki percaya diri adalah orang yang yakin akan kemampuan dirinya, orang yang mandiri, tidak tergantung pada orang lain dalam melakukan sesuatu.

Afiatin (1996) mengemukakan bahwa orang yang kurang memiliki kepercayaan diri akan merasa apa yang dilakukan tidak tepat, merasa tidak diterima kelompok, tidak percaya terhadap dirinya, dan mudah gugup. Orang yang kurang percaya diri cenderung menghindari situasi komunikasi karena takut disalahkan atau direndahkan oleh orang lain

Berdasarkan ciri-ciri kepercayaan diri dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki kepercayaan diri adalah orang yang mampu mengembangkan keyakinan pada kemampuanya sendiri, tenang, sikap optimisme, sikap toleran dalam mengahadapi situasi lingkungan, menyukai pengalaman atau hal-hal yang baru, bertanggung jawab dan adanya perasaan aman dalam dirinya dalam kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui oleh orang-orang atau kelompok di lingkungan sekitarnya.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri

(27)

Faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam individu tersebut antara lain:

a. Konsep diri

Konsep diri merupakan pandangan individu tentang keadaan diri. individu yang memiliki konsep diri positif akan mengembangkan sikap yang realistik dan obyektif dalam memandang kehidupannya sehingga akan meningkatkan kepercayaan dirinya. Sebaliknya, individu yang memiliki konsep diri negatif akan merasa cemas ketika menilai dirinya sehingga menimbulkan tekanan emosional yang dapat mengurangi kepercayaan dirinva.

b. Harga diri

Harga diri merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Individu yang memiliki harga diri tinggi cenderung lebih kuat kepercayaan dirinya dibanding individu yang harga dirinya rendah. c. Kemampuan

(28)

d. Jenis kelamin

Perlakuan orang tua dalam keluarga terhadap anak pria dan wanita yang berbeda menjadi awal mula perbedaan dalam membangun kepercayaan diri bagi seseorang, hal ini juga tidak terlepas dari pengaruh lingkungan sosial yang berkembang dalam masyarakat. Perbedaan perlakuan dari orang tua adalah anak laki-laki didorong untuk menjadi kompetitif, bertujuan pada prestasi, mandiri, mampu mengendalikan ekspresi perasaan, dominan, ambisius, dan memiliki sifat petualang. Sebaliknya, anak perempuan lebih didorong untuk mampu mengekspresikan perasaan dan permasalahan, tidak agresif, tidak ambisius, dan mudah mengalah

e. Kondisi fisik

Gambaran tubuh dan kondisi fisik merupakan salah satu segi dari gambaran diri. Oleh karena itu, gambaran tubuh dan kondisi fisik akan membawa pengaruh pada kepercayaan diri seseorang. Seseorang yang merasa puas akan keadaan fisiknya, biasanya cenderung memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi. Sebaliknya, orang yang memiliki kondisi fisik yang kurang menarik akan merasa rendah diri yang kemudian akan berkembang menjadi tidak percaya diri.

f. Pengalaman

(29)

mengalami kegagalan terus-menerus yang akan menimpa seseorang dapat menghancurkan dirinya sehingga dapat mempengaruhi rasa percaya diri yang dimilikinya.

Kepercayaan diri seseorang juga dipengaruhi oleh faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar individu. Faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial adalah orang-orang yang berada di sekitar kehidupan individu, seperti keluarga dan teman sebaya. Lingkungan sosial mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan kepercayaan diri individu. Penerimaan dari lingkungan sosial akan membangkitkan suatu konsep diri yang positif pada diri individu sehingga membentuk rasa percaya diri yang kuat dalam menghadapi lingkungan sosial. Sebaliknya, penolakan dari lingkungan sosial akan memberi suatu konsep diri yang negatif dalam diri individu sehingga muncul perasaan cemas dan tidak percaya diri.

b. Tingkat pendidikan

(30)

yang pendidikannya lebih tinggi. Pendidikan juga mampu membawa seseorang mengembangkan kognisinya. Sejalan dengan hal tersebut, aspek konasi dan afeksinya cenderung akan meningkat sehingga akan membawa individu ke arah percaya diri.

Berdasarkan uraian di atas, rasa percaya diri dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor internal atau faktor dari dalam individu antara lain: konsep diri, harga diri, kemampuan, jenis kelamin, kondisi fisik, pengalaman. Faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar individu, yaitu lingkungan sosial dan tingkat pendidikan. Selaras dengan hal tersebut di atas, individu juga dituntut untuk mengambil sikap atau tindakan sendiri yang positif dan bertanggungjawab sehingga rasa percaya diri tersebut menjadi lebih baik.

B. REMAJA

1. Pengertian Masa Remaja

Hurlock (1991) mengatakan bahwa remaja atau adolescene berasal dari bahasa Latin adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.

(31)

dalam tingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Gunarsa dan Gunarsa (1996) mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, masa remaja merupakan suatu perjalanan meninggalkan masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang disertai dengan adanya perubahan-perubahan baik dari segi fisik, psikis dan sosialnya dan pada masa ini remaja dituntut untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya.

2. Batasan Usia Masa Remaja

Pengertian remaja yang menunjukkan ke masa peralihan sampai tercapainya dewasa yang akan sulit dalam menentukan batasan usianya. Zulkifli (1996) memberi batasan bahwa anak yang berusia 12 atau 13 tahun sampai 19 tahun sedang berada dalam pertumbuhan masa remaja. Hurlock (1996) mengatakan bahwa awal masa remaja berlangsung kira-kira dari usia 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun dan akhir masa remaja berlangsung dari usia 16 atau 17 tahun.

(32)

Sarwono (1998) mengemukakan untuk usia remaja di Indonesia digunakan batasan 11 sampai 24 tahun dan belum menikah. Dengan mempertimbangkan bahwa usia 11 tahun adalah usia dimana tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak dan batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi peluang sampai batas usia tersebut masih menguntungkan diri bagi orang tua dan belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa.

Berdasarkan batasan usia di atas, secara kronologis masa remaja berlangsung dari usia 11 sampai 24 tahun. Masa tersebut terbagi dalam tiga fase, yaitu masa remaja awal yaitu usia 11 sampai 15 tahun, masa remaja pertengahan yaitu usia 15 sampai 18 tahun dan masa remaja akhir yaitu usia 18 sampai 24 tahun.

3. Ciri-ciri Masa Remaja

Hurlock (1996) mengemukakan bahwa masa remaja mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Masa remaja sebagai periode penting

Periode yang penting ini adalah akibat dari perubahan fisik dan psikologis. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat yang baru. b. Masa remaja sebagai periode peralihan

(33)

akan dating. Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas ini, juga menguntungkan karena status ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Pada masa ini, ada lima perubahan yang sama yang hampir bersifat universal, yaitu perubahan emosi, perubahan tubuh, perubahan minat, dan pola perilaku, perubahan nilai dan perubahan akan kebebasan. d. Masa remaja sebagai masa bermasalah

Ada dua alasan untuk hal tersebut di atas, pertama dikarenakan sepanjang masa anak-anak. masalah yang ada sebagian diselesaikan oleh guru dan orang tua, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa dirinya mandiri sehingga menolak bantuan dalam menyelesaikan masalah.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

(34)

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Adanya stereo tipe dari masyarakat yang mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya. Anggapan stereo tipe budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat di percaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertangungjawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Masa ini adalah proses transisi menjadi manusia dewasa. Remaja harus berhadapan dengan banyak peran dan status orang dewasa, misalnya yang berhubungan dengan karir dan cinta. Jika remaja bisa melalui proses transisi tersebut dengan sehat, dia akan mendapatkan identitas positif. Sebaliknya, jika remaja tidak punya kesempatan untuk mempelajari berbagai peran dan cara serta mengalami paksaan identitas tertentu dari orang tua, maka dia akan mengalami kekacauan identitas.

(35)

Apabila mereka mengalami tekanan dari orang tua atau kelompok lain, biasanya remaja akan pergi meninggalkan kelompok tersebut. Bagi remaja, kelompok teman sebaya merupakan kelompok orang yang sangat mereka percayai (Mappiare, 1982).

Berdasarkan uraian ciri-ciri remaja di atas dapat dikemukakan bahwa pada masa remaja penuh gejolak akibat perbandingan nilai-nilai yang ada dalam lingkungan sosialnya. Selain adanya keinginan untuk mencoba segala sesuatu yang baru, keinginan untuk bebas, dan berkelompok dengan teman sebayanya mengakibatkan terjadinya perbedaan pendapat yang semakin besar dengan orang tua. Selaras dengan hal tersebut, maka remaja selalu berusaha agar diterima dan diakui oleh kelompok teman sebayanya (Hurlock, 2001).

4. Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Havighurts (dalam Hurlock, 2001) mengemukakan bahwa tugas perkembangan remaja antara lain: a) mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, b) mencapai peran sosial pria dan wanita, c) menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif, d) mengaharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab, e) mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya, f) mempersiapkan karir ekonomi, g)

(36)

Sebagai bahan perbandingan, peneliti juga mengemukakan tugas perkembangan remaja dari tokoh-tokoh lain yang relatif sama dengan tugas perkembangan remaja yang dikemukakan oleh Havighurts dalam Hurlock (1999) di atas.

Menurut Bernard (Mappiare, 1982) mengemukakan tugas perkembangan remaja terdiri dari:

a. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sejenis atau lawan jenis

b. Belajar menerima peran dirinya sebagai pria dan wanita

c. Memanfaatkan keadaan fisiknya sesuai dengan pilihan bidang pekerjaan yang diamati

d. Mencapai kebebasan dalam mengurangi ketergantungan terhadap orang lain

e. Mengembangkan kemampuan diri sendiri dalam hal keuangan

f. Merencanakan dan mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja g. Menentukan sikap dan memperoleh pengalaman yang dipergunakan

sebagai persiapan perkawinan dan berumah tangga

h. Mengembangkan ketrampilan dan konsep yang dipergunakan untuk berpartisipasi hidup bernegara

i. Mengembangkan diri untuk bertingkah laku dan bertanggung jawab secara sosial

(37)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja mengalami proses pencarian identitas. Remaja juga mempunyai tuntutan, tanggung jawab dan harapan terhadap tugas-tugas perkembangannya. Oleh karena itu, remaja diharapkan mampu menyesuaikan diri terhadap tuntutan yang besar dalam sikap dan perilakunya. sehingga sesuai dengan harapan yang ada di masyarakat dimana mereka berada.

Tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah penyesuaian dirinya dengan lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, remaja mempunyai kebutuhan untuk menjalin relasi dan lebih banyak menghabiskan waktu bersama kelompok teman sebayanya. Remaja yang tergabung dalam suatu kelompok, secara otomatis berusaha untuk menyesuaikan diri dengan teman sebaya maupun lingkungannya. Hal ini dikarenakan remaja ingin berperan dan dihargai sehingga dapat diterima oleh lingkungan kelompoknya.

Banyaknya tugas perkembangan yang harus dijalani oleh remaja berpengaruh juga terhadap sikap dan perilaku pada remaja itu sendiri. Keberhasilan dalam menjalankan tugas perkembangan remaja dapat menimbulkan kepuasan, rasa percaya diri (Mappiare, 1982).

C. KLUB SCOOTER

1. Berdirinya Klub Scooter

(38)

Indonesia ini. Pada tanggal 10 November 1998, para penggemar scooter, khususnya scooteris yang berada di Jogjakarta, membentuk suatu organisasi otomotif atau klub scooter pertama kali dengan nama Mataram Scooter Club (AD/ART Mataram Scooter Club, 1998).

Klub scooter ini berfungsi sebagai ajang meningkatkan kemampuan berorganisasi, minat. bakat dan wadah penyaluran kreatifitas anggotanya. Klub scooter juga dapat menggali potensi diri anggotanya terutama untuk meningkatkan wawasan di bidang otomotif dan bersosialisasi dengan masyarakat luas (AD/ART Mataram Scooter Club, 1998).

Selaras dengan hal tersebut di atas, klub scooter juga merupakan suatu klub yang menuntut kesabaran dan keuletan dikarenakan scooter merupakan salah satu jenis kendaraan yang masih menggunakan teknologi lama. Keberadaan klub scooter ini dapat dijadikan sebagai salah satu alat pemersatu bangsa dan aset budaya bangsa ini (AD/ART Mataram Scooter Club, 1998).

2. Keanggotaan

Berdasarkan AD/ART Mataram Scooter Club (1998), anggota dari klub scooter adalah:

a. Memiliki kendaraan jenis scooter atau vespa b. Suka berpetualang dan berorganisasi

(39)

d. Telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh dewan pengurus, yaitu:

1). Mengisi formulir pendaftaran anggota

2). Aktif atau wajib hadir dalam pertemuan setiap malam minggu 3). Melakukan touring wajib anggota baru

4). Bersedia dilantik sesuai program yang telah ditentukan oleh panitia pelantikan anggota baru

Keanggotaan klub scooter tanpa batas waktu, kecuali dalam kondisi khusus atau mendapatkan sangsi dari organisasi atau klub, misalnya pencemaran nama baik, kasus narkoba dan tindak kriminalitas. Hilangnya keanggotaan dapat dikarenakan: a) mengundurkan diri sebagai anggota, b) dikeluarkan secara tidak hormat melalui keputusan bersama atau dewan pengurus, dan c) meninggal dunia.

3. KegiatanKlub Scooter

Kegiatan anggota klub scooter atau scooteris antara lain: a. Pertemuan rutin atau kumpul wajib setiap malam minggu

b. Adventuring periodik, dilaksanakan sesuai program kerja dewan pengurus atau kegiatan atas undangan dari klub scooter atau klub otomotif lain dalam even-even tertentu, yang dilakukan oleh anggota sendiri dengan seizin dewan pengurus

(40)

d. Aktif dalam segala kegiatan kemanusiaan, misalnya donor darah, khitanan masal, gempa bumi, tsunami, tanah longsor dan sebagainya e. Melakukan kontrak kerja sama dengan berbagai perusahaan, dalam hal ini, scooter digunakan sebagai media promosi, misalnya untuk konvoi saat peluncuran pertama produk dari perusahaan tersebut dan sebagainya.

D. Kepercayaan Diri Remaja Anggota Klub Scooter (Scooteris)

Masa remaja dengan segala permasalahannya merupakan suatu hal yang menarik bagi setiap orang, karena pada masa-masa ini mulai muncul adanya perubahan-perubahan baik dari segi fisik, seksual, emosional, religi, moral, sosial, maupun intelektual (Hurlock, 2001). Perubahan yang terjadi pada masa remaja ini, dipengaruhi oleh faktor endogen yang sifatnya kodrati dan alami serta faktor eksogen yang sifatnya kompleks dan berubah-ubah sesuai dengan perkembangan sosio kultural lingkungan sekitarnya (Gunarsa, 1996).

(41)

Oleh karena itu, salah satu ciri perkembangan remaja yang menonjol adalah perkembangan sosialnya. Pada perkembangan sosial ini, remaja ingin selalu mencoba suatu hal yang baru, termasuk di antaranya bergabung dalam organisasi atau klub otomotif, khususnya klub penggemar motor tua atau klasik yaitu klub scooter.

Klub scooter ini sangat berperan dalam kehidupan remaja anggota klub scooter karena dapat mengaktualisasikan diri dalam klubnya. Klub scooter ini berfungsi sebagai ajang peningkatan kemampuan berorganisasi, minat, bakat dan wadah penyaluran kreatifitas, anggotanva. Klub scooter ini juga dapat menggali potensi diri anggotanya untuk meningkatkan wawasan di bidang otomotif dan bersosialisasi dengan masyarakat luas. Anggota klub scooter cenderung lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah bersama teman-teman sebayanya. Kegiatan yang dilakukan anggota klub scooter akan memberikan pengaruh yang besar pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilakunya. Kegiatan atau aktifitas dalam klub scooter tersebut juga merupakan suatu tanggung jawab yang harus dilakukan bersama. Hal ini sangat berperan penting dalam kehidupan anggota klub scooter atau scooteris dalam mendapatkan kemampuan bersosialisasi sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

(42)

lingkungan, menyukai pengalaman atau hal-hal yang baru, bertanggungjawab dan adanya perasaan aman dalam dirinya dalam kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui oleh orang-orang atau kelompok di lingkungan sekitarnya. Kepercayaan diri dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal atau faktor dari dalam individu antara lain: konsep diri, harga diri, kemampuan, jenis kelamin, kondisi fisik, pengalaman. Faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar individu, yaitu tingkat pendidikan. Kedua faktor tersebut akan mempengaruhi tingkat kepercayaan diri individu, yaitu tinggi, sedang dan kurang. Selaras dengan hal tersebut, individu juga dituntut untuk mengambil sikap atau tindakan sendiri yang positif dan bertanggungjawab sehingga rasa percaya diri tersebut menjadi lebih baik.

Afiatin dkk (1994) menemukan bahwa permasalahan psikologis yang menonjol dan banyak dirasakan oleh orang adalah adanya perasaan kurang percaya diri. Sebagai akibat dari adanya perasaan kurang percaya diri, Afiatin dkk (1994) menjelaskan bahwa orang menjadi kurang mampu mengekspresikan potensi-potensi yang dimilikinya, seperti potensi intelegensi, kreativitas dan sosialisasi. Seseorang menjadi merasa lemah, tidak mampu untuk berbuat sesuatu, dan mudah menyerah pada keadaan atau tantangan yang sulit untuk dihadapi.

(43)

scooter sering kali merasa ragu-ragu ketika harus mengambil keputusan dan cemas ketika harus tampil di depan umum. Keadaan ini disebabkan anggota klub scooter merasa tidak percaya diri dengan kemampuan dan penampilan yang dimiliki. Selain itu, seorang scooteris biasanya kurang toleran terhadap scooteris dari klub lain yang mendapatkan masalah atau musibah ketika dalam perjalanan. Scooteris juga merasa tidak mempunyai sikap optimis dan tidak yakin dalam melakukan atau mengerjakan sesuatu hal yang menjadi tanggung jawabnya sebagai anggota klub, terutama terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh klub. Hal-hal tersebut tanpa disadari dapat menghambat perkembangan psikis dan sosial remaja, sehingga pada akhirnya berpengaruh terhadap kepercayaan diri pada remaja anggota klub scooter atau scooteris.

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan data kuantitatif mengenai variabel yang diperoleh melalui analisis jawaban subyek pada skala yang akan diberikan. Hal ini untuk mengetahui dan menggambarkan kepercayaan diri yang dimiliki oleh remaja anggota klub scooter atau scooteris.

B. Variabel Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah studi deskriptif, oleh karena itu tidak ada kontrol terhadap variabel. Variabel dalam penelitian ini adalah kepercayaan diri remaja anggota klub scooter.

C. Definisi Operasional

Kepercayaan diri yaitu keyakinan seorang scooteris terhadap apa yang dimilikinya dan mampu berperilaku sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai harapannya, meliputi memiliki perasaan aman, memiliki ambisi yang normal, yakin pada kemampuan sendiri, mandiri, tidak mementingkan diri sendiri dan toleran, dan optimis.

(45)

D. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah remaja anggota klub scooter yang berada di kota Jogjakarta, khususnya anggota klub Realino Scooter Jogjakarta. Spesifikasi pemilihan subyek antara lain:

1. Individu berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dikarenakan sebagian besar remaja anggota klub scooter tersebut berjenis kelamin laki-laki.

2. Berusia antara 18 sampai 24 tahun yaitu berada dalam masa remaja akhir. Selain itu dikarenakan sebagian besar anggota klub scooter tersebut berusia antara 18 tahun sampai 24 tahun.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala pengukuran yang diisi oleh subjek. Pada penelitian ini metode skala digunakan untuk mengungkapkan kepercayaan diri remaja anggota klub scooter. Skala yang digunakan dalam penelitian ini kepercayaan diri. Metode pengukuran yang digunakan dalam menyusun skala ini adalah metode rating yang dijumlahkan (Summated Rating). Skala tersebut disusun berdasarkan Skala Likert yang telah dimodifikasi. Skala diberikan secara langsung yang disajikan dalam bentuk aitem atau pilihan berganda dengan 4 (empat) kemungkinan jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS).

(46)

favorabel, yaitu butir yang sesuai dengan variabel, (2) butir unfavorabel, yaitu butir yang tidak sesuai dengan variabel (Hadi, 2004).

Skala kepercayaan diri peneliti susun berdasarkan aspek-aspek kepercayaan diri yang dikemukakan oleh Lauster (1990), yaitu memiliki perasaan aman, memiliki ambisi normal, yakin pada kemampuan diri sendiri, mandiri, tidak mementingkan diri sendiri dan toleran, dan optimis. Secara lengkap penjelasan tentang distribusi aitem skala kepercayaan diri dapat dilihat dalam blue print pada tabel 1.

Tabel 1. Blue print Skala Kepercayaan Diri

Aspek Jumlah Aitem Jumlah

Favorable Unfavorable

Memiliki perasaan aman

1,13,25,37,49,61 7,19,31,43,55,67 6

Memiliki ambisi normal

2,14,26,38,50,62 8,20,32,44,56,68 6

Yakin pada

kemampuan diri sendiri

3,15,27,39,51,63 9,21,33,45,57,69 6

Mandiri 4,16,28,40,52,64 10,22,34,46,58,70 6 Tidak mementingkan

diri sendiri dan toleran

5,17,29,41,53,65 11,23,35,47,59,71 6

Optimis 6,18,30,42,54,66 12,24,36,48,60,72 6

Jumlah 36 36 72

(47)

F. Validitas dan Reliabilitas

Pada penelitian ini digunakan kuesioner untuk memperoleh data, sehingga ada dua syarat penting yang harus dipenuhi pada sebuah kuesioner yaitu validitas dan reliabilitas agar dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut. Pengujian validitas dilakukan pada variabel pengetahuan, motivasi, sikap dan tanggapan. Untuk mencapai tingkat objektifitas hasil yang tinggi, alat ukur yang digunakan harus memiliki validitas dan reliabilitas yang akurat.

Validitas berasal dari kata validity yang berarti ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi alat ukurnya atau

memberi hasil yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran (Azwar,

2007). Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi

apabila dapat mengukur apa yang seharusnya diukur dengan teliti. Selain itu

alat ukur tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran tersebut (Azwar,

2006).

Seleksi item dalam kuesioner dilakukan dengan jalan menghitung

koefisien korelasi product moment dari Pearson, dari tiap-tiap item pertanyaan

dengan skor total yang diperoleh. Koefisien korelasi masing-masing item

kemudian dibandingkan dengan nilai kritis r, yang dapat dilihat pada tabel

product moment yang tersedia sesuai dengan derajat kebebasannya dan

signifikansinya. Bila koefisien korelasi lebih besar daripada nilai standar 0,300

(48)

kecil daripada nilai standar 0,300, maka suatu pernyataan dinyatakan tidak

valid.

Reliabilitas alat ukur berhubungan dengan sejauhmana hasil atau

pengukuran dapat di percaya. Suatu hasil pengukuran dapat di percaya apabila

dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang

sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri

subjek memang belum berubah (Azwar, 2007). Reliabilitas dalam penelitian

ini diketahui dengan menggunakan teknik reliabilitas koefisien alpha.

Perhitungan validitas dan reliabilitas butir soal dalam penelitian ini digunakan

dengan menggunakan bantuan program SPSS for windowsversi. 13.0.

G. Metode Analisis Data

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini, untuk mendeskripsikan data yang telah terkumpul, direalisasikan ke dalam bentuk rerata (M), median (Me), modus (Mo), dan simpangan baku (SD). Kriteria penilaian dari data ditentukan

(49)

Tabel 2. Kriteria Skor

Kriteria Kategori

X < rendah

(50)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 7 – 19 Juli 2008. Tahap pertama pada tanggal 7 Juli 2007 peneliti menyebar skala sebanyak 30 kepada anggota klub scooter untuk skala try out. Setelah dilakukan seleksi aitem, ternyata terdapat 6 aitem yang gugur sehingga aitem yang gugur tidak diikutkan untuk pengambilan data. Tahap kedua pada tanggal 12 Juli 2008 peneliti menyebar skala yang sahih sebanyak 60 kepada anggota klub scooter dari 63 anggota klub scooter keseluruhan untuk pengambilan data. Dari 60 skala subyek yang terkumpul, terdapat 30 subyek terpakai untuk pengambilan data. Setelah semua 60 skala yang terkumpul terisi lengkap sehingga dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Hasil penelitian berikut ini disajikan dengan cara mendeskripsikan semua variabel yang diteliti. Angket yang disebar dalam penelitian ini sebanyak 60 buah angket, semuanya yang kembali dan memenuhi syarat untuk dianalisis. Berikut ini adalah data dan analisis hasil penelitian;

a. Usia Responden

Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden

No Usia Jumlah Persentase

1. 18 tahun 2 3,34%

(51)

4. 21 tahun 8 13,33%

5. 22 tahun 11 18,33%

6. 23 tahun 12 20,00%

7. 24 tahun 15 25,00%

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui karakteristik responden berdasarkan usia, yaitu responden yang berusia 18 tahun berjumlah 2 orang (3,34), responden yang berusia 19 tahun berjumlah 4 orang (6,67%), responden yang berusia 20 tahun 8 orang (13,33%), responden yang berusia 21 tahun berjumlah 8 orang (13,33%), responden yang berusia 22 tahun berjumlah 11 orang (18,33%), responden yang berusia 23 tahun berjumlah 12 orang (20,00%) dan responden yang berusia 24 tahun berjumlah 15 orang (3,50%). Dengan demikian, dalam penelitian ini responden yang berusia 24 tahun lebih banyak dibandingkan usia

responden yang lain.

b. Tingkat Pendidikan Responden

Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Pendidikan Jumlah Persentase

1. SD - -

2. SMP - -

3. SMA 49 81,67%

4. S1 11 18,33%

(52)

berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu tidak ada responden yang berpendidikan SD dan SMP, sedangkan responden yang berpendidikan tamatan SMA berjumlah 49 orang (81,67%), responden yang berpendidikan S1 berjumlah 11 orang (18,33%) dan tidak ada responden yang berpendidikan S2 maupun S3. Dengan demikian, dalam penelitian ini responden yang berpendidikan tamatan SMA lebih banyak dibandingkan dengan tingkat pendidikan responden yang lain .

c. Lama Menjadi Anggota

Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menjadi Anggota

No Lama Menjadi Anggota Jumlah Persentase

1. 2 tahun 8 13,33%

2. 3 tahun 17 28,34%

3. 4 tahun 12 20,00%

4. 5 tahun 10 16,67%

5. 6 tahun 8 13,33%

6. 7 tahun 3 5,00%

7. 8 tahun 2 3,33%

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui karakteristik responden berdasarkan lama menjadi anggota yaitu, responden yang menjadi anggota selama 2 tahun sebanyak 8 orang (13,33%), responden yang menjadi anggota selama 3 tahun sebanyak 12 orang (28,34%), responden yang menjadi anggota selama 4 tahun sebanyak 12 orang (20,00%), responden yang menjadi anggota selama 5 tahun sebanyak 10 orang (16,67%), responden yang menjadi anggota

(53)

anggota selama 2 tahun sebanyak 2 orang (3,33%), Dengan demikian, responden yang menjadi anggota klub scooter selama 3 tahun lebih banyak dibandingkan responden yang lain.

C. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Pada penelitian ini digunakan kuesioner untuk memperoleh data, sehingga ada dua syarat penting yang harus dipenuhi pada sebuah kuesioner yaitu validitas dan reliabilitas agar dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut. Pengujian validitas dilakukan pada variabel pengetahuan, motivasi, sikap dan tanggapan.

1. Uji Validitas

Menurut Sugiono (1999), instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Dalam uji penelitian ini, uji validitas item – item dalam kuesioner dilakukan dengan jalan menghitung koefisien korelasi product moment, dari tiap – tiap item pertanyaan dengan skor total yang diperoleh.

(54)

koefisien korelasi lebih kecil daripada nilai standar 0,300, maka suatu pernyataan dinyatakan tidak valid.

Pengujian validitas dilakukan pada 30 responden dengan tingkat signifikansi 5%. Uji validitas ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 13.00 for Windows.

Hasil analisis data skala kepercayaan diri dengan menggunakan SPSS versi 13.00 for windows dari 72 item terdapat 6 item tidak valid atau gugur, yaitu nomor 6,18,35,37,47 dan 66. Koefisien korelasi skala kepercayaan diri berkisar antara 0,330 – 0,875. Hasil pengujian untuk skala kepercayaan diri dapat dilihat pada lampiran. Berikut ini adalah blue print skala kepercayaan diri setelah uji coba:

Tabel 6. Blue print Skala Kepercayaan Diri Setelah Uji Coba

Aspek Jumlah Aitem Jumlah

Favorable Unfavorable

Memiliki perasaan aman

1,12,23,44,56 6,17,29,39,50,61 11

Memiliki ambisi normal

2,13,24,34,45,57 7,18,30,40,51,62 12

Yakin pada

kemampuan diri sendiri

3,14,25,35,46,58 8,19,31,41,52,63 12

Mandiri 4,15,26,36,47,59 9,20,32,42,53,64 12 Tidak mementingkan

diri sendiri dan toleran

(55)

Jumlah 32 34 66

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Pengujian reliabilitas ini menggunakan metode koefisien alpha cronbach.

Untuk koefisien reliabilitas diketahui dari besarnya koefisien

alpha. Reliabilitas dikatakan baik apabila besarnya alpha mendekati

nilai 1, sehingga item - item pertanyaan dalam penelitian ini dapat

diandalkan. Hal tersebut sesuai pendapat Malhotra (1996) dalam Fitriyah (2006) yang menyatakan bahwa kreteria relaibilitas

dikatakan reliabel bila koefisien alpha lebih besar dari 0,6.

Sebaliknya apabila koefisien alpha lebih kecil atau kurang dari 0,6,

maka menunjukkan tidak adanya konsistensi jawaban responden.

(56)

D. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang berupa angka-angka dideskripsikan agar memberikan manfaat dan gambaran mengenai subjek penelitian, dari data yang terkumpul diperoleh deskripsi data sebagai berikut:

Tabel 7. Deskripsi Data Subjek Penelitian

Variabel Min Maks Mean SD

Kepercayaan diri 193 264 243 17,044

Berdasarkan deskripsi data menunjukkan bahwa mean kepercayaan diri dalam penelitian ini adalah 243 dan standar deviasi (SD) = 17,044 dengan skor minimal 193 dan skor maksimal 264.

Penelitian selanjutnya mengelompokkan skor variabel kepercayaan diri menjadi tiga ktegori, yaitu tinggi, sedang, dan kurang. Kategori jenjang

bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 1999). Berikut ini adalah kriteria skor:

Tabel 8. Kriteria Skor Rumusan Kategori Subjek ke dalam Tiga Kategori

Nilai Kategori

X > (µ+1 ) Tinggi

(µ-1 ) X (µ+1 ) Sedang

(57)

scooter secara umum:

Tabel 9. Kategori Kepercayaan Diri Anggota Klub Sscooter Nilai

Kategori

Jumlah

N %

X > 260,54 Tinggi 4 6,67% 226,46 X 260,54 Sedang 49 81,66%

X < 226,46 Kurang 7 11,67%

Jumlah 60 100%

Berdasarkan Tabel di atas kategorisasi kepercayaan diri untuk kategori tinggi sebanyak 4 orang (6,67%), kategori sedang sebanyak 49 orang (81,66%), dan kategori kurang sebanyak 7 orang (11,67,00%). Berdasarkan tabel tersebut, kepercayaan diri remaja anggota klub scooter berada dalam kategori sedang. Artinya para anggota klub scooter

(scooteris) sudah memiliki kepercayaan diri akan tetapi perlu ditingkatkan.

E. Pembahasan

(58)

kepercayaan diri akan tetapi masih dapat ditingkatkan.

Secara konseptual, Myers (1999) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mendukung terbentuknya kepercayaan diri adalah faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor-faktor tersebut antara lain: konsep diri, harga diri, kemampuan, jenis kelamin, kondisi fisik dan pengalaman. Banyaknya pengalaman yang dialami oleh anggota klub scooter dalam menjalankan kegiatan-kegiatan, tugas dan tangungjawab kelompoknya merupakan salah satu hal yang akan mendukung terbentuknya kepercayaan diri. Akan tetapi, pengalaman yang dialami anggota klub scooter sebagian besar tidaklah sama dan merata, hal ini dikarenakan sebagian besar subyek dari hasil penelitian ini belum lama menjadi anggota klub scooter (scooteris), yaitu baru 3 tahun menjadi anggota klub scooter. Hal ini yang menyebabkan tingkat kepercayaan diri remaja anggota klub scooter tersebut berada dalam kategori sedang, sehingga masih dapat ditingkatkan lagi.

(59)

scooter masih dapat ditingkatkan lagi, hal ini akan mengembangkan sikap yang realistik dan obyektif anggota klub scooter dalam memandang kehidupannya. Menurut Calhourn dan Acocella (1990) bahwa dasar dari konsep diri yang positif bukanlah kebanggaan yang besar tentang diri tetapi lebih berupa penerimaan diri. Chodorkoff (Calhourn dan Acocella, 1990) mengatakan bahwa konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi. Konsep ini berisi berbagai “kotak kepribadian” sehingga seseorang dapat menyimpan informasi tentang dirinya sendiri baik yang positif maupun negatif, jadi individu dengan konsep diri yang positif dapat menerima dan memahami sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya.

Harga diri juga merupakan salah satu hal yang dapat membentuk kepercayaan diri seseorang. Harga diri merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Harga diri yang sudah ada pada anggota klub scooter atau scooteris dapat ditingkatkan lagi, sehingga penilaian seseorang atau orang lain terhadap dirinya sebagai anggota klub scooter dapat meningkatkan kepercayaan dirinya. Sebagaimana Cooley (Hardy dan Heyes, 1995) membuktikan bahwa dengan mengamati pencerminan perilaku diri sendiri terhadap respon yang diberikan oleh orang lain maka individu dapat mempelajari dirinya sendiri. Orang-orang yang memiliki arti diri individu sangat berpengaruh dalam pembentukan kepercayaan diri.

(60)

klub scooter lainnya daripada remaja yang memiliki kecerdasan rendah dan kurang populer. Walgito (Pohan,2005) mengemukakan bahwa orang yang populer adalah orang yang memiliki pergaulan luas, diterima, dan disukai oleh individu maupun kelompok atau lingkungannya. Demikian pula dengan Grinder (Pohan, 2005) menyebutkan bahwa prestasi akademik merupakan salah satu atribut popularitas.

Selaras dengan hal tersebut diatas, Myers (1999) mengemukakan bahwa kepercayaan diri seseorang juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu. Klub scooter merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri anggotanya. Klub scooter juga merupakan salah satu wadah atau organisasi yang mempunyai banyak kegiatan maupun aktifitas, yang setiap anggotanya dituntut untuk dapat melaksanakan tanggung jawab dan tugas-tugasnya sebagai anggota. Klub scooter ini merupakan bagian dari lingkungan sosial yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan kepercayaan diri remaja anggotanya.

(61)

sosial akan memberi suatu konsep diri yang negatif dalam diri remaja sehingga muncul perasaan cemas dan tidak percaya diri. Hal ini sesuai dengan pendapat Sullivan (Rakhmat, 2005) yang mengemukakan bahwa jika seseorang diterima, dihormati, dan disenangi oleh orang lain karena keadaan dirinya maka ia akan cenderung bersikap menghormati dan menerima dirinya. Sebaliknya, bila seseorang selalu disalahkan, diremehkan dan ditolak oleh orang lain maka ia akan cenderung tidak akan menyenangi dirinya.

Kepercayaan diri yang dimiliki anggota klub scooter juga belum optimal, hal ini berkaitan dengan kondisi faktor sosial ekonomi keluarga yang kurang mampu dan latar belakang sebagian besar anggotanya merupakan keluarga yang kurang harmonis. Penelitian Pudjijogyanti (1993) membuktikan bahwa anak yang berasal dari keluarga ekonomi rendah cenderung mempersepsi dan menilai dirinya rendah. Dengan kata lain, kondisi keluarga yang buruk dapat menyebabkan kepercayaan diri yang rendah pada anak. Rini (2002) juga mengemukakan bahwa pola asuh dan interaksi di usia dini, merupakan faktor yang amat mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri. Orang tua yang menunjukkan kasih, perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak, akan membangkitkan rasa percaya diri pada anak tersebut.

(62)

dimilikinya belum optimal. Pendidikan juga memegang peranan penting dan dianggap tolak ukur keberhasilan seseorang. dalam menguasai tugas-tugas kehidupannya. Pendidikan juga mampu membawa remaja anggota klub scooter mengembangkan kognisinya menjadi lebih baik, sehingga akan membawa remaja anggota klub scooter tersebut ke arah percaya diri. Sebagaimana Erikson (Naurah, 2008) menyatakan bahwa remaja dihadapkan kepada tugas mengembangkan kepercayaan diri yang dapat diterima, stabil dan fungsional. Remaja yang berhasil akan membangun kesadaran identitas dan yang gagal akan menderita kekacauan peranan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian siswanya. Siswa-siswa sekolah menengah atas adalah remaja yang sedang mempersiapkan diri untuk memasuki pendidikan tinggi atau dunia kerja yang cocok atau menjadi cita-citanya, sehingga kesuksesan pada masa ini akan sangat mempengaruhi hidup dan kehidupan remaja itu kelak. Oleh karena itu, siswa-siswa SMU perlu mendapat perhatian dalam pengembangan kepercayaan dirinya (Naurah, 2008).

(63)

membutuhkan dukungan orang lain secara berlebihan sehingga dapat melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota klub scooter. Selain itu, anggota klub scooter juga diharapkan mempunyai sikap toleran dan tidak mementingkan diri sendiri, mau menerima pendapat orang lain, mengerti kekurangan yang ada dalam dirinya.

(64)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian kepercayaan diri remaja anggota klub scooter (scooteris) ini yaitu kepercayaan diri remaja anggota klub scooter berada pada kategori sedang. Hal ini dibuktikan bahwa 81,66% kepercayaan diri remaja anggota klub scooter berada dalam kategori sedang.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diberikan saran sebagai berikut:

1. Untuk anggota Klub Scooter

Disarankan kepada anggota klub scooter untuk meningkatkan kepercayaan dirinya, karena dengan kepercayan diri yang tinggi, anggota klub scooter dapat melaksanakan tugas kegiatan secara optimal

2. Pengurus Klub Scooter

(65)
(66)

DAFTAR PUSTAKA

Afiatin, T. 1996. Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Melalui Konseling Kelompok Tesis. Tidak Diterbitkan. Yogyakarta: Program Pascasarjana UGM

Angelis, B.D. 2001. Percaya Diri Sumber Sukses dan Kemandirian. Jakarta: PT. Gramedia

Azwar, S. 2006. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, S. 2007. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Baron, R. A & Byrne, D. 1997. Social Psychology (8th ed). Boston: Allyn Calhourn, J. F., & Acocella, J. R. 1990. Psikologi tentang Penyesuaian dan

Hubungan Kemanusiaan. Terjemahan, Edisi Ketigas. Semarang: IKIP Semarang

Douglas. 1990. Menuju Puncak Prestasi. Yogyakarta: Kanisius

Gunarsa, S. D. & Gunarsa, Y. S. D. 1996. Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta: PT: BPK Gunung Mulia

Hadi, S., 2004. Statistik 2. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta

Hardy, M., dan Heyes, S. 1995. Pengantar Psikologi (edisi kedua). Jakarta: Erlangga

Hurlock, E.B., 2001. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi ke lima. Penerjemah. Istidayanti dan Soedjarwo, Jakarta: Erlangga

Lauster, P, 1990. The Personality Test. 2nd ed. London: Pan Books, Ltd Liedenfield, 1997. Mendidik Anak agar Percaya Diri. Jakarta: Arcon

Kumara, A. 1998. Studi Penelitian Validitas dan Reliabilitas The Test of Self Confidence. Laporan Penelitian. Tidak Diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM

Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional

(67)

Myers, D.G .1999. Social Psychology. International Edition. New York: Mc. Grow-Hill, Inc

Naurah. 2008. Perbedaan Konsep Diri antara Siswa Pria dan Siswa Wanita pada SMU.

Team e-psikologi. www.e-psikologi.com

Pohan, V.G.R. 2005. Pemecahan Konflik Interpersonal Pada Remaja yang Populer. Laporan Penelitian. Program Studi Psikologi Universitas Sumatera Utara

Pudjijogyanti, C. 1993. Konsep Diri dalam Pendidikan. Jakarta: Arcan

Rakhmat, J. 2005. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Rini, J. F. 2002. Memupuk Rasa Percaya Diri. Team e-psikologi. www.e-psikologi.com

Sarwono, S.W. 1998. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press Sugiyono. 1999. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Walgito, B. 1993. Peran Orang Tua dalam Pembentukan Kepercayaan Diri. Pidato Pengukuhan, Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Psikologi. Tidak Diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Widyaastuti, U. 2002. Hubungan antara Konformitas terhadap Kelompok Sebaya dengan Kepercayaan Diri Remaja Anggota Cligve. Skripsi. Ttidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM

(68)

memperkenalkan diri bahwa saya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada kesempatan ini, perkenankanlah saya memohon kesediaan saudara untuk meluangkan waktu sejenak untuk mengisi skala ini guna mengumpulkan data yang peneliti sangat perlukan. Hasil penelitian ini akan saya pergunakan bagi kepentingan akademik, yaitu dalam rangka penyusunan skripsi.

Dalam menjawab saudara tidak perlu khawatir, karena semua jawaban yang diberikan adalah benar, tidak ada jawaban yang salah. Untuk itu saya memohon kerelaan saudara dalam memberikan jawaban yang benar-benar murni, jujur, apa adanya dan tanpa dipengaruhi oleh siapa pun serta sesuai dengan keadaan saudara sendiri. Semua jawaban dan identitas yang saudara berikan, saya jamin kerahasiaannya.

Akhir kata, terima kasih yang sebesarnya saya ucapkan kepada saudara yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran hingga skala ini terisi sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 2008

(69)

SS : Sangat Sesuai S : Sesuai

TS : Tidak Sesuai

STS : Sangat Tidak Sesuai

II. Identitas Responden

Nama : ……….. (boleh tidak diisi)

Umur : ………..

Jenis Kelamin : ... Pendidikan Terakhir : ... Berapa lama menjadi anggota : ...

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya tidak ma

Gambar

Tabel 1. Blue print Skala Kepercayaan Diri
Tabel 2. Kriteria Skor
Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden
Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
+5

Referensi

Dokumen terkait