PENINGKATAN PEMAHAMAN MENGENAI KONSEP USAHA DAN ENERGI PADA SISWA KELAS X TPA SMK PANGUDI LUHUR MUNTILAN
MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh: Eko Budi Priyanto
NIM: 071424016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PENINGKATAN PEMAHAMAN MENGENAI KONSEP USAHA DAN ENERGI PADA SISWA KELAS X TPA SMK PAGUDI LUHUR MUNTILAN
MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh: Eko Budi Priyanto
NIM: 071424016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“
Harus selalu ingin tahu dan terus belajar, sebab
kebenaran hari ini bukan berarti kebenaran untuk esok
hari.
”
vi
ABSTRAK
Eko Budi Priyanto, 2012. Peningkatan Pemahaman Mengenai Konsep Usaha dan Energi pada Siswa Kelas X TPA SMK Pangudi Luhur Muntilan Menggunakan Metode Problem Solving. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pemahaman awal yang dimiliki siswa mengenai konsep usaha dan energi, (2) mengetahui pemahaman akhir setelah mengikuti pembelajaran,dan (3) mengetahui pengaruh pembelajaran menggunakan metode problem solving dalam meningkatkan pemahaman siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Pangudi Luhur Muntilan mulai bulan Februari sampai dengan Maret 2012. Subyek penelitian adalah siswa kelas X TPA di sekolah tersebut.
Pengumpulan data dilakukan dengan tes tertulis berupa pretest-posttest. Hasil dari pretest dan posttest dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, pretest dianalisis untuk mengetahui pemahaman awal dan posttest dianalisis untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti pembelajaran. Secara kuantitatif, pretest dan posttest dianalisis menggunakan uji T kelompok dependen untuk mengetahui keduanya sungguh berbeda atau tidak.
vii
ABSTRACT
Eko Budi Priyanto, 2012. Increased understanding about the concept of Work and Energy Vocational Students Class X TPA Pangudi Luhur Muntilan Using Problem Solving Methods. Thesis. Physical Education Studies Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research aims to (1) knowing the students' initial understanding of the concept of work and energy, (2) knowing the final understanding after following the learning, and (3) determine the effect of teaching problem solving methods to improve student understanding. The research was carried out in SMK Pangudi Luhur Muntilan from February to March 2012. The subjects of the study were a class 10th student at the school TPA.
Data collection was taken through pretest and posttest. The results of pretest and posttest were analyzed qualitatively and quantitatively. Quantitatively, pretest was analyzed to knowing initial understanding and posttest were analyzed to knowing the final understanding after following the learning. Quantitatively, pretest and posttest was analyzed using “T test” for dependent groups to knowing the difference about them.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Bapa yang telah melimpahkan Kasih-Nya, selalu
menyertai dan membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Peningkatan Pemahaman Mengenai Konsep Usaha dan Energi pada Siswa Kelas X TPA SMK Pangudi Luhur Muntilan Menggunakan Metode Problem Solving”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat berhasil disusun berkat
bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan
sabar membimbing penulis hingga selesainya skripsi ini.
4. Br. Titus Totok Tri Nugroho, S.T. selaku Kepala SMK Pangudi Luhur
Muntilan yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
5. Bapak Nori Wibowo S.Pd. selaku guru bidang studi fisika di SMK Pangudi
Luhur Muntilan yang telah membantu penulis selama penelitian.
6. Segenap dosen JPMIPA, khususnya dosen-dosen Program Studi Fisika yang
telah mendidik, membagi pengetahuan, dan pengalaman yang sangat
bermanfaat kepada penulis.
7. Segenap karyawan secretariat JPMIPA atas bantuannya dan kerjasamanya
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
C. Subyek, Waktu dan Tempat Penelitian ... 23
xii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83
A. Kesimpulan ... 83
B. Saran... 84
C. Keterbatasan Penelitian ... 84
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 23
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Sebaran Soal Pretes-Posttest ... 27
Tabel 3.3 Klasifikasi Tingkat Pemahaman Siswa ... 32
Tabel 4.1 Proses Pelaksanaan Penelitian ... 34
Tabel 4.2 Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Pengertian Usaha Dalam Fisika ... 35
Tabel 4.3 Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Pengaruh Bidang Miring Terhadap Besarnya Gaya dan Usaha ... 37
Tabel 4.4 Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Pengaruh Perpindahan Terhadap Besarnya Usaha ... 39
Tabel 4.5 Hasil Analisis Pemahaman Siswa mengenai Pengaruh Gaya Searah dan Tidak Searah Perpindahan Terhadap Besarnya Usaha ... 40
Tabel 4.6 Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Hubungan Waktu dan Daya ... 42
Tabel 4.7 Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Hubungan Usaha dan Daya ... 44
Tabel 4.8 Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Hubungan Usaha dan Energi ... 46
Tabel 4.9 Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Hukum Kekekalan Energi ... 48
Tabel 4.10 Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Pengaruh Kedudukan Terhadap Besarnya Energi Potensial Gravitasi ... 50
Tabel 4.11 Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Hubungan Kedudukan Benda Terhadap Besarnya Energi Potensial ... 52
Tabel 4.12 Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Besarnya Energi Kinetik saat Benda Diam ... 53
xiv
Tabel 4.14 Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Pengaruh Massa
Terhadap Energi Kinetik ... 58
Tabel 4.15 Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Pengaruh Regangan Terhadap Besarnya Gaya Pegas dan Energi Potensial Pegas ... 60
Tabel 4.16 Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Pengaruh Regangan Terhadap Energi Potensial Pegas dan Besarnya Energi Kinetik Akibat Energi Potensial Pegas ... 61
Tabel 4.17 Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Hubungan Konstanta Pegas Terhadap Besarnya Gaya Pegas dan Energi Potensial Pegas ... 64
Tabel 4.18 Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Hubungan Usaha dan Energi Potensial ... 66
Tabel 4.19 Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Pengaruh Kedudukan Terhadap Besarnya Energi Mekanik ... 68
Tabel 4.20 Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Aplikasi Hukum Kekekalan Energi Mekanik pada Gerak Vertikal ... 70
Tabel 4.21 Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Aplikasi Hukum Kekekalan Energi Mekanik pada Gerak Horisontal ... 72
Tabel 4.22 Skor Setiap Nomor Soal dari Hasil Pretest dan Posttest ... 74
Tabel 4.23 Nilai Pretest dan Posttest ... 75
Tabel 4.24 Skor Pretest dan Posttest untuk Konsep Usaha dan Energi ... 77
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. RPP ... 88
Lampiran 2. Skor Siswa ... 103
Lampiran 3 Nilai tcrit Tes-T Kelompok Dependen ... 105
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian dari Universitas ... 106
Lampiran 5. Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ... 107
Lampiran 6. Foto-Foto Pembelajaran ... 108
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Siswa dalam mengikuti pembelajaran dikelas tidaklah tanpa
pengetahuan apapun mengenai materi yang akan diajarkan tetapi mereka
sudah membawa konsep dari apa yang mereka alami dalam kehidupan
sehari-hari. Suparno mengatakan siswa bukanlah suatu tabula rasa atau
kertas kosong yang bersih, yang dalam proses pembelajaran akan ditulisi
oleh guru mereka. Siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran formal
di sekolah, ternyata sudah membawa konsep tertentu yang mereka
kembangkan lewat pengalaman hidup mereka sebelumnya (Suparno,
2005: 2-3).
Pelajaran fisika pada dasarnya adalah mempelajari alam sehingga
dengan pengalaman hidup sehari-hari, siswa bisa membangun
pengetahuan sendiri dari apa yang mereka alami. Menurut Van den Berg,
semua siswa sudah berpengalaman tentang gerak, gaya, benda yang jatuh
bebas, listrik, energi, dan banyak peristiwa fisika yang lain. Dengan
pengalaman itu sudah terbentuk intuisi dan teori siswa mengenai
peristiwa-peristiwa fisika dalam lingkungan sehari-hari manusia (Van Den
Berg, 1991: 1).
Menurut Ausubel konsep-konsep diperoleh dengan dua cara, yaitu
formasi konsep (concept formation) yang merupakan perolehan
asimilation) yang merupakan perolehan konsep dengan cara mengaitkan
konsep yang sudah ada dengan konsep yang baru diterima, kemudian
mengalami penyesuaian konsep (Ausubel, dalam http://repository.upi.edu/
operator/upload/s_fis_054039_chapter2.pdf (diakses 3 Oktober 2011).
Pengalaman hidup merupakan pengetahuan awal yang dimiliki siswa
sebagai modal untuk mengikuti pembelajaran fisika dikelas. Akan tetapi
tafsiran konsep yang diperoleh dari pengalaman tidak selalu sesuai dengan
konsep ilmiah. Selain itu pengalaman setiap siswa berbeda, sehingga
konsepsi yang dimiliki siswa akan bervariasi untuk setiap peristiwa sesuai
dengan pengalaman dan cara pandang masing-masing.
Misalnya mengenai percepatan gravitasi, mereka beranggapan
bahwa bola besi dan bola plastik yang identik besar dan bentuknya, bila
dijatuhkan dari ketinggian yang sama akan berbeda waktunya saat sampai
ketanah. Tetapi tidak semua siswa berpendapat seperti itu, siswa yang
lebih berpengalaman akan tahu bahwa bola akan jatuh bersamaan. Ia bisa
saja memperoleh informasi tersebut dari membaca atau pengetahuan yang
didapat dari orang yang lebih berpengalaman.
Tafsiran perorangan terhadap suatu konsep sangat mungkin
berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: pengalaman
dan pengetahuan yang dimilikinya, struktur pengetahuan yang telah
terbentuk pada pikirannya serta perbedaan kemampuan dalam
menginterpretasi pada saat belajar, hal ini akan menentukan apa yang
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_fis_054039_chapter2.pdf
diakses 3 Oktober 2011)
Dari uraian di atas, terlihat bahwa pemahaman setiap siswa
berbeda mengenai suatu peristiwa. Maka penting bagi peneliti untuk
mengetahui bagaimana pemahaman awal siswa yang mereka peroleh dari
pengalaman maupun dari pembelajaran sebelumnya. Apakah pemahaman
konsep yang mereka miliki sudah sesuai dengan konsep para ahli atau
belum, apabila ada pemahaman konsep yang tidak sesuai dengan konsep
para ahli maka akan menjadi masalah yang serius karena pemahaman
tersebut akan mereka bawa hingga jenjang pendidikan selanjutnya. Oleh
karena itu, menjadi masalah serius bagi peneliti untuk mencari jalan keluar
supaya pemahaman konsep yang dimiliki siswa menjadi sesuai dengan
konsep ilmiah. Peneliti harus dapat memilih metode pembelajaran yang
tepat agar pembelajaran dapat terlaksana sesuai tujuan yang diharapkan,
yaitu meningkatkan pemahaman siswa supaya pemahaman konsep yang
tidak sesuai dengan konsep ilmiah menjadi sesuai dengan konsep ilmiah.
Pembelajaran problem solving menuntut siswa untuk meyelesaikan
permasalahan menggunakan gagasan yang mereka miliki. Dengan
pemecahan masalah maka pemahaman konsep yang dimiliki siswa akan
muncul, baik pemahaman yang sesuai maupun pemahaman konsep yang
tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Dengan hal tersebut maka peneliti
dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai konsep usaha
dengan konsep para ahli maka peneliti akan lebih mudah dalam
membenahinya. Berdasarkan uraian di atas, diharapkan setelah
pembelajaran menggunakan metode problem solving, pemahaman siswa
menjadi lebih baik, dari pemahaman konsep yang tidak sesuai menjadi
pemahaman konsep yang benar.
B. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, masalah yang akan dibahas dibatasi pada
pemahaman konsep yang dimiliki siswa kelas X TPA SMK Pangudi Luhur
Muntilan mengenai pokok bahasan usaha dan energi yang difokuskan pada
sub pokok bahasan usaha, daya, energi potensial gravitasi, energi kinetik,
energi potensial pegas, dan energi mekanik.
Problem solving yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu terbatas
pada permasalahan (soal) yang diberikan pada saat pembelajaran.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan di
atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pemahaman awal yang dimiliki siswa kelas X TPA
SMK Pangudi Luhur Muntilan mengenai konsep usaha dan energi?
2. Bagaimanakah pemahaman akhir yang dimiliki siswa kelas X TPA
SMK Pangudi Luhur Muntilan mengenai konsep usaha dan energi
setelah mengikuti pembelajaran menggunakan metode problem
3. Bagaimanakah pengaruh pembelajaran menggunakan metode problem
solving dalam meningkatkan pemahaman siswa kelas X TPA SMK
Pangudi Luhur Muntilan mengenai konsep usaha dan energi?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, penelitian ini bertujuan
sebagai berikut:
1. Mengetahui pemahaman awal yang dimiliki siswa kelas X TPA SMK
Pangudi Luhur Muntilan mengenai konsep usaha dan energi.
2. Mengetahui pemahaman akhir yang dimiliki siswa kelas X TPA SMK
Pangudi Luhur Muntilan mengenai konsep usaha dan energi setelah
mengikuti pembelajaran menggunakan metode problem solving.
3. Mengetahui bagaimanakah pengaruh pembelajaran menggunakan
metode problem solving dalam meningkatkan pemahaman siswa kelas
X TPA SMK Pangudi Luhur Muntilan mengenai konsep usaha dan
energi.
E. Perumusan Hipotesis
Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Hipotesis nol (H0)
Tidak terdapat pengaruh pembelajaran menggunakan problem solving
terhadap pemahaman konsep usaha dan energi.
2. Hipotesis satu (H1)
Terdapat pengaruh yang signifikan antara pemahaman konsep usaha
solving. Dengan kata lain pembelajaran menggunakan problem solving
dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai konsep usaha dan
energi.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
Penelitian ini akan menunjukan pemahaman yang dimiliki siswa
mengenai konsep usaha dan energi serta mengetahui bagaimana
pengaruh pembelajaran menggunakan metode problem solving dalam
meningkatan pemahaman mengenai usaha dann energi, sehingga dapat
memberikan gambaran kepada guru untuk mengatasi pemahaman
siswa yang tidak benar sekaligus meningkatkan pemahaman siswa
mengenai konsep usaha dan energi.
2. Bagi Siswa
Penelitian ini akan menunjukan pemahaman siswa yang tidak
sesuai dengan konsep ilmiah sehingga siswa dapat merubah konsep
yang salah pada dirinya dengan konsep yang benar.
3. Bagi Peneliti
Melalui penelitian ini, peneliti dapat mengetahui kesalahan konsep
yang dilakukan siswa, sehingga kelak saat menjadi guru, peneliti sudah
mempunyai bekal untuk mengantisipasi kesalahan yang mungkin
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep dan Konsepsi
Pengertian konsep menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1. Konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah
komunikasi antara manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir
(Van Den Berg, dalam http://repository.upi.edu/operator/upload/
s_fis_054039_chapter2.pdf diakses 3 Oktober 2011)
2. Konsep adalah suatu abstraksi yang yang mewakili satu kelas objek-objek,
kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang
mempunyai atribut-atribut yang sama (Rosser, dalam
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_fis_054039_chapter2.pdf
diakses 3 Oktober 2011)
3. Konsep-konsep merupakan batu-batu pembangun (building block)
berpikir. Artinya suatu konsep tidak akan memiliki arti apabila konsep
tersebut tidak dihubungkan dengan konsep yang lain (Dahar dan Van Den
Berg, dalam http://repository.upi.edu/operator/upload/s_fis_054039_
chapter2.pdf diakses 3 Oktober 2011 )
Pengertian lain tentang konsep dikemukakan oleh Markle dan Tieman,
yaitu bahwa konsep adalah sesuatu yang sungguh-sungguh ada (Markle dan
Tieman dalam http://repository.upi.edu/operator/upload/d_ipa_0604928_
para ahli, maka secara umum konsep dapat diartikan sebagai abstraksi dari
ciri-ciri sesuatu untuk mempermudah komunikasi antar manusia.
Konsep-konsep diperoleh dengan dua cara yaitu formasi konsep (concept
formation) yang merupakan perolehan konsep-konsep sebelum anak-anak
masuk sekolah, dan asimilasi konsep (concept assimilation) yang merupakan
perolehan konsep dengan cara mengaitkan konsep yang sudah ada dengan
konsep yang baru diterima kemudian mengalami penyesuaian konsep (Dahar,
dalam http://repository.upi.edu/operator/upload/s_fis_054039_chapter2.pdf
diakses 3 Oktober 2011). Ada beberapa ciri-ciri konsep (Dahar, dalam
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_fis_054039_chapter2.pdf diakses
3 Oktober 2011) adalah sebagai berikut:
1. Konsep timbul dari hasil pengalaman manusia dengan lebih dari satu
benda, peristiwa atau fakta, konsep merupakan suatu generalisasi dari
fakta-fakta tersebut
2. Hasil berpikir abstrak manusia dari fakta-fakta tersebut
3. Suatu konsep dapat dianggap kurang tepat, disebabkan timbulnya
fakta-fakta baru, sehingga konsep dapat mengalami suatu perubahan (bersifat
sementara).
Tafsiran perorangan terhadap suatu konsep sangat mungkin berbeda-beda.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor (dalam
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_fis_054039_chapter2.pdf diakses
3 Oktober 2011), faktor tersebut sebagai berikut:
2. Struktur pengetahuan yang telah terbentuk pada pikirannya
3. Perbedaan kemampuan dalam menginterpretasikan pada saat belajar.
Tafsiran seseorang atau siswa terhadap suatu konsep ilmu tertentu disebut
sebagai konsepsi (Berg, dalam http://repository.upi.edu/operator/ upload/
s_fis_054039_chapter2.pdf diakses 3 Oktober 2011). Pengertian lain
dikemukakan oleh Saptono yang memandang konsepsi sebagai kemampuan
memahami konsep, baik yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan
maupun konsep yang diperoleh dari pendidikan formal, sedangkan Duit dan
Treagust mendefinisikan konsepsi sebagai representasi mental idiosyncratic
individu (dalam http://repository.upi.edu/operator/upload/d_ipa_0604928_
chapter2(1).pdf diakses 16 Februari 2012).
Konsepsi siswa akan suatu konsep fisika berbeda-beda ada yang sesuai
dengan konsep para ahli dan ada juga konsepsi yang tidak sesuai dengan
konsep para ahli, konsepsi siswa yang tidak sesuai disebut dengan
miskonsepsi. Miskonsepsi adalah pengertian yang tidak akurat akan konsep,
penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah,
kekacauan konsep yang berbeda-beda dan hubungan hierarkis
konsep-konsep yang tidak benar (Suparno, dalam Suparno 2005: 5).
B. Pemahaman Konsep
Pengertian pemahaman menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
1. Sadiman mendefinisikan pemahaman sebagai kemampuan seseorang
dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan
diterimanya (Sadiman, dalam http://www.masbied.com/2011/09/02/
definisi-pemahaman-menurut-para-ahli/ diakses 22 Februari 2012)
2. Suharsimi menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah
bagaimana seseorang mempertahankan, membedakan, menduga
(estimates), menerangkan, memperluas, meyimpulkan,
menggeneralisasikan, memberikan contoh, menulis kembali, dan
memperkirakan (Suharsimi, dalam http://www.masbied.com/2011/
09/02/definisi-pemahaman-menurut-para-ahli/ diakses 22 Februari 2012)
3. Menurut Benjamin S. Bloom, pemahaman berada pada ranah kognitif
tingkatan kedua yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada
aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian dan ketrampilan berfikir
(Bloom, dalam http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pgsd_0908674
_chapter2x.pdf 22 Februari 2012)
4. Menurut Arifin, pemahaman adalah kemampuan yang dimiliki siswa
untuk mengubah, mengadakan interpretasi dan membuat ekstrapolasi
(Arifin, dalam http://repository.upi.edu/operator/upload/s_kim_0700213_
chapter2.pdf diakses 22 Februari 2012)
5. Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, pemahaman adalah sesuatu hal
yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar (dalam
http://www.masbied.com/2011/09/02/definisi-pemahaman-menurut-para-ahli/ diakses 22 Februari 2012). Seseorang dikatakan paham terhadap
Berdasarkan pengertian diatas maka secara umum dapat disimpulkan
bahwa pemahaman konsep merupakan kemampuan seseorang dalam
mengkonstruk makna atau pengertian dari suatu konsep.
Menurut Firman, (Firman, dalam http://repository.upi.edu/operator/
upload/s_kim_0700213_chapter2.pdf diakses 22 Februari 2012) seorang siswa
dikatakan telah memahami suatu konsep jika memiliki kemampuan
menangkap arti dan informasi yang diterima, antara lain :
1. Menafsirkan bagan, diagram atau grafik
2. Menerjemahkan suatu pernyataan verbal ke dalam formula matematis
3. Memprediksikan berdasarkan kecenderungan tertentu (interpolasi dan
ekstrapolasi)
4. Mengungkap suatu konsep dengan kata-kata sendiri
Anderson dan Krathwohl (Anderson dan Krathwohl, dalam
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_kim_0700213_chapter2.pdf
diakses 22 Februari 2012), membagi pemahaman menjadi dua dimensi yaitu
dimensi proses kognitif dikategorikan kedalam jenjang kognitif
(understanding) dan pada dimensi pengetahuan termasuk ke dalam
pengetahuan konseptual.
1. Kategori proses kognitif (understanding)
a. Menafsirkan (interpreting), yaitu mengubah dari satu bentuk informasi
ke bentuk informasi lainnya misalnya dari kata-kata ke grafik gambar
b. Memberikan contoh (exemplifying), yaitu memberi contoh dari suatu
konsep atau prinsip yang bersifat umum
c. Mengklasifikasikan (classifying) yaitu mengenali bahwa sesuatu
(benda atau fenomena) masuk dalam kategori tertentu.
d. Meringkas (summarising) yaitu membuat suatu pernyataan yang
mewakili seluruh informasi atau membuat suatu abstrak dari sebuah
tulisan.
e. Menarik inferansi (inferring), yaitu menemukan pola dari sederatan
contoh atau fakta
f. Membandingkan (comparing), yaitu mendeteksi persamaan dan
perbedaan yang dimiliki dua objek, ide, ataupun situasi.
g. Menjelaskan (explaining), yaitu mengkonstruk dan menggunakan
model sebab-akibat dalam suatu sistem. Termasuk dalam menjelaskan
adalah menggunakan model tersebut untuk mengetahui apa yang
terjadi apabila salah satu bagia sistem tersebut diubah.
2. Kategori pengetahuan konseptual
a. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori; mencakup pengetahuan
tentang kategori, kelas, bagian, atau susunan yang berlaku dalam suatu
bidang ilmu tertentu
b. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi; mencakup abstraksi
hasil observasi ke level yang lebih tinggi, yaitu prinsip atau
generalisasi. Prinsip dan generalisasi ini merupakan abstraksi dari
c. Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur; mencakup
pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi dan saling keterkaitan
antara keduanya yang menghasilkan kejelasn terhadap suatu fenomena
yang kompleks.
C. Problem Solving
Problem solving atau pemecahan masalah merupakan bagian dari
analitical thinking atau pemikiran analitis (diterjemahkan dari Woods, dalam
http://pendidikansains.blogspot.com/2008/06/pengembangan-model-creative-problem.html diakses 13 Oktober 2011). Pengertian lain, problem solving
adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada ketrampilan pemecahan
masalah, yang diikuti dengan penguatan kreatifitas. Ketika dihadapkan dengan
situasi pertanyaan, siswa dapat melakukan ketrampilan memecahkan masalah
untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara
menghafal tanpa dipikir, ketrampilan memecahkan masalah memperluas
proses berfikir (Karen, dalam http://pendidikansains.blogspot.com/
2008/06/pengembangan-model-creative-problem.html diakses 13 Oktober
2011). Masalah adalah soal yang memerlukan keaslian berfikir tanpa adanya
contoh penyelesaian sebelumnya, masalah berbeda dengan soal latihan. Pada
masalah, siswa tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya, tetapi siswa
tertarik dan tertantang untuk menyelesaikannya. Siswa menggunakan segenap
pikiran, memilih strategi pemecahannya, dan memproses hingga menemukan
http://mathematic.transdigit.com/mathematic-journal/model-pembelajaran-
creative-problem-solving-dengan-videocompact-disk-dalam-pembelajaran-matematika.html diakses 13 Oktober 2011.
Osborn menyatakan bahwa problem solving mempunyai 3 prosedur
(Osborn, dalam
http://pendidikansains.blogspot.com/2008/06/pengembangan-model-creative-problem.html diakses 13 Oktober 2011), prosedur tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Menemukan fakta, melibatkan penggambaran masalah, mengumpulkan
dan meneliti data dan informasi yang bersangkutan.
2. Menemukan gagasan, berkaitan dengan munculnya data dan memodifikasi
gagasan tentang strategi pemecahan masalah.
3. Menemukan solusi, yaitu proses evaluative sebagai puncak pemecahan
masalah.
Dua fase proses kreatif dalam pemecahan masalah menurut Von Oech,
yaitu fase imaginative dan fase praktis. Dalam fase imaginative gagasan
strategi pemecahan masalah diperoleh, dan dalam fase praktis, gagasan
tersebut dievaluasi dan dilaksanakan (Van Oech, dalam
http://pendidikansains.blogspot.com/2008/06/pengembangan-model-creative-problem.html diakses 13 Oktober 2011).
Proses dari model pembelajaran problem solving meliputi beberapa
langkah (Karen, dalam http://pendidikansains.blogspot.com/2008/06/
langkah-langkah model pembelajaran problem solving tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Klarifikasi masalah
Meliputi pemberian penjelasan kepada siswa tentang masalah yang
diajukan, agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian yang
diharapkan
2. Pengungkapan gagasan
Siswa dibebaskan untuk mengugkapkan gagasan tentang berbagai macam
strategi penyelesaian masalah
3. Evaluasi dan seleksi
Setiap kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau strategi-strategi
yang cocok untuk menyelesaikan masalah.
4. Implementasi
Siswa menemukan strategi yang dapat diambil untuk menyelesaikan
masalah, kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesaian dari
masalah tersebut.
D. Materi Usaha dan Energi
Usaha (work diberi lambang W) oleh gaya konstan didefinisikan
sebagai hasil kali komponen gaya searah perpindahan dengan besar
perpindahan yang dihasilkan (Kanginan, 2000: 28). Suatu system
dikatakan mempunyai energi, jika sistem tersebut mempunyai kemampuan
Penjelasan mengenai usaha dan energi dibawah ini diambil dari buku
Endarko tahun 2008 halaman 120-130 dan Marthen Kanginan tahun 2000
halaman 28-55.
1. Usaha
Apabila sebuah benda berpindah tempat sejauh d karena pengaruh
F yang searah dengan perpindahannya (gambar a), maka usaha yag
dilakukan sama dengan hasil kali antara gaya dan perpindahannya,
secara matematis, W = F.d.
Jika gaya yang bekerja membuat sudut α terhadap perpindahannya
(gambar b), usaha yang dilakukan adalah hasil kali komponen gaya
yang searah dengan perpindahan (Fcos α) dikalikan dengan
perpindahanya (d). Secara matematis, W = F cos α. d .
Gambar a
Gambar b
F F
W = F . d
d
Fcosα
Fcosα
W = F cosα . d
d
F F
dengan :
W = usaha (joule)
F = gaya (N)
d = perpindahan (m)
α = sudut antara gaya dan perpindahan
Jika ada beberapa gaya yang bekerja pada sebuah benda, maka
usaha total yang diperoleh atau dilepaskan benda tersebut sebesar:
jumlah usaha yang dilakukan tiap gaya, atau usaha yang dillakukan
oleh gaya resultan.
2. Daya
Daya (P) adalah usaha yang dilakukan tiap satuan waktu, secara
matematis didefinisikan sebagai :
dengan :
P = daya (watt)
W = usaha (joule)
t = waktu (s)
1 Kwh adalah satuan energi yang setara dengan 3,6 . 106 watt.detik =
3,6 . 106 joule
3. Energi
Suatu sistem dikatakan mempunyai energi, jika sistem tersebut
suatu sistem sama dengan besarnya usaha yang mampu ditimbulkan
oleh sistem tersebut. Oleh karena itu, satuan energi sama dengan
satuan usaha dan energi juga merupakan besaran skalar (prinsip
usaha-energi: usaha adalah transfer energi yang dilakukan oleh gaya-gaya
yang bekerja pada benda).
Dalam fisika, energi dapat digolongkan menjadi beberapa macam
antara lain :
a. Energi mekanik (energi kinetik + energi potensial)
b. Energi panas
c. Energi listrik
d. Energi kimia
e. Eergi nuklir
f. Energi cahaya
g. Energi suara
Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan yang
terjadi hanyalah transformasi/perubahan suatu bentuk energi ke bentuk
yang lain.
3.1Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh setiap
benda yang bergerak. Energi kinetik suatu benda besarnya
berbanding lurus dengan massa benda dan kuadrat kecepatannya.
Ek = Energi kinetik (joule)
m = massa benda (kg)
v = kecepatan benda (m/s)
Usaha = perubahan energi kinetic
Dari persamaan di atas, usaha dari benda yang bergerak merupakan
perubahan/ selisih energi kinetik akhir dengan energi kinetik awal
benda yang bergerak.
3.2Energi Potensial Gravitasi
Energi potensial gravitasi adalah energi yang dimiliki oleh
suatu benda karena pengaruh tempatnya (kedudukannya). Energi
potensial ini juga disebut energi diam, karena benda yang diam pun
dapat memiliki energi potensial.
Sebuah benda bermmassa m digantung seperti gambar di
bawah ini :
Gambar energi potensial gravitasi
Jika tiba-tiba tali penggantungnya putus, benda akan jatuh,
sehingga dapat dikatakan benda melakukan usaha, karena adanya m
g
gaya berat (w) yang bekerja sejauh jarak tertentu, misalnya h.
Besarnya energi potesial benda sama dengan usaha yang sanggup
dilakukan gaya beratnya selama jatuh menempuh jarak h.
dengan
Ep = Energi potensial (joule)
w = berat benda (N)
m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = tinggi benda (m)
Energi potensial gravitasi tergatung dari : percepatan gravitasi
bumi dan kedudukan benda, massa benda.
3.3Energi Potensial Pegas
Energi potensial yang dimiliki suatu benda karena elastik pegas.
Gaya pegas (F) = k.x
Ep Pegas (Ep) = ½ k. x2
dengan :
k = konstanta pegas dan x = regangan
Hubungan usaha dengan Energi Potensial
3.4Energi Mekanik
Energi mekanik (Em) adalah jumlah antara energi kinetik dan
Karena energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan atau energi itu kekal, maka berlaku hukum kekekalan
energi. Apabila konteks yang dibahas adalah energi mekanik, maka
berlaku hukum kekekalan energi mekanik berikut
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Dikatakan penelitian
eksperimen karena penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh suatu
treatment. Eksperimen pada penelitian ini dimaksudkan untuk menilai ada
tidaknya pengaruh pembelajaran dengan metode problem solving dalam
meningkatkan pemahaman siswa.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desain
One-Grup Pretest-Posttest. One-grup pretest-posttest merupakan penelitian
eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja yang dipilih secara
random dan tidak dilakukan tes kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok
sebelum diberikan perlakuan (dalam http://repository.upi.edu/operator/
upload/s_d025_053751_chapter3.pdf diakses 4 November 2011). Desain
penelitian ini diukur dengan menggunakan pretest yang dilakukan sebelum
diberi perlakuan dan posttest yang dilakukan setelah diberi perlakuan. Pretest
digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa sebelum diberi treatment
sedangkan posttest digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa setelah
diberi treatmen sehingga peningkatan pemahaman dapat diketahui dari
Rancangan eksperimen yang digunakan seperti pada table 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pretest Treatment Posttest
Eksperimen T1 X T2
Keterangan : T1 = Tes awal (pretest) dilakukan sebelum diberi treatment
X = Treatment diberika kepada siswa dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Solving
T2 = Test akhir (posttest) dilakukan setelah diberikan
perlakuan
C. Subyek, Waktu dan Tempat Penelitian 1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X TPA SMK Pangudi
Luhur Muntilan. Hasil dari penelitian ini hanya berlaku untuk subyek yang
diteliti.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran
2011/2012 yaitu bulan Februari – Maret. Tempat penelitian dilaksanakan
D. Treatment
Dalam penelitian ini treatment yang diberikan kepada siswa yaitu berupa
pembelajaran menggunakan metode problem solving. Metode problem solving
yang diterapkan adalah sebagai berikut:
1. Siswa dibagi dalam 8 kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa.
2. Setiap kelompok diberi 4 permasalahan untuk didiskusikan. Satu dari
empat permasalahan ada yang sama dengan kelompok lain.
3. Semua kelompok diberi penjelasan bagaimana cara menyelesaikan
masalah yang diberikan.
4. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk menjelaskan hasil pemecahan
masalah.
5. Kelompok lain dipersilakan untuk bertanya atau menanggapi hasil diskusi
kelompok yang sedang presentasi.
6. Secara bersama-sama, siswa dan guru menyimpulkan konsep fisika yang
terkandung dari pemecahan masalah.
E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah tes tertulis
berupa pretest-posttest. Pretest-posttest yang digunakan berupa tes esai
tertulis sebayak 20 soal. Soal dibuat oleh peneliti sendiri dengan
mempertimbangkan dari sumber-sumber lain. Tes ini digunakan sebagai
(posttest) untuk mengetahui pemahaman konsep siswa setelah dilakukan
treatment. Melalui alat ini diharapkan dapat mengungkap pemahaman
siswa pada konsep usaha dan energi. Cara pemberian skor terhadap
jawaban siswa yaitu skor ½ untuk jawaban yang benar dan tambahan skor
1 ½ untuk pemberian alasan yang benar, lebih lengkap kriteria pen-skoran
terdapat di dalam RPP (RPP terlampir).
2. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah
RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran). RPP dibuat supaya
langkah-langkah dalam pembelajaran tersistematis dengan harapan tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Pembelajaran awal dimulai dengan memberikan pretest. Tes ini
diberikan dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman awal siswa
mengenai konsep usaha dan energi sebelum dilakukan treatment.
Pembelajaran inti dilaksanakan dengan alokasi waktu 3 x 45 menit.
Langkah-langkah pembelajaran dimulai dengan membagi siswa dalam
kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Setiap kelompok diberi
empat permasalah untuk didiskusikan kemudian setiap kelompok
mempresentasikan satu pemecahan masalah dan dibahas secara klasikal.
Setelah dilakukan pembelajaran, pada pertemuan berikutnya
peneliti memberikan posttest. Tes ini diberikan dengan tujuan untuk
mengetahui perubahan pemahaman siswa antara sebelum dan sesudah
F. Validitas Instrumen
Arikuntoro mendefinisikan validitas sebagai keadaan yang
menggambarkan tingkat instrumen bersangkutan yang mampu mengukur apa
yang akan diukur (dalam http://lussysf.multiply.com/journal/item/137 diakses
24 November 2011).
Validitas digolongkan menjadi tiga tipe yaitu validitas isi, validitas
konstruk dan validitas berdasar kriteria (dalam
http://www.ilab.gunadarma.ac.id/Info/modul/NewPTA2011-2012/
Metode%20Riset/MR%20M1.pdf diakses 18 Desember 2011). Dalam
penelitian ini, validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi.
Validitas isi adalah validitas yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap
isi alat ukur dengan analisis rasional (dalam
http://www.ilab.gunadarma.ac.id/Info/modul/NewPTA2011-2012/
Metode%20Riset/MR%20M1.pdf diakses 18 Desember 2011). Menurut
Suryabrata, validitas isi ditegakkan pada langkah telaah dan revisi butir
pertanyaan/ butir pernyataan, berdasarkan pendapat professional (professional
judgement) para penelaah (Suryabrata, dalam Wikaryanto, 2010: 44).
Untuk menjamin validitas instrument penelitian, maka peneliti perlu
menyusun kisi-kisi (Arikuntoro dalam Wikaryanto, 2010: 44). Kisi-kisi yang
Tabel 3.2
Kisi-kisi Sebaran Soal Pretest-Posttest
SUB
Siswa diharapkan mampu :
1. Menganalisis usaha dalam pengertian
fisika
2. Menganalisis pengaruh bidang miring
(pesawat sederhana) terhadap gaya dan
usaha
3. Menganalisis pengaruh perpindahan
terhadap besarnya usaha
4. Menganalisis besarnya usaha akibat
gaya searah perpindahan dan tidak
searah
Siswa diharapkan mampu :
1. Menganalisis hubungan waktu dan daya
2. Menganalisis hubungan usaha dan daya
2 soal 5
SUB
Siswa diharapkan mampu :
1. Menganalisis hubungan usaha dan
energi
2. Mendefinisikan hukum kekekalan
energi beserta contoh perubahan energi
2 soal
Siswa diharapkan mampu :
1. Menganalisis besarnya energi potensial
gravitasi akibat kedudukan suatu benda
2. Menganalisis hubungan kedudukan
benda terhadap besarnya energi
potensial
Siswa diharapkan mampu :
1. Menganalisis besarnya energi kinetik
saat benda diam pada kedudukan
tertentu
2. Menganalisis energi kinetik dan energi
potensial saat benda jatuh bebas
3. Menganalisis pengaruh massa terhadap
energi kinetic
3 soal
10
13
SUB
1. Menganalisis besarnya energi
potensial,energi kinetik dan gaya akibat
regangan
2. Menganalisis hubungan konstanta
pegas terhadap besarnya gaya pegas
dan energi potensial pegas
3. Meganalisis hubungan usaha dan
energi potensial pegas
1. Mengidentifikasi besarnya energi
mekanik pada kedudukan yang berbeda
pada gerak jatuh bebas
2. Menganalisis hukum kekekalan energi
mekanik pada gerak vertikal
3. Menganalisis hukum kekekalam
mekanik pada gerak horisontal
3 soal
17
18
20
G. Metode Analisis Data 1. Analisis Kualitatif
Dalam penelitian ini, analisis kualitatif berisi tentang pemahaman
siswa yang diketahui dari jawaban yang muncul dari hasil pretest dan
posttest. Data hasil dari pretest dianalisis untuk mengetahui pemahaman
awal yang dimiliki siswa. Berdasarkan analisis tersebut, diidentifikasi
pemahaman siswa untuk setiap sub topik berdasarkan indikator.
Data posttest dianalisis untuk mengetahui pemahaman konsep yang
dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan metode
problem solving. Berdasarkan analisis tersebut, diidentifikasi pemahaman
konsep yang dimiliki siswa untuk setiap sub topik berdasarkan indikator.
2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis tingkat
pemahaman awal dan tingkat pemahaman akhir yang dimilki siswa serta
mengetahui apakah ada perubahan yang signifikan antara pemahaman
konsep siswa sebelum dilakukan treatment dan sesudah treatment. Analisis
kuntitatif dilakukan dengan cara melakukan klasifikasi tingkat pemahaman
siswa dan dengan analisis statistika menggunakan Uji T kelompok
dependen.
a. Pengklasifikasian tingkat pemahaman siswa
Dari pretes dan posttest, berdasarkan skor rata-rata yang
diklasifikasi menjadi: sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat
kurang. Dari pengklasifikasian tersebut maka akan terlihat apakah
terjadi perubahan pemahaman atau tidak. Menurut Kartika Budi,
pengklasifikasian dilakukan melalui proses penentuan passing score
dan menentukan aturan konversi (Kartika Budi, 2007: 92). Passing
score adalah skor terendah untuk nilai cukup. Pertimbangan yang
digunakan untuk menentukan passing score adalah fasilitas sekolah,
kemampuan guru, dan kemampuan siswa.
Langkah pengklasifikasian yang digunakan peneliti adalah
sebagai berikut:
- Passing score dipilih 60%
- Aturan konversi
Untuk kelompok atas yaitu cukup, baik, dan sangat baik ada 3
klasifikasi. Lebar interval skornya: 100-59 = 41, maka setiap
klasifikasi menempati interval skor yang lebarnya 41 : 3 = 13 dan sisa
2. Ditetapkan tingkat pemahaman amat baik menempati interval skor
yang lebarnya 13, sedangkan baik dan cukup masing-masing
menempati interval skor 14. Jadi tingkat pemahaman cukup untuk
interval 60% - 73%, baik : 74% - 87%, sangat baik : 88% - 100%.
Ditetapkan untuk tingkat pemahaman kurang adalah 40%, sehingga
Tabel 3.3
Klasifikasi Tingkat Pemahaman Siswa
No Interval Skor (%)
Tingkat Pemahaman Siswa
1 1 - 39 Sangat kurang
2 40 – 59 Kurang 3 60 – 73 Cukup 4 74 – 87 Baik 5 88 – 100 Sangat baik
Untuk menentukan skor (%) = x 100%
Dengan pedoman tebel klasifikasi tingkat pemahaman siswa, maka
berdasarkan skor(%) yang diperoleh siswa, kita dapat menentukan
termasuk tingkat pemahaman mana yang dimiliki siswa.
b. Analisis statistik Test –T kelompok dependen.
Dari hasil pretest dan posttest dilakukan pengukuran berupa
nilai dari setiap siswa. Pengukuran dilakukan dengan kriteria
penskoran sebagai berikut: untuk setiap konsep, apabila jawaban
benar skor ½ dan apabila alasan jawaban benar maka tambahan nilai
1½. Cara penilaian hasil pretest dan posttest adalah dengan membagi
skor yang diperoleh siswa dengan skor maksimal kemudian dikalikan
dengan 100,
Untuk mengetahui apakah metode pembelajaran menggunakan
metode problem solving mampu meningkatkan pemahaman konsep
siswa, peneliti menggunakan analisis uji Test-T untuk kelompok
dependen. Kelompok dependen adalah kelompok yang saling
tergantung, berkaitan, atau bahkan sama (Suparno, 2006: 71).
Perhitungan Test –T kelompok dependen
̅
̅
√
⌈ ( ) ⌉( )
Keterangan : ̅
= nilai rata-rata pretest
̅
= nilai rata-rata posttest
D = perbedaan antara skor tiap subyek ̅ ̅
N = Jumlah pasang skor
Df = N – 1
tcritdiperoleh dari table dengan level signifikan α 0,05 (tabel nilai tcrit
untuk Tes-T kelompok dependen terlampir).
Jika tobser > tcrit maka signifikan berarti terjadi peningkatan pemahaman
34
BAB IV
DATA DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Pangudi Luhur Muntilan,
dilaksanakan pada tanggal 18 Februari sampai 3 Maret 2012. Berikut ini
proses pengambilan data yang dilakukan di kelas X TPA SMK Pangudi Luhur
Muntilan.
Tabel 4.1
Proses Pelaksanaan Penelitian
No Hari/ tanggal Pukul Kegiatan
1 Sabtu, 18 Februari 2012 10.45 – 11.45 Pretest
2 Sabtu, 25 Februari 2012 10.30 – 11.50
Pembelajaran usaha dan
energi menggunakan
metode problem solving
3 Sabtu, 3 Maret 2012
10.15 – 10.45 Melanjutkan pembelajaran
10.45 – 11. 45 Posttest
B. Data dan Analisis Kualitatif
Berdasarkan hasil pretest dan posstest diperoleh data pemahaman
siswa mengenai konsep usaha dan energi sebelum dan sesudah
pembelajaran, data tersebut diidentifikasi berdasarkan indikator setiap sub
1.1 Usaha
a. Menganalisis pengertian usaha dalam fisika (kasus yang diajukan soal nomor 1)
Tabel 4.2
Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Pengertian Usaha Dalam Fisika
Sebelum Pembelajaran Sesudah Pembelajaran
Jawaban Siswa Analisis Pemahaman Siswa Jawaban Siswa Analisis Pemahaman Siswa
- Apabila seseorang
memberikan gaya, maka
dianggap melakukan
usaha
- Untuk mengangkat beban
maka diperlukan usaha
memberikan gaya, maka itu
sudah merupakan usaha, entah
itu ada perpindahan atau tidak
(konsep yang salah) padahal
usaha itu selain ada gaya harus
ada perpindahan.
- Siswa masih ada yang belum
mengenal usaha dalam
- Disebut usaha harus ada
gaya dan jarak
- Usaha adalah semua
- Secara umum, pemahaman siswa mengenai usaha
sudah hampir benar, hanya
saja siswa masih
menganggap sama
perpindahan dan jarak
sehingga mereka
menyebutkan usaha harus
ada gaya dan jarak
untuk melawan gravitasi
- Usaha membutuhkan gaya
dan waktu
- Usaha adalah segala
sesuatu yang dilakukan
untuk mencapai tujuan
- Usaha terjadi apabila ada
gaya dan perpindahan
(konsep ilmiah)
pengertian fisika, mereka
menganggap usaha adalah cara
untuk mencapai suatu tujuan
(usaha dalam pengertian
sehari-hari)
- Ada satu siswa yang hampir
memahami usaha secara benar
hanya saja dia menganggap
usaha butuh gaya dan jarak
(seharusnya perpindahan)
kegiatan untuk mencapai
tujuan
- Usaha harus ada gaya dan
perpindahan (konsep
b. Menganalisis pengaruh bidang miring terhadap besarnya gaya dan usaha (kasus yang diajukan soal nomor 2)
Tabel 4.3
Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Pengaruh Bidang Miring Terhadap Besarnya Gaya dan Usaha
Sebelum Pembelajaran Sesudah Pembelajaran
Jawaban Siswa Analisis Pemahaman Siswa Jawaban Siswa Analisis Pemahaman Siswa
- Bidang miring memperkecil
gaya dan usaha untuk
benda-benda dengan bentuk
tertentu (bola dan tabung)
- Apabila menggunakan
bidang miring maka tidak
memerlukan gaya dan usaha
- Bidang miring mengurangi
gaya dan usaha
- Bidang miring untuk
meringankan beban
- Siswa memiliki pemahaman bahwa bidang miring dapat
memperkecil gaya yang
diperlukan dan juga bidang
miring membuat usaha
semakin kecil, padahal
meskipun gaya lebih kecil
bukan berarti usaha makin
kecil, karena bila
- Bidang miring bisa
memperkecil gaya dan
usaha
- Bidang miring tidak
berpengaruh terhadap
gaya dan usaha
- Usaha untuk
- Sebagian besar siswa
beranggapan bahwa apabila
menggunakan bidang
miring maka gaya yang
dibutuhkan akan semakin
kecil (konsep ilmiah) dan
usaha juga akan semakin
kecil karena gaya semakin
kecil (konsep yang salah).
Meskipun gaya kecil tetapi
- Bila menggunakan bidang
miring, akan membuat jarak
tempuh yang berbeda
sehingga gaya dan usaha
juga berbeda
- Bidang miring membantu
usaha
- Perpindahan lebih besar,
waktu lebih banyak, menjadi
butuh gaya yang besar
- Menggunakan bidang miring
membuat gaya lebih kecil
- Bila menggunakan bidang
miring, gaya semakin besar
sehingga usaha semakin
kecil
semakin besar maka usaha
tetap (pada dasarnya bidang
miring hanya membantu
- Bidang miring membuat
gaya menjadi lebih kecil
tetapi perpindahan
- Gaya tanpa bidang miring
lebih besar, tetapi usaha
menggunakan bidang
miring lebih besar karena
perpindahan lebih jauh
besar sehingga usaha akan
tetap (pesawat sederhana
hanya membatu usaha
c. Menganalisis pengaruh perpindahan terhadap besarnya usaha (kasus yang diajukan soal nomor 3)
Tabel 4.4
Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Pengaruh Perpindahan Terhadap Besarnya Usaha
Sebelum Pembelajaran Sesudah Pembelajaran
Jawaban Siswa Analisis Pemahaman Siswa Jawaban Siswa Analisis Pemahaman Siswa
- Jarak lebih jauh maka
usaha lebih besar
- Jarak lebih pendek
maka usaha dan gaya
lebih kecil
- Besarnya usaha sama
bila tidak ada gesekan
- Tidak ada gesekan
sama saja tidak ada
usaha
- Siswa beranggapan bahwa
besarnya usaha ditentukan oleh
jarak, besarnya usaha
berbanding lurus dengan jarak
(konsep yang salah). Siswa
belum mengetahui bahwa usaha
dipengaruhi oleh perpindahan
bukan jarak, usaha berbanding
lurus dengan perpindahan
bukan jarak.
- Makin besar jarak,
makin besar usaha
- Siswa sudah memahami
bahwa usaha dipengaruhi
oleh besarnya
perpindahan, bukan jarak
d. Menganalisis besarnya usaha akibat gaya searah dan tidak searah perpindahan (kasus yang diajukan soal nomor 4)
Tabel 4.5
Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Pengaruh Gaya Searah dan Tidak Searah Perpindahan Terhadap Besarnya Usaha
Sebelum Pembelajaran Sesudah Pembelajaran
Jawaban Siswa Analisis Pemahaman Siswa Jawaban Siswa Analisis Pemahaman Siswa
- Sudut mempengaruhi
usaha
- Sudut memperkecil usaha
- Apabila gaya sejajar
dengan bidang alas, maka
gaya tersebut akan lebih
kecil dari pada gaya yang
membentuk sudut
- Sudut memperbesar usaha
atau gaya yang tidak
searah memperbesar usaha
- Siswa beranggapan bahwa
sudut memperkecil usaha,
akan tetapi alasan yang
diberikan masih salah
yaitu mereka beranggapan
bahwa cos dari sudut
digunakan utuk
mengurangi gaya yang
diberikan sehingga gaya
total akan menjadi lebih
kecil
- Apabila gaya sejajar
perpindahan maka usaha
menjadi lebih kecil
- Apabila gaya yang
diberikan adalah sejajar
perpindahan, maka usaha
mejadi lebih besar
- Apabila gaya yang
diberikan membentuk
sudut, maka gaya yang
searah perpindahan akan
- Siswa memahami bahwa
sudut memperkecil gaya
yang searah perpindahan
karena cos dari sudut
akan lebih kecil dari
pada cos apa bila
sudutnya 0 sehigga pada
akhirnya gaya yang
searah perpindahan akan
semakin kecil (konsep
- Sudut mengurangi massa
- Usaha dengan gaya yang
membentuk sudut akan
lebih kecil karena cosα
digunakan utuk
mengurangi usaha
menjadi lebih kecil,
sehingga usahanya juga
akan menjadi lebih kecil
- Apabila gaya yang
diberika searah
perpindahan maka, w = F
x s sedangkan apabila
membentuk sudut, w = F
cosα s dimana nilai cos
lebih kecil dari 1
sehingga yang
membentuk sudut
usahanya akan menjadi
1.2 Daya
a. Menganalisis hubungan waktu dan daya (kasus yang diajukan soal nomor 5)
Tabel 4.6
Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Hubungan Waktu dan Daya
Sebelum Pembelajaran Sesudah Pembelajaran
Jawaban Siswa Analisis Pemahaman Siswa Jawaban Siswa Analisis Pemahaman Siswa
- Apabila waktu makin
singkat maka daya akan
semakin besar
- Daya yang lebih besar akan
menghasilkan energi yang
- Siswa sudah memahami
apabila waktu untuk
melakukan usaha semakin
singkat itu berarti daya
lebih besar (kosep ilmiah),
akan tetapi masih ada
yang beranggapan apabila
waktu makin singkat
dayanya semaki kecil
- P = w/t , apabila usaha
sama dan waktu lebih
kecil, maka daya akan
lebih besar
- Daya semakin besar
karena usaha yang
dilakukan tiap sekon
lebih kecil
- Daya lebih kecil
apabila waktu yang
- Siswa sudah memahami
hubungan waktu dengan
daya, bahwa daya itu
berbanding terbalik
dengan waktu (konsep
ilmiah)
- Ada siswa yang
beranggapan waktu tidak
berpengaruh terhadap
- Waktu lebih kecil maka daya
lebih kecil
- P = F x t
- Usaha sama, waktu bisa lebih
singkat karena disebabkan
lintasan/ jarak tempuh yang
berbeda
- Usaha sama tetapi waktu
yang dibutuhka lebih
singkat,dikarenakan gaya
konstan
dibutuhkan untuk
melakukan usaha lebih
singkat
- Usaha sama, meskipun
waktu berbeda, maka
daya keduanya akan
sama
usahanya sama (konsep
b. Menganalisis hubungan usaha dan daya (kasus yang diajukan soal nomor 6)
Tabel 4.7
Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Hubungan Usaha dan Daya
Sebelum Pembelajaran Sesudah Pembelajaran
Jawaban Siswa Analisis Pemahaman Siswa Jawaban Siswa Analisis Pemahaman Siswa
- Apabila waktu tempuh sama
maka daya juga sama
- Daya lebih besar karena
usaha lebih besar
- Daya adalah usaha yang
dilakukan tiap satuan waktu
- Usaha lebih besar maka
daya lebih kecil
- Berat semakin besar maka
dayanya semakin besar
- Sudah ada siswa yang
memahami bahwa
besarnya daya berbanding
lurus dengan usaha
(konsep ilmiah), akan
tetapi masih banyak siswa
yang keliru dan
makin besar, daya juga
akan makin besar
- Apabila massa lebih
besar, maka daya yang
diperlukan lebih besar
- Usaha lebih kecil maka
- Siswa sudah memahami
hubungan usaha dan daya
dengan benar, tetapi masih
ada siswa yang bingung
dengan hubungan waktu,
- Daya = usaha x waktu
- Berat lebih besar maka daya
akan lebih kecil
- Daya =
- P = w/t
daya lebih besar
- Daya sama karena
waktu tempuh sama
- Usaha berbeda maka
1.3 Konsep Energi
a. Menganalisis hubungan usaha dan energi (kasus yang diajukan soal nomor 7)
Tabel 4.8
Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Hubungan Usaha dan Energi
Sebelum Pembelajaran Sesudah Pembelajaran
Jawaban Siswa Analisis Pemahaman Siswa Jawaban Siswa Jawaban Siswa
- Energi yang dibutuhkan
lebih besar apabila waktu
yang diperlukan untuk
melakukan usaha lebih
besar
- Waktu lebih singkat maka
energi yang dibutuhkan
kebih besar
- Apabila usaha lebih cepat
maka energi lebih besar
- Siswa belum memahami
bahwa usaha adalah selisih
energi awal dan akhir
sehingga bayak siswa yang
beranggapan bahwa
apabila massa lebih besar
dan waktu lebih lama akan
memerlukan energi yang
lbih besar
- Akan dibutuhkan usaha
yang lebih besar
- Siswa sudah melai
- Energi lebih kecil untuk
usaha yang lama karena
energi sama dengan usaha
dibagi waktu
- Bila massa yang diangkat
sama maka energi yang
dibutuhkan sama
dimusnahkan
- makin singkat
melakukan usaha maka
makin sedikit
energinya
- Energi yang
dibutuhkan sama
karena usahanya sama
- Meskipun usaha sama
tetapi apabila
energinya lebih kecil
maka waktu yang
dibutuhkan melakukan
usaha akan lebih lama
dan waktu karena
belum paham
hubungan usaha
adalah selisih
energi awal dan
b. Mendefinisikan hukum kekekalan energi (kasus yang diajukan soal nomor 8)
Tabel 4.9
Hasil Analisis Pemahaman
Siswa Mengenai Hukum Kekekalan Energi
Sebelum Pembelajaran Sesudah Pembelajaran
Jawaban Siswa Analisis Pemahaman Siswa Jawaban Siswa Analisis Pemahaman Siswa
- Energi tidak dapat
diciptakan dan dimusnahkan
hanya bisa
ditransformasikan
- Energi tidak dapat
diciptakan dan dimusnahkan
oleh manusia
- Perubahan bentuk energi
yang berbeda
- Energi adalah hal yang
dilakukan untuk
mengangkat, memindahkan
Pada dasarnya siswa sudah
memandang energi itu tidak bisa
diciptakan dan juga energi tidak
bisa dimusnahkan, akan tetapi
siswa belum memikirkan kalau
energi meskipun tidak dapat
diciptakan maupun dimusnahkan
namun bisa ditransformasikan
dari satu bentuk energi satu ke
bentuk energi yang lain
- Energi tidak dapat
diciptakan atau
dimusnahkan
- Energi tidak dapat
diciptakan dan hanya
bisa di
transformasikan
- Energi tidak dapat
diciptakan dan
dimusnahkan tapi
hanya bisa
ditransformasikan
Siswa sudah memahami
bahwa energi tidak dapat
diciptakan maupun
dimusnahkan namun bisa
ditransformasikan dari satu
bentuk energi ke bentuk
suatu benda
- Hukum pada saat benda
melakukan usaha
- Energi awal yang tidak
dapat dimusnahkan
- Jika energi yang dimiliki
benda tersebut 0 maka
benda itu diam
- Energi tidak akan habis dan
1.4 Energi Potensial Gravitasi
a. Menganalisis energi potensial gravitasi akibat kedudukan suatu benda (kasus yang diajukan soal nomor 9)
Tabel 4.10
Hasil Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Pengaruh Kedudukan Terhadap Besarnya Energi Potensial Gravitasi
Sebelum Pembelajaran Sesudah Pembelajaran
Jawaban Siswa Analisis Pemahaman Siswa Jawaban Siswa Analisis Pemahaman Siswa
- Benda pada ketinggian
tertentu memiliki energi
karena adanya pengaruh
gaya gravitasi
- Benda yang tidak bergerak
tetap memiliki energi
- Memiliki energi potensial
karena dipengaruhi oleh
kedudukan
- Energi potensial dimiliki
apabila benda jatuh dari
- Siswa sudah mempunyai
pemahaman bahwa
meskipun benda tidak
bergerak tapi tetap
memiliki energi, tetapi
ada siswa yang
beranggapan apabila
benda tidak bergerak
maka tidak memiliki
energi
- Suatu benda memiliki
energi potesial apabila
memiliki kedudukan/
ketinggian
- Benda tidak memiliki
energi potensial
apabila tidak ada
kecepatan
- Siswa sudah memiliki
pemahaman bahwa
benda yang memiliki
keduduka berarti
memiliki energi yaitu
energi potensial gravitasi,
disisi lain masih tetap
ada siswa yang
beranggapan bahwa
energi hanya dimiliki
ketinggian/ energi potensial
ada saat benda bergerak
- Benda yang diam tidak
memiliki energi
- Energi potensial dipengaruhi
massa, tinggi dan gravitasi
- Memiliki energi potensial
karena ada beban yang harus
disangga
- Energi potensial dimiliki
karena benda tersebut bisa
bertahan dan tidak jatuh