• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI INTERPERSONAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI INTERPERSONAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Jenny Tieneke Mutiara Corry Carolina M. NIM : 069114073

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Jenny Tieneke Mutiara Corry Carolina M. NIM : 069114073

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

Saat Q tertekan oleh kekecewaan,

Q memilih bersyukur

Saat rencana hidup Q berantakan,

Q memilih berserah

Saat putus asa melingkupiQ,

Q memilih tetap maju

Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan

yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus

Juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang

(6)
(7)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kompetensi interpersonal dan motivasi berprestasi pada siswa di SMP BOPKRI Tiga Yogyakarta. Hipotesis yang diajukan untuk penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kompetensi interpersonal dan motivasi berprestasi. Subjek penelitian ini sebanyak 126 siswa kelas VII dan VIII semester II SMP BOPKRI Tiga Yogyakarta yang terdiri atas 23 siswa kelas VII dan 103 siswa kelas VIII. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan skala Kompetensi Interpersonal dan skala Motivasi Berprestasi. Reliabilitas skala alat ukur diuji dengan teknik koefisienAlpha Cronbach.Pada skala Kompetensi Interpersonal diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.909 dari 40 item dan pada skala Motivasi Berprestasi diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.937 dari 51 item. Data dianalisis dengan teknik korelasiPearson Product Moment.Hasil analisis data menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.577 dan nilai signifikansi antara kompetensi interpersonal dan motivasi berprestasi sebesar 0.000 (p<0.01). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara kompetensi interpersonal dan motivasi berprestasi pada siswa di SMP BOPKRI Tiga Yogyakarta diterima.

(8)

ABSTRACT

This study aimed to determine the relation between interpersonal competence and achievement motivation for student at SMP BOPKRI Tiga Yogyakarta. The hypothesis proposed in this study was that there was a positive relation between interpersonal competence and achievement motivation. The subject of this study were 126 students of 7thand 8thgraders in 2rd semester at SMP BOPKRI Tiga Yogyakarta with 23 students of 7th graders and 103 students of 8thgraders. Collection of data used in this study was interpersonal competence scales and achievement motivation scales. Reliability of scales tested using reliability coefficient Alpha Cronbach. Realibility coefficient interpersonal competence scales was 0.909 of 40 items and realibility coefficient of achievement motivation scales was 0.937 of 51 items. The results of this study analyzed using Pearson Product Moment correlation techniques. The results showed the values of correlation coefficient (r) of 0.577 and 0.000 level of significance (p <0.01). According to these results, the hypothesis that there was a positive relation between interpersonal competence and achievement motivation for student at SMP BOPKRI Tiga Yogyakarta was accepted.

(9)
(10)

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas penyertaan dan kasih-Nya yang berlimpah-limpah sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Hubungan antara Kompetensi Interpersonal dan Motivasi Berprestasi pada Remaja.

Banyak pihak yang telah terlibat di dalamnya, membantu dalam doa dan memberikan perhatian, serta meluangkan waktu dan tenaga sehingga penulisan ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapa di Surga yang selalu menemaniku di segala keadaan. Yang selalu memegang tanganku saat aku tersesat, menghibur hatiku saat bersedih, serta berkenan mengampuni kesalahan yang telah kuperbuat.

2. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku mantan Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan fasilitas-fasilitas dan berbagai kemudahan dalam menyelesaikan skripsi dan kegiatan akademik.

(11)

maupun pada saat menyelesaikan skripsi.

5. Ibu A. Tanti Arini, S. Psi., M.Si. selaku dosen pendamping PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) yang telah banyak membantu baik dalam penulisan laporan PKM maupun materi saat pelaksanaan program. Terima kasih atas waktu dan perhatiannya karena telah membimbing penyelesaian laporan selama 2 semester. Meskipun tidak lolos menuju Pimnas namun saya tetap mendapat pelajaran yang berharga.

6. Semua Bapak/ Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang telah mengajari banyak hal tentang psikologi dan semua karyawan Fakultas Psikologi [especially, Pak Gi, Mas Gandung, Mba Nanik, Mas Muji, Mas Doni, Mas Supri] yang selalu membantu kelancaran kegiatan akademik dan memberikan salam sapa yang ramah.

7. Kepala Sekolah SMP Negeri 14 Yogyakarta, Bapak Drs. Joko Warsito yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyebarkan skala uji coba penelitian. Kepada guru BP yang telah membantu menyebarkan skala kepada para siswa.

(12)

9. Keluarga besar TP. Manurung, SH dan Margaretha Ida Tobing yang selalu mengingatkan, mendukung, membantu, mendoakan dan berharap skripsi ini bisa cepat selesai. Untuk mama, “akhirnya mama ngga sendirian lagi deh di rumah ”. Untuk babe, “sering-sering pulang ke Cirebon dong be, kasian mama sendirian”. Untuk ciciku tersayang, Dessy Anggraini, ST “Jangan terlalu sibuk kerja ya cin, inget masih ada kewajiban lain yang belum selesai dilaksanakan..peace hahaha ^_^”. Untuk kedua keponakanku yang terkasih, Boyke Aditya Manurung & Christian Adiryo Sakti Manurung, “makasih ya selalu sayang sama tante. Btw harus rajin gosok gigi dong kalo mau tidur. Ampun dech! Masa giginya pada busuk gitu…ck..ck…ck.”

(13)

semangatnya..], Ratri [ah..akhirnya selesai juga kegiatan PKM..]. Seluruh teman-teman Fakultas Psikologi angkatan ‘06 yang selalu menemani hari-hari perkuliahan.

11. Toko Gale03, Pak Muklis, Mas Dika, Puput, Mas Ibra [thx mas, sering ngingetin aku buat ngerjain skripsi. Hehe. Btw sepertinya aku punya utang traktir makan Mas Ibra nih.], Mba Eta [thx mba udah banyak2 berbagi pengalaman tentang kuliah, kerjaan, corel draw, dll], Mba Wid’ [thx mba udah ngajarin bermake-up..hehe. suatu saat pasti sangat berguna buat aku.]

12. Untuk pemerintah provinsi DIY yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengambil data try-out di SMPN 14 Yogyakarta.

Yogyakarta, 26 September 2010

(14)

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA... v

ABSTRAK...vi

ABSTRACT...vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...viii

KATA PENGANTAR...ix

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR LAMPIRAN...xvi

A. PENDAHULUAN...1

1. Latar Belakang Masalah...1

2. Tujuan Penelitian dan Permasalahan...8

3. Dasar Teori...10

3.1 Kompetensi Interpersonal...13

3.2 Motivasi Berprestasi...18

(15)

2. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional...31

3. Subjek Penelitian...33

4. Alat Pegumpulan Data...37

5. Metode Analisis Data ...45

C. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN...47

D. KESIMPULAN DAN SARAN...65

E. DAFTAR PUSTAKA...67

(16)

Tabel 1 Pemberian Skor Skala………...….. 34

Tabel 2Blue PrintSkala Kompetensi Interpersonal (Sebelum Uji Coba)...…… 35

Tabel 3Blue PrintSkala Motivasi Berprestasi (Sebelum Uji Coba)... 36

Tabel 4 Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Kompetensi Interpersonal... 40

Tabel 5Blue PrintSkala Penelitian Kompetensi Interpersonal………... 41

Tabel 6 Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Motivasi Berprestasi ………. 42

Tabel 7Blue PrintSkala Penelitian Motivasi Berprestasi ……….. 43

Tabel 8 Gambaran Subjek Penelitian………..………... 49

Tabel 9 Hasil Uji Normalitas Data Kompetensi Interpersonal dan Motivasi Berprestasi………... 52

Tabel 10 Hasil Uji Linieritas Data Kompetensi Interpersonal dan Motivasi Berprestasi... 52

Tabel 11 Hasil Uji Hipotesis KorelasiPearson Product Momentantara Kompetensi Interpersonal dan Motivasi Berprestasi ………….…...… 53

Tabel 12 Deskripsi Statistik Data Empiris …………...…...… 55

Tabel 13MeanTeoritis,MeanEmpiris dan Standar Deviasi ...…...… 56

Tabel 14 Uji Signifikan Kompetensi Interpersonal ...… 56

(17)

1. Reliabilitas dan Validitas Skala Kompetensi Interpersonal dan Motivasi

Berprestasi... 71

2. Uji Normalitas, Uji LInearitas, Uji Korelasi, dan Uji Signifikan Variabel

Penelitian... 104

3. Skala Uji Coba Penelitian Kompetensi Interpersonal dan Motivasi

Berprestasi... 111

4. Skala Penelitian Kompetensi Interpersonal dan Motivasi

Berprestasi... 124

5. Korelasi Biodata Subjek Penelitian... 137

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia. Menurut Munandar (1992), pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Akan tetapi faktanya, sekolah yang merupakan institusi pendidikan formal, dalam beberapa tahun mengalami kemunduran dalam mencetak prestasi.

Hal serupa juga terjadi di wilayah DIY Yogyakarta dimana angka persentase ketidaklulusan UN (Ujian Nasional) siswa SMP dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2009, persentase ketidaklulusan siswa SMP adalah sebesar 6,54 persen atau sekitar 3.112 siswa. Sedangkan pada tahun 2010, jumlah ketidaklulusan tersebut meningkat menjadi 21,98 persen atau sekitar 10.800 siswa dari 49.126 siswa SMP (”Belum lulus UN SMP”, 2010).

(19)

”Perasaan saya campur aduk, belum tahu mau apa setelah ini,” ujar Titin (”100 persen tidak lulus”, 2010).

Di Kota Wonosari juga daitemukan sebanyak 2.237 siswa yang tidak lulus UN SMP dari 10.559 siswa. Meningkatnya angka ketidaklulusan UN SMP tahun 2010 tersebut membuat Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Taufik Yudi, meminta pihak sekolah untuk mengadakan pendekatan kepada siswa yang tidak lulus. Hal tersebut bertujuan agar siswa tidak putus asa dan tetap dapat memanfaatkan ujian ulang.

”Banyak anak yang tidak lulus di satu atau dua mata pelajaran saja. Padahal, nilai mata pelajaran lainnya di atas rata-rata. Untuk siswa semacam ini perlu persiapan khusus dalam menghadapi ujian,” kata Taufik.

Selain itu, Taufik juga meminta siswa yang lulus untuk tidak merayakan kelulusan mereka secara berlebihan sehingga tidak menjatuhkan mental siswa lain yang tidak lulus (”Ujian Nasional tingkat kelulusan siswa”, 2010).

(20)

mengerjakan tugas yang dihadapinya serta berusaha menghasilkan sesuatu yang lebih baik daripada orang lain.

Menurut Davis dan Newstrom (dalam Kartika, Tjahjoanggoro, & Sinambela, 2000), motivasi berprestasi adalah dorongan dalam diri setiap orang untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan. McClelland (dalam Kartika et al., 2000), juga menunjukkan bahwa kebutuhan yang kuat untuk berprestasi berkaitan dengan sejauh mana orang tersebut termotivasi untuk melaksanakan tugasnya. Ciri-ciri yang tampak pada tingkah laku orang yang memiliki motif berprestasi tinggi adalah menyenangi jenis tugas yang menuntut tanggungjawab pribadi, mencari balikan dari perbuatannya, senang memiliki tugas yang mengandung tantangan dengan tingkat risiko sedang namun bisa dicapai secara nyata, dan lebih kreatif serta berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru.

Heckhausen (dalam Djaali, 2007) juga mengemukakan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri siswa yang selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam suatu aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan.

(21)

(2009), siswa yang menyukai suatu materi mata pelajaran maka ia dapat belajar dengan keras untuk sebuah ujian. Selain itu, lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah juga mempengaruhi motivasi berprestasi pada siswa. Menurut Gunarsa (1991), adanya rasa kurang sesuai dengan teman-teman di sekolah dapat mnyebabkan remaja enggan ke sekolah dan mengakibatkan remaja enggan belajar.

(22)

tidak diberikan strategi belajar mengajar dengan bekerja kelompok memungkinkan siswa lebih pada posisi pasif sebagai penerima informasi, hanya mencatat ataupun pura-pura mencatat dengan menggambar kartun di buku, dan tidak bertanya ketika guru memberikan waktu bagi siswa yang ingin bertanya.

Tanlain (2001) juga mengungkapkan bahwa adanya hubungan yang positif dan signifikan antara kohesivitas dengan prestasi akademik pada kelompok formal remaja. Adanya frekuensi interaksi yang tinggi antara anggota kelompok baik di asrama maupun di sekolah memungkinkan timbulnya keterbukaan, sharing, penerimaan, dukungan, kerjasama, dan kepercayaan antar anggota kelompok. Adanya aturan-aturan asrama yang harus dipatuhi bersama-sama dan anggota asrama yang seluruhnya terdiri dari siswa SMU Pangudi Luhur Van Lith Muntilan dapat memberikan dorongan positif bagi kegiatan siswa. Siswa menjadi tidak kesulitan ketika memerlukan teman belajar, teman berdiskusi ataupun teman untuk meminjam alat-alat belajar tertentu yang mungkin kebetulan belum dimilikinya. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai koefesien (r) sebesar 0,658 dan p < 0.

(23)

juga mengungkapkan bahwa remaja yang memiliki pertemanan yang dekat, mendukung, dan stabil biasanya memiliki pandangan yang tinggi terhadap diri mereka sendiri, berprestasi di sekolah, dan mudah bergaul, serta tidak cenderung bersikap bermusuhan, gelisah atau tertekan.

Menurut Albert Bandura dan Zimmerman (dalam Papalia et al., 2008), siswa yang yakin bahwa mereka dapat menguasai materi akademis dan mengatur pembelajaran mereka sendiri, memiliki kecenderungan lebih besar mencoba berprestasi dan lebih cenderung sukses ketimbang siswa yang tidak yakin dengan kemampuannya sendiri.

(24)

Spitzberg dan Cupach (dalam Almesa, Widyastuti, & Mardiana, 2007), mengungkapkan bahwa kompetensi interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang efektif. Kompetensi interpersonal di sini terdiri atas kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk membentuk suatu interaksi yang efektif. Kemampuan ini ditandai oleh adanya karakteristik-karakteristik psikologis tertentu yang sangat mendukung dalam menciptakan dan membina hubungan antar pribadi yang baik dan memuaskan. Individu yang memiliki kompetensi interpersonal memiliki pengetahuan tentang perilaku non-verbal orang lain, dapat menyesuaikan komunikasi dengan konteks interaksi, dan menyesuaikannya dengan orang yang ada dalam interaksi tersebut. Selain itu, Buhrmester, Furman, Wittenberg, dan Reis (dalam Almesa et al., 2007) juga mengemukakan bahwa terdapat lima aspek kompetensi interpersonal yaitu kemampuan inisiatif, kemampuan membuka diri, bersikap asertif, dapat memberikan dukungan emosional, dan mampu mengatasi konflik.

(25)

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari permasalahan tersebut di atas maka dapat dirumuskan satu permasalahan yang dapat diteliti yaitu: apakah ada hubungan positif antara kompetensi interpersonal dan motivasi berprestasi pada siswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kompetensi interpersonal dan motivasi berprestasi pada siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagaimana kompetensi interpersonal berpengaruh terhadap motivasi berprestasi sehingga pencapaian hasil belajar siswa yang optimal dapat tercapai.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

(26)

kelompok belajar guna pencapaian prestasi siswa.

b. Bagi Sekolah

(27)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Siswa sebagai Remaja

1. Pengertian Remaja

Menurut Pikunas (dalam Syafitri, 2004), remaja adalah suatu tahapan pencarian diri yang ditandai dengan kedekatan dan pembentukan kelompok-kelompok dengan teman sebaya; pencarian nilai-nilai baru; pengembangan kepribadian dan identitas diri dalam usaha mencapai status orang dewasa yang memiliki tugas dan tanggung jawab. Menurut Papalia et al., (2008), masa remaja juga merupakan transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mengandung perubahan besar fisik, kognitif, dan psikososial.

Masa remaja dimulai pada usia 12 tahun sampai 18 tahun (Monks & Knoers, 2006). Menurut Hurlock (dalam Anastasia, 2004), di masa remaja, seseorang juga belajar menyesuaikan diri dari peran seorang anak sehingga ia dapat menerima peran sebagai orang dewasa.

(28)

menyesuaikan diri sebagai pencarian identitas, yang dimulai pada usia 12 sampai 18 tahun.

2. Tugas Perkembangan Siswa sebagai Remaja

Dalam teori perkembangan kognitif Piaget (dalam Djiwandono, 2008), masa remaja adalah tahap transisi dari pemikiran operasional konkret menjadi pemikiran operasional formal. Pada tahap ini, remaja dapat berpikir abstrak dan berpikir idealistis. Menurut Santrock (1995), dengan pemikiran remaja yang abstrak, remaja dapat membangkitkan situasi-situasi khayalan tentang masa depan, kemungkinan-kemungkinan hipotesis, atau dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak ataupun pemikiran-pemikiran fantasi yang mengarah ke masa depan. Sedangkan pemikiran idealistis remaja, membuat remaja mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi diri mereka sendiri dan orang lain, serta membandingkan diri mereka dan orang lain dengan standar-standar ideal. Adanya pemikiran operasional formal pada remaja membantu remaja untuk mulai memikirkan karier mereka di masa mendatang.

(29)

mengekspresikan dirinya sendiri dan berusaha untuk mengerti akan orang lain. Remaja juga belajar bagaimana berbicara dari hati ke hati tentang perasaan dan pikiran mereka dengan cara-cara yang dapat dimengerti oleh orang lain, terutama teman sebaya.

Menurut Buhrmester, Berndt & Perry, Hartup & Sterens, dan Lauren (dalam Papalia et al., 2008), pertemanan pada remaja menjadi lebih resiprokal. Mereka lebih menyandarkan dukungan dan intimasi pada teman daripada orangtua, mereka juga dapat berbagi rahasia lebih banyak dari yang dilakukan anak yang lebih muda. Buhrmester (dalam Papalia et al., 2008) juga mengungkapkan bahwa pertemanan memberikan tempat bagi remaja untuk mengemukakan pendapat, pengakuan kelemahan, dan mendapatkan bantuan dari masalah. Adanya kepercayaan terhadap teman juga membantu remaja dalam mengemukakan perasaan mereka sendiri, mendefinisikan identitas mereka, dan memvalidasi harga diri mereka.

(30)

dengan jaringan sosial, akan memunculkan banyak problem dan gangguan. Gangguan ini dapat berupa kejahatan, mabuk-mabukkan, hingga depresi.

Periode remaja, sama seperti periode sebelum atau sesudahnya juga

memiliki suatu tugas perkembangan yang harus dilaksanakan. Tugas

perkembangan remaja menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1980) yaitu :

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif. d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab. e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang

dewasa lainnya.

f. Mempersiapkan karir ekonomi.

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku dan mengembangkan ideologi.

B. Kompetensi Interpersonal

1. Pengertian Kompetensi Interpersonal

(31)

untuk melakukan komunikasi yang efektif. Kompetensi interpersonal di sini terdiri atas kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk membentuk suatu interaksi yang efektif. Kemampuan ini ditandai oleh adanya karakteristik-karakteristik psikologis tertentu yang sangat mendukung dalam menciptakan dan membina hubungan antar pribadi yang baik dan memuaskan. Individu yang memiliki kompetensi interpersonal memiliki pengetahuan tentang perilaku non-verbal orang lain, dapat menyesuaikan komunikasi dengan konteks interaksi, dan menyesuaikannya dengan orang yang ada dalam interaksi tersebut.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi interpersonal adalah suatu kemampuan untuk menjalin hubungan yang efektif dengan orang lain.

2. Aspek Kompetensi Interpersonal

Menurut Buhrmester et al. (dalam Almesa et al., 2007; Nashori, 2000; Nashori, 2003), kompetensi interpersonal memiliki lima aspek, yaitu:

a. Kemampuan berinisiatif

(32)

dengan lingkungan sosial yang lebih besar. Menurut Nashori (2003), inisiatif merupakan usaha pencarian pengalaman baru yang lebih banyak dan luas tentang dirinya sendiri. Hal ini bertujuan untuk mencocokkan sesuatu atau informasi yang telah diketahui agar dapat lebih memahaminya.

b. Kemampuan membuka diri

Menurut Lukman (dalam Almesa et al., 2007), self-disclosure

(sikap terbuka) merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkap informasi yang bersifat pribadi mengenai dirinya, dan membagikannya kepada orang lain. Kartono dan Gulo (dalam Almesa et al., 2007), juga mengungkapkan bahwa self-disclosure adalah suatu proses yang dilakukan seseorang hingga dirinya dapat dikenal oleh orang lain. Dalam mengungkapkan diri, menurut Wrightman dan Deaux (dalam Almesa et al., 2007), individu mengungkapkan informasi yang bersifat pribadi mengenai dirinya dan memberikan perhatian kepada orang lain. Hal ini memperluas kesempatan untuk terjadinyasharing.

(33)

membantu individu dalam melakukan katarsis. c. Kemampuan bersikap asertif

Menurut Pearlman dan Cozby (dalam Nashori, 2003), asertivitas adalah kemampuan dan kesediaan individu untuk mengungkapkan perasaan secara jelas dan dapat mempertahankan hak-haknya dengan tegas. Calhoun dan Acocella (dalam Nashori, 2000) berpendapat bahwa kemampuan bersikap asertif adalah kemampuan untuk meminta orang lain melakukan sesuatu yang diinginkan, atau menolak hal yang tidak diinginkan. Kemampuan bersikap asertif ini dapat mempermudah individu dalam melakukan komunikasi interpersonal yang efektif.

Menurut Nashori (2003), kemampuan bersikap asertif adalah kemampuan untuk mengungkapkan perasaan-perasaan secara jelas, meminta orang lain melakukan sesuatu, dan menolak melakukan hal yang tidak diinginkan tanpa melukai perasaan orang lain.

d. Kemampuan memberikan dukungan emosional.

(34)

kemampuan untuk memahami perasaan orang lain. Sikap empati ini akan dapat mempererat hubungan interpersonal individu. Selain itu, menurut Barker dan Lemie (dalam Nashori, 2000), dukungan emosional mencakup kemampuan untuk menenangkan dan memberi rasa nyaman kepada orang lain ketika orang tersebut dalam keadaan tertekan dan bermasalah.

e. Kemampuan mengatasi konflik

(35)

mengembangkan konsep harga diri yang baru.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa kompetensi interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan interaksi yang memiliki tujuan, efektif dan harmonis, sehingga individu dapat diterima secara sosial oleh sesamanya. Kemampuan ini ditunjukkan dengan kemampuan individu untuk berinisiatif membina hubungan interpersonal, kemampuan membuka diri, kemampuan bersikap asertif, kamampuan untuk memberikan dukungan emosional, dan kemampuan mengatasi konflik-konflik dalam hubungan interpersonal.

C. Motivasi Berprestasi

1. Pengertian Motivasi Berprestasi

(36)

Woolfolk (1995) juga mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi merupakan hasrat atau dorongan untuk meningkatkan suatu keunggulan dan meraih suatu kesuksesan. Jadi, bisa dikatakan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi adalah individu yang memiliki orientasi pada tugas, menyukai pekerjaan-pekerjaan yang menantang dan selalu berjuang untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Heckhausen (dalam Djaali, 2007) juga menambahkan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri siswa yang selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam suatu aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan. Standar keunggulan ini terbagi atas tiga komponen, yaitu standar keunggulan tugas, diri, dan siswa lain. Standar keunggulan tugas adalah standar yang berhubungan dengan pencapaian tugas yang sebaik-baiknya. Standar keunggulan diri adalah standar yang berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi yang pernah dicapai selama ini. Sedangkan standar keunggulan siswa lain adalah standar keunggulan yang berhubungan dengan prestasi yang dicapai oleh siswa lain.

(37)

maupun dari luar individu itu sendiri (eksternal) untuk memperjuangkan, mengungguli, dan mencapai prestasi atau keberhasilan yang dihubungkan dengan seperangkat standar keunggulan tertentu.

2. Ciri-ciri Individu yang Memiliki Motivasi Berprestasi Tinggi

Berdasar uraian Johson dan Schwitzgebel & Kalb (dalam Djaali, 2007), dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas hasil-hasilnya dan bukan atas dasar untung-untungan, nasib, atau kebetulan.

b. Memilih tujuan yang realistis tetapi menantang daripada tujuan yang terlalu mudah dicapai atau terlalu besar risikonya.

c. Mencari situasi atau pekerjaan dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaannya.

d. Senang bekerja sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain. e. Mampu menangguhkan pemuasan keinginannya demi masa depan

yang lebih baik.

(38)

merupakan lambang prestasi, suatu ukuran keberhasilan.

Menurut Atkinson (dalam Djaali, 2007), motivasi berprestasi yang ada pada diri seseorang merupakan hasil dari interaksi antara harapan akan sukses dan rasa takut akan kegagalan. Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi pada umumnya harapan akan suksesnya selalu mengalahkan rasa takut akan kegagalan. Ia selalu merasa optimis dalam mengerjakan setiap apa yang dihadapinya sehingga setiap saat selalu termotivasi untuk mencapai tujuannya.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi adalah individu yang selalu merasa optimis dalam mengerjakan setiap apa yang dihadapinya, mempunyai tanggung jawab pribadi, menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan standar unggulan, berusaha bekerja kreatif, berusaha mencapai cita-cita, memiliki tugas yang moderat, melakukan kegiatan sebaik-baiknya, serta mengadakan antisipasi.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi:

a. Teman sebaya

(39)

muda, meskipun remaja cenderung menyangkal bahwa mereka pernah membandingkan diri mereka dengan orang lain. Ruble (dalam Santrock, 2009), juga menegaskan bahwa dengan membandingkan diri remaja dengan teman sebaya maka mereka dapat mengetahui dimana posisi mereka secara akademis dan secara global.

b. Guru dan orangtua

(40)

C. Status sosioekonomi

Menurut Gibbs (dalam Santrock, 2007), murid dari keluarga berpendapatan menengah ke atas, situasi akademisnya lebih baik ketimbang murid dari keluarga berpendapatan rendah. Mereka mempunyai ekspektasi kesuksesan yang lebih baik, aspirasi lebih tinggi, dan lebih mengakui arti penting dari usaha keras. Menurut Santrock (2007), etnis minoritas juga umumnya berasal dari keluaraga berpendapatan rendah yang lebih dari setengahnya berhak untuk mendapat pendidikan gratis atau pengaurangan biaya. Selain itu, sekolah di daerah ini jika dibandingkan dengan sekolah lain, umumnya lebih kecil memberikan layanan akademik yang baik, pelajaran yang maju, dan pelajaran yang menantang keahlian berpikir aktif si murid. Bahkan murid yang termotivasi berprestasi merasa kesulitan untuk belajar dalam konteks seperti itu.

D. Hubungan antara Kompetensi Interpersonal dan Motivasi Berprestasi

pada Siswa

(41)

kaitannya dengan kemampuan individu. Kemampuan di sini artinya bukan hasil bawaan dari lahir tetapi merupakan kapabilitas yang diraih dari usaha dalam mengembangkan diri (developmental process). Adanya kemampuan remaja itu sendiri dalam menjalin hubungan interpersonal yang efektif tentunya dapat mendukung terjalinnya hubungan yang dekat dengan teman sebaya. Kemampuan dalam menjalin hubungan interpersonal yang efektif disebut juga sebagai kompetensi interpersonal.

Kompetensi interpersonal merupakan kemampuan untuk menjalin hubungan yang efektif dengan orang lain. Individu yang kompeten secara interpersonal memiliki kemampuan dalam mengembangkan interaksi yang efektif dengan orang lain. Dengan demikian individu tersebut mampu mengembangkan inisiatif dalam membina hubungan interpersonal, mampu bersikap asertif, mampu membuka diri, mampu memberikan dukungan emosional, dan mampu mengatasi konflik yang muncul dari hubungan interpersonalnya (Buhrmester et al., dalam Almesa et al., 2007).

(42)

seseorang yang memiliki keyakinan akan kemampuan diri maka mengerti sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya.

Menurut Baron & Byrne (dalam Nashori, 2003), dalam situasi konflik ada empat kemungkinan yang terjadi. Kemungkinan tersebut yaitu memutuskan mengakhiri hubungan, mengharapkan keadaan membaik dengan sendirinya, menunggu masalah menjadi lebih buruk, dan berusaha untuk menyelesaikan permasalahan. Apabila seseorang melakukan hal yang terakhir, maka ia berarti memiliki kemampuan untuk mengatasi konflik. Kemampuan untuk mengatasi konflik ini meliputi sikap untuk menyusun suatu penyelesaian masalah, mempertimbangkan kembali penilaian atas suatu masalah, dan mengembangkan konsep harga diri yang baru. Adanya kemampuan mengatasi konflik dapat mendukung sikap obyektif seseorang dalam memandang permasalahan. Menurut Lauster (dalam Masbow, 2009), sikap obyektif adalah sikap yang memandang permasalahan atau segala sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, dan bukan menurut kebenaran pribadi.

(43)

dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya, mempertimbangkan berbagai pilihan, serta membuat keputusan sendiri.

Martin (dalam Asmiana, 2003) melakukan penelitian tentang rasa percaya diri pada 144 pelajar Indian pada BIA Boerding School yang berada di Oklahoma. Dalam hasil penelitiannya, menunjukkan bahwa pelajar yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan lebih cepat untuk menyelesaikan studinya dibandingkan dengan pelajar yang memiliki rasa percaya diri lebih rendah. Selain itu, Kloosterman (dalam Asmiana, 2003) meneliti tentang rasa percaya diri pada 266 wanita dan 233 pria pelajar School in South-Central Indiana. Pada hasil penelitiannya, menunjukkan bahwa rasa percaya diri sangat penting bagi pelajar untuk berhasil dalam belajar Matematika. Adanya rasa percaya diri, pelajar akan lebih termotivasi dan lebih menyukai belajar Matematika, sehingga pelajar yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi lebih berhasil dalam belajar Matematika.

(44)

kesuksesan semakin sulit untuk dicapai.

Dengan demikian, adanya kepercayaan diri pada siswa dapat mendukung motivasi berprestasi mereka. Menurut Lauster (dalam Masbow, 2009) orang yang memiliki percaya diri adalah orang yang memiliki keyakinan akan kemampuan diri, optimis, obyektif, bertanggung jawab, rasional dan realistis dalam menganalisa suatu masalah. Sikap-sikap ini dapat mendukung penyelesaian tugas yang menuntut tanggungjawab dan pemilihan tujuan yang realistis tetapi menantang. Menurut Johson dan Schwitzgebel & Kalb (dalam Djaali, 2007), individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi adalah individu yang menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggungjawab; dapat memilih tujuan yang realistis tetapi menantang; mencari situasi dimana ia memperoleh umpan balik; senang bekerja sendiri dan bersaing; mampu menangguhkan pemuasan keinginannya; serta tidak tergugah untuk sekedar mendapatkan uang, status, atau keuntungan lainnya.

(45)
(46)

Bagan Hubungan antara Kompetensi Interpersonal dan Motivasi Berprestasi pada Siswa

Memiliki kompetensi interpersonal

Lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan

Remaja menjadi percaya diri

1. Memiliki keyakinan akan kemampuan diri

2. Optimis 3. Obyektif

4. Bertanggung jawab 5. Rasional dan realistis

dalam menganalisa suatu masalah

Memiliki motivasi berprestasi

1. Menyukai tugas yang menuntut tanggungjawab 2. Memilih tujuan yang

realistis tetapi menantang 3. Mencari situasi yang

memperoleh umpan balik 4. Senang bekerja sendiri

dan bersaing

5. Mampu menangguhkan pemuasan keinginannya 6. Tidak tergugah untuk

mendapatkan uang, status, atau keuntungan lainnya

Kompetensi Interpersonal

1. Berinisiatif 2. Membuka diri 3. Asertif

4. Memberikan dukungan emosional

(47)

E. Hipotesis

(48)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Menurut Supratiknya (2000), jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional, yaitu tipe penelitian dengan menggunakan karakteristik yang berupa hubungan antara dua variabel atau lebih. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara dua variabel, yaitu kompetensi interpersonal dan motivasi berprestasi pada siswa.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : Kompetensi interpersonal 2. Variabel Tergantung : Motivasi berprestasi

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Kompetensi interpersonal

(49)

a. Kemampuan berinisiatif b. Kemampuan membuka diri c. Kemampuan bersikap asertif

d. Kemampuan memberikan dukungan emosional. e. Kemampuan mengatasi konflik

2. Motivasi berprestasi

Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan atau keinginan yang berasal baik dari dalam diri individu (internal) maupun dari luar individu itu sendiri (eksternal) untuk memperjuangkan, mengungguli, dan mencapai prestasi atau keberhasilan yang dihubungkan dengan seperangkat standar keunggulan tertentu.

Motivasi berprestasi diukur dengan menggunakan skala motivasi berprestasi yang merujuk pada Johson dan Schwitzgebel & Kalb (dalam Djaali, 2007), yang menyatakan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas hasil-hasilnya dan bukan atas dasar untung-untungan, nasib, atau kebetulan.

(50)

c. Mencari situasi atau pekerjaan dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaannya.

d. Senang bekerja sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain. e. Mampu menangguhkan pemuasan keinginannya demi masa depan

yang lebih baik.

f. Tidak tergugah untuk sekedar mendapatkan uang, status, atau keuntungan lainnya. Ia akan mencarinya apabila hal-hal tersebut merupakan lambang prestasi, suatu ukuran keberhasilan.

D. Subjek Penelitian

(51)

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala berisi pernyataan yang terkait dengan kompetensi interpersonal dengan motivasi berprestasi. Metode penskalaan dalam penelitian ini menggunakan model Likert. Aitem-aitem pada kedua skala dibagi dalam dua kelompok, yaitufavorabledanunfavorable.Aitemfavorable

adalah aitem-aitem yang mendukung indikator-indikator variabel, sedangkan aitem-aitemunfavorable adalah aitem-aitem yang tidak mendukung indikator-indikator variabel. Pada setiap skala, jawaban atas aitem-aitem terdiri dari empat alternatif yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun skor untuk tiap aitem favorable dan

unfavorabledapat dilihat dalam tabel.

Tabel 1

Pemberian Skor Skala

Pilihan Jawaban Aitemfavorable Aitem

unfavorable

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

(52)

bobot tertinggi untuk jawaban yang palingfavorable.

Adapun skala dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Skala Kompetensi Interpersonal

Alat ukur skala kompetensi interpersonal berdasarkan lima aspek, yaitu sebagai berikut:

a. Kemampuan berinisiatif b. Kemampuan membuka diri c. Kemampuan bersikap asertif

d. Kemampuan memberikan dukungan emosional e. Kemampuan mengatasi konflik

Tabel 2 Blue Print

Skala Kompetensi Interpersonal (Sebelum Uji Coba)

No Aspek Kompetensi Interpersonal

Keterangan Nomor soal Jumlah soal

Bobot

Favorable 1, 6, 17, 31, 44, 54

6 soal 10% 1. Kemampuan

berinisiatif

Unfavorable 11, 22, 27, 36, 47, 51

6 soal 10%

Favorable 2, 18, 23, 37, 45, 57

6 soal 10% 2. Kemampuan

membuka diri

Unfavorable 7, 12, 28, 32, 48, 52

6 soal 10%

Favorable 3, 13, 24, 38, 41, 53

6 soal 10% 3. Kemampuan bersikap

asertif

Unfavorable 8, 14, 19, 33, 43, 56

6 soal 10% 4. Kemampuan

memberikan

dukungan emosional

Favorable 9, 20, 29, 34, 49, 58

(53)

Unfavorable 4, 15, 25, 39, 42, 60

6 soal 10%

Favorable 10, 26, 30, 35, 50, 59

6 soal 10% 5. Kemampuan

mengatasi konflik

Unfavorable 5, 16, 21, 40, 46, 55

6 soal 10%

Jumlah soal 60 soal 100%

2. Skala Motivasi Berprestasi

Untuk mengukur motivasi berprestasi digunakan skala motivasi berprestasi. Skala ini disusun berdasarkan 6 ciri-ciri orang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, yaitu:

a. Menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggungjawab. b. Memilih tujuan yang realistis tetapi menantang.

c. Mencari situasi dimana ia memperoleh umpan balik. d. Senang bekerja sendiri dan bersaing.

e. Mampu menangguhkan pemuasan keinginannya.

f. Tidak tergugah untuk sekedar mendapatkan uang, status, atau keuntungan lainnya.

Tabel 3 Blue Print

Skala Motivasi Berprestasi (Sebelum Uji Coba)

No Aspek Motivasi Berprestasi Keterangan No. Soal Jumlah soal

Bobot

1. Menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas hasil-hasilnya dan bukan atas dasar

Favorable 1, 19, 31, 41,50

(54)

untung-untungan, nasib, atau kebetulan.

Unfavorable 7, 13, 25, 53, 57

5 soal 8,33 %

Favorable 2, 8, 20, 27, 54

5 soal 8,33 % 2. Memilih tujuan yang realistis

tetapi menantang dari tujuan yang terlalu mudah dicapai atau terlalu besar risikonya.

Unfavorable 14, 34, 38, 40, 43

5 soal 8,33 %

Favorable 9, 15, 26, 32, 44

5 soal 8,33 % 3. Mencari situasi atau pekerjaan

dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaannya.

Unfavorable 3, 21, 33, 42, 48

5 soal 8,33 %

Favorable 4, 16, 35, 45, 51

5 soal 8,33 % 4. Senang bekerja sendiri dan

bersaing untuk mengungguli

orang lain. Unfavorable 10, 22, 28, 55, 60

5 soal 8,33 %

Favorable 11, 23, 36, 46, 58

5 soal 8,33 % 5. Mampu menangguhkan

pemuasan keinginannya demi

masa depan yang lebih baik. Unfavorable 5, 17, 29, 52, 59

5 soal 8,33 %

Favorable 12, 24, 37, 49, 56

5 soal 8,33 % 6. Tidak tergugah untuk sekedar

mendapatkan uang, status,

atau keuntungan lainnya. Unfavorable 6, 18, 30, 39, 47

5 soal 8,33 %

Jumlah soal 60 soal 100%

F. Uji Coba Alat Pengumpulan Data

Uji coba alat ukur dilakukan sebelum melakukan penelitian. Uji coba alat ukur ini dilakukan pada siswa kelas VII & VIII SMP Negeri 14 Yogyakarta. Peneliti menggunakan lima kelas sebagai kelas uji coba yaitu siswa kelas VIIC, VIID, VIIIB, VIIIC, dan VIIID. Uji coba alat ukur dilaksanakan pada hari Jumat, 9 April 2010.

(55)

terlebih dahulu pada wakil kepala sekolah yang terkait. Lalu dilanjutkan dengan meminta ijin kepada guru Bimbingan Konseling (BK) untuk membantu mengkoordinir proses uji coba alat ukur. Proses uji coba alat ukur ini dilakukan hanya satu hari karena disesuaikan dengan luangnya jadwal mata pelajaran kelas VII & VIII. Guru kelas VII & VIII disibukkan untuk membantu Ujian Praktek Sekolah kelas IX sehingga peneliti dipersilahkan untuk menggunakan waktu luang tersebut. Peneliti menyebarkan 160 ekslempar kepada siswa dan kembali sejumlah 160 ekslempar.

G. Validitas dan Realibilitas

1. Validitas Isi

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana tes mampu mengukur atribut yang seharusnya diukur. Di dalam validitas, bila menggunakan cara analisis yang tepat, maka akan melihat apa yang sesungguhnya diukur oleh suatu tes dan seberapa cermat hasil ukurnya. Validitas yang digunakan oleh peneliti adalah validitas isi (content validity).

(56)

hendak diungkapkan. Setelah aitem-aitem tersebut dinyatakan sesuai maka peneliti melakukan uji coba alat ukur penelitian.

Validitas isi terdiri dari dua jenis, yaitu validitas muka (face validity) dan validitas logis (logical validity).

a. Validitas muka (face validity)

Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan (apeearance). Apabila penampilan tes telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap atribut yang hendak diukur, maka dapat dikatakan bahwa validittas muka telah terpenuhi. Tanpa adanya validitas muka, tes tidak akan memperoleh apresiasi yang layak dari responden.

b. Validitas logis (logical validity)

Validitas tipe ini menunjuk pada sejauh mana isi tes merupakan wakil dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur sebagaimana telah ditetapkan dalamdomain(kawasan) ukurnya (Azwar, 2007).

2. Seleksi Aitem

(57)

aitem dihitung dengan bantuan SPSS for windows 17 dengan melihat

Cronbach’s Alpha if Aitem Deleted.

Dalam penelitian ini, skala kompetensi interpersonal dan skala motivasi berprestasi menggunakan persyaratan aitem-aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total (rix) lebih besar atau sama dengan 0,3.

Pada Skala Kompetensi Interpersonal, dari 60 aitem uji coba terdapat 20 aitem yang gugur dengan koefisien konsistensi internal alpha = 0.909. Distribusi aitem yang sahih dan gugur dapat dilihat dalam tabel 4 berikut. Sedangkan blue print skala penelitian kompetensi interpersonal dapat dilihat dalam tabel 5.

Tabel 4

Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Kompetensi Interpersonal

No. aitem sahih No. aitem gugur

No. Aspek

Kompetensi Interpersonal

Fav Unfav Fav Unfav

(58)

5. Kemampuan

Jumlah soal 30 soal 30 soal 12 soal 8 soal 40 soal

Tabel 5

Blue Print Skala Penelitian Kompetensi Interpersonal

No. aitem Jumlah

soal

Jumlah soal 30 soal 30 soal 40 soal 100 %

(59)

Pada skala motivasi berprestasi dari 60 aitem uji coba terdapat 9 aitem yang gugur dengan koefisien konsistensi internal alpha = 0.937. Distribusi aitem yang sahih dan gugur dapat dilihat dalam tabel 6 berikut. Sedangkan blue print skala penelitian motivasi berprestasi dapat dilihat dalam tabel 7.

Tabel 6

Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Motivasi Berprestasi

No. aitem No. aitem

gugur No. Aspek Motivasi

Berprestasi

Fav Unfav Fav Unfav

Jumlah soal

1. Menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas hasil-hasilnya dan bukan atas dasar untung-untungan, nasib, atau kebetulan.

1, 19, 31, 41, 50

7, 13, 25, 53, 57

- 57 9 soal

2. Memilih tujuan yang realistis tetapi menantang dari tujuan yang terlalu mudah dicapai atau terlalu besar risikonya.

3. Mencari situasi atau pekerjaan dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil

(60)

5. Mampu menangguhkan pemuasan

keinginannya demi masa depan yang lebih baik.

6. Tidak tergugah untuk sekedar mendapatkan uang, status, atau keuntungan lainnya.

Jumlah soal 30 soal 30 soal 4 soal 5 soal 51 soal

Tabel 7

Blue Print Skala Penelitian Motivasi Berprestasi

No. aitem No Aspek Motivasi Berprestasi

Fav Unfav

Jumlah soal

Bobot

1. Menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas hasil-hasilnya dan bukan atas dasar untung-untungan, nasib, atau kebetulan.

1 (1), 7 (19),

2. Memilih tujuan yang realistis tetapi menantang dari tujuan yang terlalu mudah dicapai atau terlalu besar risikonya.

2 (2), 13 (8),

3. Mencari situasi atau pekerjaan dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaannya.

15 (15), 20

4. Senang bekerja sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain.

(61)

6. Tidak tergugah untuk sekedar mendapatkan uang, status, atau keuntungan lainnya.

Jumlah soal 30 soal 30 soal 51 soal 100 %

Ket: Nomor yang berada di dalam kurung adalah nomor aitem sebelum uji coba skala penelitian.

3. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan ketepatan pengukuran atau sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Kata lain reliabilitas adalah konsistensi dan stabilitas. Penelitian ini menggunakan prosedur konsistensi internal dalam menentukan reliabilitas alat tesnya. Teknik reliabilitas yang termasuk dalam prosedur konsistensi internal yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Alpha Cronbach, karena teknik ini dapat digunakan pada alat tes yang jawabannya berskala yang memiliki tingkatan ketepatan pilihan jawaban.

(62)

Reliabilitas alat ukur ini diselidiki dengan bantuan program yang terdapat pada SPSSfor Windows 17 dengan teknikAlpha Cronbach. Pada skala kompetensi interpersonal diperoleh koefisien reliabilitas (r) sebesar 0.909 dari 40 aitem, yang berarti skala ini reliabel. Pada skala motivasi berprestasi diperoleh koefisien reliabilitas (r) sebesar 0.937 dari 51 aitem, yang berarti skala ini reliabel.

H. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan tujuan untuk mengolah data hasil penelitian yang masih berupa data kasar menjadi data yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebaran variabel bebas dan variabel tergantung bersifat normal atau tidak. Uji normalitas data penelitian ini menggunakan program yang terdapat pada SPSSfor Windows17. Asumsi uji normalitas adalah jika p > 0,05 maka sebaran yang diperoleh adalah normal.

b. Uji Linearitas

(63)

tidak. Uji linearitas menggunakan program yang terdapat pada SPSS

for Windows 17. Asumsi uji linearitas adalah jika p < 0,05 maka hubungan antara kedua skala adalah linier.

2. Uji Hipotesis

(64)

47

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Persiapan Uji Coba Alat Penelitian

1. Subjek Uji Coba Alat Penelitian

Peneliti meminta siswa kelas VIIC, VIID, VIIIB, VIIIC, dan VIIID SMP Negeri 14 Yogyakarta sebagai subjek uji coba alat penelitian.

2. Uji Coba Alat Penelitian

Jumlah subjek uji coba alat penelitian sebanyak 160 orang. Kepada 80 subjek diberikan skala kompetensi interpersonal dan 80 subjek lainnya diberikan skala motivasi berprestasi. Hal ini bertujuan agar subjek tidak kesulitan dalam mengisi skala uji coba penelitian yang jika ditotal berjumlah 120 aitem. Skala kompetensi interpersonal disebut juga dengan skala A, sedangkan skala motivasi berprestasi disebut dengan Skala B.

Uji coba alat penelitian dilakukan untuk melihat kesahihan dan reliabilitas butir alat ukur yang akan digunakan untuk penelitian.

B. Pelaksanaan Penelitian

(65)

penelitian bernomor 37q/D/KP/Psi/USD/IV/2010 dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Penelitian dilakukan pada hari Jumat, 23 April 2010; Sabtu, 24 April 2010; dan Senin, 26 April 2010, dengan menyebarkan skala kompetensi interpersonal dan skala motivasi berprestasi pada jam pelajaran yang kosong di kelas VII D, VIII A, VIII B, dan VIII C. Hal tersebut dikarenakan beberapa guru sedang sibuk mengawasi ujian praktek siswa kelas IX. Penelitian ini diikuti oleh 126 siswa yang terdiri dari 23 siswa kelas VII D, 31 siswa kelas VIII A, 36 siswa kelas VIII B dan VIII C. Subjek diberi waktu sekitar 30 menit untuk mengisi skala penelitian. Akan tetapi, jumlah skala penelitian yang dikembalikan tidak sesuai dengan jumlah skala yang diberikan. Jumlah skala penelitian yang diberikan adalah 143 ekslempar dan yang dikembalikan hanya 126 ekslempar. Selanjutnya alat penelitian ini dilakukan untuk menentukan kelayakan alat ukur penelitian. Kelayakan ini meliputi validitas isi dan reliabilitas skala.

C. Deskripsi Subjek Penelitian

(66)

Tabel 8

Gambaran Subjek Penelitian

Kriteria Total

12 tahun 11

13 tahun 26

Usia

Dari data terlihat bahwa dari 36 siswa berada di kelas VIII B dan VIII C, 31 siswa di kelas VIII A, serta yang lainnya berjumlah 23 siswa di kelas VII D. Berdasarkan jenis kelamin subjek penelitian, terdapat 64 siswa laki-laki dan 62 siswa perempuan. Ditinjau dari segi usia, rata-rata subjek berusia 14 tahun dengan total 65 siswa, lainnya 26 siswa berusia 13 tahun, 21 siswa berusia 15 tahun, 11 siswa berusia 12 tahun, dan dua siswa berusia 16 tahun, serta satu siswa berusia 11 tahun.

(67)

data subjek berupa aktivitas yang dilakukan saat bersama teman, apakah subjek mengikuti ekstrakurikuler di sekolah atau tidak, jenis ekstrakurikuler yang diikuti, apakah subjek mengikuti bimbel (bimbingan belajar) maupun les atau tidak, jenis bimbel (bimbingan belajar) maupun les yang diikuti, serta nilai rapor semester I pada mata pelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial).

(68)

dilakukan subjek saat bersama teman, jenis ekstrakurikuler yang diikuti, dan jenis bimbel (bimbingan belajar) maupun les yang diikuti.

Adanya data-data subjek penelitian yang diperoleh tersebut sebagai usaha validasi pada variabel kompetensi interpersonal dan motivasi berprestasi. Keseluruhan data subjek dikorelasikan dengan menggunakan korelasiPearson Product Moment dengan uji 2-tailed dan diperoleh bahwa adanya korelasi positif antara motivasi berprestasi dengan nilai rapor Matematika semester I dengan korelasi 0.221 (p = 0.013 dan p < 0.05) (dapat dilihat pada lampiran). Namun, pada pekerjaan ayah dan ibu tidak terdapat korelasi dengan kompetensi interpersonal dan motivasi berprestasi. Pada korelasi pekerjaan ayah dan ibu dengan variabel kompetensi interpersonal, diperoleh korelasi 0.095 (p = 0.289 dan p > 0.05), dan 0.56 (p = 0.531 dan p > 0.05). Sedangkan pada korelasi pekerjaan ayah dan ibu dengan variabel motivasi berprestasi, diperoleh korelasi 0.014 (p = 0.873 dan p > 0.05), dan 0.008 (p = 0.931 dan p > 0.05) (dapat dilihat pada lampiran).

D. Analisis Data Penelitian

1. Uji Asumsi

a. Normalitas

(69)

Tabel 9

Hasil Uji Normalitas Data Kompetensi Interpersonal dan Motivasi Berprestasi

Variabel KS-test Asymp.

Sig

Sebaran Kompetensi Interpersonal 0.933 0.349 Normal Motivasi Berprestasi 0.607 0.855 Normal

Nilai Kolmogorov-Smirnov Test pada variabel kompetensi interpersonal adalah sebesar 0.933 dengan p lebih besar dari 0.05 (0.349 > 0.05). Dari data tersebut terlihat bahwa distribusi pada skala kompetensi interpersonal terbukti tidak menyimpang dari distribusi normal. Pada variabel motivasi berprestasi, nilai Kolmogorov-Smirnov Test adalah sebesar 0.607 dengan p lebih besar dari 0.05 (0.855 > 0.05). Dari data tersebut terlihat bahwa distribusi pada skala motivasi berprestasi terbukti tidak menyimpang dari distribusi normal.

b. Uji Linearitas

Dari hasil uji linieritas dengan menggunakan program SPSS for Windows17 diperoleh data seperti pada tabel 10.

Tabel 10

Hasil Uji Linearitas Data Kompetensi Interpersonal dan Motivasi Berprestasi

F Sig.

(combined) 2.027 0.003

Linearity 57.769 0.000

Skor Motivasi Berprestasi dan Kompetensi

Interpersonal (between groups)

(70)

Hasil dari uji linieritas menunjukkan bahwa antara variabel kompetensi interpersonal dan motivasi berprestasi menunjukkan garis linier dengan signifikansi 0.000 (p < 0.05) dan harga F linieritas sebesar 57.769. Dengan demikian membuktikan bahwa ada hubungan yang bersifat linier antara kompetensi interpersonal dan motivasi berprestasi.

2. Uji Hipotesis

Dari hasil uji hipotesis dengan menggunakan program SPSS for Windows17 diperoleh data seperti pada tabel 11.

Tabel 11

Hasil Uji Hipotesis Korelasi Pearson Product Moment antara Kompetensi Interpersonal dan Motivasi Berprestasi

Korelasi P Signifikansi (1-tailed) Koefisien Determinasi R = 0.577 < 0.01 0.000 R squared= 0.333

(71)

memiliki kompetensi interpersonal yang tinggi, remaja tersebut juga memiliki motivasi berprestasi yang tinggi pula. Demikian sebaliknya, remaja yang memiliki kompetensi interpersonal yang rendah, remaja tersebut juga memiliki motivasi berprestasi yang rendah pula.

Sumbangan kompetensi interpersonal kepada motivasi berprestasi dapat dilihat melalui koefisien determinasinya yaitu sebesar 0.333. Koefisien determinasi 0.333 berarti kompetensi interpersonal menyumbang sebesar 33.3% terhadap motivasi berprestasi. Ini berarti sumbangan 66.7% terhadap motivasi berprestasi diperoleh dari faktor lain.

Sumbangan sebesar 33.3% tersebut cukup besar jika dibandingkan dengan penelitian lain yang sejenis. Sari (2010), pada penelitiannya mengenai hubungan antara minat terhadap jurusan dan motivasi berprestasi

pada siswa kelas XII SMA BOPKRI Dua Yogyakarta diperoleh

sumbangan efektif sebesar 28.4%. Sedangkan Agung (2004), pada penelitiannya mengenai hubungan antara kompetensi interpersonal dan kepercayaan diri pada remaja diperoleh sumbangan efektif sebesar 21.9%.

3. Analisis Data Deskriptif

(72)

Tabel 12

Deskripsi Statistik Data Empiris

Minimum Maksimal Mean SD

Kompetensi Interpersonal 92 151 124.63 12.479 Motivasi Berprestasi 102 190 152.80 18.690

Dari data dapat diketahui bahwa angka minimal empiris atau jumlah skor minimal yang diperoleh subjek pada kompetensi interpersonal sebesar 92 dan angka maksimal empiris atau jumlah skor maksimal yang diperoleh subjek sebesar 151. Mean empiris atau rata-rata skor subjek 124.63 dan standar deviasinya sebesar 12.479. Sedangkan pada skala motivasi berprestasi diketahui bahwa angka minimal empiris atau jumlah skor minimal yang diperoleh subjek sebesar 102 dan angka maksimal empiris atau jumlah skor maksimal yang diperoleh subjek sebesar 190. Mean

empiris atau rata-rata skor subjek 152.80 dan standar deviasinya sebesar 18.690.

Untuk mengetahui kecenderungan variabel bebas (kompetensi interpersonal) dan tingkat variabel tergantung (motivasi berprestasi) subjek penelitian, dilakukan uji signifikansi perbedaan yaitu antara mean empiris danmeanteoritis.Meanempiris adalah rata-rata skor data penelitian.Mean

(73)

teoritik ini diperoleh dari angka yang menjadi titik tengah alat ukur penelitian.

Pada kompetensi interpersonal, diperoleh jarak sebaran 51 (51 x 1) s/d 204 (51 x 4) dengan luar jarak sebaran 153 (204 - 51). Sehingga diperoleh mean teoritik 127.5 (51 + 153/2). Pada motivasi berprestasi, diperoleh jarak sebaran 40 (40 x 1) s/d 160 (40 x 4) dengan luar jarak sebaran 120 (160 - 40). Sehingga diperoleh mean teoritik 100 (40 + 120/2). Berikut disajikan mean teoritis, mean empiris, dan standar deviasi hasil penelitian pada tabel 13. Sedangkan uji signifikansi perbedaan variabel penelitian pada tabel 14 dan 15.

Tabel 13

Mean Teoritis, Mean Empiris dan Standar Deviasi

Mean Empiris Mean Teoritik SD Kompetensi Interpersonal 124.63 127.5 12.479

Motivasi Berprestasi 152.80 100 18.690

Tabel 14

Uji Signifikan Kompetensi Interpersonal

Test Value = 127.5

95% Confidence Interval of the

Difference

t df

Sig. (2-tailed)

Mean

(74)

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa mean empiris kompetensi interpersonal lebih kecil dari mean teoritiknya (124.63 < 127.5) dan dengan interval kepercayaan dibawah 0.0 (-5.07 < 0.0, -0.66 < 0.0). Ini menandakan bahwa subjek penelitian memiliki kompetensi interpersonal yang cenderung rendah. Lain halnya dengan motivasi berprestasi, mean empirisnya lebih besar daripada mean teoritiknya (152.80 > 100) dan dengan interval kepercayaan di atas 0.0 (49.51 > 0.0, 56.10 > 0.0). Ini menandakan bahwa subjek penelitian memiliki motivasi berprestasi yang cenderung tinggi.

E. Pembahasan

Hasil penelitian yang dilakukan dengan teknik korelasiPearson Product Moment dalam program SPSS for Windows 17, menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kompetensi interpersonal dan motivasi berprestasi pada siswa. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kompetensi

Tabel 15

Uji Signifikan Motivasi Berprestasi

Test Value = 100

95% Confidence Interval of the

Difference t df

Sig. (2-tailed)

Mean

(75)

interpersonal siswa semakin tinggi pula motivasi berprestasi yang dimilikinya. Berdasarkan hasil analisis juga diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.577 dengan taraf signifikansi 0.000 (p < 0.01). Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini diterima yaitu ada hubungan positif antara kompetensi interpersonal dan motivasi berprestasi pada siswa, dimana siswa yang memiliki kompetensi interpersonal yang tinggi, siswa tersebut juga memiliki motivasi berprestasi yang tinggi pula, demikian sebaliknya.

Siswa yang memiliki kompetensi interpersonal mampu mengembangkan sikap inisiatif dalam membina hubungan interpersonal, mampu bersikap asertif, mampu membuka diri, mampu memberikan dukungan emosional, dan mampu mengatasi konflik yang muncul dari hubungan interpersonalnya. Adanya sikap asertif dapat mendukung siswa untuk tetap yakin untuk melakukan apa yang akan dilakukannya. Adanya kemampuan mengatasi konflik juga dapat mendukung sikap obyektif siswa dalam memandang permasalahan. Siswa yang percaya diri adalah siswa yang memiliki keyakinan akan kemampuan diri, optimis, obyektif, bertanggung jawab, rasional dan realistis dalam menganalisa suatu masalah.

(76)

mempertimbangkan berbagai pilihan, serta membuat keputusan sendiri. Martin (dalam Asmiana, 2003) melakukan penelitian tentang rasa percaya diri pada 144 pelajar Indian pada BIA Boerding School yang berada di Oklahoma. Dalam hasil penelitiannya, menunjukkan bahwa pelajar yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan lebih cepat untuk menyelesaikan studinya dibandingkan dengan pelajar yang memiliki rasa percaya diri lebih rendah. Selain itu, Kloosterman (dalam Asmiana, 2003) meneliti tentang rasa percaya diri pada 266 wanita dan 233 pria pelajar School in South-Central Indiana. Pada hasil penelitiannya, menunjukkan bahwa rasa percaya diri sangat penting bagi pelajar untuk berhasil dalam belajar Matematika. Adanya rasa percaya diri, pelajar akan lebih termotivasi dan lebih menyukai belajar Matematika, sehingga pelajar yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi lebih berhasil dalam belajar Matematika.

(77)

seperti sikap yakin akan kemampuan diri, optimis, dan bertanggung jawab yang dapat mendukung penyelesaian tugas yang menuntut tanggungjawab dan pemilihan tujuan yang realistis tetapi menantang.

(78)

buku, dan tidak bertanya ketika guru memberikan waktu bagi siswa yang ingin bertanya.

Tanlain (2001) juga mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kohesivitas dengan prestasi akademik pada kelompok formal remaja. Adanya frekuensi interaksi yang tinggi antara anggota kelompok baik di asrama maupun di sekolah memungkinkan timbulnya keterbukaan, sharing, penerimaan, dukungan, kerjasama, dan kepercayaan antar anggota kelompok. Adanya aturan-aturan asrama yang harus dipatuhi bersama-sama dan anggota asrama yang seluruhnya terdiri dari siswa SMU Pangudi Luhur Van Lith Muntilan dapat memberikan dorongan positif bagi kegiatan siswa. Siswa menjadi tidak kesulitan ketika memerlukan teman belajar, teman berdiskusi ataupun teman untuk meminjam alat-alat belajar tertentu yang mungkin kebetulan belum dimilikinya. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai koefesien (r) sebesar 0,658 dan p < 0.

(79)

interpersonal yang tinggi maka memiliki motivasi berprestasi yang tinggi pula. Pada deskriptif data penelitian menunjukkan bahwa mean empiris

kompetensi interpersonal (x = 124.63) lebih kecil dari mean teoritik (x =

127.5) dan dengan interval kepercayaan dibawah 0.0 (-5.07 < 0.0, -0.66 < 0.0). Ini menandakan bahwa subjek penelitian memiliki kompetensi interpersonal

yang rendah. Sedangkanmeanempiris motivasi berprestasi (x = 152.80) lebih

besar daripada mean teoritiknya (x = 100) yang dan dengan interval

kepercayaan di atas 0.0 (49.51 > 0.0, 56.10 > 0.0). Ini menandakan bahwa subjek penelitian memiliki motivasi berprestasi yang cenderung tinggi.

(80)

Matematika, IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial).

Adanya data-data subjek penelitian yang diperoleh tersebut sebagai usaha validasi pada variabel kompetensi interpersonal dan motivasi berprestasi. Keseluruhan data subjek dikorelasikan dengan menggunakan korelasiPearson Product Moment dengan uji 2-tailed dan diperoleh bahwa adanya korelasi positif antara motivasi berprestasi dengan nilai rapor Matematika semester I. Angka korelasi yang diperoleh adalah 0.221 (p = 0.013 dan p < 0,05). Menurut Supratiknya (1998), korelasi tersebut merupakan salah satu macam prediksi yang bisa diuji untuk mendukung validitas konstruk. Hal ini memungkinkan untuk memprediksikan bahwa sifat tersebut akan berkorelasi secara positif negatif atau nol dengan sifat/ sifat-sifat lain.

(81)

Ryan & Peci; Theobold (dalam Santrock, 2009), siswa yang merasa bahwa mereka memiliki guru yang mendukung dan penuh perhatian lebih termotivasi untuk terlibat dalam kerja akademis dibandingkan siswa yang memiliki guru yang tidak mendukung dan tidak memperhatikan.

(82)

65

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan tentang hubungan antara kompetensi interpersonal dan motivasi berprestasi pada siswa di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta, mempunyai hubungan positif yang signifikan. Dengan demikian, hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hal ini juga berarti bahwa semakin positif kompetensi interpersonal siswa, maka semakin tinggi pula motivasi berprestasi siswa tersebut. Begitupun sebaliknya, semakin negatif kompetensi interpersonal maka semakin rendah pula motivasi berprestasi siswanya.

B. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat diberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Untuk Siswa

(83)

2. Untuk Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian, siswa memiliki motivasi berprestasi yang tinggi tetapi kurang memiliki kompetensi interpersonal. Adanya strategi belajar mengajar dengan bekerja kelompok dapat mengeksplorasi kemampuan siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar.

3. Untuk Peneliti Selanjutnya

(84)

67

DAFTAR PUSTAKA

Almesa, Inri K., Widyastuti Maria T., & Mardiana. (2007). Kompetensi interpersonal pada manajer level operasional (ditinjau dari teori trait kepribadian big-five). Phronesis, Jurnal Ilmiah Psikologi Industri & Organisasi, 9, 93-114.

Anastasia, Hilda. (2004). Pengaruh konsep diri terhadap kompetensi interpersonal pada remaja putra-putri di SMUN 3 Salatiga.Psikowacana, III, 133-144. Asmiana, Windy. (2003, 12 Januari). Perbedaan rasa percaya diri antara

mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa yang tidak aktif dalam organisasi kemahasiswaan di umm. digilib.itb.ac.id. Dipungut 15 Agustus, 2010, dari http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s1-2003-windy-8811-percaya_di&q=percaya%20diri

Azwar, S. (2007).Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Basri, Faisal, & Haris Munandar. (2009).Lanskap ekonomi Indonesia (kajian dan

renungan terhadap masalah-masalah struktural, transformasi baru, dan prospek perekonomian Indonesia). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Belum lulus UN SMP : DIY 10.800, Jateng 71.805 siswa terbanyak, Matematika

jeblok. (2010, 7 Mei).KEDAULATAN RAKYAT. h. 1, 25.

Chaplin, C. P. (1993).Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo. Djaali. (2007).Psikologi pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Djiwandono, Sri Esti Wuryani. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Feldman, Robert S. (1990).Understanding psychology(ed. Ke-2). USA: McGraw Hill Publishing Company.

Gunarsa, Singgih D., & Y. Singgih D. Gunarsa. (1991). Psikologi perkembangan anak dan remaja.Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

(85)

Kartika Riza Ayu, A. J. Tjahjoanggoro, & Frikson C. Sinambela. (2000). Tipe konflik interpersonal dan motivasi berprestasi. Anima, Indonesian Psychological Journal, 15,380-389.

Monks, F. J. & Knoers. (2006). Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Munandar, S. C. Utami. (1992). Mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Mutadin, Zainun. (2002, 9 April). Penyesuaian diri remaja. e-psikologi.com. Dipungut 5 April, 2010, dari http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=390

Nashori, Fuad. (2000). Hubungan antara konsep diri dengan kompetensi interpersonal mahasiswa. Anima, Indonesian Psychological Journal, 16, 32-40.

__________. (2003). Kompetensi interpersonal mahasiswa ditinjau dari jenis kelamin.Jurnal Psikologi, 11, 26-38.

Papalia Diane E., Olds Sally Wendkos, & Feldman Ruth Duskin. (2008). Human development (psikologi perkembangan). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Pidekso, Ari. (2009). Panduan praktis SPSS 17 untuk pengolahan data statistik. Yogyakarta: Penerbit Andi; Semarang: Wahana Komputer.

Safaria, T. (2005).Interpersonal Intelligence. Yogyakarta: Amara Books.

Santrock, John W. (1995).Life-span development: perkembangan masa hidup (ed. Ke-5, jilid II). Jakarta: Penerbit Erlangga.

______________. (2007). Psikologi pendidikan (ed. Ke-2). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Gambar

Tabel 2 Blue Print
Tabel 3 Blue Print
Tabel 4Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Kompetensi Interpersonal
Tabel 5Blue Print Skala Penelitian Kompetensi Interpersonal
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada saat pelaksanaan konstruksi bendung baru (1992 sampai dengan tahun 1997) telah terjadi banjir yang cukup besar pada tahun 1994 dan 1996 yang mengakibatkan terjadinya

Cara pengolahan tanaman yang dilakukan penjual jamu gendong di Kecamatan Panakukang Makassar yaitu dengan cara ditumbuk, diblender, disaring kemudian direbus dengan

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isidokumen tanpa ijin terhrlis dari Fakultas llmu Keolahragaan Univenitas

Aku tahu kamu sering tidak sabar, tetapi aku percaya kamu akan bisa melakukannya dengan baik,” kata Depati Parbo kepada seorang pemuda bermata jenaka, berhidung pesek, dan

Penelitian ini didasari fakta bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa SMK TKJ masih rendah. Proses pembelajaran pada sekolah menengah kejuruan seharusnya

Semua desa di Kecamatan Pegajahan sudah memiliki bangunan Kantor Kepala Desa dengan dinding berwarna hijau kuning yang merupakan ciri khas dari Kabupaten Serdang

Analisa Pengaruh Pemberian Air Beluntas Terhadap Kadar Asam Urat Pada Wanita Menopause Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Hasil diinterprestasikan bahwa rerata