• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian (Dewey, 1944: 1–2). Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Tindakan mendidik atau menuntun siswa sampai mendapatkan tujuan-tujuan tertentu, dalam hal ini terlihat pada perubahan-perubahan yang ada dalam diri siswa. Perubahan sebagai hasil pendidikan merupakan salah satu kedewasaan secara bertahap dan akan terus mengalami peningkatan sampai terbentuknya pribadi dewasa.

Pendidikan adalah kebutuhan yang penting untuk semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Semua memiliki hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan dan seperti yang diketahui bahwa masyarakat berkebutuhan khusus memiliki sekolah tersendiri, dengan sistem pengajaran yang berbeda dengan sekolah formal, seperti yang tertuang pada UU Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 1997 tentang penyandang cacat pasal 11. Dengan demikian hak para penyandang cacat termasuk para penyandang tunanetra memperoleh kesempatan yang sama dalam pendidikan dan hal tersebut dijamin oleh undang-undang.

Sekolah Luar Biasa Negri A Wyata Guna (YPAC) Kota Bandung adalah satu-satunya Sekolah Luar Biasa Negeri Yang ada di Kota Bandung yang diperuntukan untuk anak tunanetra, sekolah ini dibagi menjadi 4 jenjang pendidikan dimulai dari TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB. Pengajaran tentang pengenalan satwa disekolah ini diajarkan sejak dari TKLB kemudian dilanjutkan di SDLB, dimana pengenalan satwa diajarkan oleh guru kepada anak tunanetra ketika mereka memasuki TKLB dan diajarkan lebih lanjut kembali ketika kelas 1 SDLB, dengan fokus pengenalan tentang bentuk satwa itu sendiri dan juga mengajarkan hal yang berkaitan dengan satwa yang diajarkan, dimana seperti lokasi satwa itu tinggal, makanan seperti apa yang dimakan oleh satwa, dan juga suara satwa itu sendiri.

Pengajaran yang dilakukan oleh guru dalam memperkenalkan satwa saat ini hanya menggunakan mainan satwa yang berbentuk 3 dimensi dan menjelaskan hal yang lainya

(2)

menggunakan lisan, seperti halnya menjelaskan habitat, makanan, serta suaranya. Proses pembelajaran menggunakan mainan satwa 3 dimensi memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihanya adalah membuat anak dapat lebih mengetahui bentuk secara detail, namun kembali lagi kepada mainan satwa model 3 dimensi tersebut, jika model yang digunakan memiliki kualitas yang tidak baik maka detail-detail dari satwa tersebut pun tidak bisa diraba atau dirasakan oleh siswa. Contohnya seperti tekstur satwa dan juga penjelasan tentang satwa yang diberikan secara lisan menjadi kelemahan yang terjadi di dalam kelas, dimana siswa mendengarkan tanpa ada buku pegangan yang menggunakan huruf Braille, yang seharusnya dapat membantu mereka membaca baik tentang penjelasan satwa tersebut ataupun tentang habitat dari tiap-tiap satwa yang berbeda satu dengan lainnya.

Banyaknya siswa di SLB Negeri A Kota Bandung membuat metode pendidikan yang menggunakan model mainan 3 dimensi menjadi kurang efektif. Karena pengajar dilakukan dengan pendekatan dari satu murid kepada murid lainya, walaupun mengenali bentuk satwa dapat menggunakan model 3 dimensi dapat dilakukan tetap saja berbeda hal dengan penjelasan secara umum. Siswa sulit untuk menghafal tentang habitat serta penjelasan tentang satwa, dikarenakan tidak adanya media tertulis dalam huruf braille tentang pengertian satwa tersebut. Kurangnya tenaga pendidik yang ada di sekolah ditambah kurangnya media pembelajaran menyebabkan siswa tunanetra mengalami kesulitan dalam mengenali bentuk satwa secara umum. Hal tersebut terjadi karena tidak adanya media tertulis untuk penjelasan tersebut, dan pengajar hanya melakukannya menggunakan lisan.

Dari penjelasan di atas, kurangnya media pembelajaran yang efektif untuk mengajarkan bentuk yang detail tentang satwa dan penjelasan satwa tersebut menjadi sebuah kendala yang dihadapi oleh pihak SLB Negeri A Kota Bandung dalam sistem pengajaran, dan hal ini pun dirasakan oleh orang tua yang memiliki anak tunanetra. Seperti yang diketahui ketika siswa disekolah mendapatkan ilmu yang diberikan oleh guru, tetapi jika siswa berada di rumah orang tua tanggung jawab untuk memberikan ilmu kepada anaknya, dan kurangnya media pengajaran tentang mengenalkan satwa kepada anak menjadi sebuah masalah tersendiri untuk orang tua, karena tidak semua keluarga memiliki model satwa 3 dimensi dan tidak mungkin mengenalkan satwa secara langsung kepada anak tunanetra.

Oleh karena itu perlu adanya suatu media pembelajaran yang efisien dan juga efektif dari yang saat ini digunakan, dimana media yang digunakan mampu membantu

(3)

anak tunanetra dalam pembelajaran tentang pengenalan satwa, dan digunakan secara mandiri oleh anak tunanetra, serta dapat membatu orangtua untuk membatu sang anak dalam pengenalan satwa ketika sedang berada dirumah. Media tersebut diharapkan dapat dijadikan bahan pengajaran oleh pihak sekolah dalam mengenalkan satwa. Untuk membantu proses pembelajaran baik di sekolah formal ataupun dirumah.

1.2 Masalah Perancangan 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis menuliskan identifikasi masalah sebagai berikut.

1. Kurangnya media pembelajaran tentang pengenalan satwa kepada anak berkebutuhan khusus (tunanetra).

2. Kurang efektifnya media pembelajaran yang ada saat ini tentang pengenalan satwa kepada anak berkebutuhan khusus (tunanetra) di sekolah.

3. Konten yang ada dipergunakan pada media saat ini kurang menarik untuk siswa berkebutuhan khusus (tunanetra).

1.2.2 Rumusan Masalah

Dari permasalahan di atas dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana merancang media pembelajaran pengenalan satwa yang efektif kepada anak berkebutuhan khusus (tunanetra) ?

2. Bagaimana merancang konten yang akan dibuat dalam media pembelajaran yang akan dirancang?

1.3 Ruang Lingkup

Agar pembahasan lebih terarah, maka penulis memberikan batasan masalah penelitian ini meliputi Agar masalah tidak meluas, penulis membatasi ruang lingkup permasalahan sebagai berikut:

1. What (Apa?)

Pembuatan media pembelajaran tentang pengenalan satwa untuk anak berkebutuhan khusus (tunanetra).

(4)

Pembuatan media pembelajaran yang efektif dan menarik sesuai keilmuan desain komunikasi visual.

3. Who (Siapa?)

a. Anak-anak berkebutuhan khusus (tunanetra) SD sekitar umur 6-11 tahun di Kota Bandung.

b. Orangtua yang normal yang memiliki anak berkebutuhan khusus umur 30-15 tahun di Kota Bandung.

4. Where (Dimana)

Daerah perkotaan di Bandung. Penelitian dilakukan di Sekolah Negeri Luar Biasa A (tunanetra) Kota Bandung.

5. When (Kapan?)

Berdasarkan waktu penyelesaian penelitian ini yakni Mei – Juni 2014.

1.4 Tujuan Perancangan 1.4.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari dilakukannya perancangan ini adalah:

1. Merancang media pembelajaran tentang pengenalan satwa untuk anak berkebutuhan khsus (tunanetra).

2. Merancang media pembelajaran pengenalan satwa yang efektif untuk mengenalkan satwa kepada anak berkebutuhan khusus (tunanetra) yang dapat di gunakan oleh orang tua ataupun untuk pihak sekolah/pendidik.

3. Merancang konten yang menarik untuk media pembelajaran anak berkebutuhan khusus (tunanetra).

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Sebagai syarat kelulusan dalam menempuh Tugas Akhir Sarjana Desain di Program Studi Desain Komunikasi Visual Telkom Creative Industries School. 2. Tugas Akhir ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan serta perbandingan

untuk mahasiswa Desain Komunikasi Visual yang lain dalam mengerjakan Tugas Akhir Selanjutnya.

(5)

1.5 Manfaat Perancangan 1.5.1 Bagi Ilmu Pengetahuan

Bertujuan untuk memperkaya ilmu dalam dunia Desain Komunikasi Visual pada umumnya dengan bentuk desain.

1.5.2 Bagi Pihak Terkait

Membantu Sekolah Luar Biasa Negri A Wyata Guna (YPAC) Kota Bandung dan Orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus dalam membuat media pembelajaran yang efektif untuk memperkenalkan satwa kepada anak berkebutuhan khusus (tunanetra).

1.6. Metode Penelitian

1.6.1 Metode yang digunakan

Bogdan dan Taylor (1992:21-22) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.

Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dan para partisipan.

1.6.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif penulis adalah dengan menggunakan wawancara mendalam dan juga studi lapangan, dimana wawancara mendalam dilakukan kepada pihak sekolah meliputi bidang kurikulum, guru, wali kelas, dan juga tidak lupa melakukan wawancara kepada anak berkebutuhan khusus (tunanaetra) agar mengetahui apa yang mereka butuhkan, kemudian studi lapangan dilakukan di Sekolah Luar Biasa Negeri A Wyataguna.

(6)

1.7 Skema Perancangan

Bagan 1.1 Skema Perancangan (Sumber: Dokumentasi Peneliti)

Latar belakang

Kurang dan tidak efektifnya media pembelajaran yang ada saat ini untuk mengenalkan satwa kepada anak berkebutuhan khusus (tunanetra) di SDLB

tepatnya di Sekolah Luar Biasa Negri A Wyata Guna (YPAC) Kota Bandung

Masalah

Tidak adanya media lain yang lebih efektif yang dapat digunakan oleh pengajar atau orang tua untuk mengajarkan pengenalan satwa kepada anak

berkebutuhankhsus (tunanetra). Metode penelitian Berupa wawancara kepada target sasaran yaitu anak berkebutuhan khusus (tunanetra) dan pihak sekolah.

Metode Penelitian dan Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan adalah

metode kualitatif.

Konsep

Membuat media pembelajaran tentang satwa dengan gambar timbul dan texture berserta penjelasan menggunakan huruf

Braille.

Solusi

Media edukasi yang mampu menjelaskan secara umum tentang satwa menggunakan gambar timbul serta penjelasan secara umum menggunakan huruf Braille yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang dapat digunakan

oleh Orangtua dan staf pengajar, dan juga dapat digunakan secara mandiri oleh anak yang memiliki kebutuhan khusus (tunanetra).

Fenomena

Anak yang memiliki kebutuhan khusus (tunanetra) sulit memahami secara detail tentang satwa yang di ajarkan menggunakan media yang lama.

Metode pengumpulan data Berupa wawancara kepada para orang tua sebagai target market.

(7)

1.8 Pembabakan

Dalam penyusunan laporan penelitian, sistematika penulisan dibagi atas lima bagian yaitu:

1. Bab I Pendahuluan

Berisikan latar belakang permasalahan, identifikasi masalah, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan perancangan, metode penelitian dan metode pengumpulan data, serta kerangka perancangan.

2. Bab II Landasan Perancangan

Berisikan teori-teori yang relevan sebagai landasan dalam melaksanakan perancangan.

3. Bab III Konsep

Berisikan konsep pesan, konsep kreatif, konsep media, konsep visual, dan hasil perancangan sketsa hingga penerapan ke media visual.

4. Bab IV Kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

manual, namun salah. Pilih ulang jenis jaringan berdasarkan jenis SIM/USIM card yang digunakan. Terkoneksi ke Internet, namun tidak bias membuka halaman website apa pun.

Dengan hasil penelitian ini dapat dilihat keakuratan diagnostik potong beku, sitologi imprint intraoperasi, dan gambaran USG pada pasien dengan diagnosa tumor ovarium untuk

Berdasarkan hal-hal yang telah penulis uraikan dalam pembahasan mengenai kesesuaian penetapan tersangka korupsi oleh KPK tanpa bukti permulaan yang cukup dengan asas due of

Dalam pengertian sehari-hari istilah kebutuhan sering disamakan dengan keinginan. Seringkali terjadi seseorang mengatakan kebutuhan padahal sebetulnya yang dimaksud adalah

Menginstruksikan KPA Satker terkait agar memberikan sanksi administratif sesuai ketentuan yang berlaku kepada PPK dan Konsultan Pengawas atas kelalaiannya dalam melakukan pengawasan

Ketiga tesis di atas secara substantif memang meneliti tentang pemasaran pendidikan di sebuah lembaga, baik pada sekolah tingkat menengah maupun sekolah tinggi. Akan

20 Tahun 2001 Tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing yakni dalam rangka lebih mempercepat peningkatan dan perluasan kegiatan

Dalam kondisi mendesak, Tim Pengendali Inflasi Daerah dapat melakukan pertemuan paripurna yang dihadiri oleh Tim Pengarah Kebijakan dan Tim Teknis dalam bentuk