• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) BERBANTUAN CERITA PENDEK TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) BERBANTUAN CERITA PENDEK TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

CIRC

(

COOPERATIVE

INTEGRATED READING AND COMPOSITION

) BERBANTUAN

CERITA PENDEK TERHADAP KETERAMPILAN

MEMBACA PEMAHAMAN

L. Sandiyani, Nym. Kusmariyatni, I Kt. Dibia

Jurusan PGSD, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: luhsandiyani33@gmail.com, nyomankusmariyatni@yahoo.co.id,

dibiabhs@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) berbantuan cerita pendek dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran langsung terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa SD kelas V di Gugus VI Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V di Gugus VI Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 158 orang. Objek penelitian ini adalah keterampilan membaca pemahaman. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah tes. Jenis tes yang digunakan adalah tes objektif dengan bentuk pilihan ganda. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) berbantuan cerita pendek dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran langsung terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa SD kelas V di Gugus VI Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2015/2016. Dilihat dari hasil uji hipotesis melalui uji-t ternyata H0 ditolak dan H1 diterima (thitung=21,885>ttabel=2,011) dengan taraf

signifikansi 5% dan nilai rerata kelompok yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) berbantuan cerita pendek lebih tinggi daripada kelompok yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran langsung (

X

eksperimen=21,17>

X

kontrol=19,5).

Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) cerita pendek berpengaruh terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa SD kelas V di Gugus VI Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2015/2016.

(2)

2 Abstract

This study aims to determine the differences between the groups of students that learned using learning models CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) aided short story with a group of students that learned to use direct instructional model to a skill students' reading comprehension grade V in Cluster VI District of Sawan Buleleng year 2015/2016 lesson. The subjects were fifth grade students in Cluster VI District of Sawan Buleleng in the academic year 2015/2016 which amounted to 158 people. The object of this study is the reading comprehension skills. Data collection methods used in this research is the method of observation. The instruments used to obtain data is a test. The type of test used is an objective test with multiple choice. Data were analyzed using descriptive statistics and inferential statistics (t-test). These results indicate there are significant differences between the groups of students that learned using learning models CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) aided short story with a group of students that learned to use direct instructional model to a skill students' reading comprehension grade V in Cluster VI District of Sawan District Buleleng school year 2015/2016. Judging from the results of hypothesis testing via t-test turns H0 and H1 accepted (t = 21.885> table = 2.011) with a significance level

of 5% and the average value of the group that learned using learning models CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) aided the short story more higher than the group that learned using direct learning model (X experimental = 21.17>X control = 19.5). Thus, the use of the learning model CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) short story effect on students' reading comprehension skills of grade V in Cluster VI District of Sawan Buleleng in the academic year 2015/2016.

Keywords: CIRC, short stories, reading comprehension skills

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan usaha yang dilaksanakan untuk mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik. Pendidikan wajib dilaksanakan secara bertahap untuk memperoleh pendidikan yang layak. Daryanto (2013:1) menyatakan, “pendidikan merupakan pendewasaan peserta didik agar dapat mengembangkan bakat, potensi dan ketrampilan yang dimiliki dalam menjalani kehidupan, oleh karena itu sudah seharusnya pendidikan didesain guna

memberikan pemahaman serta

meningkatkan prestasi belajar peserta didik (siswa)”.

Salah satu yang berperan penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan adalah guru. Tugas guru ialah mengelola kelas untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa sehingga terjadi proses pembelajaran yang

menyenangkan. Situasi yang

memungkinkan terjadinya kegiatan pembelajaran yang optimal adalah suatu situasi dimana siswa dapat berinteraksi

dengan komponen lain secara optimal dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran akan bermakna apabila melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

Dalam rangka mencapai

keberhasilan pembelajaran perlu dipersiapkan model pembelajaran dan media pembelajaran yang tepat agar

dapat mempengaruhi proses

pembelajaran di kelas. Arends (dalam Rosdiani, 2012:77) menyatakan, model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Daryanto (2013:5) menyatakan, “media pembelajaran digunakan sebagai alat dan bahan kegiatan pembelajaran”. Untuk itu diperlukan guru yang profesional yang mampu menerapkan berbagai strategi, pendekatan, model, dan metode pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga dapat menciptakan

1

(3)

3 pembelajaran yang berkualitas. Daryanto (2013:8) menyatakan, “dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa)”. Satu inovasi yang menunjang proses pembelajaran adalah ditemukan model-model pembelajaran inovatif dan konstruktif yang lebih tepat dalam

mengembangkan dan menggali

pengetahuan peserta didik secara konkret dan mandiri. Jika pemilihan model dan media pembelajaran sudah tepat maka tujuan pembelajaran akan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Berkaitan dengan penggunaan model dan media pembelajaran yang tepat, guru seharusnya mampu

menggunakan model dan media

pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa di SD. Keterampilan membaca merupakan salah satu keterampilan yang dimiliki mata pelajaran Bahasa Indonesia. Keterampilan membaca sebagai jenis kemampuan manusia sebagai produk belajar dari lingkungan. Membaca menjadi sebuah aktivitas yang dapat dilakukan oleh semua orang baik siswa maupun masyarakat umum. Membaca mempunyai peran dalam mengetahui berbagai macam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. Melalui membaca, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diketahui dan dipahami sebelum dapat diaplikasikan. Membaca dapat diibaratkan sebagai kunci pembuka gudang ilmu dan pengetahuan (Sudiana, 2007: 2).

Kegiatan membaca perlu dibiasakan sejak dini, yakni mulai dari anak mengenal huruf. Jadikanlah kegiatan membaca sebagai suatu kebutuhan dan menjadi hal yang menyenangkan bagi siswa. Membaca dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja asalkan ada keinginan, semangat, dan motivasi. Kenyataan yang saat ini terjadi di lapangan nampaknya tidak seperti yang diharapkan, karena aktivitas membaca masih tergolong rendah, terutama untuk kalangan pelajar. Keluhan tentang rendahnya kebiasaan membaca dan kemampuan membaca

tersebut, tidak bisa dikatakan sebagai kelalaian guru pada sekolah yang bersangkutan. Pada saat di rumah, peranan orang tualah yang lebih dominan dalam membentuk kebiasaan membaca anak. Bagaimana mungkin seorang anak memiliki kebiasaan membaca yang tinggi sedangkan orang tuanya tidak pernah memberikan contoh dan mengarahkan anaknya agar terbiasa membaca. Kemudian pada saat anak memasuki usia sekolah, barulah guru memiliki peran dalam mengembangkan minat baca yang kemudian dapat meningkatkan kebiasaan membaca siswa.

Robinson, Durkin, dan Gunning (dalam Sudiana, 2007) menyatakan, Pemahaman tidak biasa terlepas dari

kegiatan membaca. Pemahaman

merupakan prasyarat bagi

berlangsungnya suatu tindakan membaca. Membaca dikatakan tidak berlangsung bila tidak ada pemahaman. Walaupun seseorang bisa melafalkan kata-kata yang ada di dalam teks dengan benar, tetapi jika tidak memahami apa yang dibaca, orang tersebut tidak biasa dikatakan melakukan tindakan membaca. Tarigan (1990:56) menyatakan, membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang mendalam serta pemahaman tentang apa yang dibaca.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 7 Desember 2015 yang dilakukan beberapa SD di Gugus VI Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng yang meliputi: SDN 1 Sangsit, SDN 4 Sangsit, SDN 7 Sangsit, SDN 8 Sangsit, dan SDN 1 Kerobokan. Di sekolah tersebut, proses pembelajaran masih menggunakan metode guru yang lebih aktif dibandingkan dengan siswa (teacher centered). Hal ini disebabkan oleh beberapa factor yaitu, (1) metode yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya untuk

pembelajaran membaca kurang

bervariasi, (2) metode yang sering digunakan oleh guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya membaca adalah metode ceramah dan penugasan, (3) kurangnya interaksi antara siswa dan

(4)

4 siswa serta siswa dan guru, dan (4) kurangnya memanfaatkan penggunaan media pembelajaran pada saat proses pembelajaran, guru hanya menggunakan media buku paket mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V.

Dari permasalahan tersebut, proses pembelajaran yang diperoleh merupakan hasil dari ulangan akhir semester mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pada proses pembelajaran guru dituntut untuk mampu menyiasati dan mencermati keadaan tersebut agar proses pembelajaran di kelas lebih efektif. Salah satu yang dapat dilakukan guru yaitu dengan memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan dan menyesuaikan dengan keadaan siswa yang kemampuan beragam. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah model pembelajaran kooperatif.

Rusman (2013:202) menyatakan, “pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen”. Model pembelajaran kooperatif yang dimaksud adalah model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition).

Slavin (2008:16) menyatakan,

“Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) merupakan program komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada kelas sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah”.

Model pembelajaran CIRC

(Cooperative Integrated Reading and

Composition) terdiri dari tiga tahapan yang meliputi: tahap prabaca yang mencakup kelompok membaca dan memperkenalkan cerita yang akan anak baca, tahap membaca yang mencakup membaca berpasangan, menulis cerita yang bersangkutan dan tata bahasa cerita, mengucapkan kata-kata dengan keras, dan makna kata, dan tahap pascabaca

mencakup menceritakan kembali cerita, pemeriksaan oleh pasangan, dan tes. Diterapkannya model pembelajaran ini secara tidak langsung siswa akan berpartisifasi aktif dalam pembelajaran karena dalam pembelajaran ini seluruh siswa dituntut untuk integratif dalam pelaksanaan membaca.

Selain penggunaan model

pembelajaran yang tepat, penggunaan media juga harus diperhatikan. Maka dalam penggunaan suatu model pembelajaran, guru juga harus mengupayakan penggunaan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik materi dan siswa. Penggunaan media sebagai alat bantu diyakini dapat meningkatkan pemahaman siswa, sehingga siswa lebih mudah memahami pembelajaran. Salah satu media yang digunakan saat membaca yaitu cerita pendek. Cerita pendek merupakan salah satu jenis karya fiksi yang ceritanya ditulis pendek yang sering disebut cerpen. Priyatni (2010:126) menyatakan, “cerita pendek sesuai dengan namanya, memperlihatkan sifat yang serba pendek, baik peristiwa yang diungkapkan, isi cerita, jumlah pelaku dan jumlah kata yang digunakan”.

Uraian mengenai model

pembelajaran CIRC (Cooperative

Integrated Reading and Composition)

berbantuan cerita pendek di atas dapat memberikan gambaran bahwa model ini

mampu memberikan peningkatan

keterampilan membaca pemahaman pada siswa sekolah dasar. Pada setiap tahap kegiatan yang dilakukan memberikan peluang bagi siswa untuk melatih keterampilannya. Dengan demikian siswa menjadi terlibat secara penuh dalam proses pembelajaran.

Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui perbedaan antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran CIRC

(Cooperative Integrated Reading and

Composition) berbantuan cerita pendek dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran langsung terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa SD kelas V

(5)

5 di Gugus VI Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2015/2016.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang meneliti hubungan sebab akibat dengan memanipulasi satu atau lebih variabel pada satu atau lebih kelompok eksperimental. Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol (yang tidak dimanipulasi). Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD kelas V di Gugus VI Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2015/2016. Gugus ini terdiri dari lima sekolah, namun terdapat enam kelas V dengan jumlah seluruh siswanya sebanyak 158 siswa yaitu SDN 1 Sangsit (kelas VA dan VB), SDN 4

Sangsit, SDN 7 Sangsit, SDN 8 Sangsit, dan SDN 1 Kerobokan. Sampel diambil dengan cara teknik random sampling. Teknik ini dengan cara mencapur subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama, semua subjek mendapat hak yang sama untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi anggota sampel (Agung, 2011:46). Teknik random sampling dipilih karena sasaran dari sampling pada penelitian ini adalah kelas V dari masing-masing SD di Gugus VI Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2015/2016.

Untuk mengetahui apakah

kemampuan siswa kelas V masing-masing SD setara atau belum, maka terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan dengan menggunakan analisis varians satu jalur (ANAVA A). Berdasarkan hasil analisis dengan ANAVA A pada taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai Fhitung=10,764 sedangkan nilai Ftabel pada

dbantar = 5 dan dbdal =152 yaitu diperoleh

Ftabel = 2,274. Maka terlihat Fhitung>Ftabel,

sehingga H1 diterima. Kemudian dari hasil

uji t-Scheffe dengan taraf signifikansi 5% dengan ttabel = 1,976 kepada keenam

kelompok tersebut didapatkan thitung<ttabel

pada beberapa kelompok. Dari hasil uji

tersebut, diperoleh SDN 4 Sangsit, SDN 7 Sangsit, SDN 8 Sangsit, dan SDN 1 Kerobokan memiliki hasil ulangan yang setara. Selanjutnya dari empat SD yang ada di Gugus VI Kecamatan Sawan

Kabupaten Buleleng dilakukan

pengundian untuk diambil dua kelas yang akan dijadikan subjek penelitian. Dari hasil undian didapatkan 1 pasang kelas yaitu SDN 4 Sangsit dan SDN 1 Kerobokan. Kedua kelas ini kemudian diundi kembali untuk menentukan 1 kelas sebagai kelompok eksperimen dan 1 kelas sebagai kelompok kontrol. Hasil pengundian didapat SDN 1 Kerobokan sebagai kelompok eksperimen dan SDN 4 Sangsit sebagai kelompok kontrol.

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah

Nonequivalen Post Test Only Control

Group Design. Dalam Nonequivalen Post Test Only Control Group Design terdapat dua kelompok yang dipilih sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading

and Composition) berbantuan cerita

pendek, sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan berupa model pembelajaran langsung. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran CIRC (Cooperative

Integrated Reading and Composition)

berbantuan cerita pendek yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran langsung yang diterapkan pada kelompok kontrol sebagai suatu perlakuan. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan membaca pemahaman.

Jenis data yang diperlukan adalah data kuantitatif. Subjek data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah keterampilan membaca pemahaman. Objek pengumpulan data pada penelitian ini adalah siswa kelas V di SDN 1 Kerobokan dan siswa kelas V di SDN 4 Sangsit tahun pelajaran 2015/2016. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi. Instrumen penelitian juga digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan

(6)

6 menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala”. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V adalah tes. Jenis tes yang digunakan adalah tes objektif dengan bentuk pilihan ganda. Tes ini terdiri dari 40 butir soal yang terdiri dari empat alternatif jawaban (a, b, c, atau d) yang ditugaskan untuk memilih salah satu jawaban yang menurutnya benar. Setiap jawaban benar akan diberi skor satu (1), serta siswa yang menjawab salah diberi skor nol (0).

Instrumen penelitian tersebut telah dianalisis dengan menggunakan uji validitas, uji reliabilitas tes, taraf kesukaran tes, dan daya pembeda tes, Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas, dari 40 butir soal yang dianalisis diperoleh 35 butir soal yang valid dan 5 butir soal yang tidak valid/gugur. Adapun jumlah soal yang digunakan dalam post-test adalah 30 soal. Dari uji reliabilitas tes diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,876 yang berada pada rentang 0,80

r

111,00 dengan kriteria reliabilitas sangat tinggi. Pada taraf kesukaran tes diperoleh indeks kesukaran tes sebesar 0,536 yang berada pada rentang 0,30 – 0,70 dengan taraf kesukaran perangkat tes tergolong sedang. Kemudian daya beda perangkat tes diperoleh hasil 0,422 yang berada pada rentang 0,40 – 0,70 dengan daya pembeda perangkat tes tergolong baik, sedangkan untuk daya beda butir tes dalam penelitian ini, tes yang digunakan memiliki kriteria daya beda mulai dari cukup, baik, dan sangat baik.

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data yang diperoleh. Data yang telah diperoleh dari penelitian dideskripsikan menurut masing-masing variabel, yaitu keterampilan membaca pemahaman siswa SD. Analisis deskriptif menampilkan mean, standar deviasi, modus, median, nilai minimum, nilai maksimum, jangkauan, dan jumlah data dari setiap

variabel yang diteliti. Selain mendapatkan harga-harga tersebut, ditampilkan juga tabel distribusi frekuensi dan grafik poligon untuk setiap variabel penelitian. Analisi statistik inferensial dilakukan dua pengujian, yaitu uji prasyarat dan uji hipotesis. Uji prasyarat analisis ini dilakukan untuk memperoleh fakta apakah data memenuhi persyaratan homogenitas varians dan normalitas sebaran. Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan analisis uji t (t-test) dengan rumus polled varians. Polled varians digunakan dalam uji hipotesis penelitian ini karena jumlah

anggota sampel pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol tidak sama, serta varians homogen.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil post-test keterampilan membaca pemahaman terhadap 27 orang

siswa kelompok eksperimen,

menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 28 dan skor terendah adalah 17. Dari hasil

post-test diperoleh rentangan skor

kelompok eksperimen adalah 12, banyak kelas interval adalah 6, dan panjang kelas interval adalah 2. Adapun dari hasil perhitungan, diketahui banyaknya siswa yang memperoleh skor antara 17 sampai 18 yaitu 4 orang, siswa yang memperoleh skor antara 19 sampai 20 yaitu 4 orang, siswa yang memperoleh skor antara 21 sampai 22 yaitu 6 orang, siswa yang memperoleh skor antara 23 sampai 24 yaitu 8 orang, siswa yang memperoleh skor antara 25 sampai 26 yaitu 2 orang, dan siswa yang memperoleh skor antara 27 sampai 28 yaitu 3 orang. Kemudian hasil penelitian telah dikonversikan dalam kriteria hitung untuk kelompok eksperimen yaitu mean, median, modus, varians, dan standar deviasi. Sehingga diperoleh Me=22,17, Md=22,33, Mo=23,

s

2

9,28

, dan s3,05.

Data hasil post-test kelompok eksperimen, dapat disajikan dalam bentuk kurve poligon seperti gambar 1.

(7)

7 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 17,5 19,5 21,5 23,5 25,5 27,5

Gambar 1. Kurve Poligon Hasil Post-Test Kelompok Eksperimen

Berdasarkan kurve poligon tersebut, diketahui nilai Mo>Me>M atau 23>22,33>22,17, maka data tersebut termasuk pada kurve juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di atas rata-rata lebih besar dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata-rata.

Skor rata-rata keterampilan membaca pemahaman siswa kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran CIRC (Cooperative

Integrated Reading and Composition)

berbantuan cerita pendek adalah 22,17. Adapun siswa yang memiliki skor berada di bawah rata-rata yaitu 14 orang dengan persentase 51,85% dan siswa yang memiliki skor berada sama dengan atau di atas rata-rata yaitu 13 orang dengan persentase 40,15%. Jika mean 22,17 dikonversikan ke dalam tabel pedoman konversi maka berada pada rentang 17,5≤M<22,5. Jadi, keterampilan membaca pemahaman yang dicapai oleh kelompok eksperimen adalah persentase 44,44% dengan kategori baik.

Sedangkan hasil post-test keterampilan membaca pemahaman terhadap 25 orang siswa kelompok kontrol, menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 26 dan skor terendah adalah 15.

Dari hasil post-test diperoleh rentangan skor kelompok kontrol adalah 12, banyak kelas interval adalah 6, dan panjang kelas interval adalah 2. Adapun dari hasil perhitungan, diketahui banyaknya siswa yang memperoleh skor antara 15 sampai 16 yaitu 5 orang, siswa yang memperoleh skor antara 17 sampai 18 yaitu 6 orang, siswa yang memperoleh skor antara 19 sampai 20 yaitu 4 orang, siswa yang memperoleh skor antara 21 sampai 22 yaitu 5 orang, siswa yang memperoleh skor antara 23 sampai 24 yaitu 4 orang, dan siswa yang memperoleh skor antara 25 sampai 26 yaitu 1 orang. Kemudian hasil penelitian telah dikonversikan dalam kriteria hitung untuk kelompok kontrol yaitu mean, median, modus, varians, dan standar deviasi. Sehingga diperoleh

Me=19,5, Md=19,25, Mo=17,17,

10,56

2

s

, dan s3,25.

Data hasil post-test kelompok kontrol, dapat disajikan dalam bentuk kurve poligon seperti gambar 2.

0 1 2 3 4 5 6 7 15,5 17,5 19,5 21,5 23,5 25,5

Gambar 2. Kurve Poligon Hasil Post-Test Kelompok Kontrol

Berdasarkan kurve poligon tersebut, diketahui nilai Mo<Me<M atau 17,17<19,25<19,5, maka data tersebut termasuk pada kurve juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata-rata lebih besar dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di atas rata-rata.

Nilai Tengah Frek ue ns i M = 22,17 Mo = 23 Me = 22,33 Frek ue ns i Nilai Tengah M = 19,5 Mo = 17,17 Me = 19,25

(8)

8 Skor rata-rata keterampilan membaca pemahaman siswa kelompok kontrol dengan menggunakan model pembelajaran langsung adalah 19,5. Adapun siswa yang memiliki skor berada di bawah rata-rata yaitu 14 orang dengan persentase 56% dan siswa yang memiliki skor berada sama dengan atau di atas rata-rata yaitu 11 orang dengan persentase 44%. Jika mean 19,5 dikonversikan ke dalam tabel pedoman konversi maka berada pada rentang 17,5≤M<22,5. Jadi, keterampilan membaca pemahaman yang dicapai oleh

kelompok kontrol adalah persentase 44% dengan kategori baik.

Uji normalitas dilakukan untuk menguji suatu distribusi empirik mengikuti ciri-ciri distribusi normal atau untuk menyelidiki fo (frekuensi observasi) dari

gejala yang diselidiki tidak menyimpang secara signifikan dari fh (frekuensi

harapan) dalam distribusi normal. Uji normalitas data dilakukan terhadap data

post-test keterampilan membaca

pemahaman kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Hasil uji normalitas sebaran data post-test disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Post-Test No. Data Keterampilan

Membaca Pemahaman

2

χ

Nilai Kritis dengan Taraf Signifikansi 5% Status

1. Kelompok Eksperimen 4,222 7,815 Normal

2. Kelompok Kontrol 2,756 7,815 Normal

Hasil perhitungan dengan rumus Chi-Kuadrat, diperoleh

χ

2

hitung hasil

post-test keterampilan membaca pemahaman siswa kelompok eksperimen adalah 4,222 dan

χ

2

tabel dengan taraf signifikansi 5%

dan dk=3 adalah 7,815. Jadi,

χ

2

hitung hasil

post-test keterampilan membaca

pemahaman siswa kelompok eksperimen lebih kecil dari

χ

2

tabel (

χ

2hitung<

χ

2tabel),

sehingga data hasil post-test keterampilan membaca pemahaman siswa kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan,

χ

2

hitung hasil post-test

keterampilan membaca pemahaman siswa kelompok kontrol adalah 2,756 dan

χ

2

tabel dengan taraf signifikansi 5% dan

dk=3 adalah 7,815. Jadi,

χ

2

hitung hasil

post-test keterampilan membaca

pemahaman siswakelompok kontrol lebih kecil dari

χ

2

tabel (

χ

2hitung<

χ

2tabel), sehingga

data hasil post-test keterampilan membaca pemahaman siswa kelompok kontrol berdistribusi normal.

Uji homogenitas varians antar kelompok dilakukan untuk mengukur apakah sebuah group (kelompok data) mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Uji homogenitas varians untuk kedua kelompok digunakan uji Fisher (F) dengan kriteria data homogen jika Fhitung<Ftabel.

Rangkuman hasil uji homogenitas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Sumber Data Post-Test Fhitung Ftabel dengan Taraf

Signifikansi 5% Keterangan Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol 1,137 1,97 Homogen

Berdasarkan tabel di atas, diketahui Fhitung hasil post-test kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol adalah 1,137 sedangkan harga Ftabel dengan taraf

signifikansi 5% (α=0,05), dengan db

pembilang 27 – 1 = 26 dan db penyebut 25 – 1 = 24 adalah 1,97. Ini berarti bahwa harga Fhitung<Ftabel, maka H0 diterima dan

(9)

9 kelompok eksperimen dan kelompok kontrol homogen.

Uji prasyarat analisis data yaitu uji normalitas dan uji homogenitas diperoleh bahwa data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Sesuai dengan hal tersebut maka dilanjutkan pada pengujian hipotesis tindakan atau hipotesis alternatif (H1).

Dalam penelitian ini pengaruh treatment dianalisis dengan statistik t-test. Jika

terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan. Adapun pengujian hipotesis menggunakan t-test kelompok independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians.

Rangkuman hasil analisis uji-t kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rangkuman Hasil Analisis Uji-t Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

No. Sampel n db X s2 t

hitung ttabel

1. Kelompok Eksperimen 27

52 22,17 9,28 21,885 2,011

2. Kelompok Kontrol 25 19,5 10,56

Dari hasil perhitungan uji-t diperoleh thitung sebesar 21,885, sedangkan ttabel

dengan taraf signifikansi 5% dan db = n1 +

n2 – 2 = 27 + 25 – 2 = 50 diperoleh 2,011.

Karena nilai thitung lebih besar dari pada

ttabel (21,885>2,011), maka H0 ditolak dan

H1 diterima. Dengan demikian, dapat

disintesiskan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran CIRC (Cooperative

Integrated Reading and Composition)

berbantuan cerita pendek dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran langsung terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa SD kelas V di Gugus VI Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2015/2016.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, kelompok siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model

pembelajaran model pembelajaran CIRC

(Cooperative Integrated Reading and

Composition) berbantuan cerita pendek memiliki keterampilan membaca

pemahaman yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung. Tinjauan ini didasari pada rata-rata skor keterampilan membaca pemahaman. Keterampilan membaca pemahaman

siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol. Rata-rata skor keterampilan membaca pemahaman siswa kelompok eksperimen adalah 22,17 berada pada kategori baik sedangkan skor hasil keterampilan membaca pemahaman siswa kelompok kontrol adalah 19,5 berada pada kategori baik. Jika hasil

post-test siswa kelompok eksperimen

digambarkan dalam kurve poligon tampak bahwa kurve sebaran data merupakan juling negatif yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung tinggi. Sedangkan pada kelompok kontrol, jika hasil post-test siswa digambarkan dalam kurve poligon tampak bahwa kurve sebaran data merupakan juling positif yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung rendah.

Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t, diketahui thitung=21,885

dan taraf signifikansi 5% diperoleh ttabel=2,011. Hasil perhitungan tersebut

menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari

ttabel (thitung>ttabel), sehingga hasil penelitian

adalah signifikan. Dengan demikian, terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran CIRC

(Cooperative Integrated Reading and

Composition) berbantuan cerita pendek dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran langsung terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa SD kelas V

(10)

10 di Gugus VI Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2015/2016.

Perbedaan yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran CIRC

(Cooperative Integrated Reading and

Composition) berbantuan cerita pendek dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung disebabkan karena perbedaan perlakuan pada langkah-langkah pembelajaran dan proses penyampaian materi. Di dalam model pembelajaran CIRC (Cooperative

Integrated Reading and Composition)

berbantuan cerita pendek dipandang perlu untuk diterapkan dalam pembelajaran, hal ini dikarenakan model pembelajaran CIRC melibatkan peran siswa pada tahap prabaca, tahap membaca, dan tahap pascabaca. Di samping itu, model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) juga berorientasi pada kemampuan membaca dan menulis, dimana fokus pembelajaran tergantung apa yang siswa baca. Dimaksudkan agar tujuan akhir dari proses pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik dan tepat sasaran.

Temuan penting yang dapat mempengaruhi perbedaan yang signifikan terhadap membaca pemahaman siswa dalam penggunaan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading

and Composition) berbantuan cerita

pendek yaitu: (1) penggunaan model pembelajaran CIRC (Cooperative

Integrated Reading and Composition)

berbantuan cerita pendek dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman cerita pendek, (2) rasa percaya diri dapat memberikan pengaruh pada keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan dan ide-idenya, (3) penggunaan model pembelajaran CIRC

(Cooperative Integrated Reading and

Composition) berbantuan cerita pendek dapat memberikan pemahaman siswa untuk menemukan arti dan maksud dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan

oleh guru mengenai membaca

pemahaman tersebut, (4) pengalaman tentang membaca pemahaman cerita

pendek dapat memberikan pengaruh mengenai pemahaman siswa terhadap suatu konsep membaca cerita pendek.

Teori yang dikemukakan oleh Abidin (2012:168) menyatakan, “model pembelajaran CIRC pada dasarnya

bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan sekaligus membina kemampuan menulis bahan bacaan yang dibacanya”. Model CIRC dapat membantu guru memadukan kegiatan membaca dan menulis sebagai kegiatan integratif dalam pelaksanaan membaca.

Penggunaan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading

and Composition) berbantuan cerita

pendek dalam proses pembelajarannya dapat memberikan peluang kepada siswa untuk belajar membaca dan menulis secara terpadu mengenai bacaan dan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman cerita pendek. Siswa dapat bekerja dalam kelompok dan saling membantu dengan siswa yang lemah serta dominasi guru berkurang sehingga situasi pembelajaran lebih menyenangkan, yang berarti keterampilan membaca pemahaman siswa akan mudah tercapai secara optimal.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kagan (dalam Suprianto, 2012) menyatakan, pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang sukses di mana tim kecil, masing-masing dengan siswa dari tingkat kemampuan yang berbeda, menggunakan berbagai aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang suatu subjek. Setiap anggota tim bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga menciptakan suasana prestasi bersama-sama.

Keberhasilan dalam membaca pemahaman pada bahasa Indonesia tidak lepas dari setiap tahapan atau proses yang dilalui dalam pembelajaran. Tumbuhnya rasa percaya diri sangat mendorong siswa untuk meningkatkan keberanian siswa dalam menjawab

(11)

11 pertanyaan dan ide-idenya, karena mereka bekerja dalam kelompok sehingga tidak merasa malu untuk berkomentar dan mereka saling membantu dengan siswa yang lemah. Pernyataan tersebut sejalan dengan teori Kurniasih (2015:90) menyatakan, dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk

memahami suatu konsep dan

menyelesaikan tugas (task), sehingga terbentuk pemahaman dan pengalaman belajar yang lama.

Penggunaan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading

and Composition) berbantuan cerita

pendek dapat memberikan pengalaman baru kepada siswa untuk menemukan arti dan maksud dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan, karena siswa menemukan sendiri pengetahuannya sehingga dapat meningkatkan pemahaman membaca. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Tarigan (dalam Somadayo, 2011:12) menyatakan, tujuan utama membaca pemahaman adalah untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertannyaan yang disediakan oleh pembaca berdasarkan teks bacaan.

Penggunaan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) tidak berpusat pada guru melainkan pada siswa, sehingga siswa sendiri yang aktif untuk membangun pengetahuannya. Peran guru dalam pembelajaran hanya sebagai fasilitator dan moderator yang memberikan tanggung jawab kepada siswa untuk memperoleh sendiri pengetahuan yang diperlukan melalui interaksi dengan anggota kelompoknya. Berbeda dengan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran langsung yang berpusat pada guru, sehingga siswa cenderung pasif. Pembelajaran langsung tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif mencari, menemukan sekaligus menentukan jalan keluar dari masalah yang ditemui. Keterampilan membaca pemahaman siswa pada kelompok kontrol yang

mengikuti pembelajaran langsung lebih rendah dibandingkan dengan kelompok eksperimen yang mengikuti model pembelajaran CIRC (Cooperative

Integrated Reading and Composition)

berbantuan cerita pendek. SIMPULAN DAN SARAN

Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran CIRC (Cooperative

Integrated Reading and Composition)

berbantuan cerita pendek dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran langsung terhadap keterampilan membaca pemahaman. Dapat dilihat dari hasil perhitungan uji hipotesis melalui uji-t ternyata H0 ditolak dan H1 diterima

(thitung=21,885>ttabel=2,011) dengan taraf

signifikansi 5%. Selain itu dilihat dari nilai rerata hitung, ternyata siswa kelompok yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran CIRC (Cooperative

Integrated Reading and Composition)

berbantuan cerita pendek lebih tinggi daripada siswa kelompok kontrol yang dibelajarkan menggunakan model

pembelajaran langsung

(X eksperimen=21,17> X kontrol=19,5).

Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran CIRC (Cooperative

Integrated Reading and Composition)

cerita pendek berpengaruh terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa SD kelas V di Gugus VI Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2015/2016.

DAFTAR RUJUKAN

Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran

Bahasa Berbasis Pendidikan

Karakter. Cetakan Ke-1. Bandung: PT Refika Aditama.

Agung, A. A. G. 2011. Metodologi

Penelitian Pendidikan Suatu

Pengantar. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.

(12)

12 Daryanto. 2013. Media Pembelajaran

Peranannya Sangat Penting dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran. Edisi I Cetakan Ke-2. Yogyakarta: Gava Media.

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press.

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2015.

Ragam Pengembangan Model

Pembelajaran untuk Peningkatan Profesionalisme Guru. Cetakan Ke-1. Yogyakarta: Kata Pena.

Kurniawan, Rahmad. 2013. “Makalah Keterampilan Berbahasa”. Tersedia pada

http://rahmadputeraindonesia.blogsp

ot.co.id/2013/03/makalah-keterampilan-berbahasa.html (diakses tanggal 23 Januari 2016) Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian

Pembelajaran Bahasa Berbasis

Kompetensi. Yogyakarta:

BPFE-Yogyakarta.

Priyatni, Endah Tri. 2010. Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta: Bumi Aksara.

Rahim, Farida. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Edisi II Cetakan Ke-2. Jakarta: Bumi Aksara.

Rofi’uddin, Ahmad dan Darmiyati Zuchdi. 1999. Pendiidkan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud. Rosdiani, Dini. 2012. Model Pembelajaran

Langsung dalam Pendidikan

Jasmani dan Kesehatan. Cetakan

Ke-1. Bandung: Alfabeta.

Rusman. 2013. Model-Model

Pembelajaran Mengembangkan

Profesionalisme Guru. Edisi II

Cetakan Ke-6. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Terjemahan Narulita Yusron.

Cooperative Learning: Theory,

Research and Practice. 2005.

Bandung: Nusa Media.

Somadayo, Samsu. 2011. Strategi dan

Teknik Pembelajaran Membaca.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudiana, I Nyoman. 2007. Membaca. Malang: UM PRESS.

Suprianto, Agus. 2012. “Teori Belajar dan

Model Pembelajaran Inovatif”.

Tersedia pada

http://agussuprianto09.blogspot.co.i d/2012/10/teori-belajar-dan-model-pembelajaran.html (diakses tanggal 21 Januari 2016)

Tarigan, Henry Guntur. 1990. Membaca

sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa. Cetakan Ke-10.

Gambar

Gambar 1. Kurve Poligon Hasil Post-Test  Kelompok Eksperimen

Referensi

Dokumen terkait

Sinaga, Rusintong., 2004, Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi dalam Mengkaji Perubahan Penggunaan lahan Kecamatan.. Umbulharjo tahun 1993-2004 ,

Tidak ada perbedaan pengaruh penerapan gaya mengajar resiprokal dengan self check terhadap hasil belajar keterampilan bolavoli pada kemampuan gerak rendah siswa putra kelas

Untuk itu, pada pembuatan rangkaian alat Lampu Sein Variasi ini bertujuan untuk mempelajari cara kerja dari Lampu sein variasi dan dapat menghasilkan output dengan variasi yang

Dapatan kajian mendapati bahawa guru Pendidikan Islam sentiasa mengamalkan akhlak mulia dalam proses pengajaran dan pembelajaran di bilik darjah seperti kasih sayang, ikhlas,

Dengan ini diberitahukan bahwa, setelah diadakan evaluasi dokumen prakualifikasi dan pembuktian kualifikasi oleh Panitia Pengadaan Barang/Jasa Badan Perencanaan

Mengidentifikasi desain produk dan pengemasan karya kerajinan tekstil berdasarkan konsep berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya..  Mengidentifikasi produk

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi dokumen penawaran paket pekerjaan Rehabilitasi Rumah Jabatan Walikota, maka sebagai kelanjutan proses, kami mengundang

Dari ketentuan tersebut terlihat bahwa tindak pidana yang dimaksud dalam Pasal 136 bis tersebut adalah tindak pidana biasa yakni tindak pidana yang dilakukan “dengan lisan”