• Tidak ada hasil yang ditemukan

GERAKAN MANDIRI PANGAN DAN ENERGI "GEMAR PANEN" Kelompok Tani Organik "PADA LIANG" Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Tahun Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GERAKAN MANDIRI PANGAN DAN ENERGI "GEMAR PANEN" Kelompok Tani Organik "PADA LIANG" Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Tahun Masyarakat"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

k r

Pra a s

Prakars

Prakarsa

Prakarsa

1. "PADA LIANG"

"Pada Liang" adalah singkatan dari Patuh Pada Legitimasi Anggota, sedangkan "Pada Liang" dalam bahasa Bali berarti "sama-sama senang". Cikal bakal kegiatan Kelompok Tani "Pada Liang" dimulai pada tahun 2007, namun secara formal baru dilembagakan pada 28 Nopember 2009, dan kemudian terus berkembang dengan sangat pesat. Kelompok Tani ini mempunyai semboyan, yaitu selalu mengutamakan keseimbangan lingkungan dalam setiap tindakan; selalu menekankan bahwa masyarakat pasti bisa dan harus mampu mandiri dalam segala aspek; selalu membuka

S A R I

Kelompok Tani Organik "Pada Liang" adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Kelompok Masyakarat yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2229 K/74/MEM/2011 Tanggal 27 September 2011 tentang Penerima Penghargaan Energi Prakarsa tahun 2011. Kelompok Tani Organik "Pada Liang" dalam lampiran Keputusan Menteri ESDM tersebut dinyatakan berjasa luar biasa memprakarsai pemenuhan kebutuhan pupuk organik dan gas rumah tangga secara mandiri sejak tahun 2009 memanfaatkan sisa olahan Reaktor Biogas dan membangun 53 Unit Reaktor Biogas berbagai tipe serta untuk keberlangsungan penyediaan gas dikembangkan khusus model fixed dome, dan dampak besar yang diperoleh meningkatnya kesadaran kemandirian energi dan kesejahteraan masyarakat. Kelompok Tani Organik "Pada Liang" berlokasi di Banjar (Dusun) Penyabangan, Desa/Kelurahan Kerta, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Propinsi Bali. Kondisi geografis Banjar Penyabangan berbukit halus sampai sedang dan tanahnya sangat subur untuk pertanian karena merupakan produk gunung api tua. Dusun (Banjar) Penyabangan berjarak kurang lebih 55 km dari kota Denpasar yang dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 1,5 jam karena melewati beberapa daerah wisata, seperti Payangan dan Ubud. Masalah utama yang dihadapi kelompok tani ini awalnya adalah bagaimana menyediakan pupuk organik dari kotoran sapi secara cepat, karena jika mengikuti cara alamiah diperlukan waktu minimal 3 bulan agar kotoran sapi dapat digunakan sebagai pupuk.

diri dengan berbagai informasi baru dan juga pihak-pihak baru untuk mendapatkan pengetahuan dan keahlian untuk menuju masyarakat mandiri; kreatif dalam pemanfaatan segala potensi yang ada di sekitar kita. Kesadaran bahwa akses terhadap teknologi, informasi, dan pengetahuan baru menjadi hak dari setiap anggota masyarakat; dn kepercayaan diri bahwa semua dapat kita pelajari saling berbagi pengalaman dan pengetahuan.

Sebagian besar mata pencaharian penduduk Banjar Penyabangan serta Desa Kerta umumnya adalah bercocok tanam, seperti jeruk, pisang, sayur-mayur, dan padi, dimana untuk

GERAKAN MANDIRI PANGAN DAN ENERGI

"GEMAR PANEN"

Kelompok Tani Organik "PADA LIANG"

(2)

44

M&E, Vol. 9, No. 4, Desember 2011

Prakarsa

Prakarsa

r k r

P a a sa

Prakarsa

pengairan sawah telah memiliki sistem subak

yang sudah sangat terkenal. Umumnya warga petani memilih pupuk organik sebagai penyubur tanaman mengingat harga pupuk biasa saat ini cukup mahal. Sudah merupakan tradisi turun-temurun bahwa petani di Bali seyogyanya memiliki sapi, sebagai alat bantu bertani untuk membajak serta kotorannya digunakan untuk pupuk. Namun kendala memakai pupuk dari kotoran sapi adalah waktu menunggu yang lama (sekitar 3 bulan) sampai gas yang ada pada kotoran tersebut lepas baru dapat dimanfaatkan untuk pupuk.

Menghadapi kendala tersebut, para petani yang umumnya memiliki sapi menghimpun diri untuk memecahkan masalah yang dihadapi bersama, agar pupuk dari kotoran sapi dapat dimanfaatkan secara cepat, serta bagaimana memanfaatkan gas dari kotoran sapi bagi kehidupan. Atas kesepakatan seluruh anggota Kelompok Tani Organik Pada Liang, maka dewan pengurus mendatangi instansi/lembaga yang dapat membantu dalam memecahkan masalah yang dihadapi para petani. Adapun lembaga yang memberikan bimbingan untuk pembuatan reaktor biogas adalah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Propinsi Bali dan Yayasan BIRU (biogas Rumah), untuk instalasi pemanfaatan biogas dibimbing oleh Yayasan BIRU sedangkan pemanfaatan sisa kotoran sapi (slurry) untuk menjadi pupuk organik dibimbing oleh BOA (Bali Organik Association) serta Dinas Peternakan Propinsi Bali.

22 2.

2. R AR AREAKTREAKTOR OR FF DFIXDOMEFIXDOMED

Metode yang diterapkan untuk pemanfaatan biogas dari limbah kotoran ternak oleh Kelompok Tani Organik Pada Liang saat ini hampir 75 % menggunakan digester (reaktor biogas) jenis "Fixdome" yang memiliki keunggulan dari jenis balon maupun jenis reaktor terapung (floating drum). Berdasarkan hasil kajian reaktor jenis fixdome (Gambar 1) diperoleh data bahwa untuk kedalaman reaktor 2 meter dan diameter 2 meter, ketinggian kubah 0,5 meter diperoleh volume reaktor sebesar 6,3 meter kubik (Gambar 2). Berdasarkan hasil

penelitian jenis reaktor tersebut, dapat bertahan lebih dari 30 tahun dengan jumlah ternak sapi yang dibutuhkan adalah 4 ekor, serta mampu menghasilkan gas yang dapat digunakan secara terus menerus selama 6 jam untuk memasak serta 3 titik lampu petromak berbahan bakar gas. Lamanya proses mulai dari saat pertama pengisian reaktor dengan kotoran ternak sampai menghasilkan gas adalah 7 hari. Proses pengisian selanjutnya dilakukan setiap 6 jam secara manual sesuai dengan kebutuhan. Proses produksi biogas dengan menggunakan reaktor jenis Fixdome, sebagai berikut: kotoran sapi ditampung dalam satu bak penampungan yang disebut toilet (Gambar 3) kemudian dicairkan agar mudah dialirkan ke dalam digester (reaktor biogas). Selanjutnya kotoran sapi yang telah dicairkan dialirkan ke dalam digester dengan volume berkisar antara 5,5 - 6 m3 . Di dalam digester, biogas terbentuk melalui proses gas bio dari material organik dengan bantuan bakteri. Gas bio yang terbentuk akan ditampung dalam kubah (dome) dan disalurkan melalui pipa gas utama yang dilengkapi dengan kran dan manometer sebagai alat control tekanan gas. Pengisian kotoran sapi ke dalam digester diatur secara manual melalui toilet sedangkan pembuangannya akan berlangsung secara otomatis melalui "outlet" sesuai inputnya dari toilet. Selanjutnya ampas kotoran sapi ditampung dalam lubang slurry untuk dimanfaatkan langsung sebagai pupuk organik (Gambar 4), ataupun diolah lagi melalui media cacing sebagai pupuk bekas cacing (kascing) sebelum dimanfaatkan (Gambar 5).

Untuk pembangunan reaktor biogas diperlukan : (1) tenaga tukang yang telah melalui pelatihan khusus dan bersertifikat (dari BPTP/Yayasan BIRU) sehingga sudah dijamin sangat paham tentang teknologi biogas ini, (2) alat-alat pertukangan dan perpipaan, (3) sarana kelengkapan lainnya seperti kompor gas, alat ukur tekanan gas (manometer), alat pembuangan air (water drain), dan alat penyaluran gas (pipa gas utama) dan lampu petromak yang dimodifikasi untuk menggunakan biogas (Gambar 6).

(3)

k r

Pra a s

Prakars

Prakarsa

Prakarsa

Gambar 1.

Gambar konstruksi digester (reaktor boigas) tipe "

fixed dome

" yang digunakan hampir

75% oleh Kelompok

(4)

46

M&E, Vol. 9, No. 4, Desember 2011

Prakarsa

Prakarsa

r k r

P a a sa

Prakarsa

Gambar 2. Pembuatan reaktor biogas tipe fixed dome

Gambar 3 . Reaktor biogas lengkap mulai dari kotoran sapi masuk, sampai kran pengatur keluarnya gas untuk dimanfaatkan

Gambar 4. Penampungan sisa kotoran sapi setelah keluar dari reaktor biogas yang akan dimanfaatkan untuk pupuk organik

Gambar 5. Pemanfaat biogas untuk mema-sak, menggunakan kompor gas yang telah dimodifikasi

Gambar 6. Pemanfaatan biogas untuk penerangan di dapur dengan menggunakan lampu petromak

(5)
(6)

48

M&E, Vol. 9, No. 4, Desember 2011

Prakarsa

Prakarsa

r k r

P a a sa

Prakarsa

serta media cetak nasional KOMPAS dan

JAKARTA POST yang menyajikan berita tentang keberhasilan kelompok tersebut dalam pemanfaatan, pengorganisasian dan pengelolaan biogas secara terintegrasi; menjadi nara sumber dalam acara PEBLIGBAGAN/ DISKUSI di sebuah Stasiun TV lokal; diundang sebagai nara sumber oleh pemerintah maupun pemerhati lingkungan dan energi untuk mensosialisaikan keberhasilan penggunakan biogas yang ramah lingkungan di berbagai daerah di Bali, Aceh dan Lampung serta sebagai rujukan bagi mahasiswa/pelajar dari berbagai perguruan tinggi/sekolah yang menekuni energi dan lingkungan.

Kelompok Tani Organik "Pada Liang" bekerjasama dengan Pemerintah Desa Kerta sedang menggagas program "Gemar Panen", yaitu Gerakan Mandiri Pangan dan Energi, yang dicanangkan dimulai pada tahun 2012. Bila pro-gram ini sukses maka sangat membantu peningkatan perekonomian masyarakat desa tersebut.

Kelompok Tani Organik "Pada Liang" merupakam kelompok tani yang mandiri serta memiliki daya juang yang tinggi. Hal ini terbukti dari perkembangan jumlah reaktor biogas yang sangat pesat tanpa dukungan subsidi dana dari pemerintah. Pendanaan pembuatan reaktor murni swadaya dari masyarakat, sedangkan dari pemerintah serta yayasan hanya mendapatkan bimbingan teknis. Bantuan keuangan yang diterima Kelompok Tani Organik "Pada Liang" hanya dari yayasan BIRU sebesar Rp.2.000.000,00 untuk setiap reaktor biogas setelah reaktor dibangun dan dinyatakan berfungsi dengan baik oleh yayasan tersebut. Ini berarti modal awal seluruh pembangunan reaktor sebelum dinyatakan berfungsi dengan baik tetap sepenuhnya dari swadaya masyarakat.

4. BBERKAT KOTTORAN SAPIRA A

Memiliki biogas berarti masyarakat telah memiliki sumber energi mandiri yang

berkelanjutan, murah, sehat, dan ramah lingkungan. Biogas memanfaatkan limbah kotoran ternak yang selalu tersedia di sekitar mereka, sehingga produksi gas bisa dihasilkan secara berkelanjutan. Memanfaatkan kotoran ternak untuk diolah menjadi gas berarti juga tidak mengeluarkan biaya untuk bahan bakar sehari-hari. Di samping itu, karena kotoran ternak telah diolah, maka pencemaran bau dan juga gas methan secara berlebihan ke alam lingkungan sekitar dapat dikendalikan. Sumber energi dari biogas juga lebih sehat karena tidak ada sisa pembakaran seperti halnya jika menggunakan kayu bakar yang bisa membahayakan saluran pernafasan penggunanya.

Dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kelompok Tani Organik "Pada Liang" sangat besar bagi kehidupan masyarakat di Banjar Penyabangan khususnya serta Desa Kerta umumnya. Sebelum adanya biogas kebanyakan rumah tangga di kampung-kampung agraris umumnya menggunakan kayu api (kayu bakar) sebagai bahan bakar untuk kepentingan memasak yang secara alamiah banyak tersedia di sekitar kampung. Ibu-ibu rumah tangga sebagian besar waktunya digunakan untuk mencari kayubakar di hutan sekitar kampung mereka atau bagi yang agak mampu akan membeli kayu bakar seharga Rp.3.000,00 -Rp.4.000,00/ikat yang digunakan untuk kebutuhan sehari. Namun setelah adanya biogas, ibu-ibu rumah tangga dapat menghemat sekitar Rp.90.000,00 - Rp.120.000,00/bulan untuk kebutuhan kayu bakar. Di samping itu waktu luangnya dapat dimanfaatkan mengurus/ mengawasi anak-anak, serta kegiatan produktif lain seperti membuat kerajinan, berdagang berbagai jenis kebutuhan sehari hari, dengan menghimpun diri dalam bentuk Kelompok Wanita Tani (KWT) maupun kegiatan perorangan. Perkembangan KWT di desa Kerta dengan berbagai kegiatan usahanya juga sangat pesat dimana, pada tahun 2007 hanya ada satu KWT, telah berkembang menjadi 5 buah KWT pada tahun 2011.

Di samping digunakan sebagai energi memasak, biogas juga digunakan sebagai penerangan

(7)

k r

Pra a s

Prakars

Prakarsa

Prakarsa

dengan menggunakan Lampu Petromak yang

telah dimodifikasi dengan istilah Petrogas (petromak berbahan bakar biogas). Umumnya penggunaan petrogas tersebut untuk penerangan kandang sapi sebanyak 2-3 titik lampu serta 1 titik untuk penerangan di dapur. Dari penggunaan 3-4 titik lampu tersebut, setiap rumah tangga dapat menghemat untuk pembayaran rekening listrik antara Rp.15.000,00 - Rp.17.000,00/bulan.

Sisa kotoran sapi yang telah diambil biogasnya digunakan sebagai pupuk organik, baik langsung maupun melalui proses dengan me-dia cacing yang disebut pupuk bekas cacing (kascing) untuk memenuhi kebutuhan pupuk organik para petani. Bila kebutuhan pupuk petani telah terpenuhi maka, sisa pupuk kascing kering dijual dengan harga Rp.500,00/kg di tempat. Setiap reaktor biogas menghasilkan minimal 20 kg pupuk organik perhari ekuivalen dengan Rp.10.000,00/hari, atau dapat memupuki tanaman di lahan seluas 3 are (300 m2) Air

kencing sapi juga ditampung dijadikan pupuk cair (biourine). Untuk biourine ini sedang dikembangkan oleh Kelompok Tani Organik "Pada Liang" bekerjasama dengan Universitas Udayana sebagai pupuk dan pembasmi hama. Kelompok Tani Organik "Pada Liang" yang terletak di Dusun Penyabangan, Desa Kerta karena kegiatannya memanfaatkan energi yang ramah lingkungan, melestarikan lingkungan dengan tidak merusak hutan untuk kebutuhan kayu bakar, serta kebersihan lingkungan dengan memanfaatkan seluruh kotoran sapi dari limbah menjadi berkah, maka menjadikan Desa tersebut memperoleh Penghargaan Desa Peduli Hutan dari Kementerian Kehutanan, merupakan dampak sosial yang sangat tinggi bagi masyarakat.

Dampak sosial yang juga tidak kalah pentingnya bagi masyarakat desa Kerta adalah meningkatnya kesadaran masyarakat akan hidup bersih dan sehat, bergotong royong, pelestarian lingkungan, serta kebanggaan warga desa karena Kelompok Tani Organik "Pada Liang" menjadi salah satu rujukan dari berbagai kalangan (kelompok tani, yayasan,

instansi pemerintah, perguruan tinggi, sekolah kejuruan) tentang pengelolaan dan pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadi berkah.

5. KKENDALA DAN SOLUSIA O I

Prospek ke depan untuk pemanfaatan biogas dari kotoran sapi (ternak) di Banjar Penyabangan Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar pada khususnya dan di Propinsi Bali pada umumnya adalah sangat baik, terutama di daerah pertanian, karena umumnya para petani di Bali memelihara sapi, baik sebagai pemilik maupun panyakap (memelihara sapi milik orang lain). Kendala utama untuk pengembangan pemanfaatan limbah kotoran adalah masalah biaya, dimana harga sapi Bali dewasa berkisar Rp.4,5 juta-Rp.5 juta per ekor, pembangunan reaktor biogas untuk menghasilkan 6,3 m3 biogas (4 ekor sapi)

serta instalasinya sampai dapat dimanfaatkan memerlukan biaya sekitar Rp. 6.100.000,00 serta pembuatan kandang permanen seluas 4x6m2 sekitar Rp. 6.000.000,00. Total biaya yang

dibutuhkan cukup besar, yaitu sekitar Rp.35.000.000,00 bersumber dari dana swadaya masyarakat dan subsidi dari BIRU -Hivos senilai Rp.2.000.000,00 untuk per unit reaktor yang telah dibangun dan berfungsi secara baik.

Bagi keluarga petani biaya tersebut sangat besar, sehingga menjadi masalah tersendiri bagi anggota kelompok tani organik "Pada Liang". Sedangkan untuk memperoleh kredit dari bank pemerintah tidak gampang karena harus memenuhi berbagai persyaratan. Untuk mengatasi masalah pendanaan tersebut, maka kelompok Tani Organik "Pada Liang" mendirikan Koperasi Tani "Amerta Nadi" yang akan membantu masalah keuangan para anggota (petani) yang akan membuat reaktor biogas. Di samping memberi bantuan keuangan, koperasi tersebut juga sebagai penghimpun hasil pertanian anggotanya untuk dipasarkan agar memperoleh harga yang layak serta terlepas dari para pengijon.

(8)

50

M&E, Vol. 9, No. 4, Desember 2011

Prakarsa

Prakarsa

r k r

P a a sa

Prakarsa

Untuk menumbuhkan kesadaran dan minat

memiliki reaktor biogas, kelompok ini melakukan berbagai kegiatan kreatif, seperti: (1)mengajak beberapa peternak berkunjung langsung ke unit reaktor untuk membuktikan sendiri kualitas gas dan pupuk organik yang dihasilkan; (2) melakukan promosi dengan mengadakan diskusi kelompok ke beberapa kelompok tani/ternak yang ada sehingga mereka memiliki pemahaman yang benar tentang manfaat biogas; (3) melibatkan kelompok-kelompok perempuan untuk mensosialisasikan biogas di forum-forum terkait; (4) menjalin kerjasama dengan media cetak dan elektronik melalui perantara BOA dan BIRU; (5) mengajak instansi terkait untuk melakukan kunjungan guna menjalin kerjasama dalam pengembangan energi terbarukan; (6) sepakat menargetkan sebanyak 70 unit reaktor biogas harus terbangun dalam periode 2011 ini. Sampai saat ini Kelompok Tani Organik "Pada Liang" mendapatkan dukungan media informasi untuk mempromosikan biogas dari BIRU-Hivos berupa brosur, spanduk, film, dan pelatihan terkait; sementara dari Yayasan BOA adalah pihak yang melakukan pengaturan pembagian kerja tukang biogas di wilayah yang membutuhkan dan juga BOA menyediakan peralatan yang dibutuhkan. Sementara kelompok tani organik "Pada Liang" sangat efektif dalam peran promosi ke sesama kelompok tani dan tokoh-tokoh desa yang ada di sekitar Penyabangan. Tanpa promosi, masyarakat tidak akan mengenal apalagi paham tentang biogas ini.

6. HARAPAN KEPADA PEMERINTAH Pola pengorganisasian, pengelolaan, dan pemanfaatan limbah kotoran ternak (sapi) yang diterapkan oleh Kelompok Tani Organik "Pada Liang" sangat tertata baik, mulai dari hulu sampai ke hilir. Pola ini dapat diadopsi dan dijadikan model oleh Pemerintah untuk disebarluaskan dan ditularkan kepada masyarakat secara sistematik dan berkesinambungan karena hasilnya terlihat nyata khususnya kesadaran swadaya masyarakat untuk pemenuhan energi secara mandiri.

Peran pemerintah sangat diharapkan dan dibutuhkan, baik untuk penyebaran informasi maupun pendanaan pemberian kredit lunak tanpa agunankhususnya bagi petani yang memiliki lahan terbatas untuk pembelian sapi, pembuatan kandang permanen dan pembuatan reaktor biogas agar setiap keluarga petani memiliki sapi untuk pemenuhan kebutuhan pupuk dan biogas secara mandiri. Sehingga masyarakat terpencil di pedesaan dapat menikmati energi biogas dan pupuk organik untuk kebutuhan para petani. Pemasyarakatan penggunaan biogas secara massal sekaligus membantu mengurangi beban Pemerintah untuk penyediaan energi di daerah terpencil.

*

Disusun oleh

I W Lugra, Agus Setiya Budhi, Andi H Sianipar - Puslitbang Geologi Kelautan

I M Witarjana - Ketua Kelompok Tani

Gambar

Gambar 2. Pembuatan reaktor biogas tipe fixed dome

Referensi

Dokumen terkait

Keadaan yang demikian ini, tentu saja menimbulkan kesan bahwa di Indonesia telah ada UU tentang agraria / pertanahan yang bersifat nasional, ternyata di sebagian wilayah negara

Saya Fitriyana adalah mahasiswa Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Esa Unggul yang sedang mengadakan studi penelitian untuk penyelesaian tugas akhir mengenai

 Pertama kali Windows Mobile muncul sebagai sistem operasi Pocket PC 2000, sebagian besar perangkat yang menggunakan Windows Mobile memiliki stylus pen yang digunakan sebagai

Pamerdi Giri Wiloso, M.Si, Phd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Satya Wacana Salatiga, sekaligus dosen pembimbing utama, yang dengan penuh apresiasi dan

UML digunakan dalam ruang lingkup pemrograman berorientasi objek yang dapat membantu desainer perangkat lunak sebagai sarana analisis, pemahaman, visualisasi, dan

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 115, pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota antara lain memberikan

Tabulasi data kelimpahan populasi dapat dilakukan dengan dua cara, pertama ranking kelimpahan populasi, ini digunakan untuk komunitas yang hanya terdiri dari

Agar hama eksotik ini dapat dikendalikan secara hayati dengan keberhasilan yang tinggi perlu pemahaman tentang penyebaran, tumbuhan inang, populasi, serangan, biologinya,