• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. World Business Council for Sustainable Development (2005), kondisi air di dunia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. World Business Council for Sustainable Development (2005), kondisi air di dunia"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu sumber daya yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Air berperan utama dalam pemenuhan hajat hidup manusia, khususnya dalam mendukung ketersediaan bahan makanan. Berdasarkan data yang dilansir World Business Council for Sustainable Development (2005), kondisi air di dunia dibagi menjadi tiga, yaitu: a) Air laut dan air yang tidak bisa diminum (97 persen), b) Air bersih yang masih beku (2,5 persen), c) Air bersih yang tersedia dan biasa dikonsumsi manusia (0,5 persen). Mengacu pada data tersebut, kapasitas air bersih yang bisa dikonsumsi manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kebutuhan pertanian, maupun industri hanya mencakup 0,5 persen dari total air yang tersedia. Seiring berjalannya waktu, permintaan semakin bertambah banyak sejalan dengan bertambahnya populasi. Sehingga, tidak heran apabila terjadi kelangkaan air bersih dunia, akibat permintaan (demand) akan air bersih tersebut ditabrakkan dengan situasi penawaran (supply) air bersih yang jumlahnya relatif tetap dan terbatas. Selain itu, degradasi air tanah akibat intensifikasi dan ekstensifikasi lahan yang berlebihan semakin memperburuk kelangkaan air bersih. Data menunjukkan bahwa sekitar 1.500 km3 limbah air dihasilkan tiap tahunnya kurang lebih setara enam kali lebih banyak dibandingkan dengan air sungai yang ada di dunia (UN WWAP 2003). Akibatnya, terjadi penurunan kesehatan penduduk baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini dipertegas oleh fakta dari World

(2)

Health Organization (WHO) yang menunjukkan bahwa di tahun 2002, jumlah kematian tertinggi anak-anak usia dibawah 5 tahun disebabkan infeksi penyakit yang muncul sebagai dampak dari pencemaran air. Serta, jumlah kematian yang disebabkan oleh kualitas air yang buruk (unsafe water) lebih banyak dibandingkan akibat dari korban kekerasan termasuk di dalamnya korban perang.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui program Millennium Development Goals telah berkomitmen untuk memastikan keberlanjutan lingkungan, salah satunya adalah mengurangi hingga setengah jumlah negara-negara yang mengalami kesulitan air bersih pada tahun 2015. Angka tersebut sudah termasuk negara-negara berkembang yang kesulitan dalam mengakses air bersih. Program ini kemudian dilanjutkan dalam Sustainable Development Goals poin ke-6 yang menjamin tersedianya air bersih dan sanitasi dalam 15 tahun ke depan atau hingga pada tahun 2030. Penegasan kembali program terkait ketersediaan air bersih dalam SDG’s diharapkan mampu meniadakan daerah yang masih mengalami kekeringan ataupun daerah yang kekurangan air bersih.

Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, khususnya air tidak lepas dari ancaman kekeringan di beberapa wilayah. Penyebab kekeringan adalah menurunnya curah hujan pada periode yang lama karena disebabkan oleh interaksi atmosfer dan laut serta akibat ketidakteraturan suhu permukaan laut seperti akibat yang ditimbulkan oleh fenomena el nino (BNPB dan BAPPENAS 2010). Ditambah lagi potensi kekeringan di suatu wilayah ini bisa diakibatkan susahnya akses terhadap sumber air.

(3)

Sama halnya dengan Gunung Kidul yang termasuk dalam salah satu kabupaten dengan tingkat kekeringan yang tinggi di Indonesia. Kekeringan yang melanda kabupaten ini rata-rata disebabkan masih kurangnya akses terhadap air bersih. Padahal menurut Acintyacunyata Speleological Club (ASC) dalam Pravita (2012), kawasan yang terdiri dari 65 persen kapur (karst) ini memiliki cadangan air tanah yang sangat melimpah dan berpotensi untuk menjadi sumber mata air bagi Provinsi DIY dan sekitarnya. Namun, potensi besar ini masih belum bisa tereksplorasi dengan baik hingga kini karena kendala modal dan teknologi. Berdasarkan data yang dirilis oleh BNPB pada tahun 2013, indeks kekeringan tertinggi memiliki skor 36, sementara di Kabupaten Gunung Kidul indeks kekeringannya memliki skor 24 dan masuk dalam 5 skor tertinggi indeks kekeringan (Badan Nasional Penanggulangan Bencana 2014). Dan indeks ini bisa saja terus naik dan berkembang tiap tahunnya karena semakin kompleksnya masalah kekeringan di Kabupaten Gunung Kidul.

Hal tersebut tentu sangat memprihatinkan bagi Gunung Kidul, karena potensi air tanah yang cukup besar namun juga memiliki potensi kekeringan yang tidak kalah besar. Contoh kecilnya adalah Desa Jepitu, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunung Kidul. Desa ini termasuk salah satu desa yang berpotensi kekeringan tiap tahunnya. Meskipun saat musim hujan masyarakat cukup terbantu dengan kepemilikan bak PAH (Penampung Air Hujan) oleh masing-masing rumah tangga sehingga dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, di musim kemarau, desa mengalami kekeringan air sehingga terpaksa membeli air tangki yang dikelola swadaya oleh masyarakat Desa Balong dengan harga

(4)

rata-rata Rp100.000 per tangkinya. Selain itu, air PDAM yang berasal dari Gua Bribin di Kecamatan Semanu sangat dirasa kurang dalam mencukupi kebutuhan air di Desa Jepitu.

Di balik fenomena kekeringan dan kelangkaan sumber air bersih, masyarakat Desa Jepitu mendapat harapan baru berupa potensi sumber air yang dapat digunakan sebagai pengganti air tangki selama musim kemarau. Sumber air ini berasal dari Gua Pulejejer, yang pada tahun 2015 akhirnya berhasil diangkat sampai ke mulut gua namun belum sampai pada tahap distribusi ke pemukiman masyarakat desa. Kendalanya adalah teknologi yang tidak sesuai dengan situasi topografi desa. Untuk memasuki pemukiman, tentu air harus bisa dipaksa untuk melewati daerah yang berbukit. Berkaca dari kondisi tersebut, tentu dibutuhkan nilai investasi yang sangat besar untuk memfasilitisinya.

Penentuan teknologi yang sesuai dengan keadaan, kebutuhan, dan kemampuan ekonomi masyarakat tentu sangat sulit untuk dipertimbangkan. Oleh karena itu dalam penelitian ini, penulis akan mencoba memberikan suatu gambaran nilai investasi yang bersedia dibayarkan masyarakat melalui metode penilaian kontingensi. Sehingga nantinya bisa menjadi pertimbangan dalam penentuan teknologi tepat guna serta sesuai dengan kemampuan ekonomi atau daya beli masyarakat di Desa Jepitu sebagai konsumen sumber air dari Gua Pulejajar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas tentu ada beberapa permasalahan yang dihadapi mulai dari kekeringan di musim kemarau yang membuat warga kesulitan

(5)

dalam memenuhi kebutuhan akan air, ditemukannya sumber air alternatif, penentuan teknologi yang efektif dan efisien untuk pengangkatan air selain metode gravitasi di Gua Pulejajar, teknologi untuk jalur distribusi air ke pemukiman warga, penetapan nilai investasi dan harga air Gua Pulejajar yang belum terukur. Namun dari beberapa masalah yang dihadapi penulis akan mencoba untuk membatasi permasalahan agar lebih fokus dan tidak melebar dari pembahasan. Batasan masalah yang dipakai adalah penentuan harga air dari Gua Pulejejer saat musim kemarau apabila berhasil didistribusikan sampai ke pemukiman warga Desa Jepitu.

Berangkat dari hal tersebut, penulis akan berusaha mengumpulkan informasi terkait dengan sumber air sehari-hari masyarakat, tingkat konsumsi, air dari Gua Pulejejer, serta besarnya nilai yang bersedia dibayarkan masyarakat dengan skenario adanya jasa penyedia air bersih yang baru ini. Kemudian setelah melalui beberapa perhitungan akan didapat total willingness to pay masyarakat Desa Jepitu akan air bersih, yang nantinya akan mampu merepresentasikan nilai investasi atau daya beli masyarakat terhadap teknologi yang akan digunakan untuk distribusi air Gua Pulejajar.

(6)

Setelah ditentukan batasan masalah di atas, terdapat beberapa poin pertanyaan penelitian yang tentunya dapat dijadikan landasan utama dalam penelitian. Beberapa poin pertanyaan penelitian tersebut antara lain:

1. Bagaimana kesediaan masyarakat dalam membayar jasa penyedia air bersih dari sumber air baru di Gua Pulejajar?

2. Apakah variabel yang mempengaruhi kesediaan masyarakat dalam menggunakan jasa penyedia air dengan sumber Gua Pulejajar?

3. Berapa besar nilai Willingness to Pay masyarakat desa Jepitu terhadap jasa penyedia air bersih dengan sumber Gua Pulejajar?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Menganalisis kesediaan masyarakat dalam membayar jasa penyedia air bersih dari sumber air baru di Gua Pulejajar.

2. Menganalisis variabel yang berpengaruh terhadap WTP masyarakat Desa Jepitu terhadap sumber air baru di Gua Pulejajar.

3. Menghitung besarnya nilai WTP masyarakat terhadap jasa penyedia air bersih dari sumber air baru di Gua Pulejajar.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diberikan melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk akademisi, penelitian ini bisa digunakan sebagai referensi dalam melakukan penelitian berikutnya, serta diharapkan mampu memberikan

(7)

gambaran dan masukan bagi penelitian terkait penilaian sumber daya air.

2. Untuk pemerintah terkait, penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran terkait kondisi kekeringan di daerah-daerah Gunung Kidul yang memiliki potensi sumber air alternatif.

3. Untuk KOMBI (Komunitas Merangkul Bumi) yang mewakili masyarakat Desa Jepitu, penelitian ini diharapakan mampu memberikan informasi dan masukan sebagai alternative metode penilaian harga air dengan sumber dari Gua Pulejajar serta pemilihan teknologi yang akan digunakan dengan mempertimbangkan daya beli masyarakat.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini dibagi menjadi lima bab yang tersusun sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, yang berisi latar belakang, rumusan masalah sekaligus pertanyaan penelitian di dalamnya, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan laporan penelitian.

BAB II Kajian Teori merupakan landasan teori untuk penelitian yang terdiri dari landasan teori, beberapa definisi konsep mengenai penilaian lingkungan, penelitian terdahulu, dan gambaran umum objek penelitian sebagai kerangka pemikiran dalam penelitian.

BAB III Metodologi Penelitian, berisi susunan teknis yang akan digunakan untuk landasan melakukan penelitian, mulai dari waktu dan lokasi penelitian, jenis

(8)

penelitian, mekanisme penentuan sampel, proses penelitian, hingga metode analisis data.

BAB IV Pembahasan, merupakan pemaparan hasil penelitian yang dilakukan penulis. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai informasi karakteristik responden, faktor-faktor yang mempengaruhi WTP, serta nilai WTP.

BAB V Kesimpulan dan Saran, merupakan bab terakhir dalam laporan penelitian ini. Berisi beberapa kesimpulan yang menjawab tujuan penelitian, serta saran yang mampu digunakan sebagai masukan untuk peneliti berikutnya serta masukan bagi pihak yang terkait.

Referensi

Dokumen terkait

atau pujian dari masyarakat mengenai kinerja pelayanan yang di berikan, baik melalui media masa maupun melalui kotak saran yang di sediakan. Kotak saran yang

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti menyampaikan saran sebagai berikut; (1) sebaiknya pada penelitian selanjutnya, pengambilan data sikap cinta budaya

Secara praktis penelitian ini akan bermanfaat sebagai (1) sumbangan pemi- kiran bagi guru-guru, pengelola, pengembang, dan lembaga-lembaga pendidikan dalam menjawab

Metode Demonstrasi ialah suatu upaya pembelajaran atau proses belajar dengan cara praktek menggunakan peragaan yang di tunjukan pada peserta didik dengan tujuan

Rakyat kecil yang tidak memiliki alat pemukul guna melakukan koreksi dan memberikan sanksi pada umumnya bersikap acuh tak acuh. Namun yang paling menyedihkan

Tabel 1. Simbol Use Case Diagram ... Simbol Class Diagram ... Notasi Acivity Diagram ... Notasi Sequence Diagram ... Tipe Data Numerik... Tipe Data Date and Time ... Tipe Data

PERTAMINA (PERSERO) Unit Bisnis Gas Domestik Region IV Surabaya dalam menjalankan penugasan (Assignment) dari Pemerintah berupa konversi minyak tanah ke LPG ukuran 3 Kg

Menurut Martin dan Oxman (1998): Sistem pakar adalah sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta, dan teknik penalaran dalam memecahkan