• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bank telah menjadi alat mediator keuangan yang cukup efektif bagi pemerintah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bank telah menjadi alat mediator keuangan yang cukup efektif bagi pemerintah"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Bank

Bank merupakan institusi keuangan yang paling penting dalam ekonomi, bank telah menjadi alat mediator keuangan yang cukup efektif bagi pemerintah dan masyarakat dalam hal lalu lintas peredaran uang serta pemberian kredit. Selain itu, perbankan dibutuhkan karena mempunyai fungsi yang sangat mendukung bagi pertumbuhan ekonomi.

Secara sederhana bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak dibidang keuangan di mana kegiatannya apakah hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya. (Kasmir, 2008:2).

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bank adalah suatu lembaga intermediasi antara pihak yang kelebihan dana (surplus fund) dengan pihak yang kekurangan dana (deficit fund), dimana tugas pokoknya adalah

(2)

menghimpun dana dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Bank juga merupakan lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang.

2.1.2. Jenis-Jenis Bank

Adapun jenis perbankan dewasa ini jika ditinjau dari berbagai segi antara lain (Kasmir, 2008:18):

a. Dilihat dari Segi Fungsinya

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998, jenis perbankan berdasarkan fungsinya terdiri dari :

1) Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensioanl dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank).

2) Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya

(3)

di sini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiaran bank umum.

b. Dilihat dari Segi Kepemilikannya

Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang dapat memiliki bank tersebut, kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan adalah sebagai berikut :

1) Bank milik pemerintah

Dimana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. 2) Bank milik swasta nasional

Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannyapun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula.

3) Bank milik koperasi

Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.

4) Bank milik asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Jelas kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak luar negeri.

(4)

5) Bank milik campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas oleh warga negara Indonesia.

c. Dilihat dari Segi Status 1) Bank devisa

Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travellers cheque, pembukaan dan pembayaran Letters of Credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.

2) Bank non devisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi bank non devisa merupakan kebalikan daripada bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas negara.

d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga 1) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional

Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan sistem bunga dan fee based. Bunga ditetapkan sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga

(5)

untuk produk pinjamannya (kredit) ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Sedangkan fee based merupakan sistem pengenaan biaya untuk jasa-jasa bank lainnya.

2) Bank yang berdasarkan prinsip syariah

Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank yang berdasarkan prinsip konvensional. Bank dengan prinsip syariah menggunaka sistem bagi hasil antara penabung dan peminjam. Bank berdasarkan prinsip syariah, sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank dasar hukumnya adalah Alquran dan sunnah rasul.

2.1.3. Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa yang bersifat finansial dicatat, digolong-golongkan dan diringkaskan dengan cara setepat-tepatnya dalam satuan uang, dan kemudian diadakan penafsiran untuk berbagai tujuan (Djarwanto 2004:5).

Menurut Myer (dalam Munawir, 2007 :5) yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba ditahan).

(6)

Menurut Munawir (2007:5), laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan modal. Dimana neraca menunjukkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama waktu tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan.

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan salah saru informasi yang penting bagi perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data-data yang terdiri dari neraca, dan perhitungan laba-rugi serta keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya.

Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyajikan laporan kemajuan perusahaan secara periodik. Laporan keuangan yang telah disusun untuk memberikan informasi kepada manajemen dan pihak-pihak yang berkepentingan bagaimana keadaan investasi dalam perusahaan dan hasil-hasil yang dicapai selama jangka waktu yang diamati.

Menurut Djarwanto (2004:5), laporan keuangan yang disusun guna memberikan informasi kepada berbagai pihak terdiri dari :

a. Neraca

Neraca menggambarkan kondisi keuangan dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, umumnya pada akhir tahun pada saat penutupan buku. Neraca ini memuat aktiva (harta kekayaan yang dimiliki perusahaan), utang (kewajiban perusahaan untuk membayar dengan uang atau aktiva lain kepada pihak lain

(7)

pada waktu tertentu yang akan dating), dan modal sendiri (kelebihan aktiva di atas utang).

b. Laporan Laba-Rugi

Memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa dan ongkos-ongkos yang timbul dalam proses pencapaian hasil tersebut. Laporan ini juga memperlihatkan adanya pendapatan bersih atau kerugian bersih sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode tertentu (umumnya satu tahun).

c. Laporan Laba Ditahan atau Laporan Modal Sendiri

Digunakan dalam preusan yang berbentuk perseroan, menunjukkan suatu analisis perubahan besarnya bagian laba yang ditahan selam jangka waktu tertentu. Sedangkan Laporan Modal Sendiri diperuntukkan bagi preusan perseorangan dan bentuk persekutuan, meringkaskan perubahan besarnya modal pemilik-pemilik selama periode tertentu.

d. Laporan Perubahan Posisi Keuangan

Memperlihatkan aliran modal kerja selama periode tertentu. Laporan ini memperlihatkan sumber-sumber darimana modal kerja telah diperoleh dan penggunaan atau pengeluaran modal kerja yang telah dilakukan selama jangka waktu tertentu. Laporan ini memperlihatkan sumber-sumber darimana kas diperoleh dan penggunaan kas yang telah dilakukan selama jangka waktu tertentu.

(8)

2.1.4. Pengertian Economic Value Added (EVA)

Metode EVA pertama kali dikembangkan oleh Stewart & Stern seorang analis keuangan dari perusahaan Stern Stewart & Co. pada tahun 1993. Di Indonesia metode tersebut dikenal dengan metode NITAMI (Nilai Tambah Ekonomi). EVA/NITAMI adalah metode manajeman keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal (Tunggal dalam Iramani dan Febrian 2001:3).

Adapun beberapa pengertian EVA menurut beberapa ahli sebagai berikut : a. Stewart (dalam Mardiah, Bambang Sugiarto dan Dergibson Siagian 2006 :98)

EVA dianggap merupakan satu-satunya pengukur kinerja keuangan yang kompleks mempertimbangkan semua beban dana dalam rangka penciptaan niali (value creation) perusahaan.

b. Young & O’Byrne (2001:5)

EVA mengukur perbedaan, dalam pengertian keuangan, antara pengembalian atas modal perusahaan dan biaya modal itu. Itu serupa dengan pengukuran keuntungan dalam akuntansi konvensional, tetapi dengan satu perbedaan penting, EVA mengukur seluruh modal.

c. Brigham & Houston (2006:69)

EVA adalah suatu estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang bersangkutan, dan sangat jauh berbeda dari laba akuntansi. EVA mencerminkan laba residu yang tersisa setelah biaya dari seluruh modal,

(9)

termasuk modal ekuitas, telah dikurangkan, sedangkan laba akuntansi ditentukan tanpa mengenakan beban untuk modal ekuitas.

d. Robert N. Anthony & Vijay Govindarajan (dalam Rosy 2009:3)

Economic Value Added (EVA) merupakan jumlah uang bukan rasio yang diperoleh dengan menggunakan beban modal (capital charge) dari laba bersih operasi (net operating profit).

e. Warsono (2003:48)

EVA adalah suatu estimasi laba ekonomis yang benar atas suatu bisnis selama tahun tertentu. Hal ini berbeda secara substansial jika dibandingkan dengan laba akuntansi. EVA mempresentasikan pendapatan residual yang tersisa setelah biaya peluang (opportunity cost) dari semua modal yang ada. Ini tentu berbeda dengan laba akuntansi yang tidak memasukkan unsur biaya modal ekuitas.

f. Tandelilin (2001:195)

EVA adalah ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan.

Berdasarkan defenisi EVA yang dikemukakan di atas, EVA merupakan suatu alat ukur profitabilitas perusahaan yang tidak hanya mendasar pada akuntansi konvensional saja, tetapi juga memperhitungkan biaya modal perusahaan. Penilaian kinerja dengan menggunakan EVA menyebabkan perhatian manajemen lebih sesuai dengan kepentingan pemegang saham.

(10)

          ) mod (Pr mod ( ) 1 ( pajak setelah al biaya esentase investor oleh diberikan yang operasi al Total T EBIT pajak setelah operasi Biaya NOPAT EVA                    Modal Biaya Total Modal Pasokan Pajak Operasi biaya Biaya Penjualan Pendapa EVA tan

EBIT Pajak

 

Modaloperasi esentase Biaya Modal Setelah Pajak

EVA (1 )  )(Pr

2.1.5. Perhitungan EVA

Perhitungan EVA diharapkan dapat mendukung penyajian laporan keuangan sehingga akan mempermudah para pemakai laporan keuangan diantaranya para investor, kreditur, karyawan, pelanggan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Secara matematis, rumus untuk menghitung EVA suatu perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2006:69) :

Total modal operasi yang diberikan oleh investor adalah jumlah dari utang yang dikenakan bunga, saham preferen, dan ekuitas saham biasa yang digunakan untuk memperoleh aktiva operasi bersih perusahaan, yaitu modal kerja operasi bersih plus aktiva bersih.

Menurut Warsono (2003:48), EVA dirumuskan sebagai berikut :

Menurut Tandelilin (2001:48), EVA dirumuskan sebagai berikut :

Menurut Young dan O’Byrne (2001:32), dalam pengukuran kinerja EVA dapat dihitung sebagai berikut :

EVA = ( RONA – WACC) X Modal yang diinvestasikan RONA = NOPAT : Aktiva Bersih

(11)

Ketika RONA lebih besar dari WACC maka EVA positif, dan ketika RONA kurang dari WACC maka EVA negatif.

2.1.6. Variabel – Variabel EVA

2.1.6.1. NOPAT (Net Operating Profit After Taxes)

Pada perhitungan EVA, komponen pertama yang harus diketahui adalah NOPAT yang diperoleh perusahaan. Laba bersih operasi setelah pajak (NOPAT) yaitu sejumlah laba perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki hutang dan tidak memiliki aset financial. Menurut Sartono (2001:100), NOPAT sama dengan Earnings Before Interest and Taxes (EBIT) di kali dengan selisih satu dengan pajak perusahaan atau :

NOPAT = EBIT (1 – Pajak perusahaan)

Menurut Young & O’Byrne (2001:49), NOPAT merupakan laba operasi perusahaan setelah pajak dan mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari operasi berjalan. Young & O’Byrne membuat perhitungan terhadap NOPAT sebagai berikut :

Pendapatan Operasi Ditambah (+) Pendapatan Bunga

Pendapatan Ekuitas (atau Kerugian Ekuitas) Pendapatan Investasi lainnya

Dikurangi ( - ) Pajak Penghasilan

Pembebasan Pajak terhadap Biaya Bunga

XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX

(12)

2.1.6.2. Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC)

Menurut Tunggal (dalam Panjaitan 2009:33) Weight Average Cost of Capital (WACC) adalah jumlah dari masing-masing komponen modal misalnya pinjaman jangka pendek dan pinjaman jangka panjang (cost of debt) serta setoran modal saham (cost of equity) yang diberikan bobot sesuai dengan proporsinya dalam struktur modal.

Biaya modal rata-rata tertimbang ini mempunyai beberapa komponen, yaitu biaya hutang (cost of debt), biaya saham preferen (cost of preferred stock), dan biaya ekuitas biasa (cost of common equity).

a. Biaya utang (Cost of Debt)

Biaya utang adalah tingkat sebelum pajak yang dibayar perusahaan kepada peminjamnya (Young & O’Byrne 2001:150).

Utang merupakan salah satu komponen biaya modal. Suatu perusahaan memanfaatkan sumber pembelanjaan dari utang dengan tujuan untuk memperbesar tingkat pengembalian sendiri (ekuitas). Secara teoritis, sampai dengan jumlah tertentu, semakin besar utang yang dimiliki suatu perusahaan, maka semakin besar pula nilai perusahaan yang dapat dicapai. Hal ini disebabkan bahwa dengan bertambahnya nilai utang sampai batas tertentu, maka biaya modal totalnya pun akan semakin menurun (Warsono 2003:138) Biaya utang dapat dihitung dengan rumus :

) 1 ( T K Kid  Keterangan :

(13)

g P D Ks   0 1 RP K K i s  

Kd = biaya utang sebelum pajak T = Tingkat pajak marjinal b. Biaya Ekuitas (Cost of Equity)

Menurut Young & O’Byrne (2001:150) biaya ekuitas adalah pengembalian yang diminta investor untuk membuat investasi ekuitas dalam perusahaan itu. Menurut Warsono (2003:146), ada tiga pendekatan untuk menghitung biaya laba ditahan atau biaya ekuitas :

1) Model Arus Diskonto

Keterangan :

Ks = Biaya laba ditahan D1 = Dividen yang diharapkan

P0 = Harga pasar saham biasa perusahaan g = tingkat pertumbuhan dividen tahunan

2) Model Premi Resiko

Keterangan :

Ks = biaya laba ditahan

Ki = biaya utang setelah pajak RP = Risk Premium / Premi Resiko

(14)

1 1 ) (     t t t m IHSG IHSG IHSG R E

   2 2 x x n y x xy n Beta

3) CAPM (Capital Asset Pricing Model) Ks = Rf + (Rm – Rf) β

Keterangan :

Ks = tingkat pengembalian yang diharapkan Rf = tingkat suku buunga investasi bebas resiko Rm = tingkat pengembalian pasar

Beta = ukuran resiko pasar saham

(Rm) dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan :

IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan periode t IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan periode t-1 Sedangkan Beta dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

N = jumlah observasi

X = tingkat pengembalian pasar (Rm) Y = tingkat keuntungan individu saham (Ri)

(15)

1 1      t t t t i Pi Di Pi Pi R

Untuk Ri dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

Pit = harga saham penutupan pada periode t Ptt-1 = harga penutupan saham pada periode t-1 Dit = dividen yang dibayarkan pada periode t

Setelah komponen-komponen biaya modal yaitu biaya utang dan biaya ekuitas diperoleh, maka komponen-komponen tersebut digunakan untuk menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (WACC).

WACC dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Weston dan Copeland 1992 dalam Iramani dan Febrian 2005: 6):

WACC = Wd.kd (1 – T) + Ws. ks dimana :

WACC : biaya modal rata-rata tertimbang Wd : proporsi hutang dalam struktur modal kd : cost of debt

Ws : proporsi saham biasa dalam struktur modal ks : cost of equity

(16)

2.1.6.3. Modal yang Diinvestasikan (Invested Capital)

Menurut Young & O’Byrne (2001:39), modal yang diinvestasikan (Invested Capital) adalah jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, pasiva yang tidak menanggung bunga (non-interset bearing liabilities), seperti utang dagang, upah yang akan jatuh tempo (accured wages), dan pajak yang akan jatuh tempo (accured taxes). Modal yang diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh utang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga, utang, dan kewajiban jangka panjang lainnya. Modal yang diinvestasikan dapat dituliskan dengan rumus:

Menurut Sjarief dan Wirjolukito (dalam Hamonangan 2009:19). Invested Capital merupakan hasil reorganisasi neraca untuk melihat besarnya capital yang diinvestasikan dalam perusahaan oleh kreditur dan pemodal juga untuk melihat seberapa besar capital yang diinvestasikan dalam aktivitas operasional dan non – operasional lainnya. Invested capital dapat dihitung dari :

Utang jangka pendek Ditambah (+)

Utang jangka panjang (termasuk obligasi)

Utang jangka panjang lainnya (pajak yang ditangguhkan dan provisi

Ekuitas pemegang saham (termasuk bunga minoritas) Modal yang diinvestasikan

XXX

XXX XXX

XXX XXX

(17)

c. Jumlah utang jangka pendek

d. Bagian pinjaman bank atau sewa guna usaha atau obligasi jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun (current maturity of long term debt).

e. Utang jangka panjang

f. Kewajiban jangka panjang lainnya g. Hak minoritas

h. Ekuitas

2.1.7. Kelebihan dan Kekurangn EVA Kelebihan EVA adalah sebagai berikut :

a. EVA bermanfaat digunakan untuk penilai kinerja keuangan perusahaan dimana berfokus pada penciptaan nilai sehingga para manajer akan memilih investasi yang memaksimalkan tingkat pengembalian dan miminimumkan biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat maksimal.

b. EVA secara eksplisit memperhitungkan biaya modal atas ekuitas yang besarnya tidak diperhitungkan di laporan keuangan

c. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan maupun proyek yang memberikan tingkat pengembalian tinggi dari pada biaya modalnya

Kelemah dari EVA adalah sebagai berikut :

a. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu waktu tertentu, padahal sebenarnya nilai perusahaan adalah akumulasi nilai EVA selama umur perusahaan. Karena terdapat kemungkinan perusahaan yang mempunyai

(18)

EVA pada suatu tahun bernilai positif, maka belum tentu nilai EVA pada masa lalu dan yang akan datang juga bernilai positif

b. Konsep EVA terlalu bertumpuk pada keyakinan bahwa investor mengandalkan faktor-faktor fundamental, padahal pengaruh faktor lain sebagai penentu harga saham mungkin lebih dominan.

c. Konsep ini menghendaki adanya transparansi kondisi internal perusahaan agar dapat menghitung nilai akuratnya. Akan tetapi, kenyataannya seringkali perusahaan kurang transparan dalam mengemukakan kondisi internalnya sehingga dapat menyulitkan investor menghitung nilai EVA yang akurat.

2.1.8. Manfaat EVA

Terdapat beberapa manfaat yang diperoleh perusahaan dalam menggunakan EVA sebagai alat ukur kinerja dan nilai tambah perusahaan. Menurut Tunggal (dalam Iramani & Febriani 2005:3) beberapa manfaat EVA dalam mengukur kinerja perusahaan antara lain :

a. EVA merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri sendiri tanpa memerlukan ukuran laik baik berupa perbandingan dengan menggunakan perusahaan sejenis atau menganalisis kecendrungan (trend). b. Hasil perhitungan EVA mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk

investasi dengan biaya modal yang rendah.

Sedangkan menurut Utama (dalam Iramani & Febriani 2005:3), manfaat EVA adalah :

(19)

a. EVA dapat digunakan sebagai penilaian kinerja keuangan perusahaan karena penilaian kinerja tersebut difokuskan pada penciptaan nilai (value creation) b. EVA akan menyebabkan perusahaan lebih memperhatikan kebijakan struktur

modal

c. EVA membuat manajemen berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan

d. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya-biaya modalnya.

2.2. Penelitian Terdahulu

Panjaitan (2009) melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) Saham Tiga Emiten Terbaik 2008”. Ketiga emiten tersebut adalah PT Aneka Tambang, Tbk (ANTAM), PT Astra Agro Lestasi, Tbk (AALI) dan PT United Tractors, Tbk (UNTR). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari tiga emiten terbaik tahun 2008 versi Majalah Investor (ANTM, AALI, UNTR) dalam menciptakan nilai tambah bagi perusahaannya selama periode 2004-2007. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah nilai EVA dari ketiga emiten terbaik 2008 (ANTM, AALI, UNTR) selama periode penelitian (2004-2007) selalu bernilai positif yang mengindikasikan bahwa pihak manajemen perusahaan mempunyai kemampuan untuk menciptakan peningkatan nilai perusahaan.

(20)

Artinya perusahaan telah menghasilkan return yang melebihi biaya modal yang harus ditanggung perusahaan.

Firmansyah (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) pada PT Metrodata Electonics, Tbk dan PT Centrin Online, Tbk Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan pada PT Metrodata Electronics, Tbk dan PT Centrin Online, Tbk dengan metode rasio keuangan (Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas, Aktivitas) dan dengan menggunakan analisis Economic Value Added (EVA) dari periode 2004-2008. Hasil penelitian ini adalah bahwa dengan menggunakan analisis rasio keuangan dapat mengukur kinerja keuangan PT Metrodata Electronics, Tbk dan PT Centrin Online, Tbk PT Metrodata Electronics, Tbk telah mampu menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. Bertambahnya nilai perusahaan menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang sangat baik. Akan tetapi PT Centrin Online, Tbk belum mampu menciptakan nilai tambah yang menunjukkan kinerja keuangan yang kurang baik.

(21)

2.3. Kerangka Konseptual

Konsep-konsep kinerja yang biasa digunakan oleh para manajer maupun investor selama ini adalah menggunakan rasio keuangan perusahaan seperti rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas, solvabilitas, dan rasio pasar. Rasio-rasio tersebut dapat memberikan tersebut dapat memberikan informasi yang penting tetapi terkadang memberikan gambaran yang bias tentang kinerja perusahaan.

Karena terdapat kelemahan-kelemahan dari rasio keuangan tersebut maka penulis mencoba menampilkan pendekatan baru dalam pengukuran dan penilaian kinerja perusahaan yang dikenal dengan Economic Value Added (EVA). EVA dicetuskan pertama kali oleh G. Bannet Stewart pada tahun 1990.

EVA adalah laba operasi setelah pajak dikurangi dengan biaya modal (cost of capital) dari seluruh modal yang dipergunakan untuk menghasilkan laba. EVA merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu perusahaan. Bila EVA > 0 menandakan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan melebihi tingkat biaya modal atau pengembalian yang diminta oleh investor atas investasi yang dilakukannya. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (create value) bagi pemilik modal, konsisten dengan tujuan memaksimalkan nilai perusahaan. Sementara EVA = 0, menunjukkan posisi impas perusahaan karena semua laba digunakan untuk membayar kewajiban kepada investor. Sebaliknya jika EVA < 0 menunjukkan tidak terjadinya proses nilai tambah pada perusahaan, karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan para penyandang dana.

(22)

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka secara konseptual, penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Sumber : Young & O’Byrne (2001:42)

Sektor Perbankan

Laporan Keuangan

Analisis EVA

EVA > 0 telah terjadi proses nilai tambah

EVA < 0 tidak terjadi proses nilai tambah

EVA =0 posisi impas atau Break Event Point

RONA ( Return On Net Asset) WACC (Weight Average Cost of Capital)

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual  Sumber  : Young &amp; O’Byrne (2001:42)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan perbandingan Biaya Operasional dengan Pendapatan

Analisis Hukum Islam Terhadap Pemberian harta calon Suami Kepada Calon Istri Pascapertunangan di Desa Paka’an Dajah.. Sebagaimana dijelaskan di atas, Desa Paka’an Dajah

Berikut ini adalah pokok-pokok kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan Laporan Keuangan BLU Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari, yang sesuai dengan Pernyataan

Dari hasil penelitian pada KUD Amertha Buana, laporan keuangan yang dihasilkan hanya berupa laporan sisa hasil usaha dan laporan neraca, sedangkan dalam menyusun

Non Performing Loan (NPL), manajemen yang diproksikan dengan Net Interest Margin (NIM), rentabilitas yang diproksikan dengan Biaya Operasional dibanding Pendapatan

memberikan dukungan kepada Pemerintah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dalam membangun sistem jaringan dan pelayanan transportasi secara terpadu (darat, laut, dan

Kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil penelitian dana nalisis data yang telah dilakukan adalah media KIT praktikum kimia sebagai media pembelajaran untuk

Kelima teknologi tersebut merupakan suatu keterpaduan untuk menuju inovasi pendidikan sehingga dalam memecahkan masalah pendidikan perlu kombinasi peralatan/ alat