• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN PENGELUARAN PEMERINTAH (1). doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEBIJAKAN PENGELUARAN PEMERINTAH (1). doc"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN PENGELUARAN PEMERINTAH

Disusun oleh: Banon Keke Irnowo (8)

Rizky Mukhlisin (26)

Kelas 7D

Program Diploma IV Akuntansi – Kurikulum Khusus Tahun Pelajaran 2013/2014

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap anggota masyarakat menginginkan kemakmuran material dan spiritual dalam arti dapat terpenuhi keinginan atau kebutuhannya yang selalu berkembang, maka bagi masyarakat sebagai keseluruhan menghendaki keamanan (termasuk kestabilan), keadilan dan kemakmuran, disini pemerintah dalam kegiatannya ditujukan untuk mencapai tujuan tersebut agar keinginan masyarakatnya terpenuhi. Dalam pelaksanaannya digunakan barang-barang dan jasa dengan berbagai bentuk termasuk berupa uang. Penggunaann uang untuk melaksanakan fungsi pemerintah inilah yang dimaksudkan dengan pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah dapat juga diartikan sebagai penggunaan uang dan sumberdaya suatu negara untuk membiayai suatau kegiatan negara atau pemerintah dalam rangka mewujudkan fungsinya dalam melakukan kesejahteraan.

Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu unsur permintaan agregat. Konsep perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran menyatakan bahwa

Y = C + I + G + X-M.

Formula ini dikenal sebagai identitas pendapatan nasional, sekaligus mencerminkan penawaran agregat. Sedangkan variable-variabel di ruas kanan disebut permintaan agregat. Variable G menyatakan pengeluaran pemerintah (Government expenditures), I investment, X-M adalah net ekspor. Dengan membandingkan nilai G terhadap Y serta mengamatinya dari waktu ke waktu dapat diketahui seberapa besar kontribusi pengeluaran pemerintah dalam pembentukan permintaan agregat atau pendapatan nasional. Dengan ini, dapat dianalisis seberapa penting peranan pemerintah dalam perekonomian nasional.

Pengeluaran pemerintah biasanya direncanakan jauh lebih dulu. Jadi pemerintah membuat daftar anggaran yang akan dikeluarkan setiap tahunya, yang di Indonesia dijabarkan dalam Anggaram Perencanaan Belanja Negara (APBN).

(3)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan kebijakan pengeluaran pemerintah? 2. Sebutkan macam-macam pengeluaran pemerintah pusat?

3. Apa pengaruh kebijakan pengeluaran terhadap perekonomian? 4. Kebijakan pengeluaran yang diterapkan pemerintah Indonesia? 5. Bagaimana kebijakan pengeluaran di negara lain?

C. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pembahasan yang akan kami uraikan dalam makalah ini hanya terbatas pada Kebijakan Pengeluaran Pemerintah Pusat dan pelaksanaannya.

BAB II

(4)

Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut.

Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator besarnya kegiatan pemerintah yang dibiayai oleh pengeluaran pemerintah. Semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah semakin besar pula pengeluaran pemerintah yang bersangkutan.

Dalam teori ekonomi makro, pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga pos utama yang dapat digolongkan sebagai berikut : (Boediono,1999)

a) Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa. b) Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai.

Perubahan gaji pegawai mempunyai pengaruh terhadap proses makro ekonomi, di mana perubahan gaji pegawai akan mempengaruhi tingkat permintaan secara tidak langsung.

c) Pengeluaran pemerintah untuk transfer payment. Transfer payment bukan pembelian barang atau jasa oleh pemerintah dipasar barang melainkan mencatat pembayaran atau pemberian langsung kepada warganya yang meliputi misalnya pembayaran subsidi atau bantuan langsung kepada berbagai golongan masyarakat, pembayaran pensiun, pembayaran bunga untuk pinjaman pemerintah kepada masyarakat. Secara ekonomis transfer payment mempunyai status dan pengaruh yang sama dengan pos gaji pegawai meskipun secara administrasi keduanya berbeda.

(5)

Semakin besarnya peranan swasta juga banyak menimbulkan kegagalan pasar yang terjadi.

Musgrave memiliki pendapat bahwa investasi swasta dalam presentase terhadap GNP semakin besar dan presentase investasi pemerintah dalam presentase terhadap GNP akan semakin kecil. Pada tingkat ekonomi selanjutnya, Rostow mengatakan bahwa aktivitas pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas sosial seperti kesejahteraan hari tua, program pelayanan kesehatan masyarakat.

b. Teori Adolf Wagner

Adolf Wagner menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah dan kegiatan pemerintah semakin lama semakin meningkat. Tendensi ini oleh Wagner disebut dengan hukum selalu meningkatnya peranan pemerintah. Inti teorinya yaitu makin meningkatnya peran pemerintah dalam kegiatan dan kehidupan ekonomi masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Wagner menyatakan bahwa dalam suatu perekonomian apabila pendapatan per kapita meningkat maka secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat terutama disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya.

Berkaitan dengan hukum Wagner, dapat dilihat beberapa penyebab semakin meningkatnya pengeluaran pemerintah, yakni meningkatnya fungsi pertahanan keamanan dan ketertiban, meningkatnya fungsi kesejahteraan, meningkatnya fungsi perbankan dan meningkatnya fungsi pembangunan. Hukum Wagner dapat diformulasikan sebagai berikut:

PPkP < PkPPn < .. < PkPPn PPK1 PPK2 PPKn

PPkP : Pengeluaran pemerintah per kapita

PPK : Pendapatan per kapita, yaitu GDP/jumlah penduduk 1, 2, ... n : jangka waktu (tahun)

(6)

individu yang bebas bertindak terlepas dengan masyarakat lain. Kurva diatas menunjukkan secara relatif peranan pemerintah semakin meningkat.

c. Teori Peacock dan Wiseman

Teori mereka didasarkan pada suatu analisis penerimaan pengeluaran pemerintah. Pemerintah selalu berusaha memperbesar pengeluarannya dengan mengandalkan memperbesar penerimaan dari pajak, padahal masyarakat tidak menyukai pembayaran pajak yang besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut. Meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Dalam keadaan normal meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan pemerintah yang semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah menjadi semakin besar.

Peacock dan Wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu teori bahwa masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak, yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Jadi masyarakat menyadari bahwa pemerintah membutuhkan dana untuk membiayai aktivitas pemerintah sehingga mereka mempunyai tingkat kesediaan masyarakat untuk membayar pajak. Tingkat toleransi ini merupakan kendala bagi pemerintah untuk menaikkan pemungutan pajak secara semena-mena.

Dalam teori Peacock dan Wiseman terdapat efek penggantian (displacement effect) yaitu adanya gangguan sosial yang menyebabkan aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas pemerintah. Pengentasan gangguan tidak hanya cukup dibiayai semata-mata dengan pajak sehingga pemerintah harus meminjam dana dari luar negeri. Setelah gangguan teratasi muncul kewajiban melunasi utang dan membayar bunga. Pengeluaran pemerintah yang semakin bertambah bukan hanya karena GNP bertambah tetapi karena adanya kewajiban baru tersebut. Akibat lebih lanjut adalah pajak tidak menurun kembali ke tingkat semula meskipun gangguan telah berakhir.

(7)

menurun kembali pada tingkat sebelum terjadi perang. Adanya dampak eksternal tadi digambarkan dalam bentuk kurva dibawah ini

Dalam keadaan normal, t ke t+1, pengeluaran pemerintah dalam persentase terhadap GNP meningkat sebagaimana yang ditunjukan garis AG. Apabila pada tahun t terjadi perang maka pengeluaran pemerintah meningkat sebesar AC dan kemudian meningkat seperti yang ditunjukan pada segmen CD. Setelah perang selesai pada tahun t+1, pengeluaran pemerintah tidak menurun ke G. Hal ini disebabkan setelah perang, pemerintah membutuhkan tambahan dana untuk mengembalikan pinjaman pemerintah yang digunakan dalam pembiayaan pembangunan.

Berbeda dengan pandangan Wagner, perkembangan pengeluaran pemerintah versi Peacock dan Wiseman tidaklah berbentuk suatu garis, seperti kurva di bawah, tetapi berbentuk seperti tangga.

(8)

BAB III PEMBAHASAN

A. Definisi Kebijakan Pengeluaran Pemerintah

Menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Sementara itu, berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2008 Tentang Anggaran Pendapatan danBelanja Negara Tahun 2009, yang dimaksud belanja negara adalah semua pengeluaran negara yang digunakan untuk membiayai belanja pemerintah pusat dan belanja ke daerah.

(9)

dalam masyarakat, maupun distribusi hasil pembangunan. Ketiga,anggaran belanja negara mempunyai pengaruh yang relatif signifikan terhadap arah perkembangan ekonomi di berbagai bidang, baik produksi dan kesempatan kerja, maupun distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunan, serta stabilitas ekonomi nasional.

B. Macam Pengeluaran Pemerintah

Kita dapat mengelompokkan berbagai pengeluaran negara berdasarkan organisasi, program-program atau tujuan-tujuan pengeluaran yang akan dilakukan. Mengenai macam pengeluaran negara ini, Suparmoko (1984) menjelaskan bahwa pengeluaran Negara dapat ditinjau dari berbagai segi seperti berikut ini:

a. Pengeluaran yang merupakan investasi, yaitu yang menambah kekuatan dan ketahan ekonomi pada masa yang akan datang

b. Pengeluaran yang secara langsung dapat memberikan kegembiraan dan kesejahteraan kepada masyarakat

c. Pengeluaran yang merupakan penghematan untuk pengeluaran yang akan datang d. Pengeluaran untuk menyediakan kesempatan kerja yang lebih banyak dan

penyebaran tenaga beli yang lebih luas

Jenis pengeluaran menurut Ani Sri Rahayu, S.IP, M.AP (2010) dapat dikelompokkan berdasarkan macam-macamnya seperti berikut:

a. Pengeluaran yang sebagian atau seluruhnya bersifat self liquiditing, yaitu pengeluaran yang mendapatkan pembayaran kembali dari masyarakat yang menerima barang-barang/jasa-jasa yang diberikan pemerintah. Misalanya, pengeluaran untuk jasa-jasa perusahaan negara atau proyek-proyek produktif barang ekspor

b. Pengeluaran yang reproduktif, yaitu pengeluaran yang mewujudkan keuntungan-keuntungan secara ekonomis bagi masyarakat sehingga mampu meningkatkan penghasilan masyarakat, yang kemudian dengan memfungsikan pajak pada akhirnya akan dapat menaikkan penerimaan Negara.

c. Pengeluaran yang tidak self liquiditing dan tidak produktif yaitu pengeluaran yang dapat langsung menghibut atau kegembiaraan dan kesejahteraan masyarakat, antara lain bidang-bidang rekreasi, pendirian monument, objek turisme dan sebagaimnya. Pengadaan objek-objek tadi dapat pula menaikkan pendapatan nasional sebagai akibat dari jasa objek tersebut.

(10)

e. Pengeluaran yang merupakan penghematan untuk masa yang akan dating, misalnya pengeluaran untuk anak-anak yatim. Jika hal ini tidak dilakukan lebih dini, kebutuhan pemeliharaan (pendidikan dan kesejahteraan ) anak-anak yatim itu akan lebih besar pada usia tua.

Menurut organisasi, pengeluaran negara digolongkan menjadi 3, yakni : a. Pemerintah Pusat

Dalam pemerintah pusat, terdapat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yaitu dana yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam APBN, pengeluaran Pemerintah Pusat dibedakan menjadi 2 yang meliputi pengeluaran untuk belanja dan pengeluaran untuk pembiayaan. Pengeluaran untuk belanja antara lain digunakan untuk belanja pemerintah pusat seperti, belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi, belanja hibah, bantuan sosial, dll. Juga untuk dialokasikan ke daerah untuk dana perimbangan serta dana otonomi khusus dan penyesuaian. Sedangkan pengeluaran untuk pembiayaan meliputi pengeluaran untuk obligasi pemerintah, pembayaran pokok pinjaman luar negeri, dan lain-lain.

b. Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kota/Kabupaten)

Jika pada pemerintah pusat terdapat APBN, maka di pemerintah propinsi terdapat APBD yang merupakan hasil dari dana alokasi APBN dari pemerintah pusat dan hasil dari pungutan pajak dari masyarakat. Dana APBN digunakan untuk pengeluaran untuk belanja meliputi belanja operasi dan belanja modal. Belanja operasi berupa belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas, belanja pinjaman, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja operasi lainnya. Sedangkan belanja modal seperti belanja aset tetap, belanja aset lain-lain, dan belanja tak terduga.

C. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Perekonomian

Dalam pengeluaran negara, dapat menimbulkan dampak atau pengaruh terhadap perekonomian. Ada beberapa sektor perekonomian yang umumnya terpengaruh oleh besar atau kecilnya pengeluaran negara, antara lain :

a. Sektor Produksi

(11)

Pengeluaran pemerintah untuk pengadaan barang dan jasa akan berpengaruh secara langsung terhadap produksi barang dan jasa yang dibutuhkan pemerintah. Pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap perekonomian, karena pendidikan akan menghasilkan SDM yang lebih berkualitas. Dengan SDM yang berkualitas produksi akan meningkat.

b. Sektor Distribusi

Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap sektor distribusi barang dan jasa. Misalnya, subsidi yang diberikan oleh masyarakat menyebabkan masyarakat yang kurang mampu dapat menikmati barang/jasa yang dibutuhkan, misalnya subsidi listrik, pupuk, BBM, dan lain-lain.

Pengeluaran pemerintah untuk biaya pendidikan SD-SLTA membuat masyarakat kurang mampu dapat menikmati pendidikan yang lebih baik (paling tidak sampai tingkat SLTA). Dengan pendidikan yang lebih baik, diharapkan masyarakat tersebut dapat meningkatkan taraf hidupnya di masa yang akan datang. Apabila pemerintah tidak mengeluarkan dana untuk keperluan tersebut, maka distribusi pendapatan, barang, dan jasa akan berbeda. Hanya masyarakat mampu saja yang akan menikmati tingkat kehidupan yang lebih baik, sementara masyarakat kurang mampu tidak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan taraf hidupnya.

c. Sektor Konsumsi Masyarakat

Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap sektor konsumsi masyarakat atas barang dan jasa. Dengan adanya pengeluaran pemerintah untuk subsidi, tidak hanya menyebabkan masyarakat yang kurang mampu dapat menikmati suatu barang/jasa, namun juga menyebabkan masyarakat yang sudah mampu akan mengkonsumsi produk/jasa lebih banyak lagi.

Kebijakan pengurangan subsidi, misalnya BBM, akan menyebabkan harga BBM naik, dan kenaikan harga BBM akan menyebabkan konsumsi masyarakat terhadap BBM turun.

d. Sektor Keseimbangan Perekonomian

(12)

mengatur tingkat employment (menuju full employment). Apabila target penerimaan anggarannya dalam APBN. Kebijakan dan alokasi anggaran belanja pemerintah pusat tersebut diarahkan antara lain untuk menunjang kelancaran kegiatan penyelenggaraan operasional pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat, mendukung stabilitas dan kegiatan ekonomi nasional dalam memacu pertumbuhan ekonomi, menciptakan dan memperluas lapangan kerja, serta mengurangi kemiskinan.

Dalam pasal 11 ayat (5) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, diatur bahwa anggaran belanja pemerintah pusat dikelompokkan menurut fungsi , jenis belanja dan organisasi.

1. Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi

Pengelompokan menurut fungsi yang meliputi 11 fungsi menggambarkan berbagai aspek penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat dan untuk pertumbuhan kesejahteraan rakyat. Sebelas fungsi Pemerintah tersebut, adalah:

(1) fungsi pelayanan umum, (2) fungsi pertahanan,

(3) fungsi ketertiban dan keamanan, (4) fungsi ekonomi,

(5) fungsi lingkungan hidup,

(6) fungsi perumahan dan fasilitas umum, (7) fungsi kesehatan,

(8) fungsi pariwisata dan budaya, (9) fungsi agama,

(10) fungsi pendidikan, dan (11) fungsi perlindungan sosial.

TABEL 1

(13)

N

o Fungsi

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

LKPP LKPP LKPP LKPP LKPP APBN APBN

1 Pelayanan Umum 534,6 417,8 471,6 508,9 647,7 720,1 794,8

2 Pertahanan 9,2 13,1 17,1 51,1 61,2 81,8 86,3

3 Ketertiban dan Keamanan 7,0 7,8 13,8 21,7 29,1 36,5 38,0

4 Ekonomi 50,5 58,8 52,2 87,2 105,6 122,9 128,3

5 Lingkungan Hidup 5,3 10,7 6,5 8,6 8,8 12,4 12,2

6 Perumahaan danFasilitas Umum 12,4 14,6 20,1 22,9 26,4 30,7 31,5

7 Kesehatan 14,0 15,7 18,8 14,1 15,2 17,5 13,1

8 Pariwisata dan

Budaya 1,3 1,4 1,4 3,6 2,5 2,5 2,0

9 Agama 0,7 0,8 0,9 1,4 3,4 4,1 4,4

10 Pendidikan 55,3 84,9 90,8 97,9 105,2 118,5 131,3

11 Perlindungan Sosial 3,0 3,1 3,3 3,9 5,1 7,4 8,0

xx Fungsi Tidak Ada 0,0 0,0 0,9 62,3 0,3 0,0 0,0

Total 693,3 628,7 697,4 883,6 1010,5 1154,4 1249,9

Sumber: Kementerian Keuangan RI

(14)

Sumber: Kementerian Keuangan RI

2. Belanja Pemerintah Pusat Menurut Jenis

Sesuai dengan Pasal 11 ayat (5) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, rincian belanja pemerintah pusat menurut jenis terbagi atas:

(1) belanja pegawai; (2) belanja barang; (3) belanja modal;

(15)

(5) subsidi; (6) belanja hibah; (7) bantuan sosial; dan (8) belanja lain-lain.

Tabel 2 Belanja Pemerintah Pusat Menurut Jenis 2008-20014 (Triliun Rupiah)

No Uraian

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

LKPP thd%

1 Belanja Pegawai 112,8 16,3 127,7 20,3 148,1 21,2 175,7 19,9 197,9 19,6 233,0 19,5 263,0 21,0 2 Belanja Barang 56,0 8,1 80,7 12,8 97,6 14,0 124,6 14,1 140,9 13,9 206,5 17,3 188,9 15,1 3 Belanja Modal 72,8 10,5 75,9 12,1 80,3 11,5 117,9 13,3 145,1 14,4 192,6 16,1 229,5 18,4 4 Pembayaran Bunga Utang 88,4 12,8 93,8 14,9 88,4 12,7 93,3 10,6 100,5 9,9 112,5 9,4 121,2 9,7 5 Subsidi 275,3 39,7 138,1 22,0 192,7 27,6 295,4 33,4 346,4 34,3 348,1 29,1 333,7 26,7 6 Belanja Hibah 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,3 0,0 0,1 0,0 2,3 0,2 3,5 0,3 7 Bantuan Sosial 57,7 8,3 73,8 11,7 68,6 9,8 71,1 8,0 75,6 7,5 82,5 6,9 73,1 5,8 8 Belanja Lain-lain 30,3 4,4 38,9 6,2 21,7 3,1 5,5 0,6 4,1 0,4 19,3 1,6 36,9 3,0

Total 693,3 100,0 628,9 100,0 697,5 100,0 883,8 100,0 1010,6 100,0 1196,8 100,0 1249,8 100,0 Sumber: Kementerian Keuangan RI

(16)

Sumber: Kementerian Keuangan RI

3. Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi

Secara umum, Anggaran Belanja Pemerintah Pusat menurut organisasi dibagi menjadi dua

bagian kelompok besar, yaitu:

(1) Anggaran yang dialokasikan melalui bagian anggaran kementerian negara/lembaga (BA K/L) dengan Menteri/Pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran (Chief Operational Officer); dan

(2) Anggaran yang dialokasikan melalui Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN) yang dialokasikan melalui Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (Chief Financial Officer).

Tabel 3. Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi 2008-20014 (Triliun Rupiah)

NO Organisasi

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

LKPP thd%

(17)

2 NonKementerian/Lem

baga 260,0 37,5 306,9 48,8 332,7 47,7 418,0 47,3 489,1 48,4 622,3 52,0 612,1 49,0

Total 693,4 100,0 628,8 100,0 697,4 100,0 883,7 100,0 1010,6 100,0 1196,8 100,0 1249,8 100,0 Sumber: Kementerian Keuangan RI

Dalam periode 2008-2014, proporsi belanja K/L terhadap belanja pemerintah pusat cenderung meningkat, yaitu dari 37,5 persen dalam tahun 2008, menjadi 49,0 persen dalam APBN 2014, sejalan dengan peningkatan belanja pemerintah pusat, dari sebesar Rp693,4 triliun dalam tahun 2008 menjadi Rp1.249,8 triliun pada APBN 2014. Kecenderungan tersebut utamanya disebabkan oleh semakin meningkatkanya alokasi anggaran untuk pelaksanaan program-program pembangunan (yang dialokasikan melalui K/L), dan juga diikuti oleh kebijakan untuk mengendalikan besaran subsidi BBM .Perkembangan mengenai besaran beserta proporsi belanja K/L dan belanja non-K/L dalam kurun waktu 2008-2014, dapat diikuti pada Tabel 3 dan Grafik 3.

Sumber: Kementerian Keuangan RI

E. Proyeksi Kebijakan Belanja Pemerintah Pusat

Secara umum, proyeksi kebijakan belanja pemerintah pusat dalam periode 2015—2017 sebagai berikut.

(18)

medium term expenditure framework (MTEF) dalam rangka penguatan kualitas belanja (quality of spending), termasuk perbaikan sistem penganggaran multiyears. 2. Mendukung pelaksanaan program-program pembangunan untuk mencapai sasaran

pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan.

3. Mempertahankan alokasi anggaran pendidikan sebesar 20 persen terhadap total belanja negara dalam rangka penyediaan pendidikan yang berkualitas, mudah, dan murah.

4. Memberikan dukungan terhadap kegiatan konservasi lingkungan (pro environment), dan pengembangan energi terbarukan.

5. Melanjutkan kebijakan subsidi yang efisien dengan penerima subsidi yang tepat sasaran.

6. Melaksanakan Sistem Jaminan Sosial Nasional.

F. Kebijakan Pengeluaran Pemerintah di Negara lain

Malaysia

Kebijakan anggaran pemerintah Malaysia adalah kebijakan defisit anggaran. Pemerintah Malaysia mendorong pertumbuhan ekonomi dengan memaksimalkan fungsi pengeluaran negara.

Pengeluaran pemerintah Federal Malaysia dibagi dalam dua kelompok pengeluaran, yaitu pengeluaran operasional (operating expenditure) dan pengeluaran pembangunan (development expenditure).

(19)

Tabel. 4 Pengeluaran Operasional Sumber: Malaysia Treasury (Data Diolah)

Pengeluaran operasi setiap tahunnya berkisar antara 20 hingga 22 persen terhadap GDP. Hal ini menunjukkan bahwa belanja operasional pemerintah berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi.

Dari tahun ke tahun, porsi terbesar dari operating expenditure digunakan untuk belanja pegawai (emoluments). Belanja pegawai meliputi gaji dan insentif bagi PNS dan militer.

Sementara itu belanja subsidi menduduki peringkat kedua pengguna porsi belanja operasional. Belanja subsidi meliputi bermacam-macam subsidi, insentif serta bantuan social. Subsidi diberikan untuk bahan bakar dan subsidi bahan pangan. Sedangkan bantuan social meliputi bantuan untuk ekonomi lemah, bantuan pendidikan dan pensiunan militer. BElanja subsidi terus meningkat dari tahun ke tahun, dengan persentase dari keseluruhan belanja operasional berturut-turut dari 2011 (19,9%), 2012 (24,4%) dan 2013 (24,6%), komponen subsidi BBM adalah yang terbesar dalam beban subsidi.

(20)

Tabel. 5 Pengeluaran Pembangunan Sumber: Malaysia Treasury

Pengeluaran pembangunan Malaysia dibagi dalam 4 sektor utama, sektor ekonomi, sektor pelayanan sosial, sektor keamanan dan administrasi umum.

Pengeluaran pembangunan Malaysia dibandingkan dengan GDP, menunjukkan tren yang terus menurun tiap tahunnya. Dapat disimpulkan bahwa pembangunan di Malaysia memberikan efek yang cukup baik terhadap pertumbuhan ekonominya.

Pembangunan sector ekonomi menempati porsi tertinggi, hal ini sesuai dengan rencana pem-bangunan di bidang ekonomi, yaitu ETP (Eco-nomic Transf-ormation Prog-ramme) yang memfokuskan pembangunan pada 12 industri strategis (National Key Economic Areas). Dengan ETP, Malaysia menargetkan tumbuhnya perekonomian dan penciptaan lapangan kerja yang luas.

(21)

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

(22)

Dalam kurun waktu 2008–2014, belanja pemerintah pusat secara nominal mengalami peningkatan, yaitu Rp693,4 triliun pada tahun 2008, menjadi Rp1.010,6 triliun pada tahun 2012, dan mencapai Rp1.249,9 triliun pada APBN tahun 2014.

B. SARAN

Pemerintah harus senantiasa berupaya untuk meningkatkan kualitas belanja khususnya untuk memperbaiki efektivitas belanja pemerintah pusat. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat sebagian besar anggaran belanja pemerintah pusat merupakan belanja yang bersifat wajib, seperti belanja pegawai, belanja barang operasional, pembayaran bunga utang, dan subsidi. Akibat dari besarnya belanja wajib tersebut, maka ruang gerak yang tersedia bagi Pemerintah untuk melakukan intervensi fiskal, dalam bentuk stimulasi terhadap kegiatan ekonomi masyarakat, baik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja produktif maupun mengentaskan kemiskinan, menjadi relatif terbatas.

DAFTAR PUSTAKA

Case, Fair, Oster. Principles of Macroeconomics. Ninth Edition. New Jersey: Pearson Education. 2002.

Fuad, Noor, dkk. Keuangan Publik Teori dan Aplikasi. Lembaga Pengkajian Keuangan Publik dan Akuntansi Pemerintah. Badana Pendidikan dan Pelatihan Keuangan. Departemen Keuangan RI. 2006

Sri Rahayu, Ani S.IP, M.AP. Pengantar Kebijakan Fiskal. Jakarta: Bumi Aksara. 2010 Madjid, Noor Cholis Kebijakan Fiskal dan Penyusunan APBN. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Anggaran dan Perbendaharaan, BPPK, Kementerian Keuangan. 2012.

(23)

Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014.

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Audited Tahun 2012 Republik Indonesia Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April tentang Keuangan Negara.

http://www.kemenkeu.go.id/

Gambar

Grafik 1.
Tabel 2 Belanja Pemerintah Pusat Menurut Jenis 2008-20014(Triliun Rupiah)
Tabel 3. Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi 2008-20014
Grafik 3.Sumber: Kementerian Keuangan RI
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tetapi pada umumnya keadaan bidang refleksi tidak horizontal melainkan memiliki sudut kemiringan tertentu akan membentuk kemiringan sehingga pasangan titik tembak

Dan peneliti merasa bahwa Melalui Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran lempar cakram dengan media alternatif modifikatif merupakan salah satu cara yang

Diperoleh hasil berupa lima kategori konsepsi mereka tentang IPA (ilmu tentang alam, kumpulan pengetahuan atau konsep; metode penelitian, kebenaran tunggal, untuk mengagungkan

Setelah dilakukan evaluasi terhadap Laporan Keuangan Unit PKBL tahun 2009 dan tahun 2010, PT Waskita adalah BUMN yang taat hukum karena telah menjalankan Program Kemitraan dan Program

Dari penelitian ini kadar Avicel PH 102 yang dapat menghasilkan mutu fisik dan laju disolusi yang baik 15% tetapi hasil analisis statistik antara F3 dengan F4 tidak terdapat

Perhaps East Asia’s earliest effort to allow private sector involvement in common-user facilities occurred in 1987, when the Philippine Ports Authority established a 25-year

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada pasien asma bronkial yang berobat jalan di Poliklinik Paru RSUD Arifin Achmad Pekanbaru periode Desember 2012 didapatkan

Selama ini Cindo Craft Palembang telah melakukan promosi dengan cara melakukan promosi penjualan di pameran-pameran baik di dalam kota Palembang maupun luar kota