• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAGIAN II PENDIDIKAN AGAMA YANG BERBASIS PADA MULTIKULTURAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAGIAN II PENDIDIKAN AGAMA YANG BERBASIS PADA MULTIKULTURAL"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAGIAN II

PENDIDIKAN AGAMA YANG BERBASIS PADA MULTIKULTURAL

2.1Pengertian Multikulturalisme

Pengertian Multikulturalisme adalah kebudayaan.Secara etimologis, multikulturalisme dibentuk Multi dari kata (banyak) , Kultur (budaya) , dan isme(aliran atau paham ).Secara hakiki dalam kata sehingga terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik sehingga memiliki suatu pandangan untuk menjelaskan tentang keragaman kebudayaan , dan kebijakan terhadap suatu keragaman agama dalam masyarakat majemuk yang mencakup nilai-nilai dan etika dalam majemukan. Pendidikan Multikutural memiliki karakter yaitu untuk menghargai yang setinggi-tingginya harkat dan martabat manusia dari budaya. Pendidikan multikultural adalah proses pendidikan karakter1 untuk menghargai perbedaan budaya dengan latar belakang yang berbeda, dalam proses pengembangan seluruh potensi manusia yang heterogenitas sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku, dan agama. Diharapkan peserta didik memiliki karakter yang kuat untuk bersikap demoktratis, pluralis, dan humanis, seperti yang dijelaskan diatas. Indonesia memiliki sejarah dan kebudayaan lebih dari satu sehingga hal itu mengalami asimililasi dalam Negara dan Bangsa. Perkembangan dalam sejarah multikultural menunjukan adanya suatu migrasi penduduk dari satu daerah ke daerah yang lain dalam jangka waktu yang lama bahkan ribuan tahun. Asimilasi timbul karena masyakarat yang memiliki keinginan untuk bersatu dalam budaya yang berbeda sehingga menciptakan

kebudayaan Pluralisme dengan masyarakat yang majemuk. Di dalam sejarah Perkembangan pendidikan Multikultural erat kaitannya dengan

sejarah suatu bangsa. Sejarah menunjukan adanya migrasi penduduk berawal di Amerika serikat, dengan gerakan oukemenis pada tahun 1940 -1950 berkembang konsep pendidikan interkultural dan interkelompok (intercultural and intergroup education) untuk mengembangkan nilai-nilai universal yang dapat diterima berbagai kelompok masyarakat berbeda, dengan tujuan: mengubah tingkah laku individu untuk tidak meremehkan budaya orang atau kelompok lain, khususnya dari kalangan minoritas. Menumbuhkan toleransi dalam diri individu terhadap berbagai perbedaan rasial, etnis, agama, dan lain-lain. Pendidikan Agama Multikultural berkembang di barat, hasilkan oleh kesadaran atas

6.Panmilo Yangin,Ibid,hal,29-30

(2)

kebutuhan dari para migran dan imigran yang beragama secara budaya (Pendidikan Kristiani Kontekstual).

Pendidikan Multikultural memahami keragaman etnik dengan latar-keragaman suku. Yang berawal dari latar belakang pendidikan Multikultural hadir untuk memberikan pandangan tentang arti pentingnya peserta didik yang ditinjau dari aspek budaya, etnis dan agama. mengubah individu untuk tidak meremehkan budaya orang atau kelompok lain, khususnya dari kalangan minoritas, menumbuhkan toleransi yang tinggi dalam diri individu seseorang terhadap berbagai perbedaan rasial,etnis,agama,dan lain-lain.2

Pendidikan Multikultural dimulai dari sekolah-sekolah dieropa, pada abad 19 ketika mereka mempertimbangkan kurikulum baru ini sesuai dengan kebutuhan jumlah migran dan imigran yang semakin banyak dari berbagai Negara di dunia. Multikulturalisme juga mempengaruhi oleh gereja di Amerika Serikat. Pada tahun 1995 Pendidikan Agama Kristen, menganalisis tentang kemajuan Pendidikan Agama Multikultural dalam tiga macam program-program gereja yang sesuai dengan Pendidikan Agama (PAM).3 Pertama: Gereja sebagai budaya minoritas yang mengakui identitas sebagai minoritas didalam suatu kebudayaan yang mayoritas. Kedua: Gereja sebagai budaya yang mayoritas mempelajari kedasaran kultural, termasuk membongkar kantong-kantong imperialisme kultural mereka. Ketiga: Gereja sebagai multikultural, dengan persentase kelompok etnis berbeda sebagai mayoritas dalam mengalami suatu komunitas serta berkembang kearah persatuan didalam keberagaman kebudayaan. Pendidikan Multikultural merupakan suatu usaha yang terencana untuk mewujudkan suasana dalam belajar sehingga dapat diterima oleh peserta didik secara aktif dalam mengembangkan suatu potensi diri untuk menerima ajaran Spiritual keagamaan dan pendidikan multikultural secara etimologi adalah proses pengembangan seluruh potensi manusia dalam menghargai suatu kekayaan budaya yang ada diIndonesia dan heterogenitas sebagai konsekuensi dalam suatu keragaman budaya, etnis suku dan aliran (agama). Dalam hal ini peserta didik harus memiliki karakter yang bersikap demokratis, pluralis dan humanis, seperti yang dijelaskan di atas. konsepsi pendidikan Multikultural di terima oleh semua kalangan agama yang ada di Indonesia tanpa mendeskripsikan agama lain.4 Jadi semua agama yang ada di Indonesia menggunakan teori multikultural sebagai bahan pendidikan yang berbasis pada nasional dengan pemikiran yang dapat diterima oleh semua kalangan.

2

Panmilo Yangin,ibid,hal.28

3

Hope S.Antone,(Pendidikan Kristiani Kontekstual:Mempertimbangkan Realitas kemajemukan dalam

Pendidikan Agama Kristen),Jakarta:BPK-GunungMulia,2010),29

4

(3)

Teori pendidikan multikultural bersifat kontekstual sehingga menggunakan pendekatan pluralis, praktik bagi orang Asia. Oleh karena itu, Pluralisme agama adalah suatu cara manusia untuk berpikir lebih kepada toleransi beragama sehingga saling membutuhkan satu dengan yang lain.5

2.2Pendidikan Multikultural

Merupakan sebuah ide, gerakan reformasi pendidikan, dan proses (James Banks, 1997). Untuk menciptakan kesempatan yang sama bagi semua peserta yang berasal dari ras, suku, agama, budaya dan kelas sosial yang berbeda. Pendidikan Multikultural menciptakan kesederajatan pendidikan bagi peserta dari berbagai ras, etnis kelas sosial dan kelompok budaya yang berbeda. Pendidikan Multikultural adalah sebuah proses transformasi untuk membantu peserta didik agar cakap berpartisipasi penuh dalam kehidupan masyarakat secara kreatif, inovatif dan imaginatif. Dengan kata lain bahwa Pendidikan Multikultural adalah suatu konsep filosofis yang menjangkau luas, hubungan dari pelbagai etnis, ras, agama dan juga kategori yang direkonstruksi secara sosial dan gender. Pendidikan Multikultural bertujuan untuk menciptakan kesederajatan dalam dunia pendidikan dan memperkaya wawasan berpikir bagi peserta didik dari berbagai ras, etnis, kelas sosial dan kelompok budaya yang berbeda. Salah satu tujuan utama dari Pendidikan Multikultural adalah mempersiapkan peserta didik untuk bersikap terbuka dan inklusif, dalam memahami dan menerima suatu perbedaan, sehingga mampu menjangkau kelas sosial dengan membangun segala bentuk stereotip atau pelabelan tentang, prasangka dengan diskriminasi suku, ras, agama dan budaya untuk membangun kebersamaan lintas budaya. Pendidikan Multikultural memfokuskan diri pada kebutuhan akan perubahan dan transformasi social, karena:

a) Membantu peserta didik memperoleh pemahaman diri yang lebih luas dengan melihat dari sudut pandang, suku, agama, dan budaya.

b) Menolong peserta didik untuk mengenal, memahami dan menghargai suku, ras, agama,

serta budayanya. c) Mempersiapkan peserta didik dengan ketrampilan, sikap dan pengetahuan yang

diperlukan agar mereka cakap berpartisipasi penuh dalam kehidupan masyarakat yang multikultural.

d) Mereduksi dan mengobati trauma-trauma yang timbul karena diperlakukan diskriminatif rasial dari kelompok suku, ras, agama, dan budaya yang berbeda.

5

(4)

e) Membantu peserta didik untuk mengembangkan kekhususan atau keunikan potensi dari setiap kelompok suku, ras, agama, dan budaya yang berbeda.

Tujuan utama dari Pendidikan Multikultural ialah untuk memperkaya wawasan berpikir kepada peserta didik agar mereka mengenal budaya, suku, ras dan agama diluar budaya lain. Pendidikan Multikultural menjadi landasan teoritis dan suatu model untuk transformasi sosial yang membentuk pribadi iman Kristen dan keterlibatan sosial peserta dalam kehidupan masyarakat dalam berbagai perspektif (lokal dan internasional) dan pengalaman-pengalaman multikultural. Melalui proses transformasi sosial dalam Pendidikan Multikultural dilakukan melalui 4 tingkatan dalam kurikulum:

2.2.1 Pendekatan Kontribusi:

Bertujuan agar peserta didik dapat melihat unsur-unsur budaya sebagai sesuatu yang asing dan terpisah dari pengalaman hidup mereka sendiri, karena pengintergrasiannya hanya pada permukaan.

2.2.2 Pendekatan Penambahan:

Bertujuan agar pendidikan yang dapat menambahkan isi, konsep, tema, dalam menerima Perspektif budaya lain ke dalam kurikulum, namun tidak mengubah struktur dan tujuan serta mencirikan karakteristiknya yang mendasar.

2.2.3 Pendekatan Transformasi:

Bertujuan untuk menolong peserta didik dalam sudut pandang yang berbeda etnis dengan konsep, isu, tema untuk mencari solusi pada setiap konflik terjadi dimasyarakat.

2.2.4 Pendekatan Aksi Sosial:

Tujuan penting dari Pendidikan Multikultural Untuk membantu peserta didik agar memperoleh pengetahuan, dan komitmen yang diperlukan untuk membuat keputusan reflektif dan melakukan aksi personal, sosial dan sipil untuk mempromosikan demokrasi dan kehidupan demokratis. Manfaat dari pendidikan multikultural ternyata merupakan dasar strategis kebangkitan bangsa selain kepentingan pragmatis untuk menggerakkan seluruh elemen bangsa untuk menyelesaikan krisis multidimensi.6 Pendidikan multikultural memiliki saling keterkaitan satu dengan yang lainnya , berdampingan satu dengan yang lain dalam konteks masyarakat majemuk pendidikan multikultural sangat membantu dalam memecahkan suatu konflik berdasarkan masyarakat pluralisme dengan memaknai Bhineka Tunggal Ika dasar dari ideology pancasila agar hidup

6

(5)

damai dan rukun.Pendidikan multicultural itu sendiri mempunyai tujuan utnuk membentuk manusia yang berbudaya dan beadab,mengajarkan nilai-nilai kebangsaan dan etis,demokratis dengan menghargai aspek-aspek keragaman budaya.

Perbedaan dan keragaman budaya bangsa dengan kelompok etnis (Multiklultural) yaitu.

a) evaluasi penilaian kepada budaya lain.

b) studi kasus tentang konflik-konflik sosial itu menjadi berkembang isu konflik agama yang berpengaruh pada factor ekonomi, sosial, politik. Pengalaman di Ambon dan Poso merupakan bukti yang menjelaskan akan hal itu.

c) solusinya pancasila sebaga dasar ideology Negara RI dengan masyarakat majemuk yang pluralism,agar saling menghormati dan bertoleransi agama satu dengan lainnya sehingga dapat hidup berdampingan.Dengan peristiwa studi kasus diatas mengahruskan kita untuk menjadi saksi Kristus.7

2.3Isu Mayoritas-Minoritas dalam masyarakat Multikultural.

Di zaman era globalisasi masyarakat majemuk memiliki upaya untuk menemukan sebuah etika global yang diterima oleh semua agama dan suku bangsa sebagai sesuatu yang autentik serta menjadi harapan dan kerinduan bagi semua orang dalam komunitasnya. Isu-isu kekerasan antar kelompok di Indonesia sebagai saran alternatif konflik, sebagai benteng pertahanan secara berkala pada tahun 1990 di Indonesia betapa hal itu rentan terjadi yang di bangun dalam Negara-Bangsa, sehingga menimbulkan prasangka antar kelompok dan betapa rendahnya nilai-nilai multikulturalisme. Berbagai ekspresi sosial budaya yang sebenarnya, tidak memiliki basis untuk melihat pada kulturalnya dalam masyarakat kita, dengan kondusif bagi kehidupan sosial budaya masyarakat dan bangsa. Pendidikan multikultural merupakan pendekatan progresif untuk melakukan transformasi pendidikan budaya dalam masyarakat secara menyeluruh, juga untuk memperbaiki kekurangan dan kegagalan, sehingga tidak diskriminatif dalam pendidikan. Pendidikan multikultural menjadi menarik karena, konsep pendidikan multikultural mengacu pada konteks yang di Indonesia.8

2.4Multikulturalisme sebagai Alternatif Pendidikan Agama Kristen.

7

Ngainum Naim & achmad Sangi:(Pendidikan Multikultural,konsep dan aplikasi,Yogyakarta:Ar-ruzz,2008),49

8

(6)

Sederajat kesederajatan atau kesetaraan tentang budaya yang membuat suatu perubahan nyata, dalam masyarakat majemuk yang membawa kebaikan bagi semua kalangan sehingga menciptakan ruang lingkup yang kecil melalui bahasa, budaya melalui kegiatan sekolah. Masing-masing pendidikan memiliki suatu perbedaan antara satu dengan yang lain. Keragaman merupakan hal yang wajar, karena antara satu orang dengan yang lain memiliki berbagai perbedaan, terutama perbedaan latar belakang; social, pendidikan, agama, lainnya. Melihat dari letak geografis Indonesi menurut: Koentjaraningrat yang mendefinisikan tentang pendidikan sebagai usaha untuk mengalihkan dan seluruh kebudayaan dari generasi lama ke generasi baru.

Definisi pluralisme menurut :Frans Magnis Suseno,pendidikan mengandaikan kita

untuk membuka visi pada cakrawala yang lebih luas dan mampu melintas batas kelompok etnis atau tradisi budaya dan agama kita , sehingga kita mampu melihat kemanusiaan sebagai sebuah keluarga yang memiliki perbedaan maupun kesamaan cita-cita. Multikulturalisme merupakan konsep dimana sebuah komunitas dalam konteks kebangsaan dapat mengakui, keragaman, perbedaan dan kemajemukan budaya dan ras, suku, etnis, dan agama. Pengembangan Kurikulum menggunakan pendekatan

pluralis-multikultural haruslah didasarikan pada prinsip: 1) Keragaman budaya menjadi dasar dalam menentukan filsafat, teori: Model, dan

hubungan sekolah dengan lingkungan social-budaya setempat. 2) Mengembangkan berbagai komponen kurikulum seperti tujuan, konten, proses dan

evaluasi budaya di lingkungan unit pendidikan adalah: Sumber belajar dan objek studi

yang harus dijadikan dari kegiatan belajar anak didik. 3) Kurikulum peran sebagai media dalam mengembangkan kebudayaan daerah dan

kebudayaan nasional. Pendidikan mutikultural merupakan pendekatan progresif untuk melakukan sarana transformasi dan budaya masyarakat secara menyeluruh untuk memperbaiki kekurangan dan kegagalan, dalam mengupas tentang praktik-praktik diskriminatif proses pendidikan. Menurut: James Banks (1994) menjelaskan, bahwa pendidikan multikultural memiliki beberapa dimensi yang saling berkaitan satu dengan lain. Yaitu mengintergrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam mata pelajaran (disiplin). Dan membawa siswa untuk memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran. Serta menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dapat memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran dengan cara interaksi. Pendidikan multikultura mensosialisasikan

(7)

nilai-nilai yang terkandung dalam sistem pendidikan nasional sehingga dapat mencakup tiga hal jenis tentang transformasi yakni: transformasi diri, transformasi sekolah dan proses belajar untuk mengajar, dan transformasi masyarakat.9

Pendidikan multikultural dalam tatanan masyarakat penuh dengan permasalahan antar kelompok sehingga mengandung tantangan yang tidak ringan. Dunia pendidikan dalam masyarakat, sangat besar peranannya dan memiliki pengaruh terhadap perkembangan intelektual dan kepribadian individu peserta didik, terhadap implementasi pendidikan yang berbasis multikultural. Pendidikan multicultural adalah: Pendidikan tentang keragaman kebudayaan yang merespons perubahan suatu demografis dan kultural lingkungan masyarakat. Pendidikan multikultural di Indonesia haruslah di arahkan kepada terwujudnya masyarakat madani di tengah-tengah kekuatan kebudayaan global. Konsep pendidikan multikultural merupakan suatu pendidikan demokratis yang luas artinya: bukan saja mengakui akan pentingnya pengembangan rasa kebangsaan di dalam suatu-nation state tetapi juga menekankan kepada keanggotaan. Negara dan bangsa Indonesia di dalam pergaulan dunia. Oleh sebab pendidikan yang berbasis Multikultural tidak akan dikenal adanya fanastisme atau fundamentalisme social-budaya termasuk agama, karena masing-masing komunitas mengenal dan menghargai perbedaan yang ada. Pendidikan Multikultural terutama di dalam masa transisi dewasa ini memang mempunyai tugas yang tidak ringan. Pertama-tama pendidikan multikultural adalah untuk memperdalam akan rasa identitas kesukuan, secara terbuka untuk kemudian mengenal dan mengerti akan nilai-nilai sosial-budaya dan agama dari suku-suku yang lain. Pendidikan multikultural sebagai sarana untuk memperkenalkan tentang keberagaman suatu budaya yang berbasis kepada pluralisme sehingga masuk kepada pendidikan agama kristen yang diperkaya dengan spritualitas dan iman percayanya kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, juga isinya untuk menjadi bersaksi kristus melalui pendidikan agama kristen, sehingga membawa orang lain pada kemuliaan Allah.10

2.5Pendidikan Agama Kristen

Pendidikan Agama Kristen bertujuan membimbing orang lain dan diarahkan kemasa depan, untuk menuju sesuatu yang ilahi yang melampaui keterbatasan manusia masa kini.

9

Hope S Antone, Ibid, Hal. 138-139

10

(8)

Sehingga Pendidikan Agama Kristen di pergunakan untuk mengajar dan mendidik di sekolah-sekolah kristen dan gereja atau persekutuan orang percaya. Pendidikan Agama Kristen sebagai bagian satu tugas gereja untuk membina warga jemaat gereja agar tetap bertumbuh dengan iman. Pendidikan Agama Kristen membawa seseorang pada sesuatu hal untuk melaksanakan panggilan Allah didalam dunia ini. Itulah tujuan yang pasti dalam menghadapi kesukaran yang bersifat kompleks. Manfaat dari pendidikan agama kristen ialah: Orang tua dapat mendidik anak-anaknya dalam hal-hal agama dan untuk memakai pertolongan dan alat-alat gereja bagi pembinaan rohani anak-anak itu. Pendidikan Agama

Kristen, memiliki fungsi yang amat penting pada tugas panggilan gereja.1116 Yang perlu di perhatikan sebagai objek pendidikan agama kristen:

1) Mencari dan menentukan objek Firman Tuhan yang menjadi satu- satu dasar dari iman. 2) Objek dengan kepentingan gereja misalnya: kita merencanakan pendidikan agama kristen. 3) Metode pengajaran pendidikan agama kristen, kepada kelompok remaja dengan diskusi. 4) Latar-belakang murid-murid yang perlu diperhatikan.

5) Objek dalam pengajaran pendidikan agama kristen 6) Sadar akan kebutuhan khusus para pelajar atau pendengar kita.12 Dalam dunia pendidikan

agama kristen memiliki satu dasar yang berkaitan dengan tujuan: untuk mengenal kerajaan Allah melalui kesaksian dan persekutuan, isi konteks: doa pagi merefleksikan Firman Tuhan sebagai bagian dari pendidikan agama kristen, dengan pendekatan metode kreatif.

Contoh : Rencana Pengajaran Tema/ide Pokok: Kompetensi :

Indikator :

11

Daniel Nuhamara,(Pembibmbing PAK,Pendidikan Agama Kristen,Bandung:Jurnal Info Media,2009),177

12

(9)

Alokasi Waktu Aktivitas Pengajaran Sumber yang dipakai

Pembukaan Pembukaan dengan pendahuluan. Buku Acuan Presentasi Materi Menyajikan informasi dasar Yang

berkaitan dengan konsep yang akan dikembangkan dalam satu kali tatap muka.

Silabus

Pendalaman Materi Peserta dapat termotivasi untuk mendalami materi yang

diajarikan. Peserta didik dapat mengekspresikan diri di dalam berbagai macam cara-cara sesuai dengan bakat dan kemampuan serta minat yang berkaitan dalam pengajaran.

Role play atau bermain peran adalah cara mengekspresikan diri di dalam berbagai macam cara-cara sesuai dengan bakat dan kemampuan serta minat

seseorang untuk menerima ilmu pengetahuan dalam pendidikan agama Kristen.

Respons kreatif Memberi penguatan , dan komentar sebagian umpan balik bagi para peserta didik. Hal yang membuat mereka termotivasi dalam pengajaran pendidikan agama kristen melalui iman.

Bahan pengajaran berdasarkan : Kurikulum Pendidikan Agama Kristen , sebagai bagian dari bahan acuan mereka dan

renungan pagi adalah bagian dari refleksi firman Tuhan .

Penutup Setiap peserta didik di bawa

untuk dapat menyimpulan sesuatu yang tepat sehingga perlu

memiliki pemahaman yang utuh dalam berbagai tahapan.

Dengan menggunakan kurikulum yang berdasar sesuai kategorial dalam mengajar selain media Visual sebagai bagian dari pengajaran .

Dalam hal ini para didik dapat menerapkan suatu model pengajaran yang sesuai dengan prinsip maupun teori dalam ilmu pengetahuan. Dua orang yang berasal dari Amerika secara internasional sekaligus meneliti tentang model pengajaran Bruce Joyce dan Marsha Weil yang tertuang dalam buku: Model of Teaching (1996). Pedoman dan bekal bagi setiap pendidikan termasuk guru agama di sekolah dan gereja untuk meningkatkan kualitas keahliannya dalam hal pengajaran. Beberapa pertimbangan Joyce dan Weil untuk menyusun

(10)

1. Model seperti ini memberikan suatu kontribusi yang seimbangan dari sisi seorang pendidik dan peserta didik.

2. Model ini dapat di demontrasikan dan di pelajari dalam waktu yang relative singkat. 3. Model ini dijadikan sebagai pedoman untuk mengembangkan atau membangun model

pengajaran sendiri. Bruce Joyce dan MarshaWeil, adalah dua tokoh pendidik agama Kristen yang mengembangkan suatu rencana untuk membentuk kurikulum, dan mendesain bahan-bahan pengajaran agama Kristen. Sehingga peserta didik dapat mengenal mana tujuan umum dan tujuan khusus. Salah satu yang dapat diterapkan dalam pengajaran di Panti Asuhan Yakobus bagi remaja adalah: Information Models

(Model Pemprosesan informasi) yang mengutamakan suatu pengembangan kepribadian dalam hubungan antar pribadi yang dihasilkan melalui aktivitas mengajar agar mereka tidak merasa monoton atau membosankan dalam menerima setiap pengajaran yang dibersifat umum melalui Teori Multikultural dan Pendidikan Agama Kristen. Behavioral Models (Model Perilaku) ini mengutamakan suatu perubahan perilaku yang spesifik dan terarah untuk mengetahui seberapa besar iman seseorang dalam suatu proses pendampingan untuk suatu perubahan kearah yang lebih baik, dengan meluangkan waktu untuk berdoa secara pribadi, meditasi, refleksi , kontemplasi dengan merenungkan pokok-pokok tertentu, sebagai bahan renungan. Menurut: Bruce Joyce danMarshaWeil untuk mengembangkan pendidikan agama kristen model-model pengajaran agama atau pengajaran iman yang cukup baik, misalnya: Sarah Little, Thomas Groome dan Richard Osmer. Dan untuk mengajar dengan kreatif Menurut:

Miller yang dikutip oleh Boehlke, mengatakan: bahwa PAK di gereja merupakan suatu pelayanan yang berdiri dari tradisi Kristen. Pendidikan Agama Kristen dimulai dari Injil dan ia menyatakan bahwa gereja memiliki enam fungsi:

a) Gereja sebagai persekutuan atau tempat beribadah.

b) Gereja sebagai persekutuan yang memulihkan dan menyembuhkan sehingga di persatukan oleh iman.

c) Gereja sebagai persekutuan orang percaya untuk belajar dan mengajar, spritualitas iman dari kategori usia muda maupun lansia.

d) Gereja adalah persekutuan orang yang perduli akan kebutuhan orang lain terutama sakit, orang miskin, lemah dan kesepian.

e) Gereja adalah persekutuan orang yang membagikan iman kepada orang yang belum menerima kabar baik

(11)

f) Gereja adalah persekutuan yang membawa misi perdamaian dengan masyarakat setempat dan antar bangsa. Metode penerapan dalam dunia pendidikan agama Kristen memakai metode sebagai berikut: untuk menyampaikan suatu cara dalam pelayanan gereja.

Ada dua jenis teori dalam dunia pendidikan dalam hal itu ialah: Yang pertama: Metode otoriter, untuk menyampaikan suatu ajaran yang lengkap kepada

orang yang didikannya. Yang kedua: Metode kreatif , yang menitik beratkan kebebasan untuk menciptakan seseorang dalam berfikir pada diri sendiri. Para didik bertugas untuk mendidik, membimbing, serta menolong dalam menerapkan iman percayanya kepada Tuhan. Metode yang diterapkan dalam pengajaran bagi anak remaja dalam dunia pendidikan agama kristen: melalui media audio visual, dan cerita (Role play) untuk menceritakan kebaikan Tuhan Yesus melalui iman kepada Kristus di dalam gereja. Pendidikan Agama Kristen yang di terapkan pada sekolah-sekolah umum di seluruh dunia memang beraneka ragam. Dalam

hal ini, gereja memiliki tugas yang senatiasa, melakukan dan panggilannya dengan baik.13 Pendidikan Agama Kristen dengan kategorial usia remaja (13-17 Tahun) mengalami suatu

perkembangan pola fikir yang kognitif. Dalam perkembangan moral atau etika pada remaja sudah mengenal tentang pola pikiran hidup yang disiplin dengan suatu hukum. Remaja mengalami masalah dalam mengintegrasikan berbagai aspek, identitas diri yang berkaitan dengan gender (yang berkaitan dengan seksualitas). Pada usia ini remaja mengalami suatu pencari identitas yang berkaitan dengan gender (yang berkaitan dengan seksualitas). Dalam perkembangan iman anak remaja ada sesuatu yang baru, yang harus ketahui apa yang dibutuhkan perkembangan tentang iman dan kepercayaan pada usia ini. Alkitab bagi remaja sebagai alat pengontrol dalam suatu jawaban perubahan baik dalam hal yang kecil maupun dalam suatu tindakan pada setiap pertanyaan tentang makna, dan isi Alkitab dengan mencari sumber dari berbagai artikel atau buku yang dapat dipahami setiap pertanyaan. Iman yang memberikan suatu bimbingan tentang moral dan etika sehingga teologi dapat menjawab semua yang dibutuhkan.14

2.6Masyarakat Majemuk Dalam Dunia Pendidikan Multikultural.

Konsep yang berlatar-belakang pada masyarakat Indonesia majemuk dan pluralisme sangat penting dalam hubungan relasi masyarakat untuk saling menghargai satu dengan

13

Dien Sumiyatiningsih,(Mengajar dengan Kreatif & Menarik,Yokyakarta:Andi Offset),63-71

14

Larry Richards,(bagaimana Aku Mengambil Keputusan,Jakarta:Bina Remaja Kristen,BPK-Gunung

(12)

lainnya. Ini menggambarkanm suatu keadaan bangsa Indonesia di zaman Belanda. Teori pendidikan multikultural mengacu pada suatu bingkai pendidikan, dengan tujuan yang jelas dasar-dasar praktis. Teori pendidikan multikultural dalam kontek majemuk di asia menuntut responsif balik dalam setiap kebutuhan masalah yang terjadi pada orang-orang Asia. Teori pendidikan multikultural yang kontekstual menggunakan pendekatan pluralis, sebagai suatu sikap dan gaya hidup sesuai kebutuhan masyarakat dengan kemajemukan agama dan budaya diAsia. Pluralisme agama memerlukan praktik pendidikan baru untuk membangun hubungan dan menghadapi perbedaan secara lebih kreatif dan positif. Dengan teori pendidikan yang kontekstual dan majemuk mengakui keterbatasan upaya dalam mengatasi isu-isu yang terjadi di masyarakat. Konsep Furnivall membagi kemajemukan masyarakat Indonesia menjadi dua bagian yaitu: Masyarakat vertical dan horizontal. Masyarakat vertical adalah masyarakat yang berkaitan dengan latar belakang pendidikan, dan status sosial yang berhubungan kekayaan. Masyarakat horizontal meliputi adalah perbedaan-perbedaan suku, agama dan kedaerahan. Indonesia rentan terjadinya konflik etnis yang berkaitan dengan agama sehingga berpengaruh pada ekonomi dan politik. Dengan itu pemerintah telah mengantisipasi dampak-dampak negative yang terjadi di masyarakat dari konflik-konflik yang ditimbulkan dengan memberikan suatu pemahaman pada masyarakat majemuk dengan nilai-nilai Pedoman penghayatan pengamalan pancasila dasar dari pemikiran yang diterima banyak orang semua menjadi dasar yang ampuh untuk mengatasi perbedaan-perbedaan dalam kemajemukan Indonesia. Sesuai dengan tujuan Ki Hajar Dewantara tentang didikan orang tua yang berguna bagi kehidupannya di masa yang akan datang dengan ajaran agama sehingga bertumbuh dan iman kodrati sebagai masyarakat Indonesia yang majemuk dan pluralis berpotensi rawan konflik, sehingga etika sosial menjadi sesuatu yang penting dalam lingkungan sosial masyarakat di kelompoknya dengan memberlakukan hukum adat sesuai dengan daerahnya .

2.6.1 Peran Pendidikan Multikultural Dalam Transformasi Masyarakat.

Pendidikan multikultural adalah strategis pendidikan yang diaplikasikan kepada semua jenis mata pelajaran sehingga dapat diterima oleh semua kalangan, dengan perbedaan- perbedaan kultural yang ada pada siswa seperti perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, klas sosial, ras, kemampuan dan umur dengan proses belajar secara kontekstual dan efektif, sehingga untuk melatih dan membangun karakter siswa agar mampu bersikap, demoktrasi, humanis dan pluralis dalam lingkungan. Pendidikan multikultural menjadi mempunyai dua tujuan, yaitu: membangun tujuan awal dan tujuan akhir. Tujuan awal merupakan tujuan sementara karena tujuan ini hanya berfungsi sebagai perantara dari tujuan akhirnya sehingga

(13)

tercapai dengan baik. Tujuan awal dari pendidikan multikultural yaitu: membangun wacana pendidikan multikultural dikalangan guru, dosen, ahli pendidikan, pengambilan kebijakan dalam dunia pendidikan dan sehingga siswa terampil dalam transformator pendidikan multikultural yang mampu menanamkan nilai-nilai pluralisme, humanisme dan demokrasi secara langsung di sekolah kepada peserta didik.15

Tujuan akhir dari pendidikan multikultural adalah memiliki karakter yang kuat untuk demoktrasi, pluralis, dan humanis.Pada intinya pendidikan kurikulum multikultural, kurikulum yang memuat tentang nilai-nilai pluralisme dan toleransi keberagaman.Oleh sebab itu dalam pendidikan multikultural ditekankan untuk membangun sikap (afektif) atau pemikiran tiap-tiap orang sehingga dapat di terima oleh seluruh kalangan masyarakat, di dalamnya untuk membangun kesadaran suatu pemahaman yang kristis tentang siswa terhadap berbagai fenomena sosial yang bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat secara umum , seperti: ketimpangan sosial, penganguran kemiskinan dan korupsi. Masyarakat multikultural mampu untuk mengembangkan kebudayaan tanpa ada diskriminasi kebudayaan lain sehingga saling berinteraksi dan saling mendukung dalam segala hal.16

2.6.2 Konsep Pendidikan Multikultural.

Konsep dasar dari pendidikan multikultural bersifat oukoemenes dan pluralism17 dengan pandangan yang luas. Hal ini karena di dukung oleh gereja-gereja yang beraliran protestan. Beberapa hal dasar yang harus dilihat yaitu letak geografis, kultur wilayah-wilayah kultur, prejudis, stereotip, dan diskriminasi. Pendidikan multikultural merupakan strategis pendidikan yang diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran untuk menghasilkan para didik yang memiliki pemikiran demokrasi. Konsep pendidikan multicultural yang mengacu kepada kebudayaan dan tatanan kehidupan sosial dengan latar-belakang pluralisme sehingga diterapkan dan dipraktekan oleh siswa di sekolah.Untuk mengakui dan menerima keberadaan agama lain sehingga tercapailah suatu kerukunan dan kebhinekaan. Dalam pandangan konsep pluralism semua agama dipandang sama tetapi bukan sinkretisme untuk menciptakan suatu agama baru yang dipadukan dalam unsur-unsur tertentu, sehingga terciptanya ’’Bhineka Tunggal Ika’’. Pengertian dari konsep pluralis - multikultural menurut: Sleeter menegaskan bahwa pendidikan pluralis-multikultural adalah proses pendidikan bagi orang - orang yang tertindas. Dalam hal inilah proses belajar yang penting peserta didik dapat memahami

15 Hope S Antone,Ibid,hal.36 16 Panmilo Yangin,Ibid,hal.13 17 Panmilo Yangin,Ibid,hal.70

(14)

karakteristik pluralism multikultikultural. Belajar hidup untuk menerima perbedaan, belajar untuk berproses dalam suatu pengajaran dengan ilmu pengetahuan dan pemahaman yang di sepakati juga belajar untuk menjadi orang yang karakteristik dan kerangka pikir anak didik.18 Demikian pula akan membentuk mereka dan menghantar kita untuk mengenal dengan baik kasih Allah yang nyata dalam Yesus Kristus, sehingga nantinya mereka dapat dilengkapi dengan efektif dalam aspek kehidupan.Dan akan terpancar pula sikap dan karakter anak didik dalam menghargai sesama ciptaan Allah, yang serupa dengan gambar Allah , sehingga dalam kehidupan multikultural akan memancarkan pula hidup yang dapat menjadi teladan bagi sesama,dalam kehidupan dimanapun mereka berada, teraktual pola hidup yang bertoleransi.

18

Referensi

Dokumen terkait

In 2018, President Joko Widodo targets the total national coal production of 535 million tons, while ITMG targets the total coal sales of 24.2 million tons..

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui makan pesan non verbal yang terkandung dalam iklan class mild versi “ Macet” di media televisi tersebut

Produk, harga, dan kualitas pelayanan erat kaitannya dengan kepuasan konsumen, sedangkan kepuasan konsumen merupakan perasaan senang atau kecewa seseorang yang

Keamanan data pada aplikasi yang menggunakan teknik enkripsi untuk melakukan pengolahan dan transaksi dengan database akan dapat lebih terjaga karena data

Data parameter pada Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4 diatas digunakan untuk mendapatkan kondisi awal dari model linear sistem tenaga listrik mesin tunggal PLTMH. Hasil

Menurut Yusuf dalam puspitasari, adi, dan supriyono (2014), seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan dengan dukungan keluarga yang besar,

Sungguhpun terdapat kajian terdahulu yang agak besar berkaitan pembolehubah kecerdasan emosi dan kepimpinan, tetapi hanya sedikit yang diketahui mengenai kesan

Hasil penelitian dari beberapa penelitian diatas, yaitu tekanan, kesempatan, rasionalisasi dan kemampuan berpengaruh pada perilaku kecurangan akademik, namun ada yang