• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk melakukan usaha di bidang jasa angkutan udara niaga, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing untuk mendapatkan keuntungan guna meningkatkan nilai tambah perusahaan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

Visi dan Misi PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk adalah: Visi:

“Menjadi perusahaan penerbangan yang handal dengan menawarkan layanan yang berkualitas kepada masyarakat dunia menggunakan keramahan Indonesia”.

Misi:

Sebagai perusahaan penerbangan pembawa bendera bangsa (flag carrier) Indonesia yang mempromosikan Indonesia kepada dunia guna menunjang pembangunan ekonomi nasional dengan memberikan pelayanan yang profesional.

Strategic Business Unit (SBU) adalah unit usaha mandiri dalam perusahaan yang berorientasi pada optimasi sumber daya yang bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dengan memberikan hasil produksi dan layanan jasa kepada pelanggan baik dalam maupun di luar korporasi. SBU yang dimiliki adalah Garuda Sentra Medika (GSM), Garuda Cargo dan Citilink. Anak perusahaan adalah suatu badan hukum tersendiri yang dibentuk untuk mendukung kegiatan perusahaan yang dikelola secara mandiri namun masih dalam kontrol perusahaan, terdiri dari PT. Aerowisata, PT. Abacus DSI, PT. Garuda Maintenance Facility Aero Asia dan PT. Lufthansa Systems Indonesia. (Sumber: Garuda Indonesia Annual Report 2008 www.garuda-indonesia.com/files/pdf/AR-GA-2008.pdf ).

(2)

2 Seiring dengan upaya pengembangan usaha yang dilaksanakan di awal tahun 2005, PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk memiliki tim manajemen baru, yang kemudian membuat perencanaan baru bagi masa depan perusahaan. Manajemen baru PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk melakukan transformasi bisnis dan restrukturisasi perusahaan secara menyeluruh dengan tujuan meningkatkan efisiensi kegiatan operasional, membangun kembali kekuatan keuangan yang mencakup keberhasilan perusahaan dalam menyelesaikan restrukturisasi utang, termasuk hutang sewa pembiayaan dengan European Export Credit Agency (ECA), menambah tingkat kesadaran para karyawan dalam memahami pelanggan, dan yang terpenting memperbaharui dan membangkitkan semangat PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk.

Penyelesaian seluruh restrukturisasi utang perusahaan mengantarkan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk siap untuk mencatatkan sahamnya ke publik secara resmi pada 11 Februari 2011, dengan mencatatkan 6.335.738.000 sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode GIAA. Per akhir Desember 2012, struktur kepemilikan saham PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk sebagai perusahaan publik adalah Pemerintah Republik Indonesia (69,14%), PT. Angkasa Pura I (1,10%), PT. Angkasa Pura II (1,78%), karyawan (0,44%), investor domestik (23,94%), dan investor internasional (3,60%).

PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk pada akhir 2013 mengoperasikan sebanyak 110 pesawat terdiri dari 2 pesawat Boeing 747-400, 7 pesawat Airbus A330-300, 11 pesawat Airbus A330-200, 7 pesawat Boeing 737 Classic (seri 300/400/500), 65 pesawat Boeing 737-800NG, 12 pesawat Bombardier CRJ1000 NextGen, 2 pesawat ATR72-600, serta 4 pesawat boeing 777-300ER. (Sumber: Garuda Indonesia Annual Report 2013

www.garuda-indonesia.com/files/pdf/AR-GA-2013.pdf ).

Industri penerbangan nasional memilki potensi untuk terus berkembang. Sebab Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yg memiliki lebih dari 100.000 pulau yang terbesar di sepanjang khatulistiwa. Oleh karena itu, transportasi udara merupakan salah satu

(3)

3 transportasi utama di negara ini. Semenjak tahun 2000, peraturan mengenai penerbangan di Indonesia mulai dilonggarkan, hal ini menyebabkan banyaknya maskapai-maskapai penerbangan baru di Indonesia. Tidak banyak perusahaan maskapai penerbangan yang mampu bertahan dalam kondisi persaingan, jika tidak didukung dengan finansial yang kuat dan manajemen perusahaan yang profesional. PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk merupakan salah satu perusahaan BUMN yang masih bertahan sampai sekarang. PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk merupakan perusahaan penerbangan tertua dan pertama di Indonesia yang telah beroperasi sejak 26 Januari 1949 (sebagai Garuda Indonesian Airways).

Selain itu gencarnya pemerintah Indonesia yang mempromosikan pariwisata Indonesia membuat beberapa perusahaan penerbangan di Indonesia memilki kesempatan untuk terus berkembang dengan banyaknya traveler asing yang bepergian ke seluruh pelosok negeri menggunakan jasa transportasi udara. Terutama perusahaan penerbangan milik pemerintah, PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang kini tengah bangkit dan terus berkembang dari posisi yang hampir bangkrut menjadi salah satu penerbangan terbaik di Asia (Fahmi, 2014).

1.2 Latar Belakang

Kinerja merupakan suatu pengukuran terhadap kesuksesan seluruh kegiatan operasional dalam rangka mencapai visi perusahaan. Kinerja menentukan keputusan dari manajer untuk strategi selanjutnya. Solusi untuk memastikan strategi perusahaan berjalan dengan lancar adalah menggabungkan pengukuran kinerja keuangan dan nonkeuangan. Oleh karena itu, karyawan di tingkat yang lebih rendah perlu memahami dampak keuangan dari keputusan operasi mereka (Anthony dan Govindarajan, 2007:462).

Kinerja keuangan merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan berfokus pada “hasil-hasil” moneter seperti laba bersih, pengembalian atas modal, perputaran kas, dan sebagainya. Kinerja keuangan dapat diukur menggunakan rasio profitabilitas. Menurut Fahmi

(4)

4 (2011:54), rasio profitabilitas bermanfaat untuk menunjukkan keberhasilan perusahaan didalam menghasilkan keuntungan. Selain itu, rasio profitabilitas dapat digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi. Rasio profitabilitas terdiri dari Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Total Asset Turnover, Return On Asset, dan Return On Equity.

Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, Return On Equity (ROE). Return On Equity dipilih karena ROE merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan di dalam perusahaan (Syamsuddin, 2009:64). Baik profit margin maupun total asset turnover tidak dapat memberikan pengukuran memadai atas efektivitas keseluruhan perusahaan. Profit margin tidak memperhitungkan penggunaan aktiva, sementara total asset turnover tidak memperhitungkan profitabilitas dalam penjualan. (Van Horne 2005:225). Hal ini sejalan dengan kegunaan penelitian ini yaitu bagi perusahaan dan bagi investor agar dapat menjadi informasi dalam mengambil keputusan. Di Indonesia, Bank Indonesia menetapkan angka ROA ≥ 2% dan ROE ≥ 12% agar sebuah perusahaan dapat dikatakan sehat. (Lestari dan Sugiharto, 2007)

Menurut Mulyana (2011) Pengukuran kinerja dapat bersifat subyektif atau obyektif. Obyektif berarti pengukuran kinerja dapat juga diterima, diukur oleh pihak lain selain yang melakukan penilaian dan bersifat kuantitatif. Sedangkan pengukuran yang bersifat subyektif berarti pengukuran yang berdasarkan pendapat pribadi atau standar pribadi orang yang melakukan penilaian. Selain itu dikutip dari

(www.edukasi.kompasiana.com ) yang diakses pada tanggal 12 April 2015,

menjelaskan Kriteria kinerja obyektif melibatkan pengukuran beberapa aspek kuantitatif dengan mudah dari kinerja, seperti nomor unit produksi, jumlah penjualan dollar, dan waktu yang dibutuhkan untuk memproses beberapa informasi. Sebagai contoh: kriteria obyektif untuk pekerja perakitan agar memungkinkan jumlah produk dirakit. Untuk klaim asuransi

(5)

5 iklan, jumlah rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk memproses klaim untuk pengukuran obyektif kinerja. Kriteria tersebut dimaksudkan untuk mengukur produktivitas. Sementara itu, kriteria kinerja subyektif terdiri dari penilaian atau beberapa peringkat pengetahuan individu, seperti pengawas pekerja atau co-worker. Sebagai contoh, biasanya tidak pantas menggunakan kriteria obyektif untuk menilai pekerjaan manager, karena kesulitan untuk menentukan perilaku yang tepat untuk menunjukkan kinerja manajerial yang sukses. Berdasarkan hal tersebut penulis menggunakan kuesioner sebagai alat ukur kinerja subyektif.

Seperti halnya pada PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk sebagai satu-satunya maskapai penerbangan milik pemerintah yang saat ini telah berkembang dan diakui eksistensinya di dunia penerbangan domestik maupun internasional sudah sepantasnya jika PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk memiliki catatan rekor dan prestasi-prestasi yang mengagumkan, mengingat kemewahan-kemewahan yang didapatkan maskapai ini dari status BUMN tersebut. Sebutlah salah satu dari prestasinya yang tertera dalam Garuda Indonesia Annual Report tahun 2010 yaitu menjadi maskapai dengan penilaian “bintang empat” dari CAPA (Corrective and preventive actions) dan menjadi salah satu maskapai dengan pelayanan terbaik menurut salah satu lembaga survei penerbangan tersebut. Serta bergabung dengan SkyTeam (aliansi maskapai penerbangan internasional) pada tanggal 5 maret 2014.

Mayoritas masyarakat Indonesia menganggap tidak ada yang bermasalah dengan maskapai terbaik milik bangsa Indonesia ini. Namun, dikutip dari (www.investasi.kontan.co.id) hari Senin, 10 Februari 2014 menyebutkan bahwa kinerja PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk di 2013 babak belur. Laba bersih BUMN penerbangan ini anjlok hingga 10 kali lipat. Per akhir 2013, laba bersih perseroan hanya US$ 11,03 juta. Sebagai perbandingan, akhir tahun 2012, laba bersih GIAA mencapai US$ 110,59 juta. Pendapatan usaha GIAA rupanya hanya naik tipis dari US$ 3,47 miliar menjadi US$ 3,71 miliar. Emirsyah Satar, selaku Direktur Utama GIAA saat itu mengatakan, kinerja PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk tahun 2013

(6)

6 dipengaruhi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, dan tingginya harga bahan bakar. Hal ini menyebabkan merosotnya tingkat pengembalian atas aset (ROA) perusahaan pada tahun 2013 menjadi 0,38% dan tingkat pengembalian ekuitas (ROE) menjadi 1,00%. Berikut adalah tabel yang dapat menggambarkan tingkat pengembalian aset dan ekuitas PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk tahun 2010-2013.

Tabel 1.1

Data Tingkat Pengembalian Aset (ROA) dan Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE) PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk Tahun 2010-2013

Rasio Tahun

2010 2011 2012 2013

ROA 2,46% 3,08% 4,40% 0,38%

ROE 8,03% 6,96% 9,94% 1,00%

Sumber: Garuda Indonesia Annual Report 2013

www.garuda-indonesia.com/files/pdf/AR-GA-2013.pdf, data diolah oleh peneliti.

Pada tabel 1.1 diatas dapat dilihat ROA dan ROE tahun 2013 yang mengalami penurunan drastis dibanding tahun sebelumnya. Padahal ROA tahun 2010-2012 terus meningkat. Sementara untuk ROE pada tahun 2011 mengalami penurunan dibanding tahun 2010, namun pada tahun 2012 kembali mengalami peningkatan.

Selain itu, kasus beberapa kali ancaman mogok hingga kejadian mogoknya pilot PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk, yang tergabung dalam Asosiasi Pilot Garuda (APG), pada 28 Juli 2011 yang lalu menjadi gambaran umum sekaligus alarm bagi masyarakat bahwa internal PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk tidak sebaik yang terlihat. Sorotan media massa pada waktu itu yang cukup intens membuat permasalahan internal PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk menjadi sorotan publik. Belum lagi, kecemasan publik akan pelayanan mereka yang akan terganggu, mengingat pesawat adalah satu-satunya alat transportasi yang secara cepat dapat menghubungkan masyarakat ke tempat tujuannya. (Sumber:

www.viva.co.id). Keterkaitan kasus ini terletak pada penerunan laba yang

(7)

7 saham). Jika pilot mogok kerja, penerbangan akan tertunda dan perusahaan harus membayar uang ganti rugi kepada penumpang yang batal terbang dan membayar biaya service kepada penumpang yang penerbangannya ditunda, sehingga laba perusahaan akan menurun dan berdampak pada persentase ROE perusahaan.

Dikutip dari KOMPAS.com Kamis, 28 Juli 2011 yang diakses pada tanggal 12 Maret 2015, menggambarkan bahwa permasalahan yang ada di PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk sudah menjadi masalah yang rumit sejak tahun 2005. Masalahnya ada di hubungan industrial karena manajemen selalu membuat keputusan sepihak. Seperti diberitakan sebelumnya, pihak APG telah menyampaikan aspirasi dalam sejumlah pertemuan dengan pihak manajemen, tetapi tidak pernah menemukan kata sepakat. Bahkan, dalam pertemuan terakhir, APG mengaku kecewa dengan pengelolaan manajemen PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk terkait sumber daya manusia.

Pada tahun 2014 masalah yang dihadapi oleh PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk antara lain seperti teguran dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia di Arab Saudi karena menunda penerbangan tiga kloter dari Embarkasi Jakarta hingga 19 jam. (Sumber:

www.republika.co.id). Dampak dari kasus ini adalah penurunan laba yang

berdampak pada penurunan ROE (pengembalian atas ekuitas pemegang saham), karena perusahaan harus membayar biaya service kepada pelanggan seperti biaya hotel dan biaya konsumsi. Hal ini akan membuat meningkatnya jumlah beban-beban pada labarugi dan membuat laba menurun. Laba yang menurun juga akan menyebabkan ROE menurun.

Diberitakan oleh CNN Indonesia pada tanggal 12 Desember 2014, yang diakses pada tanggal 12 Maret 2015, menggambarkan bahwa manajemen baru Garuda Indonesia mendapat tugas berat untuk memperbaiki krisis finansial sekaligus mengatasi masalah internal perseroan yang tak pernah terungkap ke publik. Menurut Mantan Direktur Pemasaran dan Penjualan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk Elisa Lumbantoruan,

(8)

8 permasalahan krusial selama ini datang dari dalam. Terutama menyangkut pemborosan yang menyebabkan neraca perusahaan negatif.

Berdasarkan hal tersebut sangat menarik untuk diteliti mengenai beberapa aspek dalam sistem pengendalian manajemen (SPM) pada perusahaan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja keuangan perusahaan. Karena, dari beberapa fenomena yang telah dipaparkan mencerminkan bahwa manajemen PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk masih memiliki celah pada sistem pengendaliannya yang harus segera diatasi oleh pihak manajemen tersebut untuk menjalankan tujuan perusahaan dan menghindari kerugian finansial akibat kurang efisiennya sistem pengendalian manajemen pada perusahaan.

Terdapat beberapa alasan mengapa SPM menjadi sangat penting bagi suatu perusahaan. Pertama, SPM disampaikan oleh Sumarsan (2013:4) bahwa SPM merupakan suatu rangkaian tindakan dan aktifitas yang terjadi pada seluruh kegiatan organisasi dan berjalan secara terus menerus. Pengendalian manajemen bukanlah suatu sistem terpisah dalam suatu organisasi, melainkan harus dianggap sebagai bagian penting dari setiap sistem yang dipakai oleh manajemen untuk mengatur dan mengarahkan kegiatannya.

Kedua, SPM merupakan sistem yang mengawasi segala kegiatan operasional perusahaan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan evaluasi atas kinerja yang telah dicapai. Selain itu, sistem pengendalian manajemen menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan yang efektif dan efisien. Ketiga, pengendalian manajemen merupakan proses dimana para manajer mempengaruhi anggota organisasi lainnya untuk mengimplementasikan strategi organisasi. (Anthony dan Govindarajan, 2007:6)

Dengan demikian, SPM perlu dijalankan dengan baik dalam setiap perusahaan. Apabila perusahaan gagal dalam menjalankannya maka akan berakibat pada kerugian finansial yang sangat besar, rusaknya reputasi perusahaan, dan berakhir kepada kegagalan organisasi (Merchant dan Van der Stede, 2007).

(9)

9 Dengan meneliti SPM pada PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk dapat dilihat dampak dari SPM itu sendiri terhadap kinerja keuangan perusahaan. Indikator yang digunakan untuk mengukur SPM pada penelitian ini mereplikasi penggunaan SPM dari Gani dan Jermias (2009); dalam Lo (2014), yang meliputi kinerja karyawan, kompensasi, komunikasi, resolusi konflik, komitmen dan produk dan kebijakan pasar.

Penelitian ini mengacu pada penelitian Gani dan Jermias (2009); dalam Lo (2014) mengenai dampak dari ketidaksesuaian strategi dengan sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja perusahaan yang dilakukan pada sektor perbankan. Hasil penelitian menemukan perusahaan yang menyesuaikan strategi dan sistem pengendalian manajemen memiliki kinerja yang lebih baik dari pada yang tidak melakukannya. Hasil penelitian juga mengemukakan bahwa ketidaksesuaian strategi dengan SPM memberikan korelasi negatif yang signifikan dengan pengukuran kinerja keuangan. Penelitian ini akan mengambil dua variabel dari penelitian tersebut, yakni sistem pengendalian manajemen dan kinerja perusahaan. Kemudian, penelitian ini mereplikasi penggunaan SPM dari Gani dan Jermias (2009); dalam Lo (2014), yang meliputi kinerja karyawan, kompensasi, komunikasi, resolusi konflik, komitmen dan produk, dan kebijakan pasar.

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan dan hasil penelitian terdahulu, penulis termotivasi untuk menganalisa lebih jauh mengenai faktor seperti sistem pengendalian manajemen dan pengaruhnya terhadap kinerja keuangan. Penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Beberapa Aspek Dalam Sistem Pengendalian Manajemen Terhadap Kinerja Keuangan

(10)

10 1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dibahas sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja karyawan, kompensasi, komunikasi, resolusi konflik, komitmen, produk dan kebijakan pasar, dan kinerja keuangan pada PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk?

2. Apakah kinerja karyawan, kompensasi, komunikasi, resolusi konflik, komitmen dan produk dan kebijakan pasar berpengaruh secara simultan terhadap kinerja keuangan pada PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk?

3. Apakah kinerja karyawan, kompensasi, komunikasi, resolusi konflik, komitmen dan produk dan kebijakan pasar berpengaruh secara parsial terhadap kinerja keuangan pada PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dibahas sebelumnya, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana kinerja karyawan, kompensasi, komunikasi, resolusi konflik, komitmen, produk dan kebijakan pasar, dan kinerja keuangan pada PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk.

2. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan kinerja karyawan, kompensasi, komunikasi, resolusi konflik, komitmen dan produk dan kebijakan pasar terhadap kinerja keuangan pada PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk.

3. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial kinerja karyawan, kompensasi, komunikasi, resolusi konflik, komitmen dan produk dan kebijakan pasar terhadap kinerja keuangan pada PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk.

(11)

11 1.5 Kegunaan Penelitian

1.5.1 Aspek Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan teori-teori dari sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja keuangan. Selain itu, mampu mengembangkan konsep sistem pengendalian manajemen dan kinerja keuangan.

1.5.2 Aspek Praktis

Kegunaan praktis yang ingin dicapai dari penerapan pengetahuan sebagai hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi untuk kemajuan perusahaan melalui pengaplikasian SPM.

2. Bagi Investor

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dalam pengambilan keputusan.

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Pembahasan dalam skripsi ini akan dibagi dalam lima bab yang terdiri dari beberapa sub-bab. Sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian yang menyangkut fenomena yang menjadi isu penting sehingga layak untuk diteliti disertai dengan argumentasi teoritis yang ada, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian ini secara teoritis dan praktis, serta sistematika penulisan secara umum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Bab ini mengungkapkan dengan jelas, ringkas, dan padat mengenai landasan teori kontijensi, teori control, variabel penelitian sistem pengendalian manajemen dan kinerja keuangan. Bab ini juga menguraikan penelitian terdahulu sebagai acuan penelitian ini, kerangka pemikiran yang

(12)

12 membahas rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian, hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara atas masalah penelitian dan pedoman untuk pengujian data, serta ruang lingkup penelitian yang menjelaskan dengan rinci batasan dan cakupan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian yang digunakan, identifikasi variabel dependen dan variabel independen, definisi operasional variabel, tahapan penelitian, jenis dan sumber data (populasi dan sampel), serta teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan deskripsi hasil penelitian yang telah diidentifikasi, analisis model dan hipotesis, dan pembahasan mengenai pengaruh variabel independen (Sistem Pengendalian Manajemen) terhadap variabel dependen (Kinerja Keuangan).

BAB V KESIMPULAN

Bab ini berisi kesimpulan hasil penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian dan saran secara kongkrit yang diberikan terhadap pengaruh sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja keuangan dalam aspek praktis dan tujuan pengembangan ilmu.

Referensi

Dokumen terkait

Data sekunder yang digunakan diperoleh dari beberapa sumber antara lain dari Bank Sentral Nigeria, Kantor Federal Statistik dan Organisasi Perdagangan Pangan dan

Nilai raw accelerometer yang dihasilkan dimana pada dasarnya memiliki (noise) difilter dengan menggunakan low-pass filter dan nilai raw gyroscope yang dihasilkan memiliki

dibantu perencana Comprehensive Planning Perencana dibantu aspirasi masyarakat Strategic Planning Stakeholders di- bantu perencana Participatory Planning Masyarakat

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Dalam melakukan perilaku menggosok gigi adalah dengan memecah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam sebuah task analysis. Berikut ini merupakan task analysis

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang

(2) Menjelaskan penerapan model kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning Pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Muatan IPS dan Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar