• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - HUBUNGAN ANTARA PROSES PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR PPKn DENGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK DI SEKOLAH ( Studi Deskriptif Kelas XI di SMK Negeri 1 Kalibagor ) - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - HUBUNGAN ANTARA PROSES PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR PPKn DENGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK DI SEKOLAH ( Studi Deskriptif Kelas XI di SMK Negeri 1 Kalibagor ) - repository perpustakaan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan suatu bangsa merupakan kebutuhan yang mutlak karena hal ini menyangkut masa depan bangsa itu sendiri. Pada era globalisasi ini persaingan antara individu maupun antar bangsa di dunia sangatlah ketat, untuk itu seseorang dituntut untuk memiliki kemampuan dalam bidang ilmu pengetahuan teknologi, keterampilan, kreativitas, berinteraksi dan berkomunikasi antar sesama dan berkemauan keras untuk maju. Semua ini dapat diperoleh melalui pendidikan formal, pendidikan non formal dan pendidikan informal (Arif Rohman, 2009:223).

(2)

kewarganegaraan. Pembinaan moral dan perilaku sosial harus di intensifkan semua mata pelajaran khususnya mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

Sesuai dengan hal tersebut Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu usaha untuk mempertahankan jatidiri, budaya Indonesia serta dapat memaknai nilai - nilai yang terkandung dalam pancasila. Pendidikan Pancasila mengajarkan agar peserta didik memiliki nilai dan moral yang baik, patuh dan dapat menjalankan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Penanaman pendidikan mengenai nilai, moral dan norma dalam pendidikan kewarganegaraan untuk membina, melatih dan menjaga motivasi belajar pada peserta didik untuk mengembangkan kertampilan berpikir kritis.

Dengan kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik maka akan mempermudah proses pendidikan yang berjalan dalam sekolah, karena keteraturan dalam pelaksanaan pembelajaran peserta didik dapat berpikir kritis dapat terjalin karena ada motivasi belajar, percaya diri dari peserta didik. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan juga diberikan dengan tujuan agar peserta didik memiliki bekal cukup terhadap hak dan kewajiban sebagai warga negara, baik yang sifatnya teoritis maupun praktis. Secara teoritis peserta didik memahami kaidah – kaidah hak dan kewajiban, sedangkan secara praktis siswa mampu melaksanakan sikap demokratis dan bersikap kritis dalam kehidupan masyarakat dimana mereka tinggal. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ), hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan Kewarganegaraan agar peserta didik memiliki kemampuan diantaranya meliputi:

(3)

bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama bangsa lainnya; dan berinteraksi dengan bangsa – bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Berdasarkan tujuan PPKn di atas sosok seorang guru memiliki peran yaitu harus mampu membawa anak didiknya menjadi manusia Indonesia atau warga nagara yang memiliki rasa kesadaran tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai warga Negara yang baik serta terhindar dari dekadensi moral. Proses pendidikan dapat berhasil, apabila adanya upaya penciptaan suasana belajar mengajar yang kondusif, dimana didalamnya harus tertanam perilaku berpikir yang baik, yaitu berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan untuk itu diperlukan peran figur seorang guru yang bisa bertanggungjawab dalam mengajar disekolah dengan membina dan menjadi teladan bagi siswanya khususnya dalam hal motivasi belajar dan proses pembelajaran PPKn dalam ketrampilan berpikir kritis peserta didik di sekolah.

(4)

Tujuan PPKn untuk mengembangkan berpikir kritis itu sangat penting dan tepat, namun dalam proses pembelajaranya selama ini masih belum mengarah pada hal itu, karena dalam menerapkan strategi pembelajarannya guru hanya memberikan informasi – informasi saja dan belum memprovokasi untuk mendorong siswa brpikir kritis. Meskipun penerapan kurikulum 2013 itu sudah berlajan akan tetapi pada realitanya untuk merubah paradigma guru lama masih sangat sulit, khususnya dalam interaksi dengan siswa. Seharusnya dalam proses pembelajaran kurikulum 2013 guru hanya sebagai fasilitator dan yang dituntut lebih aktif itu peserta didiknya. Akan tetapi dilapangan dalam interaksinya masih sepihak yang didominasi oleh guru. Jadi, siswa hanya mendengarkan saja. Ini perlu dirubah agar interaksi itu bermanfaat dua arah. Proses pembelajaran PPKn di sekolah belum sesuai dengan harapan kurikulum karena banyak hal dalam pembelajaran yang tidak dilaksanakan oleh guru.

(5)

Berkaitan dengan hal tersebut menurut Djairi (2002:93) bahwa, salah satu pembaharuan dalam PPKn ialah pola atau strategi pembelajaranya, dimana bukan hanya belajar tentang ikwal (materi pembelajaran) PPKn melainkan juga berlajar ber-PPKn atau praktek, dilatih uji coba dan mahir serta mampu membakukan diri, bersikap perilaku sebagaimana isi pesan PPKn.

Jadi, dalam pembelajaran PPKn itu bukan hanya memberikan informasi yang bersifat kognitif semata, tetapi juga harus menitik beratkan pada aspek afektif dan psikomotor. Hal ini yang sampai sekarang belum mampu dilaksanakan secara optimal. Sehingga pembelajaran PPKn hampir tidak ada bedanya dengan pembelajaran lain, akibatnya kualitas PPKn hanya dilihat dari segi kognitif siswa semata.

Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu kompetensi yang harus dikembangkan dalam PPKn. Hal ini terlihat jelas dalam kurikulum PPKn kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006 dimana tujuan PPKn diantaranya meliputi:

Memiliki kemampuan berpikir secara rasional, kritis dan kreatif, sehingga mampu memahami berbagai wacana kewarganegaraan; memiliki keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara demokratis dan tanggungjawab; memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

(6)

Selanjutnya Budimansyah (2007:160) mengatakan bahwa warga negara kita juga harus meningkatkan beberapa indicator diantaranya meliputi:

Kapasitas kita untuk berpikir kritis dan sistematis; pemahaman dan kepekaan kita terhadap masalah-masalah perbedaan budaya; pilihan kita terhadap pemecahan dan penyelesaian masalah yang bertanggung jawab, kooperatif dan tanpa kekerasan, dan keinginan kita untuk melindungi lingkungan, membela hak asasi manusia (HAM) dan ikut serta dalam kehidupan masyarakat.

Hal di atas sesuai dengan ciri – ciri warga negara Indonesia yang dikemukakan Winataputra, (1999:) diantaranya meliputi:

Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME; Berpikir kritis, argumentasi dan kreatif; mengemukakan pikiran dan perasaan secara jernih dan sesuai aturan, menerima ke-bhineka-tunggal-ikaan dalam kehidupan.

Pada perjalanannya peserta didik yang mana tugas guru disini adalah membangkitkan belajar peserta didiknya. Motivasi yang diberikan oleh guru dipercaya akan meningkatkan antusiasisme dari peserta didik saat mengikuti pelajaran sehingga akan menumbuhkan rasa keingintahuan peserta didik pada apa yang sedang dipelajarinya.

(7)

Berpikir kritis merupakan salah satu berproses tingkat tinggi. Berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar. Jadi secara umum bahwa berpikir itu dianggap sebagai suatu proses kognitif, yaitu suatu aktivitas mental untuk memperoleh pengetahuan. Seperti yang diungkapkan dalam pandangan Cogan (1998:115), karakteristik yang harus dimiliki oleh warga negara terutama pada abad 21, salah satunya adalah the capacity to think in a critical and systemic way (kemampuan berpikir kritis dan

sistematis).

Dengan demikian, maka dalam proses pembelajaran PPKn harus mengandung upaya kemampuan berpikir kritis. Dalam rangka mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam PPKn itu perlu adanya pendekatan – pendekatan yang strategis dengan metode yang tepat dalam arti yang potensial untuk mengajak siswa berpikir termasuk berpikir kritis.

(8)

Senada dengan peryataan di atas maka berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan guru PPKn di SMK Negeri 1 Kalibagor menagatakan bahwa faktor –faktor yang mempengaruhi motivasi belajar PPKn peserta didik berasal dari dalam (instrinsik) dan factor dari luar (ekstrinsik). Faktor dari dalam setiap peserta didik memiliki motivasi belajar yang berbeda – beda, ada yang kuat dan ada yang lemah . Motivasi belajar PPKn peserta didik kelas XI SMK Negeri 1 Kalibagor Tahun Pembelajaran 2014/2015 cenderung lemah. Hal ini dapat diketahui dari sikap peserta didik ketika proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Siswa cenderung kurang memperhatikan dan masih ada yang berbicara sendiri pada saat guru memberikan pelajaran.

(9)

Metode mengajar peserta didik adalah cara yang dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Setiap guru diharapkan dapat menggunakan metode yang bervariasi dan tepat untuk diterapkan didalam kelas, yang terdapat bermacam – macam peserta didik dengan karakteristik yang berbeda-beda. Berdasarkan observasi dan wawancara metode mengajar guru di SMK Negeri 1 Kalibagor masih kurang karena penggunaan metode mengajar yang selalu monoton, kurang bervariasi sehingga siswa merasa cepat bosan dalam mengikuti pelajaran. Jika guru mau menggunakan metode mengajar yang bervariasi, peserta didik akan menjadi termotivasi dalam mengikuti pelajaran sehingga dalam belajar mata pelajaran PPKn dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis . Selain faktor tersebut juga karena faktor sumber daya anak yang masih rendah itu dikarenakaan karena faktor ekonomi dan dukungan orang tua. Hal itu terjadi karena SMK Negeri 1 Kalibagor termasuk sekolah di pinggiran kota jadi faktor keluarga dan lingkungan sangat mendominasi peserta didik dalam motivasi belajar, berperan aktif dan kritis dalam proses pembelajaran.

(10)

membangun motivasi belajar yang tinggi. Di SMK Negeri 1 Kalibagor masih ada sebagian orang tua peserta didik belum peduli tehadap belajar anak dan pergaulan dengan temannya sehingga peserta didik lupa dalam belajar mata pelajaran PPKn. Faktor – faktor motivasi belajar PPKn dan peran guru dalam proses pembelajaran PPKn ini akan mempunyai dampak positif dengan hasil evaluasi pembentukan kepribadian keterampilan berpikir kritis yang akan dicapai oleh peserta didik.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang proses pembelajaran dan motivasi belajar peserta didik dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis beserta faktor – faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu peneliti akan mengadakan penelitian yang berjudul “ Hubungan Antara Proses Pembelajaran dan Motivasi Belajar PPKn dengan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik di Sekolah”.

B. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang menjadi perhatian penelitian ini adalah sebagai berikut:

(11)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Perumusan Masalah diatas, maka peneliti mengemukakan beberapa tujuan dari penelitian ini yaitu :

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi, data dan gambaran mengenai ada hubungan antara proses pembelajaran dan motivasi belajar PPKn dengan keterampilan berpikir kritis peserta didik di kelas XI SMK Negeri 1 Kalibagor Tahun Pembelajaran 2014/2015.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut 1. Manfaat dari Segi Teoritis

(12)

2. Manfaat dari Segi Praktis a. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan siswa SMK Negeri 1 Kalibagor pada khususnya, siswa pada jenjang SMA/MA pada umumnya untuk memiliki motivasi belajar PPKn dan keterampilan berpikir kritis dalam mengikuti proses pembelajaran maupun dilingkungan sekolah serta dapat menginternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah keterampilan dan pengakuan peneliti dalam melakukan penelitian selanjutnya. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menggali mengenai hubungan antara proses pembelajaran dan motivasi belajar PPKn dengan keterampilan berpikir kritis di Sekolah Menengah Kejuruan. c. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan penyempurna dalam pelaksanaan kegiatan belajar dan dapat meningkatkan kebijakan untuk memotivasi belajar PPKn dengan keterampilan berpikir kritis pada peserta didik agar lebih baik lagi dari yang sudah ada pada saat ini di SMK Negeri 1 Kalibagor.

d. Bagi Guru

(13)

metode dan media pembelajaran yang dapat meningkatkan kebijakan untuk proses pembelajaran dan motivasi belajar PPKn dengan keterampilan berpikir kritis peserta didik SMK Negeri 1 Kalibagor. e. Bagi Fakultas

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto yaitu menjadi tambahan ilmu pengetahuan penanaman motivasi belajar PPKn dengan keterampilan berpikir kritis peserta didik tidak hanya dilingkungan SMK Negeri 1 Kalibagor tetapi juga dilingkungan perkuliahan.

f. Bagi Program Studi PPKn

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto yaitu menjadi masukan dalam upaya penanaman motivasi belajar PPKn dengan keterampilan berpikir kritis peserta didik di lingkungan Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

g. Bagi Mahasiswa

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh konstruksi mata pancing (tunggal dan berangkai ganda), pengaruh jenis umpan (udang hidup dan potongan cumi-cumi)

Wawancara adalah bentuk bimbingan dengan cara melakukan tanya jawab antara calon pengantin dengan penyuluh agama Islam, dalam hal ini proses tanya jawab

“please kabari Arini. Aku coba susul ke bandara kalau ngejar ke rumah. Ee anu tadi ee waktu di jalan ada kecelakaan, terus korbannya... Sedangkan, dalam film terjadi

Sedangkan beberapa saran yang diberikan adalah sebagai berikut: peninjauan kembali atas pemisahan tanggung jawab dari setiap divisi dalam perusahaan untuk mencegah penyalahgunaan

Penguasaan pengetahuan dan Teknologi Pelatihan dan pembuatan Kue Brownies dan Kue Nugghets secara mandiri dilakukan oleh Tim Pelaksana melalui pelatihan, pendampingan

Stakeholders sudah aktif memperjuangkan sumber dana untuk pengembangan desa siaga aktif dengan memasukkan masalah ini dalam musrembang desa dan diteruskan ke tingkat

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KONSUMSI ALKOHOL TERHADAP GAMBARAN PROFIL LIPID PADA KARYAWAN PT INALUM.. PARITOHAN

Khususnya pada bidang kesehatan, masih terdapat ibu yang belum sadar akan kebutuhan menu makanan yang sehat dan tepat sesuai dengan usia balita, baik dari segi