BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Pengertian Minat
Minat dijelaskan oleh Slameto (2010.180) adalah: “suatu rasa
lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada
yang menyuruh”. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat
atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Suatu minat dapat
diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukan bahwa siswa
lebih menyukai suatu hal daripada hal lainya, dapat pula
dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang
memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan
perhatian yang lebih besar terhadap subyek tertentu.
Faktor yang mempengaruhi minat-minat baru akan terbentuk
dengan cara menanamkan minat terhadap siswa untuk memiliki kesukaan
terhadap ssesuatu yang ingin dipelajari. Jadi minat terhadap sesuatu
merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Walaupun
minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat
mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan
membantu seseorang mempelajarinya. Mengembangkan minat terhadap
sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana
hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan
dirinya sendiri sebagai inndividu. Proses ini berarti menunjukan pada
siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi
dirinya, melayani tujuan-tujuanya, memuaskan kebutuhan-kebutuhanya.
Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk
mencapai beberapa tujuan yang dianggap penting, dan bila siswa melihat
bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akanmembawa kemajuan pada
dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat (dan bermotivasi) untuk
mempelajarinya.
a. Meningkatkan Minat Siswa
Pada dasarnya siswa dapat memiliki motivasi yang tinggi
dengan jalan menumbuhkan minat dalam diri siswa. Minat
merupakan elemen penting yang harus ada dalam setiap diri siswa.
Semakin besar minat yang dimiliki oleh siswa akan mempengaruhi
semangat belajar siswa dan prestasi belajar siswa.
Minat yang berasal dari dalam diri siswa sangat mendukung
proses pembelajaran, minat yang ada dalam diri siswa tentunya
berhubungan dengan pengajaran yang dilakukan oleh guru.
Pengajaran yang dilakukan oleh guru harusnya dapat memberikan
Seperti halnya yang sudah disarankan oleh Tanner & Tanner
dalam Slameto (2010:181) menyarankan agar para pengajar juga
berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Minat baru
yang diinginkan dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi
pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang
akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan
kegunaanya bagi siswa di masa yang akan datang. Rooijakkers
dalam Slameto (2010:181) berpendapat: “selain menghubungkan
bahan pengajaran yang lalu dengan bahan pengajaran yang akan
diberikan kepada siswa, minat baru pada diri siswa dapat pula
dicapai dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu
berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa”. Siswa,
misalnya akan menaruh perhatian pada pelajaran tentang gaya berat,
bila hal itu dikaitkan dengan peristiwa mendaratnya manusia
pertama di bulan.
Bila usaha-usaha di atas tidak berhasil, pengajar dapat
memakai intensif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Intensif
merupakan alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar
melakukan sesuatu yang tidak mau melakukanya atau yang tidak
dilakukanya dengan baik. Diharapkan pemberian intensif akan
membangkitkan motivasi siswa, dan mungkin minat terhadap bahan
Studi-studi eksperimental menunjukan bahwa siswa-siswa yang secara teratur dan sistematis diberi hadiah karena telah bekerja dengan baik atau karena perbaikan dalam kualitas pekerjaanya, cenderung bekerja lebih baik daripada siswa-siswa yang dimarahi atau dikritik karena pekerjaanya yang buruk atau karena tidak adanya kemajuan. Menghukum siswa karena hasil kerjaanya yang buruk tidak terbukti efektif, bahkan hukuman yang terlalu kuat dan sering lebih menghambat belajar. Tetapi hukuman yang ringan masih lebih baik daripada tidak ada perhatian sama sekali. Hendaknya pengajar bertindak bijaksana dalam menggunakan intensif, intensif apa pun yang dipakai perlu disesuaikan dengan diri siswa masing-masing.
b. Macam-Macam dan Ciri Minat
Minat yang muncul pada diri seseorang dibedakan menjadi
dua menurut Gagne dalam Susanto (2013:60), yaitu minat spontan
dan minat terpola. Minat spontan, yaitu minat yang timbul secara
spontan dari dalam diri seseorang tanpa dipengaruhi oleh pihak luar.
Adapun minat terpola adalah minat yang timbul sebagai akibat
adanya pengaruh dari kegiatan-kegiatan yang terencana dan terpola,
misalnya dalam kegiatan belajar mengajar, baik di lembaga sekolah
maupun di luar sekolah. Dalam tulisan ini, tampaknya minat yang
dimaksud cenderung mengarah pada pengertian minat terpola,
sebagaimana yang dimaksud oleh gagne tadi.
Mengingat minat siswa terhadap mata pelajaran tertentu tidak
terlepas dari pengaruh sistem pembelajaran yang diselenggarakan
guru di sekolah. Minat bukan hanya terhadap ilmu pengetahuan di
sekolah saja, namun minat yang sebenarnya adalah dapat diterapkan
dalam minat di luar sekolah misalnya minat mengikuti kesenian,
musik. Hobi juga berhubungan dengan minat yang dimiliki setiap
orang, adanya hobi bermula dengan munculnya minat yang ada
dalam diri seseorang, hobi didasarkan pada kesukaan terhadap
subjek tertentu dan akhirnya dilakukan secara terus-menerus.
Macam dan ciri minat yang dijelaskan oleh Kuder dalam
beberapa macam dan ciri minat yang telah dikelompokan menjadi
sepuluh macam, yaitu:
1) Minat terhadap alam sekitar, yaitu minat terhadap
pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan alam, binatang, dan
tumbuhan. Minat seperti ini biasanya dimiliki oleh seseorang
yang senang dengan traveling maupun penjelajah atau
berpetualang
2) Minat mekanis, yaitu minat terhadap pekerjaan yang bertalian
dengan mesin-mesin atau alat mekanik. Minat seperti ini berarti
minat yang dimiliki oleh seseorang yang memiliki keahlian
dibidang mesin-mesin, karena berawal dari senang mempelajari
dan akhirnya dia dapat memiliki keahlian dibidang tersebut.
3) Minat hitung menghitung, yaitu minat terhadap pekerjaan yang
membutuhkan perhitungan. Minat seperti ini biasanya dimiliki
oleh seseorang yang senang dan memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi pada bidang matematika atau perhitungan, menurut dia
pekerjaan yang memerlukan kecepatan dalam mengitung
memiliki keseruan tersendiri.
4) Minat terhadap ilmu pengetahuan, yaitu minat untuk
menemukan fakta-fakta baru dan pemecahan problem. Minat
beragumentasi atau menyatakan pendapatnya kepada orang lain
dan bersedia untuk menerima saran dari orang lain.
5) Minat persuasive, yaitu minat terhadap pekerjaan yang
berhubungan untuk memengaruhi orang lain
6) Minat seni, yaitu minat terhadap pekerjaan yang berhubungan
dengan kesenian, kerajinan, dan kreasi tangan. Minat semacam
ini biasanya dimiliki oleh seseorang yang menyukai berbagai
macam kesenian. Menghasilkan sesuatu yang dapat dinikmati
keindahanya akan mendapatkan kepuasaan tersendiri baginya.
7) Minat leterer, yaitu minat yang berhubungan dengan
masalah-masalah membaca dan menulis berbagai karangan. Minat
semacam ini biasanya dmiliki oleh seseorang yang gemar
menulis, dia dapat menuangkan ide maupun gagasanya ke
sebuah kertas.
8) Minat musik, yaitu minat terhadap masalah-masalah musik,
seperti menonton konser dan memainkan alat-alat musik.
9) Minat layanan sosial, yaitu minat yang berhubungan dengan
pekerjaan untuk membantu orang lain
10) Minat klerikal, yaitu minat yang berhubungan dengan pekerjaan
administratif.
Kecenderungan siswa dalam memilih atau menekuni suatu
lainnya pada dasarnya dipengaruhi oleh minat siswa yang
bersangkutan. Proses pemilihan sampai diambilnya suatu keputusa
oleh siswa untuk menekuni ini secara psikologis sangat ditentukan
oleh minatnya terhadap mata pelajaran itu sendiri. Di samping itu,
minat seseorang anak juga bayak dikontribusi oleh pola dan
kebiasaan yang mereka alami bersama teman sebayanya. Artinya,
bisa saja seorang anak berminat terhadap sesuatu yang sebelumnya
tidak mereka minati, namun karena pengaruh teman sebayanya
akhirnya berminat, karena dari kebiasaan itu si anak cenderung
meniru, yang akhirnya menjadi kesenangan yang bersifat tetap yaitu
minat.
Sebagai contoh, jika minat siswa terhadap mata pelajaran IPS
misalnya, pada dasarnya bayak yang memengaruhinya. Di antaranya
jika materi IPS yang diberikan guru berhubungan langsung dengan
gejala-gejala kehidupan sosial yang dapat diamati dan dirasakan oleh
siswa secara langsung (meaningful). Selain itu, bisa saja minat siswa
terhadap mata pelajaran IPS diduga juga dipengaruhi oleh status
sosial ekonominya. Siswa yang status sosial ekonominya di atas
rata-rata, memiliki kecenderungan berminat terhadap suatu objek atau
pelajaran tertentu, disebabkan karena tersedianya fasilitas belajar
Namun tidak tertutup kemungkinan, justru terjadi sebaliknya,
siswa yang memiliki status sosial ekonomi tinggi, misalnya membuat
siswa merasa gengsi untuk memilih program ilmu-ilmu sosial di
jenjang pendidikan selanjutnya. Ia malah berusaha untuk
mempersiapkan diri semaksimal mungkin agar dapat masuk ke
jurusan eksakta di kemudian hari, walupun pada dasarnya mereka
lebih berminat pada mata pelajaran ilmu-ilmu sosial. Terjadinya
konstradiksi semacam ini tidak terlepas dari opini yang berkembang
di kalangan masyarakat luas bahwa pelajaran ilmu alam dan
matematika lebih bergengsi daripada mata pelajaran ilmu-ilmu sosial
(Social Education)
Minat yag ada dalam diri siswa, akan hilang dengan
sendirinya apabila guru tidak dapat memelihara minat siswa di
sekolah. Seperti halnya yang sudah disebutkan oleh Nurkacana
dalam Susanto (2013:67) menyatakan bahwa ada beberapa cara
yang harus dilakukan oleh guru dalam memelihara minat anak
didiknya, yaitu:
1) Meningkatkan minat anak-anak; setiap guru mempunyai kewajiban untuk meningkatkan minat siswanya. Karena minat merupakan komponen penting dalam kehidupan pada umumnya dan dalam pendidikan, serta pembelajaran di ruang kelas pada khususnya.
2) Memelihara minat yang timbul; apabila anak-anak menujukan minat yang kecil, maka tugas guru untuk memelihara minat tersebut.
untuk hidup dalam masyarakat, maka sekolah harus mengembagkan aspek-aspek ideal agar anak-anak mejadi aggota masyarakat yang baik.
4) Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak-anak tentang lanjutan studi atau pekerjaan yang sesuai baginya; minat merupakan bahan pertimbangan untuk mengetahu kesenangan anak, sehingga kecenderungan minat terhadap sesuatu yang baik perlu bimbingan lebih lanjut.
c. Indikator Minat Belajar
Menurut Slameto ( 2010 : 180) beberapa indikator minat belajar yaitu : perasaan senang, ketertarikan, perhatian, dan keyakinan. Indikator minat belajar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Perasaan senang
Apabila seorang siswa memiliki perasaan senang terhadap pelajaran tertentu maka tidak ada rasa terpaksa untuk belajar.contohnya yaitu : senang mengikuti pembelajaran,tidak ada perasaan bosan dan hadir saat pembelajaran.
b) Ketertarikan
Seorang siswa dapat tertarik terhadap suatu pembelajaran dengan rasa senang tanpa ada pihak yang memaksanya. Contoh : antusias dalam mengikuti pembelajaran, tidak memnunda tugas dari guru.
c) Perhatian
Siswa dikatakan memiliki perhatian dalam pembelajaran, apabila siswa dapat konsentrasi dalam memperhatikan pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
d) Keyakinan
Apabila seorang siswa memiliki keyakinan terhadap suatu proses belajar yang telah diikuti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Contoh : memiliki semangat yang tinggi dalam belajar, motivasi dalam belajar, dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran.
2. Pengertian Belajar
Belajar yang disebutkan oleh Slameto (2010:2) adalah: “belajar
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya”.
Pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkunganya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Slameto
(2010:2) menyebutkan bahwa perubahan-perubahan tersebut akan nyata
dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan
sebagai berikut:“belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya”
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik
sifat maupun jenisnya karena itu tentu tidak setiap perubahan dalam diri
seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Perubahan dari dalam
diri seseorang memiliki tahapan sampai pada tahap dimana seseorang
dapat dikatakan menjadi dewasa. Belajar bukan hanya memperbaiki nilai
di sekolah namun juga menanamkan sikap dan kepribadian yang baik.
3. Pengertian prestasi belajar
Arifin. Z (2009.13) menuliskan bahwa kata “prestasi” berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha” istilah” prestasi belajar”
Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, oleh raga, dan pendidikan, khususnya pembelajaran.
Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar (achievement) semakin terasa penting untuk di bahas, karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain :
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan
yang telah dikuasai peserta didik
b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi
keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”
d. Prestasi belajar sebagai indicator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.
e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) prestasi peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.
Jika dilihat dari beberapa fungsi prestasi belajar di atas, maka
betapa pentingya kita mengetahui dan memahami prestasi belajar peserta
didik, baik secara perseorangan maupun secara kelompok, sebab fungsi
prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang
studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan.
Di samping itu, prestasi belajar juga bermanfaat sebagai umpan balik
bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga dapat
menentukan apakah perlu melakukan diagnosis, penempatan atau
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa pembelajaran
sebagai suatu sistem memiliki berbagai komponen yang saling
berinteraksi, berintelasi dan berinterdependensi. Salah satu komponen
pembelajaran adalah evaluasi. Begitu juga dalam prosedur pembelajaran,
salah satu langkah yang harus ditempuh guru adalah evaluasi. Dengan
demikian, dilihat dari berbagai konteks pembelajaran, evaluasi
mempunyai kedudukan yang sangat penting dan metodes karena evaluasi
merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari pembelajaran itu
sendiri.
Hamdani (2011:138) menyebutkan bahwa prestasi pada dasarnya
adalah: “hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas, sedangkan belajar pada
dasarnya suatu proses yang mengakibatkan perubahan tingkah laku”.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil pengukuran terhadap
siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotor.
Purwardamita dalam Hamdani ( 2011:137) menjelaskan prsetasi
adalah: “hasil yang telah dcapai (dilakukan, dikerjakan, dan
sebagainya)”. Prestasi adalah penilaian pendidikan tentang
perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan
bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang
terdapat dalam kurikulum. Dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan
taraf kemampuan siswa dari hasil perkembangan dan kemajuan siswa
4. Aktivitas belajar
a. Pengertian aktivitas belajar
Menurut sardiman (2011:22) belajar adalah: “ merupakan
suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkunganya yang
mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”. Dapat
dijelaskan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkunganya yang
menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
Seperti yang sudah dijelaskan menurut Sardiman yang
dimaksud dengan aktivitas belajar adalah sesuatu yang dilakukan
oleh siswa baik dilakukan secara individu maupun kelompok dalam
suatu pembelajaran di dalam kelas maupun diluar pembelajaran
untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang mencakup tiga
aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor dalam rangka untuk
mencapai tujuan belajar.
b. Prinsip-prinsip Aktivitas Belajar
Prinsip aktivitas dalam belajar dapat dilihat dari
perkembangan konsep jiwa menurut ilmu jiwa. Berdasarkan unsure
kejiwaan subjek belajar akan diketahui prinsip belajar yang terjadi.
Untuk melihat prinsip aktivitas belajar dari sudut pandangan ilmu
1) Menurut Pandangan Ilmu Jiwa Lama
John locke dalam Sardiman (2007: 97-98) menyebutkan: “ dengan konsepnya tabularasa, mengibaratkan jiwa seseorang
bagaikan kertas putih yang tidak tertulis”. Kertas putih ini
kemudian akan mendapatkan coretan atau tulisan dari luar.
Konsep semacam ini kemudian ditransfer ke dalam dunia
pendidikan.
Kesimpulan dari konsep tersebut siswa ibarat botol
kosong yang diisi air oleh sang guru. Gurulah yang menentukan
bahan dan metode, sedangkan siswa menerima begitu saja.
Aktivitas anak terutama terbatas pada mendengarkan, mencatat,
menjawab pertanyaan bila guru memberikan pertanyaan. Dalam
proses belajar mengajar semacam ini tidak mendorong siswa
untuk berfikir dan beraktivitas.
2) Menurut Pandangan Ilmu Jiwa Modern
Sardiman (2007: 99- 100) menyebutkan bahwa: “
pandangan ilmu jiwa modern meterjemahkan jiwa manusia
sebagai suatu yang dinamis, memiliki potensi energy sendiri”.
Oleh karena itu, secara alami anak didik akan menjadi aktif,
karena adanya motivasi dan didorong oleh bermacam-macam
kebutuhan. Anak didik dipandang sebagai organisme yang
pendidik adalah pembimbing dan menyediakan kondisi agar
anak didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Dalam
hal ini, anaklah yang beraktivitas, berbuat dan harus aktif
sendiri.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar Siswa Menurut Sardiman A.M (2007:45), menyebutkan bahwa ada
sedikitnya delapan faktor psikologis yang mempengaruhi seseorang
untuk melakukan aktivitas belajar. Faktor-faktor itu adalah perhatian,
pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir, bakat dan motif.
Secara rinci faktor-faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Pengamatan
Pengamatan adalah cara yang dilakukan oleh anak dalam melakukan pengamatan terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan di sekitar, pengamatan yang dilakukan oleh anak dilakukan dengan bantuan panca indera yang dimiliki oleh setiap anak. Panca indera memiliki fungsi yang sangat penting untuk mendukung aktivitas siswa dalam belajar.
2) Tanggapan
Tanggapan adalah suatu proses yang berkelanjutan dari pengamatan, pengamatan yang dilakukan setiap siswa untuk menyimpulkan apa yang mereka lihat dan bagaimanakah kesimpulanya. jika pengamatan sudah berhenti maka tanggapan itu akan berpengaruh terhadap perilaku belajar setiap siswa. 3) Bakat
Bakat merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap anak dari sejak lahir, bakat yang dimiliki anak yang satu tentunya berbeda dengan bakat yang dimiliki oleh anak lainya. 4) Berfikir
Berfikir adalah merupakan aktivitas mental untuk dapat merumuskan pengertian, mensintesis dan menarik kesimpulan. 5) Motif
akan menghasilkan aktivas belajar yang lebih bersemangat, hal ini siswa akan mudah memperoleh prestasi yang diinginkan.
5. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial yang sering disingkat dengan IPS yang
dijelaskan oleh Susanto (2013. 137), sebagai : ilmu pengetahuan yang
mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan
dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi
wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik,
khususnya di tingkat dasar dan menengah”. Luasnya kajian IPS ini
mencakup berbagai kehidupan yang beraspek majemuk baik hubungan
sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, maupun politik, semuanya
dipelajari dalam sosial ini.
Segala sesuatu yang berhubungan dengan aspek soasial yang
meliputi proses, faktor, perkembangan, permasalahan, semuanya
dipelajari dan dikaji dalam sosiologi. Aspek ekonomi yang meliputi
perkembangan, faktor, dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu
ekonomi. Aspek budaya dengan segala perkembangan dan
permasalahannya dipelajari dalam antropologi. Aspek sejarah yang tidak
dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu
sejarah. Begitu juga aspek geografi yang memberikan karakter ruang
Zuraik dalam Djahiri dalam susanto (2013:137) hakikat IPS
adalah: “ harapan untuk mampu membina suatu masyarakat yang baik di
mana para anggotanya benar-benar berkembang sebagai insan sosial
yang rasional dan penuh tanggung jawab, sehingga oleh karenanya
diciptakan nilai-nilai”. Hakikat IPS di sekolah dasar memberikan
pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai media pelatihan bagi siswa
sebagai warga Negara sendiri mungkin. Pendidikan IPS tidak hanya
memberikan ilmu pengetahuan semata, tetapi harus berorientasi pada
pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap, dan
kecakapan-kecakapan dasar siswa yang berpijak pada kenyataan kehidupan sosial
kemasyarakatan sehari-hari dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan
sosial siswa di masyarakat.
Hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran
yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa,
sehingga dengan memberikan pendidikan IPS diharapkan dapat
melahirkan warga Negara yang baik dan bertanggung jawab terhadap
bangsa dan negaranya.Pendidikan IPS saat ini dihadapkan pada upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia, sehingga eksistensi
pendidikan IPS benar-benar dapat mengembangkan pemahaman konsep
dan keterampilan berpikir kritis. Sayangnya, kenyataan di lapangan
bahwa masih banyak yang beranggapan bahwa pendidikan IPS kurang
dan matematika yang mengkaji bidang pengembangan dalam sains dan
teknologi.
Anggapan tersebut kurang tepat, karena disadari bahwa
pendidikan IPS dikembangkan dalam rangka meningkatkan kualitas
sumber daya manusia di bidang nilai dan sikap, pengetahuan, serta
kecakapan dasar siswa yang berpijak pada kehidupan nyata, khususnya
kehidupan sosial masyarakat pada umumnya. Pembelajaran IPS
diharapkan dapat menyiapkan anggota masyarakat di masa yang akan
datang, mampu beertindak secara efektif. Nilai-nilai yang wajib
dikembangkan dalam pendidikan IPS, yaitu: nilai-nilai adekuatif, praktis,
teoretis, filsafat, dan kebutuhan.
Hakikat pendidikan IPS itu hendaknya dikembangkan
berdasarkan realita kondisi sosial budaya yang ada di lingkungan siswa,
sehingga dengan ini akan dapat membina warga Negara yang baik
mampu memahami dan menelaah secara kritis kehidupan sosial di
sekitarnya, serta mampu secara aktif berpartisipasi dalam lingkungan
kehidupan, baik di masyarakatnya, negara, maupun dunia.
IPS yang dijelaskan pada Kurikulum Pendidikan Dasar Tahun
1993, disebutkan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari
kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi,
lanjutan tingkap pertama program pengajaran IPS hanya mencakup
bahan kajian geografi, ekonomi, dan sejarah.
Kesimpulan dari berbagai pengertian di atas, menunjukan bahwa
IPS merupakan perpaduan antara ilmu sosial dan kehidupan manusia
yang di dalamnya mencakup antropologi, ekonomi, geografi, sejarah,
hukm, filsafat, ilmu politik, sosial, agama, dan psikologi. Di mana tujuan
utamanya adalah membantu mengembangkan kemampuan dan wawasan
siswa menyeluruh (komprehensif) tentang berbagai aspek ilmu-ilmu
sosial dan kemanusiaan (humaniora)
Pengertian pendidikan IPS yang dijelaskan oleh Susanto (
2013:139) menyebutkan bahwa secara spesifik, Forum Komunikasi II
HISPIPSI Tahun 1991 di Yogyakarta membagi menjadi dua bagian, yaitu
pengertian pendidikan IPS menurut versi pendidikan dasar dan
menengah, dan pengertian IPS menurut versi pendidikan tinggi atau
perguruan tinggi, yang bernaung di bawah Fakultas Pendidikan Ilmu
Pegetahuan Sosial (FPIPS). Pertama, menurut versi pendidikan dasar dan
menengah, pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari
disiplin imu-ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia
yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.
Kedua, menurut versi di perguruan tinggi, pendidikan IPS adalah
manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis
untuk tujuan pendidikan. Berdasarkan adanya perbedaan dua versi
pengertian IPS sebagaimana dikemukakan di atas, maka yang dimaksud
dengan pengertian IPS dalam tulisan ini adalah pendidikan IPS versi
pendidikan dasar dan menengah sebagaimana dikemukakan di atas.
Begitu luas cakupan dan kajian IPS ini, banyak ahli yang memberikan batasan dari pendidikan IPS tersebut, mulai dari ahli dalam negeri sampai ahli dari luar negari.Maryani dalam susanto (2013:141) misalnya, memberikan batasan pendidikan IPS adalah: “bahan kajian yang terpadu (interdisipliner) yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari konsep-konsep dan keterampilan disiplin sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, politik, dan ekonomi yang dioorganisasikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pembelajaran”. Sementara menurut Banks dalam susanto (2013:140), pendidikan IPS adalah : “The social studies that part of the elementary Banks adalah, merupakanbagian dari kurikulm di sekolah yang bertujuan untuk membantu mendewasakan siswa supaya dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai dalam tangka berpartisipasi di dalam masyarakat, Negara, dan bahkan dunia).Banks menekankan begitu pentingnya pendidikan IPS diterapkan di sekolah-sekolah, mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi, terutama di sekolah dasar dan menengah.
berhubungan erat dengan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang memungkinkan siswa berperan serta dalam kelompok masyarakat di mana ia tinggal”. Kedua pengertian di atas, yang diberikan oleh Banks dan Jarolimek menekankan kepada upaya pembentukan moral anak sebagi warga Negara atau anggota masyarakat yang mampu berperan serta dalam kelompok hidupnya.
Belajar pendidikan IPS ini sudah semestinya didapatkan oleh setiap siswa untuk memperoleh bekal pengetahuan yang berharga dalam memahami dirinya sendiri dan orang lain dalam lingkungan masyarakat yang berbeda tempat maupun waktu, baik secara individu maupun secara kelompok,untuk menemukan kepentingannya yang akhirnya dapat terbentuk suatu masyarakat yang baik dan harmonis.
Pada pihak lain, dengan memperoleh pendidikan IPS ini, menurut
Fraenkel dalam Susanto (2013:142) menyebutkan bahwa: “pendidikan
IPS dapat membantu para siswa menjadi lebih mampu mengetahui
tentang diri mereka dan dunia di mana mereka hidup”. Mereka akan lebih
mampu menggambarkan kesimpilan yang diperlukan tentang hidup dan
kehidupan, lebih berperan serta atau apresiatif terhadap kompleksitas
atau kerumitan menjadi manusia dan masyarakat serta budaya yang
mereka ciptakan, lebih mengetahui perbedaan gagasan sikap, nilai, dan
cara berpikir, dalam menjaga dan mengerjakanya, dalam sedikit teori,
Secara historis, pendidikan IPS sebagai bidang studi dalam
kurikulum sekolah mulai diajarkan di Indonesia sekitar tahun 1975 yang
sudah dijelaskan oleh Susanto ( 2013: 142- 143) sebagai bidang studi IPS
dalam kurikulum SD, SMP, dan SMA. Sejak diberlakukanya kurikulum
1975 ini, baik pada tingkat SD, SMP, maupun SMA pembelajaran
diberikan dengan menggunakan pendekatan terpadu (integrated),
meskipun terdapat perbedaan dalam tingkat keterpaduan di antara tiga
jenjang pendidikan ini. Penggunaan pendekatan terpadu ini sejak
kurikulum tahun 1975, kurikulum 1986, 1994, 2004 (KBK), dan sampai
kurikulum yang saat ini diberlakukan, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) masih dipakai.Dan istilah IPS pun masih dipakai
untuk menamai mata pelajaran sosial pada tingkat SD dan SMP,
walaupun dalam kenyataanya di SMP mata pelajaran IPS diajarkan
secara terpisah. Adapun untuk tingkat SMA, mata pelajaran IPS tidak
dipakai lagi untuk menamai kelompok mata pelajaran sosial ini, karena
SMA telah dirganisasikan secara terpisah (separated)
kehidupanya kelak sebagai anggota masyarakat dan warga Negara yang baik.Tujuan ini memberikan tanggung jawab yang berat kepada guru untuk menggunakan banyak pemikiran dan energi agar dapat mengajarkan IPS dengan baik.
a. Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Pendidikan IPS sebagai bidang studi yang diberikan pada
jenjang pendidikan di lingkungan persekolahan, bukan hanya
memberikan bekal pengetahuan saja, tetapi juga memberikan bekal
nilai dan sikap serta keterampilan dalam kehidupan peserta didik di
masyarakat, bangsa, dan Negara dalam berbagai karakteristik. Lebih
jauh lagi dalam pendidikan IPS dikembangkan tiga aspek atau tiga
ranah pembelajaran, yaitu aspek pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotor), dan sikap (afektif). Ketiga aspek ini
merupakan acuan yang berorientasi untuk mengembangkan
pemilihan materi, metode, dan model pembelajaran.
Ada beberapa tujuan pendidikan IPS yang menggambarkan
bahwa pendidikan IPS merupakan bentuk pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap yang memungkinkan anak
berpartisipasi dalam kelompoknya, baik itu keluarga, teman bermain,
sekolah, masyarakat yang lebih luas, bangsa, dan Negara. Tujuan
pendidikan ilmu sosial dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa
suatu disiplin ilmu, sehingga tujuan pendidikan nasional dan tujuan
pendidikan institusional menjadi landasan pemikiran mengenai
tujuan pendidikan ilmu nasional.
Tujuan utama pembelajaran IPS ialah untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi
di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan
segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap
masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri
maupun yang menimpa masyarakat.
Mutakin dalam Susanto (2013:145) merumuskan tujuan
pembelajaran IPS di sekolah, sebagai berikut:
1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat
2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.
4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan maslah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat
5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab.
1) Pengembangan kemampuan intelektual siswa yang berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu. Tujuanya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir dan memahami ilmu sosial serta kemampuan prosesual dalam mencari informasi, mengelola informasi, dan mengomunikasikan hasil temuan
2) Pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa berorientasi pada pengembangan diri siswa dan kepentingan masyarakat yang dinamakan kemampuan sosial. Tujuanya mengembangkan kemampuan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat dan bangsa termasuk tanggung jawab sebagai warga dunia. Selain itu juga, mengembangkan pemahaman dan sikap positif siswa terhadap nila, norma, dan moral yang berlaku di masyarakat 3) Pengembangan diri sebagai pribadi, berorientasi pada
pengembangan pribadi siswa baik untuk kepentingan dirinya, masyarakat, maupun ilmu. Tujuannya berkenaan dengan pengembangan sikap nilai, norma, moral, yang menjadi panutan siswa dalam pembentukan kebiasaan positif untuk kehidupan pribadinya serta sikap positif terhadap diri untuk memacu perkembangan diri sebagai pribadi.
Menurut Peraturan Mendiknas No 22 tahun 2006 mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkunganya
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat local, dan global.
6. Model pembelajaran kooperatif
Slavin dalam Isjoni (2011:15) mengemukakan: “In cooperative
master material initially presented by the teacher”.(Dari uraian tersebut
dapat dikemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar).
Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat
ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang
berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi
permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang
tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak
peduli pada yang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat
dipergunakan dalam berbagai mata peljaran dan berbagai usia.
Seperti yang sudah dijleskan oleh Slavin ( 2005:4-5) bahwa pembelajaran kooperatif bukanlah gagasan baru dalam dunia pendidikan, tetapi sebelum masa belakangan ini, metode ini hanya digunakan oleh beberapa guru untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti tugas-tugas atau laporan kelompok tertentu. Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antara siswa dari latar belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka. a. Tujuan Pembelajaran kooperatif
Pelaksanaan model cooperative learning membutuhkan
partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran.
Cooperative learning dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju
belajar lebih baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku
cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara
berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling
menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang
lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan
pendapat mereka secra berkelompok.
Slavin dalam Isjoni (2011:21) mengemukakan tiga konsep
sentral yang menjadi karakteristik cooperative learning yaitu: “penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan
kesempatan yang sama untuk berhasil”.
1) Penghargaan kelompok
Cooperative learning menggunakan tujuan-tujuan
kelompok untuk memperoleh penghargaan
kelompok.Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas kriteris yang ditentukan.Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.
2) Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok.Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.
3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
b. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Trianto (2009:66) mengemukakan bahwa terdapat enam
langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan
pembelajaran kooperatif.
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase-3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase-6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
7. Metode Pembelajaran Course Review Horay
Course Review Horay merupakan metode pembelajaran yang
dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan
pemahaman siswa dalam menjawab soal, di mana jawaban soal tersebut
dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor. Siswa atau
kelompok yang member jawaban benar harus langsung berteriak “horey”
atau menyanyikan yel-yel kelompoknya. Metode ini juga membantu
siswa untuk memahami konsep dengan baik melalui diskusi kelompok.
Langkah-langkah metode pembelajaran Course Review Horay
menurut Huda. M (2013: 229-231) adalah sebagai berikut:2
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru menyajikan atau mendemostrasikan materi sesuai topik dengan tanya jawab.
c. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok
d. Untuk menguji pemahaman, siswa diminta membuat kartu atau kotak sesuai dengan kebutuhan. Kartu atau kotak tersebut kemudian diisi dengan nomor yang ditentukan guru.
f. Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabanya di dalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru
g. Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa ditulis di dalam kartu atau kotak, guru dan siswa mendiskusikan spal yang telah diberikan tadi
j. Guru memberikan reward pada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi atau yang paling sering memperoleh „horey‟
Metode Course Review Horay memiliki beberapa kelebihan, antara lain : 1) strukturnya yang menarik dan mendorong siswa untuk terjun ke dalamnya; 2) metode yang tidak monoton karena diselingi dengan hiburan, sehingga suasana tidak menegangkan; 3) semangat belajar yang meningkat karena suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan; dan 4) skill kerja sama antar siswa yang semakin terlatih.
Penjelasan yang sudah disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS menggunakan metode Course Review Horay memiliki inovasi dan gagasan tersendiri yang dilakukan oleh pengajar untuk lebih membuat prestasi dan minat belajar siswa meningkat, dengan menggunakan metode (CRH) siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran IPS di kelas, karena metode (CRH) dikolaborasi dengan permainan dalam kelompok yang dapat melatih kejujuran, kekompakan dan ketepatan dalam menjawab setiap pertanyaan.
8. Media pembelajaran
Syaiful Bahri (2010.120) menjelaskan : “sebelum uraian ini sampai pada penggunaan media oleh guru dalam proses belajar mengajar, ada baiknya dipahami apa yang dimaksud media itu sebenarnya”. Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”.
Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media.
Peranan media tidak akan terlihat bila penggunaanya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media manakala diabaikan, maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran, tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Akhirnya, dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.
a. Pentingnya Media dalam Proses Pembelajaran
Sanjaya (2012. 61-63) menyatakan bahwa: “dahulu, ketika
teknologi khusunya teknologi informasi belum berkembang seperti
sekarang ini; ketika ilmu pengetahuan belum sepasat ini, proses
pembelajaran biasanya berlangsung pada tempat dan waktu
tertentu”. Proses pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru
dan siswa melalui bahasa verbal sebagai media utama penyampaian
materi pelajaran. Proses pembelajaran sangat tergantung pada guru
sebagai sumber belajar. Dalam kondisi semacam ini, akanada proses
pembelajaran manakala guru; tanpa kehadiran guru di dalam kelas
ebagai sumber belajar tidak mungkin ada proses pembelajaran.
Kehadiran guru di dalam kelas betul-betul menentukan adanya
proses pembelajaran.
9. Media Pop Up
a. Pengertian Media Pop Up
Menurut Astuti. R (2014: 33) : “Pop up termasuk karya seni
dari kreasi melipat kertas yang mulai digemari dan berkembang di
Indonesia”. Pop up dan origami sama-sama kreasi melipat kertas,
akan tetapi terdapat perbedaan di antara keduanya perbedaan antara
pop up dan origami, yaitu origami lebih memfoku skan pada
penciptaan objek atau benda tiruan dari kertas, sedangkan pop up
membuat gambar tampak berbeda baik dari sisi perspektif atau
dimensi, bahkan bisa bergerak. Saat ini pop up lebih sering dikenal
dalam bentuk kartu ucapan dan buku cerita anak.
Astuti. R . (2014: 33): “mendefinisikan pop up sebagai suatu
kartu yang terbuat dari kertas apabila dibuka dengan sudut tertentu
(90o atau 180o), maka akan memunculkan sebuah bentuk tampilan
gambar yang timbul”. Kartu pop up ini merupakan pengembangan
dari kartu bergambar yang didesain menurut kreativitas pembuatnya
agar gambarnya dapat timbul atau berdiri menjadi bentuk tiga
dimensi. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa media pop up adalah sebuah media dalam bentuk
kartu atau buku apabila dibuka dengan sudut 90o atau 180o akan
memunculkan gambar berbentuk tiga dimensi.
Sehingga penggunaan pop up untuk media pembelajaran akan membantu siswa dalam kegiatan bercerita.
b. Langkah-langkah Membuat Media Pop Up
Langkah-langkah membuat media pop up transformasi yang telah dijelaskan oleh Astuti. R . (2014: 38-39) yang telah modifikasi yaitu sebagai berikut:
1) Membuat desain gambar atau mengunduh dari internet sesuai dengan tema atau materi yang telah ditentukan.
2) Kemudian proporsi atau ukuran setiap objek disesuaikan dengan ukuran pop up yang akan dibuat, serta memilih gambar
4) Menggunting gambar sebagai objek sesuai dengan pola gambar dan sisakan 3-5 cm dibawah objek sebagai penyangga.
5) Menyiapkan kertas untuk alas pop up, yaitu terbuat dari kertas karton persegi panjang yang dilapisi dengan kertas kado/kertas lainnya di bagian luarnya dan di lipat menjadi dua. Pada bagian dalam dilapisi kertas bergambar sebagai background.
6) Menyiapkan kertas penyangga yang dilipat menjadi tiga, pada bagian tengahnya usahakan seukuran dengan sisa kertas di bawah objek yaitu 3-5 cm atau sesuai jarak objek dengan background.
7) Menempelkan salah satu bagian pinggir kertas penyangga atas dengan bagian belakang gambar objek menggunakan double tape.
8) Menempelkan kertas penyangga atas dan penyangga bawah pada kertas alas pop up dengan rapi, lurus dan simetris.
9) Kemudian tutup dengan perlahan alas pop up dan lihatlah objeknya ikut turun atau tidak, apabila tidak sempurna, berarti ada yang salah dengan perhitungan jarak penyangga atasnya. 10) Untuk membuat pop up menjadi buku, yaitu dengan cara
c. Kelebihan Media Pop Up
Menurut Astutu. R (2014: 41) adalah :
Media pop up memiliki kelebihan antara lain: a) siswa terlibat dalam penggunaan media pop up, sehingga pengalaman dapat tersaji secara langsung; b) dapat menunjukkan objek secara utuh dan terlihat seperti nyata; c) siswa lebih mudah mengilustrasikan cerita; d) dapat memperkuat pesan yang ingin disampaikan; e) dapat menarik perhatian dan memotivasi siswa dalam pembelajaran; f) membuat pembelajaran lebih efektif, interaktif, dan mudah untuk diingat; g) menyediakan umpan pembelajaran; h) menyediakan pengalaman baru dan menambah pengalaman tentang aktivitas sehari-hari; serta i) menghibur dan menarik perhatian siswa. Kelebihan media pop up yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu dapat menyajikan pengalaman langsung bagi siswa serta objek yang ditampilkan terlihat seperti nyata.. Kegiatan bercerita menggunakan media pop up akan melatih siswa untuk terampil berbicara.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
berbicara siswa yang lebih dominan mengalamipeningkatan adalah pelafalan, intonasi, kelancaran, sikap (ekspresi), dan penguasaan tema.
Peningkatan ini terjadi karena dalam media pop up terdapat unsur-unsur seperti tokoh, waktu, tempat, suasana, alur, dan sudut pandang yang mendukung siswa untuk membuat peta konsep dan draft cerita. Kemudian siswa mampu mengembangkannya lagi menjadi sebuah ceritayang dilisankan. Langkah pembelajaran pada siklus I, siswa dan guru melakukan tanyajawab tentang objek pada pop up yang ditunjukkan oleh guru. Kemudian siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang unsur-unsur dalam cerita dan contoh cara membuat peta konsep serta cara mengembangkannya menjadi sebuah cerita.
Peningkatan rata-rata hasil belajar keterampilan berbicara siswa dapat dilhat dari tahap pratindakan (prasiklus), siklus I dan siklus II. Pada tahap prasiklus hasil belajar yang diperoleh adalah 71.55 dengan persentase ketuntasan siswa 40% serta meningkat menjadi 74.975 dengan persentase ketuntasan siswa 60% pada siklus I dan 78.3 pada siklus II dengan persentase ketuntasan 90%. Berdasarkan keterangan tersebut, dirasa sudah cukup memuaskan bagi peneliti dan guru, karena indikator keberhasilan sudahtercapai. Peningkatan keterampilan berbicara yang dialami siswa sebagaimana yang telah diuraikan pada hasil penelitian dan pembahasan, terbukti bahwa dengan menggunakan media pop up dinilai berhasil dan dapatmeningkatkan keterampilan berbicara siswa baik segi proses maupun hasil.
Menurut hasil penelitian salah satu mahasiswa PGSD Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berjudul “Peningkatan kedisplinan dan
Prestasi Belajar Materi Bilangan Romawi melalui metode pembelajaran course review horay menggunakan media ular tangga di kelas IV SD memperoleh hasil dapat meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar. Kedisplinan dapat pula ditingkatkan melalui pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, nilai pada siklus 1 dengan jumlah skor yaitu 16,4 dan skor rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 2,73 dengan kriteria baik dan pada siklus II jumlah nilai 19,4 dengan skor rata-rata yang diperoleh yaitu 3,23 dengan kriteria baik.
59,5 sedangkan pertemuan 2 diperoleh nilai rata-rataadalah 3,3 sehingga pada siklus 1 diperoleh nilai rata-rata klasikal yaitu 66,03. Sedangkan ketuntasan belajar kalsikal pada siklus 1 adalah 69%. Prestasi belajar siklus II dapat diketahui dari hasil evaluasi, pada pertemuan 1 adalah 65,4 sedangkan pertemuan 2 nilai rata-rata evaluasi mencapai 89,6. Jadi nilai rata-rata klasikal adalah 77,49, sedangkan ketuntasan belajar klasikal siklus II mencapai 83,3%.
C. Kerangka Berpikir
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Kondisi Awal Pembelajaran belum
menggunakan model Course Review Horay melalui media
Pop up
Rendahnya minat dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPS
Melalui Tindakan Dengan menggunakan
model Course Review
Horaymelalui media
Pop up
Siklus I Siklus II Minat dan
Kondisi awal guru sebelum menggunakan metode Course Review Horay pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pokok materi menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia peserta didik kurang memperhatikan penjelasan dari guru. Selain itu, banyak peserta didik yang bercerita sendiri. Dalam proses pembelajaran, guru masih menggunakan metode pembelajaran yang bersifat Teacher Centered dengan model ceramah saja. Hal ini mengakibatkan banyak
dari materi-materi yang tidak dipahami oleh siswa, tidak adanya interaksi yang baik antara guru dengan siswa dikarenakan peserta didik cenderung pasif dan malas bertanya. Oleh karena itu, hasil belajar siswa masih banyak yang di bawah KKM yang ditetapkan yaitu 65.
Melihat kondisi tersebut perlu adanya inovasi dalam pembelajaran IPS. Melihat karakteristik siswa, keadaan kelas, materi yang akan diajarkan maka dilakukan tindakan untuk mencoba menerapkan metode Course Review Horay. Penggunaan metode Course Review Horay diharapkan dapat
meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPS di SD N Karangkemiri.
semua siswa. Sehingga dapat diduga bahwa dengan metode Course Review Horay akan meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SD N Karangkemiri.
Skema kerangka berfikir di atas, dapat dijelaskan bahwa pada kondisi awal sebelum menggunakan metode Course Review Horay, siswa belum memiliki minat dan prestasi belajar pada pembelajaran IPS.Pada saat dilakukan penelitian tindakan kelas siklus I dan II dengan menggunakan metode Course Review Horay maka minat dan prestasi belajar siswa mengalami peningkatan.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Penerapan metode pembelajaran Course Review Horay (CRH) dengan media pop up dapat meningkatkan minat belajar siswa di kelas V SD Negeri Karangkemiri.
2. Penerapan metode pembelajaran Course Review Horay (CRH) dengan media pop up dapat mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS di kelas V SD N Karangkemiri