• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Minat - UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE COURSE REVIEW HORAY MENGGUNAKAN MEDIA POP UP DI KELAS V SD N KARANGKEMIRI - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Minat - UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE COURSE REVIEW HORAY MENGGUNAKAN MEDIA POP UP DI KELAS V SD N KARANGKEMIRI - repository perpustakaan"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Pengertian Minat

Minat dijelaskan oleh Slameto (2010.180) adalah: “suatu rasa

lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada

yang menyuruh”. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu

hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat

atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Suatu minat dapat

diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukan bahwa siswa

lebih menyukai suatu hal daripada hal lainya, dapat pula

dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang

memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan

perhatian yang lebih besar terhadap subyek tertentu.

Faktor yang mempengaruhi minat-minat baru akan terbentuk

dengan cara menanamkan minat terhadap siswa untuk memiliki kesukaan

terhadap ssesuatu yang ingin dipelajari. Jadi minat terhadap sesuatu

merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Walaupun

minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat

mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan

membantu seseorang mempelajarinya. Mengembangkan minat terhadap

(2)

sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana

hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan

dirinya sendiri sebagai inndividu. Proses ini berarti menunjukan pada

siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi

dirinya, melayani tujuan-tujuanya, memuaskan kebutuhan-kebutuhanya.

Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk

mencapai beberapa tujuan yang dianggap penting, dan bila siswa melihat

bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akanmembawa kemajuan pada

dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat (dan bermotivasi) untuk

mempelajarinya.

a. Meningkatkan Minat Siswa

Pada dasarnya siswa dapat memiliki motivasi yang tinggi

dengan jalan menumbuhkan minat dalam diri siswa. Minat

merupakan elemen penting yang harus ada dalam setiap diri siswa.

Semakin besar minat yang dimiliki oleh siswa akan mempengaruhi

semangat belajar siswa dan prestasi belajar siswa.

Minat yang berasal dari dalam diri siswa sangat mendukung

proses pembelajaran, minat yang ada dalam diri siswa tentunya

berhubungan dengan pengajaran yang dilakukan oleh guru.

Pengajaran yang dilakukan oleh guru harusnya dapat memberikan

(3)

Seperti halnya yang sudah disarankan oleh Tanner & Tanner

dalam Slameto (2010:181) menyarankan agar para pengajar juga

berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Minat baru

yang diinginkan dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi

pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang

akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan

kegunaanya bagi siswa di masa yang akan datang. Rooijakkers

dalam Slameto (2010:181) berpendapat: “selain menghubungkan

bahan pengajaran yang lalu dengan bahan pengajaran yang akan

diberikan kepada siswa, minat baru pada diri siswa dapat pula

dicapai dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu

berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa”. Siswa,

misalnya akan menaruh perhatian pada pelajaran tentang gaya berat,

bila hal itu dikaitkan dengan peristiwa mendaratnya manusia

pertama di bulan.

Bila usaha-usaha di atas tidak berhasil, pengajar dapat

memakai intensif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Intensif

merupakan alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar

melakukan sesuatu yang tidak mau melakukanya atau yang tidak

dilakukanya dengan baik. Diharapkan pemberian intensif akan

membangkitkan motivasi siswa, dan mungkin minat terhadap bahan

(4)

Studi-studi eksperimental menunjukan bahwa siswa-siswa yang secara teratur dan sistematis diberi hadiah karena telah bekerja dengan baik atau karena perbaikan dalam kualitas pekerjaanya, cenderung bekerja lebih baik daripada siswa-siswa yang dimarahi atau dikritik karena pekerjaanya yang buruk atau karena tidak adanya kemajuan. Menghukum siswa karena hasil kerjaanya yang buruk tidak terbukti efektif, bahkan hukuman yang terlalu kuat dan sering lebih menghambat belajar. Tetapi hukuman yang ringan masih lebih baik daripada tidak ada perhatian sama sekali. Hendaknya pengajar bertindak bijaksana dalam menggunakan intensif, intensif apa pun yang dipakai perlu disesuaikan dengan diri siswa masing-masing.

b. Macam-Macam dan Ciri Minat

(5)

Minat yang muncul pada diri seseorang dibedakan menjadi

dua menurut Gagne dalam Susanto (2013:60), yaitu minat spontan

dan minat terpola. Minat spontan, yaitu minat yang timbul secara

spontan dari dalam diri seseorang tanpa dipengaruhi oleh pihak luar.

Adapun minat terpola adalah minat yang timbul sebagai akibat

adanya pengaruh dari kegiatan-kegiatan yang terencana dan terpola,

misalnya dalam kegiatan belajar mengajar, baik di lembaga sekolah

maupun di luar sekolah. Dalam tulisan ini, tampaknya minat yang

dimaksud cenderung mengarah pada pengertian minat terpola,

sebagaimana yang dimaksud oleh gagne tadi.

Mengingat minat siswa terhadap mata pelajaran tertentu tidak

terlepas dari pengaruh sistem pembelajaran yang diselenggarakan

guru di sekolah. Minat bukan hanya terhadap ilmu pengetahuan di

sekolah saja, namun minat yang sebenarnya adalah dapat diterapkan

dalam minat di luar sekolah misalnya minat mengikuti kesenian,

musik. Hobi juga berhubungan dengan minat yang dimiliki setiap

orang, adanya hobi bermula dengan munculnya minat yang ada

dalam diri seseorang, hobi didasarkan pada kesukaan terhadap

subjek tertentu dan akhirnya dilakukan secara terus-menerus.

Macam dan ciri minat yang dijelaskan oleh Kuder dalam

(6)

beberapa macam dan ciri minat yang telah dikelompokan menjadi

sepuluh macam, yaitu:

1) Minat terhadap alam sekitar, yaitu minat terhadap

pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan alam, binatang, dan

tumbuhan. Minat seperti ini biasanya dimiliki oleh seseorang

yang senang dengan traveling maupun penjelajah atau

berpetualang

2) Minat mekanis, yaitu minat terhadap pekerjaan yang bertalian

dengan mesin-mesin atau alat mekanik. Minat seperti ini berarti

minat yang dimiliki oleh seseorang yang memiliki keahlian

dibidang mesin-mesin, karena berawal dari senang mempelajari

dan akhirnya dia dapat memiliki keahlian dibidang tersebut.

3) Minat hitung menghitung, yaitu minat terhadap pekerjaan yang

membutuhkan perhitungan. Minat seperti ini biasanya dimiliki

oleh seseorang yang senang dan memiliki rasa ingin tahu yang

tinggi pada bidang matematika atau perhitungan, menurut dia

pekerjaan yang memerlukan kecepatan dalam mengitung

memiliki keseruan tersendiri.

4) Minat terhadap ilmu pengetahuan, yaitu minat untuk

menemukan fakta-fakta baru dan pemecahan problem. Minat

(7)

beragumentasi atau menyatakan pendapatnya kepada orang lain

dan bersedia untuk menerima saran dari orang lain.

5) Minat persuasive, yaitu minat terhadap pekerjaan yang

berhubungan untuk memengaruhi orang lain

6) Minat seni, yaitu minat terhadap pekerjaan yang berhubungan

dengan kesenian, kerajinan, dan kreasi tangan. Minat semacam

ini biasanya dimiliki oleh seseorang yang menyukai berbagai

macam kesenian. Menghasilkan sesuatu yang dapat dinikmati

keindahanya akan mendapatkan kepuasaan tersendiri baginya.

7) Minat leterer, yaitu minat yang berhubungan dengan

masalah-masalah membaca dan menulis berbagai karangan. Minat

semacam ini biasanya dmiliki oleh seseorang yang gemar

menulis, dia dapat menuangkan ide maupun gagasanya ke

sebuah kertas.

8) Minat musik, yaitu minat terhadap masalah-masalah musik,

seperti menonton konser dan memainkan alat-alat musik.

9) Minat layanan sosial, yaitu minat yang berhubungan dengan

pekerjaan untuk membantu orang lain

10) Minat klerikal, yaitu minat yang berhubungan dengan pekerjaan

administratif.

Kecenderungan siswa dalam memilih atau menekuni suatu

(8)

lainnya pada dasarnya dipengaruhi oleh minat siswa yang

bersangkutan. Proses pemilihan sampai diambilnya suatu keputusa

oleh siswa untuk menekuni ini secara psikologis sangat ditentukan

oleh minatnya terhadap mata pelajaran itu sendiri. Di samping itu,

minat seseorang anak juga bayak dikontribusi oleh pola dan

kebiasaan yang mereka alami bersama teman sebayanya. Artinya,

bisa saja seorang anak berminat terhadap sesuatu yang sebelumnya

tidak mereka minati, namun karena pengaruh teman sebayanya

akhirnya berminat, karena dari kebiasaan itu si anak cenderung

meniru, yang akhirnya menjadi kesenangan yang bersifat tetap yaitu

minat.

Sebagai contoh, jika minat siswa terhadap mata pelajaran IPS

misalnya, pada dasarnya bayak yang memengaruhinya. Di antaranya

jika materi IPS yang diberikan guru berhubungan langsung dengan

gejala-gejala kehidupan sosial yang dapat diamati dan dirasakan oleh

siswa secara langsung (meaningful). Selain itu, bisa saja minat siswa

terhadap mata pelajaran IPS diduga juga dipengaruhi oleh status

sosial ekonominya. Siswa yang status sosial ekonominya di atas

rata-rata, memiliki kecenderungan berminat terhadap suatu objek atau

pelajaran tertentu, disebabkan karena tersedianya fasilitas belajar

(9)

Namun tidak tertutup kemungkinan, justru terjadi sebaliknya,

siswa yang memiliki status sosial ekonomi tinggi, misalnya membuat

siswa merasa gengsi untuk memilih program ilmu-ilmu sosial di

jenjang pendidikan selanjutnya. Ia malah berusaha untuk

mempersiapkan diri semaksimal mungkin agar dapat masuk ke

jurusan eksakta di kemudian hari, walupun pada dasarnya mereka

lebih berminat pada mata pelajaran ilmu-ilmu sosial. Terjadinya

konstradiksi semacam ini tidak terlepas dari opini yang berkembang

di kalangan masyarakat luas bahwa pelajaran ilmu alam dan

matematika lebih bergengsi daripada mata pelajaran ilmu-ilmu sosial

(Social Education)

Minat yag ada dalam diri siswa, akan hilang dengan

sendirinya apabila guru tidak dapat memelihara minat siswa di

sekolah. Seperti halnya yang sudah disebutkan oleh Nurkacana

dalam Susanto (2013:67) menyatakan bahwa ada beberapa cara

yang harus dilakukan oleh guru dalam memelihara minat anak

didiknya, yaitu:

1) Meningkatkan minat anak-anak; setiap guru mempunyai kewajiban untuk meningkatkan minat siswanya. Karena minat merupakan komponen penting dalam kehidupan pada umumnya dan dalam pendidikan, serta pembelajaran di ruang kelas pada khususnya.

2) Memelihara minat yang timbul; apabila anak-anak menujukan minat yang kecil, maka tugas guru untuk memelihara minat tersebut.

(10)

untuk hidup dalam masyarakat, maka sekolah harus mengembagkan aspek-aspek ideal agar anak-anak mejadi aggota masyarakat yang baik.

4) Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak-anak tentang lanjutan studi atau pekerjaan yang sesuai baginya; minat merupakan bahan pertimbangan untuk mengetahu kesenangan anak, sehingga kecenderungan minat terhadap sesuatu yang baik perlu bimbingan lebih lanjut.

c. Indikator Minat Belajar

Menurut Slameto ( 2010 : 180) beberapa indikator minat belajar yaitu : perasaan senang, ketertarikan, perhatian, dan keyakinan. Indikator minat belajar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Perasaan senang

Apabila seorang siswa memiliki perasaan senang terhadap pelajaran tertentu maka tidak ada rasa terpaksa untuk belajar.contohnya yaitu : senang mengikuti pembelajaran,tidak ada perasaan bosan dan hadir saat pembelajaran.

b) Ketertarikan

Seorang siswa dapat tertarik terhadap suatu pembelajaran dengan rasa senang tanpa ada pihak yang memaksanya. Contoh : antusias dalam mengikuti pembelajaran, tidak memnunda tugas dari guru.

c) Perhatian

Siswa dikatakan memiliki perhatian dalam pembelajaran, apabila siswa dapat konsentrasi dalam memperhatikan pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

d) Keyakinan

Apabila seorang siswa memiliki keyakinan terhadap suatu proses belajar yang telah diikuti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Contoh : memiliki semangat yang tinggi dalam belajar, motivasi dalam belajar, dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran.

2. Pengertian Belajar

Belajar yang disebutkan oleh Slameto (2010:2) adalah: “belajar

(11)

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya”.

Pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses

perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

dengan lingkunganya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Slameto

(2010:2) menyebutkan bahwa perubahan-perubahan tersebut akan nyata

dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan

sebagai berikut:“belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya”

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik

sifat maupun jenisnya karena itu tentu tidak setiap perubahan dalam diri

seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Perubahan dari dalam

diri seseorang memiliki tahapan sampai pada tahap dimana seseorang

dapat dikatakan menjadi dewasa. Belajar bukan hanya memperbaiki nilai

di sekolah namun juga menanamkan sikap dan kepribadian yang baik.

3. Pengertian prestasi belajar

Arifin. Z (2009.13) menuliskan bahwa kata “prestasi” berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha” istilah” prestasi belajar”

(12)

Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, oleh raga, dan pendidikan, khususnya pembelajaran.

Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar (achievement) semakin terasa penting untuk di bahas, karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain :

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan

yang telah dikuasai peserta didik

b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi

keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”

(13)

d. Prestasi belajar sebagai indicator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.

e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) prestasi peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

Jika dilihat dari beberapa fungsi prestasi belajar di atas, maka

betapa pentingya kita mengetahui dan memahami prestasi belajar peserta

didik, baik secara perseorangan maupun secara kelompok, sebab fungsi

prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang

studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan.

Di samping itu, prestasi belajar juga bermanfaat sebagai umpan balik

bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga dapat

menentukan apakah perlu melakukan diagnosis, penempatan atau

(14)

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa pembelajaran

sebagai suatu sistem memiliki berbagai komponen yang saling

berinteraksi, berintelasi dan berinterdependensi. Salah satu komponen

pembelajaran adalah evaluasi. Begitu juga dalam prosedur pembelajaran,

salah satu langkah yang harus ditempuh guru adalah evaluasi. Dengan

demikian, dilihat dari berbagai konteks pembelajaran, evaluasi

mempunyai kedudukan yang sangat penting dan metodes karena evaluasi

merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari pembelajaran itu

sendiri.

Hamdani (2011:138) menyebutkan bahwa prestasi pada dasarnya

adalah: “hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas, sedangkan belajar pada

dasarnya suatu proses yang mengakibatkan perubahan tingkah laku”.

Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil pengukuran terhadap

siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotor.

Purwardamita dalam Hamdani ( 2011:137) menjelaskan prsetasi

adalah: “hasil yang telah dcapai (dilakukan, dikerjakan, dan

sebagainya)”. Prestasi adalah penilaian pendidikan tentang

perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan

bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang

terdapat dalam kurikulum. Dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan

taraf kemampuan siswa dari hasil perkembangan dan kemajuan siswa

(15)

4. Aktivitas belajar

a. Pengertian aktivitas belajar

Menurut sardiman (2011:22) belajar adalah: “ merupakan

suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkunganya yang

mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”. Dapat

dijelaskan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkunganya yang

menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

Seperti yang sudah dijelaskan menurut Sardiman yang

dimaksud dengan aktivitas belajar adalah sesuatu yang dilakukan

oleh siswa baik dilakukan secara individu maupun kelompok dalam

suatu pembelajaran di dalam kelas maupun diluar pembelajaran

untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang mencakup tiga

aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor dalam rangka untuk

mencapai tujuan belajar.

b. Prinsip-prinsip Aktivitas Belajar

Prinsip aktivitas dalam belajar dapat dilihat dari

perkembangan konsep jiwa menurut ilmu jiwa. Berdasarkan unsure

kejiwaan subjek belajar akan diketahui prinsip belajar yang terjadi.

Untuk melihat prinsip aktivitas belajar dari sudut pandangan ilmu

(16)

1) Menurut Pandangan Ilmu Jiwa Lama

John locke dalam Sardiman (2007: 97-98) menyebutkan: “ dengan konsepnya tabularasa, mengibaratkan jiwa seseorang

bagaikan kertas putih yang tidak tertulis”. Kertas putih ini

kemudian akan mendapatkan coretan atau tulisan dari luar.

Konsep semacam ini kemudian ditransfer ke dalam dunia

pendidikan.

Kesimpulan dari konsep tersebut siswa ibarat botol

kosong yang diisi air oleh sang guru. Gurulah yang menentukan

bahan dan metode, sedangkan siswa menerima begitu saja.

Aktivitas anak terutama terbatas pada mendengarkan, mencatat,

menjawab pertanyaan bila guru memberikan pertanyaan. Dalam

proses belajar mengajar semacam ini tidak mendorong siswa

untuk berfikir dan beraktivitas.

2) Menurut Pandangan Ilmu Jiwa Modern

Sardiman (2007: 99- 100) menyebutkan bahwa: “

pandangan ilmu jiwa modern meterjemahkan jiwa manusia

sebagai suatu yang dinamis, memiliki potensi energy sendiri”.

Oleh karena itu, secara alami anak didik akan menjadi aktif,

karena adanya motivasi dan didorong oleh bermacam-macam

kebutuhan. Anak didik dipandang sebagai organisme yang

(17)

pendidik adalah pembimbing dan menyediakan kondisi agar

anak didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Dalam

hal ini, anaklah yang beraktivitas, berbuat dan harus aktif

sendiri.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar Siswa Menurut Sardiman A.M (2007:45), menyebutkan bahwa ada

sedikitnya delapan faktor psikologis yang mempengaruhi seseorang

untuk melakukan aktivitas belajar. Faktor-faktor itu adalah perhatian,

pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir, bakat dan motif.

Secara rinci faktor-faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Pengamatan

Pengamatan adalah cara yang dilakukan oleh anak dalam melakukan pengamatan terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan di sekitar, pengamatan yang dilakukan oleh anak dilakukan dengan bantuan panca indera yang dimiliki oleh setiap anak. Panca indera memiliki fungsi yang sangat penting untuk mendukung aktivitas siswa dalam belajar.

2) Tanggapan

Tanggapan adalah suatu proses yang berkelanjutan dari pengamatan, pengamatan yang dilakukan setiap siswa untuk menyimpulkan apa yang mereka lihat dan bagaimanakah kesimpulanya. jika pengamatan sudah berhenti maka tanggapan itu akan berpengaruh terhadap perilaku belajar setiap siswa. 3) Bakat

Bakat merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap anak dari sejak lahir, bakat yang dimiliki anak yang satu tentunya berbeda dengan bakat yang dimiliki oleh anak lainya. 4) Berfikir

Berfikir adalah merupakan aktivitas mental untuk dapat merumuskan pengertian, mensintesis dan menarik kesimpulan. 5) Motif

(18)

akan menghasilkan aktivas belajar yang lebih bersemangat, hal ini siswa akan mudah memperoleh prestasi yang diinginkan.

5. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial yang sering disingkat dengan IPS yang

dijelaskan oleh Susanto (2013. 137), sebagai : ilmu pengetahuan yang

mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan

dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi

wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik,

khususnya di tingkat dasar dan menengah”. Luasnya kajian IPS ini

mencakup berbagai kehidupan yang beraspek majemuk baik hubungan

sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, maupun politik, semuanya

dipelajari dalam sosial ini.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan aspek soasial yang

meliputi proses, faktor, perkembangan, permasalahan, semuanya

dipelajari dan dikaji dalam sosiologi. Aspek ekonomi yang meliputi

perkembangan, faktor, dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu

ekonomi. Aspek budaya dengan segala perkembangan dan

permasalahannya dipelajari dalam antropologi. Aspek sejarah yang tidak

dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu

sejarah. Begitu juga aspek geografi yang memberikan karakter ruang

(19)

Zuraik dalam Djahiri dalam susanto (2013:137) hakikat IPS

adalah: “ harapan untuk mampu membina suatu masyarakat yang baik di

mana para anggotanya benar-benar berkembang sebagai insan sosial

yang rasional dan penuh tanggung jawab, sehingga oleh karenanya

diciptakan nilai-nilai”. Hakikat IPS di sekolah dasar memberikan

pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai media pelatihan bagi siswa

sebagai warga Negara sendiri mungkin. Pendidikan IPS tidak hanya

memberikan ilmu pengetahuan semata, tetapi harus berorientasi pada

pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap, dan

kecakapan-kecakapan dasar siswa yang berpijak pada kenyataan kehidupan sosial

kemasyarakatan sehari-hari dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan

sosial siswa di masyarakat.

Hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran

yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa,

sehingga dengan memberikan pendidikan IPS diharapkan dapat

melahirkan warga Negara yang baik dan bertanggung jawab terhadap

bangsa dan negaranya.Pendidikan IPS saat ini dihadapkan pada upaya

peningkatan kualitas sumber daya manusia, sehingga eksistensi

pendidikan IPS benar-benar dapat mengembangkan pemahaman konsep

dan keterampilan berpikir kritis. Sayangnya, kenyataan di lapangan

bahwa masih banyak yang beranggapan bahwa pendidikan IPS kurang

(20)

dan matematika yang mengkaji bidang pengembangan dalam sains dan

teknologi.

Anggapan tersebut kurang tepat, karena disadari bahwa

pendidikan IPS dikembangkan dalam rangka meningkatkan kualitas

sumber daya manusia di bidang nilai dan sikap, pengetahuan, serta

kecakapan dasar siswa yang berpijak pada kehidupan nyata, khususnya

kehidupan sosial masyarakat pada umumnya. Pembelajaran IPS

diharapkan dapat menyiapkan anggota masyarakat di masa yang akan

datang, mampu beertindak secara efektif. Nilai-nilai yang wajib

dikembangkan dalam pendidikan IPS, yaitu: nilai-nilai adekuatif, praktis,

teoretis, filsafat, dan kebutuhan.

Hakikat pendidikan IPS itu hendaknya dikembangkan

berdasarkan realita kondisi sosial budaya yang ada di lingkungan siswa,

sehingga dengan ini akan dapat membina warga Negara yang baik

mampu memahami dan menelaah secara kritis kehidupan sosial di

sekitarnya, serta mampu secara aktif berpartisipasi dalam lingkungan

kehidupan, baik di masyarakatnya, negara, maupun dunia.

IPS yang dijelaskan pada Kurikulum Pendidikan Dasar Tahun

1993, disebutkan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari

kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi,

(21)

lanjutan tingkap pertama program pengajaran IPS hanya mencakup

bahan kajian geografi, ekonomi, dan sejarah.

Kesimpulan dari berbagai pengertian di atas, menunjukan bahwa

IPS merupakan perpaduan antara ilmu sosial dan kehidupan manusia

yang di dalamnya mencakup antropologi, ekonomi, geografi, sejarah,

hukm, filsafat, ilmu politik, sosial, agama, dan psikologi. Di mana tujuan

utamanya adalah membantu mengembangkan kemampuan dan wawasan

siswa menyeluruh (komprehensif) tentang berbagai aspek ilmu-ilmu

sosial dan kemanusiaan (humaniora)

Pengertian pendidikan IPS yang dijelaskan oleh Susanto (

2013:139) menyebutkan bahwa secara spesifik, Forum Komunikasi II

HISPIPSI Tahun 1991 di Yogyakarta membagi menjadi dua bagian, yaitu

pengertian pendidikan IPS menurut versi pendidikan dasar dan

menengah, dan pengertian IPS menurut versi pendidikan tinggi atau

perguruan tinggi, yang bernaung di bawah Fakultas Pendidikan Ilmu

Pegetahuan Sosial (FPIPS). Pertama, menurut versi pendidikan dasar dan

menengah, pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari

disiplin imu-ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia

yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan

pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.

Kedua, menurut versi di perguruan tinggi, pendidikan IPS adalah

(22)

manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis

untuk tujuan pendidikan. Berdasarkan adanya perbedaan dua versi

pengertian IPS sebagaimana dikemukakan di atas, maka yang dimaksud

dengan pengertian IPS dalam tulisan ini adalah pendidikan IPS versi

pendidikan dasar dan menengah sebagaimana dikemukakan di atas.

Begitu luas cakupan dan kajian IPS ini, banyak ahli yang memberikan batasan dari pendidikan IPS tersebut, mulai dari ahli dalam negeri sampai ahli dari luar negari.Maryani dalam susanto (2013:141) misalnya, memberikan batasan pendidikan IPS adalah: “bahan kajian yang terpadu (interdisipliner) yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari konsep-konsep dan keterampilan disiplin sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, politik, dan ekonomi yang dioorganisasikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pembelajaran”. Sementara menurut Banks dalam susanto (2013:140), pendidikan IPS adalah : “The social studies that part of the elementary Banks adalah, merupakanbagian dari kurikulm di sekolah yang bertujuan untuk membantu mendewasakan siswa supaya dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai dalam tangka berpartisipasi di dalam masyarakat, Negara, dan bahkan dunia).Banks menekankan begitu pentingnya pendidikan IPS diterapkan di sekolah-sekolah, mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi, terutama di sekolah dasar dan menengah.

(23)

berhubungan erat dengan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang memungkinkan siswa berperan serta dalam kelompok masyarakat di mana ia tinggal”. Kedua pengertian di atas, yang diberikan oleh Banks dan Jarolimek menekankan kepada upaya pembentukan moral anak sebagi warga Negara atau anggota masyarakat yang mampu berperan serta dalam kelompok hidupnya.

Belajar pendidikan IPS ini sudah semestinya didapatkan oleh setiap siswa untuk memperoleh bekal pengetahuan yang berharga dalam memahami dirinya sendiri dan orang lain dalam lingkungan masyarakat yang berbeda tempat maupun waktu, baik secara individu maupun secara kelompok,untuk menemukan kepentingannya yang akhirnya dapat terbentuk suatu masyarakat yang baik dan harmonis.

Pada pihak lain, dengan memperoleh pendidikan IPS ini, menurut

Fraenkel dalam Susanto (2013:142) menyebutkan bahwa: “pendidikan

IPS dapat membantu para siswa menjadi lebih mampu mengetahui

tentang diri mereka dan dunia di mana mereka hidup”. Mereka akan lebih

mampu menggambarkan kesimpilan yang diperlukan tentang hidup dan

kehidupan, lebih berperan serta atau apresiatif terhadap kompleksitas

atau kerumitan menjadi manusia dan masyarakat serta budaya yang

mereka ciptakan, lebih mengetahui perbedaan gagasan sikap, nilai, dan

cara berpikir, dalam menjaga dan mengerjakanya, dalam sedikit teori,

(24)

Secara historis, pendidikan IPS sebagai bidang studi dalam

kurikulum sekolah mulai diajarkan di Indonesia sekitar tahun 1975 yang

sudah dijelaskan oleh Susanto ( 2013: 142- 143) sebagai bidang studi IPS

dalam kurikulum SD, SMP, dan SMA. Sejak diberlakukanya kurikulum

1975 ini, baik pada tingkat SD, SMP, maupun SMA pembelajaran

diberikan dengan menggunakan pendekatan terpadu (integrated),

meskipun terdapat perbedaan dalam tingkat keterpaduan di antara tiga

jenjang pendidikan ini. Penggunaan pendekatan terpadu ini sejak

kurikulum tahun 1975, kurikulum 1986, 1994, 2004 (KBK), dan sampai

kurikulum yang saat ini diberlakukan, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) masih dipakai.Dan istilah IPS pun masih dipakai

untuk menamai mata pelajaran sosial pada tingkat SD dan SMP,

walaupun dalam kenyataanya di SMP mata pelajaran IPS diajarkan

secara terpisah. Adapun untuk tingkat SMA, mata pelajaran IPS tidak

dipakai lagi untuk menamai kelompok mata pelajaran sosial ini, karena

SMA telah dirganisasikan secara terpisah (separated)

(25)

kehidupanya kelak sebagai anggota masyarakat dan warga Negara yang baik.Tujuan ini memberikan tanggung jawab yang berat kepada guru untuk menggunakan banyak pemikiran dan energi agar dapat mengajarkan IPS dengan baik.

a. Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Pendidikan IPS sebagai bidang studi yang diberikan pada

jenjang pendidikan di lingkungan persekolahan, bukan hanya

memberikan bekal pengetahuan saja, tetapi juga memberikan bekal

nilai dan sikap serta keterampilan dalam kehidupan peserta didik di

masyarakat, bangsa, dan Negara dalam berbagai karakteristik. Lebih

jauh lagi dalam pendidikan IPS dikembangkan tiga aspek atau tiga

ranah pembelajaran, yaitu aspek pengetahuan (kognitif),

keterampilan (psikomotor), dan sikap (afektif). Ketiga aspek ini

merupakan acuan yang berorientasi untuk mengembangkan

pemilihan materi, metode, dan model pembelajaran.

Ada beberapa tujuan pendidikan IPS yang menggambarkan

bahwa pendidikan IPS merupakan bentuk pengetahuan,

keterampilan, nilai, dan sikap yang memungkinkan anak

berpartisipasi dalam kelompoknya, baik itu keluarga, teman bermain,

sekolah, masyarakat yang lebih luas, bangsa, dan Negara. Tujuan

pendidikan ilmu sosial dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa

(26)

suatu disiplin ilmu, sehingga tujuan pendidikan nasional dan tujuan

pendidikan institusional menjadi landasan pemikiran mengenai

tujuan pendidikan ilmu nasional.

Tujuan utama pembelajaran IPS ialah untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi

di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan

segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap

masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri

maupun yang menimpa masyarakat.

Mutakin dalam Susanto (2013:145) merumuskan tujuan

pembelajaran IPS di sekolah, sebagai berikut:

1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat

2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan maslah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat

5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab.

(27)

1) Pengembangan kemampuan intelektual siswa yang berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu. Tujuanya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir dan memahami ilmu sosial serta kemampuan prosesual dalam mencari informasi, mengelola informasi, dan mengomunikasikan hasil temuan

2) Pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa berorientasi pada pengembangan diri siswa dan kepentingan masyarakat yang dinamakan kemampuan sosial. Tujuanya mengembangkan kemampuan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat dan bangsa termasuk tanggung jawab sebagai warga dunia. Selain itu juga, mengembangkan pemahaman dan sikap positif siswa terhadap nila, norma, dan moral yang berlaku di masyarakat 3) Pengembangan diri sebagai pribadi, berorientasi pada

pengembangan pribadi siswa baik untuk kepentingan dirinya, masyarakat, maupun ilmu. Tujuannya berkenaan dengan pengembangan sikap nilai, norma, moral, yang menjadi panutan siswa dalam pembentukan kebiasaan positif untuk kehidupan pribadinya serta sikap positif terhadap diri untuk memacu perkembangan diri sebagai pribadi.

Menurut Peraturan Mendiknas No 22 tahun 2006 mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkunganya

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat local, dan global.

6. Model pembelajaran kooperatif

Slavin dalam Isjoni (2011:15) mengemukakan: “In cooperative

(28)

master material initially presented by the teacher”.(Dari uraian tersebut

dapat dikemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar).

Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat

ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang

berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi

permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang

tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak

peduli pada yang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat

dipergunakan dalam berbagai mata peljaran dan berbagai usia.

Seperti yang sudah dijleskan oleh Slavin ( 2005:4-5) bahwa pembelajaran kooperatif bukanlah gagasan baru dalam dunia pendidikan, tetapi sebelum masa belakangan ini, metode ini hanya digunakan oleh beberapa guru untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti tugas-tugas atau laporan kelompok tertentu. Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antara siswa dari latar belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka. a. Tujuan Pembelajaran kooperatif

Pelaksanaan model cooperative learning membutuhkan

partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran.

Cooperative learning dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju

belajar lebih baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku

(29)

cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara

berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling

menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang

lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan

pendapat mereka secra berkelompok.

Slavin dalam Isjoni (2011:21) mengemukakan tiga konsep

sentral yang menjadi karakteristik cooperative learning yaitu: “penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan

kesempatan yang sama untuk berhasil”.

1) Penghargaan kelompok

Cooperative learning menggunakan tujuan-tujuan

kelompok untuk memperoleh penghargaan

kelompok.Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas kriteris yang ditentukan.Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.

2) Pertanggungjawaban individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok.Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.

3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

(30)

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Trianto (2009:66) mengemukakan bahwa terdapat enam

langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan

pembelajaran kooperatif.

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok

kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

7. Metode Pembelajaran Course Review Horay

Course Review Horay merupakan metode pembelajaran yang

dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan

(31)

pemahaman siswa dalam menjawab soal, di mana jawaban soal tersebut

dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor. Siswa atau

kelompok yang member jawaban benar harus langsung berteriak “horey”

atau menyanyikan yel-yel kelompoknya. Metode ini juga membantu

siswa untuk memahami konsep dengan baik melalui diskusi kelompok.

Langkah-langkah metode pembelajaran Course Review Horay

menurut Huda. M (2013: 229-231) adalah sebagai berikut:2

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

b. Guru menyajikan atau mendemostrasikan materi sesuai topik dengan tanya jawab.

c. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok

d. Untuk menguji pemahaman, siswa diminta membuat kartu atau kotak sesuai dengan kebutuhan. Kartu atau kotak tersebut kemudian diisi dengan nomor yang ditentukan guru.

f. Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabanya di dalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru

g. Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa ditulis di dalam kartu atau kotak, guru dan siswa mendiskusikan spal yang telah diberikan tadi

j. Guru memberikan reward pada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi atau yang paling sering memperoleh „horey‟

Metode Course Review Horay memiliki beberapa kelebihan, antara lain : 1) strukturnya yang menarik dan mendorong siswa untuk terjun ke dalamnya; 2) metode yang tidak monoton karena diselingi dengan hiburan, sehingga suasana tidak menegangkan; 3) semangat belajar yang meningkat karena suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan; dan 4) skill kerja sama antar siswa yang semakin terlatih.

(32)

Penjelasan yang sudah disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS menggunakan metode Course Review Horay memiliki inovasi dan gagasan tersendiri yang dilakukan oleh pengajar untuk lebih membuat prestasi dan minat belajar siswa meningkat, dengan menggunakan metode (CRH) siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran IPS di kelas, karena metode (CRH) dikolaborasi dengan permainan dalam kelompok yang dapat melatih kejujuran, kekompakan dan ketepatan dalam menjawab setiap pertanyaan.

8. Media pembelajaran

Syaiful Bahri (2010.120) menjelaskan : “sebelum uraian ini sampai pada penggunaan media oleh guru dalam proses belajar mengajar, ada baiknya dipahami apa yang dimaksud media itu sebenarnya”. Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”.

Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

(33)

guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media.

Peranan media tidak akan terlihat bila penggunaanya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media manakala diabaikan, maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran, tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Akhirnya, dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.

(34)

(35)

a. Pentingnya Media dalam Proses Pembelajaran

Sanjaya (2012. 61-63) menyatakan bahwa: “dahulu, ketika

teknologi khusunya teknologi informasi belum berkembang seperti

sekarang ini; ketika ilmu pengetahuan belum sepasat ini, proses

pembelajaran biasanya berlangsung pada tempat dan waktu

tertentu”. Proses pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru

dan siswa melalui bahasa verbal sebagai media utama penyampaian

materi pelajaran. Proses pembelajaran sangat tergantung pada guru

sebagai sumber belajar. Dalam kondisi semacam ini, akanada proses

pembelajaran manakala guru; tanpa kehadiran guru di dalam kelas

ebagai sumber belajar tidak mungkin ada proses pembelajaran.

Kehadiran guru di dalam kelas betul-betul menentukan adanya

proses pembelajaran.

9. Media Pop Up

a. Pengertian Media Pop Up

Menurut Astuti. R (2014: 33) : “Pop up termasuk karya seni

dari kreasi melipat kertas yang mulai digemari dan berkembang di

Indonesia”. Pop up dan origami sama-sama kreasi melipat kertas,

akan tetapi terdapat perbedaan di antara keduanya perbedaan antara

pop up dan origami, yaitu origami lebih memfoku skan pada

penciptaan objek atau benda tiruan dari kertas, sedangkan pop up

(36)

membuat gambar tampak berbeda baik dari sisi perspektif atau

dimensi, bahkan bisa bergerak. Saat ini pop up lebih sering dikenal

dalam bentuk kartu ucapan dan buku cerita anak.

Astuti. R . (2014: 33): “mendefinisikan pop up sebagai suatu

kartu yang terbuat dari kertas apabila dibuka dengan sudut tertentu

(90o atau 180o), maka akan memunculkan sebuah bentuk tampilan

gambar yang timbul”. Kartu pop up ini merupakan pengembangan

dari kartu bergambar yang didesain menurut kreativitas pembuatnya

agar gambarnya dapat timbul atau berdiri menjadi bentuk tiga

dimensi. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa media pop up adalah sebuah media dalam bentuk

kartu atau buku apabila dibuka dengan sudut 90o atau 180o akan

memunculkan gambar berbentuk tiga dimensi.

(37)

Sehingga penggunaan pop up untuk media pembelajaran akan membantu siswa dalam kegiatan bercerita.

b. Langkah-langkah Membuat Media Pop Up

Langkah-langkah membuat media pop up transformasi yang telah dijelaskan oleh Astuti. R . (2014: 38-39) yang telah modifikasi yaitu sebagai berikut:

1) Membuat desain gambar atau mengunduh dari internet sesuai dengan tema atau materi yang telah ditentukan.

2) Kemudian proporsi atau ukuran setiap objek disesuaikan dengan ukuran pop up yang akan dibuat, serta memilih gambar

4) Menggunting gambar sebagai objek sesuai dengan pola gambar dan sisakan 3-5 cm dibawah objek sebagai penyangga.

5) Menyiapkan kertas untuk alas pop up, yaitu terbuat dari kertas karton persegi panjang yang dilapisi dengan kertas kado/kertas lainnya di bagian luarnya dan di lipat menjadi dua. Pada bagian dalam dilapisi kertas bergambar sebagai background.

6) Menyiapkan kertas penyangga yang dilipat menjadi tiga, pada bagian tengahnya usahakan seukuran dengan sisa kertas di bawah objek yaitu 3-5 cm atau sesuai jarak objek dengan background.

7) Menempelkan salah satu bagian pinggir kertas penyangga atas dengan bagian belakang gambar objek menggunakan double tape.

8) Menempelkan kertas penyangga atas dan penyangga bawah pada kertas alas pop up dengan rapi, lurus dan simetris.

9) Kemudian tutup dengan perlahan alas pop up dan lihatlah objeknya ikut turun atau tidak, apabila tidak sempurna, berarti ada yang salah dengan perhitungan jarak penyangga atasnya. 10) Untuk membuat pop up menjadi buku, yaitu dengan cara

(38)

c. Kelebihan Media Pop Up

Menurut Astutu. R (2014: 41) adalah :

Media pop up memiliki kelebihan antara lain: a) siswa terlibat dalam penggunaan media pop up, sehingga pengalaman dapat tersaji secara langsung; b) dapat menunjukkan objek secara utuh dan terlihat seperti nyata; c) siswa lebih mudah mengilustrasikan cerita; d) dapat memperkuat pesan yang ingin disampaikan; e) dapat menarik perhatian dan memotivasi siswa dalam pembelajaran; f) membuat pembelajaran lebih efektif, interaktif, dan mudah untuk diingat; g) menyediakan umpan pembelajaran; h) menyediakan pengalaman baru dan menambah pengalaman tentang aktivitas sehari-hari; serta i) menghibur dan menarik perhatian siswa. Kelebihan media pop up yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu dapat menyajikan pengalaman langsung bagi siswa serta objek yang ditampilkan terlihat seperti nyata.. Kegiatan bercerita menggunakan media pop up akan melatih siswa untuk terampil berbicara.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

(39)

berbicara siswa yang lebih dominan mengalamipeningkatan adalah pelafalan, intonasi, kelancaran, sikap (ekspresi), dan penguasaan tema.

Peningkatan ini terjadi karena dalam media pop up terdapat unsur-unsur seperti tokoh, waktu, tempat, suasana, alur, dan sudut pandang yang mendukung siswa untuk membuat peta konsep dan draft cerita. Kemudian siswa mampu mengembangkannya lagi menjadi sebuah ceritayang dilisankan. Langkah pembelajaran pada siklus I, siswa dan guru melakukan tanyajawab tentang objek pada pop up yang ditunjukkan oleh guru. Kemudian siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang unsur-unsur dalam cerita dan contoh cara membuat peta konsep serta cara mengembangkannya menjadi sebuah cerita.

(40)

Peningkatan rata-rata hasil belajar keterampilan berbicara siswa dapat dilhat dari tahap pratindakan (prasiklus), siklus I dan siklus II. Pada tahap prasiklus hasil belajar yang diperoleh adalah 71.55 dengan persentase ketuntasan siswa 40% serta meningkat menjadi 74.975 dengan persentase ketuntasan siswa 60% pada siklus I dan 78.3 pada siklus II dengan persentase ketuntasan 90%. Berdasarkan keterangan tersebut, dirasa sudah cukup memuaskan bagi peneliti dan guru, karena indikator keberhasilan sudahtercapai. Peningkatan keterampilan berbicara yang dialami siswa sebagaimana yang telah diuraikan pada hasil penelitian dan pembahasan, terbukti bahwa dengan menggunakan media pop up dinilai berhasil dan dapatmeningkatkan keterampilan berbicara siswa baik segi proses maupun hasil.

Menurut hasil penelitian salah satu mahasiswa PGSD Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berjudul “Peningkatan kedisplinan dan

Prestasi Belajar Materi Bilangan Romawi melalui metode pembelajaran course review horay menggunakan media ular tangga di kelas IV SD memperoleh hasil dapat meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar. Kedisplinan dapat pula ditingkatkan melalui pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, nilai pada siklus 1 dengan jumlah skor yaitu 16,4 dan skor rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 2,73 dengan kriteria baik dan pada siklus II jumlah nilai 19,4 dengan skor rata-rata yang diperoleh yaitu 3,23 dengan kriteria baik.

(41)

59,5 sedangkan pertemuan 2 diperoleh nilai rata-rataadalah 3,3 sehingga pada siklus 1 diperoleh nilai rata-rata klasikal yaitu 66,03. Sedangkan ketuntasan belajar kalsikal pada siklus 1 adalah 69%. Prestasi belajar siklus II dapat diketahui dari hasil evaluasi, pada pertemuan 1 adalah 65,4 sedangkan pertemuan 2 nilai rata-rata evaluasi mencapai 89,6. Jadi nilai rata-rata klasikal adalah 77,49, sedangkan ketuntasan belajar klasikal siklus II mencapai 83,3%.

C. Kerangka Berpikir

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Kondisi Awal Pembelajaran belum

menggunakan model Course Review Horay melalui media

Pop up

Rendahnya minat dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPS

Melalui Tindakan Dengan menggunakan

model Course Review

Horaymelalui media

Pop up

Siklus I Siklus II Minat dan

(42)

Kondisi awal guru sebelum menggunakan metode Course Review Horay pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pokok materi menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia peserta didik kurang memperhatikan penjelasan dari guru. Selain itu, banyak peserta didik yang bercerita sendiri. Dalam proses pembelajaran, guru masih menggunakan metode pembelajaran yang bersifat Teacher Centered dengan model ceramah saja. Hal ini mengakibatkan banyak

dari materi-materi yang tidak dipahami oleh siswa, tidak adanya interaksi yang baik antara guru dengan siswa dikarenakan peserta didik cenderung pasif dan malas bertanya. Oleh karena itu, hasil belajar siswa masih banyak yang di bawah KKM yang ditetapkan yaitu 65.

Melihat kondisi tersebut perlu adanya inovasi dalam pembelajaran IPS. Melihat karakteristik siswa, keadaan kelas, materi yang akan diajarkan maka dilakukan tindakan untuk mencoba menerapkan metode Course Review Horay. Penggunaan metode Course Review Horay diharapkan dapat

meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPS di SD N Karangkemiri.

(43)

semua siswa. Sehingga dapat diduga bahwa dengan metode Course Review Horay akan meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SD N Karangkemiri.

Skema kerangka berfikir di atas, dapat dijelaskan bahwa pada kondisi awal sebelum menggunakan metode Course Review Horay, siswa belum memiliki minat dan prestasi belajar pada pembelajaran IPS.Pada saat dilakukan penelitian tindakan kelas siklus I dan II dengan menggunakan metode Course Review Horay maka minat dan prestasi belajar siswa mengalami peningkatan.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Penerapan metode pembelajaran Course Review Horay (CRH) dengan media pop up dapat meningkatkan minat belajar siswa di kelas V SD Negeri Karangkemiri.

2. Penerapan metode pembelajaran Course Review Horay (CRH) dengan media pop up dapat mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS di kelas V SD N Karangkemiri

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran
Gambar 2.1 Media Pop Up
gambar yang timbul”. Kartu pop up ini merupakan pengembangan
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Setelah itu peneliti membandingkan antara perilaku earnings management yang berada pada tahap growth dan mature, juga mature dan stagnant dan hasilnya terdapat

Dalam hal pelaksanaan rehabilitasi dan wajib lapor kepada para pecandu dan penyaiahguna narkotika diperlukan upaya yang luar biasa, yakni peran serta dari seluruh elemen

pada arah ini, diperoleh nilai resiko dari daerah/ lokasi yang berada di sekitar lereng ini. adalah 6138 dan diklasifikasikan sebagai daerah dengan

dengan metode yang diusulkan adalah dalam pemilihan sub-band DWT yang digunakan untuk penyisipan watermark, persamaan besarnya distorsi yang diijinkan, dan citra host yang

Skripsi yang berjudul “Sutan Sjahrir, Sosialisme, dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia” ini bertujuan untuk mendeskripsikan riwayat hidup Sutan Sjahrir serta menganalisa

UPAYA PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA SEBAGAI CIVIC CULTURE PADA PERKAWINAN SUKU BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Alur pelaksanaan PPL di Sekolah luar biasa yakni observasi dan asesmen, menentukan masalah dan prioritas masalah, dan tujuan yang ingin dicapai (pendek, menengah,

[r]