• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lita Ayu Juniar BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Lita Ayu Juniar BAB I"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa yang penting. Dikatakan demikian karena pada masa ini, remaja akan mengalami masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa yang mencakup perubahan fisik, kognitif, dan emosional (Santrock, 2007). Menurut Monks & Knoer (2006) remaja adalah individu berusia antara 12-21 tahun yang sedang mengalami masa peralihan dari masa kanak- kanak ke masa remaja, dengan pembagian usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, usia 15-18 tahun adalah masa remaja tengah atau madya, dan usia 18-21 tahun adalah masa remaja akhir.

Pada tahap remaja awal, mereka akan mengalami fase peralihan dan masih mengalami kebingungan pada perubahan-perubahan secara fisik yang terjadi pada tubuhnya sendiri, belum mampu mengatur emosinya sendiri, tidak stabil, tidak puas, rendah diri, dan cepat merasa kecewa (Sarwono, 2012)

(2)

merupakan salah satu motivator remaja yang tinggal di panti asuhan untuk bangkit dari keterpurukan dan kehilangan sosok keluarga yang sebenarnya. Penerimaan diri merupakan salah satu dari proses remaja ketika tinggal di panti asuhan. Remaja harus menerima kondisi dirinya tinggal di panti asuhan cukup lama. Lamanya tinggal di panti asuhan, dapat mempengaruhi psikologi anak yang mampu atau tidak mampu menerima keadaannya yang sekarang.

Panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial pada anak terlantar dengan memberikan pelayanan pengganti orang tua atau keluarga untuk anak yang bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental,dan sosial kepada anak asuh serta memberikan kesempatan yang luas untuk pengembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional. (Depsos RI, 2004).

Setiap panti asuhan pasti memiliki masalah atau problemnya masing-masing, seperti yang dijelaskan oleh Hartini (2001), adanya gangguan psikologis yang menyangkut karakter ditunjukkan oleh kepribadian yang introvert, pasif, apatis, menarik diri, mudah putus asa, penuh dengan ketakutan dan kecemasan. Anak panti asuhan lebih kaku dalam berhubungan sosial dengan orang lain, perkembangan kepribadinn dan penyesuaian sosialnya juga kurang memuaskan.

(3)

tercapai, hal tersebut di karenakan oleh beberapa faktor yang menentukan kebahagiaan seseorang adalah kepribadian tangguh atau disebut dengan hardiness. Meurut penelitian yang di lakukan oleh Sharma & Malhotra, (2010)

ditemukan bahwa variabel-variabel kepribadian yang mempengaruhi kebahagiaan seseorang adalah stabilitas emosi, ekstraversi, kepribadian tangguh serta faktor psikososial lainnya seperti internal locus of control, agama, dan dukungan sosial.

Veenhoven (2008) mendefinisikan kebahagiaan sebagai keseluruhan evaluasi mengenai hidup termasuk semua kriteria yang berada di dalam pemikiran individu, seperti bagaimana merasakan hidup yang baik, sejauh mana hidup sudah sampai mencapai ekspektasi, bagaimana hidup yang menyenangkan dapat di capai.

Seligman (2005) menjelaskan happiness merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas positif yang disukai oleh individu. Emosi positif diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu hubungan dengan masa lalu, sekarang, dan masa depan. Emosi positif terkait dengan masa depan mencakup optimis, harapan, keyakinan, dan kepercayaan. Emosi positif terkait masa lalu mencakup kepuasan, pemenuhan, kebanggaan, dan ketenangan. Sedangkan emosi positif berkaita dengan masa kini adalah kesenangan. Kesenangan berasal dari kegiatan yang lebih kompleks dan mencakup perasaan seperti kebahagiaan.

(4)

perasaan kesenangan dan ketentraman hidup secara lahir dan batin yang bermakna untuk meningkatkan fungsi diri. Individu yang bahagia mengalami ketenangan di kehidupannya, sehingga merasa berharga, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Kebahagiaan remaja merupakan kondisi saat remaja memiliki tujuan hidup, hubungan sosial yang positif menerima dirinya, memiiki otonomi, menguasai lingkungannya dan selalu mengembangkan dirinya untuk mendapatkan hasil maksimal. Namun begitu, posisi remaja yang berbeda dalam masa transisi menyebabkan remaja termasuk dalam populasi yang rentan untuk sulit mencapai kondisi-kondisi tersebut, dan mengalami masalah. Hasil penelitian Sativa & Fadilla (2013) menunjukan bahwa syukur dan harga diri bersama-sama memunculkan emosi positif, mood positif, dan juga kognitif positif. Hal ini akan membantu remaja untuk menghadapi berbagai situasi dan kondisi dalam hidupnya yang mungkin dihadapi, karena remaja adalah individu yang rentan untuk mengalami masalah dan ketidakbahagiaan. Selain itu, syukur dan harga diri akan menyebabkan remaja memberikan evaluasi yang positif dalam hidupnya, dan memiliki kebahagiaan yang tinggi.

(5)

bahagia, spiritualitas, teman, waktu luang, mendapatkan uang, serta jawaban-jawaban lain masuk ke dalam kategori “others”.

Kebahagiaan akan lebih terwujud jika individu memiliki peneriman diri yang baik, Rose dan Tom (dalam Tiara, 2016) mengatakan bahwa sikap penerimaan diri terjadi bila seseorang mampu menghadapi kenyataan daripada hanya menyerah pada pengunduran diri atau tidak ada harapan. Remaja yang mampu menerima dirinya, menilai kelebihan dan kekurangan diri secara objektif akan memiliki harga diri yang baik.

Hurlock (dalam Wijayanti, 2015) mengemukakan bahwa penerimaan diri merupakan kemampuan menerima segala hal yang ada pada diri sendiri baik kekurangan maupun kelebihan yang dimiliki, sehingga apabila terjadi peristiwa yang kurang menyenangkan maka individu tersebut akan mampu berpikir logis tentang baik buruknya masalah yang terjadi tanpa menimbulkan perasaan, permusuhan, perasaan rendah diri, malu, dan rasa tidak aman.

(6)

adalah hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan remaja yang tinggal di panti asuhan tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara di Panti Asuhan Muhammadiyah Putra Purwokerto pada tanggal 5 Februari 2018 dengan subjek W, subjek W sudah 6 bulan tinggal di panti asuhan, subjek tinggal di panti asuhan karena terpaksa untuk bisa melanjutkan sekolah di tingkat SMP. Subjek berasal dari keluarga yang kurang mampu, sehingga subjek harus tinggal di panti asuhan. Subjek memiliki cita-cita yang sangat mulia yaitu ingin menjadi ustadz dan bisa membuat bangga keluarganya, namun subjek kurang suka tinggal di panti asuhan karena itu tidak menyenangkan dan terlalu banyak tekanan dan aturan yang harus subjek taati. Subjek pasif dalam beberapa kegiatan yang ada di panti asuhan maupun sekolah. Subjek mengaku sering menangis ketika saat mengingat orangtuanya. Subjek mengatakan sering di ejek oleh teman sekelasnya karena tinggal di panti asuhan, maka dari itu subjek tidak memiliki banyak teman di sekolah. Kurangnya sosialisasi dengan teman di sekolah membuat subjek dikenal sebagai anak yang pendiam dan kurang bergaul.

(7)

panti asuhan maupun di sekolah seperti mengikuti ekstakulikuler tapak suci dan kaligrafi di panti asuhan. Subjek mengaku kurang menyukai peraturan yang ada di panti asuhan karena terlau banyak tuntutan dan aturan. Subjek lebih suka tinggal dirumah daripada di panti asuhan, meskipun di panti banyak teman yang sebaya dengannya tetapi subjek lebih suka tinggal dirumah dengan kedua orangtuanya.

Berdasarkan hasil wawancara di Panti Asuhan Dharmo Yuwono Purwokerto pada tanggal 5 Februari 2018 dengan subjek H, Subjek tinggal di Panti Asuhan karena keinginan orangtuanya, awalnya subjek menolak untuk tinggal di panti asuhan namun karena subjek mau melanjutkan pendidikannya sehingga subjek terpaksa mau tinggal di panti. Subjek merasa tinggal di panti asuhan kurang kasih sayang layaknya anak-anak lain, subjek merasa tidak ada sosok orang tua di panti asuhan, meskipun di panti asuhan banyak teman namun hal tersebut tidak bisa menggantikan orang tua di sisinya. Subjek merupakan orang yang kurang percaya diri, subjek bingung dengan cita-citanya meskipun subjek cukup baik dalam akademiknya. Di sekolahan subjek pernah di ejek oleh teman-teman kelasya karena subjek tinggal di panti asuhan, hal tersebut membuat subjek tidak memiliki banyak teman di kelas atau di sekolahnya.

(8)

panti asuhan karena kegiatan-kegiatan itu wajib di ikuti oleh semua anak panti. Kebahagiaan subjek adalah ketika berkumpul lagi dengan keluarga dirumah. Subjek juga termasuk orang yang tertutup, ketika sedang menghadapi masalah subjek tidak mau bercerita dengan temannya, subjek lebih suka diam dan memendam masalahnya sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara di Panti Asuhan Harapan Mulia Purwokerto pada tanggal 6 februari 2018 dengan subjek N, Subjek sudah 8 bulan tinggal di panti asuhan, subjek adalah anak yatim piatu tidak mempunyai ayah dan ibu namun subjek memiliki satu adik perempuan yang sekarang juga tinggal di panti asuhan Dharmo Yuwono. Dulu subjek berasal dari keluarga yang cukup mampu, namun ketika kedua orangtuanya meninggal subjek di titipkan oleh saudaranya di panti asuhan, karena saudaranya sudah tidak mampu membiayai sekolahnya lagi. Subjek merupakan anak yang tempramen/ mudah marah jika ada yang mengganggunya. Disekolah subjek sering berkelahi dengan temannya, karena temannya suka mengejek subjek dengan perkataan yang menyinggungnya. subjek termasuk anak yang pintar di akademiknya, namun subjek kurang mampu menahan emosinya. Subjek mengaku pernah berkelahi dengan teman satu kelasnya karena temannya mengejek subjek.

(9)

dengan cara memberikan prestasi yang baik di sekolah. Kebahagiaan lain yaitu ketika kebutuhan-kebutuhan ekonominya terpenuhi dengan baik, subjek merasa kebutuhan ekonominya tidak terpenuhi karena memang keluarganya memiliki ekonomi yang kurang maka dari itu subjek harus tinggal di panti asuhan demi meringankan beban kedua orangtuanya. Ketika sedang menghadapi masalah, subjek mengaku hanya mau bercerita dengan teman dekatnya saja yang ada di panti asuhan. subjek bukan akan yang aktif di dalam kegiatan panti asuhan maupun di sekolah.

Hasil wawancara di Panti Asuhan Muhammadiyah Putri Purwokerto paa tanggal 7 februari dengan subek D, Subjek tinggal di panti asuhan sejak 4 bulan yang lalu, subjek D merupakan anak yatim. Maka dari itu subjek tinggal di panti asuhan karena ibunya sudah tidak mampu untuk membiayai sekolah hingga jenjang SMA. Subjek mengaku lama untuk beradaptasi di lingkungan panti asuhan, karena subjek tidak terbiasa untuk disiplin ketika dirumah. Subjek merasa kurang mendapatkan kasih sayang dari orangtua, dan perhatian lebih. Subjek mengaku sejak tinggal di panti asuhan emosinya tidak terkontrol, lebih sensitif dan cendenrung menutup diri di sekolah.

(10)

cita-citanya apa. Subjek belum mempunyai tujuan apa yang akan di capainya kelak. Subjek merupakan orang yang tertutup dan tidak banyak berbicara.

Hasil wawancara di Panti Asuhan Anwarush Solihin Purwokerto dengan subjek R, Subjek sudah 3 bulan tinggal di panti asuhan, subjek berasal dari keluarga yang kurang mampu, subjek tinggal di panti asuhan karena orangtuanya tidak mampu membiayai sekolahnya. Subjek sempat tidak mau melanjutkan sekolahnya karena subjek harus tinggal di panti asuhan, tetapi karena orangtuanya membujuknya sehingga subjek mau tinggal di panti asuhan. subjek mengaju sulit dalam menyesuaikan diri di lingkungan yang baru, dan memiliki sifat yang introfet lebih tertutup dengan orang lain.alasan subjek tidak mau tinggal di panti asuhan karena malu dengan teman-teman di sekolahnya. Subjek merupakan orang yang sangat dekat sekali dengan orangtuanya, sehingga jika berpisah dengan orangtuaya subjek merasa kurang percaya diri.

(11)

Dari beberapa permasalahan kebahagiaan yang muncul pada remaja yang tinggal di Panti Asuhan, sehingga peneliti mengajukan pertanyaan apakah ada hubungan antara penerimaan diri dengan kebahagiaan pada remaja Panti Asuhan di Purwokerto.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: Apakah ada Hubungan antara Penerimaan Diri dengan Kebahagiaan pada Remaja Panti Asuhan di Purwokerto?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji Hubungan Antara Penerimaaan Diri Dengan Kebahagiaan Remaja Panti Asuhan di Purwokerto.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis yaitu diharapkan penelitian ini diharapkan dapat menyumbang pengetahuan dan menambah referensi mengenai hubungan antara penerimaan diri dengan kebahagiaan pada remaja panti asuhan di purwokerto, sehingga diharapkan pengembangan keputusan di bidang psikologi klinis perkembangan semakin mendalam.

2. Manfaat praktis

a. Bagi remaja panti asuhan

(12)

b. Bagi panti asuhan

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, tidak ada kabupaten atau kota yang terletak di kuadran II dengan kategori daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata, tapi pengurangan

Pembelajaran berjalan dengan lancer, yang diawali dengan presentasi kelompok yang bertugas dalam menjadi pemateri, kemudian ada sesi tanya jawab sekaligus diluruskan oleh

Berbeda dengan video promosi, teknologi yang akan diterapkan ini bersifat interaktif dan lebih menarik karena informasi yang dapat ditampilkan tidak hanya berupa teks dan

Jika anda sudah Macet maka tidak ada cara lain untuk menghindari Debt Colector kecuali anda melunasinya, Namun Bagaimana Cara Mengatasi Kredit Macet serta melunasinya?.

17. Dataran rendah pada peta disimbolkan dengan warna …. Symbol garis digunakan untuk kenampakan ….. Nama kota-kota besar secara tepat ditulis dengan huruf …. Peta yang

Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah situs www.easy-online- german.com layak digunakan sebagai media pembelajaran, maka dilakukan penelitian yang bertujuan: (1)

(2) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh atasan Penyelenggara yang bertanggung jawab atas kegiatan pelayanan publik sesuai dengan

Kegiatan yang dilakukan berupa pemberian informasi terkait dengan materi tentang pengertian polusi udara, sumber dari polusi udara, dampak lingkungan dan kesehatan