BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Penerapan Strategi Peer Lessons 1. Pengertian Peer Lessons
Penerapan strategi peer lessons dalam pembelajaran mata pelajaran
fikih dapat diterapkan sebagai upaya dalam meningkatkan minat belajar siswa.
Penerapan strategi ini bisa dilaksanakan dalam rangka pengelolaan kelas. Di
dalam strategi peer lessons tujuan dari penggunaan strategi ini tidak hanya
aspek kognitif semata, tetapi aspek-aspek lain seperti ranah afektif dan
psikomotorik.
Penerapan peer lessons dalam pembelajaran fikih disuatu kelas berarti
memperdayakan semua aspek siswa. Pengetahuan didapatkan siswa tatkala
proses pembelajaran secara kognitif. Siswa dilatih untuk berani mengajar
kepada siswa lain. Kerjasama juga diajarkan ketika menerapkan strategi peer
lessons, bagaimana siswa bekerjasama membuat resume materi pelajaran
dalam sebuah kelompok dan bagaimana mempresentasikan di depan
teman-temannya (Suharsimi,2007:114).
Peneliti memilih strategi peer lessons, dikarenakan stategi ini sangat
sesuai dengan prinsip-prinsip interaksi edukatif. Ada beberapa prinsip
interaksi edukatif yang harus diperhatikan oleh seorang guru supaya tujuan
a. Prinsip motivasi
Jika terdapat anak didik yang kurang termotivasi untuk belajar,
peranan motivasi ekstrinsik sangat diperlukan.
b. Prinsip berangkat dari presepsi yang dimiliki
Setiap anak didik yang hadir dikelas memiliki latar belakang
pengalaman dan pengetahuan yang berbeda. Menyadari hal ini guru dapat
memanfaatkannya guna kepentingan pengajaran.
c. Prinsip mengarah pada titik pusat perhatian tertentu atau fokus tertentu
Pelajaran yang direncanakan dalam suatu bentuk atau pola tertentu
akan mampu mengaitkan bagian-bagian yang terpisah dalam suatu
pelajaran.
d. Prinsip keterpaduan
Guru membantu anak didik dalam upaya mengorganisasikan
perolehan belajar adalah penjelasan yang mengaitkan antara suatu pokok
bahasan dengan pokok-pokok bahasan dari mata pelajaran yang berbeda.
e. Prinsip pemecahan masalah yang dihadapi
Guru perlu menciptakan suatu masalah berdasarkan pokok bahasan
tertentu untuk dipecahkan anak didik (Djamarah,2004:63-68).
Strategi peer lessons merupakan salah satu strategi pembelajaran aktif
yang dirancang untuk mengaktifkan peserta didik sehingga siswa tidak belajar
(171-144), peer lessons sendiri berasal dari kata peer dan lessons. Peer
mempunyai arti teman sebaya. Dan lessons mempunyai arti pelajaran.
Strategi peer lessons adalah strategi belajar dari teman, maksudnya
adalah strategi belajar dengan cara mengajarkan materi kepada temannya.
Dalam buku Strategi Pembelajaran Aktif karya Hisyam Zaini (2008:62)
disebutkan bahwa strategi peer lessons merupakan salah satu strategi
pembelajaran dengan cara mengajarkan materi kepada temannya.
Joko susilo dalam bukunya yang berjudul Gaya Belajar Menjadikan
Makin Pintar, menyebutkan bahwa cara termudah untuk belajar sesungguhnya
adalah bila kita melakukannya secara bersama-sama. Prinsip belajar ini
hampir selalu efektif bagi setiap orang, apapun karakter belajar yang
dimilikinnya (Susilo,2006:10).
Peer lessons mempunyai pengertian yang sama dengan peer teaching,
namun sebenarnya ada perbedaan dalam pelaksanaan diantara keduanya.
Dalam strategi peer teaching, pelaksanaan diskusi dalam kelompoknya
dilakukan dikelas sehingga waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan
masalah relatif sedikit sehingga hasil diskusi dapat kurang maksimal, dan
waktu untuk diskusi antar kelompok juga sedikit, perbedaan lainnya yaitu
persoalan yang didiskusikan dalam kelompok telah dipersiapkan oleh guru.
Sedangkan strategi peer lessons pelaksanaan diskusi dalam kelompok
dilakukan di luar kelas sehingga dapat maksimal dan referensi dapat lebih riil
kelompok adalah pertanyaan yang muncul dari siswa tersebut dan bukan dari
guru.
Peer lessons adalah model pembelajaran yang mengembangkan “peer
teaching” dalam kelas yang menempatkan seluruh tanggung jawab untuk
mengajar kepada peserta sebagai anggota kelas. Langkah-langkah model
pembelajaran ini adalah guru membentuk kelompok dalam kelas sesuai
dengan jumlah topik yang dipelajari. Sebelum masing-masing kelompok
menerangkan materi kepada sisa kelompok lainnya guru memberikan
sejumlah informasi, konsep atau keahlian bagaimana cara mengajar pada yang
lain.
Keunikan dari metode pembelajaran ini adalah bahwa di dalam
menyampaikan atau mengajarkan materi kepada yang lainnya dilakukan
secara berkelempok. Berbeda dengan model sebelumnya di mana dalam
menerangkan materi pelajaran pada yang lainnya dilakukan secara individu
meskipun dibentuk kelompok-kelompok (Silberman,2007:173-174).
Bedasarkan penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa
pembelajaran dengan metode ini akan lebih menyenangkan dan ringan apabila
dilakukan secara aktif dan bersama-sama. Pembelajaran ini akan
meningkatkan minat peserta didik menjadi lebih aktif dalam menguasai materi
2. Faktor Pendukung dan Penghambat
a. Faktor Pendukung :
1) Tenaga Pendidik
Kualitas tenaga pendidik memang sangat berpengaruh dalam
aktivitas pembelajaran. Dalam hal ini tenaga pendidik khususnya
yang menerapkan strategi ini merupakan tenaga pendidik yang
berkualitas.
2) Keaktifan Peserta Didik
Dalam penggunaan strategi ini terlihat keaktifan peserta didik
dari banyaknya berbagai pendapat yang muncul dari peserta didik
dalam setiap pelaksanaan pembelajaran.
3) Referensi
Untuk mata pelajaran fikih, referensi yang menjadi rujukan
sangat banyak baik buku fikih umum, maupun dari internet sehingga
memudahkan peserta didik dalam memecahkan permasalahan yang
ada.
b. Faktor Penghambat :
1) Waktu
Dalam strategi peer lessons kadang memakan waktu yang tidak
waktu yang telah habis. Meskipun sebenarnya masih banyak berbagai
pendapat yang belum dikeluarkan oleh para peserta didik.
2) Adanya peserta didik yang tidak aktif
Adanya peserta didik yang tidak aktif dalam mengikuti strategi
peer lessons akan sangat mempengaruhi jalannya kegiatan tersebut,
karena mereka akan cenderung melakukan aktivitas lain yang tidak ada
hubungannya dengan pelajaran yang sedang berlangsung. Kadang hal
ini terjadi karena peserta didik mengalami kesulitan berpendapat dan
akhirnya bermain atau tidak konsen dengan materi
3. Langkah-langkah Pembelajaran Strategi Peer Lessons
a. Dalam melaksanakan strategi ini harus mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Bagi peserta didik menjadi kelompok-kelompok kecil sebanyak segmen
materi yang akan guru sampaikan.
2) Masing-masing kelompok kecil diberi tugas untuk mempelajari satu
topik materi, kemudian mengajarkannya kepada kelompok lain. Topik
yang diberikan harus saling berhubungan.
3) Minta setiap kelompok menyiapkan strategi untuk menyampaikan
materi kepada teman-teman sekelas. Sarankan kepada mereka untuk
tidak menggunakan metode ceramah atau seperti membaca laporan.
b. Beberapa saran yang dapat digunakan sebagai berikut :
1) Menggunakan alat bantu fisual
3) Gunakan contoh-contoh yang relevan
4) Libatkan peserta didik dalam diskusi, kursi, menulis tugas, bermain
peran, khayalan, mental, atau studi kasus.
5) Memberi kesempatan kepada yang lain untuk bertanya.
6) Berikan waktu yang cukup untuk merencanakan dan mempersiapkan
(bisa di luar atau di dalam kelas).
7) Kemudian setiap kelompok menyampaikan materi sesuai tugas yang
telah diberikan.
8) Setelah semua kelompok melaksanakan tugas, beri kesimpulan dan
klarifikasi sekiranya ada yang perlu diluruskan dari pemahaman
peserta didik (Zaini,2008:62).
4. Kekuatan dan Kelemahan Peer Lessons
Strategi pembelajaran peer lessons merupakan salah satu dari
pembelajaran model peer teaching. Strategi ini menempatkan seluruh
tanggung jawab untuk mengajar para peserta didik sebagai anggota kelas.
Kekuatan ataupun kelebihan dari peer lessons diantaranya strategi ini
merupakan pembelajaran active learning. Siswa aktif melakukan kegiatan
dalam proses belajar mengajar.
Beberapa ahli percaya bahwa satu mata pelajaran benar-benar dikuasai
hanya apabila seorang peserta didik mampu mengajarkan pada peserta didik.
Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
narasumber bagi yang lain. Peserta didik dilatih untuk berani tampil di depan
kelas mempresentasikan apa yang ia pelajari.
Suatu strategi pembelajaran tidak selamanya sempurna, tepat secara
menyeluruh bila diterapkan kepada sebuah mapel dalam proses belajar
mengajar. Ada beberapa kelemahan peer lessons diantaranya :
a. Setiap anggota dalam kelompok tidak semuanya aktif.
b. Waktu yang disediakan dalam satu kali pertemuan tidak mencukupi.
c. Apabila tidak diawasi oleh guru ada kemungkinan siswa ribut dalam
mempresentasikan.
d. Strategi ini cocok untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi
(Ramayulis,2005:106).
B. Minat Belajar
1. Pengertian minat
Minat merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
pembelajaran fikih. Dalam kehidupan sehari-hari minat merupakan modal
yang paling penting bagi manusia untuk melakukan aktifitasnya. Pada
dasarnya minat adalah kesediaan jiwa yang sifatnya aktif untuk menerima
sesuatu dari luar. Seseorang yang memiliki minat yang tinggi terhadap obyek
2. Definisi Minat
Minat menurut Hilgard (dalam Slameto,2003:57) adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang
disertai dengan rasa senang dan dari situ diperoleh kepuasan.
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu
hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antar diri sendiri dengan suatu diluar diri.
Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat
(Slameto:2003:180).
Menurut Winkel aktifitas yang dijalankan secara sukarela dan tanpa
adanya paksaan sejatinya didorong oleh rasa senang, sedangkan aktifitas yang
dijalankan secara tidak sukarela dan adanya paksaan sejatinya didorong oleh
rasa tidak senang. Rasa tidak senang merupakan salah satu faktor penghambat
minat. Hal ini karena rasa tidak senang akan melahirkan sikap negatif,
sehingga membuat siswa tidak belajar dengan sungguh-sungguh. Oleh
karenanya rasa senang siswa dalam mengikuti pembelajaran perlu
dibangkitkan (Winkel,1987:31).
Rendahnya minat belajar perlu dibangkitkan agar siswa bergairah
untuk belajar. Adapun langkah-langkah yang dilakukan guru dalam
membangkitkan minat belajar siswa adalah sebagai berikut
a. Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik, sehingga
dia rela belajar tanpa paksaan.
b. Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan
pengalaman yang dimiliki anak didik, sehingga anak didik mudah dalam
menerima bahan pelajaran.
c. Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil
belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang
kreatif dan kondusif.
d. Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam
konteks perbedaan individual anak didik.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa minat dalam
pembelajaran fikih merupakan ketertarikan siswa terhadap fikih yang
membuat dirinya senantiasa belajar dan mengikuti pembelajaran fikih secara
sukarela tanpa adanya paksaan.
Kerelaan siswa untuk belajar dan mengikuti pembelajaran fikih dapat
terlihat dari perhatian siswa terhadap pelajaran fikih, keingintahuan/keinginan
siswa terhadap pelajaran fikih, dan keterlibatan siswa mengikuti kegiatan dan
proses pembelajaran fikih. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti akan
meneliti minat belajar siswa melalui indikator-indikator minat belajar yang
meliputi perhatian siswa terhadap pelajaran fikih, keingintahuan siswa
terhadap pelajaran fikih, keterlibatan siswa mengikuti kegiatan dan proses
3. Unsur-Unsur Minat
a. Minat memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
1) Perasaan Senang
Senang merupakan aktifitas psikis yang didalamnya
subyek menghayati nilai-nilai dari suatu obyek. Dengan melalui
perasaanya, orang akan mengadakan penilaian yang agak
spontan terhadap pengalaman-pengalaman belajarnya.
Pengalaman yang positif akan terungkap dalam “perasaan
senang” (rasa puas, rasa gembira, rasa simpati). Perasaan senang
tersebut lalu akan memunculkan rasa minat yang diperkuat
dengan adanya sikap positif yang telah timbul sebelumnya
(Winkel,1987:30).
Orang yang mempunyai perasaan senang terhadap suatu
aktifitas tentu segala usaha akan dilakukan untuk mendapatkan
hasil yang baik dan juga minat dalam melakukan kegiatan
tersebut.
2) . Perasaan tertarik
Singer (1987:79) mengatakan bahwa sejak semula dunia
ini menunjukan suatu karakter yang bersifat mengajak bagi
seseorang, artinya dunia ini memperlihatkan dirinya dengan cara
Seorang anak merasa tertarik pada suatu kegiatan apabila
sesuai dengan pengalaman-pengalaman yang didapatkan
sebelumnya dan mempunyai sangkut paut dengan dirinya.
3) Perhatian
Menurut Ahmadi (2009:144), perhatian adalah keaktifan
jiwa yang diarahkan kepada suatu obyek baik di dalam maupun
di luar dirinya.
4) Motif
Motif merupakan daya penggerak atau mengarahkan
seseorang agar timbul keinginan dan kemauan individu
untuk melakukan sesuatu hingga tercapai hasil atau tujuan.
4. Definisi belajar
Belajar menurut Oemar Hamalik adalah bentuk pertumbuhan atau
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara
berperilaku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Hamalik:2008:36).
Menurut Gagne (dalam Sulhan, 2006:5) adalah sebuah proses
perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan
manusia, seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya,
yakni peningkatan kemampuan untuk berbagai jenis kinerja.
Sedangkan menurut Cronbach (dalam Suryabrata,2011:231)
belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam
Dari beberapa pendapat di atas, maka yang dapat peneliti
simpulkan bahwa minat belajar adalah suatu kecenderungan dan keinginan
yang besar terhadap perubahan kepada diri seseorang sehingga tercipta
kemampuan untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapinya.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa yaitu :
a. Faktor-Faktor Intern :
1) Faktor jasmani, mencakup kondisi fisik atau kesehatan, cacat
tubuh.
2) Faktor psikologis (kejiwaan), meliputi intelegensi, perhatian,
minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan.
3) Faktor kelelahan.
b. Faktor-Faktor Ekstern :
1) Keluarga, meliputi hubungan antar keluarga, suasana
lingkungan rumah dan keadaan ekonomi keluarga, latar
belakang budaya.
2) Sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, sarana dan
prasarana belajar, sumber-sumber belajar, media pembelajaran,
hubungan siswa dengan temannya, hubungan guru dengan
siswa, disiplin sekolah.
3) Lingkungan masyarakat, kegiatan siswa dalam masyarakat dan
6. Beberapa indikator minat belajar siswa antara lain :
a.Indikator minat belajar siswa menurut Slameto (2010:180)
1) Adanya perhatian, yaitu perhatian terhadap bahan pelajaran,
memahami materi pelajaran dan memahami pelajaran.
2) Adanya ketertarikan, yaitu ketertarikan terhadap bahan pelajaran.
3) Adanya rasa senang, yaitu senang mengetahui bahan belajar dan
memahami bahan belajar.
b.Indikator minat belajar siswa menurut Rasyid (2010:31)
1) Bergairah untuk belajar.
2) Tertarik pada pelajaran.
3) Mempunyai inisiatif untuk belajar.
4) Kesegaran dalam belajar.
5) Konsentrasi dalam belajar.
6) Teliti dalam belajar.
7) Ulet dalam belajar.
C. Pelajaran Fikih
1. Pengertian Pelajaran Fikih
Fikih menurut bahasa artinya pengetahuan, pemahaman dan kecakapan
tentang sesuatu biasanya tentang ilmu agama (Islam) karena kemuliaannya
(Zuhri,2011:9). Istilah fikih pada mulanya meliputi seluruh pemahaman
agama sebagai yang di ungkapkan dalam al-quran Innatafaqqahu fi ad-din
Objek bahasa ilmu fikih adalah setiap perbuatan mukallaf (orang
dewasa yang wajib melakukan hukum agama ), yang terhadap perbuatannya
itu ditentukan hukum apa yang harus dikenakan. Mulai dari tindakan hukum
seorang mukallaf tersebut bisa bersifat wajib, sunnah, boleh atau mubah,
makruh dan haram, yang semuanya ini dinamakan hukum taklifi dan juga
bisa dengan sah, batal dan fasid atau rusak dikenal dengan hukum wadh’i
(Sunarso,2009:132).
Mata pelajaran fikih adalah salah satu bagian mata pelajaran
pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik
untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mengamalkan hukum Islam,
yang kemudian menjadi pandangan hidupnya (way of life ) melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman
(Depag,2003:2).
Pembelajaran fikih adalah bimbingan untuk mengetahui ketentuan
Syariat Islam atau materi yang sifatnya memberikan bimbingan terhadap
siswa agar dapat memahami, menghayati dan mengamalkan pelaksanaan
syariat tersebut, yang kemudian menjadi dasar pandangan dalam
kehidupannya, keluarga dan masyarakat lingkunganya (Depag,2003:5).
Kemudian dalam skripsi penulis, pembelajaran fikih yang dimaksud
adalah proses belajar mata pelajaran fikih yang dilaksanakan siswa kelas VIII
2. Fungsi dan Tujuan Pelajaran Fikih (Depag,2003:2-3).
a. Fungsi Pelajaran Fikih :
1) Mendorong tumbuhnya kesadaran beribadah siswa kepada Allah
SWT.
2) Menanamkan kebiasaan melaksanakan hukum Islam di kalangan
siswa dengan ikhlas.
3) Mendorong timbulnya kesadaran siswa untuk mensyukuri nikmat
Allah SWT. Dengan mengolah dan memanfaatkan alam untuk
kesejahteraan hidup.
4) Membentuk kebiasaan kedisplinan dan rasa tanggung jawab dan
sosial di madrasah dan di masyarakat.
5) Membentuk kebiasaan berbuat atau berperilaku yang sesuai
dengan peraturan yang berlaku di madrasah dan masyarakat.
3. Tujuan Pelajaran Fikih :
a. Agar siswa dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam
secara terperinci dan menyeluruh baik berupa dalil naqli dan ‘aqli.
Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman
hidup dalam kehidupan pribadi dan sosialnya.
b. Agar siswa dapat melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam
dengan benar. Pengalaman tersebut diharapkan dapat menumbuhkan
ketentuan menjalankan syariat Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial
4. Ruang Lingkup Pelajaran Fikih
a. Hubungan Manusia dengan Allah SWT
Siswa dibimbing untuk meyakini bahwa hubungan vertikal kepada Allah
SWT, merupakan ibadah utama dan pertama. Sifat hubungan antara manusia
dengan Allah SWT dalam ajaran Islam bersifat timbal-balik, yaitu bahwa
manusia melakukan hubungan dengan Tuhan dan Tuhan juga melakukan
hubungan dengan manusia. Tujuan hubungan manusia dengan Allah adalah
dalam rangka pengabdian atau ibadah. Dengan kata lain, tugas manusia di
dunia ini adalah beribadah, sebagaimana firman Allah swt dalam Al-Quran
surat Adz-Dzariat ayat 56 :
﴿ِنوُدُبْعَ يِل َّلِْإ َسْنِْلْاَو َّنِْلْا ُتْقَلَخ اَمَو
٦٥
﴾
Artinya :
“Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada ku.”
b. Hubungan Manusia dengan Sesama
Siswa dibimbing dan dididik menjadi anggota masyarakat dengan
berakhlak mulia dan berusaha menjadi teladan masyarakat. Pada
hakikatnya, tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri tanpa
berhubungan dengan orang lain. Manusia memiliki naluri untuk hidup
berkelompok dan berinteraksi dengan orang lain. Karena pada dasarnya,
memiliki ciri khas tersendiri yang dapat dijadikan sebagai alat tukar
menukar pemenuhan kebutuhan hidup.
c. Hubungan manusia dengan alam. Siswa dibimbing dan dididik untuk
peka dan cinta terhadap lingkungan (Depag,2003:3).
D. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Aisah (2010) dengan judul :
“Penerapan Strategi Peer Lessons Dalam Pembelajaran Fikih di Pondok
Pesantren Al-Hidayah Karangsuci Purwokerto”.
Hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan
strategi peer lessons dalam mata pelajaran fikih mempunyai pengaruh
terhadap prestasi belajar. Serta menambah pengetahuan dan wawasan santri,
serta meningkatkan sikap kritis santri. Hal ini terlihat dari hasil peningkatan
terhadap hasil prestasi santri karena kegiatan ini adalah bentuk proses
belajar dari Istifadah dan Ifadah, tidak hanya mengambil faidah saja.
Hasil penelitian di atas memiliki perbedaan dengan penelitian ini.
Perbedaannya adalah skripsi diatas menggunakan jenis penelitian lapangan
(field research) deskriptif yang artinya penelitian ini hanya
menggambarkan bagaimana penerapan strategi peer lessons dan bagaimana
pengaruhnya terhadap prestasi belajar di pondok pesantren Al-Hidayah
Karangsuci Purwokerto. Sedangkan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan minat belajar siswa mata pelajaran fikih di MTs
2. Penelitian yang dilakukan oleh Veronica Laelatul Fikriyah (2013) dengan
judul:
“Efektifitas Metode Peer Lessons Dalam Pembelajaran Bahasa Arab Siswa
Kelas VIII Di MTsN Lab UIN Yogyakarta”
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan metode peer
lessons sangat efektif dalam pembelajaran bahasa Arab, hal ini dapat
dilihat dari nilai rata-rata siswa. Bahwasanya nilai rata-rata kelas
eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol. Pada pertemuan pertama
kelas kontrol mendapatkan nilai rata-rata 57,89. Sedangkan kelas
eksperimen pada pertemuan pertama mendapatkan nilai rata-rata 65,29 dan
pada pertemuan kedua mendapatkan nilai rata-rata 84,11.
Hasil penelitian di atas memiliki perbedaan dengan penelitian ini.
Perbedaannya adalah skripsi di atas bertujuan meningkatkan keaktifan
peserta didik dengan mata pelajaran bahasa Arab, sedangkan skripsi ini
bertujuan untuk mengetahui upaya dalam meningkatkan minat belajar mata
pelajaran fikih melalui strategi peer lessons pada siswa kelas VIII di MTs
Muhammadiyah Purwokerto.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Meina Fauzia (2010) dengan judul :
“Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Peer Lessons
Dan Learning Start With A Question (LSQ) Pada Siswa Kelas VII SMP
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan
pada prestasi belajar Matematika yang dipengaruhi oleh pembelajaran
menggunakan strategi peer lessons dan penggunaan strategi pembelajaran
Learning Start With A Question (LSQ). Lebih lanjut dikatakan bahwa
prestasi belajar Matematika dengan pembelajaran menggunakan strategi
peer lessons lebih baik daripada prestasi belajar Matematika dengan
menggunakan strategi LSQ.
Hasil penelitian diatas memiliki perbedaan dengan skripsi yang
penulis buat dari segi mata pelajaran yang akan diteliti serta jenis penelitian