• Tidak ada hasil yang ditemukan

: Adi Handoko dan Ayu Sholihah : Psikologi Anak Luar Biasa ANAK TUNAGRAHITA A. PENGERTIAN ANAK TUNAGRAHITA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan ": Adi Handoko dan Ayu Sholihah : Psikologi Anak Luar Biasa ANAK TUNAGRAHITA A. PENGERTIAN ANAK TUNAGRAHITA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Nama

: Adi Handoko dan Ayu Sholihah

Mata Kuliah

: Psikologi Anak Luar Biasa

ANAK TUNAGRAHITA

A. PENGERTIAN ANAK TUNAGRAHITA

Sebutan anak yang mengalami keterbatasan integrasi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial adalah Tungrahita terkebelakang mental atau istilah asingnya disebut :

 Mental retardation

 Mental Defective

 Mental Deficiency

 Mental retarded, dan lain-lain

Anak tunagrahita membutuhkan layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kemampuannya. Dalam pendidikannya Alfred Binet melontarkan ide baru untuk meneliti anak tunagrahita yang disebut ”Mental Level” dan kemudian menjadi ”Mental Age”.

”Mental Age” adalah kemampuan mental yang dimiliki seorang anak pada usia tertentu (Cronology Age). Anak Tunagrahita atau terkebalakang mental maka MA lebih rendah daripada umurnya (Cronology Age) atau CA. MA dipandang juga sebagai indeks dari perkembangan kognitif seorang anak. Dalam perkembangannya seorang anak Tunagrahita dibandingkan anak normal terlihat lebih jelas.

Definisi anak tungrahita yang dikembangkan oleh AAMD (Americaan Associatioan of Mental Deficiency) pendapat dari Kaufmann dan Hallaban, 1986 sebagai berikut : ”Keterbelakangan mental menunjukan fungsi intelektual dibawah rata-rata secara jelas dengan disertai ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku terjadi pada masa perkembangan”.

Penyesuaianmaksudnya bagaimana anak menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak tunagrahita perkembangannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Ada beberapa karakteristik tunagrahita yang dapat kita pelajari :

(2)

1. Keterbatasan Intelegensi

Anak tunagrahita memiliki kekurangan dalam hal :

 mempelajari informasi, kekurangan dalam keterampilan-keterampilan menyesuaikan

diri dengan masalah-masalah dan situasi kehidupan baru, kekurangan dalam belajar dari pengalaman masa lalu, kekurangan dalam berfikir abtrak seperti belajar berhitung, kekurangan dalam berkreasi, menilai secara kritis, kekurangan dalam menghindari kesalahan-kesalahan, kekurangan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan, tidak ada kemampuan untuk merencanakan masa depan.

 Kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan

membeo.

2. Keterbatasan Sosial

Anak Tunagrahita memiliki kesulitan dalam megurus diri sendiri dalam masyarakat, mereka memerlukan bantuan. Bahkan mereka cenderung bermain dengan anak yang lebih muda usianya. Anak tunagrahita tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya.

3. Keterbatasan Fungsi Mental Lainnya.

Anak tunagrahita hanya membutuhkan kata-kata yang konkrit yang sering didengarnya, karena kurang berfungsinya pusat pengolahan. (perbendaharaan kata.)

B. KLASIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA

Berdasarkan taraf intelegensinya anak tunagrahita dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) keterbelakangan , yaitu : ringan, sedang, berat.

1. Tunagrahita Ringan (moron atau debil) IQ 65-52 menurut Binet, menurut skala Weschler

(WISC) memiliki IQ 69-55. Dengan bimbingan yang baik, masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana, dan pada saatnya akan memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri, misalnya sebagai pekerja laundry, pertanian, peternakan, pekerjaan rumah tangga, bahkan sebagai pekerja pabrik dengan sedikit pengawasan.

2. Tunagrahita Sedang (imbesil) IQ 51-36 menurut skala Binet, 54-40 menurut skala Weschler.

Tunagahita sedang bisa mencapai perkembangan MA sampai kurang lebih 7 tahun. Anak Imbesil ini dapat doiajari membaca, menulis, dan berhitung. Anak tunagrahita sedang membutuhkan pengawasan terus menerus. Mereka juga masih dapat bekerja ditempat kerja terlindung. (shelter workshop).

3. Tunagrahita Berat (idiot) atau severe. Menurut skala Binet IQ anak Tunagrahita berat hanya

mencapai 32-30 sedangkan menurut skala Weschler antara 39-25.

Di bawah idiot ada tunagrahita sangat berat disebut Profoind, IQ nya di bawah 24, dan MA

maksimal yang dapat dicapai kurang dari umur tiga tahun. Anak tunagrahita berat seluruh aktivitas hidupnya memerlukan bantuan.

(3)

C. PERKEMBANGAN FISIK ANAK TUNAGRAHITA

Anak yang hampir sama dalam perkembangan anak tunagrhita dengan anak normal yaitu fungsi perkembangan jasmani dan motorik, walaupun perkembangannya tidak secepat perkembangan normal. Anak normal dapat belajar keterampilan gerak-gerak fundamental secara instinktik pada saat beramain, di antaranya :

1. Locomotor Skill

2. Object Control

3. Rhytmic Skill

Bagi anak tunagrahita untuk melakukan gerak-gerak fundamental harus dilatih secara khusus, karena itu pentingnya bagi guru untuk mempropagandakan latihan-latihan gerak fundamental dalam pendidikan anak tunagrahita.

D. PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK TUNAGRAHITA

Supepes (1974) menjelaskan bahasa kognisi merupakan bidang yang luas meliputi semua keterampilan akademik meliputi wilayah persepsi. Mesaan, Conger, dan Kagan (1974) menjelaskan bahwa kognisi terdiri dari :

1. Persepsi

2. Memori

3. Pemunculan Ide-ide

4. Evaluasi

5. Penalaran

Proses itu meliputi : skema, gambaran, simbol, konsep dan kaidah-kaidah. Kognisi meliputi proses di mana pengetahuan itu diperolaeh, disimpan dan dimanfaatkan. Anak normal memiliki kaidah dan strategi dalam memecahkan masalah, sedangkan anak tunagrahita bersifat trial dan error. Anak tunagrahita membutuhkan waktu lebih lama dibanding anak normal dalam kecepatan menjawab soal. Penelitian mengenai Verbal Recall tidak efesien dalam meproses recall (Suhaery, HN, 1984).

Level Keterbelakangan

IQ

Stanford Binet Skala Weschler

Ringan 68-52 69-55

Sedang 51-36 54-40

Berat 32-90 39-25

(4)

E. PERKEMBANGAN BAHASA ANAK TUNAGRAHITA

Bahasa didefinisikan oleh Mykle (1965) sebagai perilaku simbolik mencakup kemampuan mengikhtisarkan, mengiatkan kata-kata dengan arti, dan menggunakannya sebagai simbol untuk berfikir dan mengekspresikan ide, maskud dan perasaan. Myklebust (1960) mengemukakan lima tahapan abstraksi; sensori persepsi, perumpamaan, simbolisasi, dan konseptualisasi. Anak tunagrahita perkembangannya mengenai hal ini lemah.

Anak normal mengalami perkembangan sebagai berikut :

Visual receptive languange reading Auditory expressive languange speaking

Auditory receptive languange Comprehending spoken word

Inner languange

Auditory Symbol and Experience Expeience

1. Inner Languange

Inner languange adalaah aspek bahasa yang pertama berkembang, muncul mulai umur 6 bulan. Karakteristik perilaku yang dari mulai pembentukan konsep-konsep sederhana; sampai pada puncaknya dapat bermain dengan mainan dalam situasi yang bermakna. Contohnya menyusun perabot di dalam bermain rumah-rumahan. Bentuk yang lebih kompleks lagi adalah mentransformasikan pengalaman dalam bentuk simbol bahasa. Bagi anak tunagrahita mengenai Inner languangenya berkembang lambat.

(5)

2. Receptive languange

Anak normal umur 6 bulan mulai mengerti sedikit demi sedikit tentang apa yang dikatakan orang lain kepadanya, mulai merespon, mulai sedikit mengerti perintah. Umur 4 tahun menguasai kemahiran mendengar dan setelah itu proses penerimaan (receptive proses) memberikan perluasan kepada sistem bahasa verbal. Anak tunagrahita leih lambat.

3. Expressive Languange

Menurut myklebust expressive languange perkembangan bahasa anak tunagrahita mengalami hambatan, dalam hal ini dikarenakan perkembangan kognisi anak tunagrahita mengalami hambatan.

Anak tunagrahita mengalami gangguan artikulasi, kualitas siara dan ritme anak normal dan anak tunagrahita yang memuiliki MA yang sama maka anak tunagrahita akan memperlihatkan level yang sama dalam perkembangan morfologi, tetapi dengan CA sama, anak tunagrahita memiliki tahap lebih rendah morfoginya.

Dalam penelitian Endan Rochyadi (1983) membuktikan bahwa MA berkorelasi dengan kemampuan tata bahasa (sintaksis), sedangkan CA berkorelasi dengan perbendaharaan kata. Ini berarti sintaksis memerlukan kemampuan kecerdasan yang baik. Anak tunagrahita lebih lambat perkembangan semantiknya daripada anak normal. Termasuk perkembangan vocabulary (kosa kata) lebih lambat ketibang anak normal (dalam kata permenit).

F. EMOSI, PENYESUAIAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN ANAK TUNAGRAHITA

Perkembangan Dorongan (Drive) dan emosi berkaitan dengan derajat keterampilan seorang anak. Anak tunagrahita berat tidak dapat menunjukkan dorongan pemeliharaan dirinya sendiri. Anak tunagrahita sedang, dorongan berkembang lebih baik tetapi kehidupan emosinya terbatas pada emosi-emosi sederhana. Pada anak keterbelakang ringan, kehidupan emosinya tidak jauh berbeda dengan anak normal. Dapat memperlihatkan kesedihan tetapi sukar untuk menggambarkan suasana terharu, bisa mengekspresikan kegembiraan tetapi sulit mengungkapkan kekaguman.

Pengalaman-pengalaman pada masa anak-anak dalam pnyesuaian diri sangat besar pengaruhnya terhadap kepribadian. Dari hasil penelitan oleh Mc Iver dengan menggunakan Children’s Personality Questionare anaj tunagrahita memiliki kekurangan. Bagi tunagrahita pria kekurangannya tidak matangnya emosi, defresi, bersikap dingin, penyendiri, tidak dapat dipercaya, impulsif (menurut kata hati), lancang dan merusak. Bagi tunagrahita wanita di antaranya ; mudah dipengaruhi, kurang tabah, ceroboh, kurang dapat menahan diri, dan cenderung melanggar ketentuan. Anak tungrahita bisa mencintai, bergembira, simpatik dan yang bersifat negatif bisa tekat, giris, marah dan benci.

Dalam penelitian Zigler (1961) ana tunagrahita banyak bergantung pada orang lain. Dan kurang terpengaruh oleh bantuan sosial. Anak tunagrahita jarang diterima, bahkan sering ditolak oleh kelompok, serta jarang menyadari posisi diri dalam kelompok.

(6)

G. DAMPAK KETUNAGRAHITAAN

Orang yang paling banyak menanggung beban akibat tunagrahita adalah orang tua dan kelurga anak tersebut, sehingga merupakan psikiatri keluarga. Saat yang kritis adalah ketika keluarga itu pertama kali menyadari bahwa anak mereka normal seperti anak lainnya. Jika anak terlihat ada gejala fisikk (misalnya mongol) segera dapat diketahui, tetapi yang mengagetkan orang tua adalah letunagrahitaan anak baru diketahui dari hasil pemeriksaan, karena tidak ada gejala-gejala fisik. Dianjurkan bagi orang tua yang kaget dan menolak keberadaan anaknya agar sejak awal orang tua diperkenalkan dengan orang tua lain yang mempunyai anak cacat juga, agar merasa tidak sendirian.Reaksi orang tua berbeda-beda dalam menghadapi anaknya yang cacat, tergantung apakah kecacatannya segera diketahui atau terlambat diketahui, dan derajat ketunagrahitaannya jelas terlihat orang lain atau tidak.

Perasaan orang tua berbeda-beda, juga tingkah lakunya, di antaranya : 1. Perasaan melindungi anak secara berlebihan

2. Ada persaan bersalah melahirkan anak berkelainan

3. Kehilangan kepercayaan anak mempunyai anak yang normal

4. Melakukan konsiltasi untuk mendapat berita-berita yang lebih baik.

5. Orang tua merasa berdosa sampai mengalami defresi.

6. Orang tua bingung dan malu menarik diri dari pergaulan, penyendiri.

Saat-saat kritis terjadi pada orang tua ketika :

 Pertama kali mengetahui anaknya cacad

 Memasuki usia sekolah

 Meninggalkan sekolah

 Orang tua bertambah tua, tak mampu lagi memelihara anak yang cacat

Masyarakat awam kadang-kadang, pandangannya terhadap anak tunagrahita tidak berbeda dengan orang gila. Anak tunagrahita baik juga dipisahkan di tempat-tempat penampungan, tetapi dapat pula mengakibatkan ketegangan orang tua, terlebih bagi ibu yang sudah terlalu menyanyangi anak-anaknya.

Referensi

Dokumen terkait

Sampel penelitian ini berjumlah 15 ekor tikus wistar jantan ( Rattus norvegicus ) dibagi acak menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol (P 0 ) hanya dengan paparan asap rokok

Faktor yang secara nyata berpengaruh terhadap keikutsertaan responden pada kegiatan illegal logging ini adalah pendidik- an, pendapatan sebelum moratorium logging

Kebijakan hukum pidana bila dikaitkan dengan pendapatSudarto mengenai politik hukum, kebijakan hukum pidana merupakan usaha dalam mengadakan pemilihan atau

Pasar bullish adalah suatu kondisi pasar dalam perdagangan saham, di mana perdagangan saham dalam keadaan ramai atau frekuensi perdagangan tinggi, ditandai

 Evalusi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan dan kegiatan bidang keluarga berencana serta pemberdayaan perempuan Unit Operator Pelaksanaan Kebijakan Kepala Daerah di lingkup

Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran penyuluh kepada kelompok tani dalam hal pengelolaan budidaya Kakao di Desa Pengkendekan, Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu

Nilai fraksi sedimen yang terdapat di kawasan hutan mangrove Desa Mesjid Lama pada setiap stasiun yaitu dengan presentasi kerikil tertinggi terdapat pada Stasiun