Pegunungan Kendeng Utara:
Lansekap Pertarungan Akses SDA
Soeryo Adiwibowo
Departemen Sains Komunikasi & Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia IPB
B
agian 1
•
Melihat fenomena perubahan lingkungan
Wajah Taman Nasional:
•
Politik Konservasi
NCICD (NATIONAL CAPITAL INTEGRATED COASTAL DEVELOPMENT)
REKLAMASI TELUK JAKARTA
•
POLITIK SDA & LINGKUNGAN HIDUP?
•
EKOLOGI POLITIK?
•
POLITIK SDA & LINGKUNGAN HIDUP?•
EKOLOGI POLITIK?•
SOSIOLOGI LINGKUNGAN?Bagaimana Ilmu-ilmu Sosial
“Membaca, Memaknai, dan Menyikapi” Perubahan Lingkungan?
We are not left nor right we are in front (Green Peace)
Bagaimana Ilmu-ilmu Sosial
“Membaca, Memaknai, dan Menyikapi” Perubahan Lingkungan?
B
agian 2
•
Lansekap Pegunungan Kendeng Utara
Cekungan Air Tanah Watuputih di Zona Rembang (sebelah Utara Zona
Kendeng) atau di Pegunungan Kendeng Utara
CAT
Terdapat 74 gua, 29 mata air, 44 ponor yang berada di daerah Tegaldowo dan Timbrangan; serta 47 sumur gali yang berada di sekitar
Pegunungan Watuputih, 10 gua dan 3 mata air. 11
Karakteristi k
CAT Watuputih
Peta Sebaran Gua, Ponor, Mata Air dan Sumur
Gali Daerah CAT Watuputih (Nugroho
et al.
Karakteristik CAT Watuputih
Peta Sebaran
Gua, Ponor,
Mata Air dan
Sumur Gali
Daerah CAT
Watuputih
(Nugroho
et al.
Mata Air Penambangan eksisting
Kompl, Pemunc
ulan m ata
air Mata Air
Sumber Semen
Karakteristik CAT Watuputih
Mata air Demang di Desa Kadiwono, Kecamatan Bulu. Di dalam IUP
Mata air Patiren di Desa Pasuncen, Kec Gunem. Di dalam IUP
Ponor (sinkhole) di Kebun Harjo. Dalam IUP
Zona Jenuh Air
Zona Transisi
Zona
Kering Ma. Brubulan Sendang Ngandong
Ma. Trimbangan
Fm. Paciran (batugamping pejal dan batugamping dolomitan)
Fm. Wonocolo (Napal pasiran berselingan dengan batugamping pasiran)
Fm. Bulu (Batugamping) pasiran dengan sisipan batunapal pasiran)
Sayatan Geologi Kawasan CAT Watuputih
Karakteristi k
Perpaduan antara sistem porositas dan permeabilitas karst dalam mengalirkan air (peran sebagai daerah
imbuhan air), serta sistem aliran bawah tanah dan munculnya mata air (peran menyuplai keluaran air)
Sistem Hidrogeologi Karst CAT Watuputih
Karakteristik
Fm. Paciran (batugamping pejal dan batugamping dolomitan)
Fm. Wonocolo (Napal pasiran berselingan dengan batugamping pasiran)
CAT Watuputih
Data sekunder yg
tersedia menunjukkan indikasi sistem aliran air bawah tanah
Batas delineasi CAT Watuputih merujuk pada Badan Geologi.
Indikasi karakteristik karst yang disepakati adalah ciri dan bentuk karst luar (eksokarst)
Daerah Imbuhan dan Distribusi Mata Air di
Kawasan CAT Watuputih
Model estimasi aliran air bawah tanah dengan Inv2DVLF (Nugroho dkk, 2016)
Penampang 3D dan korelasi sungai bawah permukaan (Nugroho dkk, 2016)
Identifikasi Aliran Air Tanah di Bawah Permukaan
dengan Metode
Very Low Frequency
(VLF, Nugroho
et al.
2016)
Ilustrasi menggunakan modifikasi peta rekonstruksi Sulistiyo (2017)
HUJAN
Q SUMBER SEMEN
Q BRUBULAN
Aliran Air Bawah Ta nah
Akuifer air masih berjalan dengan sangat baik ditandai dengan mata air permanen yang keluar melalui zona – zona rekahan seperti Brubulan (100 l/s), Sumber Semen (700 l/s) dan Brubulan Pasucen (48 l/s). Terdapat 45 mata air (ANDAL SI 2012) atau 136 mata air (JMPPK).
Pola Aliran dan Karakteristik CAT Watuputih
Titik Bor 5
Titik Bor 3
Sumber Semen
Brubulan
Identifikasi Aliran Air Bawah Permukaan melalui
Tracer Study
Karakteristik CAT Watuputih
Tanggal Jam Lokasi Konduktifitas
(μS/cm) Keterangan
23 Januari 2012 Malam Mata air Brubulan 580 Sebelum penuangan di Bor 3
25 Januari 2012 02.00 Bor 3 (penuangan) 40.000 Nilai tracer yang dimasukan
29 Januari 2012 02.00 Mata air Brubulan 1.800 Setelah hujan 9 Februari 2012 11.09 Mata air Brubulan 3.315,2 Setelah hujan
Sumber:
1) Purwoarminta (2012). Tesis S2 UPN Veteran Yogyakarta
2) Dokumen Adendum ANDAL, RKL, dan RPL Kegiatan Penambangan Bahan Baku Semen dan Pembangunan serta Pengoperasian Pabrik Semen PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Kabupaten Rembang (PT Semen Indonesia 2017: III-87)
Identifikasi Aliran Air Bawah Permukaan melalui
Tracer Study
Lansekap Pegunungan Kendeng Utara
a) Lansekap akses Pegunungan Kendeng Utara:
•
kawasan hutan produksi Perum Perhutani
•
Pertanian lahan kering
•
Pertanian padi sawah irigasi.
•
Pertambangan batu kapur, batu gamping, & tanah liat
•
Pabrik semen: Sukolilo, Pati (PT SG), Rembang (PT SI), Tambakromo
& Kayen, Pati (PT SMS)
b)
Sebagian wilayah Pegunungan Kendeng Utara ditetapkan sebagai
Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) Sukolilo.
Industri Semen vs Budidaya Pertanian
(Sukolilo, Pati): 2009
•
Warga Sukolilo mengajukan gugatan ke PTUN Semarang, 23
Januari 2009
•
Obyek sengketa: Izin Pertambangan Bahan Galian Golongan C PT
SG
•
Warga mengajukan saksi untuk memberikan keterangan ahli
pada aspek AMDAL, proses perijinan, & ekosistem karst.
Industri Semen vs Budidaya Pertanian
(Tambakromo & Kayen, Pati): 2015
•
Gugatan warga ke PTUN Semarang, 18 Februari 2015
•
Obyek sengketa: Izin Lingkungan PT SMS
•
Hasil putusan dimenangkan Bupati Pati. Permohonan gugatan
warga ditolak.
Industri Semen vs Budidaya Pertanian
(Rembang): 2014
•
Obyek sengketa: Izin Lingkungan kegiatan penambangan PT SI
•
Gugatan warga ke PTUN Semarang, 1 September 2014
•
Warga mengajukan saksi untuk keterangan ahli pada aspek AMDAL, &
ekosistem karst.
•
Gugatan penggugat tidak diterima oleh PTUN Semarang (16 April
2015). Penggugat mengajukan banding ke PTUN Surabaya (27 April
2015)
•
Gugatan banding warga ke PTUN Surabaya kalah (3 November 2015)
•
Mengajukan PK ke MA (4 Mei 2016). Putusan MA: penggugat menang
B
agian 3
K
ERANGKA
K
ERJA
B
ERSAMA
P
EMANFAATAN
P
EGUNUNGAN
K
ENDENG
YANG
B
ERKELANJUTAN
&
B
ERKEADILAN
Memanfaatkan dan mendayagunakan sumberdaya alam
Pegunungan Kendeng secara berkelanjutan dan berkeadilan,
baik dari sisi kepentingan ekonomi, ekologi dan sosial
kemasyarakatan.
Tujuan Kerangka Kerja Bersama
Penggagas
Strategi Resolusi Konflik Pemanfaatan SDA
Pegunungan Kendeng Utara (2013)
1. Jangka Pendek
•
Penanganan dan pencegahan sengketa warga dengan industri
semen.
•
Penanganan dan pencegahan sengketa warga masyarakat dengan
industri semen
2. Jangka Panjang
Faktor-faktor yang menjadi dasar membangun
Kerangka Kerja Bersama
Penanganan/penyelesaian sengketa harus dilakukan secara komprehensif (tidak parsial), yakni:
•
Mencakup rencana pendirian pabrik semen di Kabupaten Pati; Rembang & Grobogan (Purwodadi).•
Mencakup kegiatan penambangan batu kapur dan batu gamping yang sekarang ini tengah berlangsung.•
Mencakup seluruh ekoregion pegunungan Kendeng Utara;Pertemuan Para Pihak & Persiapan
Lokakarya Multi-Pihak 2014
1
2
3
4
• Pertemuan Koena-Koeni 17 Januari 2013
• Pimpinan SKPD Jateng & Akademisi
• MSW-1, 30 Januari 2013, Tempat: ESDM Jateng
• Topik: Tata Ruang Jateng. Peserta: SKPD & Akademisi
• MSW-3, 6 Mei 2013, Tempat: Dinas Kehutanan Jateng
• Topik: Kehutanan Wilayah Kendeng. SKPD & Akademisi
• MSW-2, 21 Feb 2013, Tempat: BLHD Jateng
• Topik: Data SDA dan LH. Peserta SKPD & Akademisi
2
3
4
35
• MSW-4, 4 Juni 2013, Tempat: PSIL UNDIPPeg
Kendeng
Masy Peg Kendeng
PemProv &
Pemkab
PengusahaLSM
Multi Pihak (Multi Stakeholders)
Status Inisiatif Kerangka Kerja Bersama 2014
•
Lokakarya Multi Pihak 2014 belum terlaksana hingga sekarang.
•
Lokakarya 2014 direncanakan melibatkan Pemerintah Pusat
(Kementerian LHK, Kementerian ESDM, Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian ATR), Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten, Perusahaan, LSM, Organisasi akar
rumput.
•
Lokakarya Multi Pihak dapat menjadi ajang
deliberative
democracy
yang efektif, jika dan hanya jika, para pihak
B
agian 4
•
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Dua Jalur
Konflik Akses Pemanfaatan SDA
Peg Kendeng
Jalur Resolusi Konflik
KLHS
Pemanfaatan Peg Kendeng
Berkelanjutan
Jalur Hukum/
Tahap 3. Rekomendasi
Tahap Pembuatan & Pelaksanaan
KLHS
Tahap 2. Alternatif Penyempurnaan
KRP
Tahap 1. Pengkajian Pengaruh KRP
terhadap
Lingkungan Hidup
Tahap 1. Pengkajian Pengaruh KRP
terhadap Lingkungan Hidup
1.1.
Identifikasi Isu Strategis Pembangunan
Berkelanjutan
1.2.
Identifikasi KRP yang Berpengaruh
terhadap Kondisi Lingkungan Hidup
1.3
Pengaruh KRP terhadap
Lingkup KLHS Sebelum dan Sesudah
14 Desember 2016
Lingkup KLHS Sebelum 14
Desember 2016 Setelah 14 Desember 2016
Tahap 1 Menyelesaikan 6 dari
23 Bab KLHS KLHS difokuskan di wilayah Rembang Tahap 2 Menyelesaikan 17 dari
Identifikasi & Perumusan Isu Pembangunan
Berkelanjutan untuk Ekosistem CAT Watuputih
1
2
3
4
Daya Dukung Lingkungan Hidup
Jasa Keanekaragaman Hayati
Produksi Pertanian Pangan
Perekonomian Kabupaten
Tahap 1.
Proses:
1. Pengumpulan &
Penyusunan Informasi 2. Identifikasi Isu-Isu
Strategis Pembangunan Berkelanjutan
3. Perumusan Isu-isu
Strategis Pembangunan
Berkelanjutan
5
Valuasi Ekonomi Jasa LingkunganIdentifikasi KRP
RTRW Jateng
(Perda Jateng No. 6
Tahun 2010) yang Berpengaruh thd CAT Watuputih)
Pola Ruang CAT Watuputih
RTRW Jawa Tengah
Kawasan Lindung Sebagai Kawasan Lindung Geologi, berupa Kawasan Imbuhan Air
Kawasan Budidaya
Sebagai pertambangan mineral logam, bukan logam, batuan, dan batubara. Penetapan ini tidak teridentifikasi dalam Peta Rencana Pola Ruang (Lampiran Perda No 6 tahun 2010)
Identifikasi KRP
RTRW Rembang
(Perda Rembang
No. 14 Tahun 2011) yang Berpengaruh terhadap
CAT Watuputih
Pola Ruang CAT Watuputih RTRW Rembang
Kawasan Lindung
(1) kawasan lindung geologi berupa Kawasan imbuhan air (Pasal 19); (2) Kawasan
perlindungan resapan air (11.314 Ha); (3) Kawasan perlindungan setempat karena banyak mata air
Kawasan Budidaya
Kawasan pertambangan mineral dan batubara. Mencakup hampir seluruh kawasan Watuputih
(1) kawasan hutan produksi terbatas, (2) kawasan hutan produksi tetap, (3) kawasan peruntukan hutan rakyat, (4) kawasan peruntukan
perkebunan, dan (5) kawasan peruntukan permukiman
1. Terdapat ketidak-sesuaian implementasi Kawasan Imbuhan Air menurut PP No 26/2008. Pada CAT Watuputih, lokasi dengan banyak mata air justru
ditetapkan sebagai kawasan resapan air, sebaliknya lokasi-lokasi yang berciri sebagai kawasan imbuhan air (seperti adanya ponor, dolina, gua) justru
ditetapkan sebagai kawasan budidaya.
2. Pasal 19 menetapkan CAT Watuputih sebagai Kawasan Lindung Geologi berupa Kawasan Imbuhan Air namun pada Lampiran Perda Rencana Pola Ruang sebagian besar CAT Watuputih ditetapkan sebagai Kawasan
Peruntukan Pertambangan.
3. Ketidak konsisten serta tidak-tepatan dalam memberikan arahan
Tiga Hasil Penting
Identifikasi KRP RTRW Rembang yang Berpengaruh
terhadap CAT Watuputih
Pola Ruang RTRW Rembang Kawasan Lindung & Kawasan
Budidaya di CAT Watuputih
Kawasan Lindung (Resapan air)
Kawasan Budidaya (Peruntukkan Pertambangan)
Kawasan Budidaya (Peruntukkan Pertambangan)
Kawasan Lindung (Resapan air)
• CAT Watuputih tergolong sebagai kawasan lindung geologi, yakni Kawasan imbuhan air
• Kawasan Imbuhan Air pada CAT Watuputih meliputi kawasan resapan air. Kawasan resapan air adalah kawasan lindung yang melindungi daerah bawahnya. Di CAT Watuputih kawasan resapan air justru
Peruntukan Ruang CAT Watuputih menurut RTRW Kabupaten
Rembang
+
Keanekaragaman Hayati & Jasa Lingkungan
Kelelawar di beberapa Gua CAT Watuputih
Rhinolophus sp.
Miniopterus sp.
Hipposideros larvatus
Foto: S. Wiantoro (LIPI)
Sumber data : Kab. Rembang, 2014
IUP batu gamping dari Kabupaten Rembang banyak yang
diperkirakan menjadi input pada banyak pabrik semen di Jawa Tengah dan Jawa
Timur
Penerbitan IUP Pertambangan Kabupaten
Rembang
Beberapa Lokasi Ijin Usaha Pertambangan (IUP) di CAT Watuputih
1. ICCI (Indonesia Comco Crown Industry),
2. SAF (Sinar Asia Fortuna) 3. Vinesco
4. CV Bio Alam Indo
5. CV AMP (Alam Megah Putih)
6. UTSG (United Tractors Semen Gresik 7. Wahyu Bumi Pertiwi
8. Karangjati 9. Bangun Arta 10. Karangjati 11. Ahaka 12. Kurnia 13. Alfa Mineral
14. CV Alam Mulyo Putro 15. CV DJS
16. CV Salema 17. PT BKM 18. PT SBR 19. PT RBP
20. PT Tuder Kapur Bumi 21. PT Semen Indonesia
Tahap
1.
Pengaruh KRP Terhadap Lingkungan Hidup
Perekonomian Daerah, Peluang Bekerja &
Berusaha
Jasa Keanekaragaman
Hayati Sumber Daya Air
Produksi Tanaman Pangan
Daya Dukung Lingkungan
Tanpa KRP vs dengan KRP RTRW
Pengaruh KRP terhadap Sumber Daya Air
Tahap
1.
Skenario Qmax (m3/dtk)
Qmin (m3/dtk)
Qrata
(m3/dtk) Qmax/Qmin
Skenario-1 (Tanpa KRP) 4,07 0,37 0,78 11,12
Skenario-2 (Dengan KRP) 4,18 0,22 0,79 20,18
Kegiatan penambangan pada 552 ha akan menambah pasokan air tanah secara langsung pada musim hujan melalui sistem rekahan terbuka (Qmax meningkat) dan pada musim kemarau debit
Pengaruh KRP terhadap Jasa Keanekaragaman Hayati
Tahap
1.
• > 4 spesies kelelawar
• Informasi baru gua yang dihuni kelelawar: Gua
Nglengkir, Gua Wiyu 1, dan Gua Rambut
• Kelelawar pemakan serangga
• Penurunan rasio Qmak/Qmin
berpotensi menyebabkan resiko gagal panen 315 ha sawah
• Terganggunya habitat kelelawar
meyebabkan fungsi jasa lingkungan menurun dan berakibat pada penurunan
produksi pertanian di Kawasan CAT Watuputih ± 15.443 ha
sawah)
• Pertumbuhan ekonomi juga akan mendorong alih fungsi lahan
pertanian yg mengakibatkan
penurunan produksi pertanian
Pengaruh KRP Terhadap Produksi Tanaman Pangan
Pengaruh KRP terhadap Kab Rembang 2015 (Hasil Simulasi)
Multiplier Output
•
Multiplier Output sektor padi (1,82) lebih besar dari sektor penggalian (1,39) dan industri mineral non logam (1,04).•
Masa depan: sektor padi & sektor penggalianPengaruh KRP terhadap Kab Rembang 2015 (Hasil Simulasi)
Multiplier PDRB
• Sektor padi (1,65) lebih besar dari sektor penggalian (1,20) dan industri mineral non logam (0,91).
• Masa depan: sektor padi & sektor penggalian
• Masa depan: harus dihindari sifat mutually exclusive antara sektor padi & sektor
penggalian
Pengaruh KRP terhadap Kab Rembang 2015 (Hasil
Simulasi)
Multiplier Pendapatan
• Sektor padi (1,57) lebih besar dari sektor penggalian (1,02) dan industri mineral non logam (0,54).
• Masa depan: sektor padi penting terus dihadirkan & ditingkatkan karena multiplier pendapatannya paling tinggi
• Peran sektor pertanian padi masih sangat signifikan sebagai sumber peningkatan kesejahteraan
dibandingkan industri dan pertambangan
• Masa depan: harus dihindari sifat
•
Dalam perspektif masyarakat Pegunungan Kendeng Utara merupakan suatu kesatuan ekosistem yang dimetaforakan sebagai Naga yang Sedang Tidur•
Tradisi, sejarah lokal dan praksis sehari-hari masyarakat menempatkanlingkungan alam sebagai bagian tidak terpisahkan dari manusia (deep ecology) dan sakral (sacred ecology)
•
Kedekatan manusia dengan alam terwujud dalam matapencaharian sebagai petani, kesakralan alam dihadirkan dalam ritus nyadran bumi•
Pertanian sebagai ruang hidup terancam dengan adanya penambangan karst yang merupakan sumber air•
Penolakan terhadap kehadiran Pabrik Semen tidak sekedar merupakan refleksi dari keterancaman ruang kehidupan tetapi nilai-nilai kehidupan yangmenempatkan lingkungan sebagai realita sakral
•
Untuk mencari jalan keluar dari konflik akibat penolakan kehadiran pabrik semen, masyarakat harus diajak berbicara untuk menemukan solusi yang terbaikPengaruh KRP Terhadap Dinamika Sosial Budaya
Tahap
Alternatif Penyempurnaan KRP
Tahap 2
1. Perlu keseimbangan baru antara pertumbuhan ekonomi dan
perlindungan ekosistem pada tataran Kabupaten Rembang.
2. Kabupaten Rembang membutuhkan pertumbuhan ekonomi melalui
industri pengolahan dan juga peningkatan produksi pangan yang
dapat membangkitkan multiplier yang lebih besar pada output,
pendapatan, dan PDRB
3. KRP
Alternatif 1
, CAT Watuputih perlu ditetapkan sebagai
•
Sebagai Kawasan Lindung berupa Kawasan Resapan Air
Alternatif Penyempurnaan KRP
Tahap 2
4. Konsekuensi
KRP Alternatif 1
CAT Watuputih:
•
Fungsi CAT Watuputih sebagai penyedia jasa ekosistem khususnya
sumber daya air harus dicegah dari kerusakan.
•
Kehilangan keanekaragaman hayati sebagai jasa pengatur
keseimbangan ekosistem harus dicegah.
•
Konflik pemanfaatan ruang di CAT Watuputih dan sekitarnya harus
dicegah dan dicari solusinya.
•
Kerentanan produksi pangan harus dicegah.
•
Bila CAT Watuputih tetap ditambang, akan timbul kerugian setara Rp
2,2 Trilyun per tahun sebagai akibat dari rusaknya fungsi jasa
Alternatif Penyempurnaan KRP
Tahap 2
4. KRP Alternatif 2. CAT Watuputih perlu ditetapkan sebagai:
•
Sebagai Kawasan Lindung berupa Kawasan Resapan Air•
Sebagai Kawasan Lindung Geologi berupa Kawasan Imbuhan Air Tanah•
Diusulkan sebagai Kawasan Keunikan Bentang Alam yang yang perluditindaklanjuti dengan proses penetapan Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK).
5. Konsekuensi KRP Alternatif 2 CAT Watuputih:
•
Selama proses penetapan status CAT Watuputih sebagai Kawasan Lindung dan/atau KBAK, daya dukung lingkungan di CAT Watuputih harus dijaga.Rekomendasi
Tahap 3
1. Menetapkan CAT Watuputih dan sekitarnya sebagai kawasan lindung sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam RTRWN; dan melakukan proses
penetapan Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK).”
2. Perbaikan KRP RTR Nasional, RTRW Provinsi Jawa Tengah, dan RTRW Rembang
3. Selama proses penetapan status CAT Watuputih dan sekitarnya sebagai kawasan lindung dan/atau KBAK, dilarang melakukan kegiatan yang
mengganggu sistem akuifer, dengan melakukan
a. Keterbukaan informasi publik terkait IUP yang mencakup nama perusahaan, lokasi, luas, & masa berakhir IUP yang dilakukan oleh PemProv dan Pemkab.
Rekomendasi
Tahap 3
Selama proses penetapan status CAT Watuputih dan sekitarnya sebagai kawasan lindung dan/atau KBAK, dilarang melakukan kegiatan yang mengganggu sistem akuifer, dengan melakukan (lanjutan)
c. Penghentian kegiatan penambangan tanpa izin yang beroperasi di CAT Watuputih dan sekitarnya.
d. Pemerintah memerintahkan audit lingkungan hidup sebagai dasar untuk menentukan penutupan dan/atau menentukan kelayakan kegiatan
penambangan sampai IUPnya berakhir serta tindak-lanjut perbaikan kinerja. e. Bagi perusahaan telah memiliki IUP namun belum melakukan operasi