• Tidak ada hasil yang ditemukan

gulma maupun kotoran dan mempunyai daya berkecambah yang tinggi, bcnih juga harus terbebas dari infcksi dan konlaminasi patogen.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "gulma maupun kotoran dan mempunyai daya berkecambah yang tinggi, bcnih juga harus terbebas dari infcksi dan konlaminasi patogen."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

n. T l N . I A U A N PUSTAKA

2. 1. Tanaman Kedelai (G/vc/V/f/H«.v L.)

Tanaman kedelai {illyciiic max L) bcrupa scniak yang Uimbiili tcgak (Adisarwanto dan Wudianto, 1999). Tanaman ini diklasifikasikan ke dalam kingdom Plantae, divisio Spermatopyta, subdivisio Angiospermae, kelas Dicotylcdoncac, siibkclas Archichlamydae, ordo Rosales, subordo Lcguminosinac, lamili Leguminosae, sub famiii Papilionaceae, genus Glycine, dan spcsies max (Adisarwanto, 2005).

Menurut Fachruddin (2004), kedelai sangat cocok ditanam di lahan terbuka, yang terdapat di daerah berhawa panas. Kedelai tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai daerah dengan ketinggian 1.200 m diatas permukaan laut, suhu optimum 25 - 30 °C dan curah hujan berkisar berkisar antara 150 - 200 mm/ bulan dengan lama penyinaran matahari 12 jam/hari serta kelembaban 65% . Tanaman kedelai dapat tumbuh pada beberapa jenis tanah, dengan syarat drainase dan aerase tanah yang baik, serta ketersediaan air baik selama pertumbuhan. Jenis tanali yang baik untuk kedelai adalah Alluvial, Regosol, Grumosol, Latosol, atau Andosol. Tanah yang dikendalci yaitu tanah gembur, pH (keasaman tanah) 5,5-6,5, agak lembab, drainase yang baik dan bebas gulma (Fachruddin, 2004)

Menurut Pitojo (2003), eiri khas tanaman kedelai yaitu batang tanaman kedelai berkayu dan tingginya berkisar antara 30-100 cm, memiliki 3-5 percabangan dan berbentuk tanaman perdu. Menurut Purwono dan Purnamawati (2007), batang kedelai memiliki buku yang akan menjadi tempat tumbuhnya bunga. Buku yang menghasilkan buah disebut buku subur. Pada batang tanaman tersebut biasanya akan muncul cabang. Umumnya daun kedelai berbentuk bulat (oval) dan lancip serta berbulu. Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning-kuningan, pada saat kedelai sudah tua daun-daurmya akan rontok (Andrianto dan Indarto, 2004).

Suprapto (2002) menyatakan bahwa pola pertumbuhan tanaman kedelai secara umum terbagi 2 yaitu tipe indeterminet dan determinet. Tanaman yang

(2)

6

Suprapto (2002) menyatakan bahwa pola pertumbuhan tanaman kedelai secara umum terbagi 2 yaitu tipe indeterminet dan deterniincl. Tanaman yang bertipe indeterminet mempunyai tipe pertumbuhan vegetatiT yang tcrus bcrlanjul walaupun pertumbuhan produktiTnya sudah terjadi. Munculnya bunga serempak dari bagian alas ke bagian pangkal. Tanaman yang bertipe determinet pertumbuhan vegelatifnya berhenti setelah berbunga, munculnya bunga berangsur-angsur dari bagian pangkal batang alas. Menurul Pitojo (2003), berdasarkan umurnya kedelai dibagi menjadi 3 kclompok yaitu varictas kedelai yang bcrumur panjang berkisar lebih dari 90 hari, varietas kedelai yang berumur sedang berkisar 85-90 hari dan varietas kedelai yang berumur pendek berkisar 75-85 hari.

2.2. Daya Kecambah dan Keschatan Benih

Kartasapoetra (2003) menyatakan bahwa benih adalah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usahatani, memiliki fungsi agronomis atau merupakan komponen agronomi. Benih adalah salah satu sarana produksi yang sangat penting untuk meningkatkan produktivitas tanaman kedelai. Kegiatan awal dari usaha tani kedelai adalah persiapan benih yang akan ditanam. Kegagalan dalam persiapan atau penyediaan benih bermutu dapat menurunkan produktivitas. Selanjutnya dinyatakan oleh Purwanto dan Abdjad (1999) bahwa benih adalah salah satu komponen penting dalam usaha pengadaan tanaman karena dapat menentukan keberhasilan usaha. Benih dapat diperoleh dari tanaman yang dibudidayakan sebelumnya meialui perlakuan khusus.

Salah satu penyebab rendahnya produktivitas kedelai di Indonesia adalah karena sebagian besar petani masih menggunakan benih yang bermutu rendah dan kurang terjamin kualitas kesehatannya (Anonim, 2005). Menurut Fachruddin (2004), kualitas benih sangat menentukan keberhasilan usahatani kedelai. Pada penanaman kedelai, biji atau benih ditanam secara langsung, sehingga apabila kemampuan tumbuhnya rendah, jumlah populasi persatuan luas akan berkurang. Oleh karena itu, agar dapat memberikan hasil yang memuaskan, harus dipilih varietas

(3)

Adisarwanto (2005) menyatakan bahwa ciri-ciri bcnih kedelai bermutu baik secara fisik yaitu a) warna biji ccrah mengkilal dan tidak kusam, b) ukuran biji seragam dan bernas benih murni, c) tidak tercampur dengan kotoran atau benda lain, d) tidak bercampur dengan benih varictas lain, c) bcnih tidak retak, tidak pccah, dan tidak ada bercak. Benih yang akan digunakan sebaiknya mempunyai kadar air sckitar 10-11% (Suprapto, 2002). Selain itu, ada 3 kategori mutu benih yang berlaku saal ini, yakni, mutu fisik (warna, bentuk, ukuran, bobot biji, tingkal kerusakan, fisik terhadap gangguan serangan patogen dan keseragaman), mutu fisiologis (daya kecambah), dan mutu genetik (varietas yang ditanam) (Adisarwanto, 2005).

Mutu benih sangat berpengaruh terhadap perkecambahan, pertumbuhan dan produksi, sehingga penggunaan benih yang bermutu kurang baik akan membawa akibat yang kurang baik terhadap perkecambahan, pertumbuhan dan produksi suatu tanaman (Yunita, 2003). Sutopo (2004) menyatakan bahwa parameter yang akan diuji pada daya kecambah benih kedelai adalah persentase kecambah nomial berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati secara langsung, atau secara tidak langsung. Pengujian daya tumbuh benih dan daya kecambah benih adalah pengujian terhadap sejumlah benih artinya berapa persentase dari jumlah benih tersebut yang dapat atau mampu berkecambah dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Sebagai parameter untuk viabililas benih digunakan persentase perkecambahan. Dimana perkecambahan ini menunjukkan jumlah kecambah normal yang dihasilkan oleh benih yang murni pada kondisi Hngkungan tertentu pada jangka waktu tertentu (Kartasapoetra, 2003).

Menurut Kartasapoetra (2004) kualitas benih ditentukan oleh persentase dari benih murni, benih tanaman lain, biji herba, kotoran yang tercampur, gaya berkecambah atau daya tumbuh benih, benih berkualitas keras, terdapatnya biji-bijian herba yang membahayakan benih, dan terbebasnya benih dari penyakit, kadar air benih serta hasil pengujian berat benih perseribu biji benih yang dimaksud. Menurut Adisarwanto (2005), selain kemumian varietas, kebersihan dari campuran biji-biji

(4)

8

gulma maupun kotoran dan mempunyai daya berkecambah yang tinggi, bcnih juga harus terbebas dari infcksi dan konlaminasi patogen. Dari bcnih yang schat diharapkan akan tumbuh tanaman yang sehat dan tumbuh normal yang pada gilirannya dapat berproduksi .secara optimal. Menurut Mardinus (2003), bcnih dikatakan sehat jika benih tersebut bebas dari patogen penyebab penyakit atau tidak mengandung bibit penyakit, baik yang berada pada permukaan bcnih maupun terbawa saat pengangkutan atau pada waktu pcnyimpanan.

Kerugian-kcrugian yang disebabkan olch patogen yang mcnginfcksi bcnih yaitu menurunnya persentase perkecambahan disebabkan olch benih busuk atau damping-off pada kecambah akibat serangan patogen, turunnya kualitas benih yang diakibatkan oleh kerusakan bentuk fisik dan warna seperti oleh Cercospora kikuchii yang dapat menyebabkan berubahnya warna benih kedelai menjadi ungu dan juga menyebabkan benih yang terinfeksi menjadi sangat beracun (Sutopo, 2002).

Menurut Mardinus (2003) jenis patogen tular benih yang paling banyak adalah kelompok jamur dibandingkan dengan bakteri dan virus. Adapun jenis jamur patogen tular benih yang terdapat pada benih kedelai adalah Cercospora kikuchii, Colletotrichum dematium, Diaporthc phaseolorum, Fusarium semitectum, dan Peronosopra manchuria.

Semangun (2004) melaporkan bahwa jamur-jamur yang terbawa benih kedelai yaitu Alternaria longissima, Culvularia erogrostidis, C. geniculata, C. intermedia, C. lunula, C. pallescens, Colletotrichum Iruncatum, Colletotrichum dematium, Drechslera tetramera, Epicoccum purpurascens, Fusarium equiseti, F. moniliforme, F.solani, Myrothecium verrucaria, Macrophomina phaseolina, Phomopsis sojae, Pastalotia theae dan Stemphylium sp.

Menurut Semangun (2004), Cercospora kikuchi penyebab "purple seed stain" atau bercak daun atau bercak ungu pada biji dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit dan pada biji. C. kikuchi menyebabkan diskolorasi pada benih kedelai tersebut. Seluruh atau sebagian benih yang terinfeksi C. kikuchii berwarna ungu atau pucat, benih berwarna ungu pekat pada kulit benih dalam bentuk miselium istirahat.

(5)

Mardinus (2003) dan Semangun (2004) menyatakan bahwa Fusarium moniliforme dan Colletotrichum dematium merupakan patogen yang umum terdapat pada benih kedelai. Menurut Pcnclitian dan Pengembangan Dcpartemen Tanaman (2008), patogen F. nionili/orme menghasilkan spora ascksual, misclia terbagi atas 3-7 sekat. Konidia dihasilkan dari raniai potongan hifa. Fusarium moniliforme menyebabkan pembusukan pada biji atau sekelompok biji. Oleh karena itu sering disebut busuk biji. Cendawan patogen penyebab penyakit busuk pada biji memproduksi konidia pada permukaan tanaman inang. Konidia dapat disebarkan olch angin dan air hujan. Pada waktu tidak ada tanaman, cendawan dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman yang terinfeksi dalam fase hifa atau piknidia dan peritesia yang berisi spora. Pada Hngkungan yang sesuai untuk perkembangannya, spora akan keluar dari piknidia atau peritesia. Infeksi awal dapat meialui luka atau membentuk sejenis apresoria yang mampu berpenetrasi ke jaringan tanaman. Biji yang terinfeksi bila ditanam dapat menyebabkan penyakit busuk batang.

Menurut Semangun (2004), Colletotrichum truncatum mempunyai aservulus hitam dengan rambut (seta) berwarna coklat, banyak dibentuk pada permukaan bagian yang sakit bila cuaca lembab. Konidium hialin, bersel tunggal, dan bengkok. C. truncatum dapat mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman sakit. Biji kedelai yang terinfeksi Collelotricum dematium, apabila berkecambah maka pada keping bijinya akan terjadi bercak-bercak hitam mengendap, yang pada cuaca lembab membentuk massa spora berwarna merah jambu. Kecambah ini menjadi sumber infeksi bagi tanaman-tanaman sekitarnya. Spora juga dapat menginfeksi titik tumbuh yang menyebabkan matinya tanaman. Colletotricum dematium mempunyai aservulus hitam dengan rambut (seta) berwarna cokelat, banjak dibentuk pada permukaan bagian yang sakit bila cuaca lembab. Konidium hialin, bersel tunggal, bengkok, 20-22 X 4 ^ m (Semangun, 2008).

Menurut Semangun (2008), benih kedelai yang terinfeksi Macrophomina phaseolina menunjukkan gejala bercak-bercak hitam dan cacat pada kulit benih sedangkan benih kedelai yang terinfeksi \P/?ow2o/7.v/.y sojae mengalami perubahan warna, cacat, pipih dan ditutupi sebagian atau seluruhnya oleh miselium warna putih

(6)

10

pada bcnih kedelai. Phomopsis sojae membenliik lelcmorf (stadium scksual). Piknidium 120-180 x 135-240 |am dan mempunyai 2 macam konidium, yaitu konidium a yang terdiri dari 1 sel, berukuran 4,9-9,8 x 1,7-3,2 \im, dan konidium |3 mcmanjang dan bcujung bengkok^ 20-30 x 0,5-1 |_un. Pcritcsium 148-282 x 185-346 |j.m, askus 25-51 x 3,3-10 fim dahaskospora bersel 2, 9-13 x 2-6 [im.

Mardinus (2003) melaporkan adanya embun tcpung yang disebabkan oleh jamur Peronospora manchuria pada biji kedelai, yang dapat terlihat jclas pada pagi

hari yang dingin. Pada sisi bawah daun timbul bulu-bulu yang merupakan kodiofor jamur, yang bercabang-cabang dikotom. Konidium berbentuk jorong, dan bcrukuran

15-20 x 20-23 |im. Peronospora manchuria dapat bertahan sampai beberapa musim dalam bentuk oospora pada daun atau biji. Jika terjadi embun, maka jamur membentuk konidium atau sporangium yang dapat tersebar meialui udara kc daun-daun baru.

Menurut Direlctorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan (1991) pengujian jamur yang terbawa benih dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan pengujian langsung terhadap benih kering, pengujian meialui perendaman (pencucian) benih, perhitungan embrio dan inkubasi. Sutopo (2004) menjelaskan bahwa khusus untuk untuk pengujian kesehatan benih dengan cara inkubasi dapat menggunakan metode kertas, metode agar, dan media (tanah atau pasir). Metode kertas blotter dapat digunakan untuk menieriksa kesehatan benih. Metode ini didasarkan pada pertumbuhan inokulum dan kecambah. Metode agar jika dibandingkan dengan metode blotter memberikan kondisi yang lebih baik untuk tumbuhnya sporulasi atau gejala adanya serangan penyakit. Sejumlah benih di letakan pada media agar di dalam petridish.' Media agar yang umum di gunakan adalah malt ekstrak dan potato dextrose. Pengujian pada media pasir dapat memberikan informasi yang lebih mendekati pertumbuhan di lapangan, hanya saja di butuhkan waktu pengujian yang agak lama (± 2 minggu). Pada beberapa seed borne ada yang memerlukan masa inkubasi yang lama, sehingga metode blotter atau agar tidak dapat memberikan gambaran adanya patogen, untuk hal tersebut di gunakan metode lain yaitu dengan melihat gejala serangan pada kecambah (Efendi, 2009).

(7)

Kartasapoetra (2003) menyatakan bahwa daya kecambah benih dapat diartikan sebagai mckarnya dan kemampuan perkcmbangan bagian-bagian penting dari embrio suatu benih untuk tumbuh secara normal pada Hngkungan yang sesuai. Kemampuan tumbuh benih secara normal dapat dilihat dari kemampuan bcnih untuk tumbuh dan berkembang menjadi bibit tanaman dan tanaman yang baik dan normal pada Hngkungan yang telah discdiakan yang sesuai bagi kcpcntingan pertumbuhan dan perkcmbangan. Sedangkan daya kecambah benih adalah kekuatan atau daya tumbuh dari bcnih yang bermutu tinggi sehingga apabila ditanam pada kondisi lapangan akan tetap tumbuh serta berproduksi tinggi dengan kualitas yang baik.

Menurut Kartasapoetra (2003) kriteria kecambah normal dan abnormal

yaitu: -^-.r.- . • n . ,

a. Kecambah normal : hipokotil dan radikula berkembang dengan baik, perkembangan kecambah berlangsung dengan baik, akar plumula berkembang dengan baik, kecambah yang mempunyai plumula yang berwarna putih dan juga radikula yang tampak gelap.

b. kecambah yang abnormal : radikula tidak terdapat, hanya terdapat satu kotiledon, kotiledon dan hipokotil terjadi nekrosis yang luas, tidak terdapat titik tumbuh, radikula lemah, plumula lemah, akamya lemah, koleoptil kosong, hipokotil menebal. .

Referensi

Dokumen terkait

Khususnya di Desa Amis Anggota LPP Mandiri ini tertarik untuk rutin mengikuti pertemuan karena dalam pertemuan tersebut mereka mendapatkan pengalaman baru

Metode penelitian yang digunakan dalam perancangan aplikasi pengarsipan surat Program Studi Sistem Informasi pada STTIND Padang seperti menyediakan data pengarsipan surat

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa Debt to Total Asset Ratio tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah akuisisi pada PT.. Bank Rakyat

Ini menunjukan bahwa besarnya pengaruh electronic word of mouth terhadap brand awareness konsumen Roti Gempol adalah sebanyak 49,2%, sedangkan sisanya sebesar 50,8%

Kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi dengan menggunakan masalah terbuka (open ended) yang kontekstual, mengembangkan masalah sehari-hari menjadi masalah terbuka (open

Gambar 1.1 Kondisi Kamar Mandi Sekolah SD Tut Wuri Handayani Menyadari akan pentingnya peranan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

sistem pengendalian internal berfungsi dengan baik, diperlukan kelima komponen tersebut sehingga akan mendorong terlaksananya struktur sistem pengendalian internal yang