• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH AKUISISI BANK AGRONIAGA OLEH BRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH AKUISISI BANK AGRONIAGA OLEH BRI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM

DAN SESUDAH AKUISISI BANK AGRONIAGA OLEH BRI

Novani Kurniawati Novani_kurniawati@yahoo.co.id

Aniek Wahyuati

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT

Acquisition is the form of takeover of company’s ownership by the acquirer so it results in the change of control on the company which has been taken over. This research is conducted in order to study the impact on the acquisition to the company’s financial performance of Bank Rakyat Indonesia, Tbk. Using paired sample t test to find out whether there are differences in financial performance before and after or not. The assesment of financial performance is carried out by using financial ratio. Current Ratio undergoes enchancement. Debt to Equity undergoes declination while Debt to Total Asset ratio undergoes enchancement. Net Profit Margin and Return on Assets undergoes enchancement while Return on Equity undergoes declination. It has been found from the calculation of paired sample t test on the period before and after the acquisition from the calculation from 6 tested ratios, 4 ratios heve no significant defferences, only Debt to Equity and Net Profit Margin ratio which have significant differences. It can be concluded that there are no significant differences to the company’s financial performance before and after the acquisition on Bank Rakyat Indonesia, Tbk.

Keywords : Acquisition, Financial Ratio, and Paired Sample T test

ABSTRAK

Akuisisi adalah bentuk pengambilalihan kepemilikan perusahaan oleh pihak pengakuisisi sehingga mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih tersebut. Penelitian ini untuk meneliti dampak dari akuisisi pada kinerja keuangan perusahaan Bank Rakyat Indonesia, Tbk. Menggunakan uji beda dua rata-rata berpasangan untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi. Penilaian kinerja keuangan dilakukan dengan menggunakan rasio keuangan. Current Ratio mengalami kenaikan. Pada Debt Equity Ratio mengalami penurunan, sedangkan Debt to Total Asset Ratio mengalami kenaikan. Rasio Net Profit Margin dan Return On Asset mengalami kenaikan, sedangkan pada Return On Equity mengalami penurunan. Dari perhitungan uji beda dua rata-rata berpasangan pada periode sebelum dan sesudah akuisisi dari 6 rasio yang diuji, 4 rasio diantaranya tidak terdapat perbedaan yang signifikan, pada rasio Debt Equity Ratio dan Net Profit Margin yang memiliki perbedaan signifikan. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk.

Kata Kunci : Akuisisi, Rasio Keuangan, Uji Beda Dua Rata-rata Berpasangan

PENDAHULUAN

Semakin meningkatnya perkembangan ekonomi di dunia menyebabkan perusahaan-perusahaan dituntut untuk untuk dapat meningkatkan daya saing untuk mampu bertahan bahkan lebih berkembang dalam persaingan yang ketat tersebut. Dalam rangka keadaan dan berkembang ini perusahaan dapat melakukan ekspansi bisnis dengan memilih satu diantara dua jalur alternatif (Moin,2004:2). Jalur yang pertama yaitu pertumbuhan dari dalam perusahaan (organic/internal growth), dan jalur yang kedua yaitu pertumbuhan dari luar perusahaan (external growth).

(2)

Dalam hubungannya dengan pertumbuhan dari luar perusahaan (external growth) adalah dengan melakukan penggabungan usaha, yang merupakan salah satu alternatif yang sedang menjadi topik populer dalam beberapa tahun ini untuk mengembangkan dan mempertahankan kehidupan perusahaan. Penggabungan usaha pada umumnya dilakukan dalam bentuk merger, akuisisi, dan konsolidasi. Dengan dilakukannya merger dan akuisisi, diharapakan perusahaan dapat melanjutkan usahanya dengan bantuan serta kerjasama dengan perusahaan lain dan selanjutnya untuk saling bersinergi mencapai tujuan tertentu. Di Inggris, menyatakan terjadinya puncak kegiatan pengambilalihan terlihat jelas mulai pada tahun 1968, 1972 dan 1989, dan alasan dari sejumlah besar akuisisi pada tahun tersebut bervariasi, salah satunya pasar modal di Inggris mengalami fase spekulasi atas kenaikan harga (bull phase).Penggabungan usaha adalah penyatuan dua perusahaan atau lebih yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain atau dengan kata lain perusahaan melakukan akuisisi dengan perusahaan yang lain.

Sejumlah kalangan menilai, aksi korporasi merger dan akuisisi dinilai positif dan mempengaruhi kinerja perseroan karena memberi sinergi yang positif dan berpotensi mendongkrak laba. Dalam hal manajerial, sinergi ada ketika para menajer menemukan cara bagi perusahaan untuk menciptakan nilai lebih besar dibandingkan dengan nilai total yang mereka ciptakan saat beropersai sebagai entitas independen, sedangkan bagi pemegang saham sinergi bila mereka bisa mendapatkan keuntungan yang tidak bisa mereka peroleh melalui keputusan diversifikasi portofolio mereka sendiri. Kemudian untuk menilai kinerja keuangan perusahaan setelah melakukan merger dan akuisisi dapat dilihat dengan membandingkan dari neraca keuangannya dimana untuk mengevaluasi kinerja

keuangan perusahaan alat yang biasanya digunakan adalah rasio keuangan.

Akuisisi merupakan strategi pertumbuhan eksternal dan merupakan jalur cepat untuk mengakses pasar pasar baru atau produk baru tanpa harus membangun dari nol. Tindakan akuisisi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi operasi, dan memanfaatkan bersama dua atau lebih keahlian. Manfaat dalam melakukan akuisisi yaitu untuk memperkuat kinerja perusahaan (Husnan,2012:395).

Begitupun yang dilakukan oleh Bank Rakyat Indonesia Tbk untuk mensiasati perkembangan ekonomi yang semakin meningkat dengan mengakuisisi Bank Agroniaga Tbk sebanyak 3.030.239.023 lembar saham atau 79,78 persen terhitung sejak 3 Maret 2011. Perubahan kinerja keuangan pasca akuisisi diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan. Salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan perusahaan yang paling umum adalah dengan melihat dan menganalisis laporan keuangan. Salah satu teknik analisis laporan keuangan adalah dengan menggunakan analisis rasio. Analisis rasio ini terdiri dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas. Analisis rasio tersebut akan memberi gambaran secara umum tentang perusahaan yang dianalisis (Astuti,2004:29). Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin meneliti tentang perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi PT. Bank Agroniaga, Tbk oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. Dengan tujuan Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi PT. Bank Agroniaga, Tbk oleh Bank Rakyat Indonesia Tbk.

(3)

TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Pengertian Bank

Menurut Martono (2002:20) ada beberapa definisi bank yang dikemukakan sesuai dengan tahap perkembangan bank. Untuk memberikan definisi yang tepat agaknya memerlukan penjabaran, karena definisi tentang bank dapat dilihat dengan berbagai sudut pandang. Berikut ini dikemukakan bebrapa pendapat tentang pengertian bank, yaitu: (1) Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit, baik dengan alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral; (2) Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan); (3) Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, pengertian bank telah mengalami evolusi, sesuai dengan perkembangan bank itu sendiri. Kedua, fungsi bank pada umumnya adalah: (1) menerima berbagai bentuk simpanan dari masyarakat; (2) memnerikan kredit, baik bersumber dari dana yang diterima dari masyarakat maupun berdasarkan atas kemampuannya untuk menciptakan tenaga beli baru; (3) memberikan jasa-jasa lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

Pengertian Akuisisi

Berasal dari kata acquisitio dan acquisition (Inggris), makna harfiah akuisisi adalah membeli atau mendapatkan sesuatu/obyek untuk ditambahkan pada sesuatu/obyek yang telah dimiliki sebelumnya. Menurut

Sjahrial (2007:430)

akuisisi adalah perbuatan hukum

yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseroan untuk mengambil alih baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut.

Menurut Moin (2004:8) akuisisi adalah bentuk pengambilalihan kepemilikan perusahaan oleh pihak pengakuisisi (acquirer) sehinggan akan mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih (acquiree) tersebut. Biasanya pihak pengakuisisi memiliki ukuran yang lebih besar dibanding dengan pihak yang diakuisisi. Yang dimaksud dengan pengendalian adalah kekuatan yang berupa kekuasaan untuk: (a) Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan; (b) Mengangkat dan memberhentikan manajemen; (c) Mendapatkan hak suara mayoritas dalam rapat direksi

Dengan adanya pengendalian ini maka pengakuisisi akan mendapatkan manfaat dari perusahaan yang diakuisisi. Akuisisi berbeda dengan merger karena akuisisi tidak menyebabkan pihak lain bubar sebagai entitas hukum. Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam akuisisi secara yuridis masih tetap berdiri dan beroperasi secara independen tetapi telah terjadi pengalihan pengendalian oleh pihak pengakuisisi.

Perbedaan Akuisisi dan Merger

Menurut Moin (2004:10) Merger berasal dari kata “mergere” (Latin) yang artinya (1) bergabung bersama, menyatu, berkombinasi (2) menyebabkan hilangnya identitas karena terserap atau tertelan sesuatu. Definisi lain menjelaskan bahwa merger adalah

(4)

penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar.

Akuisisi berbeda dengan merger karena akuisisi tidak menyebabkan pihak lain bubar sebagai entitas hukum. Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam akuisisi secara yuridis tetap berdiri dan beroperasi secara independen tetapi terjadi pengalihan pengendalian oleh pihak pengakuisisi.

Beralihnya kendali berarti pengakuisisi memiliki mayoritas saham-saham berhak suara (voting stock) yang biasanya ditunjukkan atas kepemilikan lebih dari 50 persen saham berhak suara tersebut. Dimungkinkan bahwa walaupun memiliki saham kurang dari jumlah itu pengakuisisi bisa dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas jika anggaran dasar perusahaan yang diakuisisi menyebutkan hal demikian.

Namun dalam hal anggaran dasar menyebutkan lain, bisa juga pemilik lebih dari 51 persen tidak atau belum dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas. Selanjutnya akuisisi dimunculkan hubungan antara perusahaan induk (pengakuisisi) dan perusahaan anak (yang diakuisisi) dan selanjutnya keduanya memiliki hubungan afiliasi.

Alasan Perusahaan Melakukan Akuisisi

Pertumbuhan internal adalah ekspansi yang dilakukan dengan membangun bisnis atau unit bisnis baru dari awal. Sebaliknya pertumbuhan eksternal dilakukan dengan “membeli” perusahaan yang sudah ada. Akuisisi adalah strategi pertumbuhan eksternal dan merupakan jalur cepat untuk mengakses pasar baru atau produk baru tanpa harus membangun dari nol. Terdapat penghematan waktu yang sangat signifikan antara pertumbuhan internal dan eksternal melalui akuisisi.

Alasan mengapa perusahaan melakukan akuisisi adalah ada “manfaat lebih” yang diperoleh darinya, meskipun asumsi ini tidak semuanya terbukti. Secara spesifik, keunggulan dan manfaat akuisisi antara lain adalah (Moin,2004:13): (1) Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas; (2) Memperoleh kemudahan dana/ pembiayaan karena kreditor lebih percaya dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan; (3) Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman; (4) Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal; (5) Memperoleh sistem operasioanal dan administratif yang mapan; (6) Mengurangi risiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen baru; (7) Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru; (8) Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang lebih cepat.

Disamping memperoleh manfaat, akuisisi juga memiliki kelemahan sebagai berikut: (1) Proses integrasi yang tidak mudah; (2) Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat; (3) Biaya konsultan yang mahal; (4) Meningkatnya kompleksitas birokrasi; (5) Biaya koordiansi yang mahal.

Klasifikasi Akuisisi

Menurut Sjahrial (2007:440) Klasifikasi berdasarkan obyek yang diakuisisi dibedakan atas akuisisi saham dan akuisisi aset. (a) Akuisisi Saham. Istilah akuisisi digunakan untuk menggambarkan suatu transaksi jual beli perusahaan, dan transaksi tersebut mengakibatkan beralihnya kepemilikan perusahaan dari penjual kepada pembeli. Karena perusahaan didirikan atas saham-saham, maka akuisisi terjadi ketika pemilik saham menjual saham-saham mereka kepada pembeli/pengakuisisi. Pada peristiwa ini, pengakuisisi tidak harus meminta persetujuan dari pihak manajemen target, tetapi ada kalanya pembelian saham tersebut dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan negosiasi dan penawaran dengan pihak manajemen atau dewan direksi perusahaan target. Jika manajemen

(5)

perusahaan setuju, maka mereka akan menginformasikannya kepada pemegang saham. Jika pemegang saham juga setuju atas tawaran yang diajukan oleh manajemen tersebut maka “deal” akan segera terwujud. Selanjutnya perusahaan yang diakuisisi akan menjadi anak perusahaan; (b) Akuisisi Aset. Apabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki perusahaan lain maka ia dapat membeli sebgaian atau seluruh aktiva atau aset perusahaan lain tersebut. Jika pembelian tersebut hanya sebagian dari aktiva perusahaan maka hal ini dinamakan akuisisi parsial. Akuisisi aset dilakukan apabila pihak pengakuisisi tidak ingin terbebani hutang yang ditanggung oleh perusahaan target. Berbeda dengan akuisisi saham dimana kewajiban atau hutang target yang ada ditanggung oleh pemilik baru, akuisisi aset dimaksudkan untuk menghindari tanggung jawab ini. Namun demikian kalau proporsi aset yang dibeli melebihi batas tertentu sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah, maka pembeli harus ikut menanggung kewajiban hutang perusahaan target.

Motif Melakukan Merger dan Akuisisi

Pada prinsipnya terdapat dua motif yang mendorong sebuah perusahaan melakukan merger dan akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif non ekonomi. Motif ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Di sisi lain, motif non ekonomi adalah motif yang bukan didasarkan pada esensi tujuan perusahaan tersebut, tetapi didasarkan pada keinginan subyektif atau ambisi pribadi pemilik atau manajemen perusahaan (Moin,2004:48). (a) Motif Ekonomi. Esensi tujuan perusahaan dalam perspektif manajemen keuangan adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai (value creation) bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Merger dan akuisisi mempunyai motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencapai peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu seluruh aktivitas dan pengambilan keputusan harus diarahkan untuk mencapai tujuan ini. Motif strategis juga termasuk motif ekonomi ketika aktivitas merger dan akuisisi dilakukan untuk mencapai posisi strategis perusahaan agar memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Biasanya perusahaan melakukan merger dan akuisisi untuk mendapatkan economies of scale dan economies of scope; (b) Motif Sinergi. Salah satu motivasi atau alasan utama perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah menciptakan sinergi. Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan merger dan akuisisi. Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari kekuatan atau lebih elemen-elemen perusahaan yang bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktivitas-aktivitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri. Pengaruh sinergi bisa timbul dari empat sumber (1) penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi; (2) penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik oleh para analisis sekuritas; (3) perbedaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan, lebih efisien dan aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah merger atau akuisisi dan (4) peningkatan penguasaan pasar akibat berkurangnya persaingan (Brigham,2001:254); (c) Motif Diversifikasi. Diversifikasi adalah strategi pembergaman bisnis yang bisa dilakukan melalui merger dan akuisisi. Diversifikasi dimaksud untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing. Akan tetapi jika melakukan diversifikasi yang semakin jauh dari bisnis semula, maka perusahaan tidak lagi berada pada koridor yang mendukung kompetensi inti (core competence). Disamping memberikan manfaat seperti transfer teknologi dan pengalokasian modal, diversifikasi juga membawa kerugian yaitu adanya subsidi silang; (d) Motif non-ekonomi. Aktivitas merger dan akuisisi terkadang

(6)

dilakukan bukan untuk kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat non-ekonomi, seperti prestise dan ambisi. Motif non-ekonomi bisa berasal dari manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan.

Keuntungan Akuisisi

Keuntungan dari akuisisi adalah (Sjahrial,2007:438): (1) Sinerji. Anggaplah perusahaan A mempertimbangkan untuk perngambil alihan perusahaan B. Akuisisi akan bermanfaat jika perusahaan yang bergabung akan memiliki nilai yang lebih besar dari jumlah nilai apabila perusahaan tersebut terpisah satu sama lain; (2) Peningkatan pendapatan. Suatu alasan penting untuk melakukan akuisisi adalah bahwa perusahaan gabungan mungkin menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari penjumlahan pendapatan masing-masing perusahaan; (3)Manfaat stratejik. Beberapa akuisisi membolehkan suatu stratejik yang menguntungkan. Ini merupakan kesempatan yang menguntungkan dalam lingkungan persaingan jika hal tertentu terjadi, lebih umum, untuk meningkatkan flekasibilitas manajemen dengan melihat kepada operasi masa depan perusahaan. Dalam keadaan yang terakhir, manfaat strategis lebih merupakan suatu pilihan daripada suatu kesempatan investasi yang strandar; (4) Kekuatan pasar. Suatu perusahaan pengambilalihan perusahaan lain untuk meningkatkan pangsa pasar dan kekuatan pasarnya. Dalam akuisisi, keuntungan dapat ditingkatkan melalui harga yang lebih tinggi dan mengurangi persaingan untuk para pelanggan; (5) Pengurangan biaya. Salah satu alasan yang utama untuk akuisisi adalah perusahaan gabungan beroperasi secara lebih efisien dari operasi masing-masing perusahaan secara terpisah. Sebuah perusahaan dapat mencapai pelaksanaan yang lebih efisien dalam beberapa cara yang berbeda melalui suatu akuisisi; (6) Sumber daya yang melengkapi. Beberapa perusahaan mengambilalih perusahaan lain untuk membuat penggunaan sumber daya yang ada menjadi lebih baik atau memberikan hilangnya bahan untuk sukses; (7) Pajak yang lebih rendah. Keuntungan dari pajak merupakan suatu insentif yang kuat untuk beberapa akuisisi. Kemungkinan keuntungan pajak dan akuisisi termasuk berikut ini : (a) Penggunaan kerugian pajak; (b) Penggunaan kapasitas utang yang tidak terpakai; (c) Penggunaan dana yang berlebih; (d) Kemampuan untuk meningkatkan nilai aktiva yang dapat disusutkan.

Pengertian Kinerja Keuangan

Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai “performing measurement”, yaitu kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Dengan demikian pengertian kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu (Hanafi,2003:70).

Bagi investor, informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Apabila kinerja perusahaan baik maka nilai usaha akan tinggi. Dengan nilai usaha yang tinggi membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya sehingga akan terjadi kenaikan harga saham. Atau dapat dikatakan bahwa harga saham merupakan fungsi dari nilai perusahaan.

Analisis Kinerja Keuangan

Analisis Keuangan pada penelitian ini menggunakan laporan keuangan untuk menganalisa keseluruhan kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi (Brealy,2008:71). Analisa kinerja keuangan ini diperlukan oleh berbagai pihak seperti para pemegang saham

(7)

atau investor, kreditur, dan para manajer karena melalui hasil analisis keuangan ini mereka akan mengetahui posisi perusahaan yang bersangkutan (Horne & Wachowicz,2012:154). Dalam menganalisa kinerja keuangan ini, kita akan menggunakan rasio keuangan yang terdapat dalam neraca dan laba rugi. Dalam analisis rasio ini terdapat kelompok rasio keuangan, yaitu (Astuti,2004:25): (1) Rasio Likuiditas. Menurut Horne & Wachowicz (2012:154) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi liabilitas jangka pendeknya. Menurut Munawir (2002:31) likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.

Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “likuid”, sebaliknya apabila perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “ilikuid”. (a) Current Ratio. Ratio yang paling umum digunakan untuk menganalisa posisi modal kerja suatu perusahaan adalah current ratio yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of savety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut; (b) Quick Ratio. Quick ratio yaitu perbandingan antara (aktiva lancar-persediaan) dengan hutang lancar. Ratio ini dinamakan Immediate Solvency atau cash ratio yang mengukur kemampuan yang sesungguhnya untuk memenuhi hutang-hutangnya tepat pada saatnya. Ratio ini lebih tajam dari pada current ratio, karena hanya membandingkan aktiva yang sangat lukuid (mudah dicairkan atau diuangkan) dengan hutang lancar. (2) Rasio Aktivitas. Menurut Prihadi (2012:251) Rasio aktivitas adalah rasio mengukur tingkat efektivitas penggunaan aset perusahaan. Rasio ini juga disebut rasio perputaran atau turnover. Secara umum semakin tinggi perputaran berarti semakin efektif tingkat penggunaan aset perusahaan. Rasio ini terutama mengamati aset-aset yang dianggap penting bagi perusahaan. Aset yang dihitung biasanya dikaitkan dengan penjualan. (a) Rasio Perputaran Piutang Usaha (Account Receivable Turnover). Rasio ini mengukur sampai berapa cepat perusahaan dapat menagih piutangnya. Semakin sering perputarannya berarti semakin pendek umur piutang. Semakin pendek umur piutang berarti juga semakin sedikit dana yang tertanam pada piutang; (b) Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover). Khusus perputaran persediaan, data yang digunakan adalah beban pokok penjualan (BPP). BPP tidak mengandung unsur laba, demikian juga persediaan belum mengandung unsur laba; (c) Rasio Perputaran Utang Usaha (Account Payable Turnover). Perputaran utang usaha yang yang cepat akan lebih menyenangkan pemasok, karena umur utang usaha perusahaan (pembeli) pendek; (d) Rasio Perputaran Modal Kerja Bersih (Net Working Capital). Net Working Capital adalah selisih antara aset lancar dengan utang lancar. Rasio perputaran modal kerja bersih ini untuk menunjukkan bahwa semakin baik perusahaan mendapatkan kepercayaan dalam memeroleh kredit jangka pendek, maka semakin sedikit dana yang perlu disediakan sendiri; (e) Rasio Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turnover). Perputaran aset tetap untuk mengetahui sampai seberapa efektif penggunaan aset tetap perusahaan memengaruhi penjualan; (f) Rasio Perputaran Total Aset (Total Assets Turnover). Dengan rasio ini akan diketahui efektifitas penggunaan aset operasi perusahaan dalam menghasilkan penjualan. (3) Rasio Leverage/ Rasio Solvabilitas. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu perusahaan dikatakan “solvabel” apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekuatan yang cukup untuk

(8)

membayar semua hutang-hutangnya, sebaliknya apabila jumlah aktiva tidak cukup atau lebih kecil daripada jumlah hutangnya, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “insolvabel”. (a) Debt to Equity Ratio Debt to Equity Ratio menunjukkan perbandingan antara tota. hutang dan ekuitas perusahaan. Semakin tinggi DER maka makin beresiko perusahaan (Murhadi,2013:61); (b) Debt to Total Asset. Ratio ini menunjukkan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva yang diketahui. (4) Ratio Profitabilitas. Rasio-rasio profitabilitas berusaha mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba, baik dengan menggunakan seluruh aktiva yang ada maupun dengan menggunakan modal sendiri. (a) Net Profit Margin. Net Profit Margin menunjukkan kemampuan setiap rupiah pendapatan menghasilkan laba bersih (Earnings After Taxes, EAT); (b) Return On Equity. Ratio ini digunakan untuk mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba bersih. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai; (c) Return On Asset. Ratio ini menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau assets yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan-keuntungan tersebut (operating assets). Yang dimaksud dengan operating assets adalah semua aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktiva-aktiva lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan.

Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan

Munawir (2002:31) menyatakan bahwa tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah: (a) Mengetahui tingkat likuiditas; (b) Mengetahui tingkat solvabilitas; (c) Mengetahui tingkat rentabilitas; (d) Mengetahui tingkat stabilitas.

Penelitian Terdahulu

Penelitian sejenis yang pernah dilakukan dan yang menjadi acuan oleh peneliti adalah penelitian yang dilakukan oleh Irwan Amdani Setiawan dengan judul Analisis Rasio Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk Sebelum dan Sesudah Akuisisi Periode 2007-2011. Hasil penelitian ini menyimpulkan: (1) Berdasarkan hasil penelitian, Rasio leverage PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang tersaji dalam rasio total hutang (DAR) dan rasio hutang - ekuitas (DER) menurun sesudah perusahaan melakukan akuisisi. Sedangkan Rasio efisiensi yang tersaji dalam rasio perputaran total aktiva (ATR1) menurun tipis, sedangkan rasio perputaran aktiva tetap (ATR2) dan rasio perputaran persediaan (ITR) meningkat sesudah perusahaan melakukan akuisisi; (2) Rasio profitabilitas PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang tersaji dalam tingkat pengembalian investasi dari pendapatan opersasi (ROI/ROA) dan tingkat pengembalian atas ekuitas (ROE) meningkat sesudah perusahaan melakukan akuisisi. Beberapa hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk sesudah perusahaan melakukan akuisisi lebih baik daripada kinerja keuangan perusahaan sebelum melakukan akuisisi; (3) Rasio likuiditas PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang tersaji dalam rasio modal kerja bersih terhadap total aktiva (NWCTA), rasio lancar (CR), dan rasio cepat (QR) meningkat sesudah perusahaan melakukan akuisisi. Rasio lancar (CR) dan rasio cepat (QR) meningkat hingga melebihi batas likuid sehingga tidak efisien. Hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tidak lebih baik sesudah perusahaan melakukan akuisisi.

Perumusan Hipotesis

Ada perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi Bank Agroniaga oleh Bank Rakyat Indonesia Tbk

.

(9)

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian dan Gambaran Populasi Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi desktriptif yaitu penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi, berupa data yang dikumpulkan, dipelajari, diolah, kemudian dianalisis sesuai dengan teori yang ada kaitannya dengan masalah dalam penelitian ini, dengan menggunakan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Tujuan dari penelitian deskriptif ini untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan current status yang akan diteliti.

Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penyusunan skripsi ini tidak menggunakan sampel karena jenis penelitian menggunakan studi kasus dan mengambil data langsung dari Bursa Efek Indonesia. Menurut Arikunto (2005:238) studi kasus merupakan penelitian yang mencoba untuk mencermati individu atau sebuah unit secara mendalam. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat lebih dalam apakah ada perbandingan kinerja keuangan, peneliti mengambil data berupa laporan keuangan pada Bank Rakyat Indonesia. Adapun kriteria-kriteria pengambilan data adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan termasuk lembaga keuangan yang melakukan akuisisi pada tahun 2011; (2) Tersedia laporan keuangan tahunan untuk masa 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah akuisisi; (3) Menurut Standard Akuntansi Keungan No.31 mengenai Akuntansi Perusahaan Perbankan, pada Akuntansi Perusahaan Perbankan tidak memiliki persediaan dan penjualan bersih. Oleh karena itu, Quick Ratio tidak dimasukkan dalam perhitungan penelitian ini.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder umumnya berupa catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang terpublikasi. Data sekunder yang diambil oleh peneliti memuat Laporan Keuangan sebelum dan sesudah akuisisi dari PT. Bursa Efek Indonesia antara tahun 2009-2012.

Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini variabel yang diamati adalah sebagai berikut: 1. Analisis Rasio Keuangan

Rasio keuangan yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari: a. Rasio Likuiditas

Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

b. Rasio Solvabilitas

Merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mengelola dan melunasi kewajibannya.

(10)

c. Rasio Profitabilitas

Merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitabilitas).

2. Kinerja Keuangan Perusahaan

Tujuan dari analisis rasio keuangan adalah dapat menentukan tingkat likuiditas, solvabilitas, dan derajat keuntungan suatu perusahaan atau profitabilitas. Dengan demikian, manfaat suatu angka rasio sepenuhnya bergantung pada kemampuan dan kecerdasan analis dalam menginterpretasikan data yang bersangkutan.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan sebagai berikut:

1. Mengumpulkan sampel dan mengelompokkan sampel penelitian pada periode sebelum dan sesudah akuisisi. Pengelompokan tersebut didasarkan pada tahun saat akuisisi terjadi dan diikutsertakan dalam perhitungan.

2. Menghitung nilai rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas untuk masing-masing sampel pada laporan keuangan tahun 2009-2010 dan 2011-2012 untuk PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk.

3. Membandingkan rasio-rasio keuangan pada periode penelitian untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kinerja keuangan perusahaan.

4. Melakukan uji hipotesis dengan Uji Beda Dua Rata-rata Berpasangan terhadap rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Dengan hipotesis:

Ho : Tidak ada perbedaan kinerja keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia anatara sebelum dan sesudah akuisisi.

H1 : Ada perbedaan kinerja keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk antara sebelum dan sesudah akuisisi.

5. Menentukan level of significance yaitu α = 5%

6. Keputusan yang diambil diperoleh dengan jalan membandingkan nilai profitabilitas dengan α.

Jika p-value (sign) < (α) maka Ho ditolak Jika p-value (sign) > (α) maka Ho diterima HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Rasio Keuangan

1. Current Ratio

Rasio lancar atau Current Ratio (CR) adalah rasio yang biasa digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Perhitungan current ratio untuk PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk adalah:

(11)

Tabel 1

Perhitungan Current Ratio Sebelum dan Sesudah Akuisisi

Kondisi Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar CR

Sebelum Akuisisi 2009 315.580.817 289.689.648 108,93 % 2010 401.990.501 369.612.492 108,65% Setelah Akuisisi 2011 2012 467.267.326 549.311.879 420.078.955 468.455.011 111,23 % 117,26%

Sumber: Data Diolah

Dari tabel diatas tingkat current ratio yang dimiliki oleh perusahaan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk sebelum melakukan akuisisi cenderung tetap yaitu 108,93% pada tahun 2009 dan 108,65% pada tahun 2010. Rasio perusahaan yang normal berkisar pada angka 200%, tetapi pada current ratio pada kondisi sebelum akuisisi tersebut berkisar pada rata-rata 108,79% yang menunjukkan angka yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada perusaahaan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk tinggi atau dengan kata lain kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar selama periode tersebut rendah.

Sedangkan tingkat current ratio yang dimiliki perusahaan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk setelah akuisisi mengalami kenaikan yaitu 111,23% pada tahun 2011 dan 117,26% pada tahun 2012. Angka tersebut masih dibawah angka normal, tetapi lebih meningkat dibandingkan pada kondisi sebelum akuisisi. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan berusaha menaikkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar.

2. Debt Equity Ratio

Debt Equity Ratio adalah rasio untuk menunjukkan perbandingan antara utang dan ekuitas perusahaan. Perhitungan Debt Equity Ratio untuk PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk adalah:

Tabel 2

Perhitungan Debt Equity Ratio Sebelum dan Sesudah Akuisisi

Kondisi Tahun Total Utang Total Ekuitas DER

Sebelum Akuisisi 2009 2010 289.689.648 367.612.492 27.257.381 36.673.110 1062,79% 1002% Setelah Akuisisi 2011 420.078.955 49.820.329 843,18% 2012 486.455.011 64.336.790 756,10%

Sumber: Data Diolah

Dari tabel diatas tingkat Debt Equity Ratio yang dimiliki perusahaan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk sebelum melakukan akuisisi pada tahun 2009-2010 menghasilkan angka yang tajam yaitu 1062,79% pada tahun 2009 dan 1002% pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa beban perusahaan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk sebelum melakukan akuisisi dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya dengan menggunakan modal sangat tinggi dan kondisi tersebut menunjukkan risiko perusahaan tinggi.

Sedangkan tingkat Debt Equity Ratio yang dimiliki perusahaan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk setelah akuisisi selama tahun 2011-2012 cenderung menurun dibandingkan dengan kondisi sebelum akuisisi yaitu 843,18% pada tahun 2011 dan 756,10% pada tahun 2012. Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan berusaha menunurunkan risiko dan

(12)

beban yang dipikul perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya dengan menggunakan modal yang dimiliki.

3. Debt to Total Aset Ratio

Debt to Total Aset Ratio adalah Ratio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah hutang dengan jumlah seluruh aktiva yang diketahui. Perhitungan Debt to Total Aset Ratio

untuk PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk adalah: Tabel 3

Perhitungan Debt to Total Aset Ratio Sebelum dan Sesudah Akuisisi

Kondisi Tahun Total Hutang Total Aktiva DAR

Sebelum Akuisisi 2009 289.689.648 316.947.029 91,40% 2010 367.612.492 404.285.602 90,92% Setelah Akuisisi 2011 2012 420.078.955 486.455.011 469.899.284 551.336.790 89,39% 88,23%

Sumber: Data Diolah

Dari tabel diatas, tingkat Debt to Total Aset Ratio yang dimiliki oleh PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk sebelum melakukan akuisisi pada tahun 2009-2010 mendapatkan hasil yang tinggi yaitu 91,40% pada tahun 2009 dan 90,92% pada tahun 2010. Dari tahun 2009 ke tahun 2010 terlihat masih tetap hanya terjadi penurunan sebesar 1%. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum melakukan akuisisi beban perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya dengan menggunakan total asetnya adalah tinggi. Kemampuan perusahaan menggunakan total aset dalam kewajiban jangka panjangnya yang tinggi akan menimbulkan risiko yang tinggi juga.

Sedangkan tingkat Debt to Total Aset Ratio yang dimiliki PT. Bank Rakyat Indonesia setelah melakukan akuisisi pada tahun 2011-2012 terlihat mengalami penurunan, meskipun penurunan tersebut tidak tajam yaitu menghasilkan 89,39% pada tahun 2011 dan 88,23 pada tahun 2012. Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan berusaha menurunkan risiko dan beban yang dipikul perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya dengan mengandalkan total aset yang dimiliki.

4. Net Profit Margin

Net Profit Margin adalah ratio yang menunjukkan kemampuan setiap rupiah pendapatan untuk menghasilkan laba bersih (Earnings After Taxes, EAT). Perhitungan net profit margin untuk PT. Bank Rakyat Indonesia adalah:

Tabel 4

Perhitungan Net Profit Margin Sebelum dan Sesudah Akuisisi

Kondisi Tahun Laba Bersih

Setelah Pajak Pendapatan NPM Sebelum Akuisisi 2009 7.308.292 35.334.131 20,68% 2010 11.472.385 44.615.162 25,71% Setelah Akuisisi 2011 2012 15.087.996 18.687.380 48.164.348 49.610.241 31,32% 37,67%

Sumber: Data Diolah

Dari tabel diatas, tingkat net profit margin yang dimiliki oleh perusahaan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk sebelum melakukan akuisisi selama tahun 2009-2010 cenderung sedikit

(13)

rendah yaitu 20,68% pada tahun 2009 dan 25,71% pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih kurang baik.

Sedangkan tingkat net profit margin yang dimiki oleh perusahaan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk setelah melakukan akuisisi selama tahun 2011-2012 mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih meningkatkan kemampuannya dalam memperoleh laba bersih.

5. Return On Asset (ROA)

Return On Asset Ratio yaitu ratio untuk mengetahui sampai seberapa jauh asset yang digunakan untuk menghasilkan laba, dalam hal ini EBIT. EBIT adalah laba sebelum beban pajak. Perhitungan Return On Asset untuk PT. Bank Rakyat Indonesia adalah:

Tabel 5

Perhitungan Return On Asset Sebelum dan Sesudah Akuisisi

Kondisi Tahun Laba Sebelum

Beban Pajak

Total Asset ROA

Sebelum Akuisisi 2009 9.891.228 316.947.029 3,12% 2010 14.908.230 404.285.602 3.69% Setelah Akuisisi 2011 18.755.880 469.899.284 3.99% 2012 23.859.572 551.336.790 4.33%

Sumber: Data Diolah

Dari tabel diatas, tingkat return on asset yang dimiliki perusahaan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk sebelum melakukan akuisisi cenderung pada hasil yang tetap yaitu 3,20% pada tahun 2009 dan 3,69 pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba sebelum pajak dengan menggunakan total asset yang dimiliki cukup baik. Karena semakin tinggi ROA maka makin baik bagi perusahaan.

Tingkat return on asset yang dimiliki perusahaan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk setelah akuisisi tidak jauh berbeda bila dibandingkan sebelum akuisisi, yaitu 3,99% tahun 2011 dan 4,33 tahun 20120. Hanya mengalami sedikit kenaikan dibandingkan pada tahun sebelum akuisisi. Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan berusaha untuk menaikkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan total asset yang dimilikinya.

6. Return On Equity

Ratio ini digunakan untuk mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba (EBIT). Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai. Perhitungan Return On Equity pada PT. Bank Rakyat Indonesia adalah:

Tabel 6

Perhitungan Return On Equity Sebelum dan Sesudah Akuisisi

Kondisi Tahun Laba Sebelum

Beban Pajak Total Ekuitas ROE Sebelum Akuisisi 2009 9.891.228 27.257.381 36,29% 2010 14.908.230 36.673.110 40,65% Setelah Akuisisi 2011 2012 18.755.880 23.859.572 49.820.329 64.881.779 37,65% 39,77%

(14)

Dari tabel diatas, tingkat return on equity yang dimiliki oleh perusahaan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk sebelum melakukan akuisisi selama tahun 2009-2010 cenderung meningkat yaitu 36,29% pada tahun 2009 dan 40,65% pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dengan menggunakan modal yang dimilikinya semakin baik.

Tingkat return onequity yang dimiki oleh perusahaan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk setelah akuisisi justru menunjukkan kecenderungan menurun. Kondisi ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan modal yang dimilikinya semakin menurun yaitu dengan hasil 37,65% untuk tahun 2011 dan 36,77% untuk tahun 2012.

Pengujian Hipotesis

Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Uji Beda Dua Rata-rata Berpasangan untuk menguji apakah ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi maka digunakan uji t dua sampel berpasangan (Paired Sample Test) yaitu sebuah pengujian dengan subyek yang sama namun mengalami perlakuan yang berbeda.

Adapun prosedur pengujian yang digunakan, sebagai berikut :

a. Jika signifikasi > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan rasio sebelum dan sesudah akuisisi.

b. Jika signifikasi < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan

kinerja keuangan rasio sebelum dan sesudah akuisisi.

Dari hasil uji paired sample t test dengan menggunakan alat bantu SPSS 19.0 dan prosedur pengujian yang digunakan untuk perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 7

Perhitungan Uji Beda Dua Rata-rata Berpasangan Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std.

Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 CR Sebelum CR Sesudah -,05455 ,04462 ,03155 -,45543 ,34633 -1,729 1 ,334 Pair 2 DER Sebelum

DER Sesudah

2,32955 ,18873 ,13345 ,63391 4,02519 17,456 1 ,036 Pair 3 DAR Sebelum

DAR Sesudah ,02350 ,00481 ,00340 -,01970 ,06670 6,912 1 ,091 Pair 4 NPM Sebelum

NPM Sesudah -,11300 ,00933 ,00660 -,19686 -,02914 -17,121 1 ,037 Pair 5 ROE Sebelum

ROE Sesudah

,01260 ,03705 ,02620 -,32030 ,34550 ,481 1 ,715 Pair 6 ROA Sebelum

ROA Sesudah

-,20240 ,27393 ,19370 -2,66359 2,25879 -1,045 1 ,486 Sumber: Data diolah

(15)

Dari output SPSS 19.0, diketahui hasil dari 6 rasio keuangan membuktikan bahwa ada 4 rasio yang terdiri dari Current Ratio, Debt to Total Asset Ratio, Return On Equity, Return On Asset menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi. Secara statistik diindikasikan dengan nilai signifikasi masing-masing rasio tersebut diatas α = 0,05.

Sedangkan untuk kinerja keuangan yang diukur dengan Debt Equity Ratio dan Net Profit Margin menunjukkan perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah akuisisi. Secara statistik diindikasikan dengan nilai signifikasi kurang dari α = 0,05.

1. Current Ratio

Dari hasil SPSS 19.0 diatas menunjukkan sign (2-tailed) > α yaitu 0,334 > 0,05 maka ditolak yang berarti pada Current Ratio tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat Current Ratio perusahaan antara sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk.

2. Debt Equity Ratio

Dari hasil diatas menunjukkan sig (2-tailed) < α yaitu 0,036 < 0,05 maka diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada Debt Equity Ratio terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk. 3. Debt to Total Asset Ratio

Dari hasil SPSS 19.0 diatas menunjukkan sig (2-tailed) > α yaitu 0,091 > 0,05 maka ditolak. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa Debt to Total Asset Ratio tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Bank Rakyat Indonesia.

4. Net Profit Margin

Dari hasil SPSS 19.0 diatas menunjukkan sig (2-tailed) < α yaitu 0,037 < 0,05 maka diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada rasio Net Profit Margin terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk.

5. Return On Equity

Dari hasil SPSS 19.0 diatas menunjukkan sig (2-tailed) > α yaitu 0,715 > 0,05 maka ditolak. Hal ini menunjukka bahwa pada rasio Return On Equity tidak terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk. 6. Return On Asset

Dari hasil SPSS 19.0 diatas menunjukkan sig (2-tailed) > α yaitu 0,486 > 0,05 maka H1

ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pada rasio Return On Asset tidak terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk. SIMPULAN DAN KETERBATASAN

Simpulan

Simpulan dari penelitian tersebut adalah:

1. PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia yang didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja pada tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.

2. Dalam menilai kinerja keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk yaitu dengan melihat laporan keuangan pada sisi neraca dan laba rugi kemudian di analisis dengan menggunakan rasio likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas. Dengan menggunakann ketiga rasio tersebut diharapkan dapat melihat kinerja keuangan dari tahun ke tahun

(16)

untuk menyimpulkan bahwa perusahaan tersebut mengalami kenaikan atau penurunan pada periode sebelum dan sesudah akuisisi. Selanjutnya membandingkan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi dengan menggunakan analisis statistik dengan menggunakan uji beda berpasangan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan antara sebelum dan sesudah akuisisi.

3. Hasil perhitungan rasio likuiditas pada Qurrent Ratio sebelum akuisisi cenderung lebih rendah yaitu 108,93% tahun 2009 dan 108,65 tahun 2010. Pada periode setelah akuisisi sedikit mengalami kenaikan yaitu 111,23% tahun 2011 dan 117,26% tahun 2012. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kinerja perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya mengalami kenaikan meskipun tidak signifikan.

4. Hasil perhitungan rasio solvabilitas pada Debt Equity Ratio pada periode sebelum akuisisi cenderung tinggi yaitu 1062,79% tahun 2009 dan 1002% tahun 2010. Pada periode setelah akuisisi cenderung menurun yaitu 843,18% tahun 2011 dan 756,10% tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan berusaha menunurunkan risiko dan beban yang dipikul perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya dengan menggunakan modal yang dimiliki pada saat kondisi sebelum akuisisi. Demikian pula yang terjadi pada rasio Debt to Total Asset Ratio yang menurun setelah melakukan akuisisi. Yaitu 91,40% tahun 2009 dan 90,92% tahun 2010 menjadi 89,39 tahun 2011 dan 88,23% tahun 2012. Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan berusaha menurunkan risiko dan beban yang dipikul perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya dengan mengandalkan total aset yang dimiliki.

5. Hasil perhitungan rasio profitabilitas pada rasio net profit margin mengalami kenaikan pada kondisi setelah akuisisi. Yaitu 20,86% tahun 2009 dan 25,71% tahun 2010 pada konsisi sebelum akuisisi dan 31,32% tahun 2010 dan 37,67% tahun 2011 pada kondisi sebelum akuisisi. Tetapi hal ini berbeda dengan rasio Return On Equity (ROE) yang cenderung mengalami fluktuasi yaitu meningkat pada tahun 2010 sebesar 40,65% pada sebelum akuisisi tetapi menurun setelah kondisi akuisisi yaitu 37,65% tahun 2011 dan 36,77% tahun 2012. Pada rasio Return On Asset cenderung mengalami kenaikan pada kondisi setelah akuisisi. Yaitu dari 3,20% tahun 2009 dan 3,69 tahun 2010 sebelum akuisisi naik menjadi 3,99% tahun 2011 dan 4,33% tahun 2012. Dengan demikian secara keseluruhan kinerja perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi bila ditinjau dari rasio profitabilitas mengalami peningkatan, hanya ROE yang mengalami penurunan, jadi dapat dikatakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan cukup baik.

6. Dari hasil perhitungan statistika dengan menggunakan uji t dua sampel berpasangan (paired sample t-test) dengan menggunakan alat bantu spss 19 dari 6 rasio yang diuji, 4 rasio diantaranya tidak terdapat perbedaan yang signifikan, hanya pada rasio Debt Equity Ratio dan Net Profit Margin yang memiliki perbedaan signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk.

Keterbatasan

Dalam penelitian ini hanya menggunakan 2 tahun untuk sebelum dan sesudah akuisisi sehingga mungkin belum dirasakan efek dari akuisisi tersebut bagi penelitian selanjutnya hendaknya dapat memperbanyak jumlah periode serta menambahkan berbagai macam rasio yang lainnya sehingga dapat menghasilkan penelitian yang lebih akurat dan menglengkapi hasil penelitian sebelumnya.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2005. Manajemen Penelitian. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Astuti, D. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Brealy. 2008.

Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan

. Edisi 10. Jakarta: Erlangga.

Brigham, E dan J. F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Hanafi, M. 2003. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE.

Husnan, S. 2012. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Keenam. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Horne, J dan J. M. Wachowicz, Jr. 2012. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Edisi Ketigabelas. Jakarta: Salemba Empat.

Martono. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Pertama. Yogyakarta: Ekonisia. Munawir. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty.

Murhadi, W. 2013.

Analisis Laporan Keuangan Proyeksi dan Valuasi Saham

. Jakarta:

Salemba Empat.

Moin, A. 2004. Merger, Akuisisi, dan Divestasi. Yogyakarta: Ekonisia.

Prihadi, T. 2012. Memahami Laporan Keuangan Sesuai IFRS dan PSAK. Jakarta: PPM.

Setiawan, I. 2012. Analisis Rasio Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk Sebelum dan Sesudah Akuisisi Periode 2007-2011.

Skripsi. Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Malang.

Syahrial, D. 2007. Manajemen Keuangan Lanjutan. Jilid Pertama. Jakarta: Mitra Wacana

Media.

Wiyono, G. 2011. 3 in One Merancang Penelitian Bisnis Dengan Alat Analisis SPSS 17.0 & Smart PLS 2.0. Edisi Pertama. Yogyakarta: STIM YKPN.

Referensi

Dokumen terkait

Penjualan adalah suatu kegiatan transaksi yang terjadi antara penjual selaku produsen dan pembeli selaku konsumen, dimana produsen menyerahkan suatu barang atau jasa kepada

Tersusunnya Skripsi ini diharapkan dapat menambah literatur ilmiah dibidang pendidikan SD, khususnya peningkatan keterampilan operasi hitung bilangan campuran dengan

Hubungan antara Konsumsi Makanan dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia (Studi Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember).. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Peningkatan NTP ini disebabkan peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih besar dibandingkan dengan peningkatan peningkatan indeks harga yang dibayar

eksperimen ini, adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan pendekatan saintifik melalui model Problem Based Learning dari hasil tes kemampuan menyelesaikan

Menetapkan : PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK

Responden pegawai Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar ditinjau dari perspektif proses internal secara keseluruhan memberikan jawaban

Ketika saya sedang berbicara, orang tua tidak memberikan jawaban atau tanggapan. SS S