• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1. Pengertian

Anak usia prasekolah adalah mereka yang berusia 3 – 6 tahun. Mereka biasa mengikuti program prasekolah dan kinderganten. Sedangkan di Indonesia pada umumnya mereka mengikuti program

tempat penitipan anak 3 – 5 tahun dan kelompok bermain atau Play Group (usia 3 tahun), sedangkan pada anak usia 4 – 6 tahun

biasanya mereka mengikuti program taman kanak-kanak. (Biechler dan Snowman dari Patmonodewo, 2003)

Tumbuh dan Kembang Anak

Anak merupakan individu yang unik, karena faktor bawaan dan lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan pencapaian kemampuan perkembangan juga berbeda. (Soetijiningsih, 1995)

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (centimeter, meter), dan ukuran tulang. (Soetijiningsih, 1995)

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan yang menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa, sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. (Soetijiningsih, 1995)

Tumbuh kembang merupakan proses kontinu sejak dari konsepsi sampai maturasi atau dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. (Soetijiningsih, 1995)

(2)

Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat membelah diri dan mensintesis protein baru mengahsilkan peningkatan ukuran dan berat seluruh atau sebagian bagian sel (Wong, 2009).

Perkembangan adalah perubahan dan perluasan secara bertahap perkembangan tahap kompleksitas dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan maturasi serta pembelajaran.

Pola tumbuh kembang bersifat jelas dapat diprediksi, kontinyu, teratur, dan progresif, pola atau kecendrungan ini juga bersifat universal dan mendasar bagi semua individu, namun unik dalam hal cara dan waktu pencapaiannnya.

a. Pertumbuhan biologis dan perkembangan fisik

Sejalan dengan pertumbuhan anak, dimensi eksternal anak prasekolah juga berubah. Perubahan ini disertai dengan perubahan yang berkaitan dengan struktur dan fungsi organ internal dan jaringan yang mencerminkan diperolehnya kompetensi fisiologis secara bertahap. Setiap bagian memiliki laju pertumbuhan masing-masing yang dapat secara langsung berkaitan dengan perubahan ukuran anak (missal, frekunensi jantung). Pertumbuhan otot rangka hamper sama dengan pertumbuhan seluruh tubuh, jaringan otak, limfoid, adrenal dan reproduksi tumbuh dalam pola yang berbeda dan bersifat individual.

b. Perubahan fisiologis

Perubahan fisiologis yang terjadi disemua organ dan system berkaitan dengan disfungsinya. Hal ini seperti frekuensi nadi dan pernafasan serta tekanan darah. Selain itu juga terdapat perubahan-perubahan pada disfungsi dasar, termasuk metabolisme, suhu, pola tidur dan istirahat (Wong, 2009).

(3)

2. Ciri-ciri Anak Prasekolah

Snowman (1993) dikutip dari Padmonodewo (2003) mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak.

1. Ciri Fisik

Penampilan atau gerak-gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya.

1) Anak prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan

sangat menyukai kegiatan-kegiatan yang dilakukan sendiri. Berikan kesempatan kepada anak untuk lari, memanjat, dan melompat. Usahakan kegiatan-kegiatan tersebut sebanyak mungkin sesuai dengan kebutuhan anak dan selalu di bawah pengawasan.

2) Walaupun anak laki-laki lebih besar, namun anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik anak lelaki apabila dia tidak terampil. Jauhkan dari sikap membandingkan lelaki-perempuan, juga dalam kompetensi ketrampilan.

2. Ciri Sosial

Anak prasekolah biasanya mudah bersosialisasi dengan orang di sekitarnya. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat yang cepat berganti. Mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang biasa dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang menjadi sahabat yang terdiri dari jenis kelamin yang berbeda.

3. Ciri Emosional

Anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka, sikap marah, iri hati pada anak prasekolah sering

(4)

terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian guru atau orang sekitar.

4. Ciri Kognitif

Anak prasekolah umumnya sudah terampil berbahasa, sebagian besar dari mereka senang berbicara, khususnya pada kelompoknya. Sebaliknya anak diberi kesempatan untuk menjadi pendengar yang baik.

3. Tugas Tumbuh Kembang Anak

Soetijiningsih, 1995 mengemukakan bahwa semua tugas perkembangan anak usia 4-6 tahun itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam empat kelompok besar yang disebut sektor perkembangan yang meliputi :

1. Perilaku Sosial

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan kemandirian, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan misalnya, membantu di rumah, mengambil makan, berpakaian tanpa bantuan, menyuapi boneka, menggosok gigi tanpa bantuan, dapat makan sendiri.

2. Gerakan Motorik Halus

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu yang dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat misalnya menggambar garis, lingkaran dan menggambar manusia.

3. Bahasa

Kemampuan yang memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah, misalnya bicara semua dimengerti, mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat (besar-kecil).

(5)

4. Gerakan Motorik Kasar

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh, misalnya berdiri dengan satu kaki, berjalan naik tangga dan menendang bola ke depan.

4. Faktor yang mempengaruhi perkembangan 1. Keturunan

Karakteristik yang diturunkan mempunyai pengaruh besar pada perkembangan jenis kelamin anak, yang ditentukan oleh seleksi acak pada waktu konsepsi, mengarahkan pola pertumbuhan dan perilaku orang lain terhadap anak. Jenis kelamin dan determinan keturunan lain secara kuat mempengaruhi hasil akhir pertumbuhan dan laju perkembangan untuk mendapatkan hasil akhir tersebut. Terdapat hubungan yang besar antara orang tua dan anak dalam hal sifat seperti tinggi badan, berat badan dan laju pertumbuhan. Kebanyakan karakteristik fisik, termasuk pola dan bentuk gambaran, bangun tubuh dan keganjilan fisik diturunkan dan dapat mempengaruhi cara pertumbuhan dan integrasi anak dengan lingkungan.

2. Faktor Neuroendoktrin

penelitian menunjukan kemungkinan adanya pusat pertumbuhan dalam region hipotalamik yang bertanggungjawab untuk mempertahankan pola pertumbuhan yang ditetapkan secara genetic. Beberapa hubungan fungsional diyakini diantara hipotalamus dan system endokrin yang mempengaruhi pertumbuhan. 3. Nutrisi

Nutrisi mungkin merupakan satu-satunya pengaruh paling penting pada pertumbuhan. Factor diit mengatur pertumbuhan pada semua tahap perkembangan dan efeknya ditunjukan pada cara yang beragam dan rumit, selama masa bayi dan kanak-kanak. Kebutuhan kalori relative besar dibuktikan oleh peningkatan tinggi dan berat badan.

(6)

4. Hubungan interpersonal

Hubungan dengan orang terdekat memainkan peran penting dalam perkembangan terutama dalam perkembangan emosi, intelektual dan kepribadian, terutama dalam perkembangan emosi, intelektual dan kepribadian tidak hanya kualitas dan kuantitas kontak dengan orang lain yang memberi pengaruh pada anak yang sedang berkembang tetapi luasnya rentang kontak penting untuk pembelajaran dan perkembangan kepribadian yang sehat.

5. Tingkat Sosioekonomi

Tingkat sosioekonomi keluarga mempunyai dampak signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan. Pada semua usia anak dari kelas atas dan menengah mempunyai tinggi lebih dari anak keluarga dengan strara ekonomi rendah. Keluarga dari sosioekonomi rendah kurang memiliki pengetahuan atau sumber daya yang diperlukan untuk memberikan lingkungan yang aman, menstimulasi dan kaya nutrisi yang membantu perkembangan optimal anak. 6. Penyakit

Perubahan pertumbuhan dan perkembangan adalah satu menifestasi klinis dalam sejumlah gangguan hereditas. Gangguan pertumbuhan terutama terlihat pada gangguan skeletal, seperti berbagai bentuk duarfisme dan sedikitnya satu anomaly kromosom (sindrom turner) banyak gangguan metabolisme seperti riketsia resisten-vitamin D, mukopoli sekaridosis, dan berbagai gangguan lain, kecendrungannya adalah kearah persentil atas tinggi badan. Gangguan apapun yang dicirikan dengan ketidakmampuan untuk mencerna dan mengabsorsi nutrisi tubuh akan memberi efek merugiokan pada pertumbuhan dan perkembangan

7. Bahaya Lingkungan

Bahaya dilingkungan adalah sumber kekawatiran pemberi asuhan kesehatan dan orang lain yang memperhatikan kesehatan dan keamanan cedera fisik paling sering terjadi akibat bahaya

(7)

lingkungan, dan berkaitan dengan usia bahaya khusus dan ketidakmampuan fisik.

Anak beresiko tinggi mengalami cedera akibat resiko kimia dan ini berhubungan dengan potensi kardiogenik, efek enzimatik dan akumulasi (baum dan Shannon, 1995). Agens berbahaya yang paling sering dikaitkan dengan resiko kesehatan adalah bahan kimia dan radiasi.

8. Stres pada masa kanak-kanak

Meskipun semua anak mengalami stress beberapa anak muda tampak lebih rentan disbanding yang lain. Usia anak temperamen situasi hidup dan status kesehatan mempengaruhi kerentanan reaksi dan kemampuan mereka mengatasi stress. Orang tua dapat mencoba untuk mengenali tanda stress untuk membantu anak mengahdapi stress sebelum menjadi berat.

9. Pengaruh media massa

media dapat memberi pengaruh besar pada perkembangan anak, media memberi anak suatu cara untuk memperluas pengetahuan mereka tentang dunia tempat mereka hidup dan berkontribusi untuk mempersempit perbedaan antar kelas. Anak dapat mengidentifikasi secara dekat orang atau karakter yang digambarkan dalam materi bacaan, film, fideo dan program televise serta iklan.

B. Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) 1. Pengertian

Pola hidup bersih sehat adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan pola hidup bersih dan sehat, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2006)

(8)

Pola hidup bersih sehat adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan masing-masing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatannya. (Departemen Kesehatan RI, 2000)

2. Tujuan Perilaku Hidup Bersih Sehat

Tujuan dari pelaksanaan program PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku serta kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2006), sedangkan menurut Dep Kes RI (1997), tujuan dari PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

3. Sasaran Perilaku Hidup Bersih Sehat

Menurut Dep Kes RI (1997) ada 5 sasaran, meliputi : Tatanan PHBS Sasaran Primer Sasaran Sekunder Sasaran Tersier Prioritas Rumah Tangga Institusi Pendidikan Tempat Kerja Tempat Umum Institusi Kesehatan Anggota keluarga Seluruh siswa Seluruh karyawan Pengunjung atau pengguna jasa Pasien atau pengunjung Ibu Guru, karyawan, OSIS Pengurus atau serikat kerja Pegawai atau karyawan Petugas kesehatan Kepala keluarga Kepala sekolah atau pengelola Direksi atau pemilik Direksi atau pemilik Pimpinan atau Direktur KIA, Gizi, Kesling, gaya hidup, sarkes Kesling, gaya hidup Kesling, gaya hidup Kesling, gaya hidup Kesling, gaya hidup, gizi, KIA

(9)

4. Strategi Perilaku Hidup Bersih Sehat

Adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan Perilaku Hidup Bersih Sehat. Dalam hal ini ada tiga strategi utama dalam melakukan Perilaku Hidup Bersih Sehat. Dapat digambarkan dalam tabel berikut :

Strategi Sasaran Tujuan Cara yang Dilakukan

Memberdayakan (Empowerment) Pembinaan Suasana (Social Support) Pendekatan Pimpinan (Advocacy) Primer Sekunder Tersier Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku (PHBS)

Pengembangan pendapat umum, opini, norma Persetujuan, dukungan

Penyuluhan perorangan, kelompok dan missal, pelatihan atau orientasi, mendistribusikan bahan penyuluhan

Pendekatan perorangan dan kelompok

Konsultasi, pertemuan

5. Tatanan Perilaku Hidup Bersih Sehat

Program perilaku hidup bersih sehat (PHBS) dilakukan berbagai tatanan, seperti tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum, institusi kesehatan. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2002)

6. Perilaku Siswa Dalam Memelihara Kebersihan dan Kesehatan Pribadi

Menurut Ananto (2006), memelihara kebersihan diri dan kesehatan pribadi adalah salah satu upaya pendidikan kesehatan yang diberikan kepada peserta didik di sekolah dan di rumah. Melalui peningkatan kebersihan dan kesehatan pribadi kesehatannya menjadi lebih baik, “Kebersihan Pangkal Kesehatan”, slogan initidak dapat kita pungkiri kebenarannya. Oleh sebab itu, hendaknya setiap orang selalu berupaya memelihara dan meningkatkan taraf kebersihan pribadinya, antara lain dengan cara-cara berikut :

(10)

1. Memelihara Kebersihan Diri

Menurut Ananto (2006), upaya memelihara kebersihan pribadi peserta didik tidak terlepas dari upaya pendidikan secara keseluruhan dan pendidikan kesehatan pada khususnya, karena menjaga kebersihan pribadi secara optimal, tidak mungkin terwujud tanpa adanya penanaman sikap hidup bersih dan sehat sejak dini. Hidup sehat sangat didampakan oleh semua manusia, karena kalau kesehatannya terganggu yang akan berakibat pada dirinya sendiri. Kehidupan modern menuntut kepada kita agar selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan pribadi merupakan kesehatan masyarakat, maka diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam mencapai tingkat kesehatan pribadi.

2. Membiasakan Hidup Bersih dan Sehat

Kebiasaan yang baik maupun yang buruk, biasanya terjadi tanpa disadari oleh yang memiliki kebiasaan itu. Hal ini disebabkan karena kebiasaan merupakan hal yang terbentuk dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga kebiasaan tersebut seolah-olah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari orang yang memilikinya. Contoh kebiasaan negatif (buruk) misalnya, meludah atau membuang sampah di sembarang tempat, menggigit-gigit jari atau benda dan sebagainya. Contoh kebiasaan yang positif (baik) misalnya, teliti dalam memilih sesuatu, selalu tepat dalam waktunya (tidur, bangun pagi, berangkat ke sekolah atau berolah raga secara teratur). Kebiasaan yang telah terbentuk dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari sangat sukar diubah.

Membiasakan hidup bersih sehat pada kehidupan sehari-hari diantaranya adalah mencuci tangan.

Mencuci tangan yang benar pada saat sebelum makan atau minum, sebelum menyiapkan atau memegang makanan, setelah buang air besar yang dapat mencegah penularan penyakit.

(11)

Mencuci tangan dengna air bersih dan sabun dapat mematikan kuman yang melekat pada tangan. Hal ini membantu mencegah masuknya kuman ke dalam mulut anak. Anak-anak sering sekali mempunyai kebiasaan memasukkan jari tangan ke mulut. Oleh karena itu sangat penting mencuci tangan anak sebelum makan dan setelah buang air besar guna mencegah penyebaran penyakit. Dalam hal ini, orang tua sangat berperan dalam pembentukan kebiasaan anak untuk mencuci tangan. Orang tua dapat mengajarkan dan memberi contoh pada anak cara mencuci tangan yang benar, serta dapat selalu mengingatkan anak ketika anak lupa melakukannya.

1) Pengertian

Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Cuci tangan merupakan tindakan paling penting dalam mencegah kontaminasi silang (orang ke orang atau benda terkontaminasi ke orang). (Gerner & Farero, 1986)

2) Tujuan

Tujuan cuci tangan adalah menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara. Cuci tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan cuci tangan menggunakan sabun anti mikrobial (Pereira, Lee dan Wade, 1990).

Cuci tangan sebaiknya dilakukan sebelum memegang makanan, makan atau minum. Serta juga sebaiknya dilakukan setelah melakukan aktivitas, setelah bermain dan setelah buang air besar.

3) Teknik Mencuci Tangan yang Dianjurkan

Jauh sebelum akhir abad yang lalu, studi mengenai teknik cuci tangan sudah banyak ditulis dalam literatur waktu itu. Pendapat mengenai pentingnya tangan yang bersih, bahkan

(12)

sudah ada jauh sebelum itu. Sebagaimana dapat dibaca dalam Kitab Perjanjian Lama. Meskipun banyak bukti yang memperkuat mencuci tangan secara teliti (benar) dan seringkali banyak ahli yang hingga kini berpendapat bahwa tangan yang terkena kontaminasi merupakan faktor utama terjadinya infeksi silang. Di rumah sakit, sekolah, maupun rumah tangga, tanganlah yang senantiasa digunakan, misalnya, perawat ataupun dokter dalam pemberian pelayanan, anak-anak bermain, dan para ibu melakukan pekerjaan rumah tangga. Namun, seringkali mencuci tangan nampaknya lebih merupakan suatu yang bersifat semacam upacara daripada sesuatu yang memang seharusnya dilakukan.

Banyak peneliti yang menguraikan manfaat antiseptik tertentu untuk membersihkan tangan. Akan tetapi, apabila tak ada alasan untuk menganggap tangan mengandung organisme yang pathogenis dan jika tidak terjadi kontak langsung dengan sesuatu yang kotor, maka nampaknya tidak dilakukan cuci tangan.

Mencuci tangan lebih baik dilakukan dengan air yang mengalir pada wastafel, dan krannya ditutup dan dibuka tidak dengan tangan, melainkan dengan kaki. Jika kran itu dibuka tutup dengan tangan, maka membuka dan menutupnya haruslah dengan lap kertas. (Papor towel)

Adapun cara mencuci tangan adalah sebagai berikut : a) Basahi tangan dengan air

b) Pakai sabun

c) Gosok punggung tangan dan pergelangan tangan agar banyak keluar sabun.

d) Bersihkan busa dan kotoran dari tangan, dengan cara menyiram aliran air ke tangan.

(13)

f) Bilas sampai bersih.

g) Keringkan tangan dengan lap kertas, jika tidak ada dapat menggunakan lap bersih.(Tiethen, 2004).

C. Perilaku 1. Pengertian

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas daripada manusia itu sendiri, untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisasi tersebut, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. (Notoatmojo, 2003)

Menurut Skiner dikutip dari Notoatmojo, 2003 bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon) yang dibedakan adanya dua respon, yaitu :

b. Responden respon ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu dan menimbulkan rangsangan-rangsangan tetap, misalnya makanan yang lezat menimbulkan air liur.

c. Operant respon yaitu respon yang timbul dan perkembangannya diikuti oleh perangsang tertentu dan diperkuat oleh respon yang telah dilakukan oleh organisme. Misalnya seoran anak belajar atau telah melakukan perbuatan kemudian memperoleh reward atau hadiah, maka ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik melakukan perbuatan tersebut.

2. Prosedur Pembentukan Perilaku

Notoatmojo, 2003 mengemukakan bahwa sebagian besar perilaku manusia adalah operant respon, sehingga untuk membentuk jenis respon atau perilaku ini diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant conditing. Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditing ini menurut Skiner adalah sebagai berikut :

(14)

1. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa hadiah atau reward bagi perilaku yang akan dibentuk.

2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki, kemudian komponen tersebut dengan disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.

3. Dengan menggunakan secara urut komponen itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing komponen tersebut.

4. Melakukan pembentukan perilaku, dengan menggunakan urutan komponen yang telah disusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau perilaku itu sudah terbentuk, maka dilakukan komponen (perilaku) yang kedua yang diberi hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi). Demikian berulang-ulang, sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk. Misalnya dikehendaki agar anak mempunyai kebiasaan mencuci tangan, untuk berperilaku seperti ini maka anak tersebut harus

3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Green, dalam Notoatmojo (2005), mengemukakan bahwa untuk mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan orang dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam perilaku dan faktor dari luar perilaku. Perilaku terbentuk dari tiga faktor yaitu :

1. Faktor Predisposisi

Terbentuknya suatu perilaku baru dimulai pada cognitive domain dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus

(15)

yang berupa materi untuk cuci tangan, sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subyek tersebut, selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subyek terhadap pengetahuan tentang cuci tangan. Pengetahuan dan sikap subyek terhadap cuci tangan diharapkan akan membentuk perilaku (psikomotorik) subyek terhadap cuci tangan. Di bawah ini akan diuraikan tentang pengetahuan, sikap dan praktek.

a. Pengetahuan

Menurut Notoatmojo, 2003 mengemukakan pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan hal ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap pengetahuan ini. Selain pengindraan ini, juga dengan penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan ini juga merupakan domain (kawasan) yang penting untuk terbentuknya perilaku mencuci tangan yaitu pengetahuan.

Pengetahuan yang cukup di dalam cognitive domain mempunyai enam tingkatan, yaitu tahu (know), artinya mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap materi mencuci tangan dan prakteknya yang telah diterima, kemudian memahami (comprehension) mempunyai arti suatu kemampuan untuk menjelaskan atau mempraktekkan secara benar tentang cuci tangan, aplikasi (application) dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan pengetahuan tentang pentingnya cuci tangan yang telah dipelajari, sedangkan analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menghubungkan dan menguraikan dalam seluruh materi tersebut. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap materi tersebut.

b. Sikap

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu dalam kata lain fungsi

(16)

sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.

Sikap terhadap cuci tangan merupakan reaksi (respon) yang masih tertutup dari seseorang terhadap materi cuci tangan. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi atau arti tambahan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersiat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap tersebut merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap pengetahuan tentang pentingnya cuci tangan, penghayatan terhadap pengetahuan ini meliputi komponen pokok untuk mencuci tangan yaitu kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep, kehidupan emosional (evaluasi) kecenderungan untuk bertindak, ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam pemantauannya, pengetahuan berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting (Notoatmojo, 2003)

Berbagai tindakan, sikap yang berpengaruh terhadap pengetahuan tentang pentingnya mencuci tangan antara lain menerima (receiving), merespon, menghargai dan bertanggung jawab menerima sendiri. Artinya orang tua mau memperhatikan pengetahuan tentang pentingnya mencuci tangan. Mereson (responding) dapat diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikator dari sikap. Dihargai (valuing) artinya mengajak orang lain untuk mengerjakan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, sedangkan bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. (Notoatmodjo, 2003)

c. Tindakan atau Praktek

Tingkatan-tingkatan praktek antara lain persepsi, respon terpimpin, mekanisme serta adaptasi. Dalam persepsi (perception),

(17)

mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktek tingkat pertama, sedangkan respon terpimpin (guida respon) dapat melakukan cuci tangan yang benar sesuai dengan contoh merupakan indikator praktek tingkat dua. Untuk mekanisme (mechanism) artinya apabila seseorang telah melakukan cuci tangan dengan benar dan tanpa paksaan (dengan penuh kesadaran) maka sudah mencapai praktik tingkat ketiga, sedangkan adaptasi (adaptation) adalah suatu praktik (tindakan) yang sudah berkembang dengan baru artinya sesuatu itu sudah dan telah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. 2. Faktor Pendukung atau Pemungkin

Hubungan antara konsep pengetahuan dan praktek kaitannya dalam suatu materi kegiatan biasanya mempunyai angapan yaitu adanya pengetahuan tentang manfaat sesuatu hal yang akan menyebabkan orang mempunyai sikap positif terhadap hal tersebut. Selanjutnya sikap positif ini akan mempengaruhi untuk ikut dalam kegiatan ini. Niat ikut serta dalam kegiatan ini akan menjadi tindakan apabila mendapatkan dukungan sosial dan tersedianya fasilitas kegiatan ini disebut perilaku. Berdasarkan teori WHO menyatakan bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku ada tiga alasan diantaranya adalah sumber daya (resource) meliputi fasilitas, pelayanan kesehatan dan pendapatan keluarga.

3. Faktor Penguat

Faktor yang mendorong untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan yang terwujud dalam peran keluarga terutama orang tua, guru dan petugas kesehatan untuk saling bahu membahu, sehingga tercipta kerjasama yang baik antara pihak rumah dan sekolah yang akan mendukung anak dalam memperoleh pengalaman yang hendak dirancang, lingkungan yang bersifat anak sebagai pusat yang akan mendorong proses belajar melalui penjelajah dan penemuan untuk terjadinya suatu perilaku. Hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban

(18)

sebagai orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku orang sakit.

D. Peran Orang Tua 1. Pengertian

Peran adalah perilaku yang berkenaan dengan siapa yang memegang posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial. Setiap perilaku individu menempati posisi-posisi multiple, orang dewasa, dan pria suami (Biddle, dkk, 1998 dalam Friedmen, 1998) yang berkaitan dengan masing-masing posisi ini adalah sejumlah peran, di dalam hal posisi ibu, beberapa peran yang terkait adalah sebagai penjaga rumah, merawat anak, pemimpin kesehatan dalam keluarga, memasak, sahabat atau teman bermain bagi anak. (Friedman, 1998)

Peran merupakan seperangkat tingkah laku seseorang yang diharapkan sesuai dengan fungsi, potensi, kemampuan serta tanggung jawabnya. (Rice, 1999)

Orang tua merupakan seorang atau dua orang ayah-bunda yang bertanggung jawab pada keturunannya semenjak terbentuknya hasil pembuahan atau zigot baik berupa tubuh maupun sifat-sifat moral dan spiritual. (Wadnaningsih, 2005)

Orang tua adalah tokoh panutan anak, maka diharapkan orang tua dapat ditiru, sehingga anak yang bebas bersekolahpun sudah mau dan mampu melakukan cuci tangan dengan benar melalui model yang ditiru dari orang tuanya. (Maulani, dkk, 2005)

Peran orang tua adalah seperangkat tingkah laku dua orang ayah-ibu dalam bekerja sama dan bertanggung jawab berdasarkan keturunannya sebagai tokoh panutan anak semenjak terbentuknya pembuahan atau zigot secara konsisten terhadap stimulus tertentu, baik berupa bentuk tubuh maupun sikap moral dan spiritual serta emosional yang mandiri.

(19)

2. Macam-macam Peran Ada dua macam peran yaitu : 1. Peran Formal

Peran formal merupakan peran yang membutuhkan ketrampilan dan kemampuan tertentu dalam menjalankan peran tersebut. Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga yaitu ayah sebagai pencari nafkah, ibu sebagai pengatur ekonomi keluarga, di samping itu tugas pokok sebagai pengasuh anak. Jika salah satu anggota keluarga tidak dapat memenuhi suatu peran, maka anggota keluarga yang lainnya mengambil alih kekosongan ini dengan memerankan perannya agar tetap berfungsi dengan baik. (Murray, dkk dalam Friedme, 1998).

2. Peran Informal

Peran informal adalah peran yang mempunyai tuntutan yang berbeda, tidak terlalu didasarkan pada usia, jenis kelamin dan lebih berdasarkan pada atribut personalitas atau kepribadian individu. Peran formal dapat mempermudah pandangan terhadap sifat masalah yang dihadapi dan mendapatkan solusi yang tepat. Pelaksanaan peran informal yang efektif dapat mempermudah pelaksanaan peran-peran formal. (Friedmen, 1998)

3. Faktor yang Mempengaruhi Peran 1. Faktor Kelas Sosial

Kelas sosial ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Pendapatan seseorang dari segi finansial akan mempengaruhi status ekonomi, dimana dengan pendapatan yang lebih besar memungkinkan lebih bisa terpenuhinya kebutuhan, sehingga yang ada di masyarakat bahwa semakin tinggi status ekonomi seseorang maka akan semakin tinggi pula kelas sosialnya. (Notoatmojo, 2003)

Pada keluarga dengan status ekonomi kurang, peran orang tua merupakan hal paling penting dari sang ibu, dimana ibu lebih jauh

(20)

bersifat tradisional dalam pandangannya terhadap pengasuhan anak dengan suatu penekanan yang lebih besar pada kehormatan, kepatuhan, kebersihan, dan disiplin bila dibandingkan dengan keluarga menengah ke atas yang lebih menitik beratkan pada pengembangan pengendalian kekuatan sendiri dan kemandirian prinsip perkembangan dan psikologi dengan orang tua dan anak. (Besmer dalam Friedmen, 1998)

2. Faktor Bentuk Keluarga

Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak adalah bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga, untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak. (Wong, dkk, 2002) Anak merupakan individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan, meliputi kebutuhan fisiologis sosial dan spiritual. (Hidayat, 2008)

Keluarga dengan orang tua lengkap yaitu dengan adanya ayah dan ibu akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga terutama anak, dimana anggota keluarga dengan adanya ayah dan ibu akan menimbulkan perasaan aman dan nyaman dalam mengembangkan dan memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial dibandingkan dengan keluarga dengan orang tua tunggal yang hanya mengenal salah satu sosok orang tua sehingga anggota keluarga atau anak mengalami kesulitan mencari identitas diri.

3. Faktor Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga dimulai dari terjadinya pernikahan yang menyatukan dua pribadi yang berbeda, dilanjutkan dengan tahap persiapan menjadi orang tua. Tahap selanjutnya adalah menjadi orang tua dengan anak usia bayi sampai tahap-tahap berikutnya yang berakhir dengan tahap berduka kembali dimana

(21)

dalam setiap tahap individu mempunyai peran yang berbeda sesuai dengan keadaan.

4. Faktor Model Peran

Individu merupakan bagian dari masyarakat, informasi yang diterima individu terkait dengan masalah sehari-hari dalam masyarakat akan menyebabkan masalah peran pada diri individu tersebut sehingga akan terjadi transisi peran dan konflik peran. (Friedman, 1998)

5. Faktor Peristiwa Situasional Khususnya Masalah Kesehatan atau Sakit

Kejadian kehidupan situasional yang berhadapan dengan keluarga dengan pengaruh sehat-sakit terhadap peran keluarga. Peran sentral ibu sebagai pembuat keputusan tentang kesehatan utama, pendidik, konselor, dan pemberi asuhan dalam keluarga. (Litman dalam Friedman, 1998)

E. Hubungan Peran Orang Tua Dalam Perilaku Hidup Bersih Sehat Dengan Kebiasaan Mencuci Tangan

Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi pembentukan kepribadian anak. Dalam hal ini, peran itu sangat menentukan dalam mendidik anak. Ibu merupakan orang pertama kali dijumpai seorang anak dalam kehidupannya. Karena itu, segala perilaku, cara mendidik anak, dan kebiasaannya dapat dijadikan contoh bagi anaknya, biasa menampilkan sikap ketergantungan anak lebih kepada ibunya daripada kepada ayahnya. Demikian juga dalam menanamkan pengetahuan mengenai pentingnya cuci tangan, sebagian orang tua memang tampak mampu menjaga dengan baik perilakunya.

Kaum ibu sangat berperan dalam mewujudkan dan mengembangkan kesehatan secara umum. Orang tua merupakan tokoh panutan anak, maka diharapkan orang tua dapat ditiru, sehingga anak yang belum bersekolahpun

(22)

mau dan mampu mencuci tangan dengan baik dan teratur melalui model yang ditiru dari orang tuanya. (Maulani, dkk, 2005).

Peran orang tua sangat diperlukan dalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat membiasakan cuci tangan. Selain itu orang tua juga mempunyai peran yang cukup besar di dalam pengawasan anak dalam melakukan cuci tangan. Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung sikap tersebut. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan orang tua dengan pengetahuan rendah

mengenai perilaku cuci tangan merupakan faktor predisposisi dari perilaku yang tidak mendukung tercapainya kebiasaan cuci tangan pada anak.

(23)

F. Kerangka Teori

(Sumber : Notoatmodjo, 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi) G. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat ( variabel independent ) ( variabel dependen ) Faktor Predisposisi / Pemudah :

• Pengetahuan • Pendidikan • Sikap • Tindakan

Faktor Pemungkin / Pendukung : • Pendapatan keluarga

• Pelayanan kesehatan

Faktor Pendorong : • Peran orang tua

Kebiasaan anak Mencuci tangan

Peran orang tua Kebiasaan

(24)

H. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan untuk penelitian ini ada dua yaitu : 1. Variabel Bebas ( Variabel Independen )

Dalam penelitian ini sebagai variabel independen adalah peran orang tua dalam perilaku hidup bersih sehat. Peran orang tua merupakan sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat). 2. Variabel Terikat ( Variabel Dependen )

Dalam penelitian ini sebagai variabel dependen adalah kebiasaan mencuci tangan, variabel tersebut dipengaruhi atau terjadi akibat variabel bebas.

I. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep penelitian yang telah dibuat, maka hipotesis penelitian yang dirumuskan : Ada hubungan peran orang tua dalam perilaku hidup bersih sehat dengan kebiasaan mencuci tangan pada anak pra sekolah di Taman Kanak-kanak Siwi Peni Kecamatan Guntur Kabupaten Demak.

(25)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium untuk menentukan besarnya daya hambat perasan buah belimbing wuluh ( Averrhoa bilimbi L) terhadap

Kesimpulan : Latihan Range Of Motion yang telah dilakukan pada pasien stroke yang mengalami kelemahan anggota gerak ekstremitas atas dan ekstremitas bawah terbukti

Dari alasan Cochran Q-Test menunjukan bahwa alasan orang tua tidak mampu membelikan kendaraan pribadi, tidak memiliki kendaraan pribadi di rumah, pelajar tidak ada yang

Tadinya dia juga stress to sama cemas itu pasti tapi karena dia juga sering bergaul dengan penyakit – penyakit yang seperti itu kalau pas di rumah sakit juga melihat seperti

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan analisa energi dan eksergi komponen-komponen yang mengalami kerugian kalor pada sistem turbin gas, sehingga nantinya dapat

Kepala sekolah yang masa tugasnya berakhir dan/atau tidak lagi diberi tugas sebagai kepala sekolah, tetap melaksanakan tugas sebagai guru sesuai dengan jenjang

Adapun populasi terjangkau adalah berjumlah 40 mahasiswa Universitas Negeri Jakarta di Pondok Pesantren Sulaimaniyah Cipinang dengan alasan setelah dilakukan survei awal,

PENGARUH PENENTUAN TUJUAN DAN PENGELOMPOKAN TERHADAP PERFORMA PENGERJAAN TUGAS DAN REAKSI AFEKTIF.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu