• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua

1. Orang tua a. Pengertian

Menurut kartono dalam Astrida (2011) orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap bersedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anaknya yang dilahirkan.

Menurut Nasution dalam Astrida (2011) orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu.

Orang tua adalah figur atau contoh yang akan selalu ditiru oleh anak-anaknya (Mardiya,2000).

b. Peran Orang tua a. Pengertian

Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan atau dimiliki oleh orang yang bercukupan di masyarakat, peran terutama ditentukan oleh ciri-ciri individual yang bersifat khas atau istimewa.(Agus, 2008).

Sedangkan, Peran orang tua adalah seperangkat tingkah laku kedua orang tua dalam bekerja sama dan bertanggung jawab berdasarkan keturunannya sebagai tokoh panutan (Listyowati,2009).

b. Macam-macam peran orang tua peran orang tua terdiri dari : a) Peran sebagai pendidik

Orang tua perlu menanamkan kepada remaja arti penting dari pendidikan dan ilmu pengetahuan yang mereka

(2)

dapatkan dari sekolah. Selain itu nilai agama dan moral perlu ditanamkan kepada anak sejak dini.

b) Peran sebagai pendorong

Remaja membutuhkan dorongan dari orang tua untuk menumbuhkan keberanian dan rasa percaya diri dalam menghadapi masalah.

c) Peran sebagai panutan

Orang tua perlu memberikan contoh dan teladan bagi remaja, baik dalam menjalankan nilai-nilai agama maupun norma yang berlaku.

d) Peran sebagai teman

Orang tua perlu lebih sabar dan mengerti tentang perubahan pada remaja. Orang tua dapat menjadi sumber informasi, teman bicara atau teman bertukar pikiran, sehingga remaja merasa nyaman dan terlindungi.

e) Peran sebagai pengawas

Kewajiban orang tua adalah melihat mengawasi sikap dan perilaku remaja agar tidak terjerumus dalam pergaulan yang membawanya ke dalam pergaulan bebas dan tindakan merugikan diri sendiri.

f) Peran sebagai konselor

Orang tua dapat memberikan gambaran dan pertimbangan nilai positif dan negatif sehingga remaja mampu mengambil keputusan yang terbaik.

c. Faktor yang mempengaruhi peran orang tua

Menurut Mu’tadin (2002) faktor yang mempengaruhi peran orang tua :

a) Faktor pendidikan

Pendidikan orang tua sangat berpengaruh untuk memberikan nasehat-nasehat yang baik untuk anaknya.

(3)

b) Faktor budaya

Orang tua terlalu berhati-hati dalam memberikan nasehat kepada anaknya agar tidak melanggar norma-norma yang berlaku.

2. Pola asuh a) Pengertian

Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak, yaitu bagaimana sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak, termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan nilai atau norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi anaknya (Suparyanto,2010 dalam Fenia & Maria,2012).

b) Macam-macam pola asuh

Menurut Papalia (2008) pola asuh dibagi menjadi tiga yaitu : (a) Pola asuh otoriter

Adalah gaya asuh yang menuntut anak mengikuti perintah orang tua, tegas dan tidak memberi peluang anak untuk mengemukakan pendapat.

Menurut Edwards (2006), pola asuh otoriter adalah pengasuhan yang kaku, diktator dan memaksa anak untuk selalu mengikuti perintah orang tua tanpa banyak alasan. Dalam pola asuh ini biasa ditemukan penerapan hukuman secara fisik dan aturan-aturan tanpa merasa perlu menjelaskan kepada anak apa guna dan alasan di balik aturan tersebut. (a) Faktor yang mempengaruhi pola asuh otoriter.

Orang tua mungkin berpendapat bahwa anak memang harus mengikuti aturan yang diterapkannya. Apa saja yang diterapkan orang tua semata-mata demi kebaikan anak. Orang tua tak mau repot-repot berfikir bahwa peraturan tersebut dapat menimbulkan efek (Marfuah,2010).

(4)

(b) Dampak pola asuh otoriter.

Pola asuh otoriter dapat berdampak buruk pada anak, seperti merasa tidak bahagia, ketakutan, tidak terlatih untuk berinisiatif, selalu tegang dan tidak mampu menyelesaikan masalah. Anak yang hidup dalam suasana keluarga yang otoriter akan menghambat kepribadian dan kedewasaannya. (Marfuah,2010).

(c) Upaya dalam menyikapi pola asuh otoriter.

Menurut Edwards (2006), Seharusnya orang tua mengajari anak-anak mereka dengan empat cara :

(1)) Memberi contoh. Cara utama untuk mengajari remaja adalah melalui contoh. Remaja sering kali mudah menyerap apa yang kita lakukan dibanding dengan apa yang kita katakan. Jika mengatakan untuk berbicara dengan sopan kepada orang lain, tetapi kita masih berbicara kasar kepada mereka, kita telah menyangkal diri kita sendiri. Perbuatan lebih berpengaruh dibandingkan dengan kata-kata.

(2)) Respon positif. Cara kedua untuk mengajari remaja adalah melalui respon positif mengenai sikap mereka. Jika kita mengatakan kepada remaja betapa orang tua menghargai mereka karena telah mengikuti nasehat orang tua, mereka akan mengulangi sikap tersebut. (3)) Tidak ada respons. Orang tua juga mengajari remaja

dengan cara mengabaikan sikap. Sikap-sikap yang tidak direspon pada akhirnya cenderung tidak diulangi. Dengan kata lain, mengabaikan perilaku tertentu bisa jadi mengulangi perilaku tersebut, khususnya jika perilaku-perilaku tersebut bersifat mengganggu.

(4)) Hukuman. Menggunakan hukuman yang relatif ringan secara konsisten, seperti menghilangkan hak istimewa

(5)

atau melarang kegiatan yang sedang dilakukan, bisa jadi cukup efektif dalam menghadapi sikap yang sulit dikendalikan. Namun hukuman ringan tidak boleh mengalahkan penggunaan pendekatan pengajaran yang lebih positif.

(b) Pola asuh autoritatif

Adalah gaya asuh yang memperlihatkan pengawasan ketat pada tingkah laku anak, tetapi juga responsif, menghargai pemikiran, perasaan, dan mengikutsertakan anak dalam pengambilan keputusan.

(c) Pola asuh permisif

Adalah gaya asuh yang mendidik anak secara bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa, diberi kelonggaran untuk melakukan hal yang dikehendaki.

c) Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh.

Banyak pendapat tentang apa saja faktor yang mempengaruhi pola asuh yaitu :

(a) Menurut Edwards (2006) adalah: (a) Pendidikan orang tua

Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak dalam mempengaruhi persiapan mereka menjalankan pengasuhan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan antara lain: terlibat aktif dalam setiap pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak-anak dan menilai perkembangan fungsi keluarga dan kepercayan anak. Orang tua yang sudah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak akan lebih siap menjalankan peran asuh, selain itu orang tua akan lebih

(6)

mampu mengamati tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan yang normal (Supartini,2004).

(b) Lingkungan

Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anaknya. (c) Budaya

Sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat disekitarnya dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak ke arah kematangan. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima dimasyarakat dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh pada anaknya (Anwar,2000 dalam Edwards,2006).

3. Pola Asuh Orang Tua a) Pengertian

1). Pola asuh orang tua merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap yang dilakuakan orang tua antara lain mendidik, membimbing, serta mengajarkan nilai-nilai yang sesuai dengan norma-norma yang dilakukan di masyarakat(Gunarsa, 2002).

a) Tipe Pola Asuh

Menurut Diana Baumrind, pakar perkembangan anak telah mengelompokkan pola asuh ke dalam 4 tipe: bisa diandalkan, otoriter, permisif, dan campuran(Drew, 2006).

(1) Pola Asuh Bisa Diandalkan atau Otoritatif

Orang tua yang dapat diandalkan menyeimbangkan kasih sayang dan dukungan emosional dengan struktur dan bimbingan dalam membesarkan anak-anak mereka. Tipe orang tua ini

(7)

memperhatikan cinta dan kehangatan pada anak. Orang tua dengan tipe ini banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk berbuat keputusan secara bebas, berkomunikasi dengan lebih baik, mendukung anak untuk memiliki kebebasan sehingga anak mempunyai kepuasan sedikit menggunakan hukuman badan untuk mengembangkan disiplin. Pola asuh demokratis dihubungkan dengan tingkah laku anak-anak yang memperlihatkan emosional positif, sosial, dan pengembangan kognitif.

(2) Pola Asuh Otoriter

Pada pola pengasuhan ini, orang tua menuntut anak untuk mematuhi standar mutlak yang ditentukan oleh orang tua. Kebanyakan anak-anak dari pola pengasuhan otoriter ini memiliki kompetensi dan cukup bertanggung jawab, namun kebanyakan cenderung menarik diri secara sosial, kurang spontan dan tampak kurang percaya diri. Tipe pola pengasuhan ini menggunakan hukumansebagai penegak kedisiplinan dan dengan mudah menggambarkankemarahan serta ketidaksenangan, memaksa anak untuk selalu mengikuti orang tua tanpa banyak alasan. Perilaku orangtua dalam berinteraksi dengan anak bercirikan tegas, anak dipaksa untuk patuh terhadap aturan-aturan yang diberikan oleh orangtua tanpa merasa perlu menjelaskan kepada anak apa guna dan alasan dibalik aturan tersebut, serta cenderung mengekang keinginan anaknya.

(3) Pola Asuh Permisif

Baumrind membagi 2 jenis tipe orang tua yang permisif yaitu: orang tua permisif tipe lunak dan orang tua tipe lepas tangan. (a) Orang tua permisif-lunak

Orang tua tipe ini bersifat responsif dan suka ngemong, memberikan sedikit tuntutan kepada anaknya untuk menjadi matang dan bersikap mandiri, peraturan atau batasan-batasan

(8)

yang diterapkan cenderung tidak jelas dan tidak konsisten. Tetapi tipe ini kurang memberikan struktur dan bimbingan. (b) Orang tua permisif-lepas tangan

Orang tua tipe ini kurang memberi dukungan dan kasih sayang, juga kurang memberikan bimbingan dan kasih sayang serta menghindari konflik dengan cara bertahap, menarik diri dari emosional anaknya.

(4) Pola asuh campuran

Pola asuh campuran adalah orang tua yang tidak konsisten dalam mengasuh anak. Orangtua terombang-ambing antara tipe demokratis, otoriter atau permisif. Orangtua mungkin menghadapi sifat anak dari waktu ke waktu dengan cara berbeda, contohnya orangtua bisa memukul anaknya ketika anak menolak perintah orang tua, pada kesempatan lain orangtua mengabaikan anak bila anak melanggar perintah orang tua.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua antara lain : 1 Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua serta pengalaman sangat berpengaruh dalam mengasuh anak. Pendidikan akan memberikan dampak bagi pola pikir dan pandangan orang tua terhadap mendidik anaknya. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh orang tua maka akan semakin memperluas dan melengkapi pola berpikirnya dalam mendidik anaknya(Hurlock, 1999).

2 Lingkungan

Pola asuh yang baik sulit berjalan efektif bila tidak didukung lingkungan. Namun, kelekatan anak orang tua dapat meminimalkan pengaruh negatif lingkungan. Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak mustahil jika

(9)

lingkungan ikut serta mewarnai pola-pola pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anak.

3 Budaya

Sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan. Orang tua mengaharapkan kelak anaknya dapat diterima di masyarakat dengan baik. Oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh pada anaknya

4 Umur

Umur merupakan indikator kedewasaan seseorang, semakin bertambah umur semakin bertambah pengetahuan yang dimiliki, serta perilaku yang sesuai untuk mendidik anak.

5 Tingkat sosial ekonomi

Tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi pola asuh yang dilakukan oleh suatu masyarakat, rata-rata keluarga dengan sosial ekonomi yang cukup baik akan memilih pola asuh yang sesuai dengan perkembangan anak.

2). Menurut Danny (1991) Pola asuh orang tuaadalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak, di mana orang tua bermaksud menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.

b) Macam-macam pola asuh

Menurut Hauck (1993) Menggolongkan pengelolaan anak ke dalam empat macam pola, yaitu :

(a) Kasar dan tegas

Orang tua yang mengurus keluarganya menurut skema neurotik menentukan peraturan yang keras dan teguh yang

(10)

tidak akan di ubah dan mereka membina suatu hubungan majikan-pembantu antara mereka sendiri dan anak-anak mereka.

(b) Baik hati dan tidak tegas

Metode pengelolaan anak ini cenderung membuahkan anak-anak nakal yang manja, yang lemah dan yang tergantung, dan yang bersifat kekanak-kanakan secara emosional.

(c) Kasar dan tidak tegas

Inilah kombinasi yang menghancurkan kekasaran tersebut biasanya diperlihatkan dengan keyakinan bahwa anak dengan sengaja berprilaku buruk dan ia bisa memperbaikinya bila ia mempunyai kemauan untuk itu.

(d) Baik hati dan tegas

Orang tua tidak ragu untuk membicarakan dengan anak-anak mereka tindakan yang mereka tidak setujui. Namun dalam melakukan ini, mereka membuat suatu batas hanya memusatkan selalu pada tindakan itu sendiri, tidak pernah si anak atau pribadinya mengutarakan keinginannya sendiri. c) Sikap orang tua terhadap anak.Menurut Hurlock (1990)

mengemukakan ada beberapa sikap orang tua yang khas dalam mengasuh anaknya, antara lain :

(1) Melindungi secara berlebihan. Perlindungan orang tua yang berlebihan mencakup pengasuhan dan pengendalian anak yang berlebihan.

(2) Permisivitas. Permisivitas terlihat pada orang tua yang membiarkan anak berbuat sesuka hati dengan sedikit pengendalian.

(3) Memanjakan. Permisivitas yang berlebih-memanjakan membuat anak egois, menuntut dan sering tiranik.

(11)

(4) Penolakan. Penolakan dapat dinyatakan dengan mengabaikan kesejahteraan anak atau dengan menuntut terlalu banyak dari anak dan sikap bermusuhan yang terbuka.

(5) Penerimaan. Penerimaan orang tua ditandai oleh perhatian besar dan kasih sayang pada anak, orang tua yang menerima, memperhatikan perkembangan kemampuan anak dan memperhitungkan minat anak.

(6) Dominasi. Anak yang didominasi oleh salah satu atau kedua orang tua bersifat jujur, sopan dan berhati-hati tetapi cenderung malu, patuh dan mudah dipengaruhi orang lain, mengalah dan sangat sensitif.

(7) Tunduk pada anak. Orang tua yang tunduk pada anaknya membiarkan anak mendominasi mereka dan rumah mereka. (8) Favoritisme. Meskipun mereka berkata bahwa mereka

mencintai semua anak dengan sama rata, kebanyakan orang tua mempunyai favorit. Hal ini membuat mereka lebih menuruti dan mencintai anak favoritnya dari pada anak lain dalam keluarga.

(9) Ambisi orang tua. Hampir semua orang tua mempunyai ambisi bagi anak mereka seringkali sangat tinggi sehingga tidak realistis. Ambisi ini sering dipengaruhi oleh ambisi orang tua yang tidak tercapai dan hasrat orang tua supaya anak mereka naik di tangga status sosial

d) Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua

(1) Menurut maccoby & Mc loby dalam Suparyanto (2010) ada faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu: (a) Sosial ekonomi.

Sangat berpengaruh karena, apabila ekonominya rendah orang tua akan sibuk untuk mencari uang dan tidak terlalu memikirkan anaknya.

(12)

(b) Lingkungan sosial.

Tempat atau lingkungan sangat berpengaruh karena, lokasi yang kurang baik akan semakin memperburuk anggota keluarga itu sendiri dan pola asuh juga tidak akan berjalan dengan baik.

(c) Pendidikan nilai-nilai agama yang dianut orang tua. Semakin tinggi dan baik nilai-nilai agama dapat menumbuhkan atau menghalangi remaja untuk melakukan kesalahan.

(d) Kepribadian.

Orang tua dengan kepribadian baik dapat memberikan pola asuh yang baik juga untuk anak.

(e) Jumlah anak.

Semakin banyak anak terkadang kasih sayang dan pola asuh orang tua semakin kecil.

(2) Menurut Sofyan (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi adalah :

(a) Hubungan ayah dengan anak (b) Hubungan ibu dengan anak

(c) Hubungan anak dengan keluarga lain yang tinggal bersama

B. Perilaku Seksual Pranikah 1 Perilaku

a. Pengertian

Perilaku adalah respons atau reaksi orang terhadap rangsangan atau stimulus dari luar (Notoadmodjo,2003).

Perilaku adalah sesuatu yang dilakukan makhluk hidup pada kehidupan sehari-hari. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia sesuai hakikatnya adalah tindakan manusia itu sendiri mempunyai bentangan yang sangat luas selama dia melakukan kegiatan

(13)

sehari-harinya. Dapat disimpulkan seperti perilaku adalah aktivitas manusia, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati.(Notoadmodjo,2012).

Perilaku adalah pengumpulan dari pengetahuan, sikap dan tindakan, sedangkan sikap merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar dan dari dalam dirinya sendiri (Sarwono,1999).

b. Teori Perubahan perilaku

Menurut Notoadmodjo (2003), teori-teori yang berhubungan dengan perubahan perilaku antara lain :

(1) Teori Stimulus Organisme (S-O-R)

Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perilaku tergantung rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme.

(2) Teori Festinger (Disonance Theory)

Teori ini berkonsep Imbalance concep (tidak seimbang), yang berarti keadaan cognitive dissonance (ketidakseimbangan) yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam individu terdapat elemen kognisi yang saling bertentangan, yakni pengetahuan, pendapat.

(3) Teori Fungsi

Teori ini menyatakan bahwa perubahan perilaku bergantung pada kebutuhan. Hal ini berati bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang adalah stimulus yang dapat dimengerti dalam kontek kebutuhan orang tersebut.

(14)

(4) Teori Kurt Lewin

Teori ini menyatakan perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong dan kekuatan penahan.

c. Bentuk-bentuk perubahan perilaku

Menurut Notoadmodjo (2003), bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunkan oleh para ahli dalam pemahaman terhadap perilaku. Menurut WHO, perubahan perilaku ini dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

1) Perubahan alamiah ( Natural Change )

Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah.

2) Perubahan terencana ( Planned Change )

Perubahan perilaku ini terjadi memang direncanakan sendiri oleh subjek.

3) Kesediaan untuk berubah ( Readdiness to Change )

Kesediasn seseorang untuk menerima inovasi, baik secara cepat maupun perlahan dapat terjadi karena kesediaan seseorang untuk berubah.

2 Seksual Pranikah a. Pengertian

Seks adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dan perempuan (Mutadin,2002 dalam Boediono,2010). Seks adalah bagian dari kehidupan manusia, untuk melangsungkan kehidupan dan tidak bisa ditolak (Handoyo,2010).

Seks pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan remaja tanpa adanya ikatan pernikahan. Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing.(sarwono, 2012).

(15)

1) Faktor-faktor penyebab seksual pranikah

a) Menurut Sugiharta dalam buku Soetchiningsih (2004), faktor-faktor utama yang mempengaruhi hubungan seksual yaitu:

(1)) Membaca buku dan menonton film porno

Membaca atau menonton film sangatlah berpengaruh, karena dengan itu remaja mempunyai dorongan yang kuat untuk mencoba atau meniru apa yang ada dalam buku dan film yang dia tonton. (2)) Karena sama suka

Dengan rasa saling suka antar kedua pasangan dapat mempermudah seorang remaja untuk melakukan apa saja yang dia mau dari pasangannya.

(3)) Kebutuhan biologis

kebutuhan biologis adalah sesuatu yang muncul dari diri orang itu sendiri untuk melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis. Keinginan ini terjadi karena, berfungsinya organ sistem reproduksi hormon pada manusia. Dorongan ini akan semakin kuat muncul jika semakin banyak ransangan dari luar.

(4)) Merasa kurang taat nilai-nilai agama

Dengan kurangnya kepercayaan akan nilai-nilai agama yang dia anut, akan mengakibatkan seseorang sudah tidak memperdulian dosa apa yang dia dapat setelah melakukan hubungan seks pranikah.

b) Sedangkan menurut handoyo (2010), ada beberapa alasan seorang remaja melakukan seks pranikah antara lain: (1) Tekanan yang datang dari teman pergaulannya

Lingkungan pergaulan sangat berpengaruh pada seks pranikah, karena pada pergaulan yang

(16)

buruk mereka akan mendorong temannya untuk melakukan hal yang buruk juga dan jika dia tidak melakukannya, maka dia akan ditinggalkan teman pergaulannya.

(2) Adanya tekanan dari pacar

Karena kebutuhan seseorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan risiko yang akan dihadapinya. Dalam hal ini yang berperan bukan saja nafsu seksual, melainkan juga sikap memberontak terhadap orang tuanya. Remaja lebih membutuhkan suatu hubungan, penerimaan, rasa aman, dan harga diri selayaknya orang dewasa. (3) Adanya kebutuhan badaniah

Seks menurut para ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang . jadi wajar jika semua orang tidak terkecuali remaja, menginginkan hubungan seks ini, sekali pun akibat dari perbuatanya tersebut tidak sepadan risiko yang akan dihadapinya.

(4) Rasa penasaran

Pada usia remaja , keingintahuannya begitu besar terhadap seks, apalagi jika teman-temannya mengatakan bahwa rasanya nikmat, ditambah lagi adanya informasi yang tidak terbatas masuknya, maka rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai apa yang diharapkan. (5) Pelampiasan Diri

Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri, missalnya karena terlanjur berbuat,seorang remaja

(17)

perempuan biasanya berpendapat sudah tidak ada lagi yang dibanggakan dalam dirinya, maka dalam pikirannya tersebut ia akan merasa putus asa dan mencari pelampiasan yang akan menjerumuskannya dalam pergaulan bebas.

3 Perilaku seksual pranikah a. Pengertian

Perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun agama dan kepercayaan masing-masing individu (Mu’tadin,2002 dalam Sonnamelia,2010).

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis.Bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu (Tarwoto,2010 dalam Sonnamelia,2010).

b. Tahap Perilaku seksual

Menurut Irawati, (1999). Perilaku seksual pra nikah yang dilakukan oleh remaja ketika berpacaran terdiri dari beberapa tahap yaitu: (1) Berpegangan tangan

Perilaku seksual yang biasanya dapat menimbulkan keinginan untuk mencoba aktivitas seksual lainnya.

(2) Berpelukan

Pada saat berpelukan biasanya akan membuat jantung berdegup lebih cepat dan menimbulkan rangsangan seksual pada individu.

(3) Ciuman kering

Ciuman kering yang berupa sentuhan pipi dengan pipi, pipi dengan bibir dampak dari perilaku ini dapat menimbulkan fantasi seksual menjadi berkembang di samping

(18)

menimbulkan perasaan sayang jika diberikan pada saat moment tertentu.

(4) Ciuman basah

Merupakan sentuhan di bibir. Dampak dari aktifitas seksual ciuman bibir dapat menimbulkan sensasi seksual yang kuat, mengakibatkan dorongan sensual sehingga tidak terkendali. (5) Meraba bagian tubuh

Merupakan suatu kegiatan meraba atau memegang bagian sensitif (payudara, vagina dan penis). Dampak tersentuhnya bagian yang sensitif tersebut dapat menimbulkan rangsang sehingga melemahnya kontrol diri dan akal sehat.

(6) Menempelkan alam kelamin

Dampak dari perilaku ini yaitu timbul ketagihan dan lebih jauhnya adalah kehamilan.

(7) Oral seks

Perilaku ini menyebabkan kehamilan namun merupakan perilaku seksual dengan resiko penularan penyakit menular seksual (PMS) tinggi.

(8) Intercouse (senggama)

Merupakan aktifitas seksual dengan memasukkan alat kelamin laki-laki kedalam alat kelamin perempuan. Dampat dari hubungan seksual yang dilakukan sebulum saatnya adalah perasaan bersalah, berdosa dan tersebarnya penyakit. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pra nikah.

(1) Menurut Imron (2012), faktor- faktor yang menyebabkan remaja melakukan hubungan seksual pranikah adalah :

a) Adanya keinginan biologis

Keinginan biologis adalah sesuatu yang muncul dari diri orang itu sendiri untuk melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis. Keinginan ini terjadi karena, berfungsinya organ sistem reproduksi hormon pada

(19)

manusia.Dorongan ini akan semakin kuat muncul jika semakin banyak ransangan dari luar.

b) Ketidakmampuan mengendalikan dorongan biologis Kemampuan untuk mengendalikan dorongan biologis ini sangatlah sulit apabila seorang yang menerima rangsangan ini tidak mempunyai dorongan yang kuat untuk menahannya, seperti : mempunyai nilai-nilai agama yang kuat dan selalu beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

c) Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah tentang kesehatan reproduksi pada remaja dapat disebabkan karena masyarakat tempat remaja tumbuh memberikan gambaran sempit tentang kesehatan repsoduksi sebagai hubungan seksual. Biasanya topik terkait reproduksi tabu dibicarakan dengan anak. Sehingga saluran – saluran informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi menjadi sangat kurang.

d) Adanya kesempatan melakukan hubungan seksual pranikah .

Faktor ini menjadi salah satu yang sangat penting dalam mempengaruhi seorang remaja melakukan hubungan seks pranikah, karena remaja tidak akan melakukan seks pranikah kalau tidak ada kesempatan yang tepat. Terbukanya kesempatan pada remaja untuk melakukan hubungan seks didukung oleh hal-hal sebagai berikut:

(1) Kesibukan orang tua yang menyebabkan kurangnya perhatian pada anak

(2) Pemberian fasilitas pada anak berlebihan

(20)

(4) Kemiskinan

(2) Menurut Sofyan (2012) penyebab remaja melakukan hubungan seks pranikah adalah :

(a) Faktor dari dalam diri sendiri (1)) Kurangnya pengetahuan

(b) Faktor dari keluarga atau pola asuh orang tua Menurut Edwards (2006) yaitu :

(1)) Otoriter (2)) Demokratis (3)) Permisif

(c) Sedangkan menurut maccoby & Mc loby dalam Suyanto (2010) yaitu :

(1)) Sosial ekonomi (2)) Lingkungan sosial

(3)) Pendidikan nilai-nilai agama yang dianut orang tua

(4)) Kepribadian (5)) Jumlah anak (d) Faktor dari masyarakat

Faktor dari sekolah (1)) Teman pergaulan

(3) Menurut Sugiyono (2009) bahwa perilaku seksual pra nikah pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor :

(a) Faktor dari dalam diri remaja sendiri.

Dapat mempengaruhi karena didorong rasa ingin tau yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui.

(b) Faktor dari luar yaitu pergaulan bebas.

Kedekatan dengan teman group sangat tinggi karena ada ikatan keluarga, mereka juga merupakan sumber afeksi, simpati dan pengertian, saling berbagi pengalaman. Maka tak

(21)

heran mereka sering tukar pikiran tentang hubungan seks dengan adanya itu anggota group yang belum pernah melakukan seks merasa ingin melakukan agar tidak tertinggal dengan teman yang lain.

(c) Faktor teknologi

Pengaruh media dan televisi pun sering kali diimitasi oleh remaja dalam perilakunya sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton film porno, remaja itu akan terdorng untuk meniru adegan yang ada dalam film itu.

(d) Kurang pengetahuan remaja tentang seksual.

Banyak orang tua yang membatasi pembicaraan tentang seksual dengan berbagai alasan. Sehingga memicu remaja untuk mencari tau sendiri tentang seksual di tempat lain. a. Akibat perilaku seksual pra nikah

Menurut Handoyo, 2010, dampak perilaku seks pra nikah terhadap kesehatan fisik dan psikologi, disini di jelaskan ada lima dampak antara lain:

1) Hilangnya Keperwanan dan Keperjakaan

Indikasi fisik yang paling jelas terjadi pada perempuan yakni sobeknya selaput darah

2) Kehamilan

Perilaku seks pra nikah dapat mengakibatkan kehamilan padahal pasangan tersebut belum terikat perkawinan. Biasanya kehamilan yang tidak diinginkan.

3) Aborsi dengan Segala Risikonya

Jika hubungan intim sudah berbuah kehamilan , maka biasanya pasangan tersebut akan melakukan pengguguran kandungan (aborsi). Mereka menganggap aborsi adalah jalan terbaik untuk menutupi aib dan rasa malu terhadap masyrakat sekitar, mereka juga belum siap untuk hidup berumah tangga,

(22)

risikon dari aborsi antara lain yaitu pendarahan, infeksi, kemandulan, bahkan kematian

4) Penularan Penyakit Kelamin

Penyakit kelamin ditularkan melalui hubungan seksual,resiko tertular penyakit kelamin semakin besar ketika sering melakukan hubungan seksual secara berganti ganti pasangan. Beberapa penyakit kelamin yang dapat tersebar melalui hubungan seks pra nikah antar lain:

a) Gonore adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri neisseria gonorrheae, dengan masa inkubasi (masa tunas ) 2 – 10 hari sesudah masuk ketubuh melalui hubungan seks.

b) Sifilis adalah penyakit yang disebabkan oleh treponema pallidum, dengan masa inkubasi 2 – 6 minggu, kadang - kadang sampai tiga bulan sesudah kuman masuk ke dalam tubuh melalui hubungan seks.

c) Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus

yang melemahkan sistem ketebalan tubuh . sedangkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang berarti kumpulan gejalah penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh yang sifatnya diperoleh (bukan bawaan).

5) Infeksi Saluran Reproduksi

Remaja perempuan yang sudah aktif secara seksual dibawah usia 20 tahun serta berganti – ganti pasangan cenderung mudah terkena kanker mulut rahim

6) Perasaan Malu Bersalah Berdosa dan Tidak Berharga

Mereka yang sudah terjerumus pada perilaku seks pra nikah biasanya selalu dirundung bersalah. Perasaan malu terjadi saat diketahui hamil padahal secara resmi belum menjadi suami istri.(Handoyo, 2010)

(23)

Kerangka teori

Skema 2.1 Kerangka teori

Sumber Menurut Imron (2002), Sofyan (2012), dan Edward (2006) Faktor-faktor perilaku seksual pra

nikah:

1. Adanya keinginan biologis 2. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan biologis 3. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi 4. Adanya kesempatan melakukan hubungan seksual pranikah

a. Dari dalam diri sendiri 1) Rasa ingin tau b. Dari keluarga atau

pola asuh orang tua 1. Otoriter 2. Demokratis 3. Permisif 4. Campuran c. Masyarakat d. Teman Sekolah Perilaku Seksual pranikah Remaja

(24)

Kerangka Konsep

Variabel independen variabel dependen

Skema 2.2 Kerangka Konsep

A. Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pola asuh orang tua dan Perilaku Seksual pranikah remaja

B. Hipotesis Penelitian

Dari uraian di atas dan berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan dapat ditarik hipotesis penelitian sebagai berikut :

Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di Desa Bulungcangkring RW:10, Jekulo, Kudus.

Pola asuh orang tua a. Otoriter b. Demokratis c. Permisif d. Campuran

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi proses produksi modifikasi terhadap metode dan suhu filling pada jamu kunyit asam yang ditinjau dari karakteristik

Oleh karenanya Indonesia di harapkan tidak melakukan praktik dumping lagi agar tuduhan tentang pelanggaran dari negara-negara dunia khusunya Uni Eropa dengan

Pada makalah ini, penulis akan mengkaji suatu cara untuk mendapatkan solusi sistem persamaan nonlinier dengan terlebih dahulu mendifinisikan suatu bentuk fungsi ( ( ))

The writer will do the research entitle “Improving Students Participation in Reading Class Using Think-Pair-Share (TPS) Technique at VIII A Grade Students of MTS Yanuris

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2016 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam

Tilaar, 1997 (Sambeta, 2010) mengemukakan bahwa pendidikan pada saat ini dihadapkan pada tuntutan tujuan yang semakin canggih, semakin meningkat baik ragam, lebih-lebih

Adanya keterkaitan antara pengunjung dengan Tingkat ketergantungan terhadap sektor pariwisata menjelaskan bahwa dengan adanya tempat wisata candi borobudur dapat memberikan