BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Bertanya
1. Pengertian
Kemampuan bertanya siswa terdiri dari tiga kata yaitu kemampuan,
bertanya dan siswa. Kemampuan berasal dari kata mampu yang artinya
”sanggup melakukan sesuatu”. Sedangkan menurut Hasibuan dan
Moedjiono (2009) “ bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta
respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang diberikan dapat berupa
pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan.
Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan
berpikir”. Jadi kemampuan bertanya siswa dalam penelitian ini adalah
suatu kesanggupan yang dimiliki siswa berupa ucapan verbal yang
meminta respon orang lain dalam pembelajaran matematika.
2. Jenis-Jenis Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom
a. Pertanyaan pengetahuan
Pertanyaan pengetahuan atau pertanyaan ingatan adalah
pertanyaan yang menghendaki siswa untuk mengenal atau mengingat
kembali materi telah dipelajari. Kata-kata tanya yang dapat digunakan
dalam pertanyaan ingatan antara lain: siapa, apa, di mana, kapan, dan
sebutkan.
Contoh:
b. Pertanyaan pemahaman
Pertanyaan pemahaman adalah pertanyaan yang meminta siswa
untuk membuktikan bahwa mereka telah mempunyai pemahaman
yang cukup untuk mengorganisasikan dan menyusun materi yang
telah dipelajarinya. Kata-kata yang biasa dipakai dalam pertanyaan
pemahaman antara lain: uraikan, gambarkan, deskripsikan,
bandingkan, sebutkan perbedaan, jelaskan dengan bahasamu sendiri.
Contoh: Sebutkan perbedaan himpunan sama dan himpunan
ekuivalen !
c. Pertanyaan aplikasi atau penerapan
Pertanyaan aplikasi atau penerapan adalah pertanyaan yang
menghendaki jawaban berupa penerapan teori yang pernah dipelajari.
Pertanyaan aplikasi tidak hanya menuntut kemampuan mengingat
teori, hukum, atau dalil yang pernah dipelajari, tetapi lebih menuntut
kemampuan menerapkan/memanfaatkan teori, hukum, atau dalil
tersebut dalam penyelesaian suatu masalah. Contoh: Gambarkan
himpunan di bawah ini menggunakan diagram Venn !
d. Pertanyaan analisis
Pertanyaan analisis adalah pertanyaan yang menghendaki siswa
berpikir kritis dan mendalam. Ada tiga macam proses berpikir yang
dirakit siswa dalam merespon pertanyaan analisis, yaitu: (a)
mengidentifikasi motif, alasan, atau penyebab khusus; (b)
mempertim-bangkan informasi yang diperlukan untuk mencapai
dapat digunakan untuk menolak atau menerima suatu kesimpulan atau
generalisasi. Contoh: Ada berapa anggota himpunan bagian pada
himpunan tersebut ”?
e. Pertanyaan sintesis
Pertanyaan sintesis adalah pertanyaan tingkat tinggi yang meminta
siswa untuk menampilkan pikiran yang murni dan kreatif. Pertanyaan
ini menuntut siswa berpikir kreatif dari apa yang ditanyakan oleh
guru.Contoh: Carilah himpuna semesta yang mungkin untuk
himpunan di bawah ini !
f. Pertanyaan evaluasi
Seperti halnya pertanyaan analisis dan sintesis, pertanyaan
evaluasi menuntut proses berpikir yang lebih tinggi. Siswa dituntut
memberikan penilaian atau tanggapan terhadap suatu persoalan yang
ditampilkan.Contoh: Apa pendapatmu,apakah (PQ)R = P(Q
R)?
(Murni,2010)
3. Teknik bertanya
Suatu pertanyaan yang baik dilihat dari segi isinya, tetapi cara
mengajukannya tidak tepat,akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan
yang dikehendaki. Oleh karena itu aspek teknik dari pertanyaan harus
pula dipahami dan dilatih,agar dapat menggunakan pertanyaan secara
efektif dalam proses belajar mengajar. Faktor-faktor yang harus
Pertanyaan hendaknya diajukan dengan jelas,serta Nampak kaitannya
antara jalan pikirran yang asatu dengan yang lain
b. Pemberian waktu berfikir
Usahakan penyampaiannya pertanyaan dengan jelas serta tidak
tergesa-gesa. Begitu pertanyaan selesai di ucapakan, berhentilah
sejenak untuk memberi kesempatan berfikir.
c. Penyebaran pertanyaan
Pertanyaan hendaknya diajukan ke seluruh kelas . sesudah memberi
kesempatan berfikir, barulah menunjuk seseorang untuk
menjawabnya. Diusahakan agar pertanyaan didistribusikan secara
merata ke seluruh kelas.
d. Pertanyaan berkaitan dengan materi yang dipelajari.
Hal ini dikarenakan jika pertanyaan berkaitan dengan materi yang
sedang dipelajari,akan memperkuat pengetahuan siswa
(Rusman,2010)
4. Manfaat Mengajukan Pertanyaan
Di antara manfaat mengajukan pertanyaan adalah:
a. Memperluas wawasan berpikir, jika seseorang selalu menerima suatu
ide atau teori tanpa mempertanyakan, maka pengetahuannya terbatas
pada apa yang diterima semata-mata
b. Mengundang reinforcement (penguatan). Pada umumnya siswa akan
merasa puas jika pertanyaan yang diberikannya disetujui, atau
pertanyaan yang diajukan relevan dan mengundang pembahasan lebih
c. Memberikan motivasi atau mendorong siswa untuk belajar lebih
lanjut. Dengan kemampuan bertanya siswa selalu bersikap tidak
menerima satu pendapat saja, sikap ini mendorong siswa untuk selalu
bersikap ingin tahu dan mendalami berbagai teori dan mendorong
siswa belajar lebih lanjut
(Parera 1986)
Dari kutipan-kutipan diatas maka penulis mengambil
kriteria-kriteria tertentu untuk mengukur kemampuan bertanya siswa,yaitu :
Berapa frekuensi siswa dalam mengajukan pertanyaan, dengan
kriteria yang diharapkan di setiap pertemuan bahwasannya
masing-masing siswa mampu mengajukan pertanyaan minimal 1 kali
bertanya
Kualitas pertanyaan dilihat dari jenis pertanyaan dan teknik
bertanya yaitu mampu mengungkapkan pertanyaan dengan
jelas,pertanyaan berkaitan dengan materi,penyampaian materi dan
penyebaran pertanyaan.
Dari kriteria-kriteria diatas sehingga dapat dibentuk indikator
kemampuan bertanya yang dapat ditampilkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Bertanya Siswa
Kemampuan Bertanya
Jenis pertanyaan
- Menggunakan kata-kata yang mudah dipahami
- Volume suranya keras
Pertanyaan berkaitan dengan materi :
- Pertanyaan sesuai dengan indikator yang sedang dipelajari
- Pertanyaan hendaknya bermanfaat sesuai dengan materi
Pemberian waktu berfikir:
- Penyampaian tidak tergesa-gesa dan diajukan dengan jelas
- Memberi kesempatan berfikir kepada penjawab
Penyebaran pertanyaan:
- siswa bertanya kepada siswa yang lain
- siswa bertanya kepada guru
B. Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)
1. Pengertian
Model pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru di
dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanan kegiatan belajar
mengajar di kelas. Model pembelajaran yang ada pada umumnya sangat
banyak, salah satunya model pembelajaran Auditory Intellectually
(AIR) adalah model pembelajaran yang menganggap bahwa suatu
pembelajaran akan efektif jika memperhatikan tiga hal, yaitu Auditory,
Intellectually, dan Repetition. Auditory berarti indera telinga digunakan
dalam belajar dengan cara menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi,
mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Intellectually berarti
kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta,
memecahkan masalah, mengkonstruksi, dan menerapkan. Repetition
berarti pengulangan diperlukan dalam pembelajaran agar pemahaman
lebih mendalam dan luas, siswa perlu dilatih melatih pengerjaan soal,
pemberian tugas dan kuis.
a) Auditory
Meier (2002) menyatakan bahwa : “Pikiran auditory kita lebih
kuat dari pada yang kita sadari. Telinga kita terus-menerus
menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa kita
sadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa
area penting di otak kita menjadi aktif. Belajar auditori merupakan
cara belajar standar bagi masyarakat awal sejarah. Hal ini sejalan
dengan filosofi bangsa Yunani kuno yaitu Jika kita mau belajar lebih
banyak tentang apa saja, bicarakanlah tanpa henti.” berarti indera
telinga digunakan dalam belajar dengan cara menyimak, berbicara,
presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat,menanggapi dan
mengajukan pertanyaan. Mendengar merupakan salah satu aktifitas
disampaikan secara lisan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh
siswa jika tidak melibatkan indera telinganya untuk mendengar.
Dalam kegiatan pembelajaran sebagian besar proses interaksi
siswa dengan guru dilakukan dengan komunikasi secara lisan dan
melibatkan indera telinga. Guru harus mampu untuk mengkondisikan
siswa agar mengoptimalkan indera telinganya, sehingga koneksi
antara telinga dan otak dapat dimanfaatkan secara optimal. Guru
dapat meminta siswa untuk menyimak, mendengar, berbicara,
presentasi, berargumen, mengemukakan pendapat dan menanggapi
sehingga suasana belajar yang aktif.
Ada beberapa gagasan untuk meningkatkan penggunaan auditory
dalam belajar, diantaranya:
(1) Mintalah siswa untuk berpasangan, membincangkan secara terperinci
apa yang baru mereka pelajari dan bagaimana menerapkannya
(2) Mintalah siswa untuk mempraktikkan suatu kemampuan atau
memperagakan suatu konsep sambil mengucapkan secara
terperinci apa yang sedang mereka kerjakan
(3) Mintalah siswa untuk berkelompok dan berbicara saat menyusun
pemecahan masalah
(Meier,2002)
b) Intellectually
Intellectually yaitu belajar dengan berpikir untuk menyelesaikan
masalah, kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar,
mencipta, memecahkan masalah, mengkonstruksi dan menerapkan.
merenung mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna.
Intellectually dalam belajar akan terlatih jika siswa dilibatkan dalam
aktifitas memecahkan masalah, menganilisis pengalaman,
mengerjakan perencanaan strategis, melahirkan gagasan kreatif,
mencari dan menyaring informasi, menemukan pertanyaan,
menciptakan model mental, menerapkan gagasan baru, menciptakan
makna pribadi dan meramalkan implikasi suatu gagasan. Sehingga
guru harus mampu merangsang, mengarahkan, memelihara dan
meningkatkan intensitas proses berpikir siswa demi tercapainya
kompetensi representasi matematis yang maksimal pada siswa.
Ada beberapa gagasan untuk meningkatkan penggunaan
Intellectually dalam belajar, diantaranya:
(1) Mengarahkan siswa untuk memecahkan masalah dari
permasalahan yang sudah diberikan terlebih dahulu. Cara
memecahkan masalah bisa dilakukan secara kelompok maupun
individu.
(2) Melibatkan siswa untuk mencari dan menyaring informasi dari
materi yang sedang dipelajari
(3) Siswa diharapkan untuk merumuskan pertanyaan yaitu
pertanyaan yang diajukan bisa kepada sesame siswa maupun
kepada gurunya untuk memahami lebih dalam materi yang
(4) Siswa diarahkan untuk menerapkan gagasan baru yaitu
menggunakan materi yang sudah dipelajari dalam pemecahan
masalah,baik individu maupun kelompok
(Meier,2002)
c) Repetition
Masuknya informasi ke dalam otak yang diterima melalui proses
penginderaan akan masuk ke dalam memori jangka pendek,
penyimpanan informasi dalam memori jangka pendek memiliki
jumlah dan waktu yang terbatas. Proses mempertahankan informasi
ini dapat dilakukan dengan adanya kegiatan Repetition atau
pengulangan informasi yang masuk ke dalam otak. Dengan adanya
latihan dan Repetition atau pengulangan akan membantu dalam
proses mengingat, karena semakin lama informasi itu tinggal dalam
memori jangka pendek, maka semakin besar kesempatan memori
tersebut ditransfer ke dalam memori jangka panjang. Hal ini sejalan
dengan teori Ausubel mengenai pentingnya Repetition atau
pengulangan.
Repetition atau pengulangan yang dilakukan tidak berarti
dilakukan dengan bentuk pertanyaan ataupun informasi yang sama,
melainkan dalam bentuk informasi yang bervariatif sehingga tidak
membosankan. Melalui pemberian soal dan tugas, siswa akan
mengingat informasi-informasi yang diterimanya dan terbiasa untuk
Ada beberapa gagasan untuk meningkatkan penggunaan
Repetiton dalam belajar, diantaranya:
(1) Guru memberikan tugas kepada siswa dalam bentuk soal-soal
(2) Guru mengarahkan siswa untuk mengerjakan tugas tersebut
secara individu
(3) Siswa diarahkan untuk menyelesaikan tugas tersebut dengan
mengingat informasi-informasi yang sudah diterimanya
(Sihalolo,2012)
2. Langkah-langkah model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition
(AIR)
a) Tahap persiapan (preparation). Pada tahap ini guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dan membagi kelompok diskusi sejak awal
dengan tujuan untuk mempersiapkan siswa mendapatkan
pengalaman belajar yang optimal.
b) Tahap penyampaian (presentation). Pada tahap ini guru
menyampaikan materi denngan memberi contoh, siswa diajak ikut
aktif dalam pembelajaran. Kemudian guru menjelaskan materi
tersebut secara terperinci, sehingga memancing siswa yang tidak
memahami materi yang disampaikan untuk bertanya kepada siswa
lain atau kepada guru.
c) Tahap pelatihan (practice). Pada tahap ini, guru memberikan lembar
soal untuk diselesaikan dengan berkelompok sesuai dengan
berusaha mencari berbagai informasi yang diperoleh untuk
memecahkan masalah yang terdapat pada lembar soal.
d) Tahap penampilan hasil (performance). Pada tahap ini guru
melakukan kegiatan yaitu memberikan suatu evaluasi yang berupa
lembas soal untuk mengetahui tingkat pemahaman serta ketrampilan
siswa setelah proses pembelajaran, siwa dituntut untuk menggunakan
apa yang sudah dipelajari untuk menyelesaikan soal/masalah.
Sehingga siswa terbiasa melatih diri dalam memecahkan masalah
matematika.
3. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Auditory Intellectually
Repetition (AIR)
a) Kelebihan model pembelajaran AIR :
1) Melatih pendengaran dan keberanian siswa untuk
mengungkapkan pendapat dan mengajukan pertanyaan (auditory)
2) Melatih siswa untuk bisa memecahkan masalah secara kreatif
(intellectually)
3) Melatih siswa untuk mengingat kembali tentang materi yang
telah dipelajari (repetition)
4) Siswa menjadi lebuh aktif dan kreatif
b) Kelemahan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition
(AIR) :
Dalam model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition
Auditory,Intellectually, dan Repetition sehingga secara sekilas
pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lama. Tetapi hal ini
dapat diminimalisir dengan cara pembentukan kelompok pada aspek
auditory dan intellectually.
C. Kerangka Berpikir
Diagram 2.1 Kerangka Berpikir
Keterangan :
Untuk meningkatkan kemampuan bertanya siswa, dalam hal ini
dapat kita tingkatkan dengan menggunakan pembelajaran Auditory
Intellectually Repetition (AIR) karena dalam pembelajaran Auditory
Indikator kemampuan Bertanya Siswa
1. Frekuensi bertanya
2. Jenis pertanyaan yang diajukan 3. Pengungkapan pertanyaan
4. Keterkaitan pertanyaan dengan materi
5. Pemberian waktu berfikir kepada orang yang menjawab pertanyaan 6. Penyebaran pertanyaan
Berdasarkan hasil observasi kemampuan bertanya siswa kelas VIIE SMP
Negeri 1 Ajibarang masih rendah
Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)
Tahap-tahap pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) :
1. Tahap persiapan (preparation) 2. Tahap penyampaian (presentation) 3. Tahap pelatihan (practice)
4. Tahap penampilan hasil (performance)
Dari langkah-langkah di atas maka siswa akan dilatih kemampuan bertanya dalam proses pembelajaran, khususnya pada kegiatan Intellectually.
Dengan adanya pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) dapat
meningkatkan indikator-indikator kemampuan bertanya siswa kelas VIIE
Intellectually Repetition (AIR) meliputi metode ceramah, tanya jawab dan
diskusi diharapkan siswa mengalami perubahan. Indikator kemampuan
bertanya siswa yaitu frekuensi bertanya, jenis bertanya, teknik bertanya
seperti pengungkapan pertanyaan, keterkaitan pertanyaan dengan materi,
pemberian waktu berfikir kepada orang yang menjawab pertanyaan dan
penyebaran pertanyaan. Selanjutnya tahap-tahap pembelajaran Auditory
Intellectually Repetition (AIR) antara lain 1) Tahap persiapan (preparation),
2) Tahap penyampaian (presentation), 3) Tahap pelatihan (practice), 4)
Tahap penampilan hasil (performance).
Tahap – tahap pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)
adalah tahap pertama persiapan dimana guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan membagikan kelompok diskusi sejak awal dengan tujuan
mempersiapkan siswa mendapatkan pengalaman belajar. Pada tahap kedua
yaitu penyampaian dimana guru menjelaskan materi pembelajaran dan
mengajak siswa untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran dengan memberi
waktu siswa mengajukan pertanyaan. Pada tahap pertama dan kedua ini akan
meningkatkan indikator kemampuan bertanya yang pertama yaitu frekuensi
bertanya karena pada tahap ini membantu siswa untuk mengungkapkan
pertanyaan.
Tahap ketiga yaitu tahap pelatihan dimana guru memberikan lembar
soal untuk dikerjakan secara berkelompok sesuai dengan kelompoknya dan
mengajak siswa untuk menilai kemampuan dirinya dan hasil yang
dengan guru. Tahap keempat yaitu tahap penampilan hasil yaitu dimana guru
memberikan soal evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman serta
ketrampilan siswa setelah proses pembelajaran. Tahap pelatihan ini akan
meningkatkan kemampuan bertanya siswa pada indicator teknik bertanya
karena siswa diminta mengunkapkan pertanyaan , membuat pertanyaan yang
sesuai dengan materi dan penyebaran pertanyaan.
Dengan diberlakukannya pembelajaran Auditory Intellectually
Repetition (AIR) diduga dapat meningkatkan kemampuan bertanya siswa
kelas VII SMP Negeri 1 Ajibarang dalam pembelajaran matematika yang
diharapkan dapat tercapai.
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas dirumuskan hipotesis dalam
penelitian ini adalah melalui pembelajaran Auditory Intellectually Repetition
(AIR) kemampuan bertanya siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ajibarang dalam