BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kemampuan Berpikir Kreatif
Kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu
yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru
yang diterapkan dalam memecahkan masalah, atau sebagai kemampuan untuk
melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada
sebelumnya (Munandar, 2009).
Menurut Munandar (2009) bahwa berfikir divergen (juga disebut
berfikir kreatif) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban
berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman
jumlah dan kesesuaian. Sedangkan menurut Johnson (2011) berpikir kreatif
adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan
intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan
kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan
membangkitkan ide-ide yang tidak terduga.
Melalui konsepnya yang dikenal dengan “struktur intelektual”,
Guilford menyebutkan adanya dua kemampuan berpikir yaitu berpikir
konvergen dan berpikir divergen. Kemampuan berfikir konvergen
(convergent thinking ) atau penalaran logis menunjuk pada pemikiran yang
menghasilkan satu jawaban dan mencirikan jenis pemikiran berdasarkan tes
merujuk pada pemikiran yang menghasilkan banyak jawaban atas pertanyaan
yang sama dan lebih. Sehingga perlu adanya kemampuan berpikir divergen
untuk mewujudkan kreativitas siswa. Sedangkan berpikir adalah proses
mengolah dan memanipulasi informasi untuk memenuhi suatu kebutuhan atau
memberikan respon (Desmita, 2009).
Seseorang yang memiliki kreativitas selain sebagai pemikir yang
konvergen atau intelegensi (memperoleh pengetahuan dan pengembangan
ketrampilan) juga sebagai pemikir yang divergen yang mampu
menggabungkan unsur-unsur dengan cara tidak lazim dan tidak terduga.
Menurut Guilfod bahwa proses berpikir divergen yaitu proses berpikir
menyebar dengan penekanan pada segi keragaman jumlah dan kesesuaian
(Satiadarma, 2003). Treffinger menyatakan bahwa seseorang yang kreatif
biasanya lebih terorganisasi dalam tindakan. Rencana inovatif serta produk
orisinil mereka telah dipikirkan dengan matang terlebih dahulu, dengan
mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan implikasinya
(Munandar, 2009).
Piaw (2004) menyatakan bahwa terdapat empat tahap untuk melatih
dan meningkatkan berpikir kreatif siswa: 1) menghapus sumbatan/hambatan
berpikir kreatif pada siswa, 2) membuat mereka sadar akan kealamian proses
yang kreatif, 3) memperkenalkan dan mempraktekan strategi pemikiran yang
kreatif, 4) menciptakan lingkungan kreatif. Proses berpikir terbentuk dari
pribadi seseorang, oleh karena itu kemampuan berpikir kreatif seseorang
untuk berkreasi. Menurut Carl Roges tiga kondisi dari pribadi yang kreatif
ialah: a) keterbukaan terhadap pengalaman, b) kemampuan untuk menilai
situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation),
c) kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep-konsep
(Munandar, 2009).
Menurut Munandar (2009) dan Piaw (2004) ciri – ciri kemampuan berpikir kreatif meliputi :
a. Berpikir lancar (fluency) yang menyebabkan seseorang mampu
mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau
pertanyaan. Dalam menghadapi masalah, orang kreatif mampu
memberikan banyak cara atau saran untuk memecahkan masalah.
b. Berpikir luwes (flexibility) di mana orang kreatif menghasilkan gagasan,
jawaban atau pertanyaan yang bervariasi karena dia mampu melihat
masalah dari sudut pandang yang berbeda – beda.
c. Berpikir orisinil (originality) yang mendorong orang kreatif melahirkan
ungkapan-ungkapan yang baru dan unik, karena mereka sanggup
memikirkan yang tidak lazim untuk mengugkapkan dirinya, atau mampu
menemukan kombinasi-kombinasi yang tidak biasa dari unsur-unsur yang
biasa.
d. Keterampilan mengelaborasi (elaboration) yang meliputi kemampuan
Berdasarkan teori di atas dan permasalahan siswa maka dapat
disimpulkan bahwa indikator dalam penelitian kemampuan berpikir kreatif
siswa terdiri dari 4 indikator , yaitu :
a. Berpikir lancar (fluency) yang menyebabkan seseorang mampu
mencetuskan banyak gagasan, jawaban dan penyelesaian masalah.
b. Berpikir luwes (flexibility) di mana orang kreatif menghasilkan gagasan,
jawaban yang bervariasi karena dia mampu melihat masalah dari sudut
pandang yang berbeda – beda
c. Berpikir orisinil (originality) yang mendorong orang kreatif melahirkan
ungkapan-ungkapan yang baru dan unik ataupun kemampuan menjawab
masalah dengan menggunakan bahasa, cara, dan idenya sendiri.
d. Keterampilan mengelaborasi (elaboration) yang meliputi kemampuan
memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk.
B. Pembelajaran IDEAL Problem Solving
Ada beberapa macam strategi pemecahan masalah salah satunya
adalah IDEAL Problem Solving. Model ini dikenalkan oleh Bransford dan
Stein sebagai model penyelesaian masalah yang mampu meningkatkan
ketrampilan berpikir dan meningkatkan ketrampilan dalam proses
penyelesaian masalah. IDEAL Problem Solving didesain untuk membantu
mengidentifikasi dan memahami bagian-bagian yang berbeda dari
penyelesaian masalah, masing-masing huruf melambangkan komponen
identify the problem, define the problem, explore the solution, act on the
strategy, look back and evaluate the effect (Susiana, 2010).
Menurut Wena (2009) Strategi pembelajaran IDEAL Problem
Solving terdiri dari lima tahap pembelajaran, yaitu identify the problem
(identifikasi masalah), define the problem (mendefinisikan masalah), explore
the solution (mencari solusi), act on the strategy (melaksanakan strategi),
look back and evaluate the effect (mengkaji kembali dan mengevaluasi
pengaruh).
a. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan tahap awal dari strategi ini. Dalam tahap
ini guru membimbing siswa untuk memahami aspek-aspek
permasalahan, seperti membantu untuk mengembangkan/ menganalisis
permasalahan, mengajukan pertanyaan, mengembangkan
hipotesis-hipotesis.
b. Mendefinisikan Masalah
Dalam tahap ini kegiatan guru meliputi membantu dan membimbing
siswa melihat hal/ data/ variabel yang sudah diketahui dan hal yang
belum diketahui, mencari berbagai informasi, menyaring berbagai
informasi yang ada dan akhirnya merumuskan permasalahan.
c. Mencari Solusi
Dalam tahap ini kegiatan guru adalah membantu dan membimbing siswa
pemecahan masalah dari berbagai sudut pandang dan akhirnya memilih
satu alternatif pemecahan masalah yang paling tepat.
d. Melaksanakan Strategi
Melakukan langkah-langkah pemecahan masalah sesuai dengan alternatif
yang telah dipilih. Dalam tahap ini siswa dibimbing secara tahap demi
tahap dalam melakukan pemecahan masalah.
e. Mengkaji Kembali dan Mengevaluasi Pengaruh
Dalam tahap ini guru adalah membimbing siswa melihat/mengoreksi
kembali cara-cara pemecahan masalah yeng telah ditentukan, apakah
sudah benar, sudah sempurna, atau sudah lengkap. Di samping itu, siswa
juga dibimbing untuk melihat pengaruh strategi yang digunakan dalam
pemecahan masalah.
Tabel 1. Sintak Pembelajaran IDEAL Problem Solving
Tahap
pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Identifikasi
Membimbing siswa melihat data/variabel yang sudah diketahui maupun belum diketahui.
Membimbing siswa mencari dan menelusuri berbagai informasi dari berbagai sumber
Mencermati data /variabel yang sudah dikatahui maupun belum diketahui
Membimbing siswa melakukan penyaringan berbagai informasi yang telah terkumpul
Membimbing siswa
melakukan perumusan masalah
Melakukan penyaringan berbagai informasi yang telah terkumpul
Merumuskan masalah
Mencari Solusi
Membimbing siswa mencari berbagai alternatif pemecahan masalah
Membimbing siswa megkaji setiap alternatif pemecahan masalah dari berbagai sudut pandang.
Membimbing siswa mengambil keputusan untuk memilih salah satu alternatif pemecahan masalah yang paling tepat.
Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah
Melakukan pengkajian terhadap setiap alternatif penyelesaian masalah strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah.
Melihat/mengoreksi kembali cara-cara pemecahan masalah.
Melihat/mengkaji
pengaruh strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah.
C. Materi Pelajaran Matematika Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar
Bangun ruang sisi datar merupakan salah satu materi matematika di
a. Menyebutkan unsur-unsur kubus, balok, prisma, dan limas: rusuk, bidang
sisi, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal.
b. Membuat jaring – jaring kubus, balok, prisma, dan limas c. Menghitung luas permukaan kubus.
d. Menghitung luas permukaan balok.
e. Menghitung luas permukaan prisma.
D. Kerangka Berpikir
Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, dalam hal
ini dapat kita tingkatkan dengan menggunakan pembelajaran IDEAL Problem
Solving karena dalam pembelajaran IDEAL Problem Solving meliputi metode
ceramah, tanya jawab dan diskusi diharapkan siswa mengalami perubahan.
Indikator kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu berpikir lancar (fluency),
berpikir luwes (flexibility), berpikir orisinil (original), dan ketrampilan Indikator kemampuan berpikir kreatif:
a. Berpikir lancar (fluency) b. Berpikir luwes (flexibility) c. Berpikir orisinil (original)
d. Ketrampilan mengelaborasi (elaboration)
Berdasarkan hasil wawancara dan tes awal di kelas VIIIF MTs Ma’arif NU 1 Wangon bahwa indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif di atas dinyatakan masih rendah.
Diberikan perlakuan melalui pembelajaran IDEAL Problem Solving, adapun tahap-tahapnya:
1. Identifikasi masalah 2. Mendefinisikan masalah 3. Mencari solusi
4. Melaksanakan strategi
5. Mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruh
Problem Solving antara lain 1) Identifikasi masalah, 2) Mendefinisikan
masalah, 3) Mencari solusi, 4) Melaksanakan strategi, 5) Mengkaji kembali
dan mengevaluasi pengaruh.
Tahap – tahap pembelajaran IDEAL Problem Solving adalah tahap pertama identifikasi masalah dan tahap kedua yaitu mendefinisikan masalah,
pada kedua tahap ini akan meningkatkan indikator permasalahan kemampuan
berpikir lancar, karena pada tahap ini membantu siswa untuk dapat
memunculkan gagasan-gagasannya secara lancar untuk dapat memahami dan
menyelesaikan masalah dalam penyelesaian yang diharapkan. Tahap ketiga
yaitu mencari solusi, pada tahap ini dapat meningkatkan indikator
permasalahan kemampuan berpikir kreatif yang kedua dan ketiga yaitu
berpikir luwes dan berpikir orisinil, karena pada tahap ini membantu siswa
untuk dapat berpikir yang menghasilkan banyak alternatif jawaban untuk
menyelesaikan permasalahan dan siswa dapat berpikir untuk mengungkapkan
ide-ide mereka untuk memecahkan masalah.
Selanjutnya pada tahap keempat yaitu pelaksanaan strategi dan tahap
kelima yaitu mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruhnya, pada kedua
tahap ini akan meningkatkan indikator permasalahan kemampuan berfikir
kreatif yang keempat yaitu ketrampilan mengelaborasi, karena siswa dituntut
untuk mengembangkan serta mengevaluasi dari hasil yang diperoleh sendiri
yang ditulis dengan proses berpikir mereka sendiri. Dengan diberlakukannya
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIIIF MTs Ma’arif NU 1 Wangon dalam pembelajaran matematika yang diharapkan dapat tercapai.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas dirumuskan hipotesis dalam
penelitian ini adalah melalui pembelajaran IDEAL Problem Solving
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIIIF MTs Ma’arif NU 1 Wangon