• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sedangkan menurut Azhar Susanto (2004;82) system informasi adalah :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sedangkan menurut Azhar Susanto (2004;82) system informasi adalah :"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Peranan

Menurut Komarudin (1994,708),"peranan" adalah:

“1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan seseorang dalam manajemen.

2. Bila perilaku yang diharapkan dapat mengerti suatu status. 3. Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata. 4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau seseorang atau

menjadi karakteristik yang ada padanya.

5. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat”.

Dengan demikian konsep peranan mengarah pada adanya suatu fungsi yang melekat pada suatu variabel yang berpengaruh pada variabel lainnya, dan menunjukan adanya sebab akibat.

2.2 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Beberapa definisi mengenai pengertian sistem informasi akuntansi telah dikemukakan oleh para ahli, walaupun demikian pengertian yang mereka kemukakan pada intinya mencakup hal-hal yang tidak berbeda, diantaranya:

Sistem informasi akuntansi menurut Geoge H.Bodnar dan William S.Hopwood (2010;01) adalah :

"Accounting information system (AIS) is a collection of resources, such as people and equipment, designed to transform financial and other data into information”

Sedangkan menurut Azhar Susanto (2004;82) system informasi adalah : “Sistem informasi akuntansi merupakan kumpulan (integritas) dari sub-sub sistem atau komponen baik fisik maupun non fisik yang saling berhubungan dan saling berkerja sama satu sama lain secara

(2)

harmonis untuk mengelola data transaksi yang berkaitan dengan masalah keuangan menjadi informasi keuangan”

Berdasarkan kedua pengertian di atas, maka sistem informasi akuntansi merupakan suatu sistem yang terdiri dari seperangkat komponen dan sumber daya yang terorganisisr dan bekerjasama dalam mengolah data ekonomi menjadi informasi akuntansi yang dibutuhkan oleh para pemakai informasi tersebut.

Sedangkan menurut George H. Bodnar dan William S. Hopwood (2001,1), Sistem Informasi Akuntansi adalah :

"An accounting information system is a collection of resources, such as people and equipment, design to transform financial and other data into information. This information is communicated to a wide variety of decision makers. Accounting information system perform this transformation whether they are essentially manual system or thoroughly computerized".

Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa sistem informasi akuntansi adalah suatu kumpulan sumber, seperti manusia dan peralatan yang dirancang untuk mengubah data menjadi informasi yang mempunyai akibat finansial bagi perusahaan yang menjadi dasar bagi pimpinan untuk mengambil keputusan dalam merencanakan dan mengendalikan perusahaan guna mencapai tujuannya.

Dalam pengertian sistem informasi akuntansi, informasi merupakan salah satu unsurnya. Informasi dihasilkan oleh suatu pengolahan sistem informasi dan bertujuan menyediakan informasi dalam setiap pengambilan keputusan manajemen, informasi yang layak untuk pihak luar perusahaan dan operasi perusahaan dari hari ke hari.

2.2.1. Unsur-unsur Sistem Informasi Akuntansi

Komponen sistem informasi akuntansi terdiri dari sekelompok sumber daya serta serangkaian prosedur yang memungkinkan sistem tersebut bekerja dengan baik sehingga tujuan sistem tersebut dapat dicapai. Sistem informasi

(3)

akuntansi hanya dapat berjalan dengan efektif dan efisien apabila terdapat kerjasama antara komponennya

Sistem informasi akuntansi menurut George H.Bodnar dan William S.Hopwood (2010;1) :

“An accounting information system (AIS) is a collection of resources, such as people and equipment, designed to transform financial and other data into information”

Dengan demikian secara administratif akan terwujud dengan adanyaunsur-unsur sistem informasi. Dari kutipan tersebut pula dapat dijelaskan bahwa : 1. Sumber Daya Manusia dan Alat

Sistem informasi akuntansi membutuhkan sumber daya untuk dapat berfungsi. Sumber daya dapat diklasifikasikan sebagai alat, data dan bahan pendukung, sumber daya dan dana. Sistem informasi akuntansi pada umumnya diberi sama menurut sumber daya yang digunakan. Suatu sistem informasi akuntansi yang didominasi oleh sumber daya manusia dinamakan sistem informasi akuntansi manual. Jika sistem informasi melibatkan penggunaan komputer (computer-based accounting information system). Manusia merupakan unsur sistem informasi akuntansi yang berperan dalam pengambilan keputusan, apakah suatu sistem dilaksanakan dengan baikatau tidak. Disamping itu manusia juga mengendalikan jalan nya suatu sistem. Sedangkan alat merupakan unsur sistem informasi akuntansi yang berperan dalam mempercepat pengolahan data, meningkatkan ketelitian kalkulasi/perhitungan dan meningkatkan kerapihan bentuk informasi.

2. Informasi atau Laporan

Informasi tersaji selama tahap keluaran. Hasil akhir dari sistem informasi akuntansi adalah informasi akuntansi keuangan dan informasi menejemen. Informasi tersebut antara lain : neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan harga pokok penjualan, laporan biaya pemasaran, dan sebagainya. Jadi informasi dihasilkan untuk kepentingan-kepentingan dan penggunaan (user) yang berlainan.

(4)

2.2.2 Tujuan dan Fungsi Sistem Informasi Akuntansi

Setiap perusahaan yang didirikan pasti mempunyai tujuan. Dalam mencapai tujuan tersebut tentu saja manajemen membutuhkan suatu alat guna mencapai tujuan, dan salah satu alat tersebut adalah sistem informasi akuntansi yang akan memberikan kebijaksanaan.

Sistem informasi yang baik adalah sistem informasi yang dapat menghasilkan informasi yang akurat, meningkatkan pengendalian internal untuk mengamankan kekayaan perusahaan serta menurunkan biaya administrasi atau pembukuan.

Tujuan utama sistem informasi akuntansi menurut Hansen dan Mowen (2000,34) adalah:

"The overall objective of an accounting information system is to provide output information to users".

Dari pengertian di atas, maka tujuan utama dari perancangan sistem informasi akuntansi adalah untuk memberikan informasi bagi para pemakainya, baik eksternal ataupun internal.

Informasi yang dibutuhkan adalah informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan dan dapat dijadikan sebagai dasar bagi tindakan manajemen yang meliputi aktivitas perencanaan, pengendalian, serta aktivitas lainnya. hal ini dikemukakan oleh Leod Jr dan Schell (2001,107) sebagai berikut:

"As managers defined the output that the information processor is provide, they consider four basic dimensions of information, these dimensions contribute to information value: relevancy, accuracy, timeliness, completeness".

Berdasarkan uraian di atas, maka informasi yang berkualiatas adalah informasi yang relevan, akurat, penyampaian informasi tepat pada saat dibutuhkan, dan lengkap.

Suatu informasi dikatakan relevan, apabila memiliki hubungan erat dengan masalah sehingga dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Sedangkan informasi yang akurat adalah informasi yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya oleh bukti-bukti yang nyata serta yang sesuai dengan prosedur dan mekanisme perhitungan yang cermat. Selain itu informasi yang dihasilkanpun

(5)

harus ada dan berguna pada saat dibutuhkan sebelum terjadi situasi atau kerugian yang tidak diinginkan oleh para pemakai informasi tersebut. Completness merupakan, bahwa informasi yang dihasilkan harus mampu menyajikan informasi yang lengkap agar dapat mendukung pengambilan keputusan tanpa mengabaikan unsur keringkasan, padat dan jelas.

Dikaitkan dengan tujuan spesifik dari perancangan sistem informasi akuntansi, menurut Wilkinson at all (2000,18), kualitas informasi yang dihasilkan harus dapat memenuhi tercapainya hal-hal sebagai berikut:

“1. To support the day to day operations

2.To support decision making by internal decision maker 3.To fulfill obligations relating to stewardship”.

Dalam mendukung kelancaran kegiatan operasional, diperlukan informasi tertentu yang mendukungnya antara lain informasi tentang saldo piutang dagang pelanggan yang harus dikirim secara rutin kepada pelanggan, informasi yang dibutuhkan oleh para pemasok barang berupa daftar pesanan serta tanda bukti pembayaran, dan informasi lainnya.

Dalam mendukung pengambilan keputusan terutama keputusan yang berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian kegiatan organisasi yang dilakukan oleh para decison makers, yang diperlukan informasi yang berfungsi sebagai attention directing dan basic for decision making.

Dalam memenuhi tujuan spesifik terakhir, yaitu untuk memenuhi kewajiban kepada pihak luar, berkenaan dengan kontrak yang telah disepakati sebelumnya, maka diperlukan informasi yang berfungsi sebagai laporan pertanggungjawaban atas penggunaan sumber daya yang diperoleh dari pihak kedua tersebut.

Dengan memperhatikan tujuan-tujuan tersebut di atas, maka dapat membantu dalam perencanaan sistem informasi akuntansi terutama dalam hal menganalisa dan merancang sistem tersebut agar dapat membentuk sistem informasi yang efektif dan efisien. Tujuan-tujuan tersebut pada dasarnya merupakan proyeksi dari tujuan utama dan tujuan akhir sistem informasi

(6)

akuntansi yaitu cepat, efisien, dan aman serta dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan, perencanaan dan pengendalian.

Untuk dapat menghasilkan informasi yang akurat dan dapat diandalkan maka sistem informasi akuntansi harus dapat berfungsi sebagai alat pengendali aktivitas organisasi. Menurut Krismaji (2002;15) sistem informasi akuntansi hanya dapat berfungsi dengan baik jika memiliki karakteristik sebagai berikut:

“1. Relevan

2. Dapat dipercaya 3. Lengkap

4. Tepat waktu 5. Mudah dipahami

6. Dapat diuji kebenarannya.”

Hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Relevan

Menambah pengetahuan atau nilai bagi para pembuat keputusan, dengan cara mengurangi ketidakpastian, menaikan kemampuan untuk memprediksi, atau menegaskan/membenarkan espektasi semula.

2) Dapat dipercaya

Bebas dari kesalahan atau bias dan secara akurat menggambarkan kejadian untuk aktivitas organisasi.

3) Lengkap

Tidak menghilankan data penting yang dibutuhkan oleh para pemakai 4) Tepat waktu

Disajikan pada saat yang tepat mempengaruhi peruses pembuatan keputusan. 5) Mudah dipahami

Disajikan dalam format yang mudah dimengerti. 6) Dapat diuji kebenarannya

Tidak terdapat kesalahan dalam penyajian informasi dan telah melalui peroses koreksi.

Dari uraian di atas jelas bahwaa tujuan dari sistem informasi akuntansi adalah untuk menghasilkan informasi yang relevan, tepat waktu, dapat dipercaya, lenkap, dan mudah dipahami bagi para penggunanya, ang selanjutnya informasi

(7)

tersebut digunakan baik untukpengambilan keputusan ataupun untuk mengetahui kegiatan oprasional sehari-hari yang berjalan diperusahaan.

Apa bila dilihat dari fungsinya sistem informasi akuntansi merupakan pengembangan dari fungsi sistem akuntansi, sebagai contoh salah satu fungsi sistem akuntansi adalah memberikan informasi kepada pihak internal maupun eksternal. Hal ini dapat dipenuhi oleh sistem informasi akuntansi secara terperinci, seksama, dan akurat. Oleh karena itu, sitem akuntansi sebenarnya merupakan konsep dasar perencanaan sistem informasi akuntansi.

Menurut Azhar Susanto dan La midjan (2001;20) fungsi sistem informasi akuntansi adalah :

“Mendorong seoptimal mungkin agar akuntansi dapat menghasilkan berbagai informasi akuntansi yang berkualitas yaitu informasi yang tepat waktu, relevan, akurat (dapat dipercaya), dan lenkap yang secara keseluruhan informasi akutansi tersebut mengandung arti yang berguna”

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi sistem informasi akuntansi adalah :

1. Memberikan sistem informasi akuntansi yang tepat waktu. 2. Memberikan sistem informasi akuntansi yang relevan. 3. Memberikan sistem informasi yang dapat dipercaya

Jadi fungsi sistem informasi akuntansi bagi perusahaan memberikan pengaruh kinerja perusahaan dalam pengoprasian data akuntansi untuk menjadikan sistem informasi tersebut sebagai informasi yang berkualitas secara efektif dan efesien.

2.2.3 Ruang Lingkup Sistem Informasi Akuntansi

Setiap perusahaan memiliki sistem informasi akuntansi dan unsur-unsur yang berbeda. Perbedaan ini berasal dari pertimbangan fungsi akuntansi atas dampak ekonomi dari peristiwa yang terjadi pada setiap perusahaan. Menurut Wilkinson (2000,5), operasi dalam aktivitas akuntansi adalah sebagai berikut:

(8)

Gambar 2.1

Operasi dalam Aktivitas Akuntansi

Input Processing Output Sistem informasi akuntansi hanya menerima data ekonomi yang dihasilkan untuk transaksi internal ataupun operasi eksternal, yang sebagian besar yang dinyatakan dalam nilai uang dan sebagian kecil yang belum dalam nilai uang tetapi pada akhirnya akan dinyatakan dalam nilai uang juga. Dari segi keluaran, sistem informasi akuntansi menghasilkan dokumen, laporan, dan informasi lainnya yang sekurang-kurangnya dinyatakan dalam nilai uang.

2.3 Penjualan

Penjualan adalah tindak lanjut dari pemasaran dan merupakan kegitan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Melalui aktivitas penjualan ini perusahaan berhubungan dengan pihak lain, dimana terjadi penyerahan barang dan perolehan kas yang senilai dengan barang tersebut.

2.3.1 Pengertian Penjualan

Pada dasarnya setiap perusahaan tidak terlepas dari aktivitas penjualan. Hasil penjualan tersebut setelah dikurangkan dengan biaya akan menghasilkan laba yang akan digunakan untuk setiap kegiatan diperusahaan tersebut.

Penjualan merupakan kegiatan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Melalui aktivitas penjualan ini perusahaan berhubungan dengan pihak lain, dimana terjadi penyerahan barang dan perolehan kas yang senilai dengan barang tersebut.

Economi c data Data collection Data maintenanc e Financial information Financial informatio n

(9)

Pengertian penjualan yang dikemukakan oleh Syarul dan muhamad Afnizar (2000;746) :

“1. Pertukaran barang dan jasa dengan uang

2. Pendapatan yang diterima dari pertukaran barang dan jasa dan dicatat untuk suatu periode akuntansi tertentu, baik berdasarkan kas (sebagaimana diterima) atau berdasarkan akrual (sebagaimana diperoleh).”

Menurut John Dowes dan kawan-kawan yang diterjemahkan oleh Susanto Budhidarmo (2000;495), pengertian penjualan adalah :

“Penjualan adalah pendapatan yang diterima ditukarkan dengan barang atau jasa yang dicatat untuk suatu periode akuntansi tertentu, baik atas dasar kas (sebagai mana diterima) atau atas dasar akrual (sebagaimana diperoleh).”

Sedangkan menurut Komarudin (2000;775) penjualan adalah :

“1. Suatu persetujuan yang menetapkan bahwa penjualan memindahkan milik kepada pembeli untuk sejumlah uang yang disebut harga, kadang-kadang juga jual.

2. Penerimaan Bruto.”

Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penjualan adalah suatu pemindahan atau pengalihan hak pemilikan atas barang atau jasa dari pihak penjual kepada pihak pembeli yang disertai dengan penyerahan imbalan kepada pihak penerima barang atau jasa sebagai timbal balik atas penyerahan tersebut. Rencana volume penjualan, haruslah selalu memperhatikan keadaan perekonomian dimasa mendatang, dan dalam hal ini, bagian penjualan harus selalu diikutsertakan dalam penentuannya.

2.3.2 Tujuan Penjualan

Menurut Winardi (1999;124) tujuan penjualan bagi perusahaan yaitu: 1. Mencapai volume penjualan tertentu.

2. Mencapai laba maksimal dengan modal sekecil-kecilnya.

3. Mempertahankan kelangsungan hidupnya terus-menerus (going concern).

(10)

Kemampuan perusahaan dalam menjual barang dan jasanya di perusahaan dapat dijadikan suatu tolak ukur penilaian keberhasilan perusahaan. Untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut harus ada kerjasama yang baik antar bagian-bagian di dalam perusahaan.

Azhar Susanto dan La Midjan (2001;170) Mengemukakan akibat penjualan sebagai berikut :

“Akibat adanya penjualan dapat merubah posisi harta dan menyangkut : (a) timbulnya piutang jika penjualan secara kredit atau masuknya uang kontan jika penjualan secara kontan, (b) kuantitas barang yang berkurang di gudang karena penjualan.”

2.3.3 Klasifikasi Penjualan

Menurut Azhar Susanto dan La Midjan (2001;170) penjualan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

"1. Penjualan tunai 2.Penjualan kredit 3.Penjualan tender 4.Penjualan ekspor 5.Penjualan konsinyasi 6.Penjualan melalui grosir".

Berikut ini merupakan uraian mengenai klasifikasi penjualan, yaitu: 1. Penjualan tunai

yaitu, penjualan yang bersifat cash and carry. Pada umumnya terjadi secara kontan dan dapat pula terjadi pembayaran selama 1 bulan dianggap kontan 2. Penjualan kredit

yaitu, penjualan yang tenggang waktunya rata-rata lebih dari 1 bulan 3. Penjualan tender

yaitu, penjualan yang dilaksanakan melalui prosedur tender untuk memenuhi permintaan pihak pembeli yang membuka tender tersebut. Untuk memenangkan tender, selain harus memenuhi syarat berbagai prosedur yaitu pemenuhan dokumen tender berupa jaminan tender juga harus dapat bersaing dengan pihak lain.

(11)

4. Penjualan ekspor

yaitu, penjualan yang dilaksanakan kepada pihak pembeli dari luar negri yang mengimpor barang tersebut. Biasanya penjualan ekspor memanfaatkan prosedur letter of credit (L/C).

5. Penjualan konsinyasi

yaitu, menjual barang secara titipan kepada pembeli, yang sekaligus sebagai penjualan. Apabila barang tersebut tidak laku terjual, barang tersebut akan kembali ke penjual.

6. Penjualan melalui grosir

yaitu, penjualan yang tidak langsung kepada pembeli tetapi melalui pedagang grosir, yang berfungsi sebagai perantara antara pihak produsen dengan pedagang eceran (rentainer)

Dalam hal ini penulis hanya akan membahas mengenai penjualan tunai yang ada di perusahaan dan akan dijelaskan lebih lanjut.

2.4 Sistem Informasi Akuntansi Penjualan

Akuntansi penjualan perlu diselenggarakan dalam suatu sistem informasi akuntansi yang baik karena penjualan merupakan sumber utama pendapatan perusahaan. Akibat dari aktiva penjualan yang tidak dikelola dengan baik secara langsung akan merugikan perusahaan, selain itu jika penjualan tidak tercapai akan menyebabkan pendapatan berkurang.

Berdasarkan pengertian sistem informasi dan penjualan yang telah dikemukakan, maka sistem informasi akuntansi penjualan merupakan subsistem dari sistem informasi akuntansi yang dirancang untuk mengolah data-data transaksi penjualan dan menghasilkan informasi penjualan yang dibutuhkan oleh

organisasi, sehingga dapat membantu manajemen dalam mengendalikan aktivitas penjualan dan mencapai sasaran penjualan yang telah ditetapkan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi penjualan merupakan alat bantu untuk dapat memberi informasi kepada

(12)

manajemen dalam pengambilan keputusan khususnya dibagian penjualan melalui laporan penjualan.

2.4.1 Organisasi Penjualan

Organisasi penjualan dapat diartikan sebagai cara aktivitas tiap-tiap bagian yang terlibat dalam suatu kegiatan penjualan dalam suatu perusahaan dikoordinasikan untuk mencapai tujuan.

Menurut La Midjan (2000,159), luas sempitnya aktivitas penjualan serta organisasi dari fungsi penjualan dipengaruhi antara lain oleh tujuan perusahaan, jenis perusahaan, serta letak perusahaan (pusat atau cabang)

Adanya organisasi perusahan dimaksudkan agar kegiatan penjualan dapat diawasi dengan baik untuk maksud inilah hendaknya orang penjualan dapat memisahkan fungsi-fungsi operasional, penyimpanan, dan pencatatan. Selain itu, pemisahan fungsi-fungsi ini diharapkan pula dapat mencegah timbulnya kecurangan yang akan merugikan perusahaan.

Bagian-bagian yang terlibat diakibatkan adanya penjualan adalah: 1. Bagian pesanan penjualan

Fungsi bagian ini adalah:

a. Untuk mengawasi semua pesanan yang diterima, memeriksa surat pesanan dari pelanggan,

b. Membuat catatan atas penjualan, c. Menentukan tanggal pengiriman,

d. Sampai mengadakan hubungan dengan pembeli mengenai retur dan menyelenggarakan bukti-bukti untuk bagian piutang.

2. Bagian penjualan kredit Fungsinya antara lain:

a. Melakukan penilaian terhadap pelanggan dengan menggunakan catatan dari bagian piutang mengenai besarnya kredit yang dapat diberikan dari ketepatan waktu pembayarannya

(13)

3. Bagian pengiriman barang Fungsinya antara lain:

a. Melakukan pengiriman kepada pelanggan atas dasar surat perintah pengiriman

b. Melakukan pemeriksaan atas jasa dan kuantitas barang sesuai dengan surat perintah pengiriman

4. Bagian pembuatan faktur Fungsinya antara lain:

a. Membuat atau melengkapi faktur penjualan b. Memeriksa keluaran perhitungan dan penulisan c. Menghitung biaya pengangkutan dan pajak penjualan d. Membagikan tembusan faktur penjualan kebagian lain

Keempat bagian ini selalu terlibat dalam kegiatan penjualan. Masing-masing bagian mempunyai fungsi dan tugasnya yang berbeda.

2.4.2 Tujuan Penyusunan Sistem Informasi Akuntansi

Penyusunan sistem akuntansi penjualan yang akan diterapkan pada suatu perusahaan harus mempunyai beberapa tujuan yang harus dipertimbangkan dengan baik. Dengan demikian penjualan yang diterapkan perusahaan secara memadai akan menghasilkan catatan-catatan, formulir-formulir, serta prosedur-prosedur yang dapat diandalkan kelengkapannya tepat waktu dan teliti dengan suatu pengendalian internal yang dapat mengurangi kemungkinan kecurangan, pencurian, dan kesalahan-kesalahan lainnya.

Menurut La Midjan (2000,173), aktivitas penjualan perlu disusun sistem informasi akuntansi disebabkan faktor-faktor sebagai berikut:

"(1).Aktivitas penjualan merupakan sumber pendapatan perusahaan. Kurangnya dikelola aktivitas penjualan dengan baik, secara langsung akan merugikan perusahaan disebabkan selain sasaran penjualan tida tercapai, juga pendapatan akan berkurang oleh karenanya aktivitas penjualan perlu diamankan.(2). Akibat adanya penjualan akan merubah posisi harta yang menyangkut: timbulnya piutang jika transaksi penjualan dilakukan secara kredit atau secara tunai, kuantitas barang yang akan berkurang digudang karena penjualan".

(14)

Oleh karena itu, sistem informasi akuntansi penjualan ditujukan untuk membantu manajemen dalam mencapai sasara penjualan secara efektif dan efisien (meliputi: pencapaian target penjualan dalam kapasitas tertentu secara wajar dalam menunjang pertumbuhan) serta mengendalikan aktivitas penjualan (meliputi: analisa terhadap kebijaksanaan, prosedur, metode dan pelaksanaan penjualan) melalui aktivitas pengolahan data penjualan dan pelaporan sehingga dihasilkan informasi yang lengkap, akurat, handal dan disajikan tepat waktu. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan: karyawan yang kompeten, pembagian tugas yang memadaidan perangkat fisik, serta prosedur yang jelas dan tepat yang dapat mengarahkan karyawan dalam melaksanakan tugasnya dengan baik. Dengan demikian akan diperoleh keyakinan yang memadai bahwa:

1. Semua pengeluaran persedian barang dari gudang baik yang dijual maupun untuk keperluan lainnya harus diperiksa sedemikian rupa sehingga kemungkinan penyalahgunaan barang dapat dikurangi seminimal mungkin. 2. Retur penjualan harus benar-benar ada persetujuan untuk mencegah adanya

kecurangan, pencurian, dan kesalahan.

3. Penanganan penjualan dan penerimaan uang kas harus diperiksa Harus dilakukan pengendalian yang memadai terhadap penjualan kredit, sehingga ketelitiannya secara teratur dapat diperiksa agar terciptanya suatu pengendalian terhadap piutang dagang.

4. Semua penjualan baik tunai maupun kredit dicatat segera dengan tepat dan teliti.

Penjualan secara kredit akan menimbulkan piutang dagang, oleh karena itu pihak manajemen perlu memperhatikan prosedur penagihan piutang dagang untuk menghindari kemungkinan timbulnya kecurangan yang dilakukan baik oleh karyawan maupun pelanggan itu sendiri.

Sistem informasi akuntansi penjualan dirancang pula untuk menghasilkan informasi penjualan yang dibutuhkan oleh pihak-pihak terkait baik sebagai dasar pengambilan keputusan maupun untuk mendukung aktivitas operasional perusahaan.

(15)

2.4.3 Sistem dan Prosedur Penjualan

Pada dasarnya prosedur penjualan tidak selalu sama untuk setiap penjualan, tetapi tergantung pada jenis perusahaannya. Pada penjualan tunai prosedurnya lebih sederhana dibanding dengan penjualan kredit, yang penting adalah adanya catatan-catatan yang lengkap, tepat waktu, teliti, serta adanya pengendalian internal yang dapat mencegah atau mengurangi terjadinya kesalahan. Pada umumnya prosedur penjualan dalam perusahaan dibagi menjadi 2 yaitu pejualan tunai dan penjualan kredit.

 Penjualan tunai

Menurut Mulyadi (2001,469) prosedur penjualan tunai adalah sebagai berikut: „‟Prosedur penjualan tunai meliputi: 1). Prosedur order penjualan, 2). Prosedur penerimaan kas, 3). Prosedur penyerahan barang, 4). Prosedur pencatatan penjualan tunai, 5). Prosedur penyetoran kas ke bank, 6). Prosedur pencatatan penerimaan kas, 7). Prosedur pencatatn harga pokok„‟.

Penjualan tunai merupakan penjualan yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli melakukan pembayaran, setelah uang diterima dimuka barang diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli dan transaksi penjualan tunai dicatat oleh perusahaan.

 Penjualan kredit

Menurut Mulyadi (2001,209) prosedur penjualan kredit adalah sebagai berikut:

„‟Prosedur penjualan kredit meliputi: 1). Prosedur order pembelian, 2). Prosedur persetujuan kredit, 3). Prosedur pengiriman barang, 4). Prosedur penagihan, 5). Prosedur pencatatan penjualan „‟.

Penjualan kredit merupakan penjualan yang dilakukan perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai dengan pesanan yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu yang telah ditetapkan dan disepakati, perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut. Tetapi pada kenyataannya tidak semua perusahaan pada pelaksanaan sistem akuntansi penjualan memiliki prosedur-prosedur tersebut baik itu penjualan tunai ataupun penjualan kredit.

(16)

2.5 Pengertian Efektivitas

Efektivitas merupakan salah satu aspek yang penelitiannya terhadap prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan. Oleh karena itu efektivitas mendapat perhatian khusus dari manajemen. Efektivitas itu sendiri berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan yaitu profit yang memadai.

Menurut Arens dan Loebbeck (2000,807) efektivitas diidefinisikan sebagai berikut:

''Effectiveness is the degree to which the organization's objectives are accomplished''.

Berdasarkan pengertian di atas, efektivitas lebih mengarah pada pencapaian suatu tujuan, sehingga efektif atau tidaknya suatu peran diukur dari tercapai atau tidaknya tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun arti dari kata efektivitas menurut Kartikahadi yang dikutip oleh Sukirno Agoes (2001;680) adalah :

“Efektivitas adalah produk akhir kegiatan oprasi telah mencapai tujuannya baik ditinjau dari segi kualitas hasil, kualitas kerja maupun batas waktu yang ditargetkan.”

Dengan demikian efektivitas merupakan suatu ukuran pencapaian tujuan perusahaan apabila dihubungkan dengan hasil yang dicapai pusat pertanggungjawaban. Pengertian efektivitas secara singkat menunjukan derajat keberhasilan suatu organisasi dalam usahanya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

2.6 Pengendalian Internal

Salah satu aspek penting dalam aktivitas manajemen adalah kegiatan pengendalian. Pengendalian merupakan tanggung jawab manajemen yang berguna untuk menilai sejauh mana tujuan yang ditetapkan dapat dicapai serta program yang direncanakan dapat diimplementasikan dengan baik.

Dalam hal ini, peranan pengendalian internal sangat penting karena berpengaruh terhadap aktiva, kewajiban pendapatan dan biaya serta aspek

(17)

kegiatan operasi perusahaan. Oleh karena itu, dalam setiap sistem dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen, unsur-unsur pengendalian internal selalu disertakan sebagai unsur yang melekat.

2.6.1 Pengertian Pengendalian Internal

Menurut Committee of Sponsoring Organization's (COSO) yang bersumber pada SAS no. 78 adalah sebagai berikut:

''Internal control is a process--effected by entity's board of directors, management, and other personnel--designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following categories: (a) realiability of financial reporting, (b) effectiveness and efficiency of operations, and (c) compliance with applicable laws and regulations''.

Definisi di atas, menjelaskan bahwa pengendalian internal merupakan suatu proses yang dijalankan oleh dewan direksi, manajemen, dan orang-orang lain yang dirancang untuk memberikan jaminan secara wajar daritujuan dalam kategori sebagai berikut: (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) ketaatan terhadap hukum-hukum dan peraturan-peraturan.

Dari definisi tersebut terdapat beberapa konsep dasar pengendalian, yaitu: 1. Pengendalian internal adalah suatu proses untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan.

2. Pengendalian internal dilaksanakan oleh orang-orang, bukan hanya semata-mata terdiri dari pedoman kebijakan dan formulir akan tetapi orang-orang pada setiap tingkatan organisasi.

3. Pengendalian internal diarahkan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan didalam satu atau lebih kategori.

4. Pengendalian internal diharapkan dapat memberikan jaminan atau keyakinan yang memadai dan wajar bukan keyakinan mutlak bagi manajemen dan dewan komisaris.

(18)

Pengertian pengendalian internal menurut George H.bodnar dan William S.Hopwood (2010;133) adalah:

“Internal control is a process – affected by entity‟s board of directors, management, and other personnel – designed to provide reasonable assurance regarding achievement of objectives in the following categories : 1) Reability of financial reporting, 2) Effectiveness and efficiency ofn operations, 3) Compliance with applicable laws and regulations.”

Menurut Krismaji (2002;218), definisi pengendalian internal yaitu : “Pengendalian internal adalah rencana organisasi dan metoda yang di gunakan untuk menjaga dan melindungi aktiva, menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya, memperbaiki efisiensi, dan untuk mendorong ditaatinya kebijakan manajemen.”

2.6.2 Unsur-unsur Pengendalian Internal

Menurut COSO, pengendalian internal adalah suatu proses yang ada pada aktivitas operasional organisasi dan merupakan bagian integral dari proses manajemen, seperti perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Inti dari COSO report adalah kelima unsur-unsur yang saling terkait dan berhubungan yang timbul karena proses manajemen.

Komponen dari pengendalian internal seperti yang dikemukakan oleh Marshal B. Romney dan Paul John Stainbart (2006 ;231) adalah:

“1.Control Environment 2.Risk Assessment 3.Control Activities

4.Information and Communication 5.Monitoring”.

Kelima komponen pengendalian internal ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Lingkungan pengendalian (Control environtment)

Bahwa lingkungan pengendalian terdiri dari tindakan, kebijakan, dan prosedur yang mencerminkan sikap menyeluruh manajemen puncak, direktur dan komisaris, serta pemilik suatu satuan usaha terhadap pengendalian berpengaruh pada pengendalian karyawan.

(19)

Ada tujuh faktor lingkungan pengendalian, yaitu: a. Nilai etika dan kejujuran (integrity and ethical)

Nilai etika dan kejujuran merupakan dasar dari pengendalian yang dilakukan oleh manajemen dalam mencegah dan mengurangi tindakan penyelewengan yang terjadi dalam perusahaan.

b. Keinginan untuk maju (commitment to competence)

Keinginan untuk maju termasuk mempertimbangkan manajemen akan kecakapan seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu dan bagaimana tingkat kecakapannya di terjemahkan dalam keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan.

c. Dewan direksi atau komite audit (board of directors or audit commite) Suatu pengendalian dipengaruhi oleh dewan direksi atau oleh komite audit. Komite audit yang independen dibebani tanggung jawab untuk mengawasi proses pelaporan keuangan, yang mencakup pengendalian internal dan ketaatan terhadap peraturan dan hukum yang telah ditetapkan. Agar menjadi efektif, komite audit harus memelihara komunikasi yang baik dan berkesinambungan dengan audit internal maupun auditor eksternal.

d. Filosofi manajemen dan gaya operasi (management's phylosophy and operating style)

Melalui kebijakan dan aktivitasnya manajemen memberitahukan informasi yang jelas kepada karyawan tentang pentingnya pemahaman mengenai filsafah dan gaya operasi sehingga auditor dapat merasakan sikap manajemen terhadap pengendalian.

e. Struktur organisasi (organization structure)

Kesatuan struktur organisasi menyediakan kerangka kerja operasi untuk mencapai keseluruhan tujuan perusahaan yang telah direncanakan, dilaksanakan, dikendalikan dan diawasi.

f. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab (assignment of authority and responsibility)

Dimaksudkan agar mempermudah proses operasi, proses pelaporan dan memperjelas tingkat kepemimpinan dalam perusahaan.

(20)

g. Kebijakan dan pelatihan SDM (human resources policies and practice) Kebijakan dan pelatihan SDM berhubungan dengan proses penerimaan, penempatan, pelatihan, evaluasi, konseling, promosi, penggantian.

2. Penilaian risiko pengendalian (Risk assesment)

Untuk tujuan pelaporan keuangan, maka risiko pengendalian perlu diidentifikasikan, dianalisa, serta manajemen risiko tersebut relevan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam pembuatan laporan keuangan. Berikut ini merupakan pertimbangan risiko yang dapat berpengaruh pada kemampuan entitas dalam melakukan pencatatan secara akurat, pengolahan data, serta kegiatan pengikhtisaran dan pelaporan data keuangan, yaitu:

a. Karyawan baru (new personnel)

Karyawan baru mungkin memiliki pandangan atau pengertian yang berbeda atas pengendalian internal yang sedang diterapkan perusahaan. b. Sistem informasi baru (new or revamped growth)

Perubahan yang pesat dalam sistem informasi dapat merubah risiko yang berhubungan dengan pengendalian internal.

c. Perubahan dalam lingkungan operasi (changes in operating environment) Perubahan lingkungan dalam operasi perusahaan dapat mengakibatkan

perubahan dalam tekanan persaingan dan risiko yang berbeda secara signifikan.

d. Teknologi baru (new technology)

Teknologi baru yang diterapkan pada sistem informasi dapat merubah risiko yang sebelumnya telah diperkirakan terjadi pada sistem informasi. e. Pertumbuhan yang pesat (rapid growth)

Pertumbuhan pesat operasi perusahaan dapat meningkatkan risiko audit akibat pengendalian yang sudah tidak berfungsi secara memadai.

f. Jaringan, produk atau kegiatan baru (new line, product or activities)

Bidang usaha atau transaksi yang diketahui secara samar oleh perusahaan akan menimbulkan risiko baru yang telah diperkirakan sebelumnya pada pengendalian internal.

(21)

g. Operasi perusahaan secara internasional (foreign operational)

Perluasan daerah usaha menimbulkan risiko yang dapat berdampak terhadap pengendalian internal.

h. Keputusan akuntansi (accounting pronouncements)

Perubahan prinsip-prinsip akuntansi dapat menimbulkan risiko dalam mempersiapkan laporan keuangan.

3. Kegiatan pengendalian (Control activities)

Aktivitas pengendalian ditujukan untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa serangkaian tindakan telah dilakukan dalam menanggulangi resiko dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kebijakan dan prosedur tersebut meliputi:

a. Tinjauan ulang atas kinerja (performance review)

Kegiatan pengendalian dilakukan dengan melakukan perbandingan kinerja aktual anggaran, peramalan dan periode kinerja sebelumnya, serta analisa-analisa yang telah dilakukan dan tindakan koreksi yang dilaksanakan. b. Pengendalikan fisik (physical control)

Kegiatan pengendalian ini dilaksanakan terhadap pengendalian atas asset, yaitu untuk menjaga asset dari perbedaan perhitungan antara catatan pengendalian dengan hasil perhitungan fisik dan menghindari pencurian asset, sehingga dapat mendukung persiapan pelaporan keuangan dan pelaksanaan.

c. Pengolahan informasi (information processing)

Kegiatan pengendalian ini meliputi pengendalian umum dan pengendalian aplikasi.

d. Pemisahan tugas (segregation of duties)

Tujuan utama pemisahan tugas adalah untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang disengaja atau tidak disengaja dalam pengotorisasian transaksi, pencatatan transaksi dan pemeliharaan asset.

4. Informasi dan komunikasi (Information and communication)

Komponen kunci dalam pengendalian risiko adalah arus komunikasi internal yang ada dalam organisasi. Pada organisasi yang sehat, arus informasi berjalan

(22)

keseluruh arah dan tidak searah dari atas ke bawah. Sistem informasi dan komunikasi yang ada harus dapat memenuhi tujuan transaksi sebagai berikut: a. Identifikasi dan pencatatan transaksi dengan benar

b. Ukuran atas nilai ketepatan c. Pencatatan dalam waktu tertentu d. Penekanan pada waktu

e. Keberadaan dan pengungkapan f. Adanya pelaporan secara tertulis 5. Pemantauan (Monitoring)

Salah satu tanggung jawab manajemen adalah menetapkan dan memelihara pengendalian internal. Manajemen menindaklanjuti pengendalian berdasarkan pemikiran bahwa pengendalian telah beroperasi secara memadai dan manajemen menyesuaikan pengendalian internal sesuai dengan perubahan yang terjadi.

Pemantauan merupakan suatu proses yang menguji dan menetapkan kualitas pengendalian internal, termasuk menetapkan rancangan dan operasi pengendalian dalam dasar periode waktu dan mengambil tindakan perbaikan yang dibutuhkan. Proses ini dicapai dengan pengawasan yang berkesinambungan terhadap kegiatan operasi perusahaan, evaluasi terpisah atau dengan kombinasi keduanya.

2.6.3 Tujuan Pengendalian Internal

Pengendalian dalam suatu perusahaan merupakan alat yang dapat membantu pimpinan perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya, sehingga dapat diarahkan pada tingkat yang paling efisiensi dan efektif guna mencegah kecurangan, penyelewengan, dan pemborosan. Pengendalian ini berfungsi jika di dalamnya tercakup tujuan-tujuan yang merupakan arah dalam pelaksanaan kegiatan.

Dengan dilakukannya peroses pengendalian internal, diharapkan akan mendapatkan jaminan bahwa tujuan internal control dapat tercapai. Menurut

(23)

George H. Bodnar dan William S. Hopwood (2010;13) tujuan internal control adalah sebagai berikut :

“1. Reability of financial reporting

2. Efektiveness and efficiency of operation

3. Compliance with applicable laws and regulation”

Berdasarkan tujuan di atas, maka pengendalian internal merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang dirancang oleh manajemen dan bertujuan untuk memperoleh keyakinan memadai atas:

1. Keandalan pelaporan keuangan

Mencakup terpenuhinya kualitas informasi yang akurat, relevan, ringkas, lengkap, konsistensi, serta disajikan tepat waktu. Oleh karena itu aktivitas pencatatan transaksi harus ditujukan untuk tujuan pencatatan transaksi. Untuk mendukung tercapainya tujuan ini diperlukan sistem informasi akuntansi yang memadai.

2. Efektivitas dan efisiensi operasi

Suatu organisasi dikatakan berhasil dalam mencapai tujuannya apabila telah mampu mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien.

3. Ketaatan terhadap peraturan yang berlaku

Dengan adanya pengendalian internal, diharapkan dapat menilai sejauh mana karyawan atau organisasi menaati peraturan dan kebijakan yang berlaku dalam melaksanakan aktivitasnya sebagai salah satu alat pengendali aktivitas organisasi.

2.6.4 Keterbatasan Pengendalian Internal

Pengendalian internal dirancang untuk memberikan jaminan keyakinan yang memadai, namun tidak mutlak bahwa tujuan spesifik dapat dicapai. Sebagai suatu prosedur, pengendalian internal memiliki keterbatasan, sehingga perlu diupayakan perbaikan yang terus menerus agar kinerja karyawan semakin meningkat serta tujuan perusahaan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

(24)

Walaupun pengendalian internal telah disusun dan diselenggarakan secara memadai tetapi dapat saja dianggap tidak sepenuhnya efektif, karena pada dasarnya struktur pengendalian internal tidak dapat menjamin sepenuhnya tercapainya tujuan perusahaan.

Menurut IAI (2001;4000.5) keterbatasan pengendalian internal yaitu: "Pengendalian intern, terlepas bagaimana baiknya desain maupun pengoprasiannya, hanya dapat memberikan keyakinan memadai kepada manajemen dan dewan komisaris tentang pencapaian tujuan entitas. Kemungkinan pencapaian tujuan entitas di pengaruhi oleh keterbatasan bawaan yang terdapat pada pengendalian intern. Hal ini mencakup kenyataan tentang pertimbangan manusia dapat salah, dan kerusakan pengendalian intern dapat terjadi karena kegagalan manusia seperti kesalahan yang sederhana. Di samping itu, pengendalian dapat tidak berdaya karena kolusi dua orang atau lebih atau karena manajemen melanggar pengendalian internal. "

Pengendalian iternal setiap entitas memiliki keterbatasan, oleh karena itu pengendalian internal hanya memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan mutlak yang ditujukan kepada manajemen dan dewan komisaris tentang pencapaian tujuan perusahaan.

Menurut Mulyadi dan Puradiredja (2002;181) menyatakan sebagai berikut:

„‟ Keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap struktur pengendalian internal adalah:

1. Kesalahan dalam pertimbangan. Seringkali manajemen dan personel lain dapat ssalah dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain.

2. Gangguan , dapat terjadi karena personel secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalian, tidak adanya perhatian, atau kelelahan.

3. Kolusi, merupakan tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan.

4. Pengabaian oleh manajemen, hal ini dilakukan pada kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu.

5. Biaya lawan manfaat, dimaksudkan agar biaya yang diperlukan untuk mengoperasi sistem pengendalian internal

(25)

tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian internal tersebut‟‟.

Dengan demikian yang menjadi kendala utama dalam aktivitas pengendalian internal adalah faktor manusia. Sehingga sebaik apapun sistem yang dibuat, jika sumber daya yang ada tidak kompeten atau tidak taat pada prosedur yang ditentukan maka aktivitas pengendalian tidak akan berjalan dengan baik.

Dalam menghadapi keterbatasan pengendalian internal, maka manajemen perlu melakukan pengendalian lingkungan (control environment), dan mengadakan kegiatan pengendalian (control activities), karena kecurangan itu dapat saja terjadi setiap saat.

2.7 Pengendalian Internal Penjualan

Dikaitkan dengan aktivitas penjualan, maka pengendalian internal penjualan merupakan penelaahan dan penilaian terhadap serangkaian prosedur dan aktivitas penjualan dikaitkan dengan tujuan penjualan yang hendak dicapai oleh perusahaan sehingga diperoleh keyakinan yang memadai.

Pengertian pengendalian internal penjualan menurut Campbell yang dialih bahasakan oleh Tjintjin Fenix Tjendera (2002;259) adalah:

“Pengendalian internal penjualan adalah kegiatan yang meliputi analisa, kebijaksanaan, prosedur, metode dan pelaksanaan kegiatan penjualan yang dikehendaki, dengan biaya yang wajar, yang menghasilkan laba kotor yang diperlukan untuk mencapai hasil pengembalian yang diharapkan atas investasi”.

Dari uraian di atas, maka didapat bahwa pengendalian internal penjualan meliputi rencana organisasi serta semua metode dan langkah-langkah yang terkoordinasi yang digunakan dalam suatu perusahaan untuk mengamankan penjualan, memeriksa kecermatan dan dapat dipercayainya atas dasar data penjualan, meningkatkan efisiensi aktivitas penjualan dan mendorong ditaatinya kebijakan penjualan yang telah ditetapkan oleh pimpinan perusahaan.

Oleh karena itu, pengendalian internal penjualan merupakan aktivitas penelaahan, analisa serta penelitian kesesuaian antara rencana dengan pelaksanaan penjualan, yang bertujuan agar volume penjualan dapat tercapai dengan nilai

(26)

wajar yang dapat diakui. Kegiatan penjualan merupakan salah satu aktivitas organisasi yang utama perlu dikendalikan. Tanpa adanya pengendalian internal yang memadai, tujuan perusahaan tidak akan tercapai secara efektif dan efisien.

2.8 Peranan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan dalam Menunjang Pengendalian Internal Penjualan

Komponen sistem informasi akuntansiterdiri dari Processor, Data base, Alat masukan dan keluaran, Sumber daya lain. Sistem informasi akuntansi yang diterapkan perusahaan dapat berperan dengan memadai bila memenuhi kriteria komponen sistem informasi akuntansi telah memadai maka dapat dicapai suatu pengendalian internal penjualan yang baik, karena sistem informasi akuntansi memiliki hubungan yang sangat erat dengan efektivitas pelaksanaan pengendalian internal penjualan.

Untuk dapat memberikan pedoman kepada manajemen dalam merencanakan dan mengendalikan kegiatan perusahaan mengenai sistem pengelolaan penjualan perusahaan yang dipimpinnya, maka diperlukan suatu sistem informasi akuntansi khususnya sistem informasi akuntansi penjualan yang memadai.

Menurut George H. Bodnar dan William S. Hopwood (2010;1) mengenai sistem informasi akuntansi yaitu :

“An accounting information system is a collection of resources designed to transform data into information.”

Banyak informasi yang dibutuhkan oleh manajemen untuk mengendalikan keuangan dan operasi bersal dari sistem informasi akuntansi. Sistem informasi akuntansi merupakan suatu kerangka kerja dimana sumber daya dikoordinasikan untuk mengubah masukan menjadi keluaran berupa informasi akuntansi mengenai penjualan yang diperlukan guna pengambilan keputusan. Keberhasilan manajemen dalam maenjalankan usahanya tidak terlepas dari kemampuanya dalam mengatur sumber daya yang ada secara optimal yaitu dengan menerapkan pengendalian internal dalam pelaksanaan transaksi penjualan.

(27)

Menurut Azhar Susanto dan La Midjan (2000,26) terdapat hubungan erat antara sistem informasi akuntansi penjualan dengan pengendalian internal penjualan adalah:

''… ada hubungan yang saling menunjang antara sistem informasi akuntansi dengan pengendalian internal, dapat dikatakan bahwa kedua alat tersebut harus berjalan bersama-sama dalam suatu perusahaan. Tidak mungkin suatu perusahaan yang telah melaksanakan sistem informasi akuntansi yang baik tanpa memiliki pengendalian internal yang baik pula, karena salah satu tujuan sistem informasi akuntansi adalah untuk meningkatkan pengendalian internal".

Dengan demikian penerapan sistem informasi akuntansi yang memadai dapat meningkatkan efektivitas pengendalian internal penjualan yang diukur dari tiga indikator, adalah sebagai berikut:

 Terdapatnya unsur-unsur sistem informasi akuntansi dalam oprasional penjualan seperti sumber daya manusia dan alat, informasi dan laporan, serta data atau catatan.

 Terdapatnya unsur-unsur pengendalian internal secara memadai yang mencakup lingkungan pengendalian, penetapan resiko pengendalian, aktivitas pengendalian, aktivitas pemantauan, serta informasi dan komunikasi,

 Tercapainya tujuan pengendalian internal yaitu: penjualan dicatat berasal dari transaksi yang benar-benar terjadi, transakai penjualan di otorisasi dengan baik, seluruh penjualan yang ada telah dicatat, penjualan yang dicatat adalah jumlah yang dikirim dan ditagih telah dicatat dengan benar, penjualan dicatat tepat waktu, transaksi penjualan dimasukan dengan benar dalam buku tambahan dan telah diikhtisarkan dengan benar.

Di dalam sistem informasi akuntansi penjualan yang memadai, terdapat pengendalian yang melekat. Keefektifan pengendalian internal penjualan dapat dicapai apabila sistem informasi akuntansi yang ada lengkap dan dilaksanakan.

Referensi

Dokumen terkait

Sumber ketiga pendanaan yakni penerbitan global bonds senilai USD500 juta yang telah disetujui dalam rapat umum pemegang saham luar biasa.. 5 of 5 Please

Jika beban tetap diberikan maka regangan akan bertambah dimana material seakan menguat yang disebut dengan penguatan regangan (strain hardening) yang selanjutnya

Analisa teknikal memfokuskan dalam melihat arah pergerakan dengan mempertimbangkan indikator-indikator pasar yang berbeda dengan analisa fundamental, sehingga rekomendasi yang

Seorang ilmuwan yang bekerja pada Neurospora crassa memperoleh dua fenotif slow growing (mutant I dan II). Pertumbuhan yang lambat pada kedua mutan disebabkan oleh

Dalam menanamkan pembiasaan yang baik, Islam mempunyai berbagai cara dan langkah, yaitu: Islam menggunakan gerak hati yang hidup dan intuitif, yang secara

Analisis SWOT ini digunakan untuk melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh hutan rakyat Desa Bandar Dalam, sehingga didapatkan cara terbaik untuk

Melalui model discovery learning dan pengamatan video tentang the names for the days of the week , diakhir pembelajaran siswa dapat menganalisa fungsi sosial, struktur

Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian .... Metode