• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE. Metode Percobaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAHAN DAN METODE. Metode Percobaan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di tiga lokasi di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pengamatan lapang dilakukan Arboretum Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (Arboretum Fahutan) sebagai lokasi pertama dan Hutan Penelitian Dramaga, milik Pusat Penelitian dan Konservasi Hutan sebagai lokasi kedua (CIFOR 1) dan lokasi ketiga (CIFOR 2). Pengamatan laboratorium dilakukan di Laboratorium Pasca Panen dan Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini ialah tanaman dewasa dan bibit tanaman Pleocnemia irregularis (C. Presl) Holttum yang tumbuh alami di ketiga lokasi, daun muda yang menggulung (fiddlehead) P. irregularis untuk analisis kandungan nitrat, serta daun fertil untuk pengamatan karakter spora. Bahan pendukung lain yang juga digunakan adalah aquades.

Peralatan yang digunakan antara lain penggaris, meteran gulung, Color Chart, Horibameter C-141, camera digital, jangka sorong, alat ekstraksi, pipet tetes, tissue, label, amplop kertas coklat, cutter, gunting, pinset, ajir bambu, tali plastik, timbangan analitik, oven, mikroskop stereo, dan kaca preparat.

Metode Percobaan

Pelabelan Tanaman Contoh

Pemilihan tanaman contoh dilakukan secara acak dan selektif terhadap 10 bibit tanaman dan 10 tanaman dewasa P. Irregularis yang tumbuh alami di masing-masing lokasi. Bibit P. irregularis yang dipilih adalah bibit dengan tinggi antara 15-30 cm, sedangkan pemilihan tanaman dewasa P. Irregularis dilakukan dengan memilih tanaman yang berukuran relatif homogen secara visual di masing-masing lokasi. Metode ini dilakukan karena jumlah tanaman yang ada di

(2)

lokasi sangat terbatas dan beragam, maka contoh tanaman diambil dari individu-individu yang kebetulan dijumpai di lapang. Alasan lain digunakannya metode ini adalah karena tanaman P. irregularis merupakan tanaman yang tumbuh alami di masing-masing lokasi dan tidak diketahui umurnya. Metode seperti ini pernah dilakukan oleh Putrasamedja (2005). Pelabelan dilakukan dengan memasang papan label untuk tanaman dewasa dan bibit, serta dilakukan pemagaran di sekeliling tanaman dewasa menggunakan ajir bambu dan tali plastik seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Pelabelan Bibit (a) dan Tanaman Dewasa P. Irregularis (b) di Lokasi Pengamatan.

Pengamatan

Bibit Pleocnemia irregularis Pertumbuhan Bibit

Pengamatan terhadap pertumbuhan bibit P. irregularis di masing-masing lokasi dilakukan satu minggu sekali selama 7 minggu, ditambah pengamatan pada minggu ke- 13. Pengamatan dimulai sejak minggu ke-1 setelah pelabelan (MSP). Variabel kuantitatif pertumbuhan yang diamati antara lain sebagai berikut :

b a

(3)

1. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi yang ditegakkan.

2. Panjang daun (cm)

Panjang daun diukur dari pusat tanaman sampai ujung helai daun pada seluruh daun dewasa yang telah membuka sempurna.

3. Lebar daun (cm)

Lebar daun diukur membujur pada bagian daun terlebar, dalam hal ini pinnae

terbawah. Lebar daun diukur pada seluruh daun dewasa yang telah membuka sempurna.

4. Panjang stipe (cm)

Panjang stipe diukur dari pusat tanaman sampai batas pangkal helai daun pada seluruh daun dewasa yang telah membuka sempurna.

5. Jumlah daun

Jumlah daun yang dihitung ialah daun dewasa yang telah membuka sempurna, utuh, dan tidak layu/rusak.

6. Laju pertumbuhan mingguan

Laju pertumbuhan diperoleh dari selisih nilai karakter kuantitatif pengamatan mingguan.

Tanaman Dewasa Pleocnemia irregularis Karakter Morfologi

Karakterisasi dilakukan terhadap karakter morfologi P. irregularis dewasa berdasarkan tuntunan bundel deskriptor P. irregularis (Lampiran 2) yang disusun mengacu pada buku Penuntun Praktikum Taksonomi Tumbuhan Berpembuluh (2007) dan disesuaikan dengan deskripsi tumbuhan pakis oleh Hoshizaki and Moran (2001). Variabel yang diamati meliputi karakter kuantitatif dan kualitatif.

Karakter kualitatif yang diamati meliputi tipe akar-batang, tipe daun (frond

dan blade), tipe stipe, dan tipe spora. Sedangkan karakter kuantitatif yang diamati terdiri dari panjang daun (frond), lebar daun (frond), panjang stipe, diameter stipe, jumlah pinna per frond, panjang rachis, jumlah frond per tanaman, diameter akar-batang, tinggi akar-akar-batang, panjang akar, bobot basah (BB), bobot kering (BK),

(4)

dan kadar air (KA). Bobot basah tanaman diperoleh dengan cara memanen tanaman contoh P. irregularis di masing-masing lokasi di akhir pengamatan lalu ditimbang bobot basahnya. Bobot kering tanaman diperoleh dengan cara mengeringkan tanaman contoh menggunakan oven selama 3x24 jam dengan temperatur 105o C. Pengovenan dilakukan secara terpisah untuk setiap bagian tanaman, terdiri dari bagian akar dan batang; stipe; dan blade. Kadar air adalah selisih antara bobot basah dan bobot kering tanaman yang dihitung menggunakan rumus sebagai berikut,

KA (%) =

x 100 % Siklus panen

Pengamatan siklus panen dilakukan terhadap tanaman dewasa P. Irregularis yang telah ditandai di masing-masing lokasi. Pengamatan dilakukan setiap minggu sampai siklus panen ke-3. Siklus panen pertama dihitung sejak minggu ke-0 pelabelan (MSP) sampai tanaman tersebut memiliki fiddlehead atau bagian daun muda yang memenuhi kriteria panen dan layak untuk dikonsumsi. Kriteria panen dari daun muda atau fiddlehead merupakan kriteria visual berupa tinggi dan besar fiddlehead atau daun muda yang bersumber dari kriteria P. irregularis yang dijual di pasaran. Kriteria ini berbeda-beda untuk masing-masing lokasi, bergantung pada ukuran tanaman. Melalui pengamatan siklus panen ini juga diperoleh data kriteria fiddlehead atau daun muda siap panen dan layak konsumsi.

Karakter Agronomi Fiddlehead Panen

Karakter agronomi fiddlehead layak panen yang diamati meliputi karakter tinggi dan bobot basah. Tinggi fiddlehead yang layak panen diukur dari pusat tanaman tempat keluarnya fiddlehead sampai ujung fiddlehead. Bobot basah

fiddlehead panen diperoleh dengan melakukan penimbangan terhadap bobot segar

(5)

Persentase Edible Part

Persentase bagian tanaman yang dapat dikonsumsi (% edible part)

diperoleh dengan membandingkan antara bobot basah (BB) bagian yang dapat dikonsumsi dengan bobot basah brangkasan tanaman. Perhitungan yang digunakan ialah sebagai berikut :

% edible part

x 100 %

Analisis Kandungan Nitrat (Karakter Fisiologis)

Analisis terhadap kandungan nitrat dilakukan pada bagian jaringan daun muda atau fiddlehead dari tanaman P. Irregularis yang biasa dipanen dan dikonsumsi. Analisis kandungan nitrat dilakukan dengan mengambil ekstrak bagian daun muda (fiddlehead) kemudian ekstrak diuji dengan menggunakan Horibameter C-141. Analisis dilakukan sebanyak empat kali dengan jumlah sampel uji yang berbeda-beda pada tiap pengujian, bergantung pada ketersediaan bahan di lapang. Gambar metode analisis kandungan nitrat dilampirkan pada Lampiran 17.

Potensi Reproduksi Generatif

Dilakukan pengamatan mikroskopik terhadap jumlah sporangium pada daun-daun fertil tanaman P. Irregularis di lokasi Arboretum Fahutan dan CIFOR 1, sedangkan lokasi CIFOR 2 tidak diamati karena belum masuk ke fase generatif. Pengamatan dilakukan pada tiga helai pinna yang berada pada bagian tengah

frond. Pinna-pinna ini dipilih karena ukurannya yang relatif seragam dan memiliki sorus yang tersebar memenuhi seluruh bagian pinna sehingga cukup representatif. Hasil pengamatan kemudian dikonversi sehingga diperoleh potensi reproduktif generatif tanaman di masing-masing lokasi uji berdasarkan perhitungan berikut,

(6)

Keterangan :

∑ SPR/tan : jumlah sporangium per tanaman ∑ SPR/PN : jumlah sporangium per pinna ∑ PN/frond : jumlah pinna per frond

∑ FRF/tan : jumlah frondfertil per tanaman (sporofil)

Kerapatan Relatif (KR)

Banyaknya tanaman P. irregularis di masing-masing lokasi dihitung dengan peubah kerapatan dan kerapatan relatif. Kerapatan (K) ialah banyaknya individu per satuan luas dan kerapatan relatif (KR) ialah persentase jumlah individu dari suatu jenis di suatu lokasi (Soerianegara dan Indrawan, 2005). Nilai K dan KR diperoleh menggunakan rumus sebagai berikut :

K =

KR =

x 100 %

Pemeliharaan

Tidak dilakukan pemeliharaan khusus terhadap seluruh tanaman sampel di masing-masing lokasi. Hal ini bertujuan agar dapat mengamati karakter asli dari masing-masing tanaman yang tumbuh di habitat alaminya.

Analisis Data

Penelitian merupakan penelitian eksploratif yang terdiri dari kegiatan pengamatan mingguan dan karakterisasi. Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor dengan lokasi sebagai faktor uji dan terdiri dari 10 ulangan untuk masing-masing lokasi. Percobaan ini menggunakan model matematis sebagai berikut,

(7)

dimana, Yij = nilai pengamatan ke-ij μ = nilai tengah populasi αi = pengaruh aksesi ke-i βj = pengaruh kelompok ke-j εij = pengaruh galat ke-ij

Informasi yang diperoleh dari kegiatan pengamatan mingguan dan karakterisasi disusun sebagai data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif hasil pengamatan karakter morfologi dianalisis sederhana dengan membandingkan karakter morfologi P. irregularis di masing-masing lokasi. Data kuantitatif hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (Uji F), dilanjutkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) jika terdapat perbedaan yang nyata pada taraf 5%. Data diolah dibawah program SAS 9.1.3.

Gambar

Gambar 4. Pelabelan Bibit  (a)  dan  Tanaman Dewasa  P. Irregularis (b) di  Lokasi Pengamatan

Referensi

Dokumen terkait

Berangkat dari teori diatas, kehancuran di Negara kita memang disebabkan oleh orang-orang yang berakhlak buruk, baik orang tua maupun anak remaja. Faktanya, banyak kita

Menurut Kaymaz (2010), hasil penelitian mendukung teori bahwa praktek rotasi pekerjaan (job rotation) berpengaruh positif pada motivasi (motivation), Kaymaz

0:00:00,00 149796 Output Created Comments Filter Weight Split File N of Rows in Working Data File Input Definition of Missing Cases Used Missing Value Handling Syntax Elapsed Time

Penelitian ini juga menunjukkan manfaat yang diperoleh masyarakat sekitar TPA hal ini terlihat dari outcome yang diperoleh dari pelaksanaan kemitraan ini terkait dengan

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengkaji pengaruh likuiditas, solvabilitas dan aktivitas

Titik 5A yang merupakan titik hilir, memiliki konsentrasi TSS yang lebih besar dibandingkan dengan titik 4A dikarenakan Pasar Ikan menghasilkan buangan padat maupun cair

lasma nutfah pada dasarnya merupakan sumber daya genetik dari suatu spesies tanaman yang memiliki keragam- an genetik yang luas yang ditim- bulkan oleh perbedaan varietas,

Skripsi Penapisan Streptomyces Sp Yang Mempunyai Daya Antimikroba Dari … Novidyah Pangestuti... ADLN Perpustakaan