• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. analis keuangan dari perusahaan Stern Stewart & Co pada tahun Model

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. analis keuangan dari perusahaan Stern Stewart & Co pada tahun Model"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis

2.1.1. Economic Value Added (EVA)

A. Pengertian Economic Value Added (EVA)

Metode EVA pertama kali dikembangkan oleh Stewart & Stern seorang analis keuangan dari perusahaan Stern Stewart & Co pada tahun 1993. Model EVA menawarkan parameter yang cukup objektif karena berangkat dari konsep biaya modal (cost of capital) yakni mengurangi laba dengan beban biaya modal, dimana beban biaya modal ini mencerminkan tingkat resiko perusahaan. Beban biaya modal ini juga mencerminkan tingkat kompensasi atau return yang diharapkan ivestor atas sejumlah investasi yang ditanamkan di perusahaan. Hasil perhitungan EVA yang positif merefleksikan tingkat return yang lebih tinggi daripada tingkat biaya modal.

Di Indonesia metode tersebut dikenal dengan metode NITAMI (Nilai Tambah Ekonomi). EVA/NITAMI adalah metode manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal (Tunggal,2001).

Ada beberapa pengertian EVA menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut, menurut Utomo (1999:36), EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran yang baik dalam menilai kinerja dan

(2)

prestasi keuangan manajemen perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar suatu perusahaan.

Menurut Anjar V. Thakor (dalam Tunggal 2001:1), Economic Value (also conomic Value Added) – Revenue - Direct Cost (Including taxes)-Opportunity cost of using capital= After tax profit – Opportunity cost of using capital

Glen Arnold (dalam Tunggal 2001:2) juga berpendapat Economic Value Added (EVA) was trademarked by Stern Stewart & Co. is a variant of economic profit, which is the modern term for residual income. Economic profit for a period is a the amount earned by business after deducting all operating expenses and a charge for the opportunity cost of capital employed.

EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai atau value added dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan. Oleh karenanya EVA merupakan selisih laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax atau NOPAT) dengan biaya modal (Cost of Capital).

Laba operasi perusahaan dapat ditingkatkan tanpa penambahan modal, berarti manajemen dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Selain itu dengan berinvestasi pada proyek-proyek yang memberikan return yang lebih besar dari biaya modal (cost of capital) berarti perusahaan hanya menerima proyek yang bermutu dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. EVA juga mendorong manajemen untuk berfokus pada proses dalam perusahaan yang menambah nilai dan mengeliminasi aktivitas atau kegiatan yang tidak menambah nilai. Perhitungan EVA pada suatu

(3)

perusahaan merupakan proses yang kompleks dan terpadu karena perusahaan harus menentukan biaya modalnya terlebih dahulu.

Peningkatan EVA dan penciptaan nilai dapat terjadi ketika suatu perusahaan dapat mencapai yang berikut (Young & O’Bryne, 2001:62) :

a. Meningkatnya pengembalian atas modal yang ada. Jika NOPAT meningkat sedangkan WACC dan modal yang diinvestasikan tetap maka EVA akan meningkat.

b. Pertumbuhan yang menguntungkan, nilai diciptakan ketika pertumbuhan NOPAT melebihi WACC.

c. Pelepasan dari aktiva yang memusnahkan nilai. Jika pengurangan modal lebih mengganti kerugian dengan peningkatan perbedaan NOPAT dan WACC, EVA meningkat.

d. Periode lebih panjang dimana diharapkan NOPAT lebih tinggi dibandingkan WACC.

e. Pengurangan biaya modal.

Menurut Abdullah (2003:142) tujuan penerapan metode EVA adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Penerapan Model EVA

Dengan perhitungan EVA diharapkan akan mendapatkan hasil perhitungan nilai ekonomis perusahaan yang lebih realistis. Hal ini disebabkan oleh EVA dihitung berdasarkan perhitungan biaya modal (cost of capital) yang menggunakan nilai pasar berdasarkan kreditur terutama pemegang saham dan bukan menggunakan nilai buku yang bersifat historis. Perhitungan EVA juga

(4)

diharapkan mendukung penyajian laporan keuangan yang akan mempermudah pengguna laporan keuangan seperti investor, kreditur, karyawan, pemerintah, pelanggan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan lainnya.

2. Manfaat Penerapan Model EVA

Manfaat yang diperoleh dalam penerapan model EVA bagi suatu perusahaan adalah :

a. Penerapan model EVA sangat bermanfaat sebagai alat ukur kinerja perusahaan dimana fokus penilaian kinerja adalah penciptaan nilai (value creation).

b. Penilaian kinerja keuangan dengan menerapkan model EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA para manajer akan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang dapat memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahan dapat dimaksimalkan.

c. EVA mendorong perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijakan struktur modalnya.

d. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi proyek atau kegiatan yang memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari biaya modalnya. Kegiatan atau proyek yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan adanya penciptaan nilai dari proyek tersebut dengan demikian sebaiknya diambil, begitu juga sebaliknya.

Menurut Tunggal (2001) beberapa manfaat EVA dalam mengukur kinerja perusahaan antara lain:

(5)

a. EVA merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri sendiri sendiri tanpa memerlukan ukuran lain baik berupa perbandingan dengan menggunakan perusahaan sejenis atau menganalisis kecenderungan (trend) b. Hasil perhitungan EVA mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk

investasi dengan biaya modal yang rendah. B. Metode Perhitungan Economic Value Added

Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur EVA. Apabila dalam struktur modalnya perusahaan hanya menggunakan modal sendiri, secara matematis EVA dapat ditentukan sebagai berikut (Brigham & Houston: 2006) :

EVA = NOPAT – (ie x E)

di mana :

NOPAT = NetOperatingProfitAfterTaxes

ie = Opportunitycostofequity

Namun, manakala dalam struktur perusahaan terdiri dari hutang dan modal sendiri, secara matematis EVA dapat dirumuskan sebagai berikut:

EVA = NOPAT – (WACC x TA) di mana :

NOPAT = NetOperatingProfitAfterTaxes

WACC = WeightedAverageCostofCapital

TA = Total Asset (Total Modal)

Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan interprestasi hasil sebagai berikut:

(6)

a. Jika EVA > 0 hal ini menunjukkan terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.

b. Jika EVA < 0 hal ini menunjukkan tidak terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.

c. Jika EVA = 0 hal ini menunjukkan posisi impas karena laba telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham.

a. Net Operating Profit After Tax (NOPAT)

Net Operating Profit After Tax (NOPAT) atau laba operasi bersih setelah pajak merupakan sejumlah laba yang akan dihasilkan jika perusahaan tidak memiliki utang ataupun aset finansial. NOPAT dapat dihitung sebagai berikut :

NOPAT = EBIT (1 – Tarif Pajak) Keterangan :

NOPAT : Net Operating Profit After Tax

EBIT : Earning Before Interest and Taxes

b. Weighted Average Cost of Capital (WACC)

Weighted Average Cost of Capital(WACC) adalah hasil penjumlahan dari hasil perkalian besarnya porsi masing-masing jenis modal dengan biaya modal yang bersangkutan. Menurut Durant (1999) modal terdiri dari 2 tipe yaitu pinjaman dan ekuitas. Biaya dari modal yang dipinjam adalah berupa tingkat bunga yang dikenakan oleh pemegang obligasi dan bank, sedangkan biaya ekuitas adalah tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor.

(7)

WACC = Wd.Kd (1 – T) + Wp.Kp + Ws. Ks Atau :

Menurut Prawironegoro dan Purwanti (2008:35) WACC atau biaya modal rat-rata tertimbang adalah biaya ekuitas dan biaya hutang masing-masing dikalikan dengan persentase ekuitas dan hutang dalam struktur modal. Adapun rumus untuk menghitung WACC adalah :

WACC =

equity debt

debt

+ Cost of Debt(1-T) + debt equity equity

+

Cost of Equity

Perusahaan dapat menghitung WACC dengan mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1. Jumlah utang dalam struktur modal, pada nilai pasar 2. Jumlah ekuitas dalam struktur modal, pada nilai pasar 3. Biaya hutang

4. Tingkat pajak 5. Biaya ekuitas 6. Total investasi

Cost of Capital mempunyai dua makna,dari sisi investor dan perusahaan. Dari sisi investor, cost of capital adalah opportunity cost yang ditanamkan investor pada suatu perusahaan, sedangkan dari sisi perusahaan cost of capital

adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan sumber dana yang dibutuhkan. Untuk praktisi keuangan istilah cost of capital digunakan sebagai :

(8)

1. Discount rate untuk membawa cash flow pada masa mendatang suatu proyek ke nilai sekarang.

2. Tarif minimum yang diinginkan untuk menerima suatu poyek. 3. Biaya modal pada perhitungan EVA.

Cost of capital terdiri dari cost of debt (biaya hutang) dan cost of equity

(biaya ekuitas). Sedangkan ekuitas dapat dibagi lagi menjadi saham preferen dan saham biasa.

Hutang adalah pinjaman perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi (Sugiyarso dan Winarni,2005:4). Hutang terdiri dari hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. Hutang jangka pendek yaitu hutang yang akan dilunasi sesuai dengan permintaan kreditur atau yang akan dilunasi dalam waktu satu tahun. Hutang jangka panjang yaitu yaitu hutang yang jatuh tempo lebih dari satu tahun.

Biaya hutang adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki, terjadi karena adanya resiko kredit (credit risk), yaitu resiko perusahaan dalam memenuhi kewajiban pembayaran bunga hutang yang harus dibayarkan kepada kreditur. Semakin lama hutang jatuh tempo maka resiko kreditnya akan semakin besar. Dengan kata lain cost of debt adalah tarif yang dibayarkan perusahaan untuk memperoleh hutang baru jangka panjang di pasar sekarang.

Biaya hutang berasal dari pinjaman adalah merupakan bunga yang harus dibayar perusahaan. Mengingat biaya hutang (bunga) dibayar sebelum perusahaan

(9)

memperhitungkan pajak penghasilan (tax deductible), maka biaya riil yang ditanggung perusahaan adalah biaya hutang setelah pajak (cost of debt after tax).

Biaya hutang setelah pajak = Kd* = Kd (1 - T) Keterangan :

Kd* : Biaya hutang setelah pajak Kd : Biaya hutang sebelum pajak T : Tarif pajak

Equity adalah suatu hak yang tersisa atas aktiva suatu lembaga (entity) setelah dikurangi kewajibannya.dalam perusahaan. Equity adalah modal pemilik. Ekuitas terdiri dari modal saham (capital stock) dan saldo laba. Modal saham adalah bagian hak pemilik dalam perusahaan yang timbul sebagai akibat pembelian sejumlah sertifikat saham yang dikeluarkan perusahaan. Modal saham meliputi saham preferen,saham biasa. Saldo laba menunjukkan akumulasi hasil usaha periode setelah memperhitungkan pembagian dividen dan koreksi laba rugi periode yang lalu.

Cost of equity adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki investor karena adanya ketidakpastian tingkat laba. Kewajiban membayar bunga dan pokok utang membuat laba bersih perusahaan lebih bervariasi (naik turun) daripada laba operasi, sehingga menyebabkan timbulnya tambahan resiko.

Saham preferen mempunyai sifat campuran antara utang dan saham biasa. Saham preferen mempunyai dividen tetap yang dibayarkan setiap periodnya, jadi per lembar saham preferen bersifat perpetual. Tidak seperti utang, karena kegagalan membayar deviden saham preferen tidak mengakibatkan pembubaran perusahaan. Saham preferen memiliki resiko yang lebih besar dari saham biasa

(10)

tetapi lebih kecil dari utang. Biaya saham preferen adalah jumlah hasil dividen dari saham preferen. Biaya saham preferen dapat diperkirakan dengan mengamati tingkat pengembalian yang disyaratkan pada yang lain, peringkat lembar saham preferen yang sama.

Biaya Saham Preferen = Kp = 0

P Dp

Keterangan :

Kp : Biaya saham preferen Dp : Dividen tetap

P0 : Harga saham preferen yang beredar saat ini per lembar

Biaya saham biasa adalah tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor pada saham biasa pada perusahaan yang bersangkutan. Jika laba tidak ditahan,maka laba akan dibagikan sebagai dividen, tetapi jika laba ditahan berarti pemegang saham menginvestasikan kembali laba yang menjadi haknya kepada perusahaan (plow back fund). Oleh karena itu, pemegang saham mengisyaratkan perusahaan memberikan keuntungan paling tidak sebesar keuntungan yang dapat diperoleh pemegang saham dalam alternatif investasi yang memiliki risiko yang sama dengan risiko perusahaan.

Biaya saham biasa = Ks = 0 1 P D + g Keterangan :

Ks : Biaya saham biasa

D1 : Dividen pada akhir periode P0 : Harga Saham

(11)

c. Modal yang Diinvestasikan

Menurut Young & O’Byrne (2001:39) modal yang diinvestasikan adalah seluruh keuangan perusahaan terlepas dari kewajiban jangka pendek, pasiva tidak menanggung bunga (non interest bearing liability) seperti utang,upah yang akan jatuh tempo (accrued wages),pajak yang akan jatuh tempo (accrued taxes). Modal yang diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, utang jangka pendek dan utang jangka panjang yang menanggung bunga,dan kewajiban jangka panjang lainnya.

Modal yang Diinvestasikan = utang jangka pendek + utang jangka panjang + kewajiban jangka panjang lainnya + ekuitas pemegang saham.

C. Keunggulan dan Kelemahan EVA

Salah satu keunggulan EVA sebagai penilai kinerja perusahaan adalah dapat digunakan sebagai penciptaan nilai (value creation). Keunggulan EVA yang lain adalah:

a. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungan beban sebagai konsekuensi investasi .

b. Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam mengukur harapan yang dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan memperhatikan harapan para penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku.

(12)

c. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian.

d. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders satisfaction concepts.

e. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis.

Selain berbagai keunggulan, konsep EVA juga memiliki kelemahan-kelemahan. Kelemahan- kelemahan tersebut antara lain (dalam Iramani : 2005) : a. EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak mengukur

aktivitas-aktivitas penentu .

b. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu padahal faktor-faktor lain terkadang justru lebih dominan.

2.1.2. Financial Value Added (FVA)

A. Pengertian Financial Value Added (FVA)

Financial Economic Value Added atau lebih singkat disebut Financial Value Added (FVA) merupakan metode baru dalam mengukur kinerja dan nilai

(13)

tambah perusahaan. Metode ini mempertimbangkan kontribusi dari fixed assets

dalammenghasilkan keuntungan bersih perusahaan (Iramani, 2005).

Terdapat tiga (3) keputusan dalam manajemen keuangan yang akan menjadi value drivers bagi terciptanya Financial Value Added. Ketiga keputusan tersebut adalah :

1. Operating Decision adalah suatu keputusan yang harus diambil perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan dan mengelola biaya-biaya yang timbul baik variable cost maupun fixed cost sedemikian rupa sehingga menghasilkan operating profit margin bagi perusahaan. Pertumbuhan volume penjualan (sales growth) merupakan indikator dari pertumbuhan perusahaan yang ini merupakan value drivers bagi terciptanya Financial Value Added. Dengan sales growth yang tinggi dan income tax rate tertentu akan meningkatkan operating profit margin yang pada akhirnya financial value added diharapkan juga akan meningkat.

2. Financing Decision adalah suatu keputusan pembiayaan perusahaan dimana perusahaan harus menentukan sumber dana yang paling efisien, yang direfleksikan oleh cost of capital yang dibayarkan selama periode n. Cost of capital ini kemudian menjadi faktor pembagi terhadap nilai income yang diterima. Dalam konteks value driver, semakin rendah cost of capital yang ditanggung oleh perusahaan maka semakin besar nilai per 1 sen uang yang diterima oleh perusahaan. Konsekuensinya, pada formula measure, semakin kecil cost of capital, semakin besar income yang diterima, sehingga semakin besar nilai FVA

(14)

3. Investment Decision, adalah keputusan manajemen terhadap pilihan-pilihan investasi yang secara normatif harus mampu memaksimalkan nilai perusahaan. Proses pemilihan alternatif investasi harus mempertimbangkan sumber-sumber pendanaan yang terlibat, karena akan mempengaruhi struktur modal perusahaan. Hal ini juga mempengaruhi komposisi working capital

dan fixed capital yang merupakan komponen pengubah nilai dalam konteks pengukuran FVA. Manajemen harus bisa mengoptimalkan pengelolaan

working capital dan fixed capital-nya agar tidak tercipta idle capital atau kapital yang kurang efektif dalam proses peningkatan nilai perusahaan. Otomatis, jumlah working capital dan fixed capital yang besar akan menciptakan tanggungan cost of capital yang lebih besar bagi perusahaan. Ini juga akan menurunkan nilai FVA, karena sumber dana menjadi besar.

B. Metode Perhitungan FVA

Secara matematis, FVA dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut : FVA = NOPAT – (ED – D)

di mana:

FVA : Financial Value Added

NOPAT : Net Operating Profit After Taxes

ED-D : Equivalent Depreciation – Depreciation

Interpretasi dari hasil pengukuran FVA dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Jika FVA > 0, hal ini menunjukkan terjadi nilai tambah finansial bagi

perusahaan.

b. Jika FVA < 0, hal ini menunjukkan tidak terjadi nilai tambah finansial bagi perusahaan.

(15)

c. Jika FVA = 0, hal ini menunjukkan posisi impas.

Perusahaan tentunya akan berusaha untuk memiliki nilai tambah financial bagi perusahaan dimana FVA > 0, hal ini terjadi manakala keuntungan bersih perusahaan dan penyusutan dapat mengcover equivalent depreciation atau (NOPAT+D) lebih besar dari ED. Jika ini tercapai maka perusahaan dapat meningkatkan kekayaan pemegang saham karena NPV akan bernilai positif.

a. Equivalent Depreciation

Equivalent depreciation adalah biaya - biaya yang sederajat dengan biaya penyusutan yang sebenarnya dimana diberikan kepada perusahaan berdasarkan penerimaan output untuk investasi aset. Rumus untuk menghitung equivalent asset adalah sebagai berikut :

ED = (Q – VC)(1 –T) – FC (1 – T) + (D x T) Keterangan : ED : EquivalentDepreciation Q : Penjualan (Rupiah) VC : VariabelCost T : Tarif Pajak FC : FixedCost D : Depreciation b. Penyusutan (Depreciation)

Penyusutan atau depresiasi adalah pengalokasian harga perolehan aktiva secara sistematik dan rasional selama masa manfaat dari aktiva yang bersangkutan (Astuti,2004:21). Akan tetapi ada kecenderungan di kalangan pembaca laporan keuangan untuk menafsirkan penyusutan akuntansi sebagai pengumpulan dana untuk mengganti aktiva tersebut kelak. Akan tetapi ini tidak berarti dana kas yang

(16)

penggantian aktiva tetap. Pendapat tersebut mungkin saja digunakan untuk berbagai keperluan seperti peningkatan persediaan, peningkatan piutang, dan pos- pos modal kerja lainnya, untuk perolehan aktiva tetap atau pos-pos tidak lancer lainnya yang baru, untuk melunasi hutang atau menembus saham atau untuk membayar dividen. Bila suatu dana disisihkan khusus untuk penggantian aktiva tetap, maka diperlukan persetujuan manajemen, walau begitu dana tersebut jarang untuk ditemukan. Beban penyusutan merupakan pengakuan atas penurunan nilai pelayanan aktiva.

C. Keunggulan dan Kelemahan Financial Value Added a. Keunggulan Konsep Financial Value Added

Kelebihan FVA dibanding EVA adalah (Iramani : 2005) :

a. Jika ditilik ulang konsep NOPATD, FVA melalui definisi Equivalent Depreciation mengintegrasikan seluruh kontribusi aset bagi kinerja perusahaan, demikian juga opportunity cost dari pembiayaan perusahaan. Kontribusi ini konstan sepanjang umur proyek investasi

b. FVA secara jelas mengakomodasi kontribusi konsep value growth duration

(durasi proses penciptaan nilai) sebagai unsur penambah nilai. Unsur ini merupakan hasil pengurangan nilai Equivalent Depreciation akibat bertambah panjangnya umur aset dimana aset bisa terus berkontribusi bagi kinerja perusahaan. Dalam konsep EVA, proses ini tidak secara jelas dijabarkan c. FVA mengedepankan konsep Equivalent Depreciation dan Accumulated

Equivalent tampaknya lebih akurat menggambarkan financing costs. Lebih lanjut, FVA mampu mengharmonisasikan hasilnya dengan konsep NPV tahun

(17)

per tahun, dimana NPV setidaknya saat ini dianggap sukses mengukur proses penciptaan nilai

d. Dengan berbasis pada definisi EVA yang sudah dikenal luas, FVA memberi solusi terhadap mekanisme kontrol dalam periode tahunan, yang selama ini merupakan kendala bagi konsep NPV. EVA dan FVA sama-sama mampu menyelaraskan output-nya dengan hasil NPV, dalam bentuk periode yang terdiskonto, namun FVA memberi output yang lebih maju dengan berhasil melakukan harmonisasi hasil dengan NPV dalam ukuran tahunan. Oleh karena itu, FVA menjadi lebih bermanfaat sebagai alat kontrol.

b. Kelemahan Financial Value Added (FVA)

Menurut Shrieves dan Wachowicz, dibanding EVA, FVA kurang praktis dalam mengantisipasi fenomena bila perusahaan (proyek) menjalankan investasi baru di tengah-tengah masa investasi yang diperhitungkan. EVA akan merefleksikan situasi ini melalui peningkatan aset dan sumber daya yang terlibat dalam perusahaan atau proyek. Fenomena ini tidak bisa diakomodasi dalam penentuan titik impas pada konsep NPV dan FVA.

2.1.3. Perbandingan EVA dengan FVA

Selain rasio-rasio keuangan, Economic Value Added (EVA) dan Financial Value Added (FVA) juga dapat digunakan dalam pengukuran kinerja keuangan akibat aktivitas dan strategi perusahaan. Keduanya sama-sama berorientasi pada

value added ataupun nilai tambah perusahaan. Dengan penggunaan kedua metode ini, perusahaan bertujuan untuk meningkatkan nilai atau value added dari modal

(18)

yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan, dan akan sangat membantu para pemegang saham untuk berinvestasi pada proyek yang lebih menguntungkan. EVA dan FVA juga tidak memerlukan ukuran lain berupa perbandingan dengan perusahaan sejenis dalam penerapannya.

Adapun perbedaan-perbedan antara Economic Value Added (EVA) dengan

Financial Value Added (FVA) adalah sebagai berikut : Tabel 2.1

Perbedaan Economic Value Added (EVA) dengan Financial Value Added (FVA)

No Economic Value Added (EVA) Financial Value Added (FVA)

1 Menyatakan kesejahteraan tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal

Keuntungan dapat juga diciptakan dari fixed asset

2 Memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban sebagai konsekuensi investasi

Memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan mengintegrasikan seluruh kontribusi asset bagi perusahaan.

3 Mengakomodasi kontribusi biaya modal (WACC) yang berperan penting dalam pemilihan investasi

Secara jelas mengakomodasi kontribusi konsep value growth

duration (durasi proses

penciptaan nilai) sebagai unsur penambah nilai yaitu dengan

pengurangan equivalent depreciation

4 Berhubungan langsung dengan nilai pasar berdasarkan kreditur terutama pemegang saham

Berhubungan dengan nilai buku dari asset

Sumber :Tunggal (2001), Iramani(2005)

Tabel 2.2

Perbandingan Alat Ukur Perhitungan Economic Value Added (EVA) dengan Financial Value Added (FVA)

Alat Ukur EVA Alat Ukur FVA

Net Operating Profit After Tax (NOPAT)

Net Operating Profit After Tax (NOPAT)

Weighted Average Cost Of Capital (WACC)

Equivalent Depreciation

Modal yang Diinvestasikan Penyusutan

(19)

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai EVA dan FVA ini pernah dilakukan oleh Napitupulu (2009), yang berjudul ”Analisis Perbandingan Economic Value Added (EVA) dan Financial Value Added (FVA) Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah”. Hasil dari penelitiannya adalah PT. Sumbetri Megah telah mampu meningkatkan nilai perusahaannya dilihat dari nilai EVA dan FVA yang selalu positif selama periode tahun 2003 sampai dengan 2007.

Nasution (2009) yang berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan

Economic Value Added (EVA) dan Financial Value Added (FVA) Pada PTPN IV Medan”. Hasil dari penelitiannya adalah PTPN IV telah mampu meningkatkan nilai perusahaannya dilihat dari nilai EVA dan FVA yang selalu positif selama periode tahun 2003 sampai dengan 2007, kecuali FVA pada tahun 2006.

Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Iramani, staf pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya (2005). Penelitiannya berjudul ”FinancialValue Added : Suatu Paradigma Dalam Pengukuran Kinerja dan Nilai Tambah Perusahaan”. Hasil dari penelitian tersebut adalah kinerja FVA lebih baik dibanding EVA, terutama dalam hal sinkronisasi hasil pengukurannya dengan hasil NPV.

(20)

2.3. Kerangka Konseptual

Selain penggunaan rasio keuangan dalam pengukuran kinerja keuangan, dapat juga digunakan pengukuran berdasar value added yaitu dengan Economic Value Added (EVA) dan Financial Value Added (FVA). Economic Value Added

(EVA) adalah sama dengan laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT) dikurangi biaya modal (Young & O’ Byrne, 2001:35). Perhitungan EVA dilakukan untuk mengukur kinerja perusahaan dan nilai tambah perusahaan dengan berdasarkan biaya modalnya. Biaya modal dalam suatu investasi adalah tingkat dari pengembalian yang diharapkan oleh penyedia dana. Biaya modal suatu perusahaan bergantung tidak hanya pada biaya utang dan pembiayaan ekuitas tetapi juga seberapa banyak dari masing-masing itu dalam struktur modal.

Financial Value Added (FVA) adalah selisih laba operasi setelah pajak (NOPAT) dengan equivalent depreciation yang telah dikurangi penyusutan.

Equivalent Depreciation adalah jumlah biaya-biaya yang sederajat dengan biaya penyusutan yang sebenarnya dimana diberikan pada perusahaan berdasarkan penerimaan output untuk investasi aset. Penyusutan adalah pengalokasian biaya perolehan aktiva secara sistematik dan rasional selama masa manfaat dari aktiva yang bersangkutan. Perhitungan FVA dilakukan dengan mengedepankan fixed assets sebagai alat ukur kinerja keuangan dan nilai tambah perusahaan.

Kedua perhitungan kinerja keuangan berdasarkan nilai tersebut memiliki perbedaan yang mendasar dalam penilaian nilai tambah yaitu EVA yang memfokuskan penilaiannya dengan memperhitungkan biaya modalnya, sedangkan FVA memfokuskan penilaiannya dengan mengintegrasikan seluruh kontribusi aset

(21)

bagi perusahaan. EVA merupakan ukuran kinerja yang secara langsung berhubungandengan kekayaan pemegang saham dari waktu ke waktu. Dengan konsep EVA perusahaan mengukur harapan yang dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan memperhatikan harapan para penyandang dan secara adil dimana dinyatakan dalam ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar tetapi EVA tidak menghitung aktivitas-aktivitas penentu dalam penciptaan nilainya. Sedangkan dengan menggunakan konsep FVA perusahaan mengakomodasi konsep value growth duration (durasi penciptaan nilai) sebagai unsur penambah nilai yaitu ketika bertambahnya panjang umur aset sehingga aset bisa terus berkontribusi bagi kinerja perusahaan, tetapi konsep FVA tidak efektif diterapkan ketika perusahaan (proyek) menjalankan investasi baru di masa investasi yang diperhitungkan.

Dengan demikian, berdasar uraian tersebut kerangka konseptual yang ditetapkan adalah sebagai berikut :

Sumber : Young & O’ Byrne (2001), Sandias (2002) (diolah) Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Kinerja Perusahaan Berdasarkan EVA

EVA = NOPAT – (WACC x Modal yang Diinvestasikan)

Kinerja Perusahaan Berdasarkan FVA

FVA = NOPAT – (Equivalent Depreciation-Depreciation)

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip kerja mesin ini adalah memanaskan produk pada suhu yang bisa diatur, disertai dengan penyedotan (pemvakuman) uap air dari produk yang

100.000 Penduduk Jumlah di suatu wila penduduk yah di pada wilayah kurun wakt dan pada u tertentu tahun yang sama x 100.000 lain kesehatan pelayanan sarana dan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud point a tersebut di atas, perlu ditetapkan Keputusan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lebong tentang

Pendekatan multidimensi ini cocok dipakai untuk penelitian kecil ini karena di dalamnya mencakup sejarah politik dan ekonomi yang membutuhkan teori-teori politik dan

Distribusi awal onset tanam padi pada musim tanam pertama yang umumnya dilakukan petani: (A) Kalimantan Barat, (B) Kalimantan Tengah, (C) Kalimantan Timur, (D) Kalimantan Selatan,

Tanaman bambu dimanfaatkan untuk membuat aneka kerajinan tangan khas suku dayak desa yang dikemas dalam bentuk souvenir dengan kreasi model-model baru merubah ukuran aslinya

Berdasarkan tabel 4.6 tentang hasil uji (t) diperoleh nilai (t) sebesar 208,002 dengan nilai signifikansi 0,000, dan mengunakan tingkat keyakinan 95%, data menunjukkan p-value lebih

Terpeliharanya citra positif JICA sebagai lembaga donor Jepang di Indonesia tentunya tak lepas dari aktivitas media relations humas internal JICA yang terjalin