• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan bulan Oktober 2016 sampai dengan Januari 2017. Data diperoleh dari bursa efek Indonesia yang menyediakan infornasi laporan keuangan perusahaan dengan mengakses situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id periode 2010-2015 pada indutri sektor pertambangan. Jumlah populasi ada 41 perusahaan namun yang di ambil menjadi sampel sebanyak 6 perusahaan selama 6 tahun. Kriteria yang dipilih yaitu perusahaan yang memiliki data laporan keuangan lengkap dan memiliki laba dari tahun 2010-2015.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausal yang bertujuan untuk menguji hipotesis tentang pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan yang diperoleh dari laporan tahunan perusahaan sektor pertambangan yang listing di BEI periode 2010-2015.

(2)

C. Definisi dan Operasionalisasi Variabel

Dalam kerangka berpikir di bab 2 dijelaskan bahwa penelitian ini terdapat variabel independen (X) yaitu modal kerja yang terdiri dari 4 komponen berupa siklus konversi kas (Cash Convertion Cycle), hari perputaran piutang (Days Of Sales Outstanding), hari perputaran persediaan (Days Of Sales In Inventory), dan hari perputaran utang (Days Of Payable Outstanding), variabel dependennya (Y) yaitu Profitabilitas berupa Return On Asset.

S.Misbah. (2015) mengatakan bahwa manajemen modal kerja terdiri dari komponen dari siklus konversi kas, seperti hutang akun, akun dan persediaan piutang serta unsur likuiditas yang merupakan sub-variabel yang harus di kelola untuk memastikan sumber daya dari perusahaan yang digunakan dalam cara efektif karena ini sub-variabel memiliki hubungan langsung dengan profitabilitas perusahaan.

Untuk mengetahui seberapa besar pihak manajemen mampu menggunakan asset lancarnya secara efisien dan efektifitas harus mengukur rasio keuangan berupa CCC. Mamoun (2011) mengatakan bahwa pengukuran manajemen modal kerja yang sering digunakan adalah dengan model siklus konversi kas. Model siklus konversi kas meliputi beberapa faktor terkait dengan kas, piutang, persediaan, dan utang usaha perusahaan, yaitu periode persediaan, periode piutang, periode utang usaha, dan siklus konversi kas. Selain itu, manajemen

(3)

modal kerja yang optimal positif memberikan kontribusi dalam menciptakan nilai perusahaan.

Apabila siklus kas semakin pendek maka semakin baik karena hal ini dapat membuktikan bahwa pihak manajemen perusahaan mampu menggunakan assetnya secara efisien dan efektif. Dengan mempercepat perputaran siklus kas maka modal perusahaan untuk produksi atau kegiatan aktifitas perusahaan akan cepat kembali dan juga cepat memperoleh profit atau laba yang nantinya laba tersebut akan diputarkan kembali. Berikut adalah penjelasan variabel independen dan dependen dalam penelitian ini :

1) Modal kerja

Modal kerja sangat penting bagi suatu perusahaan, hal ini karena modal kerja secara langsung berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan perusahaan sehari-hari. S.Misbah et al (2015) mengatakan bahwa manajemen modal kerja terdiri dari komponen dari siklus konversi kas, seperti hutang akun, akun dan persediaan piutang serta unsur likuiditas yang merupakan sub-variabel yang harus dikelola untuk memastikan sumber daya dari perusahaan yang diguanakn dalam cara efektif karena ini sub-variabel memiliki hubungan langsung dengan profitabilitas perusahaan. Bagchi & Khamrui (2012) mengatakan bahwa manajemen modal kerja dianggap menjadi masalah penting

(4)

dalam keputusan manajemen keuangan dan memiliki efek pada likuiditas serta pada profitabilitas perusahaan.

Pengukuran manajemen modal kerja yang sering digunakan adalah dengan model siklus konversi kas (CCC). Berikut adalah penjelasan mengenai variabel independen penelitian ini :

a) Cash Convertion Cycle (CCC)

Bagchi & Khamrui (2012) mengatakan bahwa CCC digunakan sebagai ukuran komprehensif modal kerja karena menunjukkan jeda waktu antara pengeluaran untuk pembelian bahan baku dan koleksi penjualan barang jadi. Semakin lama siklus, semakin besar dana yang di blokir modal kerja. R.rr Ken Berlian mengatakan bahwa perusahaan dapat meningkatkan laba dengan mempersingkat siklus konversi kas secepat mungkin tanpa mengganggu operasi, karena siklus konversi kas yang pendek dapat mengurangi besarnya pembiayaan eksternal ataupun internal yang dibutuhkan.

Model siklus konversi kas memusatkan pada lamanya waktu antara saat perusahaan melakukan pembayaran dan saat perusahaan menerima kembali arus kas masuk. Secara teori, semakin pendek waktu yang diperlukan, semakin baik bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin panjang waktu yang diperlukan semakin banyak modal yang harus ditanamkan. (Benny & Minarnita,2012).

(5)

Semakin lama proses produksi, semakin banyak jumlah kas yang harus diikatkan perusahaan dalam persediaan. Demikian pula, semakin lama pelanggan membayar tagihan mereka, semakin tinggi nilai piutang. Di pihak lain, jika perusahaan dapat menunda pembayaran bahannya, perusahaan dapat mengurangi jumlah kas yang diperlukan. Dengan kata lain, utang usaha mengurangi modal kerja bersih.

b) Days Of Sales Outstanding (DSO)

I Made Sudana (2011:217) mengatakan bahwa piutang merupakan komponen modal kerja yang terkait langsung dengan kegiatan operasi perusahaan. Piutang timbul jika perusahaan menjual barang secara kredit. Kebijakan penjualan secara kredit dilakukan perusahaan untuk meningkatkan penjualan. Peningkatan investasi pada piutang di satu pihak diharapkan meningkatkan penjualan dan laba, namun di pihak lain hal ini akan mengakibatkan peningkatan biaya yang timbul terkait dengan piutang.

Piutang ini menunjukkan tuntutan-tuntutan pada pihak luar perusahaan yang diharapkan akan diselesaikan dengan penerimaan jumlah uang tunai setelah tanggal transaksi penjualan sesuai syarat yang telah disepakati sebelumnya. Piutang usaha umumnya berjangka waktu kurang dari satu tahun. “Periode penagihan rata-rata (average collection period = ACP) atau Days Sales Outstanding (DSO), digunakan untuk menaksir piutang usaha, dan dihitung dengan membagi piutang usaha

(6)

dengan rata-rata penjualan harian untuk menentukan jumlah hari penjualan dalam piutang usaha.

Ketika perusahaan menjual barang atau jasa, perusahaan dapat melakukannya secara tunai atau kredit. Jika penjualan dilakukan secara tunai maka pada saat dilakukan penjualan perusahaan juga menerima kas, sebaliknya jika penjualan dilakukan secara kredit, maka perusahaan baru menerima kas beberapa waktu kemudian setelah dilakukan penjualan, sesuai dengan jangka waktu kredit yang disepakati. Dengan demikian penjualan secara kredit akan menimbulkan adanya piutang. Piutang yang dimaksud dalam hal ini adalah piutang dagang.

Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penjualan secara kredit, yaitu untuk meningkatkan penjualan, perusahaan memiliki kapasitas produksi yang menganggur, dan alasan persaingan. Penjualan secara kredit menimbulkan biaya dan manfaat bagi perusahaan. Biaya yang timbul akibat penjualan kredit ada yang bersifat langsung seperti biaya penagihan piutang dan biaya tidak langsung berupa opportunity cost dari dana yang terikat dalam piutang, serta adanya kerugian akibat adanya piutag yang tidak tertagih. Sementara itu manfaat yang diperolah perusahaan dari penjualan secara kredit adalah berupa peningkatan volume penjualn yang akan mengakibatkan laba.

Days Sales Outstanding adalah jangka waktu rata-rata perusahaan menerima pelunasan piutang dari konsumen setelah melakukan penjualan

(7)

secara kredit yang dinyatakan dalam satuan hari. Besar kecilnya Days Sales Outstanding berdampak pada modal perusahaan yang tertanam dalam piutang. Days Sales Outstanding dapat dihitung dengan menggunakan rumus Days Sales Outstanding = Piutang Penjualan tahunan/360. Jangka penagihan piutang yang rendah pada tingkat penjualan tertentu mengakibatkan semakin besar dana kelebihan yang tertanam pada piutang usaha, karena itu lebih baik ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif yang dinilai dapat menambah laba perusahaan.

c) Days Of Sales In Inventory (DSI)

I Made Sudana (2011:225) mengatakan bahwa persediaan merupakan salah satu komponen modal kerja yang tingkat likuiditasnya paling rendah dibandingkan dengan komponen modal kerja lainnya. Persediaan sangat penting bagi perusahaan, karena persediaan menjembatani kegiatan pembelian, produksi, dan penjualan. Jumlah dan jenis persediaan sangat tergantung pada besar dan bentuk perusahaan. Dalam beberapa bentuk, persediaan perusahaan dapat mencapai lebih dari lima puluh persen asset perusahaan, sehingga dana yang diinvestasikan dalam persediaan juga sangat besar. Manajer keuangan perlu memahami model-model pengendalian persediaan agar perusahaan dapat menentukan jumlah persediaan yang optimal.

(8)

Jenis persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan sangat tergantung pada bidang usaha dari masing-masing perusahaan. Pada perusahaan manufaktur jenis persediaan yang dimiliki dapat dikelompokkan menjadi persediaan bahan baku, barang dalam proses, barang jadi, dan suku cadang, sedangkan pada perusahaan dagang persediaannya berupa berbagai macam barang dagang. Persediaan memungkinkan pihak manajemen perusahaan untuk mengatur kegiatan pengadaan produksi, dan penjualan agar lebih fleksibel, memperkecil kemungkinan perusahaan gagal memenuhi permintaan pelanggan, atau terhentinya proses produksi karena tidak ada persediaan bahan baku.

Dengan mengadakan persediaan perusahaan dapat memanfaatkan kesempatan untuk memperoleh potongan kuntitas dari pemasok. Pengadaan persediaan juga dimaksudkan untuk menghindari terjadinya fluktuasi harga yang meningkat, serta sebagai persediaan pengaman untuk menghadapi kondisi yang tidak pasti. Adanya persediaan juga mempunyai dampak yang kurang baik bagi perusahaan, yaitu perusahaan harus menginvestasikan sejumlah dana dalam persediaan, yang mana persediaan merupakan salah satu unsur aktiva lancar yang likuiditasnya paling rendah. Selain itu ada kemungkinan persediaan mengalami kerusakan atau keausan sehingga nilainya menjadi turun.

Manajemen persediaan penting untuk mendukung kelancaran produksi dan penjualan. Pengawasan atas persediaan pada umumnya

(9)

tidak secara langsung berada dibawah manajer keuangan tetapi berada di bawah pengawasan manajer produksi atau manajer pemasaran. Namun demikian, manajer keuangan masih mempunyai kepentingan terhadap besar kecilnya tingkat persediaan karena manajer keuangan mempunyai tanggung jawab untuk mengendalikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan secara keseluruhan. Di samping itu, manajer persediaan juga mempunyai pengaruh terhadap siklus perputaran kas.

Dalam menghitung efisien atau tidaknya persediaan perusahaan perlu adanya analisa lebih lanjut terhadap persediaan tersebut. Perusahaan dapat menggunakan perputaran persediaan untuk dapat menjawab hal tersebut.

DSI = PERSEDIAAN/(HARGA POKOK PENJUALAN/365). d) Days Of Payable Outstanding (DPO)

R.rr Ken Berlian mengatakan bahwa periode utang yaitu rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk membeli bahan baku dan tenaga kerja dan pembayarannya. Hutang lancar sendiri adalah kewajiban yang akan dilunasi sesuai permintaan kreditur, atau jangka waktunya kurang dari satu tahun. Semakin lama waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam melunasi hutang- hutangnya, maka akan semakin menurunkan kepercayaan dari para kreditor yang pada akhirnya akan menurunkan nilai perusahaan itu sendiri. Hal ini akan menurunkan dana modal

(10)

kerja yang diperoleh dari pihak luar dan menurunkan kegiatan operasional perusahaan. Selanjutnya hal ini akan berdampak pada menurunnya volume penjualan perusahaan dan sekaligus menurunkan laba yang dihasilkan oleh perusahaan.

Di sisi lain, semakin lama kita melunasi hutang dari para kreditor, maka dana modal kerja tersebut dapat dipergunakan untuk memperluas kegiatan operasional perusahaan, dimana hal ini akan berdampak pada kenaikan penjualan perusahaan dan pada akhirnya akan menaikkan laba perusahaan. Bila jumlah hari yang dibutuhkan perusahaan untuk membayar tagihan-tagihan hutang jangka pendek atau hutang yang jatuh tempo tinggi maka hal ini akan menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. Rumus yang digunakan untuk menghitung periode pembayaran utang yaitu

DPO = UTANG DAGANG/(HARGA POKOK PENJUALAN/365).

2) Profitabilitas

R.rr Ken Berlian mengatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba secara efektif dan efisien dari aktivitas operasinya. Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa efisien pengelola perusahaan dapat mencari keuntungan atau laba untuk setiap penjualan yang dilakukan. Rasio ini merupakn ukuran yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melakukan

(11)

peningkatan penjualan dan menekan biaya-biaya yang terjadi. Selain itu, rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan seluruh dana yang dimilikinya untuk mendapatkan keuntungan maksimal.

Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang digunakan adalah ROA (Return On Asset). Mamduh & Halim (2009:157) mengatakan bahwa analisis Return On Asset (ROA) atau sering di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai rentabilitas ekonomi mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa mendatang. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai asset tersebut. Berikut

adalah rumus ROA = LABA BERSIH/TOTAL AKTIVA X 100%.

D. Pengukuran Variabel

Tabel 3.1 Pengukuran Variabel

Variabel Definisi Skala Rumus

Days Of Sales Outstanding (DSO)

Jangka waktu rata-rata yang harus ditunggu perusahaan setelah melakukan penjualan sebelum menerima kas, yang merupakan periode

penagihan rata-rata. Rasio

Rasio PIUTANG DAGANG/ (PENJUALAN TAHUNAN/365 HARI)

(12)

Days of sales in Invetory (DSI)

menentukan keefektifan perusahaan dalam mengelola persediaan, dan dihitung dengan rasio perputaran persediaan. Rasio ini dinyatakan dalam hari.

Rasio PERSEDIAAN/ (HARGA POKOK PENJUALAN TAHUNAN/365 HARI) Days of payable outstanding (DPO)

Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk melunasi utang kepada para

kreditor. Rasio ini dinyatakan dalam hari.

Rasio UTANG USAHA/ (HARGA POKOK PENJUALAN TAHUNAN/365) Cash Convertion Cycle

Sebuah metrik yang mengungkapkan lamanya waktu, dalam beberapa hari, bahwa dibutuhkan bagi perusahaan untuk

mengkonversi input sumber daya ke dalam arus kas. Metrik ini terlihat pada jumlah waktu yang diperlukan untuk menjual persediaan, jumlah waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang dan lamanya waktu perusahaan diberikan untuk membayar tagihan tanpa terkena sanksi.

Rasio DSO + DSI – DPO

Return Of

Asset (ROA) Bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya-biaya yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis.

Rasio LABA BERSIH/ TOTAL AKTIVA X 100%

(13)

E. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek atau totalitas subjek penelitian yang dapat berupa orang, benda, / suatu hal yang di dalamnya dapat diperoleh dan atau dapat memberikan informasi (data) penelitian (Ismiyanto). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah industry sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2010-2015. Terdapat 41 perusahaan sektor industry pertambangan yang terdaftar di BEI.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, di mana perusahaan dipilih berdasarkan kriteria yaitu:

1. Perusahaan insutry pertambangan yang terdaftar di BEI serta menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangannya pada periode 2010-2015.

2. Perusahaan yang memiliki laba selama 6 tahun yaitu periode 2010-2015.

(14)

Tabel 3.2

Penentuan Sampel Penelitian

No Keterangan Jumlah

1 Perusahaan insutry pertambangan yang terdaftar di

BEI. 41

2 Perusahaan yang tidak memiliki laba dari tahun

2010-2015 (35)

Perusahaan yang memenuhi kriteria penelitian 6 Jumlah akhir sampel penelitian selama 6 tahun

(6X6)

36

Tabel 3.3

Daftar Sampel Perusahaan

No Nama Perusahaan Kode Perusahaan Tahun IPO

1 Tambang Batubara Bukit

Asam (Persero) Tbk PTBA 23 Dec 2001

2 Ratu Prabu Energi Tbk ARTI 30 Apr 2003

3 Radiant Utama Interinsco Tbk RUIS 12 Jul 2006

4 Vale Indonesia Tbk

(d.h Inco Indonesia Tbk) INCO 16 May 1990

5 Timah (Persero) Tbk TINS 19 Oct 1995

6 Citatah Tbk CTTH 7 Mar 1996

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data arsip (dokumen/copy). Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan penelaahan terhadap bahan-bahan yang berhubungan dengan topik penelitian, seperti buku-buku, jurnal-jurnal penelitian, dan sebagainya serta penggunaan media internet. Data yang dikumpulkan merupakan data keuangan, yaitu laporan keuangan tahunan sector pertambangan periode 2010-2015 melalui (www.idx.co.id).

(15)

G. Metode Analisis

Untuk mencapai tujuan penelitian, maka penulis menggunakan analisis statistik dengan bantuan SPSS (Statistical Productand Service Solution) versi 21 for windows, untuk mengukur pengaruh antara variabel independen dengan dependen, dan menguji hipotesis yang diajukan. Analisis ini digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis tersebut. Adapun analisis yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan obyek yang diteliti melalui sampel tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan berlaku umum. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum.

2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan menguji kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian. Karena data yang digunakan adalah data sekunder, maka untuk menentukan ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang mendasari model regresi. Model regresi yang baik harus memiliki distribusi data yang normal atau mendekati normal.

(16)

a) Uji Multikolinearitas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dengan melihat nilai Tolerance dan VarianceInflationFactor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance< 0,10 atau sama dengan nilai VIF> 10, tingkat kolonieritas 0,95.

b) Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lain. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pada penelitian ini cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan Uji Durbin Watson. Ketentuan pengambilan keputusannya adalah :

(17)

1) Jika nilai DW terletak antara batas atas (du) dan (4-du), maka koefisien autorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.

2) Jika nilai DW < (dl), maka koefisien autokorelasi> daripada nol, berarti ada autokorelasi positif.

3) Jika nilai DW > daripada (4-du), maka koefisien korelasi autokorelasi< daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif. 4) Jika nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah

(dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl) maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

c) Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut

Homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada Grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED di

(18)

mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar analisis :

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

d) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis grafik histogram, normal probabilityplots,dan Smirnovtest. Uji Kolmogorov-Smirnov dua arah menggunakan kepercayaan 5%. Dasar pengambilan keputusan normal atau tidaknya data yang akan diolah adalah sebagai berikut :

(19)

1. Apabila hasil signifikansi lebih besar (>) dari 0,05 maka data berdistribusi normal.

2. Apabila hasil signifikansi lebih kecil (<) dari 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

3. Uji Hipotesis

a) Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Koefisien determinasi (Adjusted R2) dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) antara 0-1. Nilai R2 yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar pada penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka Adjusted R2 pasti akan meningkat tanpa melihat apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan Adjusted R2 untuk mengevaluasi model regresi, karena Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.

(20)

b) Uji Koefisien Regresi secara bersama-sama (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Penentuan keputusan dengan uji probabilitas, yaitu :

1) Jika nilai probabilitas > 0,05 maka Ho diterima. 2) Jika nilai probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak. c) Uji Koefisien Regresi secara parsial (Uji t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara parsial apakah variabel bebas berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Penentuan keputusan dengan uji probabilitas :

1) Jika nilai probabilitas > 0,05 maka Ho diterima. Ini berarti bahwa secara parsial, variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. 2) Jika nilai probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak. Ini

berarti bahwa secara parsial, variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

(21)

4. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda berguna untuk meneliti hubungan antara sebuah variabel dependen dengan variabel independen. Model regresi ini dijelaskan dalam rumusan :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan :

Y = variabel dependen X = variabel independen

a = konstanta b = koefisien regresi

e = faktor pengganggu (error)

Model regresi berganda yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi syarat asumsi klasik yaitu uji multikolonieritas, uji heterokedastisitas, uji autokorelasi, dan uji normalitas dengan menggunakan persamaan logaritma natural (LN) Semi Log.

Referensi

Dokumen terkait

Selama ini pokok permasalahan dalam kinerja pelayanan penyambungan salah satunya adalah sistem monitoring PK yang masih manual (ditulis dalam buku agenda /

Hasil data yang telah didapat dari sebuah penlitian dilapangan, peneliti mendapatkan beberapa hasil dan dari hasil tersebut peneliti mencoba memaparkan guna

Petugas piket mempersiapkan perlengkapan penunjang pembelajaran (menghapus papan tulis, tempat duduk guru dan lain-lain yang berkaitan dengan proses pembelajaran

Selain itu, dana masjid yang terkumpul dari masyarakat dapat digunakan untuk mengadakan beberapa kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang positif bagi masyarakat,

Saleh M Abdullah, The effect of repeated blood donation on the iron status of male Saudi blood donors, Blood Transfusi 2011,9:167-171.. Coleman M, Iron Metabolism: Rodak BF, Frisma

dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang sekaligus pembimbing terimaksaih atas bimbingan, pengarahan dan kesabarannya sehingga penulisan skripsi

Dari hasil uji statistik yang dilakukan antara variabel bakeri patogen dengan kejadian pneumonia pada balita menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan

(4) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai terobosan dalam budidaya nilam pada tanah Ultisols yang cukup luas di daerah Lampung, dengan penggunaan zeolit, limbah