• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada dasarnya merupakan makhluk. berkomunikasi, baik itu verbal ataupun nonverbal. Hal yang sama ini juga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada dasarnya merupakan makhluk. berkomunikasi, baik itu verbal ataupun nonverbal. Hal yang sama ini juga"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial yang selalu berkomunikasi, baik itu verbal ataupun nonverbal. Hal yang sama ini juga diungkapkan oleh Deddy Mulyana bahwa “komunikasilah yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan mengunakannya sebagai

panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi”.1

Dalam hal ini, komunikasi transaksional menjelaskan mengenai pertukaran makna melalui simbol-simbol atau nonverbal memiliki peranan penting dalam pembentukkan sebuah citra seseorang. Pendapat ini dipertegas oleh Karl Erik Rosengren dalam Deddy Mulyana yang mengatakan bahwa “komunikasi adalah interaksi subjektif porpusif melalui bahasa manusia yang berartikulasi ganda berdasarkan simbol-simbol dan John R. Wenburg dan William W.Wilmot yang mengatakan bahwa komunikasi adalah usaha untuk memperoleh makna”.

2

Hal tersebut menunjukkan bahwa komunikasi merupakan salah satu bagian penting untuk bersosialisasi terutama dalam pembentukan citra diri atau memperoleh kesan di masyarakat, baik melalui verbal maupun nonverbal. Oleh karenanya, impression management disini sangat dibutuhkan bagi seorang penari Jaipong, sehingga berbagai komunikasi yang digunakan baik itu verbal ataupun

1

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Penghantar. Bandung:PT Remaja Rosdakarya. 2007,hal 6.

2

Ibid. hal 76

(2)

nonverbal dapat tertata atau terkonsep dengan baik sehingga mampu menimbulkan citra yang baik pula. Menurut Kaye dalam penelitian Engkus Kuswarno, Pengelolaan kesan menjadi topik penting dalam manajemen komunikasi, karena pada dasarnya sebuah pengelolaan pesan melalui kesan (makna) yang disepakati bersama. Pengelolaan kesan ini dilakukan agar

perilakunya diberi makna oleh orang lain seperti apa yang mereka inginkan.3

Sama halnya seperti manusia pada umumnya, penari Jaipong pun ingin memperoleh citra atau kesan baik terhadap dirinya dalam menjalankan pekerjaannya tersebut. Dalam pengertian ini dimaksudkan bahwa segala citra yang terbentuk di masyarakat bersumber pada interaksi sosial yang secara langsung maupun tidak langsung saling mempengaruhi terhadap suatu hal atau kejadian yang berkembang. Dan hal itu dilihat dan disimpulkan sendiri oleh Selain itu, proses interaksi simbolik pun dibutuhkan dalam pembentukan citra diri penari jaipong. Pendekatan interaksi simbolik sebagai suatu pendekatan komunikasi yang digunakan untuk menjelaskan bagaimana fenomena penari jaipong berinteraksi dengan sesama penari jaipong dan penari jaipong dengan penontonnya. Apa yang ditampilkan oleh penari jaipong untuk menarik minat para penonton, melalui bahasa verbal atau nonverbal, apa dan bagaimana proses komunikasi yang terjadi di antara sesama penari jaipong dengan simbol-simbol yang khas, sehingga dapat menunjukkan citra diri mereka di mata penonton atau masyarakat.

3

(3)

mereka, sehingga menimbulkan citra, baik itu yang positif maupun negatif dan masing-masing dari mereka memiliki opini tersendiri terhadap citra yang timbul dalam diri mereka tersebut.

Tuduhan atau kecuriaan pekerjaan jelek akan menimbulkan berbagai dampak. Ancaman untuk citra diatasi dengan adanya komunikasi secara efektif.

Citra bergandengan dengan pesan – pesan sewaktu adanya ancaman citra.4

PR bukanlah penyajian sudut pandang, bukan seni untuk mengubah sikap mental, juga bukan perkembangan hubungan yang hangat dan menguntungkan, tetapi fungsi PR disini pada dasarnya adalah merekonsialisasikan atau menyesuaikan aspek – aspek dari perilaku personal kita, yang mengandung signifikansi sosial dengan kepentingan publik.

Disinilah posisi Public Relation / PR sangat berperan, PR bukan hanya terdapat dalam sebuah organisasi atau perusahaan saya, tapi fungsi PR pun terdapat pada setiap diri individu / kelompok. Dimana individu / kelompok dapat menjadi PR bagi dirinya sendiri terhadap pekerjaan yang digelutinya tersebut.

5

Dalam pencitraan penari jaipong, PR berfungsi untuk membantu individu / kelompok untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Agar citra positif dapat terus meningkat dan pencitraan negatif dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan. Selain itu, melalui peran PR yang ada di diri sang penari, dapat membantu membangun dan menjaga lini komunikasi, pemahaman bersama

4

Elvinaro Ardianto, Metodologi Penelitian untuk Public Relations. Bandung:Simbiosa Rekatama Media. 2010, hal 97.

5

(4)

dan dengan menggunakan riset serta komunikasi yang sehat dan etis sebagai alat utamanya yang mampu meningkatkan peminat / penonton tarian jaipong ini.

Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering dipentaskan pada acara-acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan bahkan tarian ini dipentaskan di acara-acara penting kenegaraan dalam rangka penyambutan tamu-tamu asing yang datang ke Indonesia. Hal ini dikarenakan Tari Jaipong saat ini telah menjadi salah satu identitas kesenian Indonesia yang berasal dari Jawa Barat yang patut dilestarikan dan diperhitungkan sebagai asset kekayaan bangsa Indonesia yang harus dijaga dengan baik, agar dapat menjadi kebanggan negeri dan mampu bersaing dengan kebudayaan Internasional yang saat ini semakin menggerus kebudayaan bangsa.

Kesenian ini sampai sekarang masih dapat disaksikan pada daerah-daerah yang ada di Jawa Barat. Misalnya, Bandung, Sumedang, Indramayu daerah sundanya, Cikarang, Karawang, Subang, dan daerah lainnya. Namun, Karawang merupakan kota yang akan diambil dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan kota tersebut merupakan salah satu kota yang terkenal dengan tarian Jaipong. Kota ini pula yang masih secara kental menggunakan tarian Jaipongan ini sebagai salah satu kesenian adat yang dipentaskan di acara-acara resmi maupun tidak resmi, seperti pernikahan, khitanan, pasca panen, dan dalam penyambutan hari-hari besar kenegaraan yaitu agustusan. Kota lumbung padi ini masih memiliki penggemar tarian jaipong dengan jumlah yang cukup banyak, dilihat dari setiap aksi panggung para penari jaipong, akan dijumpai pula para bajioran yang bersedia

(5)

memberikan berlembar – lembar rupiah untuk dipersembahkan kepada sang penari. Selain itu, peneliti juga melihat masih ada kentalnya budaya jaipong didaerah ini, terbukti dengan seringnya diadakan pertunjukkan jaipong dan banyaknya grup – grup jaipong yang ada di wilayah ini dan juga peneliti melihat terdapat beberapa oknum penari jaipong yang menjadikan profesi menarinya sebagai alat untuk dijadikan sebagai pencari pemasukan tambahan.

Sungguh disayangkan, akhir-akhir ini Tari Jaipong acap kali dipandang sebelah mata, tak terkecuali penarinya yang mendapat sorotan tajam dari masyarakat. Mulai dari pakaiannya yang terlalu terbuka maupun gerakan tarian yang mengundang syahwat, serta komunikasi antara sang penari dan penonton demi mendapatkan beberapa lembar uang.

Adapun kasus yang saat ini berkembang di masyarakat yaitu mengenai penari jaipong yang memiliki pekerjaan ganda sebagai “wanita panggilan” dan penari jaipong yang penuh dengan unsur keerotisan yang dinilai oleh masyarakat sebagai wanita penggoda dan sebagai seorang yang merusak rumah tangga orang lain. Hal ini dikarenakan adanya oknum – oknum penari jaipong yang memanfaatkan profesi menarinya untuk memperoleh penghasilan yang lebih dengan cara – cara yang tidak terpuji. Ketika mereka mementaskan tariannya, ada bajidor (penyawer) genit yang berusaha menggoda sang penari, para penari jaipong tersebut bersedia menerima sikap tersebut dan memberikan balasan serupa sehingga timbullah keinginan lebih dari sang bajidor, seperti bersedia dimintai nomor hp, bertamu ke rumah sang penari, diajak jalan dan kencan oleh para

(6)

bajidor (orang yang memberikan saweran). Padahal nyatanya, para bajidor tersebut sudah memiliki keluarga. Oleh karena itu, seringkali penari jaipong dianggap sebagai perusak rumah orang.

Walaupun pada awal perkembangannya tarian ini sesungguhnya sudah dikenal sebagai suatu jenis tari tradisi Sunda yang atraktif dengan gerak yang dinamis dan mengandung nilai erotisme yang cukup kental mengiringi Tari Jaipong ini yang langsung disuguhkan oleh sang penari menjadi faktor dominan yang menimbulkan suatu citra tersendiri di masyarakat pada umumnya. Akan tetapi, tetap saja sebagian dari masyarakat tetap mempermasalahkan tarian ini. Dan yang menjadi sasaran dari hal itu semua adalah sang penari Jaipong. Semua citra yang dilekatkan kepada sang penari itu belum tentu benar adanya. Walaupun terdapat oknum penari jaipong negative, tapi tidak semua para penari memiliki kesamaan seperti itu, masih banyak pula penari yang ingin menari karena ingin menyuguhkan dan melestarikan kebudayaan negeri. Sesungguhnya para penari pun ingin memberikan citra atau kesan yang baik mengenai dirinya kepada masyarakat luas, sama halnya seperti manusia pada umumnya. Tidak ada manusia yang menginginkan dirinya di cap negatif oleh orang lain.

Berbagai citra yang timbul di masyarakat inilah yang mendorong peneliti untuk lebih mengupas secara mendalam mengenai motivasi dan latar belakang yang mengiringi penari jaipong dalam menggeluti pekerjaan yang seringkali dipandang sebelah mata oleh masyarakat serta menelisik secara lebih mendalam

(7)

kesan yang ingin ditampilkan penari Jaipong kepada para penonton dan khalayak luas.

Selain itu, peneliti ingin mengupas secara mendalam mengenai awal mula pembentukan citra penari jaipong yang berkembang di masyarakat yang menjurus ke hal-hal negatif. Suatu hal yang mungkin tidak asing lagi ditelinga masyarakat bahwa dari sekian banyak opini yang berkembang di masyarakat terdapat suatu kesan bahwa tarian jaipong merupakan tarian erotis yang menjurus ke hal-hal negatif, melalui komunikasi verbal dan nonverbal yang ditunjukkan oleh sang penari dalam memperoleh ‘saweran’. Hal ini dapat dipertegas lagi dengan berbagai gerakan yang mengiringi tarian dan pakaian yang dikenakan oleh sang penari.

Dengan berbagai citra yang terlahir dari sang penari jaipong ini, dapat dilihat terdapat keunikan yang timbul. Berbagai sudut pandang yang digunakan dalam melahirkan citra penari jaipong, dari sudut pandang yang berbeda-beda baik itu dimata masyarakat maupun dimata sang penari itu sendiri dalam memaknai setiap gerakan maupun ungkapan verbal yang ditunjukkan oleh dirinya, sehingga peneliti ingin menelisik citra yang berkembang di masyarakat pada umumnya.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan berbagai aspek yang dapat dilihat dari Penari Jaipong ini, baik itu di pandang dari segi kebudayaan, gerakan tubuh, sampai pada pakaian yang dikenakan, komunikasi verbal dan nonverbal yang ditunjukkan dan dengan segala

(8)

keistimewaan dan kekurangan yang melekat pada tarian jaipong, menimbulkan

suatu tanda tanya besar, yaitu “Bagaimana Impression Management Penari

Jaipong di Karawang dalam pembentukan Citra Diri? “

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji secara mendalam

mengenai Impression Management yang merupakan suatu proses

pengelolaan kesan, baik itu secara verbal ataupun nonverbal yang digunakan dalam interaksi sosial dalam suatu lingkungan atau masyarakat yang mampu menimbulkan sebuah citra diri dari Penari Jaipong tersebut.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang terkandung dalam penelitian yang mengangkat tentang Citra Penari Jaipong yaitu bersifat praktis dan teoritis.

a. Dalam sisi teoritis yakni bagi perguruan tinggi, hasil penelitian

diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang berguna untuk dijadikan sebagai acuan dan bahan perbandingan dalam melakukan

penelitian. Dan dengan adanya penelitian mengenai Impression

Management penari jaipong ini, diharapkan dapat memberi tambahan

pengetahuan, baik itu dosen atau mahasiswa/i mengenai pentingnya

(9)

menentukan citra di mata masyarakat atau khalayak, seperti halnya penari jaipong.

b. Sedangkan dalam sisi praktis, hasil penelitian diharapkan dapat

memberikan informasi mengenai berbagai citra yang ditimbulkan oleh penari jaipong dan menjadi masukan yang berguna untuk meningkatkan kreatifitas dalam mengembangkan seni di Indonesia tanpa dibarengi dengan suatu permasalahan yang hanya didasari oleh perbedaan persepsi. Bagi penulis, seluruh rangkaian kegiatan dan hasil penelitian diharapkan dapat lebih memantapkan penguasaan fungsi keilmuan yang dipelajari selama mengikuti program perkuliahan Ilmu Komunikasi di Universitas Mercu Buana. Selain itu, dengan adanya penelitian ini pemerintah khususnya Jawa Barat dapat mendukung kesenian Tari Jaipong ini dan meningkatkan citra positif di mata masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

Data yang dikumpulkan terdiri atas data pengeluaran program pada tingkat pusat yaitu dari Kementerian dan Lembaga, data sub nasional yang diperoleh dari 8 provinsi yang meliputi

XXX terdapat 4 orang teller dalam sistem antrian yang bertugas melayani nasabah, namun kadang hanya ada 3 teller yang melayani nasabah, sehingga terjadi penumpukan

Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah entrepreneurial leadership berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan PT Tiga Putra Adhi Mandiri sebesar

kompetensi aspek spiritual, dan kesulitan proses penilaian, (b) Kemampuan peserta didik masih kurang dalam proses pembelajaran, yaitu mereka masih pasif, kurang komunikatif,

Emy Endah Suwarni, M.Sc.. Situbondo, 27

Dari hasil yang diperoleh, penelitian ini menunjukkan bahwa perjuangan orang-orang Limbung dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun

Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut penulis membuat kerangka penelitian disertai beberapa hipotesa mengenai wallpaper “Ragnarok” Online Games versi Indonesia yaitu

Kemudian menurut Rini (dalam Anthony, 1992: 22 terjemahan Rita Wiryadi) karakteristik orang yang percaya diri secara proporsional diantaranya adalah: percaya