• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK OUTPUT BIOELECTRICAL IMPEDANCE GERAKAN BAHU DENGAN METODA K-MEANS CLUSTER ANALYSIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK OUTPUT BIOELECTRICAL IMPEDANCE GERAKAN BAHU DENGAN METODA K-MEANS CLUSTER ANALYSIS"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

146

KARAKTERISTIK OUTPUT BIOELECTRICAL IMPEDANCE

GERAKAN BAHU DENGAN METODA K-MEANS CLUSTER

ANALYSIS

Hastuti, Juli Sardi, Ali Basrah Pulungan

Jurusan Teknik Elektro FT UNP

E-mail: hastuti03@gmail.com

ABSTRACT

This research explains the characteristics of bioelectrical impedance output of shoulder movement. The bioelectrical impedance (bioimpedance) is a passive electrical part found in body tissues. The results of this study is expected to be used as a control signal on a system. This research begins with the design of bioimpedance processing system consists of a series of stimulation and bioimpedance instrumentation. The bioimpedance measurement was performed by injecting a sinusoidal current source of 0.5 mArms with a frequency of 50 kHz to muscle tissue (shoulder). The function of instrumentation circuit is to detect the voltage’s change due to changes in the value of bioimpedance between 0 - 5 volts. The method of K-Means Cluster analyze the three types of shoulder movement, and the results can be divided into two clusters based on the feature vector of each movement. The upward and forward movement is one cluster, and the backward movement is a different cluster.

Keywords: bioimpedance, k-means cluster analysis, shoulder

ABSTRAK

Penelitian ini menjelaskan karakteristik output bioelectrical impedance gerakan pada bahu.Bioelectrical Impedance(bioimpedance) adalah bagian elektrik pasif yang terdapat pada jaringan tubuh. Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sinyal kontrol pada suatu sistem. Penelitian ini diawali dengan perancangan sistem pengolah bioimpedance yang terdiri dari rangkaian stimulasi dan instrumentasi bioimpedance.Pengukuran bioimpedance dilakukan dengan menginjeksikan sumber arus sinusoidal sebesar 0,5 mArms dengan frekuensi 50 kHz ke jaringan otot tubuh (bahu). Rangkaian instrumentasi berfungsi untuk mendeteksi perubahan tegangan akibat berubahnya nilai bioimpedance karena adanya gerakan yang dilakukan sehingga didapatkan variasi tegangan keluaran yang berkisar antara 0 – 5 Vdc.Dengan metode K-Means Cluster Analysis dilakukan analisa terhadap tiga jenis gerakan bahu, hasilnya bisa dibedakan menjadi dua cluster berdasarkan vektor ciri dari masing-masing gerakan. Gerakan ke atas dan ke depan merupakan satu cluster dan gerakan ke belakang merupakan cluster yang berbeda.

Kata kunci : bioimpedance, k-means cluster analysis, bahu

PENDAHULUAN

Sinyal

bioelectrical

impedance (bioimpedance) tubuh memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan sebagai sinyal kontrol pada suatu sistem. Perubahan nilai bioimpedance tubuh terjadi ketika ada pergerakan yang dilakukan oleh bagian tubuh tertentu. Dengan adanya perubahan

nilai bioimpedance, kita bisa menggunakannya sebagai input atau referensi dalam suatu sistem. Salah satu aplikasi yang bisa digunakan dari pemanfaatan sinyal bioimpedance adalah sebagai perintah kontrol untuk mengatur gerak dan kecepatan dari kursi roda. Sebelum digunakan sebagai input dalam suatu sistem, terlebih dahulu dilakukan

(2)

147 analisa terhadap karakteristik dari sinyal

bioelectrical impedance.. Salah satu bagian penting yang harus diperhatikan ketika menggunakan sinyal bioimpedance sebagai input atau referensi pada suatu sistem adalah bagaimana mengukur, membedakan dan mengklasifikasikan berbagai jenis gerakan yang dilakukan oleh bagian tubuh tertentu, sehingga masing-masing gerakan tersebut memiliki ciri dan bisa digunakan untuk perintah kontrol yang berbeda. Seluruh material, termasuk jaringan tubuh, memiliki

sejumlah

sifat listrik yang berbeda-beda.Tabuenca (2009: 7-8),

Bioimpedance mengacu pada perlawanan dari aliran arus yang melalui jaringan tubuh.Sel tubuh terdiri dari dua bagian yaitu intraseluler dan ekstraseluler. Membran sel dalam kumpulan intraseluler menentukan besar reaktansi. Model pendekatan rangkaian elektronika dari tiap sel dapat dilihat seperti Gambar 1.

Gambar 1.ModelPendekatan Elektronika Sel(Tabuenca, 2009: 7) Jaringan tubuh merupakan gabungan dari banyak sel dengan besar dan komposisi yang berbeda menjadi sebuah ionic salt dissolution. Model pendekatan elektronik dari suatu jaringan tubuh seperti pada Gambar 2.

Gambar 2.Model Pendekatan elektronikaJaringan Tubuh (Grimes dkk,

2000)

Keterangan :

Ri : Intracellular Resistance

Cm : Intracellular Reactance

Re : Extracellular Resistance

Bagian elektrik pasif yang terdapat pada jaringan tubuh disebut dengan bioimpedance. Untuk mengukur besarnya bioimpedance, pada bagian tubuh tertentu akan dialiri arus listrik yang kecil melalui suatu elektroda. Besar bioimpedance yang terukur bisa diketahui dengan menggunakan hukum Ohm.

Z = 𝑉

𝐼

Dimana V adalah tegangan dan I adalah arus.

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menentukan metode pengukuran yang paling tepat sehingga didapatkan sinyal bioimpedance yang bisa dijadikan sinyal kontrol. Penggunaan metode K-Means Cluster Analysisbertujuan untuk mendapatkan klsifikasi yang tepat sebelum sinyal bioimpedance digunakan sebagai sinyal kontrol.

Gambar 3. Metode Pemasangan Elektroda Pengukuran Bioimpedance (Paavle Toivo

dkk, 2011)

Terdapat

dua

metode

pengukuran

bioimpedance, yaitu pengukuran dengan

menggunakan

dua

elektroda

dan

pengukuran

dengan

menggunakan

empat elektroda. Pada metode yang

(3)

148

pertama digunakan elektroda yang sama

untuk

menginjeksikan

arus

dan

mengukur tegangan, sedangkan metode

yang kedua digunakan dua pasang

elektroda

yang

berbeda

untuk

memompa arus dan meugkur besar beda

potensial. Dua metode tersebut dapat

digambarkan pada Gambar 3.

Metode yang pertama lebih mudah,

namun

bukanlah

pilihan

yang

tepatkarena impedansi dari elektroda

akibat polarisasi juga akan terukur.Hal

itu berarti seluruh pergerakan artefak

pada elektroda akan berpengaruh besar

terhadap hasil pengukuran. Pilihan yang

tepat

ialah

dengan

menggunakan

metode kedua, yaitu konfigurasi empat

elektroda atau tetrapolar (Allan F.

Pacela, 1996).

Pada penelitian ini, dilakukan eksperimen untuk mendapatkan karakteristik output dari sinyal bioimpedance dari gerakan-gerakan yang dilakukan pada bagian bahu (pundak) manusia. Sinyal bioimpedance

yang dihasilkan kemudian dianalisis dengan metode K-Means Cluster Analysis

tujuannya adalah untuk mendapatkan vektor ciri dan karakteristik sinyal

bioimpedance dari masing-masing gerakan bahu yang nantinya layak digunakan sebagai perintah kontrol pada suatu sistem.

METODE PENELITIAN

Metode pengukuran bioimpedance yang dilakukan yaitu dengan metode empat elektroda, tetapi terdapat sedikit modifikasi. Pada umumnya metode empat elektroda memerlukan enam buah elektroda untuk

dua kanal, namun pada penelitian ini hanya digunakan tiga buah elektroda seperti yang terlihat pada gambar 3. Elektroda 1 dan 2 digunakan untuk stimulasi arus dan masing-masing juga digunakan sebagai detektor tegangan. Elektroda nomor 3 bertindak sebagai ground dari kedua kanal (Yunfei, 2009: 27-28). Konfigurasi pemasangan elektroda diperlihatkan pada gambar berikut:

Gambar 4. Konfigurasi Pemasangan Elektroda(Yunfei, 2009: 27)

Elektroda akan diletakkan di daerah punggung, tepatnya yaitu pada jaringan otot trapezius (titik v1 dan v2). Titik 3 digunakan sebagai referensi. Tegangan yang akan diukur oleh rangkaian instrumentasi yaitu antara titik v1 dan 3 dan titik v2 dan 3. Elektroda tersebut terintegrasi dengan rangkain pengolah instrumentasi. Penggunaan frekuensi kerja sebesar 50 kHz didasarkan pada hasil uji coba respon bioimpedance pada pundak terhadap bermacam-macam frekuensi arus yang distimulasikan.

Sinyal bioimpedance akan diukur dengan menggunakan 2 bagian rangkaian yang terintegrasi, yaitu rangkaian stimulasi dan rangkaian instrumentasi. Rangkaian stimulasi merupakan rangkaian pembangkit sumber arus bolak-balik dengan frekuensi 50 khz dan amplitudo maksimum sebesar 0,5 mArms (Ermado, 2011: 14). Sumber arus ini kemudian akan diinjeksikan ke tubuh melalui sebuah elektroda. Bagian yang lainnya yaitu rangkaian instrumentasi. Rangkaian ini digunakan untuk mengukur

(4)

149 beda potensial pada tubuh yang distimulasi. Besar tegangan yang terukur tersebut mewakili besarnya bioimpedance. Sistem ini dinamakan dengan sistem pengolah bioimpedance. Hasil pengukuran tersebut dikirim ke PC dengan menggunakan USB to Serial dengan Frekuensi sampling ADC diatur sebesar 100 hz. Blok diagram dari sistem tersebut ditunjukan oleh Gambar 5

Gambar 5. Diagram Blok Sistem Pengukuran Instrumentasi Bioimpedance.

Stimulasi yang diberikan yaitu berupa sumber arus sinusoidal sebesar 0,5 mArms dengan frekuensi 50 kHz. Sumber arus ini dibangkitkan oleh rangkaian sine wave generator yang terhubung ke rangkaian

Voltage Controlled Current Source

(VCCS). Rangkaian sine wave generator terdiri dari pembangkit gelombang kotak dengan frekuensi 50 kHz, low pass filter

dengan frekuensi cut-off 50 kHz, dan non-inverting amplifier.

Perubahan bioimpedance didapat dari besar tegangan elektroda positif (v2) terhadap referensi dan elektroda negatif (v1) terhadap referensi. Kedua tegangan tersebut kemudian dikuatkan dengan seperangkat rangkaian instrumentation amplifier yang memiliki Common Mode Rejection Ratio

(CMRR) yang tinggi. Oleh karena itu digunakan IC op-amp tipe LF412 dan LF355. Kedua IC ini memiliki CMRR yang tinggi hingga 100 dB. Selain itu, IC ini juga memiliki respon yang baik terhadap sinyal input frekuensi tinggi.

Karena hasil perubahan bioimpedance

dimodulasikan pada frekuensi 50 KHz, pasti akan terdapat gangguan pada frekuensi rendah akibat dari adanya sinyal otot (EMG) yang ikut terukur dan pergerakan-pergerakan artefak. Untuk memperbaikinya, tegangan yang terukur dimasukkan ke rangkaian band pass filter

dengan frekuensi center-nya terletak di sekitar 50 kHz. Rangkaiannya ditunjukkan pada gambar 10. Nilai absolut dari

bioimpedance akan dihasilkan dengan

menggunakan rangkaian

rectifier.Rangkaian penguat tegangan akhir juga dipasang setelah rangkaian rectifier

sebagai kalibrator tegangan agar didapatkan range tegangan keluaran antara 0 sampai 5 Volt.

Data

pengukuran

dikirimkan ke PC melalui komunikasi serial yg telah di sediakan. Data yang dikirimkan merupakan nilai ADC dari tegangan bioimpedance,

karena semua tegangan yang masuk ke mikrokontroler sudah dirubah kedalam ADC 10 bit oleh mikrokontroller sebelum dikirimkan melalui serial ke PC. Frekuensi sampling yang di gunakan adalah 50 hz. Setiap percobaan akan didapatkan 250 row data yang disimpan dalam format Txt. Data yang didapatkan kemudian diolah dengan Metode K-Means

Cluster

Analysis.

Pertama, menghitung besarnya delta V dari masing-masing percobaan. Delta V ini didapatkan dari nilai Vakhir dikurangi dengan nilai Vawal ketika percobaan dilakukan.Selain itu dicari juga nilai tengah dari setiap percobaan. Kemudian delta V dan nilai tengah yang didapatkan di plot ke dalam grafik berupa scatter, dimana delta V dijadikan sebagai sumbu Y dan nilai tengah dijadikan sebagai sumbu X. tujuannnya untuk melihat pola dan kecenderungan dari masing-masing gerakan

(5)

150 sehingga mempermudah proses clustering

yang akan dilakukan. Kemudian, diplot juga nilai delta V dan nilai tengah dari hasil rata-rata dari setiap jenis gerakan dari semua subjek. Setelah itu dihitung pusat

(center) dari masing-masing gerakan.

Selanjutnya dilakukan proses clustering

yang bertujuan untuk mengelompokkan data dari ke 3 jenis gerakan tersebut ke dalam suatu cluster, sehingga nantinya didapatkan kombinasi gerakan yang bisa dilakukan untuk mengatur arah dan kecepatan dari kursi roda. Proses Clustering

ini dihitung menggunakan metode K-Means Algorithm. Langkah-langkah dari metode ini adalah sebagi berikut (Agusta, 2007: 47-60).

a. Menentukan jumlah cluster. b. Menentukan nilai centroid.

Dalam menentukan nilai centroid untuk awal iterasi, nilai awal centroid ditentukn secara acak.

c. Menghitung jarak antara titik centroid dengan titik tiap objek.

Untuk menghitung jarak tersebut dapat menggunakan rumus Euclidean Distance, yaitu;

𝐷𝑒= √(𝑥𝑖− 𝑠𝑖)2+ (𝑦𝑖− 𝑡𝑖)2

(2) Dimana:

De adalah Euclidean Distance.

i adalah banyak objek.

(x,y) merupakan koordinat objek. (s,t) merupakan koordinat centroid. d. Pengelomokan objek.

Untuk menentukan anggota cluster adalah dengan memperhitungkan jarak minimum objek.

e. Kembali ke tahap 2.

Dilakukan perulangan hingga nilai centroid yang dihasilkan tetap dan anggota cluster tidak berpindah ke cluster yang lain.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum dilakukan percobaan terlebih dahulu di lakukan kalibrasi untuk mengatur tegangan output bioimpedanceagar didapatkan nilaiyang berkisar antara 0 – 5 Volt. Pengambilan data ini dilakukan kepada 5 orang subjek. Ada 3 jenis gerakan yang akan dilakukan untuk diambil dan diolah datanya, yaitu gerakan bahu ke arah depan, atas dan belakang yang masing-masing dilakukan selama 5 detik. Setiap jenis gerakan dilakukan sebanyak 30 kali. Total masing-masing subjek akan melakukan 90 kali percobaan. Plotinghasil rata-rata output bioimpedance untuk masing-masing gerakan bahu sebelah kanan dan kiri ditunjukan oleh Gambar 6 dan 7.

Gambar 6. Ploting Output Rata-Rata

Bioimpemdance Bahu Kanan

Gambar 7. Ploting Output Rata-Rata

Bioimpemdance Bahu Kiri

Gambar 6 dan 7 menunjukan karakteristik output bioimpedance dari rata-rata semua subjek . Ada 3 jenis gerakan yang

(6)

151 dilakukan terhadap bahu yaitu gerakan ke atas, gerakan ke depan dan gerakan ke belakang. Masing-masing gerakan dilakukan sebanyak 30 kali percobaan. Grafik yang berwarna merah merupakan output bioimpedance gerakan bahu ke atas. Grafik berwarna hijau menunjukan output

bioimpedance yang digerakan ke depan. Grafik berwarna ungu memperlihatkan output ketika digerakan ke belakang. Garis putus-putus memperlihatkan luasan wilyah output dari masing-masing gerakan.

Pada Gambar 13 dan 14 tersebut terlihat perbedaan sebaran data dari masing-masing gerakan. Gerakan bahu ke depan memiliki rata-rata perubahan tegangan yang paling besar dan bernilai positif, dimana pusat

(center) dari delta V bahu digerakan ke depan adalah (176.83, 113.5467) untuk bahu kanan dan (223.0667, 162.2667) untuk bahu kiri. Output dari gerakan ke atas juga bernilai positif tetapi nilainya lebih kecil dari gerakan ke depan. Pusat (center)

dari sebaran data gerakan ke atas di dapatkan sebesar (153.67, 79.53333) untuk bahu kanan dan (201.6133, 91.95333) untuk bahu kiri. Ketika bahu digerakan ke atas atau ke depan, maka besarnya nilai output tegangan bioimpedance yang dihasilkan akan mengalami kenaikan.

Tabel 1. Proses Clustering Untuk Bahu kanan Rata-rata Semua Subjek

Iteras i ke Vektor Ciri Berdasarka n Gerakan Jarak ke Pusat Centroid 1 Jarak ke Pusat Centroid 2 Dimasukka n ke Cluster 1 Ke Atas 0 41.14963 1 Ke Depan 41.1496 3 0 2 Ke belakang 209.768 7 236.955 5 1 2 Ke Atas 41.1496 3 104.884 4 1 Ke Depan 0 133.865 1 1 Ke belakang 236.955 5 104.884 4 2 3 Ke Atas 20.5748 2 386.188 7 1 Ke Depan 20.5748 2 236.955 5 1 Ke belakang 222.827 5 0 2

Gerakan bahu ke belakang memiliki sebaran data yang berbeda dari gerakan bahu sebelumnya. Gerakan bahu ke belakang memiliki karakteristik output negatif. Pusat (center) dari sebaran data gerakan bahu ke belakang adalah (220.1967, -119.407) untuk bahu kanan dan (254.4167, -254.417) untuk bahu kiri. Ketika bahu digerakan ke belakang nilai tegangan output yang dihasilkan akan mengalami penurunan.

Tabel 2. Proses Clustering Untuk Bahu kiriRata-Rata Semua Subjek

Iteras i ke Vektor Ciri Berdasarka n Gerakan Jarak ke Pusat Centroid 1 Jarak ke Pusat Centroid 2 Dimasukka n ke Cluster 1 Ke Atas 0 73.5133 3 1 Ke Depan 73.5133 3 0 2 Ke belakang 350.371 8 417.861 1 2 Ke Atas 73.5133 3 175.185 9 1 Ke Depan 0 243.548 6 1 Ke belakang 417.861 175.185 9 2 3 Ke Atas 20.5748 2 386.188 7 1 Ke Depan 20.5748 2 236.955 5 1 Ke belakang 222.827 5 0 2

Untuk membuat klasifikasi dari vektor ciri yang ditunjukan oleh berbagai jenis gerakan yang dilakukan tersebut, maka dilakukan proses Clustering. Dari proses Clustering

yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil seperti Tabel 1 dan 2. Pada iterasi ke 3, tidak ada lagi vektor yang berpindah cluster maka proses clustering dinyatakan selesai..

Pada proses clustering yang telah dilakukan terhadap rata-rata dari ke 5 subjek, didapatkan hasil akhir dari 3 jenis gerakan

(7)

152 yang dilakukan terhadap bahu hanya bisa dibedakan menjadi 2 cluster berdasarkan vektor ciri dari masing-masing gerakan. Gerakan ke atas dan ke depan merupakan satu cluster dan gerakan ke belakang merupakan cluster yang berbeda. Gerakan ke depan memiliki nilai output

bioimpedance yang lebih besar dan bernilai positif dibandingkan dengan jenis gerakan yang lainnya. Sehingga range tegangan yang dihasilkan menjadi lebih besar dari saat posisi awal(diam). Gerakan ke belakang merupakan satu-satunya gerakan yang bernilai negatif, artinya besarnya nilai output bioimpedance yang dihasilkan ketika bahu digerakan ke belakang mengalami penurunan dari posisi awal (diam) ketika gerakan dilakukan. Nilai tengah yang sedikit menyebar disebabkan karena saat melakukan kalibrasi, tegangan awal (offset) yang diberikan berbeda dari setiap percobaan yang dilakukan.

SIMPULAN

Pengklasifikasian dari karakteristik sinyal

bioelectrical impedance gerakan bahu berhasil dilakukan sehingga bisa digunakan sebagai sinyal kontrol pada suatu sistem. Dengan metode K-Means Cluster Analysis

yang dilakukan terhadap tiga gerakan bahu, hasilnya bisa dibedakan menjadi dua cluster

berdasarkan vektor ciri dari masing-masing gerakan. Gerakan ke atas dan ke depan merupakan satu cluster dan gerakan ke belakang merupakan cluster yang berbeda. Kombinasi dari ke 2 cluster inilah yang nantinya akan dijadikan sebagai perintah kontrol untuk mengatur sebuah sistem. Gerakan ke depan atau ke atas digunakan untuk meningkatkan tegangan output

bioimpedance sedangkan gerakan ke belakang digunakan untuk menurunkan tegangan output bioimpedance.

DAFTAR RUJUKAN

Agusta, Y.2007.K-Means-Penerapan,

Permasalahan dan Metode

Terkait.Denpasar:Jurnal Sistem dan Informatika Vol. 3: 47-60.

Ermado, Rico. 2011.Aplikasi Bioelectrical Impedance Sebagai Perintah Kontrol Gerakan Pada Kursi Roda Elektrik.

Surabaya:Institut Tekonologi Sepuluh Nopember.

Paavle, Toivo dkk. 2011. “Low-Energy Chirps for Bioimpedance Measurement”. IEEE.No.978-1-4577-1411-5/11.

S.Grimes and G.Martinsen. 2000.

“Bioimpedance& Bioelectricity, Basics”. Academic Press.

Tabuenca, Javier Gracia. 2009.Multichannel Bioimpedance Measuremet. Tampere University Of Technology.

Yunfei, H.2010.Wheelchair Control Based on Bioimpedance.International Journal of Applied Biomedical Engineering Vol.3, No.1, pp.13-15.

Gambar

Gambar 5. Diagram Blok Sistem  Pengukuran Instrumentasi Bioimpedance.
Gambar 6. Ploting Output Rata-Rata
Grafik  berwarna  ungu  memperlihatkan  output  ketika  digerakan  ke  belakang.  Garis  putus-putus  memperlihatkan  luasan  wilyah  output dari masing-masing gerakan

Referensi

Dokumen terkait

Berita Resmi Statistik Kota Batang 5 kelompok : komunikasi dan pengiriman; sarana dan penunjang transport dan jasa keuangan relatif stabil. Berita Resmi Statistik

Adapun landasan etika lingkungan hidup menurut al- Qur’an yang terangkum dalam surah al An’am ayat 38 yakni “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada dibumi dan

Jadi berdasarkan investigasi yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan perangkat yang akan dikembangkan adalah media komik berbasis etnomatematika masjid Jami

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi PT BRISyariah Kantor Cabang Induk Surabaya untuk mengetahui sejauhmana strategi Marketing

Salah satu dari karakter sistem komunikasi spread spectrum adalah adanya gain proses yang merupakan besarnya perbandingan antara jumlah bit rate hasil proses spreading (chip

Masalah politik yang muncul menjadi pengaruh yang cukup besar terhadap hubungan AS dengan Kolombia karena akan selalu dikonfrontasi dengan segala bentuk kekerasan oleh

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran di MAS seluruh kecamatan Dukun kabupaten Gresik sudah menerapkan pembelajaran

Apakah ada pengaruh positif antara rasio aktivitas yang berproyeksi pa da inventory turnover (INTO) terhadap price earning ratio (PER) pada perusahaan manufaktur yang terdapat