• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Grafik Pertumbuhan Perkebunan Kelapa Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Grafik Pertumbuhan Perkebunan Kelapa Sawit"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perusahaan perkebunan dewasa ini memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, karena komoditas ini merupakan salah satu andalan sumber devisa non migas. Beberapa data yang dapat disampaikan disini bahwa laju pertumbuhan pembangunan perkebunan kelapa sawit di Indonesia relatif sangat pesat sejak tahun 1969. Seperti dikutip dari Berita Agroindustri ( 2010) pada tahun tersebut luasan areal sawit hanya 119,5 ribu ha dengan produksi 189 ribu ton dan pada tahun 1995 menjadi 2,025 juta ha. Pada tahun 2005 meningkat menjadi 2,7 juta ha dengan harapan mampu menyamai produksi minyak sawit (CPO) Malaysia sebesar 9,9 juta ton minyak. Grafik pertumbuhan perkebunan kelapa sawit tergambar dalam gambar 1.1 dan sebaran kepemilikannya tergambar pada di gambar 1.2 di bawah ini.

Gambar 1.1. Grafik Pertumbuhan Perkebunan Kelapa Sawit

Sumber: : http://www.kemenperin.go.id-Paket-Informasi-KomoditiMinyakKelapaSawit

(2)

pribadi atau perseorangan yang tersebar dari petani sampai dengan pengusaha yaitu sebesar 4,321 hektar. Pemerintah memiliki kurang dari 1 million hektar, sementara petani yang tergabung dalam koperasi menguasai 3,078 million hektar.

Gambar 1.2. Tabel Kepemilikan Lahan Sawit di Indonesia

2008 2009 2010 2015 *)

(Million Ha) (Million Ha) (Million Ha) (Million Ha)

Small Holders 2.882 3.061 3.078 3.881

Government 0.603 0.630 0.637 0.780

Private 3.879 4.181 4.321 4.482

Total 7.364 7.872 8.036 9.144

Sumber: http://repository.usu.ac.id

Surya (2012) mengatakan bahwa pertumbuhan industri kelapa sawit Indonesia ditargetkan dapat memproduksi 40 juta ton CPO pada tahun 2020, sekaligus menjadi program utama pengentasan kemiskinan. Data produksi sawit dan kemiskinan di Indonesia ditampilkan dalam gambar 1.3.

Gambar 1.3. : Produksi Sawit dan Kemiskinan di Indonesia per Provinsi 2007

Provinsi PDB Regional (triliun rupiah) Pop* (Juta) % Miskin Indeks

Keparahan Swasta Petani Kecil Pemerintah Total

Riau 210.00 4.45 12.90 0.67 2,131,450 2,054,854 335,245 4,521,777 Sumatra Utara 181.80 12.99 13.63 0.51 1,664,575 1,022,472 1,025,005 3,712,261 Sumatra Selatan 109.90 7.45 18.43 0.83 855,521 759,034 140,346 1,755,038 Jambi 32.10 3.09 7.81 0.32 434,899 709,242 133,531 1,277,715 Sumatra Barat 59.80 4.85 13.01 0.52 548,316 326,580 40,988 915,962 Papua Barat 10.40 0.76 48.84 7.29 15,915 25,366 32,087 73,435 Sulawesi Tenggara 18.00 2.23 25.84 1.52- - 10,274 10,322 Sulawesi Tengah 19.30 2.63 24.97 1.60 97,077 8,180 9,173 114,479 Lampung 49.10 7.60 23.70 1.12 149,262 162,590 36,376 348,310 Bengkulu 11.40 1.71 21.66 0.92 208,923 217,022 8,072 434,053

(3)

*Berdasarkan perhitungan sensus 2010

Sumber : Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2010) dan Komisi Sawit Indonesia.

Terlihat dari data statistik bahwa produksi sawit untuk lima provinsi penghasil sawit tertinggi di Indonesia adalah Riau, Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Jambi, dan Sumatra Barat. Jika diharapkan industri sawit dapat mengurangi kemiskinan, maka tingkat produksi kelapa sawit yang ada semakin meningkat dan menyebar ke berbagai daerah yang ada di Indonesia. Selama tahun 2013, produk CPO Indonesia diperkirakan akan mencapai 29,5 juta hingga 30 juta ton, sedangkan produksi Malaysia mencapai 19 juta ton. Mistry dan Mielke (2012) meramalkan bahwa harga CPO akan kembali menguat pada tahun 2013, akan berada pada kisaran $755 sampai dengan $850 per metric ton atau naik sekitar 24% dari harga pada saat ini.

Perluasan lahan perkebunan ini dipicu oleh permintaan minyak kelapa sawit yang terus meningkat secara signifikan dan sekarang mendominasi dalam industri minyak nabati dunia secara keseluruhan. Permintaan minyak kelapa sawit beserta turunannya akan terus meningkat di masa datang. Hal ini disebabkan oleh adanya pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan per kapita terutama di negara yang paling padat penduduknya seperti China dan India. Prospek yang baik tidak berarti mengelola perkebunan kelapa sawit tanpa tantangan.

Kondisi perkebunan kelapa sawit yang sangat luas dan tersebar di berbagai lokasi yang berjauhan berdampak pada membesarnya volume data, informasi

(4)

yang semakin kompleks karena saling terkait. Menurut Setyadiwicaksono (2011) ada beberapa faktor penting dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang efektif diantaranya adalah ketersediaan informasi yang akurat dan memadai untuk kegiatan perkebunan serta menjawab tuntutan dari perusahaan. Tuntutan yang diharapkan oleh perusahaan dalam meningkatkan kinerjanya antara lain:

a)Efisien b)Transparan c)Responsif

d)Tepat dalam pengambilan keputusan e)Kompetitif

f)Siap menghadapi perubahan

Teknologi informasi dalam beberapa dekade ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari operasional organisasi. Penggunaan teknologi informasi merupakan suatu alternatif bahkan suatu keharusan. Porter (1980) mengatakan bahwa penggunaan teknologi informasi dalam suatu perusahaan dapat memberikan pengaruh yang signifikan bagi keunggulan kompetitif atau struktur industri. Meskipun demikian, implementasi teknologi informasi diperlukan dukungan yang sangat kuat dari:

a)Sumber Daya Manusia yang berkualitas b)Perangkat atau teknologi yang sesuai

c)Proses bisnis yang menggambarkan semua kebutuhan.

(5)

langsung menentukan pengaruh yang sangat besar bagi proses bisnis pada suatu perusahaan. Peran teknologi informasi tersebut mengakibatkan pengelolaan teknologi informasi menjadi sangat penting bagi organisasi bisnis, sehingga membutuhkan strategi yang tepat agar dapat memberikan nilai tambah bagi organisasi. Sesuai dengan tujuannya, sistem informasi manajemen diharapkan mampu membantu setiap orang yang membutuhkan pengambilan keputusan dengan lebih tepat dan akurat. Berbagai peran yang dimiliki dalam aktivitas yang dilaksanakannya, setiap orang berusaha untuk dapat memenuhi tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dengan baik.

Dalam tahap lanjutan, data yang dihasilkan oleh sistem secara real time dan diolah dengan sebuah tools Business Intelligent menyediakan informasi yang kritis bagi manajemen bisnis untuk mengambil keputusan-keputusan yang lebih baik dan lebih berisi informasi yang mendukung yang berujung pada benefit bagi organisasi (Barr, 2008).

Dalam usaha memecahkan suatu masalah sangat mungkin dibuat banyak keputusan. Keputusan merupakan rangkaian tindakan yang perlu diikuti dalam memecahkan masalah untuk menghindari atau mengurangi dampak negatif, atau untuk memanfaatkan kesempatan. Kondisi ini menjadi tidak mudah dengan semakin rumitnya aktifitas, keterbatasan sumber daya yang tersedia dan lokasi tempat kerja yang terpisah, apalagi informasi yang dibutuhkan tidak berasal langsung dari sumbernya. Untuk itu manajemen sebagai pengguna informasi membutuhkan suatu sistem pendukung yang mampu membantu dalam

(6)

pengambilan keputusannya untuk mengelola sekitar dua puluh ribuan tenaga kerja seperti yang terlihat dalam gambar 1.4 di bawah ini.

Gambar 1.4. Grafik Jumlah Tenaga Kerja

KHL KHT K-J 8-9 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 20000 12996 19273 4487 6409 9751 4184 6589 7522 303

Jumlah TK Langsung PBG I, II, III-2, V, VI, VII, IX

BEFORE AFTER

Jumlah TK Belum Registrasi

Sumber; Laporan Project-Aplikasi sumber daya manusia periode Maret 2012

Gambar 1.4 menunjukkan bahwa data awal perusahaan tahun 2011 yang mencatat bahwa besar upah untuk tenaga kerja harian rata-rata setiap bulan mendekati angka Rp. 30.876.463.574 dengan asumsi rata-rata upah per tenaga kerja adalah Rp. 956.846 untuk tenaga kerja sebanyak 32.269 orang. Setahun berikutnya setelah program registrasi, jumlah tenaga kerja harian yang tercatat dibayarkan upahnya sejumlah 21.160 orang ada penurunan hampir 34%. Data awal jumlah tenaga kerja harian sebelum dan sesudah registrasi karyawan tergambar dalam gambar 1.4.

1.2. Rumusan Masalah

(7)

daya manusia adalah:

a) Memberikan gambaran tentang kinerja teknologi informasi sebelumnya dan dukungan sumber daya manusia di area fungsi pengelolaan sumber daya manusia, sehingga dapat diperoleh informasi mengenai berbagai macam transaksi yang terkait dengan ketenagakerjaan yang akurat, mutakhir dan mudah diakses.

b) Menyajikan laporan dengan cepat dan setiap saat dapat diakses tersebut, maka keputusan-keputusan yang diambil pun dapat lebih cepat dan presisi terhadap dinamika kebutuhan yang ada.

c) Menghemat biaya operasional divisi sumber daya manusia yang sangat tinggi, mulai dari kebutuhan sumber daya manusia, pengadaan kertas cetakan, biaya pengiriman/ courier, biaya transportasi dan lain sebagainya.

d) Meningkatkan pengendalian atas setiap prosedur dan kegiatan yang terjadi di dalam divisi sumber daya manusia.

Penerapan yang sudah berjalan tidak berarti tujuan implementasi sudah sepenuhya tercapai. Kondisi perkebunan yang sangat luas dan tersebar di berbagai lokasi yang berjauhan berdampak pada timbulnya permasalahan. Permasalahan yang sering dihadapi oleh divisi sumber daya manusia antara lain:

(8)

a) Kurang responsif terhadap penyediaan data yang ditujukan untuk membantu pengambilan keputusan, sementara itu tidak dapat dipungkiri bahwa setiap pengambilan keputusan sangat bergantung kepada informasi yang mendukung kebijakan yang akan diambil tersebut. Contohnya data yang dikirim dari site1berupa hard copy baru bisa sampai ke kantor pusat sebulan kemudian. Dengan demikian keputusan yang diambil bisa dibilang kurang bermanfaat karena untuk peristiwa atau permasalahan yang sudah lama terjadi.

b) Karyawan yang merasa haknya seperti insentif, premi dan lembur tidak terpenuhi. Hal ini terjadi akibat kesalahan perhitungan petugas yang masih melakukannya secara manual atau dengan sistem pemasukan ulang data, sementara dari pihak kantor pusat merasa kesulitan untuk melakukan konsolidasi data karena datanya terpisah-pisah di beberapa site.

c) Informasi adalah komponen penting di dalam bisnis, namun seringkali divisi sumber daya manusia menghasilkan laporan-laporan hasil kompilasi data yang dikelola secara manual. Hal tersebut mengakibatkan laporan yang dikirimkan ke Kantor Pusat seringkali kurang akurat.

Hal ini juga dibenarkan oleh Wu Zhou (2005) beberapa pertanyaan dan persoalan muncul setelah implementasi adalah ketidakcukupan dan kurangnya

1 Site mengacu pada sebuah lokasi yang menandai legalitas perusahaan yang dikepalai oleh seorang kepala cabang/ General Manager Plantation. Satu site biasanya terdiri dari 15 – 20 Afdeling. Satu afdeling terdiri dari 20 – 25 blok, yang dikomandoi oleh 2 – 3 mandor. Satu mandor mengawasi 15 – 20 orang tenaga kerja atau pemanen sawit

(9)

integrasi pada proses internal justru masih sering terjadi setelah implementasi sistem informasi. Hal tersebut juga menjadi penghambat yang besar pada proses pengembangan lanjutan (improvement). Sistem informasi yang berbasis transaksional, secara tradisional kemampuannya terbatas untuk mendukung pembuatan keputusan dalam sebuah organisasi. Oleh karenanya masih sangat relevan melihat peran dari sistem informasi yang diterapkan di divisi sumber daya manusia dalam pengambilan keputusan dan berperan dalam meningkatkan kualitas pengambilan keputusan sebagai masalah penelitian.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah : 1.3.1. Apakah masalah-masalah dalam pengambilan keputusan perusahaan

baik yang stratejik maupun yang taktis di area fungsi pengelolaan sumber daya manusia disebabkan karena belum diterapkannya sistem informasi?.

1.3.2. Apakah sistem informasi berperan dalam meningkatkan kualitas pengambilan keputusan di dalam fungsi pengelolaan sumber daya manusia?

(10)

Melihat dari permasalahan yang ditetapkan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

a) Menguji sejauh mana data sebagai output dari sistem informasi dapat membantu pengambilan keputusan di divisi sumber daya manusia. Data yang dimaksud meliputi; tenaga kerja, kompensasi dan benefit yang tersebar di seluruh bisnis unit dengan lokasi yang terpisah-pisah

b) Mengukur kecepatan dan kualitas pengambilan keputusan yang dilakukan oleh divisi sumber daya manusia.

1.5. Manfaat

Dalam penelitian ini akan dapat disajikan dan dibuktikan bahwa tujuan awal dari digunakannya sistem informasi di area sumber daya manusia tercapai sesuai tujuan awal atau belum tercapai sepenuhnya. Dengan demikian manfaat penelitian ini antara lain:

1.5.1. Bagi manajemen perusahaan. Untuk memberikan gambaran yang lebih mendalam mengenai peranan sistem informasi yang dikembangkan perusahaan dalam pengambilan keputusan.

(11)

1.5.2. Bagi kepentingan akademis. Untuk memberikan tambahan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai peranan sistem informasi dalam pengambilan keputusan dalam organisasi bisnis yang bisa menjadi acuan untuk penelitian berikutnya.

1.6. Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya dilakukan pada PT. XYZ, secara khusus di divisi sumber daya manusia dengan menggunakan data dari survey yang sudah dilakukan perusahaan dan hasil wawancara dengan semua level pembuat keputusan di dalam fungsi pengelolaan sumber daya manusia untuk melihat peran sistem informasi ditinjau dari sudut ketersediaan dan akurasi.

1.7. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam melakukan analisis dan penyusunan hasil penelitian, maka sistematika penulisan ini terdiri dari beberapa bab pembahasan sebagai berikut:

BAB I; PENDAHULUAN, pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang permasalahan yang menjadi alas an mengapa topic ini menjadi begitu penting untuk dibahasmelalui penelitian ini, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian serta metode penelitian, sistematika dan kerangka penelitian.

(12)

BAB II: LANDASAN TEORI, Pada bab ini akan membahas mengenai teori-teori pendukung mengenai teknologi informasi, peranan sistem informasi dalam manajemen perusahaan khususnya pengambilan keputusan-keputusan stratejik dan teori pengambilan keputusan itu sendiri.

BAB III: METODE PENELITIAN, Bab ini berisikan metode penelitian yang digunakan, jenis penelitian, tempat penelitian dan analisa data.

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, Pembahasan peran sistem informasi dalam pengambilan keputusan di divisi sumber daya manusia dengan menyajikan data hasil penelitian dan analisis hasil penelitian yang disertai analisis dengan menggunakan alat analisis yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.

BAB V: KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI, Pada bab ini menuliskan secara singkat kesimpulan, keterbatasan dan saran hasil penelitian.

Gambar

Gambar 1.1. Grafik Pertumbuhan Perkebunan Kelapa Sawit
Gambar 1.3. : Produksi Sawit dan Kemiskinan di Indonesia per Provinsi 2007
Gambar 1.4. Grafik Jumlah Tenaga Kerja

Referensi

Dokumen terkait

Penghematan modal dapat dibuat pada pembangkitan tenaga karena kurangnya plant cadangan yang dibutuhkan (pembangkit cadangan dapat disediakan di dalam sistem pembangkitan yang

Jika lampu pada kanal Q3 menyala, maka daya yang menyuplai beban adalah dari genset.. Ketika genset menyala, genset tidak serta-merta menyuplai daya

Disarankan kepada pihak penyelenggaraan makanan di Pondok Pesantren Hubulo Goron- talo dalam perencanaan menu dan pengolahan bahan makanan perlu memperhatikan variasi menu,

Substitusi media MS dengan pupuk daun penuh belum dapat menunjukkan hasil yang setara dibandingkan dengan penggunaan media MS dalam perbanyakan tunas pisang secara

WorldCom mengajukan kebangkrutan tak lama sebelum 9 malam terakhir di Pengadilan Distrik Federal di Manhattan. Operasi internasional , yang meliputi perusahaan di Brasil dan Meksiko

6 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum , PT.. adalah segala bentuk arsip/dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit di

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai hubungan pola asuh gizi dengan status gizi balita usia 1-3 tahun di Posyandu Wilayah Puskesmas Sekaran Semarang,

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu: 1) Untuk meneliti apakah asimetri informasi, ukuran perusahaan dan Leverage secara